Aluede et al. dalam artikel A Review of the Extent, Nature, Characteristics and Effect of
Bullying Behavior in Schools mengatakan bahwa perilaku perundungan saat ini sudah menjadi
hal yang ‘biasa’ terjadi hampir di seluruh sekolah di dunia.
Pelaku perundungan umumnya merupakan siswa yang lebih senior atau yang merasa memiliki
kapital sosial-budaya lebih tinggi dari korbannya, dan dalam beberapa kasus perundungan di
lingkungan sekolah bisa juga dilakukan oleh guru maupun staf pegawai (Olweus, 1994).
Dampak buruk perundungan baik bagi korban maupun pelaku tentu saja tidak bisa dianggap
remeh, karena ini menyangkut masa depan anak-anak.
Hal ini dapat disosialisasikan secara terus-menerus di kelas, saat upacara, hingga
menempelkan poster-poster edukasi tentang perundungan di area sekolah.
Tidak hanya itu, orangtua juga bisa diproyeksikan untuk menjadi agen pencegahan
perundungan di luar lingkungan sekolah;
Hal ini bisa dilakukan dengan mengadakan Roots, program pencegahan perundungan
berbasis sekolah yang dikembangkan oleh UNICEF Indonesia dan pemerintah sejak
2017;