Anda di halaman 1dari 101

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Triple Eliminasi merupakan salah satu bagian dari program PMTCT

(Prevention of Mother-to-Child Transmission), yaitu program pencegahan

penularan penyakit dari ibu ke anak, yang kegiatannya dilakukan secara

komprehensif, mulai dari pelayanan, pencegahan, terapi, dan perawatan untuk

ibu hamil dan bayinya selama masa kehamilan, persalinan dan sesudahnya

(Kemenkes, 2019). Penularan HIV dapat terjadi melalui kontak seksual

dengan penderita HIV tanpa menggunakan pengaman, penggunaan jarum

suntik pada pemakai Narkoba suntik serta melalui air susu ibu yang terinfeksi

HIV kepada bayi yang sedang di kandung atau menyusui (KemenkesRI,

2015).

PERMENKES RI no 52 tahun 2017 berisi tentang program Triple

Eliminasi mempunyai target mencapai zero pada tahun 2030 target 3 Zero

yaitu zero new infection (penurunan jumlah kasus baru), zero death

(penurunan angka kematian), zero stigma and discrimination (penurunan

tingkat diskriminasi) (Kemenkes, 2017).

Dengan diadakannya program bernama Triple Eliminasi yang sesuai

dengan rekomendasi WHO, angka penularan diharapkan dapat menurun

dengan adanya kegiatan preventif. Kegiatan tersebut berupa pelaksanaan tes

HIV, Hepatitis B dan Sifilis saat Antenatal Care (ANC) Ibu Hamil (WHO,

2018).
2

Angka Kematian Ibu (AKI) saat ini masih jauh dari target Tujuan

Pembangunan Berkelanjutan/Sustainable Development Goals (SDGs) yakni

memiliki target menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) di bawah 70 per

100.000 Kelahiran Hidup (KH) dan menurunkan Angka Kematian Bayi

(AKB) di bawah 25 per 100.000 KH Periode tahun 2016-2030. WHO

mencanangkan eliminasi penularan penyakit infeksi dari ibu ke anak (mother-

to-child transmission). Tiga penyakit yang menjadi fokus adalah HIV,

Hepatitis B, dan Sifilis. Tiga penyakit tersebut merupakan penyakit infeksi

yang endemik di wilayah Asia dan Pasifik. (WHO, 2018).

Jenis Penyakit Triple Elimination HIV/AIDS adalah singkatan dari

Human Immunodeficiency Virus yaitu virus penyebab AIDS dengan cara

menyerang sel darah putih yang disebut sel CD4 sehingga dapat merusak

sistem kekebalan tubuh manusia (Kemenkes, 2014).

Raja singa atau sifilis adalah salah satu penyakit menular seksual atau

IMS yang disebabkan oleh infeksi bakteri. Hepatitis B adalah peradangan sel-

sel hati, biasanya disebabkan infeksi (virus, bakteri, parasit), obat-obatan

(termasuk obat tradisional), konsumsi alkohol, lemak berlebihan, dan penyakit

autoimun. Hepatitis dapat disebabkan oleh berbagai virus seperti virus

hepatitis A (HAV), hepatitis B (HIBV), hepatitis C (HCV), hepatitis D

(HDV), dan hepatitis E (HEV) (Kementerian Kesehatan RI, 2014).

HIV (Human Immunodeficiency Virus) dan AIDS (Acquired Immune

Deficiency Syndrome) terus menjadi isu kesehatan masyarakat global utama


3

yang telah menewaskan lebih dari 35 juta orang dari total jumlah penduduk

dunia sekitar 7,6 miliar (WHO, 2017).

Ibu hamil merupakan salah satu dari populasi yang berisiko tertular

penyakit. Human immunodeficiency virus , Sifilis, dan Hepatitis B pada anak

lebih dari 90% tertular dari ibunya. Risiko penularan dari ibu ke anak untuk

penyakit HIV/AIDS adalah 20%-45%, untuk Sifilis adalah 69-80%, dan untuk

Hepatitis B adalah lebih dari 90% . Ketiganya mempunyai jalur penularan

yang sama berupa hubungan seksual, darah, dan transmisi ini kebanyakan

terjadi melalui transmisi vertikal dari ibu ke janin saat masa kehamilan.

Menurut John Dewey, Pendidikan merupakan suatu proses pengalaman.

Menurut data WHO, di Asia Tenggara pada tahun 2015 angka HIV mencapai

5,1 juta jiwa pasien dengan 77.000 wanita hamil hidup dengan HIV, dan

19.000 kasus infeksi HIV pediatrik baru telah ditemukan. Sementara untuk

sifilis, incidence rate telah menunjukkan peningkatan sebanyak 0,32% di

wilayah Asia Tenggara. Hal itu mempunyai dampak yang amat buruk dengan

menghasilkan 65.800 hasil yang merugikan termasuk kematian janin dini.

Pada tahun 2018 jumlah ibu hamil dengan HIV yang dilaporkan

menerima anti retroviral untuk PMTCT sebanyak 1800 ibu dengan perkiraan

persentase ibu hamil dengan HIV yang menerima ARV untuk PMTCT sebesar

15%. Penularan IMS dari ibu ke anak dapat mengakibatkan lahir mati,

kematian neonatal, berat badan lahir rendah, prematuritas, sepsis, pneumonia,

konjungtivitis neonatal, dan kelainan bawaan (WHO, 2021).


4

Triple Eliminasi adalah program yang bertujuan mencapai dan

mempertahankan eliminasi ibu ke bayi dari HIV/AIDS , Hepatitis B, dan

Sifilis. Agar mencapai kesehatan yang lebih baik bagi perempuan, anak-anak,

dan keluarga mereka melalui pendekatan terkoordinasi, pada tahun 2020

sebesar 51,37% ibu hamil melaksanakan Deteksi Dini Hepatitis B dari jumlah

sasaran ibu hamil tahun 2020 sebanyak 5,221,784 ibu hamil. Capaian ini

masih belum mencapai target, yaitu Deteksi Dini Hepatitis B minimal 80%

Ibu Hamil diperiksa terintegrasi dengan HIV dan Sifilis (Triple Eliminasi).

Selama tahun 2020 terdapat 2.404.754 ibu hamil yang di periksa HIV di

Indonesia. Dari pemeriksaan tersebut di dapatkan 6.094 (0,25%) ibu hamil

yang positif HIV. Provinsi dengan persentase ibu hamil yang positif HIV

tertinggi adalah Provinsi Papua Barat sebesar 2,56%, Kepulauan Riau sebesar

sebesar 2,32% dan Papua sebesar 0,88% (Kemenkes RI, 2021).

Di Indonesia, angka prevalensi ketiga penyakit tersebut mencapai angka

0,39% untuk HIV, 1,7% untuk Sifilis dan 2,5% untuk Hepatitis B . Dalam

menentukan tercapainya indikator eliminasi penularan tersebut dapat dilihat

dari cakupan kegiatan yang disebutkan dalam PERATURAN MENTRI

KESEHATAN (PMK) No.52 tentang Eliminasi penularan HIV, Sifilis, dan

Hepatitis B dari Ibu ke Anak memuat Pelayanan antenatal, deteksi dini

lengkap berkualitas Cakupan tahun 2021: 90% dari ibu hamil diperiksa HIV,

Sifilis, dan Hepatitis B dan Cakupan 2022 : 100% dari ibu hamil diperiksa

HIV, Sifilis, dan Hepatitis B.


5

Berdasarkan Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Selatan mencatat

jumlah kasus HIV/AIDS tahun 2020 sebanyak 406 orang, tahun 2021 kasus

HIV/AIDS sebanyak 321 orang, dan tahun 2022 kasus HIV/AIDS sebanyak

639 orang. diketahui bahwa laporan klinik Konseling dan Tes (KT) HIV

Tahun 2021 yang dikelompokkan menjadi 10 (sepuluh) kelompok umur

tercatat kasus HIV sebanyak 329 kasus (laki-laki 268 kasus dan perempuan 61

kasus). Kasus HIV terbanyak terdapat pada laki-laki umur 20-29 tahun

sebanyak 114 kasus dan perempuan pada kelompok umur 30-39 tahun dengan

jumlah 79 kasus (Lampiran 54). Berdasarkan gambar di atas, dapat terlihat

bahwa jumlah kasus kumulatif AIDS hingga tahun 2021 adalah sejumlah

2.186 kasus, meningkat dari tahun 2020 sebanyak 2.065 kasus. Kasus

terbanyak terjadi pada rentang umur 30-39 tahun (840 kasus). Jumlah

kematian akibat AIDS tahun 2021 tercatat sebanyak 21 orang dengan

kematian terbanyak terjadi pada rentang umur 20-29 dan 30-39 tahun. Adapun

jumlah kematian akibat AIDS dapat dilihat pada gambar berikut ini: Data

kasus AIDS di Sumatera Selatan dapat dilihat secara rinci pada Lampiran 55

(Dinkes Provinsi Sumatera Selatan, 2022)..

Berdasarkan Profil Dinas Kesehatan kota Palembang jumlah kasus

HIV/AIDS pada tahun 2020 sebanyak 189 orang, pada tahun 2021 kasus

HIV/AIDS sebanyak 142 orang dan pada tahun 2022 kasus HIV/AIDS

sebanyak 353 orang (Dinkes Kota Palembang 2022).

Berdasarkan pada data Puskemas Satu Ulu Palembang mencatat belum

ada kasus HIV/AIDS pada tahun 2020, pada tahun 2021 terdapat 1 orang yang
6

positif HIV/AIDS, dan terjadi peningkatan kasus HIV/AIDS sebanyak 3 orang

pada tahun 2022 (Profil Puskesmas Satu Ulu). Ibu hamil yang di tes triple

eliminasi pada tahun 2020 sebanyak 292 orang dari total target setahun yaitu

411 orang jadi capaian sebesar 71%, tahun 2021 ibu hamil yang di periksa

triple eliminasi sebanyak 427 orang dari total setahun 427 orang jadi capaian

sebesar 100%, dan tahun 2022 ibu hamil yang di periksa triple eliminasi

sebanyak 437 orang dari total 439 orang jadi capaian sebesar 99,5%

(Puskesmas Satu Ulu Palembang, 2022)

Faktor yang mempengaruhi keberhasilan program triple eliminasi

antara lain pengetahuan, informasi, niat, akses, dukungan, self-efficacy dan

ekspektasi hasil (Visser et al., 2019).

Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan program Triple

Elimination antara lain pengetahuan, informasi, dukungan melakukan

pemeriksaan dan faktor lain seperti niat, keterjangkauan jarak, dukungan dari

mitra, self-efficacy dan ekspektasi hasil (Azizah dkk, 2022).

Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi melalui proses sensoris

khususnya mata dan telinga terhadap objek tertentu. Pengetahuan merupakan

domain yang sangat penting untuk terbentuknya prilaku terbuka (overt

behavior). Prilaku yang didasari pengetahuan umumnya bersifat langgeng.

Pengetahuan adalah pemahaman ibu hamil tentang Triple Eliminasi meliputi

definisi, tujuan, cara penularan.

Dari hasil penelitian Panjaitan, 2018 yang berjudul Hubungan

Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil Tentang Pencegahan Penularan HIV dari
7

Ibu ke Bayi dengan Pemanfaatan Program PPIA. Sampel berjumlah 31 orang

diperoleh melalui teknik accidental sampling. Pengumpulan data

menggunakan kuesioner kemudian dianalisis menggunakan Uji Chi-square.

didapatkan pengetahuan ibu tentang penularan pencegahan HIV dari ibu ke

anak masih kurang (41,9%). Ada hubungan antara pengetahuan ibu hamil

tentang pencegahan penularan HIV ibu ke anak (PPIA) dengan pemaanfaatan

pemeriksaan HIV (p=0,004).

Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap sesuatu stimulus atau

objek, baik yang bersifat intern maupun ekstern sehingga manifestasinya tidak

dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari

prilaku yang tertutup tersebut. Sikap adalah pandangan, perasaan atau

penilaian positif maupun negative responden tentang pemeriksaan triple

eliminasi.

Dari hasil penelitian Panjaitan, 2018 yang berjudul Hubungan

Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil Tentang Pencegahan Penularan HIV dari

Ibu ke Bayi dengan Pemanfaatan Program PPIA. Sampel berjumlah 31 orang

diperoleh melalui teknik accidental sampling. Pengumpulan data

menggunakan kuesioner kemudian dianalisis menggunakan Uji Chi-square.

Didapatkan Sikap Setuju ibu hamil terhadap pencegahan penularan HIV ibu

ke anak masih rendah (38,7). Ibu yang memanfaatkan pemeriksaan HIV

(38,7%). Ada hubungan antara sikap ibu hamil tentang pencegahan penularan

HIV ibu ke anak (PPIA) dengan pemaanfaatan pemeriksaan HIV (p=0,001).


8

Peran petugas kesehatan merupakan support system bagi pasien dengan

memberikan bantuan berupa informasi atau nasehat , bantuan nyata, atau

tindakan yang memiliki manfaat emosional atau memengaruhi perilaku

penerima. (Mubarak, WI, 2012). Peran tenaga kesehatan adalah keterlibatan

tenaga kesehatan untuk memotivasi pasien untuk melakukan pemeriksaan

triple eliminasi.

Hasil penelitian Fitria dkk, 2021 yang berjudul Husband Support And

The Role Of Health Officers With Triple Elimination Examination In Pregnant

Women. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 146 responden, 67

responden (45,9%) melakukan pemeriksaan, responden dengan peran tenaga

keehatan sebanyak 88 (60,3%). Ada hubungan ada hubungan antara dukungan

peran tenaga kesehatan (p value = 0,000) dengan pemeriksaan eliminasi tiga

kali lipat di Puskesmas Sukarame Tahun 2021.

Berdasarkan pemaparan di atas maka, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian “Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Peran Tenaga Kesehatan

Terhadap Pemeriksaan Triple Eliminasi Pada Ibu Hamil di Puskesmas

Satu Ulu Palembang Tahun 2023 ”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, pemeriksaan triple eliminasi

sangat bermanfaat untuk ibu hamil dalam mencegah penularan penyakit HIV,

sifilis dan hepatitis B dari ibu ke anak. Adapun Faktor yang mempengaruhi

keberhasilan program triple eliminasi antara lain pengetahuan, informasi,


9

niat, akses, dukungan, self-efficacy dan ekspektasi hasil (Visser et al.,

2019).

Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan program Triple

Elimination antara lain pengetahuan, informasi, dukungan melakukan

pemeriksaan dan faktor lain seperti niat, keterjangkauan jarak, dukungan dari

mitra, self-efficacy dan ekspektasi hasil (Azizah dkk, 2022).

1.3 Pembatasan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, banyak faktor yang mempengaruhi

pemeriksaan triple eliminasi pada ibu hamil, karena keterbatasan biaya,

waktu, serta kemampuan, maka peneliti membatasi variabel yang akan diteliti

yaitu, pengetahuan, sikap dan peran tenaga kesehatan sebagai variabel

independen dan pemeriksaan triple eliminasi pada ibu hamil sebagai variabel

dependen di Puskesmas Satu Ulu Palembang Tahun 2023.

1.4 Rumusan Masalah

1.4.1 Secara Simultan

Apakah ada hubungan pengetahuan, sikap dan peran tenaga kesehatan

secara simultan terhadap pemeriksaan Triple Eliminasi pada ibu hamil

di Puskesmas Satu Ulu Palembang Tahun 2023.


10

1.4.2 Secara Parsial

1. Apakah ada hubungan pengetahuan secara parsial terhadap

pemeriksaan Triple Eliminasi pada ibu hamil di Puskesmas Satu

Ulu Palembang Tahun 2023?

2. Apakah ada hubungan Sikap secara parsial terhadap pemeriksaan

Triple Eliminasi pada ibu hamil di Puskesmas Satu Ulu Palembang

Tahun 2023 ?

3. Apakah ada hubungan peran tenaga kesehatan secara parsial

terhadap pemeriksaan Triple Eliminasi pada ibu hamil di

Puskesmas Satu Ulu Palembang Tahun 2023?

1.5 Tujuan Penelitian

1.5.1 Tujuan Umum

Ingin mengetahui hubungan pengetahuan, sikap dan dukungan suami

secara simultan terhadap pemeriksaan Triple Eliminasi pada ibu hamil

di Puskesmas Satu Ulu Palembang Tahun 2023

1.5.2 Tujuan Khusus

1. Ingin mengetahui hubungan pengetahuan secara parsial terhadap

pemeriksaan Triple Eliminasi pada ibu hamil di Puskesmas Satu

Ulu Palembang Tahun 2023?

2. Ingin mengetahui hubungan sikap secara parsial terhadap

pemeriksaan Triple Eliminasi pada ibu hamil di Puskesmas Satu

Ulu Palembang tahun 2023 ?


11

3. Ingin mengetahui hubungan peran tenaga kesehatan secara parsial

terhadap pemeriksaan Triple Eliminasi pada ibu hamil di

Puskesmas Satu Ulu Palembang Tahun 2023 ?

1.6 Manfaat Penelitian

1.6.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan agar menjadi bahan masukan untuk

pengembangan ilmu mengenai hubungan pengetahuan, sikap dan peran

tenaga kesehatan terhadap pemeriksaan triple eliminasi pada ibu hamil.

1.6.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Pimpinan Puskesmas Satu Ulu Palembang

Bagi tempat dilakukannya pengkajian di Puskesmas Satu Ulu

Palembang Tahun 2023 diharapkan dapat menjadi masukan

tentang pemeriksaan triple eliminasi pada ibu hamil.

2. Bagi Rektor UKB

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan daftar pustaka

tentang penelitian untuk dijadikan sebagai tambahan referensi

perpustakaan dan sebagai sumber bacaan tentang pemeriksaan

triple eliminasi pada ibu hamil.

3. Bagi peneliti

Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan, wawasan, dalam

mempraktekkan ilmu statistik pada penelitian untuk mengetahui

pentingnya pemeriksaan triple eliminasi pada ibu hamil.


12

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan referensi

tentang pengetahuan, sikap dan peran tenaga kesehatan terhadap

pemeriksaan triple eliminasi pada ibu hamil di Puskesmas Satu Ulu

Palembang Tahun 2023.


13

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Dasar Kehamilan

Kehamilan adalah suatu proses pembuahan dalam rangka melanjutkan

yang terjadi secara alami menghasilkan janin yang tumbuh di rahim ibu.

Kehamilan adalah sebuah proses yang dimulai dari tahap konsepsi sampai

lahirnya janin. Lamanya kehamilan normal adalah 38 minggu - 40 minggu

dihitung dari hari pertama haid terakhir (Depkes RI, 2016).

Kehamilan dibagi dalam 3 Trimester yaitu Trimester I mulai dari

konsepsi sampai 12 mingg

u, Trimester II >12 minggu sampai 28 minggu, Trimester III >28

minggu sampai 42 minggu (Saifuddin, 2014).

Antenatal Care (ANC) merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga

profesional yang diberikan kepada ibu selama masa kehamilan yang

dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan antenatal. Pemeriksaan ini

bertujuan memeriksa keadaan ibu dan janin secara berkala diikuti dengan

upaya koreksi terhadap penyimpangan yang ditemukan, dengan standar 6 kali

kunjungan sebagai upaya menurunkan angka kematian prenatal dan kualitas

perawatan pada frekuensi pelayanan antenatal oleh Kemenkes ditetapkan 6

kali kunjungan ibu hamil dalam pelayanan antenatal, selama kehamilan

dengan ketentuan 2 kali pada trimester pertama atau K1 (UK 0-12 minggu), 1

kali pada trimester II (UK >12 minggu-28 minggu) dan 3 kali pada trimester

III atau K4 (UK>28 minggu-lahir) (Kemenkes RI, 2020).


14

2.2. Konsep Dasar Pemeriksaan Triple Eliminasi

2.2.1 Pengertian Triple Eliminasi

Triple Eliminasi adalah program yang bertujuan mencapai dan

mempertahankan eliminasi ibu ke bayi dari HIV/AIDS , Hepatitis B,

dan Sifilis (Kemenkes RI, 2021).

Triple Eliminasi (Eliminasi HIV, Sifilis, Hepatitis B) adalah

program upaya untuk mengeliminasi infeksi tiga penyakit menular

langsung dari ibu ke anak yaitu infeksi HIV/AIDS, Sifilis dan

Hepatitis B yang terintegrasi langsung dalam program Kesehatan ibu

dan anak ( Kemenkes RI, 2019).

Triple eliminasi (Eliminasi HIV, Sifilis, Hepatitis B)

merupakan pemeriksaan pada setiap ibu hamil terhadap HIV, Sifilis

dan Hepatitis B dimana tujuannya untuk penurunan infeksi terhadap

bayi baru lahir. Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai

lahirnya janin, secara umum kehamilan berkembang secara fisiologis

(Prawirohardjo, 2014).

Triple eliminasi (Eliminasi HIV, Sifilis, Hepatitis B)

merupakan program yang diadakan oleh Kementerian Kesehatan

Republik Indonesia untuk menanggulangi penularanHIV (Human

immunodeficiency virus), sifilis, dan hepatitis B sedapat mungkin

tidak menularkan kepada bayinya (WHO, 2018).


15

2.2.2 Skrining Triple Eliminasi

Pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak secara

programatik dimulai dari skrining atau deteksi dini sederhana infeksi

HIV, Sifilis dan Hepatitis B. Cara pemeriksaan dilakukan dengan

pengambilan sampel darah ibu hamil oleh tenaga laboratorium yang

telah terlatih, pemeriksaan tes yang digunakan adalah HIV rapid test,

RPR (Rapid Plasma Reagin)-Tp rapid (Treponema pallidum rapid)

dan HBsAg (Hepatitis B surface Antigen) rapid test (Widhyasih, dkk,

2020)

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomar 37

Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Laboratorium Pusat Kesehatan

Masyarakat, Kemampuan pemeriksaan laboratorium di Puskesmas

meliputi pemeriksaan-pemeriksaan dasar pada:

a. Hematologi: Hemogiabin, Hematokrit, Hitung eritrosit, Hitung

trombosit, Hitung lekosit, Hitung jenis lekosit, LED, Masa

perdarahan dan Masa pembekuan.

b. Kimia klinik: Glukosa, Protein, Albumin, Bilirubin total, Bilirubin

direk, SGOT, SGPT, Alkali fosfatase, Asam urat, Ureum/BUN,

Kreatinin, Trigliserida, Kolesterol total, Kolesterol HDL dan

Kolesterol LDL.

c. Mikrobiologi dan Parasitologi: BTA, Diplococcus gram negatif,

Trichomanas vaginalis, Candida albicans, Bacterial vaginosis,

Malaria, Microfilaria dan Jamur permukaan.


16

d. Imunologi: Tes kehamilan, Golongan darah, Widal, VDRL,

HbsAg, Anti Hbs, Anti HIV dan Antigen/antibody dengue.

e. Urinalisa: Makroskopis (Warna, Kejernihan, Bau, Volume), pH,

Berat jenis, Protein, Glukosa, Bilirubin, Urobilinogen, Keton, itrit,

Lekosit, Eritrosit dan Mikroskopik (sedimen).

f. Metode pemeriksaan laboratorium di Puskesmas menggunakan

metode manual, semi automatik dan automatik.

2.2.3 Pelaksanaan Pemeriksaan Triple Eliminasi

Sesuai tujuan dari pelaksanaan PPIA yaitu untuk

meminimalkan risiko penularan infeksi dari ibu ke bayi. Pemerikasaan

Triple Eliminasi pada ibu hamil dilaksanakan pada:

a. Trimester I umur kehamilan 0-12 minggu risiko penularannya

hanya 1 %.

b. Pada Trimester II 13- 27 minggu risiko penularan lebih tinggi

yaitu 4 %,

c. Trimester III 28- 40 minggu risiko penularan menjadi 12 %.

Semakin awal dilakukan pemeriksaan semakin cepat mendapat

penanganan dan risiko penularan semakin kecil. Sering kali ibu

hamil datang melakukan pemeriksaan PPIA pada umur kehamilan

Trimester III dengan berbagai alasan. Di setap jenjang pelayanan

KIA, tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan wajib

melakukan tes Triple Eliminasi kepada semua Ibu hamil minimal 1

kali sebagai bagian dari pemeriksaan laboratorium rutin pada waktu


17

pemeriksaan antenatal pada kunjungan pertama (K1) hingga

menjelang persalinan. Pemeriksaan Triple Eliminasi HIV, Sifilis

dan Hepatitis B sebaiknya dilakukan pada kunjungan pertama di

trimester pertama (Kemenkes, 2020).

2.2.4 Penyakit Infeksi Terdeteksi Melalui Triple Eliminasi

1. HIV ( Human Immunodeficiency Virus)

1) Definisi HIV-AIDS

Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah

retrovirus yang menginfeksi sel dan sistem imun.Infeksi virus

berakibat pada kerusakan progresif dari sistem kekebalan

tubuh, yang menyebabkan defisiensi kekebalan tubuh. Sistem

kekebalan dianggap defisien ketika tidak bisa lagi memenuhi

perannya dalam memerangi infeksi dan penyakit. Infeksi yang

terkait dengan HIV dikenal sebagai infeksi oportunistik, karena

mereka mengambil keuntungan dari sistem kekebalan tubuh

yang lemah. Tidak seperti virus lain, HIV akan diderita seumur

hidup (Nasronudin, 2007). HIV atau Human Immunodeficiecy

Virus merupakan suatu Virus yang menyerang system

kekebalan tubuh manusia sehingga seseorang yang terinfeksi

HIV sangat mudah terinfeksi oleh penyakit lain atau yang

biasa disebut dengan infeksi oportunistik. Dalam buku

pedoman pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak

mengatakan bahwa HIV (Human Immunodeficiecy Virus)


18

adalah retrovirus golongan RNA (Ribose Nucleic Acid) yang

spesifik menyerang sistem imun atau kekebalan tubuh manusia

yang menyebabkan penurunan sistem kekebalan tubuh pada

manusia atau orang yang terinfeksi HIV sehingga

memudahkan penularan berbagai penyakit (KemenkesRI,

2015b). Sedangkan dalam buku Kapita Selekta Kedokteran

edisi IV tahun 2016 mengatakan bahwa virus HIV merupakan

patogen yang menyerang sistem imun manusia terutama semua

sel yang memiliki penanda CD4+ (Cluster of Differentiation

4+) di permukaannya seperti makrofag dan limfosit T (Chist

Tanto, 2016).

Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah

kumpulangejala atau penyakit yang disebabkan oleh

menurunnya kekebalan tubuh akibat infeksi virus HIV yang

termasuk famili retroviridae. AIDS merupakan tahap akhir

dari infeksi HIV(Noviana, 2017) . AIDS adalah singkatan dari

Acquired Immuno Deficiency Syndrome adalah sekumpulan

tanda dan gejala yang timbul akibat adanya invasi oleh virus

HIV pada system kekebalan tubuh manusia atau AIDS

merupakan suatu kondisi (sindrom) immunosupresif yang

berkaitan erat dengan berbagai infeksi oportunistik, neoplasma

sekunder, serta manifestasi neurologik tertentu akibat infeksi

HIV (kapita selekta kedokteran ed ID,2016) dalam peraturan


19

Menteri Kesehatan Nomor 74 tahun 2014 mengatakan bahwa

AIDS merupakan suatu kumpulan gejala berkurangnya

kemampuan pertahanan diri yang disebabkan oleh masuknya

virus HIV dalam tubuh seseorang (Permenkes RI, 2014).

Sedangkan dalam Pedoman Pencegahan Penularan HIV dari

Ibu ke Anak bagi tenaga kesehatan tahun 2015 mengatakan

bahwa AIDS adalah sekumpulan gejala/tanda klinis pada

pengidap HIV akibat infeksi tumpangan (oportunistik) karena

penurunan sistem imun. Penderita HIV mudah terinfeksi

berbagai penyakit karena imunitas tubuh yang sangat lemah

sehingga tubuh gagal melawan kuman yang biasanya tidak

menimbulkan penyakit. Infeksi oportunistik ini biasanya

disebabkan oleh berbagai virus, jamur, bakteri dan parasit serta

dapat menyerang berbagai organ antara lain kulit, saluran

cerna/usus, paru – paru dan otak. Berbagai jenis keganasan

juga mungkin akan timbul (KemenkesRI, 2015b).

2) Etiologi

HIV merupakan retrovirus, dan mereka adalah agen

etiologi AIDS. Virus matur terdiri dari bar-shapedelectron

dense core yang mengandung gen virus- dua strand pendek

ribonucleic acid (RNA) sekitar 9200 basa nukleotida panjang

bersama dengan enzim reverse transcriptase, protase,

ribonuclease, dan integrase, semua dibungkus dalam lapisan


20

tertular envelope lipid yang berasal dari sel host. Envelope ini

memiliki 72 penonjolan di permukaannya, atau spike , yang

mengandung antigen, gp120 yang membantu dalam

pengikatan virus terhadap sel target dengan rseptor CD4.

Glikoprotein kedua, gp41, mengikatkan gp120 dengan lipid

envelope. Dari mikroskop elektron, membran plasma dari

limfosit CD4+ yang terinfeksi menunjukan partikel budding

virus berdiameter sekitar 100 nanometer.Virion memiliki inti

asimetris yang terdiri dari kapsid berbentuk kerucut (geometrik

fullerene cone). Virion berkembang dari membran plasma atau

dari vakuola sitoplasma dari sel host yang terinfeksi. Spike

dimasukkan ke dalam membran virion yang tumbuh (Hutapea,

Ronald 2011).

Gen HIV, serupa dengan retrovirus pada umumnya,

mengandung tiga gen utama –gag, -pol, dan env. Gen ini

mengkode untuk komponen struktural dan fungsional utama

dari HIV termasuk protein envelope dan reverse transcriptase.

Komponen struktural dan fungsional utama dari HIV termasuk

protein envelope dan reverse transcriptase.Komponen

struktural yang dikode oleh env termasuk glikoprotein

envelope.Glikoprotein envelope terluar gp120 dan glikoprotein

transmembran gp41 yang berasal dari precursor glikoprotein

gp160. Komponen yang dikode oleh gen gag termasuk inti


21

protein nukleokapsid p55, p40, p24 (kapsid, atau inti antigen),

p17 (matriks) dan p7(nukleokapsid). Protein penting yang

dikode oleh pol adalah protein enzim p66 dan p51 (reverse

transcriptase), p11(protease) dan p32(integrase)

(Lumbanraja,S 2016)

Meskipun kebanyakn protein virus HIV utama, yang

termasuk p24 (antigen envelope), sangat imunogenik, respon

antibodi bervariasi berdasarkan virus load dan kompetensi

imun pejamu. Gen tambahan yang dibawa oleh HIV termasuk

tat, rev, nef, vif, vpr, dan vpu (untuk HIV-1) atau vpx (untuk

HIV-2). Gen rev mengkode protein pengatur yang mengganti

proses transkrip viral RNA menjadi pola, yang mengarah pada

produksi protein struktural dan enzimatik virus. Long terminal

repeat (LTR) berfungsi sebgai promoter transkripsi

(Nasronudin, 2007).

Gen tat banyak berperan dalam pathogenesis HIV. Ini

menghasilkan protein pengatur yang mempercepat transkripsi

provirus HIV menjadi viral mRA. Ini berfungsi dalam

transaktivasi gen virus. Selain itu, tat mengatur ekspresi

ekspresi gen host.Efek modulasi seperti ini mungkin termasuk

meningkatnya supresi imun, apoptosis, dan stress oksidatif.

Gen nef menghasilkan protein pengatur yang memodifikasi sel

yang terinfeksi untuk membuatnya lebih rentan dalam


22

menghasilkan virion HIV, dengan cara mempercepat

endositosis CD4 dari permukaan sel yang terinfeksi. Gen vif,

vpr, dan vpu mengkode protein yang tampaknya berperan

dalam menghasilkan infeksi dan efek patologi. Hasil protein

vif, vpu, dan vpr menghubungkan dengan anggota superfamily

dari modularubiquitin ligase untuk menginduksi

polyubiquitylation dan degradasi proteasome dari target selular

mereka.Lebih spesifik lagi, vpr memiliki kemampuan untuk

menunda atau menghambat sel yang terinfeksi di fase G2

siklus sel dan memfasilitas infeksi oleh makrofag.Vif melawan

efek antivirus apolipoprotein B mRNA editing enzim katalitik

polipeptida seperti 3G, atau produk protein dari gen

APOBEC3G (A3G). vpu mempercepat pelepasan virion dari

sel yang terinfeksi (Lumbanraja sarma, 2010).

3) Patogenesis

Retrovirus tidak mampu bereplikasi di luar sel pejamu

yang hidup dan tidak mengadung asam deoksiribonukleat

(DNA).Pathogenesis infeksi HIV adalah gabungan siklus

hidup sel, lingkungan sel pejamu, dan kuantitas virus pada

individu, yang terinfeksi. Setelah memasuki tubuh, partikel

virus tertarik ke sel dengan molekul reseptor CD4 yang sesuai

dimana dia melekat dengan cara fusi terhadap membran sel

yang rentan atau dengan endositosis dan kemudian memasuki


23

sel. Kemungkinan infeksi adalah gabungan dari jumlah virion

HIV infeksius di cairan tubuh dan jumlah sel yang tersedia

dilokasi kontak yang mungkin reseptor CD4 yang sesuai.

Sebanyak 10 juta sampai miliar 10 miliar virion diproduksi

setiap hari. Dalam 24 jam pertama setelah paparan, HIV

menyerang atau ditangkap sel dendritic di membran mukosa dn

kulit. Dalam 5 hari setelah paparan, sel yang terinfeksi pergi ke

kelenjar getah bening dan akhirnya ke darah perifer, dimana

replikasi virus menjadi cepat.Limfosit CD4+ yang direkrut

untuk berespon terhadap antigen virus bermigrasi ke kelenjar

getah bening.Ini menjadi teraktivasi dan berproliferasi melalui

interaksi kompleks sitokin yang dilepaskan ke lingkungan

kelenjar getah bening.Kejadian ini membuat sel CD4+ menjadi

rentan terhadap infeksi HIV.Monosit yang terinfeksi HIV

memungkinkan terjadi replikasi virus tetapi menolak

dibunuh.Sehingga, monosit bekerja sebagai reservoir HIV dan

sebagai efektor kerusakan jaringan pada organ seperti otak.

Siklus hidup HIV termasuk 6 fase yaitu binding dan entry,

reverse transcription, integration, replikasi, budding, dan

maturasi (Nasronudin, 2007)

4) Manisfestasi Klinis

Menurut Kemenkes , 2012 Infeksi HIV dibagi menjadi

4 fase. Fase awal atau masa inkubasi terjadi 2-4 minggu


24

pertama setelah terinfeksi, tidak ada gejala yang

terjadi.Beberapa minggu kemudian, pasien masuk ke fase

infeksi akut yang ditandai oleh gejala mirip flu, termasuk

fatigue, demam, sakit kepala, limfadenopati.Karakteristik dari

fase ini adalah viral load tinggi, berlangsung selama 28 hari

sampai beberapa minggu. Fase ini diikuti oleh fase laten

panjang yaitu 5 sampai 10 tahun, gejala hampir tidak ada

tetapi virus tetap aktif berkembang dan menghancurkan sistem

imun tubuh. Seiring dengan menurunnya jumlah CD4,

penurunan imun juga terjadi dan AIDS terdiagnosis saaat CD4

<200/ml. Pasien akan menghadapi ancaman hidup dari infeksi

oportunistik, seperti Pneumocystis Carinii pneumonia (PCP),

Micobacterium avium complex (MAC), tuberkulosis

pulmonari, toksoplasmosis, kandidiasis, dan infeksi

cytomegalovirus (CMV) atau keganasan seperti sarkoma

kaposi dan limfoma non Hodgkin (Lumbanraja, 2016)

Hampir 90% kasus infeksi HIV pada anak disebabkan

oleh transmisi perinatal.Transmisi perinatal bisa terjadi akibat

penyebaran hematogen.Beberapa penelitian melaporkan

tingginya kasus terjadi akibat terpaparnya intrapartum terhadap

darah maternal seperti pada kasus episiotomi, laserasi vagina

atau persalinan dengan forsep, sekresi genital yang terinfeksi

dan ASI.Frekuensi rata-rata transmisi vertikal dari ibu ke anak


25

dengan infeksi HIV mencapai 25-30%. Faktor lain yang

meningkatkan resiko transmisi ini, antara lain jenis HIV tipe 1,

riwayat anak sebelumnya dengan infeksi HIV, ibu dengan

AIDS, lahir prematur, jumlah CD4 maternal rendah. Viral load

maternal tinggi, anak pertama lahir kembar, korioamnionitis,

persalinan pervaginam dan pasien HIV dengan koinfeksi.

Interpretasi kasus sering menjadi kendala karena pasien yang

terinfeksi HIV adalah karier asimptomatik dan mempunyai

kondisi yang memungkinkan untuk memperburuk

kehamilannya.Kondisi tersebut ketergantungan obat, nutrisi

buruk, akses terbatas untuk perawatn prenatAl, kemiskinan dan

adanya penyakit menular seksual. Komplikasi yang mungkin

terjadi adalah bayi lahir prematur, premature rupture of

membran (PROM), berat bayi lahir rendah, anemia, restriksi

pertumbuhan intrauterus, kematian perinatal dan endometritis

pospartum (Nasronudin, 2007).

5) Keuntungan Diagnosis Dini Infeksi Hiv

Kemajuan ilmu pengetahuan tentang infeksi HIV

dewasa ini menunjukkan bahwa deteksi dini infeksi HIV

sangat menguntungkan bagi penderita dan masyarakat.

Dengandemikian, hal ini merupakan tantangan bagi petugas

kesehatan (dokter, bidan,perawat) untuk meningkatkan


26

pengetahuan dan pemahamannya tentang diagnosis dini infeksi

HIV (Maryunani, 2013) .

Menurut Maryunani dan Aeman, 2013 Beberapa

keuntungan diagnosis dini infeksi HIV adalah sebagai berikut:

1. Keuntungan bagi penderita secara individual

a) Memperpanjang masa asimptomatik

b) Menunda progresivitas penyakit

c) Mencegah infeksi opotunistik

d) Mengoptimalkan pengelolaan kesehatan bagi penderita

melalui edukasi dan konseling

e) Pengobatan hanya memungkinkan bila intervensi

dilakukan sedini mungkin

2. Keuntungan bagi penderita secara berkelompok

a) Memonitor kemajuan terapi

b) Meningkatkan partisipasi dalam riset dan uji klinik

c) Mengembangkan pelayanan baru sesuai dengan

kebutuhan penderita

3. Keuntungan bagi komunitas

a) Dokumentasi perubahan epidemi

b) Menurunkan kegiatan yang berisiko tinggi

c) Memudahkan mencari jejak kontak individual yang

pernah kontak dengan kasus

d) Mengontrol transmisi HIV


27

4. Keuntungan bagi petugas kesehatan

a) Waktu untuk mempengaruhi jalannya penyakit menjadi

lebih lama

b) Waktu untuk konseling menjadi lebih lama

6) Penularan HIV&AIDS

Sebenarnya virus HIV tidak mudah menular seperti

penularan virus influenza.Virus HIV terutama terdapat di

dalam darah, cairan sperma, cairan vagina dan sedikit dalam

ASI pengidap HIV&AIDS. Menurut kemenkes , 2012 Cara

penularan HIV&AIDS dapat terjadi melalui:

1. Hubungan Seksual (Homo maupun heteroseksual) dengan

Seorang yang tubuhnya mengidap HIV. Kebanyakan orang

terjangkit HIV karena melakukan kegiatan seks yang tidak

terlindungi dengan orang tertentu yang telah terjangkit

HIV.

2. Darah yang Tercemar

Orang yang kejangkitan HIV jika darah yang tercemar HIV

masuk dalam darah mereka.Darah yang tercemar ini dapat

masuk ke tubuh mereka melalui suatu transfusi darah

(penerimaan darah atau produk darah) yang tercemar.Darah

yang tercemar ini dapat pula berasal dari suatu jarum atau

pisau yang telah digunakan pada seseorang yang telah

kejangkitan HIV dan tidak disucihamakan stelah jarum dan


28

pisau itu digunakan, termasuk penggunaan alat suntikan

dan alat tusuk (alat tatto, akupuntur, tindik) yang

tercemar.Penggunaan bergantian suatu jarum suntik tanpa

pensuci-hamaan terutama dikalangan mereka yang

menyuntikan obat-obatan dapat menyebarkan HIV.

Penularan HIV dengan cara ini banyak sekali terjadi pada

mereka yang kecanduan obat bius, narkoba yang di

suntikkan (Noviana, 2017).

3. Penularan dari Ibu Pengidap HIV kepada Bayi atau Anak

Mereka Seperti telah dijelaskan sebelumnya, bahwa

penularan HIV dari Ibu ke Bayi dapat terjadi:

a) Selama Kehamilan, ketika janin masih dalam

kandungan ibu dengan resiko kejadian 5-10%

b) Selama Persalinan, dengan resiko kejadian 10-20%,

sebagian besar penularan HIV dari Ibu ke Bayi terjadi

karena pada saat persalinan. Hal ini disebabkan karena

pada saat proses persalinan, tekanan pada plasenta

terutama plasent yang mengalami peradangan atau

terinfeksi meningkat menyebabkan terjadinya sedikit

pencampuran antara darah ibu ke bayi dapat pula terjadi

pada saat bayi terpapar oleh darah dan lendir ibu di

jalan lahir. Hal ini disebabkan karena:


29

a. Kulit bayi baru lahir masih sangat lemah dan lebih

mudah terinfeksi bila kontak dengan HIV

b. Kemungkinan bayi menelan darah atau lendir ibu

sehingga bayi dapat terinfeksI HIV Disamping itu,

penggunaan tindakan invasif selama proses

persalinan dan ibu mengalami khoriamnionitis juga

memperbesar penularan HIV dari ibu ke bayi pada

masa ini.

c) Selama Menyusui

Bayi tertular melalui pemberian Air Susu Ibu (ASI) yang

mengidap HIV dengan resiko kejadian 10-15%.

Berkenaan dengan bayi dan anak-anak, berbagai sumber

mengungkapkan adanya fakta-fakta sebagai berikut:

a. HIV dapat ditransmisikan kepada seorang bayi

selama kehamilan atau pada saat melahirkan

b. Seorang ibu yang terinfeksi HIV berkemungkinan

memperoleh bayi dengan HIV dengan perbandingan

1 : 4 untuk setiap kehamilan.

c. HIV dapat diteruskan kepada seorang bayi melalui

proses menyusui dari seorang ibu yang terinfeksi

HIV

d. Anak-anak dan remaja dapat memperoleh HIV dari

kontak cairan darah atau cairan tubuh atau melalui


30

seks yang meliputi kekerasan seksual, pemaksaan

atau eksploitasi seks untuk tujuan komersial

(Nasronudin, 2007).

7) Faktor Resiko Penularan HIV dari ibu ke anak

Dalam UNAIDS (2016) Ada tiga faktor risiko

penularan HIV dari ibu ke anak, yaitu sebagai berikut:

a. Faktor Ibu

1) Kadar HIV dalam darah ibu (viral load) merupakan

factor paling utama terjadinya penularan HIV dari ibu ke

anak. Semakin tinggi kadarnya, semakin besar

kemungkinan penularannya, khususnya pada

saat/menjelang persalinan dan masa menyusui bayi.

2) Kadar CD4. Ibu dengan kadar CD4 yang rendah,

khususnya bila jumlah sel CD4 di bawah 350 sel/mm3,

menunjukkan daya tahan tubuh yang rendah karena

banyak sel limfosit yang pecah/rusak. Kadar CD4 tidak

selalu berbanding terbalik dengan viral load. Pada fase

awal keduanya bisa tinggi, sedangkan pada fase lanjut

keduanya bisa rendah kalau penderitanya mendapat

terapi antiretrovirus (ARV).

3) Status gizi selama kehamilan: berat badan yang rendah

serta kekurangan zat gizi terutama protein, vitamin, dan

mineral selama kehamilan meningkatkan risiko ibu untuk


31

mengalami penyakit infeksi yang dapat meningkatkan

kadar HIV dalam darah ibu, sehingga menambah risiko

penularan ke bayi.

4) Penyakit infeksi selama kehamilan, IMS, misalnya

sifilis,Infeksi organ reproduksi, malaria, dan tuberkulosis

berisiko meningkatkan kadar HIV pada darah ibu,

sehingga risiko penularan HIV kepada bayi semakin

besar.

5) Masalah pada payudara misalnya puting lecet, mastitis

Dan Abses pada payudara akan meningkatkan risiko

penularan HIV melalui pemberian ASI.

b. Faktor Bayi

1) Usia kehamilan dan berat badan bayi saat lahir. Bayi

prematur atau bayi dengan berat lahir rendah lebih rentan

tertular HIV karena sistem organ dan kekebalan tubuh

belum berkembang baik.

2) Periode pemberian ASI: risiko penularan melalui

Pemberian ASI bila tanpa pengobatan berkisar antara 5

20%.

3) Adanya luka di mulut bayi, risiko penularan lebih besar

ketika bayi diberi ASI.

c. Faktor Obstetrik

1) Jenis persalinan: risiko penularan pada persalinan per


32

vaginam lebih Besar daripada persalinan seksio sesaria;

namun, seksio sesaria memberikan banyak risiko lainnya

untuk ibu.

2) Lama persalinan: semakin lama proses persalinan, risiko

Penularan HIV dari ibu ke anak juga semakin tinggi,

karena kontak antara bayi dengan darah/lendir ibu

semakin lama.

3) Ketuban pecah lebih dari empat jam sebelum persalinan

meningkatkan risiko penularan hingga dua kali

dibandingkan jika ketuban pecah kurang dari empat jam.

4) Tindakan episiotomi, ekstraksi vakum, dan forsep

Meningkatkan risiko penularan HIV.

Deteksi dini atau skrining HIV pada ibu hamil menjadi

bagian standar pelayanan minimal (SPM) bidang kesehatan

tingkat kabupaten/kota di Indonesia disebutkan secara khusus

pada SPM kesehatan ke 12, dengan target wajib 100% yang

ditetapkan oleh kepala daerah setempat. Deteksi dini HIV

dilakukan dengan reagen pertama yang memiliki sensitivitas

lebih dan 99%. Deteksi dini HIV dapat dilakukan di fasyankes

atau saat kunjungan numah oleh petugas kesehatan seperti

bidan, perawat atau dokter dengan syarat tercatat secara valid

yang menunjukkan fasyankes pengampu, tanggal pelayanan

deteksi dini, nomor induk kependudukan (NIK) atau nomor e-


33

KTP penerima pelayanan minimal, kelompok risiko (bisa lebih

dari satu), pelaksanaan pelayanan skrining HIV (R1), hasil

skriningnya, perlu tidaknya tindak lanjut. (Kemenkes, 2017)

8) Fase Tahapan HIV

Fase Tahapan HIV Fase I : masa jendela ( window

period), tubuh telah terinfeksi namun pada pemeriksaan darah

belum menunjukkan adanya antibody. Fase ini berlangsung

selama dua minggu sampai tiga bulan dan telah mampu

menularkan kepada orang lain. Gejala yang timbul antara lain :

demam, ruam kulit, nyeri tenggorokan, pembengkakan

kelenjar getah bening, batuk atau seperti gejala flu biasa.

Fase II : pada fase ini biasanya tanpa gejala/

asimptomatik namun pada pemeriksaan darah tes HIV telah

menunjukkan hasil positif. Fase ini dapat berlangsung selama

2-3 tahun atau pada gejala ringan dapat berlangsung 5-8 tahun.

Fase III : masa AIDS, masa terminal/akhir dimana

kekebalan tubuh telah menurun drastis sehingga berbagai

infeksi penyakit opourtunistik muncul seperti peradangan

mukosa atau selaput lender yang diatandai infeksi jamur di

mulut (Kemenkes RI, 2019).

9) Penanganan ibu hamil dengan HIV Ibu hamil terinfeksi HIV

dilakukan tindak lanjut pengobatan dengan meminum obat

ARV sejak diketahui kehamilan. Tujuannya adalah untuk


34

meningkatkan kekebalan tubuh ibu hamil menjadi lebih kuat

dan mengurangi resiko penularan pada janin Semakin cepat

diketahui dan ditegakkan diagnosa HIV melalui pemeriksaan

triple eliminasi, semakin cepat pananganan dan pengobatan

ARV yang didapat ibu hamil dengan HIV, sehingga kekebalan

tubuh ibu akan kuat dan mengurangi resiko penularan pada

janin (Kemenkes RI, 2019).

Kemungkinan penularan vertikal dalam masa

persalinan dapat diturunkan sampai 2-4% dengan

menggunakan cara pencegahan seperti pemberian

antiretrovirus (ARV), persalinan secara seksio sesaria, maka

sebaiknya bayi tidak diberikan ASI (Liazmi dkk, 2020)

10) Dampak Infeksi HIV pada Anak

Anak yang sejak bayi mengidap HIV, umumnya

mengalami perkembangan yang lambat bila dibandingkan

dengan anak lain seusianya sebagai akibat system kekebalan

tubuh yang lemah. Anak pengidap HIV mudah terserang

penyakit dan lebih lama menguasai kemampuan motorik kasar

seperti duduk, tengkurap, merangkak, atau berdiri. Hal ini

mengakibatkan gangguan pertumbuhan yang membuatnya sulit

menambahkan berat badan sehingga menyebabkan otot anak

cenderung lebih kecil.


35

2 Sifilis

1) Definisi Sifilis

Sifilis adalah suatu infeksi menular seksual, yang

disebabkan oleh bakteri spirochaeta, yaitu Treponema

Pallidum. Selain Sifilis, terdapat tiga jenis infeksi lain pada

manusia yang disebabkan oleh treponema, yaitu: non-venereal

endemic syphilis (telah dieradikasi), frambusia (T pertenue)

dan pinta (T careteum di Amerika Selatan). Sifilis secara

umum dapat dibedakan menjadi dua, yaitu Sifilis Kongenital

(ditularkan dari ibu ke janin selama dalam kandungan) dan

Sifilis yang didapat/akuisita yang ditularkan melalui hubungan

seks dan produk darah yang tercemar.(Safitri dkk, 2019)

2) Penularan Sifilis

Cara penularan Sifilis sama dengan penyakit IMS

lainnya, yaitu umumnya melalui hubungan seksual dengan

pasangan yang mengidap Sifilis. Sama seperti infeksi dalam

darah (IMLTD) lainnya, Sifilis juga menular dari ibu ke bayi.

Penularan Sifilis dari ibu ke bayi dapat terjadi karena

treponema pallidum dapat menembus sawar darah plasenta,

sehingga pada ibu yang telah terinfeksi sifilis sebelum hamil

dapat mengalami abortus atau bayi lahir mati atau bayi lahir

hidup kemudian mati. Penularan dapat terjadi sejak awal

kehamilan, pada masa kehamilan, atau kontak lesi saat


36

persalinan dan kontak dengan lesi Sifilis setelah persalinan.

Penularam sifilis dari ibu ke bayi terjadi pada awal konsepsi,

minggu ke-9 kehamilan, namun bisa juga pada minggu ke-16

dan ke 28 kehamilan. Faktor risiko penularan Sifilis dari ibu ke

anak sebagai berikut :

1) Faktor Ibu

a) Adanya infeksi menular seksual lain selama kehamilan,

misalnya IMS (HIV, gonore, dll), infeksi organ

reproduksi, malaria dan tuberkulosis akan memperbesar

risiko penularan Sifilis.

b) Penularan baru Sifilis pada ibu hamil meningkatkan

risiko

Penularan keanak

2) Faktor Tindakan Obstetrik Risiko

Penularan Sifilis selama masa kehamilan lebih besar

dibandingkan risiko pada saat persalinan karena bakteri

dapat menembus barier darah plasenta, sehingga disebut

sifilis kongenital.

3) Klasifikasi Sifilis

Menurut Sarwono Prawirohardjo (2017) sifilis dibedakan

menjadi dua, yakni:

1) Sifilis kongenital atau bawaan


37

Sifilis kongenital akibat dari penularan spirokaeta

tranplasent. Bila wanita hamil dengan sifilis primer dan

sekunder serta spirokaetamia yang tidak diobati, besar

kemungkinan untuk menularkan infeksi pada bayi yang

belum dilahirkan dari pada wanita dengan infeksi laten.

Penularan dapat terjadi selama kehamilan. Insiden dari

infeksi sifilis kongenital tetap paling tinggi selama 4 tahun

pertama sesudah mendapat infeksi primer, sekunder dan

penyakit laten awal.

2) Sifilis Akuisita (dapatan)

Sifilis dapatan penularanya hampir selalu akibat dari kontak

seksual walupun penangananya secara kuratif telah tersedia

untuk sifilis selama lebih dari empat dekade, sifilis tetap

penting dan tetap merupakan masalah kesehatan yang lazim

di Indonesia. Sifilis adalah penyakit kelamin menular yang

disebabkan oleh bakteri spiroseta, Treponema pallidum.

Penularan biasanya melalui kontak seksual; tetapi, ada

beberapa contoh lain seperti kontak langsung dan

kongenital sifilis (penularan melalui ibu ke anak dalam

uterus). Sedangkan dalam (Mongan, 2019) sifilis dapat

ditularkan melalui berbagai cara yaitu :

a) Kontak seksual langsung. Umumnya penderita sifilis

tertular
38

lewat cara ini. Ibu pengidap sifilis, tidak diobati, setelah

hamil Treponema pallidum dalam tubuh ibu bisa ke

tubuh janin melalui sirkulasi darah, menyebabkan janin

tertular sifilis. Infeksi terjadi setelah 4 bulan kehamilan.

c) Kontak tidak langsung. Orang yang hidup bersama

dengan pengidap sifilis, cara penularan sifilis jenis ini

bersentuhan dengan pakaian dalam, sprei, selimut, sapu

tangan, pisau cukur, dan handuk yang pernah dipakai

oleh pengidap.

d) Infeksi yang ditularkan melalui darah. Jika pendonor

adalah pengidap sifilis laten, darah yang didonorkan

kemungkinan membawa Treponema pallidum.

4) Tanda dan Gejala Sifilis

Tanda gejala yang muncul pada setiap individu sangat

berbeda-beda. Menurutnya, beberapa gejala sifilis yang sering

muncul adalah sebagai berikut:

1) Gejala awal penyakit ini biasanya ditandai dengan

hilangnya

nafsu makan pada penderita. Penderita juga akan mudah

lelah dan berkeringat disertai rasa sakit di bagian kepala.

Dalam waktu cepat, penderita juga akan mengalami anemia

Setelah gejala awal muncul, penderita juga akan

menemukan luka terbuka seperti luka digigit serangga pada


39

beberapa bagian tubuhnya seperti organ vital dan mulut.

Setelah itu penderita juga akan merasakan sakit di bagian

anus, alat kelamin dan mulutnya. Kejadian ini biasanya

muncul kurang lebih seminggu setelah penderita

melakukan hubungan seks dengan orang terinfeksi sifilis.

2) Gejala sifilis lainnya adalah penderita sifilis akan

Menemukan adanya ruam kemerahan pada daerah organ

kelaminnya yang juga menimbulkan rasa gatal dan panas

Beberapa penderita juga akan mengalami kerontokan pada

rambutnya. Dalam (Pickering dkk, 2012) Hal ini biasanya

terjadi beberapa bulan setelah terinfeksi sifilis. Kemudian

pada tahap selanjutnya gejala sifilis lainnya akan dimulai

sekitar dua tahun setelah terinfeksi sifilis. Bakteri spiroseta

telah menyebar dengan sangat cepat dalam tubuh. Bakteri

tersebut juga mulai merusak sistem syaraf dalam otak dan

sistem peredaran darah dalam tubuh si penderita.

3. Hepatitis B

1. Definisi Hepatitis B

Hepatitis B adalah suatu penyakit hati yang

disebabkan oleh virus Hepatitis B, yang dapat menyebabkan

peradangan hati akut atau kronis yang dapat berlanjut

menjadi sirosis hati atau kanker hati. Hepatitis B akut jika

perjalanan penyakit kurang dari 6 bulan sedangkan Hepatitis


40

B kronis bila penyakit menetap, tidak menyembuh secara

klinis atau laboratorium atau pada gambaran patologi anatomi

selama 6 bulan. (Mulyani dan Salsabil, 2020)

2. Cara Penularan

Penularan virus Hepatitis B ini ada dua cara. Hepatitis

B akut memiliki masa inkubasi 60-90 hari.Penularannya

vertikal 95% terjadi masa perinatal (saat persalinan) dan 5%

intra uterine (Mulyani dan Salsabil, 2020). Transmisi

Hepatitis B dapat menyebar secara vertikal (dari ibu ke anak)

atau horizontal (dari satu individu ke individu lainnya). Pada

daerah yang endemik, transmisi umumnya secara vertikal,

terutama saat masa perinatal dan 95% bayi yang tertular saat

masa perinatal akan menjadi Hepatitis B kronik. Sementara

itu, transmisi secara horizontal dapat melalui tranfusi darah,

jarum suntik yang tercemar, pisau cukur, tatto, atau

transplantası organ. Makin tinggi kadar HBV DNA pada ibu

hamil, mempunyai risiko 3,5 kali penularan pada bayinya.

Dalam rangka menurunkan penularan Hepatitis B dari Ibu ke

Anak, Kementerian Kesehatan RI mengeluarkan Pemenkes

Nomor 52 Tahun 2017 tentang Pedoman Eliminasi Penularan

HIV, Sifilis, dan Hepatitis B dari Ibu ke Anak, dengan target

eliminasi pada tahun 2022. Penyelenggaraan eliminasi

tersebut dilakukan melalui kegiatan promosi kesehatan,


41

surveilans kesehatan, deteksi dini, dan atau penanganan

kasus. Deteksi dini dilakukan dengan rapid diagnostic test

(RDT) pada ibu hamil paling sedikit satu kali pada masa

kehamilan di pelayanan kesehatan yang memiliki standar

diagnostik tersebut. Pemberian HBIg <24 jam pada bayi yang

lahir dari Ibu dengan Hepatitis B dapat mencegah penularan

dari ibu ke anak.

2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemeriksaan Triple Eliminasi Pada

Ibu Hamil

2.3.1 Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah

orang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu.

Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo,

2014).

Sedangkan menurut Donsu, (2017) Pengetahuan adalah suatu

hasil dari rasa keingintahuan melalui proses sensoris, terutama pada

mata dan telinga terhadap objek tertentu. Pengetahuan merupakan

domain yang penting dalam terbentuknya perilaku terbuka atau open

behavior.
42

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan

pengetahuan merupakan segala sesuatu yang dilihat, dikenal,

dimengerti terhadap suatu objek tertentu yang ditangkap melalui

pancaindra yakni, indra pendengaran, penglihatan, penciuman, perasaan

Tingkat pengetahuan seseorang terhadap suatu obyek sangat

ditentukan oleh tingkat pendidikannya. Pada umumnya makin tinggi

pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi (Notoatmodjo,

2014). Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara

untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang

kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang

dihadapi masa lalu (Notoatmodjo, 2014). Disamping itu Ibu hamil yang

memiliki pengetahuan baik dengan pemeriksaan Triple Eliminasi tidak

terlepas dari usaha petugas kesehatan yang terus menerus melakukan

penyuluhan dan sosialisasi tentang pentingnya melakukan screening

penyakit menular ibu dan anak (PPIA) seperti pemeriksaan Triple

Eliminasi.

Kategori pengetahuan dikelompokkan menjadi 2 (dua)

kelompok yaitu pengetahuan baik (> 50%) dan kurang (≤ 50%)

(Budiman dan Riyanto, 2013).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Aristadewi (2022) yang

berjudul hubungan pengetahuan dan sikap ibu hamil dengan

pemeriksaan triple eliminasi di puskesmas manggis 1. Ibu hamil yang

memiliki pengetahuan kurang tidak melakukan pemeriksaan sebanyak


43

(57,9%) dan yang melakukan pemeriksaan sebanyak (42,1%) ibu

hamil. Sedangkan ibu dengan pengetahuan baik sebanyak (26,3%) tidak

melakukan pemeriksaan dan sebanyak (73,7%) ibu hamil melakukan

triple eliminasi. Hasil analisis yang diperoleh berdasarkan bantuan

sistem komputer yaitu X 2 hitung 6,314 dengan df 1 dan taraf

signifikansi 0,05. Nilai x 2 tabel dengan df 1 pada taraf signifikansi 0,05

adalah 3,84. Sehingga diperoleh x 2 hitung > dari x 2 tabel dan dapat

disimpulkan ada hubungan antara pengetahuan ibu hamil dengan

pemeriksaan Triple Eliminasi di Puskesmas Manggis 1 dengan p=

0,012.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Panjaitan (2018)

Sampel berjumlah 31 orang diperoleh melalui teknik accidental

sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner kemudian

dianalisis menggunakan Uji Chi-square. didapatkan pengetahuan ibu

tentang penularan pencegahan HIV dari ibu ke anak masih kurang

(41,9%). Ada hubungan antara pengetahuan ibu hamil tentang

pencegahan penularan HIV ibu ke anak (PPIA) dengan pemaanfaatan

pemeriksaan HIV (p=0,004). Hasil Penelitian Aristadewi, 2022 Besar

sampel dihitung menggunakan rumus didapatkan sejumlah 76 orang ibu

hamil. menunjukan sebagian besar responden memiliki pengetahuan

baik sebanyak (75%) Hubungan pengetahuan hamil dengan

pemeriksaan Triple Eliminasi adalah rendah dengan p value 0,012.


44

Kundaryanti dkk (2022) yang berjudul faktor-faktor yang

berhubungan dengan pemeriksaan triple eliminasi pada ibu hamil.

responden yang memiliki pengetahuan kurang 31 (79,5%) belum di

periksa, dan 8 (20,5%) sudah diperiksa trieliminasi, sedangkan yang

memiliki pengetahuan baik 23 (39,7%) yang belum diperiksa dan 35

(60,3%) yang sudah diperiksa. Dari uji chi square didapat nilai p value

0,00 < 0,05 berarti ada hubungan antara pengetahuan dengan

pemeriksaan trieliminasi ibu hamil di Puskesmas Ciracas Jakarta Timur

Tahun 2022.

2.3.2 Sikap

Notoatmodjo (2014) menyebutkan bahwa sikap merupakan

konsep yang sangat penting dalam komponen sosio-psikologis, karena

merupakan kecenderungan bertindak, dan berpersepsi. Sikap adalah

respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang

sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan

(senang – tidak senang, setuju – tidak setuju, baik – tidak baik dan

sebagainya).

Menurut Notoatmodjo (2012) bahwa sikap seseorang dapat

berubah dengan diperolehnya tambahan informasi tentang objek

tersebut melalui persuasi serta tekanan dari kelompok sosialnya. Oleh

karena itu, informasi yang didapatkan seseorang tentang sesuatu hal

akan dapat mempengaruhi sikapnya. Secara umum sikap dapat

dirumuskan sebagai kecenderungan untuk merespon (secara positif atau


45

negatif) terhadap orang, objek atau situasi tertentu. Sikap mengandung

suatu penelitian emosional. Selain bersifat positif dan negatif, sikap

memiliki tingkat kedalaman yang berbeda-beda. Sikap positif pada ibu

hamil disebabkan karena tingkat pengetahuan yang baik sehingga

menimbulkan sikap positif pada seseorang serta banyaknya edukasi

yang telah diberikan oleh petugas kesehatan tentang screening penyakit

ibu dan anak.

Pengukuran sikap dapat dilakuakan dengan menilai pernyataan

seseorang. Sikap tidak dapat dinilai dengan benar atau salah melainkan

dengan tempat. Skala Guttman disebut juga skala scalogram yang

sangat baik untuk meyakinkan hasil penelitian mengenai sikap atau sifat

yang diteliti bila ingin mendapatkan jawaban yang tegas terhadap suatu

permasalahan yang ditanyakan. Adapun perhitungan penilaian dalam

skala Guttman terdapat 2 (dua) alternaltif jawaban yaitu Setuju-Tidak

setuju. Skor akan dihitung dan dikelompokan ke dalam dua kategori

positif dan negatif. Sikap positif dideskripsikan positif jika nilai >50%

dan sikap negative dideskripsikan negative jika nilai = 50% (Safitri

dkk , 2020) . Dalam penelitian ini kriteria penilaian sikap tentang

pemeriksaan triple elimiasi akan digolongkan menjadi 2 (dua) kategori

yaitu sikap positive dan sikap negative.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Aristadewi (2022) yang

berjudul hubungan pengetahuan dan sikap ibu hamil dengan

pemeriksaan triple eliminasi di puskesmas manggis 1. Hubungan sikap


46

ibu hamil dengan pemeriksaan triple eliminasi ibu dengan sikap negatif

sebanyak (68,4%) tidak melakukan test triple eliminasi dan (31,6%)

melakukan test triple eliminasi, sedangkan ibu dengan sikap positif

sebanyak (22,8%) tidak melakukan test dan (77,2%) melakukan test.

Hasil analisis yang diperoleh berdasarkan bantuan sistem komputer

yaitu x 2 hitung 13,173 dengan df 1 dan taraf signifikansi 0,05. Nilai x 2

tabel dengan df 1 pada taraf signifikansi 0,05 adalah 3,84. Sehingga

diperoleh x2 hitung > dari x2 tabel dan dapat disimpulkan ada

hubungan antara sikap ibu hamil dengan pemeriksaan Triple Eliminasi

di Puskesmas Manggis 1 dengan p = 0,000.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Panjaitan, 2018 Sampel

berjumlah 31 orang diperoleh melalui teknik accidental sampling.

Pengumpulan data menggunakan kuesioner kemudian dianalisis

menggunakan Uji Chi-square. Didapatkan Sikap Setuju ibu hamil

terhadap pencegahan penularan HIV ibu ke anak masih rendah (38,7).

Ibu yang memanfaatkan pemeriksaan HIV (38,7%). Ada hubungan

antara sikap ibu hamil tentang pencegahan penularan HIV ibu ke anak

(PPIA) dengan pemaanfaatan pemeriksaan HIV (p=0,001). Hasil

Penelitian Aristadewi, 2022 Besar sampel dihitung menggunakan

rumus didapatkan sejumlah 76 orang ibu hamil. menunjukan sebagian

besar responden memiliki sebanyak (75%) memiliki sikap positif. dan

hubungan sikap ibu hamil dengan pemeriksaan adalah kolerasi rendah

dengan p value 0.000.


47

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Kundaryanti dkk (2022)

yang berjudul faktor-faktor yang berhubungan dengan pemeriksaan

triple eliminasi pada ibu hamil. Pada variabel sikap didapat hasil bahwa

responden yang memiliki sikap negatif sebanyak 34 (61,5%) yang

belum diperiksa dan 15 (38,5%) yang sudah diperiksa, sedangkan

responden yang memiliki sikap positif sebanyak 30 (51,7%) yang

sudah diperiksa dan 28 (48,3%) yang sudah diperiksa. Berdasarkan uji

chi square didapat nilai p value 0,40 > 0,05 yang artinya tidak ada

hubungan antara sikap dengan pemeriksaan trieliminasi pada ibu hamil

di Puskesmas Ciracas Jakarta Timur Tahun 2022

2.3.3 Peran Tenaga Kesehatan

Peran petugas kesehatan merupakan support system bagi pasien

dengan memberikan bantuan berupa informasi atau nasehat , bantuan

nyata, atau tindakan yang memiliki manfaat emosional atau

memengaruhi perilaku penerima. (Mubarak, WI, 2012)

Peran tenagan kesehatan dalam mendukung ibu hamil dalam

melakukan pemeriksaan Triple eliminasi salah satunya yaitu pemberian

informasi mengenai HIV, Sifilis, Hepatitis B, saran untuk pemeriksaan

dan pemberian rujukan paska pemeriksaan. Peran petugas kesehatan

sangat berpengaruh, sebab petugas sering berinteraksi, sehingga

pemahaman terhadap kondisi fisik maupun psikis lebih baik, dengan

sering berinteraksi akan sangat mempengaruhi rasa percaya dan

menerima kehadiran petugas bagi dirinya, serta edukasi dan konseling


48

yang diberikan petugas sangat besar artinya terhadap ibu hamil yang

memanfaatkan pelayanan ANC. Hal ini sesuai dengan penelitian

Legiati, dkk (2012) yang mengatakan bahwa responden dengan

dukungan bidan baik, proporsi yang melakukan tes HIV lebih besar

daripada responden yang mendapat dukungan bidan kurang. Ada

hubungan antara dukungan bidan dengan perilaku tes HIV.

Peran tenaga kesehatan dikategorikan dalam 12 pertanyaan dengan 9

pertanyaan positif dan 3 pertanyaan negative dengan maksimal point

yaitu 24 (Mediyanti, 2020).

a. Tidak akan diberi nilai 1 dengan total skor menjawab tidak < 11

b. Ya akan diberi nilai 2 dengan total skor menjawab ya ≥ 11

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Kundaryanti dkk

(2022) yang berjudul faktor-faktor yang berhubungan dengan

pemeriksaan triple eliminasi pada ibu hamil. Pada variabel peran nakes

menyatakan bahwa nakes berperan sebanyak 28 (77,8%) ibu hamil

yang belum diperiksa dan 8 (22,2%) yang sudah diperiksa trieliminasi,,

sedangkan nakes tidak berperan sebanyak 26 (41,9%) ibu hamil yang

belum diperiksa dan 35 (58,1%) yang sudah diperiksa. Dari uji chi

square didapat nilai p value 0,01 < 0,05 yang artinya ada hubungan

antara peran nakes dengan pemeriksaan tri eliminasi pada ibu hamil di

Puskesmas Ciracas Jakarta Timur Tahun 2022.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Fitria dkk, 2021 bivariat

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 146 responden, 67 responden


49

(45,9%) melakukan pemeriksaan, responden dengan peran tenaga

keehatan sebanyak 88 (60,3%). Ada hubungan ada hubungan antara

dukungan peran tenaga kesehatan (p value = 0,000) dengan

pemeriksaan eliminasi tiga kali lipat di Puskesmas Sukarame Tahun

2021.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Mediyanti (2020) yang

berjudul hubungan sikap, dukungan keluarga, dan peran tenaga

kesehatan terhadap minat ibu hamil melakukan skrining triple eliminasi

dalan ANC terpadu. diketahui dari 32 orang responden sebanyak 20

orang ibu hamil mendapatkan peran tenaga kesehatan baik dan berminat

melakukan skrining triple eliminasi dalam ANC Terpadu. Berdasarkan

pengolahan dan analisa data yang dilakukan peneliti menggunakan uji

alternatif chi-ssquare yaitu fisher exact, dihasilkan p value = 0,003 <

0,006 sehingga Ha diterima. Dengan demikian, ada hubungan peran

tenaga kesehatan terhadap minat ibu hamil melakukan skrining triple

eliminasi dalam ANC terpadu.

2.3.4 Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga menurut Fridman (2010) adalah sikap,

tindakan penerimaan keluarga terhadap anggota keluarganny, berupa

dukungan informasional, dukungan penilaian, dukungan instrumental

dan dukungan emosional.

Dukungan keluarga mengacu kepada dukungan-dukungan sosial

yang di pandang oleh anggota keluarga sebagai sesuatu yang dapat


50

diakses atau diadakan untuk keluarga (dukungan soaial bisa atau tidak

digunaka, tetapi anggota keluarga memandang bahwa orang yang

bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan

jika diperlukan). Dukungan sosial keluarga dapat berupa dukungan

sosial keluarga internal, seperti dukungan dari suami/istri atau

dukungan dari saudara kandung atau dukungan sosial keluarga eksternal

(Friedman, 1998).

Pembagian kategori dukungan keluarga dikategorikan cut off

point. Data berdistribusi tidak normal, maka:

a. Mendukung jika total skor ≥ 10

b. Tidak mendukung jika total skor < 10

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Mediyanti (2020) yang

berjudul hubungan sikap, dukungan keluarga, dan peran tenaga

kesehatan terhadap minat ibu hamil melakukan skrining triple eliminasi

dalan ANC terpadu. Ibu hamil mendapatkan dukungan keluarga untuk

melakukan skrining tripel eliminasi dalam ANC terpadu di puskesmas

yaitu sebanyak 23 orang. Lalu dari 23 orang tersebut sebanyak 20 orang

berminat melakukan pemeriksaan ini. Setelah dilakukan pengolahan

dan analisa data menggunakan uji alternatif Chi-Square yaitu fish exect,

didapatkan p value = 0,76 . 0,05 sehingga Ha ditolak. Hal ini

menunjukan bahwa tidak ada hubungan dukungan keluarga terhadap

minat ibu melakukan skrining triple eliminasi dalam ANC terpadu.


51

Bagan 2.1

Kerangka Teori

Menurut teori Laurance Green (1980) dalam buku Notoatmodjo ada beberapa

faktor yang mempengaruhi prilaku manusia untuk melakukan pemeriksaan tripel

eliminasi di antaranya:

1. Faktor predisposisi, yaitu memcakup pengetahuan, sikap, dan sebagainya.

2. Faktor pemungkin, yaitu mencakup lingkungan fisik, tersedia atau tidak

tersedia fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana keselamatan kerja, misalnya

ketersediannya APD, pelatihan dan sebagainya

3. Faktor penguat, factor ini meliputi undang-undang, peraturan – peraturan,

pengawasan dan sebagainya

(Notoatmodjo,2014)

Faktor Predisposisi:

 Umur

 Jenis Kelamin

 Sikap

 Persepsi

 Pengetahuan

 Budaya

Faktor Pemungkin:
Pemeriksaan Triple Eliminasi Pada
 Sarana dan prasarana pelayanan
Ibu Hamil
kesehatan
52

Faktor Penguat:
 Keluarga
Tenaga kesehatan

Bagan 2.1 Kerangka Teori

Sumber: Modifikasi laurance green (1998), Notoatmodjo (2010), Program Triple Eliminasi
dalam ANC Terpadu (2017)

Keterangan: Huruf cetak tebal = yang diteliti

BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESA

3.1. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian adalah abstraksi dari suatu realitas agar

dapat dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan

keterkaitan antar variabel (Nursalam, 2017). Karena keterbatasan

pengetahuan, waktu dan tenaga maka kerangka teori diambil beberapa saja

menjadi kerangka konsep terdiri dari variable terikat (dependen) dan Variabel

bebas (independen). Variabel bebas (independen) terdiri dari pengetahuan,

sikap dan peran tenaga kesehatan. Sedangkan pemeriksaan Triple Eliminasi

sebagai variable terikat (dependen).

Semakin baik pengetahuan ibu hamil tentang pemeriksaan triple

eliminasi, maka semakin berpengaruh juga terhadap motivasi ibu untuk

melakukan pemeriksaan triple eliminasi. Begitu juga sebaliknya, semakin


53

rendah pengetahuan ibu hamil tentang pemeriksaan triple eliminasi, maka

semakin rendah motivasi ibu hamil untuk melakukan pemeriksaan triple

eliminasi. (Notoatmodjo,2018:83).

Sikap positif pada pemeriksaan triple eliminasi adalah factor yang

menentukan ibu hamil untuk bersedia melakukan pemeriksaan triple

eliminasi. Ibu hamil yang menganggap pemeriksaan triple eliminasi bertujuan

untuk mencegah penularan penyakit (HIV, sifilis, hepatitis B) dari ibu ke

anak akan mau melakukan pemeriksaan triple eliminasi. Sikap ibu hamil

terhadap pencegahan penularan penyakit (HIV, sifilis, hepatitis B) dari ibu ke

anak menjadi predictor kuat dalam melakukan pemeriksaan triple eliminasi.

Peran tenaga kesehatan berperan besar dalam keberhasilan ibu hamil

untuk melakukan pemeriksaan triple eliminasi. Semakin besar peran tenaga

kesehatan maka semakin besar juga peluang ibu hamil untuk melakukan

pemeriksaan triple eliminasi.

Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini digambarkan dalam

bentuk skema atau bentuk konsep sebagai berikut:

Bagan 3.1 kerangka konsep

Variabel Independen Variabel Dependent

Pengetahuan Ibu

Sikap Pemeriksaan Triple Eliminasi


54

Peran Tenaga Kesehatan

3.2. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara dari rumusan masalah

peneliti (Notoatmodjo, 2018). Hipotesis disusun dan diuji untuk menunjukkan

benar atau salah dengan cara terbebas dari nilai dan pendapat peneliti yang

menyusun dan mengujinya (Sugiyono, 2013).

3.2.1. Hipotesis Mayor

Ada hubungan pengetahuan, sikap dan peran tenaga kesehatan

secara simultan terhadap pemeriksaan Triple Eliminasi pada ibu

hamil di Puskesmas Satu Ulu Palembang Tahun 2023.

3.2.2. Hipotesis Minor

1. Ada hubungan pengetahuan secara parsial terhadap

pemeriksaan Triple Eliminasi pada ibu hamil di Puskesmas

Satu Ulu Palembang Tahun 2023.

2. Ada hubungan sikap secara parsial terhadap pemeriksaan

Triple
55

Eliminasi pada ibu hamil di Puskesmas Satu Ulu Palembang

Tahun 2023.

3. Ada hubungan peran tenaga kesehatan secara parsial terhadap

pemeriksaan Triple Eliminasi pada ibu hamil di Puskesmas

Satu Ulu Palembang Tahun 2023.

BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian survey analitik yaitu survei

atau penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena

kesehatan itu terjadi. Kemudian melakukan analisis dinamika korelasi antar

fenomena atau antara faktor resiko dengan faktor efek. Dengan metode

kuantitatif menggunakan pendekatan Cross Sectional yaitu suatu penelitian

untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antar variabel dengan cara

pendekatan, obseervasi. dimana data yang menyangkut variabel independen

(Pengertahuan, sikap, dan peran tenaga kesehatan) dan variabel dependen

(Pemeriksaan Triple Eliminasi pada ibu hamil) diukur dan dikumpulkan

dalam waktu bersamaan (Point Time Approach) (Notoatmodjo, 2018).


56

Peneliti ingin mengetahui hubungan pengetahuan, sikap dan peran tenaga

kesehatan terhadap pemeriksaan triple eliminasi pada ibu hamil tahun 2023 di

Puskesmas Satu Ulu Palembang.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

4.2.1 Waktu penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2023

4.2.2 Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Puskesmas Satu Ulu Palembang.

4.3. Populasi dan Sampel

4.3.1. Populasi Penelitian

Populasi adalah wilayah gineralisasi yang terdiri atas: objek/

subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk di pelajari kemudian ditarik

kesimpulan (Sugiyono, 2018).

Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil yang

melakukan kunjungan pertama di Puskesmas Satu Ulu Palembang.

4.3.2. Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2011:86). Sampel

merupakan bagian dari populasi terjangkau yang dapat dipergunakan

sebagai subjek penelitian melalui sampling. Sampel pada penelitian


57

ini adalah semua ibu hamil yang melakukan kunjungan pertama di

wilayah kerja Puskesmas Satu Ulu Palembang, yang memenuhi

kriteria Kriteria Inklusi dan Eksklusi sebagai berikut:

a. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian

dari suatu populasi target yang terjangjau yang akan diteliti

(Nursalam,2016). Kriteria inklusi pada penelitian ini yaitu:

1) Ibu hamil kunjungan pertama (K1) di wilayah kerja

Puskesmas Satu Ulu Palembang.

2) Ibu hamil yang Bersedia diwawancarai

3) Ibu hamil yang bersedia di periksa triple eliminasi

b. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan

subyek yang memenuhi kriteria inklusi (Nursalam, 2016).

Kriteria eksklusi pada penelitian ini yaitu:

1) Ibu hamil yang bukan kunjungan pertama

2) Ibu hamil yang tidak bersedia diwawancarai

3) Ibu hamil yang tidak bersedia di periksa triple eliminasi

4.4. Pengumpulan Data

4.4.1 Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti

secara langsung dari sumber datanya. Data primer disebut juga data asli
58

atau data baru yang up to date. Untuk mendapatkan data primer, peneliti

dapat mengumpulkannya dengan menggunakan tehnik wawancara,

observasi, diskusi kelompok terarah, dan penyebaran kuesioner

(Masturoh dan Anggita T, 2018). Teknik pengumpulan data pada

penelitian ini adalah menggunakan data primer yaitu data yang

diperoleh peneliti secara langsung subjek penelitian dengan

mewawancarai ibu hamil kunjungan pertama di Puskesmas Satu Ulu

Palembang Tahun 2023. Menggunakan lembar kuesioner sebagai

instrumen penelitian.

4.5. Teknik Pengolahan Data

4.5.1 Editing

Secara umum editing adalah kegiatan untuk pencegahan dan

perbaikan isian formulir atau sheklist apakah jawabannya yang ada

sudah lengkap, jelas, relevan, dan konsisten (Notoatmodjo,2012)

4.5.2 Collecting

Upaya pengumpulan data yang dilakukan peneliti melalui

wawancara ibu yang memenuhi kriteria inklusi dan memindahkan

hasil dari observasi data ibu hamil yang melakukan pemeriksaan triple

eliminasi ke dalam lembar checklist untuk di teliti (Notoatmodjo,

2012)

4.5.3 Coding (Pengkodean Data)


59

Coding merupakan kegiatan pemberian kode pada data yang

terdiri atas beberapa kategori untuk memudahkan dalam proses

pembacaan (Notoatmodjo, 2012)

4.5.4 Entry (Memasukkan Data)

Entry adalah memasukkan data primer yang akan di teliti,

diperoleh dari hasil wawancara di Puskesmas Satu Ulu Kota

Palembang Tahun 2023 ke dalam program computer SPPS for

windows.

4.5.5 Cleaning (Pembersihan Data)

Cleaning digunakan pengecekan kembali data primer yang

sudah di entry untuk kemungkinan-kemungkinan adanya kesalahan

kode, ketidak lengkapan, dan sebagainya, kemungkinan dilakukan

pembetulan dan koreksi.

4.6 Analisis Data

4.6.1. Analisis Univariat

Analisis univariat yang dilakukan untuk melihat distribusi

frekuensi dan presentase dari masing-masing variabel independent

pengetahuan, sikap dan peran tenaga kesehatan. Variabel dependen

pemeriksaan triple eliminasi (Notoadmodjo,2012).

4.6.2. Analisis Bivariat

Dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan

antara variabel independent (pengetahuan, sikap dan peran tenaga


60

kesehatan) dengan variabel dependent (pemeriksaan triple

eliminasi). Uji statistic yang digunakan adalah uji chi-square

dengan batas kemaknaan α (0,05). Pengambilan keputusan statistic

dilakukan nilai menghasilkan nilai α dengan kriteria hasil uji

sebagai berikut:

a. Jika p value ≤ α (0,05) H0 ditolak yang berarti ada hubungan

antara kepatuhan variabel independen dengan variabel

dependen.

b. Jika p value > α (0,05) H0 diterima yang berarti tidak ada

hubungan antara variabel independen dengan variabel

dependen.

4.7. Definisi Operasional

Tabel 4.7

Definisi Operasional

Variabel DO/ Pengertian Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala

Ukur

Dependen

Pemeriksaan Bagaimana ibu hamil Kuisioner Wawancara 1 = Tidak: jika Nominal

Triple Eliminasi dalam melaksanakan tidak

pada ibu hamil pemeriksaan Triple melakukan test

Eliminasi di Triple

Puskesmas Satu Ulu Eliminasi

dilihat dari buku KIA

atau Register PPIA 2 = ya: jika


61

Melakukan test

Triple

Eliminasi saat

kunjungaan

pertama

Independen

Pengetahuan Segala sesuatu yang Kuisioner Wawancara 1 = Kurang: Ordinal

diketahui responden bila jawaban

mengenai responden

pemeriksaan tripel benar dengan

eliminasi skor ≤ 50%

(Notoatmodjo,

2014). 2 = Baik : bila

jawaban

responden

benar dengan

skor > 50%

(Budiman dan

Riyanto,

2013).

Sikap Respon responden Kuisioner Wawan 1 = Negative Ordinal

terhadap cara jika nilai ≤ 50

pemeriksaan tripel 2 = Positif jika

eliminasi nilai > 50

(Notoatmodjo, (Safitri dkk,

2014). 2020)
62

Peran Tenaga Keterlibatan tenaga kuisioner Wawan 1 = kurang, Ordinal

Kesehatan kesehatan dalam cara jika total skor

memotifasi menjawab

responden untuk tidak < 10

melakukan 2 = Baik, jika

pemeriksaan tripel total skor

eliminasi menjawab ya

≥ 10

(Mediyanti,20

20)

DAFTAR PUSTAKA

Kemenkes (2017) ‘Program Pengendalian HIV AIDS dan PIMS Fasilitas


Kesehatan Tingkat Pertama’, pp. 1–109. Available at:

https://siha.kemkes.go.id/portal/files_upload/
BUKU_3_PENGENDALIA N_HIV_COLOR_A5_15x21_cm.pdf.

. (2017) ‘Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


52 Tahun 2017 Tentang Eliminasi Penularan Human Deficiency
Virus, Sifilis Dan Hepatitis B Dari Ibu Ke Anak’, Progress in
Physical Geography, 14(7), p. 450. Available at:
https://tel.archives-ouvertes.fr/tel-01514176.

. (2019) Pedoman Program Pencegahan Penularan HIV Sifilis


dan Hepatitis B dari Ibu ke Anak.

. (2020) ‘Pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu Edisi


Ketiga’, in.Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
63

(2021) Profil Kesehatan Indonesia 2020, Kementrian


Kesehatan Republik Indonesia. Availableat:
https://pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-
kesehatan-indonesia/Profil-Kesehatan-Indonesia-Tahun-2020.pdf.

World Health Organization (2018) ‘The Triple Elimination of Mother-to-


Child Transmission of HIV, Hepatitis B and Syphilis in Asia and
the Pacific, 2018–2030’, pp. 2018–2030.

WHO. 2018. The Triple Elimination of Mother-to-Child Transmission


of HIV, Hepatitis B and Syphilis in Asia and the Pacific, 2018–
2030. Western Pacific Region: WHO

WHO. 2016. WHO Recommendations on Antenatal Care for Positive


Pregnancy Eksperience.

WHO.2014. Human Immunodeficiency Virus (HIV)

Kementerian Kesehatan RI. 2014. Infodatin: Situasi dan Analisis


Hepatitis. Jakarta:

Kementerian Kesehatan RI Kementerian Kesehatan RI. 2010. Pedoman


Pelayanan Antenatal Terpadu. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI
Kementerian Kesehatan RI. 2017. Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 97 Tahun 2014


tentang Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil,
Persalinan, Dan Masa Sesudah Melahirkan, Penyelenggaraan
Pelayanan Kontrasepsi, Serta Pelayanan Kesehatan Seksual

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2017


Tentang Eliminasi Penularan Human Immunodeficiency Virus,
Sifilis, Dan Hepatitis B Dari Ibu Ke Anak.

Safitri, O., Qurniasih, N. and Panduwinata, R. (2019) ‘Faktor-Faktor Yang


Berhubungan Dengan Strung Serologi Hiv,Aids, Sifilis, Hepatitis B,
Rubella (Infeksi Maternal) Pada Ibun Hamil’, Jurnal Ilmu
Kebidanan, 4(1), pp. 1–7.

Sarwono Prawirohardjo (2017) Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina


Pustaka Sarwono.
64

Mongan, E. A. (2019) ‘Pemeriksaan Infeksi Menular Seksual (Ims) Pada


Ibu Hamil Di Puskesmas Kotaraja Kota Jayapura Papua’, Global
Health Science, 4(2), pp. 59–63.

Mulyani, Y. and Salsabil, V. N. (2020) ‘Pengetahuan Dan Sikap Ibu Hamil


Tentang Pencegahan Penularan Penyakit Hepatitis B Pada Janin Di
Puskesmas Ciaparay Kabupaten Bandung Tahun 2019’, Journal for
Quality in Women’s Health, 3(2), pp. 195–200. doi:
10.30994/jqwh.v3i2.68.

Donsu, J. (2017) Psikologi Keperawatan, Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Notoatmodjo, S. (2012) Pendidikan Kesehatan dan Perilaku Kesehatan.


Jakarta: Rineka Cipta.

_____________. (2014) Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT.


Rineka Cipta.

_____________. (2019) Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta : PT.


Rineka Cipta.

Budiman & Riyanto A (2013) ‘Pengetahuan Dan Sikap Dalam Penelitian


Kesehatan’, Jakarta : Salemba Medika.

Sugiyono, P. D. (2015) Metodologi Penelitian. Bandung: Alfabeta Bandung.


____________. (2016) Metode Penelitian Kuantitatif. Edited by R&D.
Bandung : IKAPI.

Nursalam (2017) Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan. Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika.
65

Lampiran 1.

SURAT PERMOHONAN MENJADI


RESPONDEN

Kepada Yth:
Calon Reponden
di
Tempat
Dengan hormat,
Bersamaan dengan surat ini peneliti sebagai mahasiswa Jurusan S.1
Kebidanan Universitas Kader Bangsa Palembang, bermaksud untuk melakukan
penelitian tentang “HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERAN
66

TENAGA KESEHATAN TERHADAP PEMERIKSAAN TRIPLE


ELIMINASI PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS SATU ULU
PALEMBANG TAHUN 2023”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui Pengetahuan, Sikap dan peran tenaga kesehatan terhadap pemeriksaan
Triple Eliminasi pada ibu hamil di Puskesmas Satu Ulu Palembang. Penelitian ini
dilakukan sebagai salah satu syarat menyelesaikan mata kuliah skripsi pada program
studi Sarjana Kebidanan Universitas Kader Bangsa Palembang. Berkaitan dengan hal
tersebut, saya mohon kesediaan Ibu untuk menjadi responden yang merupakan sumber
informasi bagi peneliti.
Demikianlah permohonan ini saya sampaikan dan atas partisipasinya
saya ucapkan terimakasih.

Palembang, M e i 2023

Peneliti
67

Lampiran 2.

PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONSENT)

SEBAGAI PESERTA PENELITIAN

Yang terhormat Ibu, kami meminta kesediannya untuk berpartisipasi

dalam penelitian ini. Keikutsertaan dari penelitian ini bersifat sukarela/tidak

memaksa. Mohon untuk dibaca penjelasan di bawah dengan seksama dan

disilahkan bertanya bila ada yang belum dimengerti.

Judul Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Peran Tenaga Kesehatan

Terhadap Pemeriksaan Triple Eliminasi Pada Ibu Hamil di

Puskesmas Satu Ulu Palembang Tahun 2023.

Peneliti Utama Puput Nopitri Agustri Sari

Institusi Jurusan S1 Kebidanan, Universitas Kader Bangsa Palembang

Lokasi Penelitian Puskesmas Satu Ulu Palembang

Sumber pendanaan Swadana

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan, Sikap

dan Peran Tenaga Kesehatan Terhadap Pemeriksaan Triple Eliminasi Pada Ibu

Hamil di Puskesmas Satu Ulu Palembang Tahun 2023 . Jumlah responden

sebanyak 40 orang ibu hamil, dengan syarat ibu semua hamil yang datang ke

Puskesmas, bersedia menjadi responden, dengan latar belakang bisa baca tulis dan
68

bersedia menandatangani lembar persetujuan. Tidak ada perlakukan yang akan

diberikan kepada peserta penelitian, peserta hanya diminta secara sukarela untuk

mengisi kuisioner pengetahuan,sikap, peran tenaga kesehatan dan pemeriksaan

Triple Eliminasi.

Kepesertaan dalam penelitian ini tidak secara langsung memberikan

manfaat kepada peserta penelitian tetapi dapat memberi gambaran informasi

tentang program Triple Eliminasi yang lebih banyak.

Peneliti menjamin kerahasiaan semua data peserta penelitian ini dengan

menyimpannya dengan baik dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.

Kepesertaan ibu pada penelitian ini bersifat sukarela. Ibu hamil dapat menolak

untuk menjawab pertanyaan yang diajukan pada penelitian atau menghentikan

kepesertaan dari penelitian kapan saja tanpa ada sanksi. Keputusan ibu untuk

berhenti sebagai peserta penelitian tidak akan mempengaruhi mutu dan

akses/kelanjutan pelayanan yang akan diberikan.

Jika setuju untuk menjadi peserta peneltian ini, ibu diminta untuk

menandatangani formulir Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent).

Sebagai Peserta Penelitian setelah Ibu benar-benar memahami tentang penelitian

ini. Ibu akan diberi salinan persetujuan yang sudah ditanda tangani ini. Bila

selama berlangsungnya penelitian terdapat perkembangan baru yang dapat

mempengaruhi keputusan ibu untuk kelanjutan kepesertaan dalam penelitian,

peneliti akan menyampaikan hal ini kepada ibu hamil. Bila ada pertanyaan yang

perlu disampaikan kepada peneliti, silakan hubungi peneliti : Puput Nopitri

Agustri Sari dengan no HP 085269749170.


69

Tanda tangan ibu di bawah ini menunjukkan bahwa ibu telah membaca,

telah memahami dan telah mendapat kesempatan untuk bertanya kepada peneliti

tentang penelitian ini dan menyetujui untuk menjadi peserta penelitian.

Peserta/ Subjek Penelitian Karangasem, Peneliti

( ) (Puput Nopitri Agustri Sari)


70

Lampiran 3.

KISI- KISI KUESIONER

Hubungan Pengetahuan, Sikap Dan Peran Tenaga Kesehatan Terhadap

Pemeriksaan Triple Eliminasi Pada Ibu Hamil di Puskesmas Satu Ulu

Palembang Tahun 2023

Variabel Indikator Jumlah Nomor Skor


penelitian butir utir

Pengertian Triple 1 1 1
Pengetahuan Eliminasi
ibu hamil Tujuan dan manfaat 3 2, 3,4 1, 1,1
terhadap Triple Eliminasi
pemeriksaan
Triple Waktu pemeriksaan 2 5,6 1, 1
Eliminasi Triple Eliminasi
Cara pemeriksaan 3 7,8,9 1,1, 1
dan tempat pelayanan
Triple Eliminasi
Cara penularan dari 4 10,11,12,13 1, 1,1,1
ibu ke anak
Penanganan ibu 3 14,15,16 1, 1,1
hamil terinfeksi
penyakit menular

Jumlah Soal 16
71

Variabel Indikator Jumlah Nomor Skor


penelitian butir butir

Sikap ibu hamil 1 1 1


terhadap 1 2 1
pemeriksaan
1 3 1
Triple Eliminasi
1 4 1
1 5 1
1 6 1
1 7 1
1 8 1
1 9 1
1 10 1
Jumlah soal 10

Variabel Indikator Jumlah Nomor Skor


Penelitian butir butir

Pemeriksaan Bagaimana ibu hamil 1 1 1


dalam pemeriksaan
Triple Eliminasi Triple Eliminasi 1 2 1

1 3 1

Jumlah soal 3
72

Lampiran 4.

FORMAT PENGUMPULAN DATA/KUESIONER

Judul Penelitian : Hubungan Pengetahuan, Sikap Dan Peran Tenaga Kesehatan

Terhadap Pemeriksaan Triple Eliminasi Pada Ibu Hamil di

Puskesmas Satu Ulu Palembang Tahun 2023

Kode responden :

Tanggal pengisian :

Identitas Responden

Nama :

Umur :

Jumlah anak :

Pendidikan Terakhir :

Umur Kehamilan saat melakukan Pemeriksaan :

Jenis Pemeriksaan yang didapat :

Petunjuk pengisian kuesioner

 Berilah tanda (√) pada kolom yang telah disediakan untuk pernyataan di

bawah ini sesuai dengan yang ibu anggap benar

 Semua pertanyaan harus dijawab

 Setiap pertanyaan diisi dengan satu jawaban

 Bila ada yang kurang dimengerti, silahkan bertanya kepada peneliti


73

A. Kuisioner Pengetahuan Ibu Hamil tentang Triple Eliminasi

No Soal pengetahuan Program Triple Eliminasi Benar Salah

(B) (S)

1 Pemeriksaan Triple Eliminasi adalah pemeriksaan yang

bertujuan untuk mendeteksi infeksi penyakit HIV, Sifilis dan

hepatitis B

2 Manfaat dari pemeriksaan Triple Eliminasi adalah mencegah

penularan HIV, sifilis dan hepatitis B dari ibu ke anak

3 Penularan penyakit HIV, sifilis dan hepatitis B dari ibu ke bayi

dapat dicegah dengan pemeriksaan Triple Eliminasi

4 Program screening penyakit menular ibu ke anak dapat

membantu meningkatkan kelangsungan dan kualitas hidup ibu

dan anak yang menderita HIV,Hepatitis, dan Sifilis.

5 Pemeriksaan Triple Eliminasi wajib dilakukan 1 kali pada

masa kehamilan untuk deteksi dini HIV, Sfilis, Hepatitis B

6 Ibu hamil sebaiknya melakukan pemeriksaan deteksi dini

penyakit menular ibu ke anak (Triple Eliminasi) di Puskesmas

saat pemeriksaan kehamilan pertama kali

7 Pemeriksaan Triple Eliminasi dapat dilakukan oleh ibu hamil

di Puskesmas dan Rumah Sakit

8 Cara pemeriksaan Triple Eliminasi pada ibu hamil adalah

dengan mengambil sampel darah

9 Ibu mengidap HIV, sifilis dan hepatitis B dapat menularkan

kepada bayinya pada saat hamil,

melahirkan, menyusui

10 Penularan langsung penyakit HIV, sifilis dan hepatitis B dari

ibu ke bayi melalui darah, ASI dan cairan ketuban dan vagina

saat persalinan
74

11 Anak yang terlahir dari ibu yang mengidap HIV berpotensi

mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang

lambat karena system kekebalan tubuh yang lemah sehingga

mudah terserang penyakit.

12 Penyakit Hepatitis B yang ditularkan ibu kepada bayi sangat

berbahaya karena : berkembang menjadi

infeksi hati kronis dan berpotensi menularkan pada orang lain

13 HIV menular melalui hubungan sexual, transfusi darah, dan

pemakaian jarum suntik yang bergantian

14 Cara pencegahan menularnya HIV adalah dengan setia

pasangan, menghindari pemakaian jarum

suntik secara bergantian

15 Ibu dengan positif HIV, sifilis dan hepatitis B tidak dianjurkan

menyusui bayi karena ASI dapat menularkan penyakit pada

bayi

16 Ibu hamil dengan positif HIV, sifilis dan Hepatitis B

disarankan melahirkan dengan cara opersasi Caesar

Sumber: Aristadewi, 2022

Petunjuk pengisian kuesioner

 Berilah tanda (√) pada kolom yang telah disediakan untuk pernyataan di

bawah ini sesuai dengan yang ibu anggap benar

 Semua pertanyaan harus dijawab

 Setiap pertanyaan diisi dengan satu jawaban

 Bila ada yang kurang dimengerti, silahkan bertanya kepada

peneliti Keterangan

SS : Sangat Setuju
75

S : Setuju

TS :Tidak Setuju

STS : Sangat Tidak Setuju

B. Kuisioner Sikap Ibu dengan Pemeriksaan Triple Eliminasi

No Pernyataan SS S TS STS

1 Melakukan test penyakit menular ibu ke anak mempunyai manfaat bagi

kesehatan ibu

2 Melakukan test penyakit menular ibu ke anak mempunyai

manfaat bagi kesehatan anak

3 Pemeriksaan penyakit menular ibu ke anak harus dilakukan

oleh tenaga kesehatan

4 Dapat dipastikan tanpa pemeriksaan test Triple Eliminasi ibu tidak akan

mengetahui menderita HIV , Sifilis , Hepatitis B

atau tidak

5 Ibu hamil akan mendengarkan penyuluhan tentang

pemeriksaan test Triple Eliminasi yang dijelaskan tenaga kesehatan

6 Pemeriksaan ulang deteksi dini penyakit menular ibu ke anak dilakukan

saat menjelang persalinan

7 Setiap Ibu hamil diwajibkan mengikuti test deteksi dini

pencegahan penularan penyakit dari ibu ke anak.

8 Melakukan pemeriksaan sedini mungkin pada ibu hamil dapat

mencegah penularan penyakit dari ibu ke bayi

9 Ibu hamil akan meminta persetujuan kepada keluarga untuk mengikuti

pemeriksaan test screening penularan penyakit dari

ibu ke bayi

10 Ibu hamil dengan HIV positif wajib rutin mengkonsumsi ARV

( Anti Retro Viral )


76

C. Pemeriksaan Triple Eliminasi

1. Apakah ibu melakukan pemeriksaan Triple Elimiasi ?

a. Melakukan test Triple Eliminasi

b. Tidak Melakukan test Triple Eliminasi

D. Peran Tenaga Kesehatan terhadap Pemeriksaan Tripel Eliminasi pada ibu hamil di Puskesmas Satu Ulu

Palembang Tahun 2023

Berilah tanda √ pada kolom yang menurut ibu paling tepat!

Pertanyaan Ya Tidak

1. Apakah bidan/dokter

memberikan informasi

kepada ibu mengenai

program pemeriksaan

HIV, sifilis dan

Hepatitis selama

kehamilan ini?

2. Apakah bidan/dokter

memberitahu tujuan

dari pemeriksaan ini?

3. Apakah ibu diberitahu

mengenai prosedur

pemeriksaan ini?

Fasilitator

4. Apakah bidan/dokter

menyarankan ibu

untuk melakukan
77

pemeriksaan ini sejak

awal kehamilan?

5. Apakah ibu diberi

kesempatan untuk

bertanya mengenai

pemeriksaan ini?

6. Apakah bidan/dokter

mendengarkan

pendapat dan

pertanyaan ibu

mengenai

pemeriksaan ini?

Motivator

7. Apakah setiap

pemeriksaan ibu

diingatkan untuk

melakukan

pemeriksaan ini?

8. Apakah bidan/dokter

tidak memberikan

penjelasan pentingnya

pemeriksaan ini?

9. Apakah nakes

memaksa ibu untuk

melakukan

pemeriksaan ini?

Konselor

10. Ketika ibu bertanya,

apakah bidan/dokter

tidak dapat
78

memberikan jawaban

yang memuaskan

mengenai

pemeriksaan ini?

11. Apakah bidan/dokter

memberikan akses

pada ibu untuk

melakukan

pemeriksaan ini?

12. Apakah bidan/dokter

memberikan jalan

keluar atau solusi

mengenai kendala ibu

belum melakukan

pemeriksaan ini?

Sumber: Mediyanti, 2020


79

Lampiran 5.

REALISASI ANGGARAN PENELITIAN

No Kegiatan Biaya (Rp)

1 Penyusunan, pengetikan dan pengadaan Rp. 200.000

2 Penelusuran literatur Rp. 100.000

3 Transportasi Rp. 150.000

4 Ijin Penelitian Rp. 100.000

5 Pelaksanaan Penelitian Rp. 150.000

6 Analisis Data Rp. 150.000

7 Menyusun Skripsi, Pengetikan dan Rp. 250.000

Pengadaan

8 Ujian Skripsi Rp.200.000

9 Perbaikan Skripsi Rp.200.000

Total Rp.1.550.000
80

Lampiran 6

UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS KUESIONER

Tabel Rangkuman hasil Uji Validitas Variabel Pengetahuan Ibu dengan

Triple Eliminasi

Item Soal r Hitung r Tabel Keterangan

1 0.772 0.361 Valid

2 0.149 0.361 Tidak Valid

3 0.772 0.361 Valid

4 0.772 0.361 Valid

5 0.588 0.361 Valid

6 0.119 0.361 Tidak Valid

7 0.370 0.361 Valid

8 0.203 0.361 Tidak Valid

9 0.504 0.361 Valid

10 0.772 0.361 Valid

11 0.657 0.361 Valid

12 0.630 0.361 Valid

13 0.541 0.361 Valid

14 0.507 0.361 Valid

15 0.206 0.361 Tidak Valid

16 0.667 0.361 Valid

17 0.707 0.361 Valid


81

18 0.772 0.361 Valid


82

19 0.477 0.361 Valid

20 0.519 0.361 Valid

Tabel Rangkuman hasil Uji Reliabilitas Variabel Pengetahuan Ibu dengan

Triple Eliminasi

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100.0


Excludeda 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items


.717 21
83

Tabel Rangkuman hasil Uji Validitas Variabel Sikap Ibu dengan Triple Eliminasi

Item Soal r Hitung r Tabel Keterangan

1 0.201 0.361 Tidak Valid

2 0.743 0.361 Valid

3 0.743 0.361 Valid

4 0.743 0.361 Valid

5 0.386 0.361 Valid

6 0.017 0.361 Tidak Valid

7 0.119 0.361 Tidak Valid

8 0.473 0.361 Valid

9 0.645 0.361 Valid

10 0.743 0.361 Valid

11 0.743 0.361 Valid

12 0.421 0.361 Valid

13 0.332 0.361 Tidak Valid

14 0.743 0.361 Valid

15 0.092 0.361 Tidak Valid


84

Tabel Rangkuman hasil Uji Reliabilitas Variabel Pengetahuan Ibu dengan

Triple Eliminasi

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary


N %
Cases Valid 30 100.0
a
Excluded 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.673 16
85

Lampiran 7
86
87
88
89

81
82

Lampiran 8

Karateristik Melakukan UK Jenis


Saat Cek
Umur Pend Paritas Pengetahuan Sikap Pemeriksaan Lab Pemeriksaan
NO Kode Kode Kode Kode Kode Kode
1 2 1 2 1 2 1 0 0
2 2 2 2 2 2 1 0 0
3 2 1 2 2 1 2 3 1
4 2 1 2 2 1 1 0 0
5 2 2 1 1 2 2 2 1
6 2 2 1 2 2 2 2 1
7 2 1 2 1 1 1 0 0
8 2 2 1 2 1 2 0 0
9 2 2 1 2 2 1 0 0
10 2 1 2 2 1 2 2 1
11 3 1 2 1 1 1 0 0
12 2 1 1 2 1 1 0 0
13 2 1 2 2 2 2 2 1
14 2 1 1 1 1 1 0 0
15 2 2 2 2 2 2 2 1
16 2 1 1 1 1 1 0 0
17 2 1 2 2 1 2 1 1
18 2 2 1 2 2 1 0 0
19 2 2 2 1 2 2 2 1
20 2 2 1 1 2 2 2 1
21 2 2 1 1 1 1 0 0
22 2 2 1 1 2 2 2 1
23 2 2 1 2 2 1 0 0
24 2 2 1 2 1 2 2 1
25 2 2 1 2 2 1 0 0
26 2 2 1 2 2 2 2 1
27 2 2 1 2 2 2 2 1
28 2 2 1 2 2 2 2 1
29 2 1 1 2 2 2 3 1
30 2 2 1 2 2 2 3 1
31 2 2 2 1 1 2 2 1
32 2 2 1 2 2 2 2 1
33 2 1 2 1 2 2 2 1
34 3 2 2 2 2 2 2 1
35 2 1 2 1 2 1 0 0
36 2 2 2 2 2 1 0 0
37 2 1 2 2 2 2 2 1

82
83

38 2 1 2 2 2 2 2 1
39 2 1 2 2 2 2 1 1
40 2 1 1 1 2 2 3 1
41 2 1 2 2 1 2 3 1
42 2 1 2 2 2 2 3 1
43 2 1 2 2 1 1 0 0
44 2 1 2 2 2 2 3 1
45 2 1 2 2 2 2 3 1
46 2 1 1 1 2 1 0 0
47 2 1 1 2 2 1 0 0
48 2 1 2 2 2 2 3 1
49 2 1 2 2 2 2 2 1
50 2 1 1 1 2 1 0 0
51 2 1 1 1 1 1 0 0
52 2 1 1 2 2 2 2 1
53 2 2 1 2 2 2 2 1
54 2 1 2 2 2 2 3 1
55 3 2 2 2 2 2 2 1
56 2 1 1 2 2 2 2 1
57 2 2 2 2 2 2 2 1
58 2 1 2 2 2 2 2 1
59 3 1 2 2 2 2 2 1
60 2 1 1 2 2 2 3 1
61 2 1 2 2 2 1 0 0
62 3 1 2 2 2 2 3 1
63 2 2 1 1 2 2 3 1
64 2 1 2 1 2 2 3 1
65 1 1 1 2 2 2 3 1
66 2 1 2 2 2 2 3 1
67 2 1 2 2 2 2 3 1
68 2 1 2 2 2 2 3 1
69 2 1 1 2 2 2 2 1
70 1 1 1 2 2 2 2 1
71 2 1 2 2 2 2 2 1
72 2 1 1 2 2 2 2 1
73 2 2 2 2 2 2 2 1
74 2 2 1 2 1 2 2 1
75 2 1 2 2 1 1 0 0
76 2 2 2 2 1 1 0 0

83
84

Lampiran 9

A. Karakteristik Responden

Statistics
Tingkat
Umur Paritas Pendidikan

N Valid 76 76 76
Missing 0 0 0

Umur
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid <20 tahun 2 2.6 2.6 2.6
20-35 tahun 69 90.8 90.8 93.4
>35 tahun 5 6.6 6.6 100.0
Total 76 100.0 100.0

Paritas
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Primipara 35 46.1 46.1 46.1


Multipara 41 53.9 53.9 100.0
Total 76 100.0 100.0

Tingkat Pendidikan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Menengah 47 61.8 61.8 61.8


Tinggi 29 38.2 38.2 100.0
Total 76 100.0 100.0

84
85

Frequencies

Statistics
Jenis
Umur Kehamilan Pemeriksaan
saat Melakukan Yang Telah
Pemeriksaan Dilakukan
N Valid 50 50
Missing 0 0

Frequency Table

Umur Kehamilan saat Melakukan Pemeriksaan


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Melakukan saat UK 13-27 32 64.0 64.0 64.0


Minggu
Melakukan saat UK >28 18 36.0 36.0 100.0
Minggu
Total 50 100.0 100.0

Jenis Pemeriksaan Yang Telah Dilakukan


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid HIV,Sifilis dan Hepatitis B 50 100.0 100.0 100.0

85
86

B. Frekuensi Distribusi

Frequencies

Statistics
Melakukan
Pemeriksaan
Pengetahuan Sikap Triple Eliminasi

N Valid 76 76 76
Missing 0 0 0

Frequency Table

Pengetahuan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Kurang 19 25.0 25.0 25.0


Baik 57 75.0 75.0 100.0
Total 76 100.0 100.0

Sikap
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Negatif 19 25.0 25.0 25.0


Positif 57 75.0 75.0 100.0
Total 76 100.0 100.0

Melakukan Pemeriksaan Triple Eliminasi


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tidak 26 34.2 34.2 34.2


Ya 50 65.8 65.8 100.0
Total 76 100.0 100.0

86
87

C. Tabulasi Klasifikasi Pengetahuan Ibu Hamil dengan Pemeriksaan Triple

Eliminasi

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total


N Percent N Percent N Percent
Pengetahuan * Melakukan 76 100.0% 0 0.0% 76 100.0%
Pemeriksaan Triple
Eliminasi

Pengetahuan * Melakukan Pemeriksaan Triple Eliminasi Crosstabulation


Melakukan Pemeriksaan
Triple Eliminasi
Tidak Ya Total
Pengetahuan Kurang Count 11 8 19
% within Pengetahuan 57.9% 42.1% 100.0%
% of Total 14.5% 10.5% 25.0%
Baik Count 15 42 57
% within Pengetahuan 26.3% 73.7% 100.0%
% of Total 19.7% 55.3% 75.0%
Total Count 26 50 76
% within Pengetahuan 34.2% 65.8% 100.0%
% of Total 34.2% 65.8% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 6.314 1 .012
b
Continuity Correction 4.989 1 .026
Likelihood Ratio 6.082 1 .014
Fisher's Exact Test .024 .014
Linear-by-Linear 6.231 1 .013
Association

87
88

N of Valid Cases 76
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.50.
b. Computed only for a 2x2 table

Symmetric Measures
Asymptotic
Standard Approximate Approximate
a
Value Error Tb Significance
Interval by Pearson's R .288 .117 2.589 .012c
Interval
Ordinal by Spearman .288 .117 2.589 .012c
Ordinal Correlation
N of Valid Cases 76
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.

Correlations

Correlations
Melakukan
Pemeriksaan
Pengetahuan Triple Eliminasi
Pengetahuan Pearson Correlation 1 .288*
Sig. (2-tailed) .012
N 76 76
Melakukan Pemeriksaan Pearson Correlation .288* 1
Triple Eliminasi Sig. (2-tailed) .012
N 76 76
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

D. Tabulasi Klasifikasi Sikap Ibu Hamil dengan Pemeriksaan Triple Eliminasi

Crosstabs

88
89

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total


N Percent N Percent N Percent
Sikap * Melakukan 76 100.0% 0 0.0% 76 100.0%
Pemeriksaan Triple
Eliminasi

Sikap * Melakukan Pemeriksaan Triple Eliminasi Crosstabulation


Melakukan Pemeriksaan
Triple Eliminasi
Tidak Iya Total
Sikap Negatif Count 13 6 19
% within Melakukan 50.0% 12.0% 25.0%
Pemeriksaan Triple Eliminasi
% of Total 17.1% 7.9% 25.0%
Positif Count 13 44 57
% within Melakukan 50.0% 88.0% 75.0%
Pemeriksaan Triple Eliminasi
% of Total 17.1% 57.9% 75.0%
Total Count 26 50 76
% within Melakukan 100.0% 100.0% 100.0%
Pemeriksaan Triple Eliminasi
% of Total 34.2% 65.8% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymptotic Exact
Significance (2- Exact Sig. Sig. (1-
Value df sided) (2-sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 13.173 1 .000
Continuity Correction b
11.225 1 .001
Likelihood Ratio 12.739 1 .000
Fisher's Exact Test .001 .000
Linear-by-Linear Association 13.000 1 .000
N of Valid Cases 76
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.50.
b. Computed only for a 2x2 table

89
90

Symmetric Measures
Asymptotic
Standard Approximate Approximate
a
Value Error Tb Significance
Interval by Pearson's R .416 .111 3.939 .000c
Interval
Ordinal by Spearman Correlation .416 .111 3.939 .000c
Ordinal
N of Valid Cases 76
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.

Correlations

Correlations
Melakukan
Pemeriksaan
Sikap Triple Eliminasi

Sikap Pearson Correlation 1 .416**


Sig. (2-tailed) .000
N 76 76

Melakukan Pemeriksaan Triple Pearson Correlation .416** 1


Eliminasi Sig. (2-tailed) .000

N 76 76

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

90
91

Lampiran 10

91
92

Lampiran 11
93

Anda mungkin juga menyukai