BATUKLIANG UTARA
*M.Adnin Anugrah1,Wahyu Hidayat1,Ni Made Ayu Amanda Indriani Putri1,Siti
Ariani1,Mardiana Novisantari1,Fitria Hartika1.
ABSTRAk
Perilaku bullying adalah perilaku Bullying atau adalah perilaku agresif yang
dilakukan seseorang untuk mengintimidasi atau mendominasi orang lain yang dinilai lebih
lemah.Perilaku penyimpangan sosial ini dapat terjadi dimana saja,mulai dari lingkungan
sekolah hingga lingkungan keluarga.Seseorang yang dianggap lemah sering kali menjadi
target dari bullying atau perundungan .Dalam kegiatan sehari-hari ,orang di bully akan
merasa kesulitan dalam mempertahankan dan melindungi dirinya sendiri. Tujuan dari projek
ini adalah untuk mendapatkan informasi mengenai perilaku bullying serta cara mencegah
terjadinya bullying di lingkungan sekolah. Temuan menunjukkan ada 4 faktor penyebab
terjadinya bullying yaitu faktor keluarga, lingkungan,teman sebaya,dan media masa serta
dampak dari perilaku bullying ini bisa berdampak pada sekolah maupun siswa itu sendiri dan
salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya bullying adalah dengan
melakukan penyuluhan kepada siswa-siswi di sekolah. selain itu , siswa harus selalu
diberikan pemahaman yang dalam mengenai dampak dari perilaku bullying ini agar siswa
tidak ada rasa ingin melakukan perilaku bullying.
ABSTRACK
Bullying behavior is bullying behavior or is aggressive behavior carried out by someone to
intimidate or dominate other people who are considered weaker. This social deviant behavior can
occur anywhere, from the school environment to the family environment. Someone who is
considered weak is often the target of bullying. or bullying. In daily activities, people who are
bullied will find it difficult to defend and protect themselves. The aim of this project is to obtain
information about bullying behavior and how to prevent bullying in the school environment. The
findings show that there are 4 factors that cause bullying, namely family, environmental, peer and
mass media factors and the impact of this bullying behavior can have an impact on the school and
the students themselves and one of the efforts that can be made to prevent bullying is by
providing education to students at school. Apart from that, students must always be given a deep
understanding of the impact of bullying behavior so that students do not feel like carrying out
bullying behavior
Kasus perundungan atau bullying pada anak, terutama di sekolah bukan hal baru di
Indonesia.Bahkan United Nation International Children’s Emergency Fund (UNICEF) pada
2016 merilis, menempatkan Indonesia di peringkat pertama untuk soal kekerasan pada anak.
Miris, tapi kondisi tersebut masih banyak dan terjadi di depan mata. Sayangnya, meski ada
komisi yang melindungi anak tetap saja kekerasan terjadi.Untuk urusan kekerasan di sekolah,
Indonesia menempati posisi pertama dengan 84%. Jumlah lebih banyak dibandingkan
Vietnam dan Nepal yang sama-sama mencatat 79%, disusul kemudian Kamboja (73%) dan
Pakistan (43%) (Sindo News, 24 Juli 2018).
Bullying atau adalah perilaku agresif yang dilakukan seseorang untuk mengintimidasi
atau mendominasi orang lain yang dinilai lebih lemah.Perilaku penyimpangan sosial ini dapat
terjadi dimana saja,mulai dari lingkungan sekolah hingga lingkungan keluarga.Seseorang
yang dianggap lemah sering kali menjadi target dari bullying atau perundungan .Dalam
kegiatan sehari-hari ,orang di bully akan merasa kesulitan dalam mempertahankan dan
melindungi dirinya sendiri.
Menurut AMERICAN bullying atau perundungan adalah suatu bentuk tindakan yang
agresif yang dilakukan seseorang dengan sengaja dan berulang kali dengan tujuan untuk
melukai atau mengakibatkan ketidaknyamanan pada orang lain.Bullying atau perundungan
ini bisa dilakukan secara fisik,lisan,maupun cara lain yang lebih halus seperti memaksa atau
memanipulasi.
Bullying atau perundungan merupakan tindakan penindasan yang sering kali dilakukan
secara berkelompok.Pada lingkungan sekolah terutama,kelompok yang melakukan bullying
cenderunng merasa berkuasa dan menggap anak lain lebih lemah dari mereka.Hal yang sama
juga dapat kita temukan di lingkungan sekitar kita lebih lagi di lingkungan sekolah khususnya
sekolah menengah pertama.
Menurut kepala dinas pendidikn kota mataram ‘’ Bullying ini merupakan hal yang
sanagat menjadi perhatian kami,karna di kota mataram sendiri pernah terjadi kasus bullying
atau perundungan,namun kami selalu sigap dalam mengatasi kasus-kasus yang terjadi
sehingga sampai sekarang belum ada kasus baru terkait bullying.Dan kami juga selalu turun
untuk melakukan penyuluhan keberbagai sekolah-sekolah yang ada untuk mencegah
terjadinya bullying atau perundungan.
Seperti yang kita tahu bahwa sekolah menengah pertama adalah jenjang pendidikan
dasar pada pendidikan formal di Indonesia yang ditempuh setelah lulus dari sekolah dasar,
masa ini juga sering disebut masa transisi siswa dari jenjang sekolah dasar menuju sekolah
menengah pertama.Pelajar sekolah menengah pertama umumnya berusia 12-15 tahun.Dimana
pada usia seperti ini mereka memasuki masa remaja awal.Permasalahan-permasalahan yang
sering dihadapi remaja pada masa ini adalah sulit mengendalikan emosional mereka serta
penyesuaian diri terhadap lingkungan(Fadillah et al. 2022).Sehingga hal tersebut dapat
menimbulkan terjadinya bullying atau perundungan.
Menurut wakil kepala dinas pendidikan mataram bahwa guru sangat berperan
penting dalam mencegah terjadinya bullying atau perundungan.Diantaranya guru sebagai
orang yang membimbing atau yang memberi nasehat dan mengarahkan serta membina siswa
sehingga dapat mengatasi kasus atau masalah yang terjadi mengenai bullying agar dapat
meminimalisir bullying yang terjadi di sekolah,sehingga perilaku siswa bisa menjadi lebih
baik. (Firmansyah 2022)
Pencegahan bullying atau perundungan pada masa remaja awal atau SMP
merupakan langkah penting untuk menciptakan lingkungan sekolah yang aman,inklusif,dan
mendukung.Dan juga pencegahan bullying atau perundungan pada masa remja awal atau
SMP harus menjadi perhatian kita bersama antara sekolah,guru,orang tua,dan siswa serta
masyarakat.Dengan kerjasama yang baik dan upaya yang berkelanjutan,kita dapat
menciptakan lingkungan belajar yang aman dan mendukung bagi semua individu disekolah.
METODE
Metode pelaksanaan yang digunakan dalam kegiatan ini adalah metode kualitatif yaitu
berupa wawancara atau observasi ke dinas pendidikan yang ada dikota mataram untuk
mendapatkan berbagai informasi mengenai judu yang kami buat. kemudian melakukan
sosialisasi kepada siswa/siswi SMPN 1 BATUKLIANG UTARA terkait judul yang kami
buat.
Koordinasi dilakukan yang pertama oleh anggota kelompok dengan cara mengirim
atau mengantar surat ke dinas pendidikan kota mataram serta melakukan koordinasi terkait
waktu yang diberikan kepada kami untuk melakukan wawancara kepada kepala dinas
pendidikan kota mataram.Setelah itu kami diberikan waktu pada hari selasa tanggal 24
oktober jam 09:30-10:30 WITA untuk melakukan wawancara dengan kepala dinas
pendidikan kota mataram.Setetelah kami melakukan wawancara dan mendapatkan beberapa
informasi dari kepala dinas pendidikan kota mataram pada tanggal dan waktu yang telah
disepakati,kemudian kami melakukan koordinasi dengan kepala sekolah SMPN 1
BATUKLIANG UTARA sebagai tempat yang akan kami gunakan untuk melakukan kegiatan
sosialisasi.setelah itu kepala sekolahh memberikan kami waktu untuk melakukan sosialisasi
kepada kelas IX A pada hari sabtu tanggal 28 oktober 2023 jam 08:50-10:50.
HASIL PENELITIAN
Istilah “ Bullying” pertama kali muncul pada awal abad ke-18 di inggris. Bullying
adalah perilaku berulang-ulang yang di lakukan oleh sekelompok orang dengan sengaja yang
bertujuan untuk menyakiti,mengintimidasi atau mendominasi orang lain.
Bullying merupakan salah satu perilaku negative yang dapat berdampak serius pada
kesejahteraan mental dan emosional seseorang. Penting untuk memahami dan mengatasi
masalah ini agar lingkungan dapat menjadi lebih aman dan mendukung.
1.Faktor keluarga
faktor keluarga Dimana pelaku umumnya berasal dari keluarga bermasalah, yaitu
orang tuanya cerai,ada yang tidak terurus karena orang tuanya bekerja di luar negeri atau
menjadiTKI/TKW sehingga anak menjadi broken home dan melakukan tindakan
bullying.Hal ini dibuktikan pernyataan Guru BK “ Anak-anak yang melakukan bullying
ini umumnya ada yang orang tuanya bercerai, ada yang TKI/TKW, sehingga ada
yangtinggal sama neneknya, mereka terkadang tidak membawa bekal dari rumah, dan
meminta uang samatemannyadankalau tidakdikasihmemberikanancaman”.
2.Faktor lingkungan
faktor lingkungan. Anak-anak terkadang sampai di rumahtidak memilihdan memilih
temannya bergaul.Kurangnya pengawasan orang tuadi rumah. Sehingga ada anak yang
orangnya tidak peduli sama pergaulan anaknya.
Faktor kelompok sebaya atau gank. Berangkat dari kasus perkelahian yang terjadi di
sekolah, nampak bahwa kelompok sebaya sangat mempengaruhi pelaku untuk melakukan
tindakan kekerasan. Hal ini terbukti ketika pelaku HLMTmenyerang dan mencakar wajah
korban JMKH mendapat dukungan yang kuat darikelompok atau gank pelaku. Hal ini juga
terlihat kelompok atau gank pelaku ikut memvideokan terjadinya perkelahian itu.
4.Faktor media
Faktor media. Hasil penelitian dan mencari sumber informasi di internet kami menemukan
seseorang yang telah melakukan wawancara dengan salah seorang “perkelahian sempat
direkam kamera, supaya bisa menjadi viral dan kita terkenal pak” nonton periaku bullying di
medsos, dan viral.
C.Dampak Bullying
Dampak perilaku bullying bagi siswa dapat berdampak pada dampak fisik, dampak
psikologis, dampak sosial, dan dampak akademik dan dampak dari perbuatan bullying ini jga
bisa berdampak pada sekolah baik itu dampak negati, jadi bullying ini harus bisa kita
hapuskan. (Haslan, Dahlan, and Yuliatin 2020)
Bentuk penanganan ada beberapa macam yang dapat di gunakan untuk mencegah terjadinya
perilaku bullying di sekolah (Haslan, Fauzan, and Tripayana 2021)
1.Olweus
4.Rigby Ken
Menjelaskan bahwa perilaku bullying dapat terjadi secara individu atau dalam
kelompok,yang dilakukan oleh satu anak atau kelompok secara konsisten.Tindakan ini
melibatkan penghinaan terhadap anak yang lebih lemah dari pelaku.Bullying bisa melukai
secara fisik atau emosional,termasuk kata-kata kasar atau tindakan lainya.
F.Jenis Bullying
Kami melakukan wawancara dengan kepala dinas pendidikan kota mataram dari hasil
wawancara,kami mendapatkan berbagai macam informasi salah satunya mengenai bullying
ini dapat dilakukan dengan berbagai macam cara bukan hanya dengan fisik secara langsun
namun bullying juga bisa berupa kata-kata yang diucapkan melalui media sosial
KESIMPULAN
Bullying atau perundungan merupakan hal yang penting menjadi perhatian kita
bersama,tidak hanya perhatian pemerintah saja.Sosialisasi atau penyuluhan harus selalu
dilakukan untuk mencegah terjadinya bullying atau perundungan khususnya di lingkungan
sekolah.Sebagaimana hasil wawancara yang kami lakukan di dinas pendidikan kota mataram
serta kami dapatkan dari internet kami menemukan beberapa metode-metode yang dapat
dilakukan untuk mencegah terjadinya bullying antara lain:
Pendidikan tentang bullying dan kesadaran akan dampak negatifenya perlu diberikan
kepada siswa,guru,orang tua,dan masyarakat secara umum.Ini dapat dilakukan melalui
program-program sekolah,seminar,dan kampanye kesadaran akan bahayanya bullying.
2.Kebijakan sekolah yang tegas
Sekolah perlu memiliki kebijakan yang jelas dan tegas terkait dengan bullying.Hal
ini termasuk sanksi yang tegas bagi pelaku bullying dan dukungan yang diberikan kepada
korban.
Guru dan staf sekolah harus aktif dalam mengawasi dan mengawal kegiatan di
sekolah untuk mencegah terjadinya bullying.Mereka harus siap untuk mengintervensi dan
menangani situasi bullying dengan cepat dan efektif.
Sekolah harus menciptakan lingkungan yang aman dan inklusif bagi semua siswa.Ini
dapat dilakukan dengan mempromosikan toleransi,menghargai perbedaan dan membangun
hubungan yang positif antar siswa.
Orang tua juga memiliki peran penting dalam mencegah bullying.Mereka harus
terlibat aktif dalam kehidupan anak-anak mereka,mendengarkan mereka,dan memberikan
dukungan emosional.Orang tua juga harus bekerja sama dengan sekolah untuk mengatasi
masalah bullying.
Siswa perlu dilengkapi dengan keterampilan sosial yang baik untuk mengatasi
konflik dan membangun hubungan yang sehat.Pelatihan keterampilan sosial dapat membantu
siswa dalam menghadapi situasi bullying dan mengembangkan rasa percaya diri.
REFERENSI
Fadillah, Ahmad Arif et al. 2022. “Perkembangan Psikologi Anak Karena Dampak
Bullying.” Jurnal Riset Pendidikan Dan Pengajaran 1(2): 157–64.
Firmansyah, Fitriawan Arif. 2022. “Peran Guru Dalam Penanganan Dan Pencegahan
Bullying Di Tingkat Sekolah Dasar.” Jurnal Al-Husna 2(3): 205–16.
Harahap, Rahmaya Sari. 2023. “PERAN GURU DALAM PENCEGAHAN BULLYING DI
SEKOLAH SMKS (X) RANTAUPRAPAT DI TINJAU DARI PERATURAN
KEMENDIKBUD NO. 82 TAHUN 2015.” Tugas_ Akhir (Artikel): Jumal Research And
Development Joumal OfEducation 9(1): 357–64.
Haslan, Muhammad Mabrur, Dahlan Dahlan, and Yuliatin Yuliatin. 2020. “Perilaku
Perundungan (Bullying) Dan Dampaknya Bagi Anak Usia Sekolah (Studi Kasus Pada
Siswa SMP Negeri Se-Kecamatan Kediri Lombok Barat).” Jurnal Pendidikan Sosial
Keberagaman 7(2).
Haslan, Muhammad Mabrur, Ahmad Fauzan, and Edy Kurniawansyah. 2021. “Penyuluhan
Tentang Dampak Perilaku Bullying Bagi Siswa Dan Upaya Untuk Mengatasinya Di
SMPN 1 Gerung Kabupaten Lombok Barat.” Jurnal Pengabdian Magister Pendidikan
IPA 4(4): 423–30.
Haslan, Muhammad Mabrur, Ahmad Fauzan, and I Nengah Agus Tripayana. 2021. “Pola
Penanganan Korban Perilaku Perundungan (Bullying) Pada Siswa SMPN Kecamatan
Kediri Kabupaten Lombok Barat.” Jurnal Teori dan Praksis Pembelajaran IPS 6(1):
33–44.
Haslan, Muhammad Mabrur, Sawaludin Sawaludin, and Ahmad Fauzan. 2022. “Faktor-
Faktor Mempengaruhi Terjadinya Perilaku Perundungan (Bullying) Pada Siswa SMPN
Se-Kecamatan Kediri Lombok Barat.” CIVICUS: Pendidikan-Penelitian-Pengabdian
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 9(2): 24–29.
Wulandari, Ratna, Nurhidayatullah Nurhidayatullah, Ana Fitriani, and Syaifullah Nur. 2023.
“PELATIHAN ANTI BULLYING SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN
PERUNDUNGAN DI SMPN 32 MAKASSAR.” Global Journal Devotion 1(1): 40–44.
Wulansari, Lusiana et al. 2023. “Penyuluhan Pencegahan Perundungan (Bullying) Di SMP
Kota Bekasi Jawa Barat.” Jurnal Altifani Penelitian dan Pengabdian kepada
Masyarakat 3(5): 638–43.