Anda di halaman 1dari 52

Pengetahuan Ibu HIV Mempengaruhi …… (Khoiriyah Isni, Zahroh S, Kusyogo C)

Pengetahuan Ibu HIV Mempengaruhi Perilaku Pencegahan Penularan HIV/AIDS dari Ibu
ke Bayi di Provinsi Jawa Tengah

Khoiriyah Isni*), Zahroh Shaluhiyah**), Kusyogo Cahyo***)


*) Prodi IKM, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan

Korespondensi: khoiriyah.isni@gmail.com
**)
Magister Promosi Kesehatan Universitas Diponegoro Semarang
***)
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro

ABSTRAK
PMTCT merupakan program pemerintah untuk menekan terjadinya penularan HIV/AIDS ke
bayi. Inti dari kegiatan PMTCT adalah strategi mencegah terjadinya penularan HIV/AIDS dari
ibu ke bayi pada ibu hamil yang telah terinfeksi HIV. Namun masih terdapat ibu HIV yang
terlambat mengetahui status HIV sehingga tidak ikut serta dalam PMTCT. Penelitian ini
bertujuan mengetahui perilaku ibu HIV dalam upaya mencegah penularan HIV/AIDS dari ibu ke
bayi. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional.
Pengambilan data dilakukan pada 32 ibu HIV yang memiliki balita di Provinsi Jawa Tengah.
Analisis data menggunakan analisis univariat dengan distribusi frekuensi, bivariat
menggunakan Chi-Square dan Fisher Exact, dan multivariat menggunakan regresi logistik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang berhubungan dengan perilaku ibu HIV dalam
pencegahan penularan HIV/AIDS dari ibu ke bayi adalah usia bayi, waktu diketahui status HIV,
waktu mulai mengikuti ARV, keikutsertaan PMTCT, waktu mulai mengikuti PMTCT, dan
pengetahuan. Sedangkan faktor yang paling dominan terhadap perilaku ibu HIV dalam
pencegahan penularan HIV/AIDS dari ibu ke bayi adalah pengetahuan. Dari penelitian ini,
maka dapat disimpulkan bahwa pengetahuan dapat mempengaruhi perilaku ibu HIV dalam
pencegahan penularan HIV/AIDS dari ibu ke bayi.
Kata kunci : Ibu HIV, Pencegahan Penularan HIV/ADS dari ibu ke bayi, Provinsi Jawa Tengah
ABSTRACT
Behavior of HIV-Positive Mothers in Prevention Mother to Child Transmission of HIV/AIDS
in Central Java Province
PMTCT was government program to suppres HIV/AIDS and child. The point of PMTCT
activities was a strategy to prevent HIV/AIDS transmission from mothers living with HIV/AIDS
to their child. However, there were mothers living with HIV/AIDS who have been too late
knowing their status HIV status so that they did not join PMTCT. This study aims to learn about
HIV-positive mothers behavior in preventing of HIV/AIDS transmission from mother to child.
This research was a quantitative with cross sectional approach. The data was collected from 32
mothers living with HIV/AIDS who had toddler babies in Central Java Province. Data were
analyzed using univariate with frequency distribution, bivariate with chi square and fisher exact,
and multivariate with logistic regression. The result showed that the variable which correlated
towards behavior of HIV-positive mothers in preventing HIV/AIDS transmission from mother to
child were age of child, HIV status reveal time, time of joining ARV, joining PMTCT, time of
joining PMTCT, and knowledge. While, knowledge was the main variable that has considerable
influence on the behavior of HIV-positive mothers. From this research, can be conclude that
knowledge can affect HIV-positive mother’s behavior.

238
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 12 / No. 2 Agustus 2017

Keywords: HIV-positive mothers, PMTCT, Central Java Province

PENDAHULUAN Strategi yang paling tepat untuk


Di Indonesia, infeksi HIV merupakan mencegah penularan vertikal adalah melarang
salah satu masalah kesehatan utama dan salah ibu yang terinfeksi HIV untuk hamil, dan
satu penyakit menular yang dapat melakukan terminasi kehamilan bagi ibu
mempengaruhi kematian ibu dan anak. terinfeksi HIV. Akan tetapi hal ini tidak
Sedangkan Data hasil kegiatan dari Kemenkes mungkin dilakukan karena setiap orang pasti
RI tahun 2012 menunjukkan dari 43.264 ibu menginginkan keturunan. Kehamilan serta
hamil yang menjalani tes HIV, 1.329 (3,04%) memiliki keturunan adalah hak setiap
positif terinfeksi HIV (KPAN, 2013). Data manusia. Penderita HIV juga memiliki hak
lain hasil Pemodelan Matematika Epidemi yang sama untuk menikah dan melanjutkan
HIV tahun 2012 juga menunjukkan bahwa keturunan. Oleh karena itu, agar bayi tidak
prevalensi infeksi HIV pada ibu hamil terinfeksi HIV maka dilakukan strategi
diperkirakan akan meningkat dari 0,38 persen pencegahan yaitu PMTCT (Damania, 2006).
pada tahun 2012 menjadi 0,49 persen pada PMTCT merupakan program pencegahan
tahun 2016. Dari angka tersebut maka penularan HIV/AIDS dari ibu ke bayi. Konsep
diperkirakan kebutuhan layanan Pencegahan dasarnya adalah menurunkan Viral Load
Penularan HIV dari Ibu ke Anak (PPIA) juga serendah-rendahnya. Meminimalkan paparan
akan meningkat dari 13.189 orang di tahun janin/bayi dari cairan tubuh HIV positif. Lalu
2012 menjadi 16.191 orang pada tahun 2016. mengoptimalkan kesehatan bayi dari ibu
Selain itu jumlah anak berusia dibawah 15 dengan HIV positif.
tahun yang tertular HIV dari ibunya juga akan Strategi dalam pencegahan penularan
meningkat dari 4.361 orang di tahun 2012, HIV dari ibu ke bayi, World Health
menjadi 5.565 orang di tahun 2016. Hal ini Organization (WHO) mempromosikan
tentu akan berakibat juga pada peningkatan pendekatan komprehensif, yang meliputi
angka kematian anak akibat AIDS. Sementara empat komponen (prong) berikut yaitu (1)
itu, jumlah kematian terkait AIDS pada Pencegahan primer infeksi HIV diantara
populasi usia 15-49 tahun akan meningkat perempuan usia subur, (2) Mencegah
hampir dua kali lipat di tahun 2016 kehamilan yang tidak diinginkan antara
(Kemenkes, 2012). perempuan yang hidup dengan HIV, (3)
Mencegah penularan HIV dari seorang wanita

239
Pengetahuan Ibu HIV Mempengaruhi …… (Khoiriyah Isni, Zahroh S, Kusyogo C)

yang hidup dengan HIV untuk bayinya, dan Berdasarkan data Kementerian Kesehatan
(4) Memberikan perawatan yang tepat, Republik Indonesia, di Jawa Tengah mulai
perawatan dan dukungan untuk ibu yang hidup tahun 2010 sampai dengan bulan Juni 2013,
dengan HIV dan anak-anak dan keluarga jumlah kumulatif ibu hamil yang telah
mereka (WHO, 2010). Walaupun berbagai mendapatkan layanan PMTCT sebanyak 181
upaya telah dilaksanakan selama beberapa orang (Kemenkes, 2013). Dinas Kesehatan
tahun, ternyata cakupan PMTCT masih Provinsi Jawa Tengah melaporkan dari bulan
rendah, yaitu 10% di tahun 2004, kemudian januari hingga juni 2013 terdapat 43 ibu
meningkat menjadi 35% pada tahun 2007 dan dengan HIV positif dengan rentang usia 20-49
45% di tahun 2008 sesuai dengan laporan tahun dengan 16 kelahiran secara seksio
Universal Akses 2009. Bahkan pada laporan sesarea dan 6 kelahiran secara per vaginam.
Universal Akses 2010, cakupan layanan Serta terdapat 23 bayi lahir hidup dari ibu HIV
PMTCT di Indonesia masih sangat rendah, positif dan 3 bayi yang diperiksa HIV dengan
yaitu sebesar 6%, sehingga upaya peningkatan hasil positif, 46 bayi yang diberikan Makanan
cakupan sejalan dengan program pencegahan Pengganti ASI (MPASI) dan 40 bayi yang
perlu ditingkatkan. diberikan MPASI dan ASI secara bersamaan
Jawa Tengah menduduki urutan ke dari bulan januari hingga juni 2013. Pada
lima dengan kasus HIV/AIDS terbanyak dari bulan februari 2013, terdapat 6 bayi yang
bulan januari hingga juni 2013. Kasus diberikan ASI.
HIV/AIDS di Jawa Tengah berdasarkan fakto Berbagai macam upaya komprehensif
risiko penularan didominasi oleh kaum terkait pencegahan penularan dari ibu ke bayi
heteroseksual (81,7%) dan jumlah kasus telah dilakukan oleh fasilitas kesehatan.
terbanyak kedua adalah pada ibu rumah Namun tidak semua layanan kesehatan yang
tangga. Jika dibiarkan dan tidak ada intervensi berada di kabupaten/kota dapat memberikan
pada kaum perempuan termasuk ibu rumah layanan HIV/AIDS termasuk layanan
tangga, maka kasus HIV pada ibu rumah PMTCT. Sebagian besar layanan kesehatan
tangga akan meningkat yang diiringi dengan yang berada di kabupaten/kota yang tidak
peningkatan kasus HIV pada anak. Penularan mampu menangani pasien perempuan HIV
melalui perinatal menyumbang 5,1% kasus sampai pada tindakan besar seperti persalinan
HIV/AIDS di Jawa Tengah menurut faktor ibu HIV segera dirujuk ke Rumah sakit
risiko penularan (KPA Jateng, 2013). rujukan terdekat. Hal inilah yang

240
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 12 / No. 2 Agustus 2017

menyebabkan perempuan HIV terutama yang kesehatan yang belum memadai, tidak semua
sedang hamil atau memiliki balita tidak fasilitas kesehatan mampu memberikan
optimal dalam mengakses layanan PMTCT. layanan PMTCT. Cakupan pelayanan
Terlebih tanpa adanya dukungan dari orang antenatal K1 sudah cukup tinggi yaitu 92,7%
terdekat seperti pasangan atau suami dan namun cakupan pelayanan antenatal K4
keluarga. Berdasarkan laporan cakupan Dirjen (kualitas) baru mencapai 61,4% artinya masih
Kesehatan Ibu Kementerian Kesehatan tahun banyak ibu hamil yang belum mendapat
2012, cakupan ANC di Indonesia secara layanan yang berkualitas yaitu yang untuk
nasional mencapai lebih dari 90% untuk K-1 mencegah dan mendeteksi dini terjadinya
yang menunjukkan tingginya akses terhadap masalah/penyakit yang diderita ibu hamil
pelayanan pemeriksaan antenatal. Namun jika maupun janinnya, termasuk HIV pada ibu
cakupan ANC dibandingkan dengan hamil. Hal tersebut menjadikan kendala
rendahnya cakupan pelayanan PPIA, termasuk lainnya yaitu keterlambatan mengetahui status
pengobatan ARV, tampak kenyataan adanya HIV ibu hamil yang akan berdampak pada
miss-opportunity. Artinya ada Ibu hamil HIV perilaku ibu dalam mencegah penularan
yang tidak mengetahui statusnya, padahal HIV/AIDS ke bayi.
sebenarnya dia sudah datang ke fasilitas
METODE
layanan kesehatan untuk ANC (Kemenkes,
2013). Hal tersebut menunjukkan masih Jenis penelitian ini adalah penelitian non
adanya ibu hamil yang tidak mengikuti PPIA eksperimental (observasional) dengan
yang mengakibatkan naiknya jumlah kasus pendekatan cross sectional. Penelitian
HIV pada anak. Pelaksanaan antenatal care dilaksanakan tahun 2013-2014 pada ibu HIV
sendiri belum berjalan optimal, masih banyak yang memiliki balita. Jumlah ibu HIV yang
fasilitas kesehatan yang belum menerapkan memiliki balita di Provinsi Jawa Tengah
layanan antenatal care terpadu dengan adalah 32 orang, dan diambil dengan total
layanan PMTCT. sampling. Variabel independen dalam
penelitian ini adalah umur bayi, waktu
Sejauh ini, pelaksanaan program
diketahuinya status HIV ibu, waktu mulai
pencegahan penularan HIV-AIDS dari ibu ke
mengikuti ARV, keikutsertaan dalam PMTCT,
anak (PPIA) masih banyak kendala sejak
waktu mulai mengikuti PMTCT, dan
dicanangkan pemerintah pada tahun 2004.
pengetahuan. Sedangkan variabel
Kendala yang dialami diantaranya di fasilitas

241
Pengetahuan Ibu HIV Mempengaruhi …… (Khoiriyah Isni, Zahroh S, Kusyogo C)

dependennya adalah perilaku ibu HIV dalam tatalaksana pemberian makanan bagi bayi,
pencegahan penularan HIV/AIDS dari ibu ke mengatur kehamilan dan keluarga berencana,
bayi. Alat penelitian yang digunakan adalah pemberian profilaksis ARV dan kotrimoksazol
kuesioner. Pengumpulan data dilakukan pada anak, dan pemeriksaan diagnostik HIV
dengan metode wawancara. Hasil penelitian pada bayi yang lahir dari ibu dengan HIV
dianalisis secara univariat, bivariat, dan (Kemenkes, 2012). Kegiatan prong 1 tidak
multivariat. Analisis bivariat menggunakan termasuk dalam penelitian ini karena
chi-square, dan analisis multivariat responden yang diteliti adalah ibu dengan HIV
menggunakan regresi logistik. positif dan telah memiliki anak, sehingga
pencegahan penularan HIV pada perempuan
HASIL DAN PEMBAHASAN usia reproduksi (15-49 tahun) atau prong 1
Perilaku Ibu HIV dalam Pencegahan tidak terlaksana.
Penularan HIV/AIDS dari Ibu ke Bayi
Jumlah responden yang melahirkan
Berdasarkan hasil penelitian terkait
dengan cara pervaginam sebanyak 65,6% dan
perilaku ibu HIV dalam upaya pencegahan
jumlah responden yang melahirkan dengan
penularan HIV/AIDS dari ibu ke bayi, lebih
cara seksio sesarea sebanyak 34,4%. Jumlah
dari sebagian responden sebanyak 56,3%
responden yang melakukan konsultasi terlebih
memiliki perilaku yang baik dalam
dahulu sebelum memutuskan untuk memilih
pencegahan penularan HIV/AIDS dari ibu ke
cara persalinan sebanyak 53,1%, sisanya
bayi, sedangkan sisanya sebanyak 43,8%
sebanyak 46,9% tidak melakukan konseling
memiliki perilaku pencegahan penularan
sehubungan dengan memutuskan cara
HIV/AIDS dari ibu ke bayi yang buruk. Inti
persalinan. Alasan responden tidak melakukan
dari kegiatan pencegahan penularan
konseling terlebih dahulu sebelum
HIV/AIDS dari ibu ke bayi adalah strategi
memutuskan cara persalinan adalah belum
dalam mencegah terjadinya penularan
mengetahui status HIV saat persalinan,
HIV/AIDS dari ibu ke bayi pada ibu hamil
mereka baru mengetahui status HIV setelah
yang telah terinfeksi HIV. Jadi inti kegiatan
melakukan persalinan. Persalinan dengan cara
PMTCT terletak pada prong 3. Prong 3
pervaginam atau normal aman atau boleh
meliputi layanan ANC terpadu termasuk
dilakukan ketika kondisi ibu hamil yang
penawaran dan tes HIV, diagnosis HIV,
terinfeksi HIV memenuhi persyaratan yang
pemberian terapi ARV, persalinan aman,
telah ditetapkan yaitu viral load <1.000

242
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 12 / No. 2 Agustus 2017

kopi/µL dan telah memulai terapi ARV pada transient tachypea of the newborn (TTN)
usia kehamilan ≤14 minggu. Ketika kondisi (Clara, 2010).
ibu hamil yang terinfeksi HIV tidak memenuhi Hasil penelitian, jumlah responden yang
persyaratan tersebut maka dianjurkan untuk melakukan tes HIV sebelum persalinan hanya
melakkuan persalinan secara seksio sesarea. sebanyak 34,4%, sisanya sebanyak 65,6%
Hal tersebut dilakukan karena walaupun responden tidak melakukan tes HIV sebelum
persalinan secara normal diperbolehkan untuk persalinan. Sedangkan jumlah responden yang
ibu hamil yang terinfeksi HIV, namun melakukan tes CD4 sebelum persalinan dan
kemungkinan terjadinya penularan HIV ke setelah persalinan adalah sebanding yaitu
bayi masih besar yaitu sekitar 10-20%. sebesar 50%. Sebanyak 84,4% responden
tidak melakukan tes viral load sebelum
Penelitian kohort yang dilakukan di
persalinan dan hanya sebanyak 15,6%
Inggris dan Negara Eropa lainnya
responden yang melakukan tes viral load
menunjukkan bahwa penularan HIV/AIDS
sebelum persalinan. Sedikitnya responden
dari ibu ke bayi rata-rata <0,5% pada
yang melakukan tes viral load dikarenakan
perempuan dengan plasma viral load<50
harga tes yang sangat mahal sehingga
kopi/µL, termasuk dalam HAART, dan tidak
responden merasa keberatan untuk melakukan
memperhatikan sehubungan dengan cara
tes tersebut. Tes CD4 dan tes viral load
persalinan. Penelitian tersebut juga
diperlukan untuk ibu hamil yang terinfeksi
mendukung dan merekomendasikan praktik
HIV sebelum melakukan persalinan karena
persalinan secara pervaginam apabila ibu
untuk mengetahui kesehatan dan jumlah virus
hamil dengan HIV memenuhi persyaratan
yang ada dalam darah ibu HIV sehingga dapat
tersebut (British HIV Association, 2012).
digunakan untuk pertimbangan saat
Dalam Tatalaksana Infeksi HIV dalam
memutuskan pemilihan cara persalinan.
Kehamilan oleh Clara Marcaelia, dkk
dijelaskan bahwa cara persalinan harus Cara paling efektif untuk menekan
ditentukan sebelum umur kehamilan 38 replikasi HIV adalah dengan memulai
minggu untuk meminimalkan terjadinya pengobatan dengan kombinasi ARV yang
komplikasi persalinan, dan apabila diputuskan efektif. Pemberian ARV pada ibu hamil
memilih persalinan secara seksio sesarea maka dengan HIV selain dapat mengurangi risiko
sebaiknya dijadwalkan pada umur kehamilan penularan HIV dari ibu ke anak adalah untuk
39+ minggu, untuk meminimalkan risiko mengoptimalkan kondisi kesehatan ibu dengan

243
Pengetahuan Ibu HIV Mempengaruhi …… (Khoiriyah Isni, Zahroh S, Kusyogo C)

cara menurunkan kadar HIV serendah Menurut hasil penelitian, masih terdapat
mungkin. ARV diberikan sedini mungkin sebanyak 9,4% responden yang memberikan
ketika ibu hamil menunjukkan indikasi HIV. ASI kepada bayinya, 87,5% reponden hanya
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa memberikan susu formula saja, dan terdapat
semakin mendekati fase menjelang kelahiran sebanyak 3,1% responden yang memberikan
sampai dengan setelah kelahiran jumlah ASI dan susu formula bersamaan. Responden
responden yang mengonsumsi ARV semakin yang pernah memberikan ASI dan susu
banyak namun tetap masih terdapat responden formula sebanyak 37,5% dan rata-rata
yang tidak mengonsumsi ARV bahkan sampai memberikannya lebih dari 2 kali.
setelah kelahiran yaitu sebesar 21,9%. Selama
Demikian, konseling terkait pemberian
kehamilan lebih dari sebagian responden
makanan bayi sangat diperlukan untuk
(56,3%) tidak mengonsumsi ARV dan pada
menghindari hal-hal tersebut terjadi. Dalam
saat menjelang kelahiran responden yang
konseling perlu diingatkan bahwa pemberian
mengonsumsi dan tidak mengonsumsi ARV
pengganti ASI jangan sampai berdampak lebih
adalah sebanding yaitu 50%. Hal ini
buruk, artinya pemberian susu formula boleh
dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya
diberikan namun harus memenuhi syarat
adalah waktu diketahuinya status HIV
AFASS (Acceptable, Feasible, Affordable,
responden yang berbeda-beda.
sustainable, safe). Apabila tidak memenuhi
Pemberian ARV tidak hanya pada ibu syarat tersebut maka menurut WHO sebaiknya
saja, setelah persalinan bayi lahir dari ibu HIV bayi diberikan ASI eksklusif tanpa makanan
wajib diberikan profilaksis ARV selama 6 tambahan apapun selama 6 bulan. Sehubungan
minggu dan dilanjutkan kotrimoksazol untuk dengan hal tersebut, hampir sebagian resonden
anak sampai dengan umur 1 tahun atau sampai (43,8%) tidak melakukan konseling pemberian
diagnosis HIV ditegakkan. Dalam penelitian makanan bayi dari ibu HIV (BIHA).
ini sebanyak 40,6% bayi responden masih
Pada bayi lahir dari Ibu HIV (BIHA)
diberikan profilaksis ARV bayi. Usia rata-rata
pemberian imunisasi juga perlu diperhatikan.
bayi diberikan profilaksis untuk pertama kali
Pedoman yang dianjurkan berbeda-beda dari
adalah usia 5,72 minggu, dengan usia bayi
tahun ke tahun. Dulu bayi lahir dari ibu HIV
terendah 0 minggu, dan usia bayi tertinggi
tidak boleh diberikan imunisasi yang berupa
pemberian profilaksis 80 minggu atau 20
virus hidup seperti BCG, polio, dan campak.
bulan.

244
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 12 / No. 2 Agustus 2017

Pedoman WHO mengenai PMTCT Berdasarkan hasil penelitian ini dapat


menganjurkan semua imunisasi boleh diketahui beberapa faktor yang berhubungan
dilakukan asalkan bayi tidak menunjukkan secara signifikan secara statistik terhadap
gejala klinis yang mengarah ke HIV. Namun perilaku ibu HIV dalam pencegahan penularan
tampaknya responden tidak mengetahui HIV/AIDS dari ibu ke bayi adalah usia bayi,
dengan benar terkait imunisasi yang tidak waktu diketahui status HIV ibu, waktu mulai
boleh diberikan apabila kondisi bayi dari ibu mengikuti ARV, keikutsertaan PMTCT, waktu
HIV tidak memungkinkan untuk diberikan mulai mengikuti PMTCT, dan pengetahuan
imunisasi. Sehingga sebagian besar bayi tentang pencegahan penularan HIV/AIDS dari
responden telah diberikan semua imunisasi ibu ke bayi.
mulai dari BCG sampai dengan imunisasi
Hubungan yang terjadi diantara faktor-
campak.
faktor tersebut dengan perilaku ibu HIV dalam
Hasil penelitian lain menunjukkan bahwa pencegahan penularan HIV/AIDS dari ibu ke
pemberian imunisasi BCG saat kelahiran pada bayi menunjukkan adanya beberapa
bayi yang terinfeksi HIV dan pada bayi yang kecenderungan yaitu ibu HIV yang memiliki
menunjukkan gejala klinis AIDS, lebih bayi usia diatas 18 bulan cenderung memiliki
meningkatkan risiko terkena penyakit TB di perilaku yang buruk dibandingkan dengan ibu
kemudian hari (Calles, 2010). Penelitian ini HIV yang memiliki bayi usia dibawah 18
mengungkapkan bahwa masih terdapat ibu bulan. Demikian pula pada ibu HIV yang
HIV yang memiliki perilaku buruk dalam mengetahui status HIV ketika setelah
pencegahan penularan HIV/AIDS yang kehamilan lebih cenderung berperilaku buruk
dibuktikan oleh praktik responden terhadap daripada ibu HIV yang mengetahui status HIV
aturan PMTCT yang tidak dipatuhi dan sebelum kehamilan. Ibu HIV yang mulai
dilaksanakan oleh responden. Kondisi yang mengikuti terapi ARV setelah kehamilan
demikian tentunya dipengaruhi oleh beberapa cenderung memiliki perilaku buruk
faktor antara lain usia bayi, waktu diketahui dibandingkan dengan ibu HIV yang mulai
status HIV responden, waktu mulai mengikuti mengikuti terapi ARV sebelum kehamilan.
terapi ARV, keikutsertaan PMTCT, waktu Sedangkan, ibu HIV yang tidak mengikuti
mulai mengikuti PMTCT, pengetahuan PMTCT cenderung berperilaku buruk
tentang pencegahan penularan HIV/AIDS dari daripada ibu HIV yang mengikuti PMTCT.
ibu ke bayi. Begitu pula dengan ibu HIV yang berperilaku

245
Pengetahuan Ibu HIV Mempengaruhi …… (Khoiriyah Isni, Zahroh S, Kusyogo C)

buruk lebih cenderung pada ibu HIV yang bayi responden dengan perilaku pencegahan
mulai mengikuti PMTCT setelah kehamilan penularan HIV/AIDS dari ibu ke bayi.
dibandingkan dengan ibu HIV yang mulai
Sesuai dengan pedoman PMTCT bahwa
mengikuti PMTCT sebelum kehamilan.
penularan HIV dari ibu ke anak pada
Berdasarkan nilai odds ratio yang umumnya terjadi pada saat persalinan dan saat
diperoleh dari hasil multivariat menunjukkan menyusui. Persalinan memiliki risiko sebesar
bahwa variabel pengetahuan tentang 10-20%, sedangkan menyusui ASI berisiko
pencegahan penularan HIV/AIDS dari ibu ke lebih besar yaitu 5-20%. Usia kurang dari 18
bayi memiliki pengaruh paling besar terhadap bulan merupakan usia yang masih rentan
perilaku ibu HIV dalam pencegahan penularan tertular HIV/AIDS dari ibu yang terinfeksi dan
HIV/AIDS dari ibu ke bayi di Provinsi Jawa antibodi ibu masih terdeteksi pada bayi,
Tengah. Ibu HIV yang memiliki pengetahuan sehingga tes HIV pada bayi dapat dilakukan
yang tinggi tentang pencegahan penularan setelah usia 18 bulan. Oleh karena itu,
HIV/AIDS dari ibu ke bayi memiliki sebelum penegakan status HIV bayi, upaya
kecenderungan 9,259 kali lebih besar untuk pencegahan penularan HIV/AIDS dilakukan
berperilaku baik dalam pencegahan penularan sedini mungkin setelah status HIV ibu
HIV/AIDS dari ibu ke bayi dibandingkan diketahui. Upaya pencegahan penularan HIV
dengan ibu HIV yang memiliki pengetahuan ke bayi yang dapat dilakukan ibu HIV setelah
yang rendah. persalinan diantaranya pemberian profilaksis
bayi, pemberian nutrisi/makanan utama bayi,
Karakteristik Ibu HIV Berdasarkan Usia
dan pemberian imunisasi (Kemenkes, 2012).
Bayi
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa Dalam penelitian ini, setelah responden
sebagian besar bayi responden adalah berusia mengetahui status HIV,responden dianjurkan
diatas 18 bulan (56,3%), rata-rata usia bayi untuk mengikuti program PMTCT. Upaya
responden adalah 21,91 bulan, dengan usia yang dilakukan untuk mencegah penularan ke
terendah adalah 2 bulan, dan usia bayi yang bayi mengikuti tahap dimana responden
paling tinggi adalah 48 tahun (4 tahun). terdeteksi HIV. Responden yang terdeteksi
Demikian menurut hasil analisis bivariat chi- HIV, setelah persalinan maka upaya yang
square, diperoleh nilai p=0,025 yang artinya dianjurkan untuk dilakukan yaitu memberikan
terdapat hubungan yang signifikan antara usia susu formula kepada bayi, dan boleh

246
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 12 / No. 2 Agustus 2017

memberikan imunisasi bayi apabila bayi tidak HIV/AIDS dari ibu ke bayi, karena nilai p
menunjukkan gejala klinis HIV atau AIDS. lebih kecil dari 0,05.
Namun untuk bayi dengan ibu terdeteksi HIV Selain kesiapan yang matang dalam
saat bayi usia setelah 18 bulan, maka merencanakan keturunan, mereka juga aktif
dianjurkan untuk melakukan tes HIV terlebih mencari informasi terkait kesehatan bayi
dahulu pada bayi, sehingga penegakan status seperti pemberian makanan bayi dari ibu HIV,
HIV jelas. imunisasi bayi dari ibu HIV. Berbeda dengan
responden yang mengetahui status HIV ketika
Umumnya pada bayi dengan ibu yang
setelah kehamilan atau dalam fase sedang
diketahui status HIV setelah bayi berusia 18
hamil, saat menjelang kelahiran atau setelah
bulan, status HIV bayi juga positif.
melahirkan. Pada responden yang seperti ini,
Selanjutnya, bayi diberikan terapi ARV bukan
belum dapat menerima status HIVnya juga
profilaksis bayi. Dalam penelitian ini, terdapat
merasakan malas dan capek untuk mengakses
beberapa bayi dengan keadaan tersebut,
layanan kesehatan. Kondisi kehamilan
namun terdapat juga responden yang
membuat mereka enggan mengikuti
melakukan upaya pecegahan penularan
pengobatan. Perilaku yang demikian dapat
HIV/AIDS ke bayi saat sebelum kehamilan,
berpengaruh terhadap kesehatan bayinya,
menjelang persalinan, dan setelah persalianan.
apabila kesiapan mental dan pencegahan
Risiko penularan HIV/AIDS dari ibu ke bayi
penularan dilakukan sedini mungkin, maka
dapat berkurang apabila upaya pencegahan
risiko penularan HIV/AIDS ke bayi dapat
dilakukan sedini mungkin.
ditekan.
Karakteristik Ibu HIV Berdasarkan Waktu Karakteristik Ibu HIV Berdasarkan Waktu
diketahui Status HIV Mulai Mengikuti terapi ARV
Lebih dari sebagian responden sebesar Dari hasil analisis univariat menunjukkan
68,8% mengetahui status HIV ketika setelah bahwa, sebesar 75% responden kali pertama
kehamilan, sisanya sebesar 31,3% responden mengikuti terapi ARV ketika setelah
mengetahui status HIV sebelum kehamilan. kehamilan. Hanya sebesar 25% responden
Hasil analisis bivariat menggunakan uji fisher yang mengikuti terapi ARV sebelum
exact menunjukkan bahwa terdapat hubungan kehamilan. Hal ini dikarenakan responden
signifikan antara waktu diketahui status HIV baru mengetahui status HIV setelah kehamilan
dengan perilaku pencegahan penularan ketika kunjungan kehamilan (Antenatal care),

247
Pengetahuan Ibu HIV Mempengaruhi …… (Khoiriyah Isni, Zahroh S, Kusyogo C)

ketika menjelang kelahiran, atau setelah Karakteristik Ibu HIV Berdasarkan


kelahiran. Keikutsertaan PMTCT
Berdasarkan hasil tabulasi silang, Hasil analisis univariat menunjukkan
diketahui bahwa ibu HIV yang mempunyai bahwa sebesar 71,9% responden tidak
perilaku buruk terhadap pencegahan penularan mengikuti PMTCT, sisanya sebesar 28,1%
HIV/AIDS dari ibu ke bayi lebih banyak pada mengikuti PMTCT. Berdasarkan hasil tabulasi
ibu HIV yang mengikuti terapi ARV ketika silang, diketahui bahwa responden dengan
setelah kehamilan (58,3%) dibandingkan perilaku buruk terhadap pencegahan penularan
dengan yang mengikuti terapi ARV sebelum HIV/AIDS dari ibu ke bayi lebih banyak
kehamilan. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pada responden yang tidak mengikuti
semakin cepat seseorang mengikuti terapi PMTCT (60,9%) daripada yang mengikuti
ARV maka semakin baik pula perilaku PMTCT.
seseorang dalam melakukan upaya
Hasil analisis biavariat dengan
pencegahan termasuk pencegahan penularan
menggunakan uji fisher exact sehingga
HIV/AIDS dari ibu ke bayi. Hasil analisis
diperoleh hasil nilai p=0,002, dan dinyatakan
bivariat menggunakan uji fisher exact,
terdapat hubungan yang signifikan antara
diperoleh nilai p=0,004 dan dinyatakan bahwa
keikutsertaan PMTCT dengan perilaku ibu
terdapat hubungan antara waktu mulai
dalam pencegahan penularan HIV/AIDS dari
mengikuti terapi ARV dengan perilaku ibu
ibu ke bayi. Hal ini didukung oleh pernyataan
dalam pencegahan penularan HIV/AIDS dari
responden terkait keikutsertaan PMTCT
ibu ke bayi.
bahwa sebelum memutuskan untuk mengikuti
Sejalan dengan penelitian ini, responden
program tersebut, responden telah mengetahui
yang mengikuti terapi ARV pertama kali sejak
syarat-syarat dan informasi terkait PMTCT,
sebelum kehamilan mengaku lebih peduli
sehingga responden mengerti benar apa yang
terhadap adanya kemungkinan penularan HIV
dilakukan agar bayinya sehat dan penularan
ke bayi, sehingga pencarian informasi serta
HIV dari ibu ke bayi tidak terjadi.
praktik terkait mencegah penularan HIV ke
bayi lebih baik dilakukan daripada responden Karakteristik Ibu HIV Berdasarkan Waktu
yang mengikuti terapi ARV setelah Mulai Mengikuti PMTCT
kehamilan. Mayoritas responden waktu kali pertama
mengikuti PMTCT adalah ketika setelah

248
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 12 / No. 2 Agustus 2017

kehamilan (71,9%), sedangkan sisanya 28,1% dari ibu ke bayi, dengan nilai p=0,002.
waktu kali peratama mengikuti PMTCT ketika Responden mengungkapkan bahwa dirinya
sebelum melahirkan. Hal ini dapat dikatakan terdeteksi HIV ketika hamil 5 bulan dan
bahwa sebagian besar responden tidak mempunyai infeksi oportunistik berupa TB,
mengikuti PMTCT dari awal. Responden hal ini berpengaruh terhadap praktik dirinya
mulai mengikuti PMTCT saat sedang hamil, dalam menjaga kesehatan bayinya seperti
ketika menjelang kelahiran, atau setelah ketidakpatuhan minum obat ARV, pemberian
kelahiran. ASI dan pemberian profilaksis bayi yang tidak
rutin.
Distribusi frekuensi menurut waktu mulai
mengikuti PMTCT, sebesar 53,1% responden SIMPULAN
tidak mengikuti PMTCT. Sedangkan yang Ibu HIV yang memiliki perilaku buruk
mengikuti mengikuti PMTCT sejak sebelum dalam pencegahan penularan HIV/AIDS dari
kehamilan sebesar 28,1%. Lainnya, sebesar ibu ke bayi yaitu sebesar 43,8%. Pengetahuan
9,4% responden mengikuti PMTCT ketika merupakan faktor yang paling berpengaruh
hamil dan menjelang persalinan. Hal ini terhadap perilaku ibu HIV dalam pencegahan
menunjukkan bahwa masih banyak responden penularan HIV/AIDS dari ibu ke bayi. Faktor-
yang terlambat atau bahkan tidak mengikuti faktor lain yang berhubungan dengan perilaku
PMTCT mulai dari awal kehamilan. ibu HIV dalam pencegahan penularan
HIV/AIDS dari ibu ke bayi yaitu usia bayi,
Berdasarkan hasil tabulasi silang
waktu diketahui status HIV, waktu mulai
responden menurut waktu mulai mengikuti
mengikuti terapi ARV, keikutsertaan PMTCT,
PMTCT, diketahui bahwa 60,9% responden
waktu mulai mengikuti PMTCT, pengetahuan
yang berperilaku buruk dalam mencegah
tentang pencegahan penularan HIV/AIDS dari
penularan HIV/AIDS dari ibu ke bayi dengan
ibu ke bayi.
waktu mulai mengikuti PMTCT ketika setelah
kehamilan. ACKNOWLEDGEMENT
Dalam hal ini penulis mengucapkan
Hasil analisis bivariat dengan
terima kasih kepada Menteri Pendidikan
menggunakan uji fisher exact menunjukkan
Nasional yang telah memberikan dukungan
bahwa terdapat hubungan yang signifikan
pembiayaan melalui Program Beasiswa
antara waktu mulai mengikuti PMTCT dengan
Unggulan jalur Fast Track berdasarkan DIPA
perilaku pencegahan penularan HIV/AIDS

249
Pengetahuan Ibu HIV Mempengaruhi …… (Khoiriyah Isni, Zahroh S, Kusyogo C)

Sekretariat Jenderal Departemen Pendidikan Universal. Kementerian Kesehatan


Nasional Tahun Anggaran 2012 sampai Republik Indonesia. Jakarta. 2013.
dengan Tahun 2014. Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi Jawa
Tengah. Kondisi HIV & AIDS di Jawa
Tengah 1993 s/d 31 Juni 2013. 2013.
KEPUSTAKAAN
Komisi Penanggulangan AIDS Nasional.
British HIV Association. Guidelines For The
Penularan HIV AIDS dari Ibu ke Anak
Management Of HIV Infection In
Bisa Meningkat, Ini Langkah Kemenkes.
Pregnant Women 2012. HIV Medicine.
Komisi Penanggulangan AIDS Nasional.
2012.
Jakarta. 2013.
Calles, NR; Schutze, GE. Immunizations for
World Health Organization (WHO). PMTCT
Children with HIV/AIDS. 2007.
strategic vision 2010–2015: preventing
Clara, MV; Kemara, KP; Megadhana, IW.
mother-to-child transmission of HIV to
Tatalaksana Infeksi HIV Dalam
reach the UNGASS and Millennium
Kehamilan: Bagian/SMF Obstetri dan
Development Goals. Geneva. 2010
Ginekologi Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana/Rumah Sakit
Umum Pusat Sanglah Denpasar.
Damania, KR. Prevention of mother to child
transmission of HIV infection. The
Journal of Obstetrics and Gynecology of
India. 2006;56(5):390:5.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Laporan Hasil Pemodelan Matematika
Epidemi HIV (Draft). Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
2012.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Rencana Aksi Nasional Pencegahan
Penularan HIV dari Ibu ke Anak (PPIA)
Indonesia 2013-2017. Menuju Akses

250
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 14 / No. 2 / Agustus 2019

Pengaruh Pemanfaatan Aplikasi Keluarga Sehat terhadap Kinerja Petugas


Promosi Kesehatan Puskesmas
Ekowati*), Zahroh Shaluhiyah*), Farid Agushybana*)
*)
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro
Korespondensi: ekozakiikhwan@gmail.com

ABSTRACT
Background: Keluarga Sehat (KS) application is a system to provide data and information
about family’s health which expected to have benefit to the programmer in developing health
promotion planning in health center. The benefit of this program would be maximized when
man,organization and technology support each other. This study aims to evaluate the
utilization of KS application and its effect to the performance of health promotion
programmer in developing health programs.
Method: This is quantitative study with cross sectional approach to identify and examine
causal relationships between user satisfaction, system utilization and health staff performance
in health promotion programs. There were 60 health promotion staffs from health centers
who were trained about KS application in 2016-2018 by Ministry of Health or Pati and
Semarang City Health Offices were involved in this study. Independent variables consists of
system quality, information quality, personal capability, leadership or management support,
co-worker support and availability of facilities. Whilst, dependent variables consists of user
satisfaction, system utilization and performance of health promotion staffs. The analysis of the
system refers to HOT-Fit Model.
Results: Personal capability, system utilization, leadership or management supports have
significantly positive influence on the performance of health promotion staffs. User
satisfaction, co-worker support, availability of facilities, system quality and information
quality both directly and indirectly through user satisfaction and system utilization did not
have any significant influence on the performance of health promotion staffs. It is
recommended to provide training in processing and analyzing data from the application as
well as strengthening internet network and adding the server.
Keywords: application, performance, health promotion, HOT-Fit Model

PENDAHULUAN terintegrasi pada semua program dengan


Data dan informasi merupakan memanfaatkan teknologi informasi untuk
sumber daya yang penting bagi organisasi pemrosesan data.(1)
terutama sebagai dasar dalam perencanaan Data dan informasi kesehatan
dan evaluasi program.(1)(2) Data dan masyarakat sangat menentukan kualitas
informasi bermanfaat sebagai input dalam pelayanan di puskesmas. Dalam rangka
proses pengambilan keputusan. Kebutuhan mendukung upaya pelayanan dan
data dan informasi kesehatan dapat penyediaan data kesehatan di puskesmas,
dipenuhi melalui penyelenggaraan Kementerian Kesehatan menggalakkan
pelayanan kesehatan di puskesmas yang kembali program pelayanan kesehatan

92
Pengaruh Pemanfaatan Aplikasi Keluarga… (Ekowati, Zahroh S., Farid A.)

dengan sasaran utama adalah keluarga. Petugas promosi kesehatan


Program yang disebut Program Indonesia puskesmas memiliki target kinerja yang
Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS- sudah ditetapkan oleh Dinas Kesehatan
PK) ini dimaksudkan untuk mendekatkan Kabupaten/Kota dengan mengacu pada
masyarakat kepada akses pelayanan Renstra dari Dinas Kesehatan Propinsi Jawa
kesehatan. Program ini menekankan agar Tengah. Di dalam Renstra Dinas Kesehatan
petugas puskesmas melakukan kunjungan Propinsi Jawa Tengah tahun 2013-2018
keluarga untuk mendapatkan data profil disebutkan bahwa indikator kinerja program
kesehatan keluarga (prokesga) yang promosi kesehatan meliputi proporsi
kemudian direkap melalui kuesioner desa/kelurahan siaga aktif mandiri, proporsi
keluarga (family folder).(3) Data prokesga posyandu mandiri dan jumlah penyuluhan
selanjutnya dientri melalui aplikasi keluarga di luar gedung.(6) Selain berpedoman pada
sehat untuk dapat menyajikan data renstra, perencanaan kegiatan di puskesmas
kesehatan keluarga sesuai 12 indikator juga harus disusun berdasarkan kebijakan
keluarga sehat dan data Indikator Keluarga pembangunan kesehatan yaitu PIS-PK.
Sehat (IKS) berbasis kewilayahan. Artinya, perencanaan kegiatan dilakukan
Puskesmas sebagai pemberi berdasarkan data dari aplikasi keluarga
pelayanan kesehatan tingkat pertama sehat. Dalam membuat perencanaan
diharapkan mampu menyelenggarakan PIS- kegiatan, petugas promosi kesehatan harus
PK dengan mengintegrasikan pelayanan melakukan analisis situasi berdasarkan data
upaya kesehatan perorangan (UKP) dan kesehatan keluarga, melakukan perumusan
upaya kesehatan masyarakat (UKM). masalah serta memecahkan masalah melalui
Promosi kesehatan sebagai salah satu kegiatan promosi kesehatan.(7) Kualitas
bentuk pelayanan UKM di puskesmas pelayanan dan perencanaan sangat
dilaksanakan melalui upaya peningkatan ditentukan oleh kualitas informasi yang
kemampuan masyarakat melalui dihasilkan oleh sistem.(2)
pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama Aplikasi keluarga sehat sebagai
masyarakat sehingga masyarakat bisa sistem informasi yang mampu menyediakan
mengenali masalah kesehatannya serta data kesehatan keluarga diharapkan dapat
melakukan upaya kesehatan secara mandiri bermanfaat bagi pemegang program
dalam mengatasi masalah kesehatan puskesmas khususnya petugas promosi
tersebut dengan memanfaatkan potensi kesehatan untuk membuat Rencana Usulan
yang ada di masyarakat.(4)(5) Kegiatan (RUK). Sistem informasi berguna
untuk menghasilkan data dan informasi

93
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 14 / No. 2 / Agustus 2019

guna pengambilan keputusan. Perencanaan Faktor-faktor dalam model HOT-Fit


sebagai kegiatan pengambilan keputusan meliputi faktor manusia, faktor organisasi
akan lebih tepat sasaran jika didasarkan dan faktor teknologi. Faktor manusia terdiri
pada data dan fakta yang ada.(2) Informasi dari penggunaan sistem dan kepuasan
dibutuhkan untuk mengevaluasi pengguna. Penggunaan sistem meliputi:
pelaksanaan dan intervensi program, kapabilitas personal, penggunaan fungsi
sebagai dasar dalam perencanaan program sistem, dan pengetahuan. Kepuasan
dan pengalokasian sumber daya dalam pengguna meliputi: relevansi informasi,
pembangunan kesehatan.(8) kemudahan, konsistensi, kehandalan sistem.
Sejak diberikan pelatihan tentang Faktor organisasi terdiri dari struktur dan
pemanfaatan aplikasi Keluarga Sehat oleh lingkungan organisasi. Struktur organisasi
Kementerian Kesehatan RI atau oleh Dinas meliputi: dukungan pimpinan/ manajemen,
Kesehatan Kabupaten/Kota (Kabupaten dukungan rekan kerja, sistem kontrol,
Pati/Kota Semarang) kepada para petugas komunikasi. Lingkungan organisasi
promosi kesehatan, belum dilakukan meliputi: pembiayaan, fasilitas, kompetisi,
evaluasi tentang pemanfaatan aplikasi kebijakan pemerintah. Faktor teknologi
tersebut dalam membuat perencanaan terdiri dari kualitas sistem, kualitas
program kesehatan. informasi dan kualitas layanan. Kualitas
Penggunaan sistem informasi dalam sistem meliputi: kemudahan penggunaan,
suatu organisasi akan memberikan potensi keamanan, fleksibilitas, ketersediaan.
manfaat yang maksimal pada peningkatan Kualitas informasi meliputi: kelengkapan
kinerja individu maupun organisasi apabila informasi, akurasi, ketepatan waktu,
teknologi, manusia dan organisasi dapat ketersediaan, konsistensi. Kualitas layanan
saling mendukung satu dengan yang meliputi: kecepatan respon dan penanganan
lainnya (Human, Organization and pelayanan.(9)
Technology-Fit). Model HOT-Fit ini Berdasarkan penjelasan tersebut,
merupakan model evaluasi implementasi peneliti tertarik untuk menganalisis
sistem informasi yang relatif lebih lengkap pemanfaatan aplikasi keluarga sehat (yang
dalam melihat faktor-faktor yang ditentukan berdasarkan faktor teknologi,
mempengaruhi penggunaan sistem manusia dan organisasi) terhadap kinerja
informasi, karena di dalamnya ada faktor petugas promosi kesehatan dalam
organisasi yaitu struktur dan lingkungan pembuatan RUK. Faktor teknologi meliputi
organisasi yang tidak diakomodir secara kualitas sistem dan kualitas informasi.
lengkap pada model yang lain.(9) Faktor manusia meliputi kapabilitas

94
Pengaruh Pemanfaatan Aplikasi Keluarga… (Ekowati, Zahroh S., Farid A.)

personal, kepuasan pengguna dan Teknik pengumpulan data dengan


pemanfaatan sistem. Faktor organisasi menggunakan angket penelitian berskala
meliputi dukungan pimpinan/manajemen, likert 1-4 untuk menilai persepsi petugas
dukungan rekan kerja dan ketersediaan promosi kesehatan tentang variabel
fasilitas. Sedangkan kinerja petugas penelitian. Variabel bebas pada penelitian
promosi kesehatan berhubungan dengan ini adalah kualitas sistem, kualitas
pembuatan RUK promosi kesehatan sesuai informasi, kapabilitas personal, dukungan
indikator kinerjanya, yaitu pengembangan pimpinan/manajemen, dukungan rekan
desa/kelurahan siaga, pengembangan kerja dan ketersediaan fasilitas. Variabel
posyandu dan penyuluhan di luar gedung. terikat terdiri dari kepuasan pengguna,
pemanfaatan sistem dan kinerja petugas
METODE promosi kesehatan.
Penelitian ini telah lolos uji etik dari Analisis univariat variabel penelitian
Komisi Etik Fakultas Kesehatan dideskripsikan dengan tabel distribusi
Masyarakat Universitas Diponegoro no. frekuensi. Sedangkan analisis multivariat
12/EA/KEPK-FKM/2019. dengan outer model. Analisis outer model
Penelitian ini adalah penelitian merupakan pengujian validitas dan
asosiatif dengan bentuk hubungan kausal reliabilitas indikator pada masing-masing
dan pendekatan waktu pengambilan data variabel penelitian yang dilakukan dengan
dilakukan secara cross sectional. Sampel menggunakan software Smart PLS 3 versi
penelitian sebanyak 60 petugas promosi student. Hasil uji validitas dilihat
kesehatan puskesmas, yang terdiri dari 44 berdasarkan convergent validity dan
petugas promosi kesehatan di Dinas discriminat validity. Model pada penelitian
Kesehatan Kabupaten Pati dan 16 petugas ini dilakukan pengujian tiga kali untuk
promosi kesehatan di Dinas Kesehatan Kota mendapatkan indikator yang valid dan
Semarang. Sampel dipilih berdasarkan reliabel. Uji validitas berdasarkan
kriteria inklusi yaitu petugas promosi convergent validity mensyaratkan bahwa
kesehatan yang sudah mendapatkan untuk penelitian tahap pengembangan, nilai
pelatihan keluarga sehat dari Kemenkes RI loading factor setiap indikator pada
atau Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota konstruknya ≥ 0,50.(10) Pada discriminat
tahun 2016-2018 serta masih bertugas validity, model mempunyai discriminat
sebagai pemegang program promosi validity yang cukup jika akar AVE (average
kesehatan saat dilakukan penelitian. variance extracted) untuk setiap konstruk
lebih besar dari pada korelasi antara

95
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 14 / No. 2 / Agustus 2019

konstruk dengan konstruk lainnya. Model tampilan menarik dan aplikasi menyediakan
pada penelitian ini telah memenuhi data untuk perencanaan, tetapi hanya
convergent validity dan discriminat validity. indikator kemudahan penggunaan, tampilan
Sedangkan uji reliabilitas pada penelitian menarik dan aplikasi menyediakan data
ini berdasarkan reliabilitas konstruk, yaitu untuk perencanaan yang memenuhi faktor
konstruk dinyatakan reliabel jika nilai loading ≥ 0,50. Variabel kualitas informasi
composite reliability > 0,70.(10) Model pada diukur dengan 6 indikator yaitu
penelitian ini juga telah memenuhi validitas kelengkapan informasi, kemudahan
konstruk. pembacaan data, ketepatan waktu,
Hasil analisis outer model dengan keakuratan data, relevansi informasi dan
indikator valid dan reliabel dapat dilihat informasi tersedia setiap saat, tetapi hanya
pada gambar 1. Variabel kualitas sistem indikator kelengkapan informasi,
diukur dengan 6 indikator, yaitu kemudahan kemudahan pembacaan data dan relevansi
penggunaan, menu-menu berjalan sesuai informasi yang memenuhi faktor loading ≥
fungsinya, keamanaan, kemudahan akses, 0,50.

Gambar 1. Model dengan indikator valid dan reliabel

96
Pengaruh Pemanfaatan Aplikasi Keluarga… (Ekowati, Zahroh S., Farid A.)

Variabel kapabilitas personal diukur data kesehatan keluarga dan mengunduh


dengan 5 indikator, yaitu mampu data IKS untuk perencanaan kegiatan yang
menggunakan aplikasi, mampu memenuhi faktor loading ≥ 0,50.
menganalisis data, mengakses aplikasi Variabel dukungan pimpinan/
untuk memperoleh data, mampu manajemen diukur dengan dengan 8
menginterpretasi data dan mengerti indikator, yaitu kepala puskesmas
penggunaan buku manual aplikasi, tetapi mendukung penggunaan aplikasi, kepala
hanya indikator mampu menganalisis data, puskesmas mendukung pemanfaatan data,
mengakses aplikasi untuk memperoleh data, implementasi aplikasi dilaksanakan dengan
mampu menginterpretasi data dan mengerti baik, ada dukungan keuangan, manajemen
penggunaan buku manual aplikasi yang mendukung pemanfaatan data untuk
memenuhi faktor loading ≥ 0,50. Variabel perencanaan, Dinas Kesehatan mendukung
kepuasan pengguna diukur dengan 5 pemanfaatan data, ada pelatihan
indikator, yaitu puas dengan tampilan penggunaan aplikasi dan ada pelatihan
aplikasi, informasi sesuai kebutuhan analisis data dari aplikasi, tetapi hanya
perencanaan, tidak ada kendala dalam indikator kepala puskesmas mendukung
mengoperasikan aplikasi, informasi penggunaan aplikasi, kepala puskesmas
mencukupi kebutuhan perencanaan dan mendukung pemanfaatan data, manajemen
aplikasi mudah dioperasikan, tetapi hanya mendukung pemanfaatan data untuk
indikator puas dengan tampilan aplikasi, perencanaan, Dinas Kesehatan mendukung
informasi sesuai kebutuhan perencanaan pemanfaatan data dan ada pelatihan
dan tidak ada kendala dalam penggunaan aplikasi yang memenuhi faktor
mengoperasikan aplikasi yang memenuhi loading ≥ 0,50.
faktor loading ≥ 0,50. Variabel dukungan rekan kerja diukur
Variabel pemanfaatan sistem diukur dengan 4 indikator, yaitu rekan kerja
dengan 5 indikator, yaitu frekuensi mendukung penggunaan data untuk
pemanfaatan, kualitas pemanfaatan, bisa perencanaan, ada komunikasi untuk
mengekspor data ke program lain, memanfaatkan data, rekan kerja
mengakses aplikasi untuk mendapatkan menggunakan data untuk perencanaan dan
data kesehatan keluarga dan mengunduh rekan kerja membantu mengakses aplikasi,
data IKS untuk perencanaan kegiatan, tetapi tetapi hanya indikator rekan kerja
hanya indikator frekuensi pemanfaatan, bisa mendukung penggunaan data untuk
mengeksport data ke program lain, perencanaan, ada komunikasi untuk
mengakses aplikasi untuk mendapatkan memanfaatkan data dan rekan kerja

97
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 14 / No. 2 / Agustus 2019

membantu mengakses aplikasi yang penyebab masalah, menyusun kegiatan


memenuhi faktor loading ≥ 0,50. Variabel promosi kesehatan, merencanakan
ketersediaan fasilitas diukur dengan 5 diseminasi informasi, merencanakan
indikator, yaitu dukungan internet, pemberdayaan masyarakat, merencanakan
dukungan komputer, dukungan modem/ kegiatan advokasi, merencanakan
paket data, dukungan smartphone dan penyuluhan, rencana yang dibuat sejalan
dukungan dana, tetapi hanya indikator dengan masalah prioritas puskesmas dan
dukungan internet, dukungan smartphone rencana sejalan dengan renstra Dinas
dan dukungan dana yang memenuhi faktor Kesehatan yang memenuhi faktor loading ≥
loading ≥ 0,50. 0,50.
Variabel kinerja petugas promosi
kesehatan diukur dengan 16 indikator, yaitu HASIL DAN PEMBAHASAN
menganalisis data, mengidentifikasi Karakteristik Responden
masalah prioritas, menggunakan parameter Karakteristik responden yang diteliti
tertentu untuk menentukan masalah meliputi umur, jenis kelamin, usia,
prioritas, mengidentifikasi akar penyebab pendidikan terakhir dan masa kerja seperti
masalah, menyusun kegiatan promosi terlihat pada Tabel 1. Hasil penelitian
kesehatan, merencanakan diseminasi menunjukkan dari 60 responden penelitian,
informasi, merencanakan pemberdayaan sebagian besar responden berjenis kelamin
masyarakat, merencanakan pemberdayaan perempuan (81,67%) dengan usia paling
kader, merencanakan kegiatan advokasi, banyak antara 25-29 tahun (38,33%) dan
merencanakan penyuluhan, merencanakan pendidikan terakhir sebagian besar adalah
pembuatan media cetak, rencana yang D4 – S1 (66,67%). Masa kerja responden
dibuat sejalan dengan masalah prioritas paling banyak antara 1-5 tahun (53,33%).
puskesmas, rencana memberikan andil Untuk menggambarkan jawaban
dalam mengatasi masalah, rencana yang responden terhadap variabel penelitian,
dibuat dihargai manajemen puskesmas, jawaban responden dikategorikan menjadi
rencana sejalan dengan renstra Dinas “tidak setuju” dan “setuju”. Untuk jawaban
Kesehatan dan memberikan saran kepada “sangat tidak setuju” dikategorikan menjadi
rekan kerja untuk menggunakan data dari “tidak setuju” dan jawaban “sangat setuju”
aplikasi, tetapi hanya indikator dikategorikan menjadi “setuju”. Persepsi
menganalisis data, mengidentifikasi responden tersebut dapat dilihat pada tabel
masalah prioritas, mengidentifikasi akar 2.

98
Pengaruh Pemanfaatan Aplikasi Keluarga… (Ekowati, Zahroh S., Farid A.)

Tabel 1. Karakteristik responden


Karakteristik Responden f %
Jenis Kelamin
Laki-laki 11 18,33
Perempuan 49 81,67
Usia
20 – 24 2 3,33
25 – 29 23 38,33
30 – 34 9 15,00
35 – 39 13 21,67
40 – 44 4 6,67
45 – 49 7 11,67
≥ 50 2 3,33
Pendidikan Terakhir
D1 – D3 19 31,66
D4 – S1 40 66,67
S2 1 1,67
Masa Kerja
1–5 32 53,33
6 – 10 14 23,33
11 – 15 2 3,33
16 – 20 2 3,33
21 – 25 5 8,33
26 – 30 5 8,33

Tabel 2. Distribusi frekuensi persepsi responden terhadap variabel penelitian


Tidak setuju Setuju
Variabel Indikator
(%) (%)
Kualitas Kemudahan penggunaan 8,33 91,67
sistem Menu-menu berjalan sesuai fungsinya 26,67 73,33
Aplikasi mengalami error 53,33 46,67
Kemudahan akses 46,67 53,33
Tampilan menarik 25,00 75,00
Aplikasi menyediakan data untuk perencanaan 20,00 80,00
Kualitas Kelengkapan informasi 61,67 38,33
informasi Kemudahan pembacaan data 26,67 73,33
Ketepatan waktu 23,33 76,67
Keakuratan data 31,67 68,33
Relevansi informasi 6,67 93,33
Informasi tersedia setiap saat 36,67 63,33
Kapabilitas Mampu menggunakan aplikasi 15,00 85,00
personal Mampu menganalisis data 13,33 86,67
Mengakses aplikasi untuk memperoleh data 13,33 86,67
Mampu menginterpretasi data 15,00 85,00
Mengerti penggunaan buku manual aplikasi 15,00 85,00

99
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 14 / No. 2 / Agustus 2019

Tabel 2. Lanjutan
Tidak setuju Setuju
Variabel Indikator
(%) (%)
Kepuasan Puas dengan tampilan aplikasi 21,67 78,33
pengguna Informasi sesuai kebutuhan perencanaan 31,67 68,33
Tidak ada kendala dalam mengoperasikan aplikasi 41,67 58,33
Informasi mencukupi kebutuhan perencanaan 45,00 55,00
Aplikasi mudah dioperasikan 50,00 50,00
Pemanfaatan Sering menggunakan 30,00 70,00
sistem Mampu mengeksplor menu-menu 18,33 81,67
Bisa mengeksport data ke program lain 13,33 86,67
Mengakses aplikasi untuk mendapatkan data 5,00 95,00
kesehatan keluarga
Mengunduh data IKS untuk perencanaan kegiatan 15,00 85,00
Dukungan Kepala puskesmas mendukung penggunaan 0 60,00
pimpinan/ aplikasi
manajemen Kepala puskesmas mendukung pemanfaatan data 8,33 91,67
Implementasi aplikasi dilaksanakan dengan baik 45,00 55,00
Ada dukungan keuangan 33,33 66,67
Manajemen mendukung pemanfaatan data 11,67 88,33
Dinas Kesehatan mendukung pemanfaatan data 11,67 88,33
Ada pelatihan penggunaan aplikasi 6,67 93,33
Ada pelatihan analisis data dari aplikasi 8,33 91,67
Dukungan Rekan kerja mendukung penggunaan data untuk 13,33 86,67
rekan kerja perencanaan
Ada komunikasi untuk memanfaatkan data 16,67 83,33
Rekan kerja menggunakan data untuk perencanaan 26,67 73,33
Rekan kerja membantu mengakses aplikasi 40,00 60,00
Ketersediaan Dukungan internet 0 100,00
fasilitas Dukungan computer 23,33 76,67
Dukungan modem/ paket data 30,00 70,00
Dukungan smartphone 48,33 51,67
Dukungan dana 8,33 91,67
Kinerja Menganalisis data 0 100,00
petugas Mengidentifikasi masalah prioritas 3,33 96,67
promkes Menggunakan parameter tertentu untuk 15,00 85,00
menentukan masalah prioritas
Mengidentifikasi akar penyebab masalah 11,67 88,33
Menyusun kegiatan promosi kesehatan 3,33 96,67
Merencanakan diseminasi informasi 1,67 98,33
Merencanakan pemberdayaan masyarakat 5,00 95,00
Merencanakan pemberdayaan kader 15,00 85,00
Merencanakan kegiatan advokasi 5,00 95,00
Merencanakan penyuluhan 6,67 93,33
Merencanakan pembuatan media cetak 25,00 75,00
Rencana yang dibuat sejalan dengan masalah 3,33 96,67
prioritas puskesmas
Rencana memberikan andil dalam mengatasi 21,67 78,33
masalah

100
Pengaruh Pemanfaatan Aplikasi Keluarga… (Ekowati, Zahroh S., Farid A.)

Tabel 2. Lanjutan
Tidak setuju Setuju
Variabel Indikator
(%) (%)
Rencana yang dibuat dihargai manajemen 8,33 91,67
puskesmas
Rencana sejalan dengan renstra Dinas Kesehatan 3,33 96,67
Memberikan saran kepada rekan kerja untuk 13,33 86,67
menggunakan data dari aplikasi

Analisis Inner Model kualitas informasi sebesar 39,2%,


Analisis inner model dimaksudkan sedangkan 60,8% dijelaskan oleh variabel
untuk mengetahui besar pengaruh varibel lain diluar model. Variabel pemanfaatan
bebas terhadap variabel terikat berdasarkan sistem memiliki nilai R-square sebesar
nilai R-square. 0,231, artinya variabel pemanfaatan sistem
dapat dijelaskan oleh variabel kualitas
Tabel 3. Besar pengaruh variabel bebas sistem dan kualitas informasi sebesar
terhadap variabel terikat
23,1%, sedangkan 76,9% dijelaskan
Variabel R-square
Kinerja petugas 0,618 variabel lain di luar model.
promosi kesehatan
Kepuasan pengguna 0,392
Pemanfaatan sistem 0,231 Pengujian Hipotesis
Hasil estimasi t statistik dan nilai
Tabel 3 menjelaskan mengenai besar koefisien korelasi antar variabel dapat
pengaruh variabel bebas terhadap variabel dilihat pada tabel 4.
terikat. Variabel kinerja petugas promosi
kesehatan memiliki nilai R-square sebesar Pengaruh Kualitas terhadap Kinerja
0,618, artinya variabel kinerja petugas Petugas Promosi Kesehatan
promosi kesehatan dapat dijelaskan oleh Kualitas sistem berpengaruh positif
variabel kapabilitas personal, kepuasan signifikan terhadap pemanfaatan sistem (t
pengguna, pemanfaatan sistem, dukungan statistik-=-3,707, koefisien korelasi-=
pimpinan/manajemen, dukungan rekan 0,585), tetapi kualitas sistem tidak
kerja dan ketersediaan fasilitas sebesar berpengaruh terhadap kinerja petugas
61,8%, sedangkan 38,2% dijelaskan promosi kesehatan baik secara langsung
variabel lain di luar model. maupun tidak langsung melalui
Variabel kepuasan pengguna pemanfaatan sistem. Pengguna akan
memiliki nilai R-square sebesar 0,392, itu memanfaatkan sistem jika menganggap
artinya variabel kepuasan pengguna dapat sistem tersebut bermanfaat untuk membantu
dijelaskan oleh variabel kualitas sistem dan pekerjaannya.(11)

101
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 14 / No. 2 / Agustus 2019

Tabel 4. Hubungan antar variabel


Koefisien t
Variabel
korelasi statistik
Pengaruh dukungan pimpinan/manajemen terhadap kinerja petugas 0,342 3,221
promkes
Pengaruh dukungan rekan kerja terhadap kinerja petugas promkes 0,012 0,056
Pengaruh ketersediaan fasilitas terhadap kinerja petugas promkes 0,185 1,496
Pengaruh kualitas Informasi terhadap kepuasan pengguna 0,289 2,165
Pengaruh kualitas informasi terhadap pemanfaatan sistem -0,200 1,184
Pengaruh kepuasan pengguna terhadap kinerja petugas promkes -0,124 1,243
Pengaruh kapabilitas personal terhadap kinerja petugas promkes 0,246 1,980
Pengaruh kualitas sistem terhadap kepuasan pengguna 0,400 2,257
Pengaruh kualitas sistem terhadap pemanfaatan sistem 0,585 3,707
Pengaruh pemanfaatan sistem terhadap kinerja petugas promkes 0,282 1,981
Pengaruh kualitas sistem terhadap kinerja petugas promkes 0,098 0,913
Pengaruh kualitas informasi terhadap kinerja petugas promkes -0,095 1,396
Pengaruh kualitas sistem terhadap kinerja petugas promkes melalui -0,046 0,974
kepuasan pengguna
Pengaruh kualitas sistem terhadap kinerja petugas promkes melalui 0,143 1,585
pemanfaatan sistem
Pengaruh kualitas informasi terhadap kinerja petugas promkes -0,049 0,952
melalui kepuasan pengguna
Pengaruh kualitas informasi terhadap kinerja petugas promkes -0,046 0,928
melalui pemanfaatan sistem

Semakin cocok sistim dengan kinerja petugas promosi kesehatan baik


pekerjaan, maka pengguna akan secara langsung maupun tidak langsung
meningkatkan penerimaannya. Pemanfaatan melalui kepuasan pengguna. Sebagian besar
sistem akan semakin rendah jika sistem responden sudah menganalisis data dan
sulit digunakan dan diakses. Faktor mengidentifikasi masalah kesehatan dari
kesesuaian tugas dan kompleksitas sistem aplikasi, tetapi 61,67% responden
berpengaruh terhadap pemanfaatan menyatakan aplikasi belum menyediakan
sistem.(12) Sebagian besar petugas promosi informasi kesehatan keluarga yang lengkap.
kesehatan telah mengidentifikasi dan Ini menunjukkan bahwa responden sudah
menganalisis data dari aplikasi walaupun menggunakan data dari aplikasi untuk
kualitas sistem dari aplikasi kadang masih membuat RUK walaupun informasi yang
mengalami error dan sulit diakses. dihasilkan aplikasi belum lengkap.
Kualitas informasi berpengaruh Hasil penelitian tentang evaluasi
positif signifikan terhadap kepuasan implementasi sistem e-learning
pengguna (t-statistik-=-2,165, koefisien menemukan bahwa kualitas informasi
korelasi-=-0,289). Sedangkan kualitas berpengaruh terhadap kepuasan
informasi tidak berpengaruh terhadap pengguna.(13) Informasi sebagai sumber

102
Pengaruh Pemanfaatan Aplikasi Keluarga… (Ekowati, Zahroh S., Farid A.)

daya yang dibutuhkan oleh tenaga personal terhadap kinerja individual.(14)(15)


kesehatan untuk memperoleh gambaran Variabel keterampilan, pengetahuan dan
kondisi masyarakat guna membuat pelatihan juga berhubungan dengan kinerja
perencanaan. Kualitas informasi yang petugas promosi kesehatan.(16)
dihasilkan sistem sangat menentukan Kapabilitas personal menentukan
kualitas pelayanan dan kualitas kemampuan pengguna dalam menggunakan
perencanaan.(2) sistem. Kemampuan pengguna yang
Kualitas informasi tidak berpengaruh semakin baik akan mengoptimalkan
terhadap pemanfaatan sistem (t statistik = pemanfaatan sistem. Dari hasil penelitian
1,184, koefisien korelasi = -0,200). Kualitas menunjukkan bahwa kemampuan pengguna
informasi juga tidak berpengaruh terhadap dalam memanfaatkan aplikasi, mengakses
kinerja petugas promosi kesehatan baik data, melakukan analisis, serta interpretasi
secara langsung maupun tidak langsung data mampu meningkatkan kinerja
melalui pemanfaatan sistem. Petugas pengguna dalam membuat RUK.
promosi kesehatan menggunakan data dari
aplikasi untuk membuat RUK walaupun Pengaruh Kepuasan Pengguna dengan
aplikasi belum menyediakan informasi yang Kinerja Petugas Promosi Kesehatan
lengkap. Hal ini karena adanya kebijakan Kepuasan pengguna tidak
PIS-PK dan akreditasi puskesmas, dimana berpengaruh terhadap kinerja petugas
pemegang program puskesmas diharapkan promosi kesehatan (t statistik = 1,243,
dapat membuat perencanaan dengan dasar koefisien korelasi-=--0,124). Pendapat
data yang ada. responden berkaitan dengan kepuasan
dalam menggunakan aplikasi menunjukkan
Pengaruh Kapabilitas Personal dengan bahwa 45% responden menyatakan
Kinerja Petugas Promosi Kesehatan informasi yang dihasilkan dari aplikasi
Kapabilitas personal terbukti belum mencukupi kebutuhan perencanaan
berpengaruh positif signifikan terhadap di puskesmas dan 50% responden tidak
kinerja petugas promosi kesehatan (t puas karena aplikasi masih mengalami
statistik = 1,980, koefisien korelasi = kendala ketika dioperasikan. Sedangkan
0,246). Penelitian tentang kemampuan pada kinerja, 100% responden menyatakan
teknik pemakai dan faktor-faktor yang telah menganalisis data dari aplikasi dan
mempengaruhi kinerja individu 96,67% responden membuat perencanaan
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh kegiatan berdasarkan data dari aplikasi. Ini
yang positif antara kemampuan teknik menunjukkan bahwa pengguna sudah

103
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 14 / No. 2 / Agustus 2019

memanfaatakan data dari aplikasi untuk pegawai menunjukkan bahwa sistem


perencanaan walaupun belum memiliki informasi manajemen berpengaruh terhadap
kepuasan yang baik terhadap aplikasi. efektifitas kerja pegawai.(20)
Kepuasan pengguna mempengaruhi minat
seseorang untuk menggunakan sistem yang Pengaruh Dukungan Pimpinan/
selanjutnya akan mempengaruhi persepsi Manajemen dengan Kinerja Petugas
kemanfaatan yang dirasakan oleh Promosi Kesehatan
pengguna.(17)(18) Dukungan pimpinan/ manajemen
berpengaruh positif signifikan terhadap
Pengaruh Pemanfaatan Sistem dengan kinerja petugas promosi kesehatan (t
Kinerja Petugas Promosi Kesehatan statistik-=-3,221, koefisien korelasi-=
Pemanfaatan sistem berpengaruh 0,342). Dalam pemanfaatan teknologi
positif signifikan terhadap kinerja petugas informasi, kebijakan dan dukungan
promosi kesehatan (t statistik = 1,981, pimpinan/manajemen akan berpengaruh
koefisien korelasi-=-0,282). Petugas terhadap keberhasilan penerapan teknologi
promosi kesehatan sebagian besar memiliki informasi. Dukungan pimpinan/manajemen
persepsi positif terhadap pemanfaatan akan mempengaruhi minat pengguna dalam
sistem, yaitu sudah mengunduh data IKS memanfaatkan teknologi informasi.(21) Hasil
dari aplikasi (85%), sering membuka penelitian tentang faktor-faktor yang
aplikasi (70%) serta menggunakan aplikasi menentukan efektifitas sistem informasi
untuk mendapatkan data kesehatan keluarga pada organisasi sektor publik menemukan
(95%). Dari sisi kinerja, 100% responden bahwa manajemen puncak, manajemen
sudah melakukan analisis data dan 96,67% sistem informasi dan penggunaan sistem
responden melakukan identifikasi masalah informasi berpengaruh positif pada
kesehatan dari aplikasi. Aplikasi digunakan efektifitas sistem informasi.(22)
oleh pemegang program puskesmas untuk
mendapatkan data kesehatan keluarga guna Pengaruh Dukungan Rekan Kerja
membuat RUK. Pemanfaatan teknologi dengan Kinerja Petugas Promosi
informasi yang tepat dengan dukungan Kesehatan
keterampilan dari pemakai akan dapat Dukungan rekan kerja tidak
meningkatkan kinerja individu maupun berpengaruh signifikan terhadap kinerja
kinerja organisasi.(19) Penelitian tentang petugas promosi kesehatan (t statistik =
analisis pengaruh sistem informasi 0,056, koefisien-korelasi = 0,012). Sebagian
manajemen terhadap efektifitas kerja besar responden berpendapat bahwa rekan

104
Pengaruh Pemanfaatan Aplikasi Keluarga… (Ekowati, Zahroh S., Farid A.)

kerja tidak membantu jika responden memberikan pengaruh positif terhadap


kesulitan mengakses aplikasi (40%). Pada kinerja petugas promosi kesehatan dalam
umumnya, dukungan rekan kerja hanya pembuatan RUK. Penggunaan aplikasi
sebatas komunikasi untuk menggunakan keluarga sehat yang ditentukan berdasarkan
data dari aplikasi tetapi tidak memberikan variabel kepuasan pengguna, dukungan
bantuan secara teknis dalam memanfaatkan rekan kerja, ketersediaan fasilitas, serta
data tersebut untuk pembuatan RUK. kualitas sistem dan kualitas informasi baik
Petugas promosi kesehatan lebih banyak secara langsung maupun tidak langsung
mengandalkan kemampuannya sendiri melalui kepuasan pengguna dan
untuk membuat rencana kegiatan. pemanfaatan sistem tidak berpengaruh
terhadap kinerja petugas promosi kesehatan
Pengaruh Ketersediaan Fasilitas dengan dalam membuat RUK.
Kinerja Petugas Promosi Kesehatan Teknologi informasi akan
Ketersediaan fasilitas tidak dimanfaatkan oleh pengguna jika teknologi
berpengaruh signifikan terhadap kinerja tersebut mudah digunakan dan diakses,
petugas promosi kesehatan (t statistik = dapat membantu pekerjaan serta mampu
1,496, koefisien korelasi = 0,185). Ini menyediakan data untuk perencanaan
berarti bahwa dukungan fasilitas yang ada kegiatan. Pemanfaatan teknologi informasi
tidak mempengaruhi kinerja petugas yang baik akan mampu meningkatkan
promosi kesehatan dalam membuat RUK. kinerja pengguna. Perlu pemberian
Semua pemegang program diharuskan pelatihan cara pengolahan dan analisis data
membuat RUK sesuai target kinerja dari aplikasi, penguatan jaringan internet di
masing-masing. Rencana kegiatan yang puskesmas, penambahan server untuk
telah dibuat akan di bahas oleh tim aplikasi serta kebijakan pemanfaatan data
manajemen puskesmas untuk dilakukan untuk perencanaan kegiatan.
prioritas kegiatan yang bisa dikerjakan
dengan menyesuaikan anggaran puskesmas Ucapan Terima Kasih
dan penanganan masalah prioritas. Ucapan terima kasih penulis tujukan
kepada Pusat Peningkatan Mutu SDMK
SIMPULAN Badan PPSDMK Kementerian Kesehatan
Penggunaan aplikasi keluarga sehat RI yang telah memberikan dukungan
yang ditentukan berdasarkan variabel sumber dana dalam pelaksanaan penelitian
kapabilitas personal, pemanfaatan sistem ini serta Magister Kesehatan Masyarakat
dan dukungan pimpinan/ manajemen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

105
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 14 / No. 2 / Agustus 2019

Diponegoro tempat peneliti menempuh 2013.


pendidikan lanjut. 7. Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
44 Tahun 2016 tentang Pedoman
KEPUSTAKAAN Manajemen Puskesmas.
1. Kementerian Kesehatan RI. Petunjuk 8. WHO. Health Metrics Network:
Teknis Aplikasi Keluarga Sehat. Framework and Standars for Country
Jakarta : Kemenkes RI; 2017. Health Information System 2nd
2. Asminiarti E. Analisis Penyusunan Edition. Geneva: WHO Press; 2008.
Perencanaan Kegiatan Dinas 9. Yusof MM, Kuljis J,
Kesehatan Kabupaten Jepara Papazafeiropoulou A, Stergioulas
Berdasarkan Pemanfaatan laporan LK. An evaluation framework for
Sistem Informasi Kesehatan Health Information Systems: human,
[skripsi]. Semarang: Program organization and technology-fit
Magister Ilmu Kesehatan factors (HOT-fit). International
Masyarakat; 2015. Journal of Medical Informatics.
3. Kementerian Kesehatan RI. Pedoman 2008;77(6):386-98.
Umum Program Indonesia Sehat 10. Ghozali I. Structural Equation
Dengan Pendekatan Keluarga. Modeling Metode Alternatif Dengan
Jakarta: Kemenkes RI; 2016. Partial Least Squares (PLS).
4. Kementerian Kesehatan RI. Promosi Semarang: Badan Penerbit
Kesehatan di Daerah Bermasalah Universitas Diponegoro; 2014.
Kesehatan Panduan bagi Petugas 11. Hamid AA, Razak FZA, Bakar AA,
Kesehatan di Puskesmas. Jakarta: Abdullah WSW. The Effects of
Kemenkes RI; 2011. Perceived Usefulness and Perceived
5. Keputusan Menteri Kesehatan RI Ease of Use on Continuance
Nomor 1114 Intention to Use E-Government.
/MENKES/SK/VII/2005. Tentang Procedia Economics and Finance.
Pedoman Pelaksanaan Promosi 2016;35(October 2015):644-9.
Kesehatan di Daerah. 12. Martins C, Oliveira T, Popovič A.
6. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Understanding The Internet Banking
Tengah. Rencana Strategis Dinas Adoption: A Unified Theory of
Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Acceptance and Use of Technology
Tahun 2013-2018. Semarang: Dinas and Perceived Risk Application.
Kesehatan Provinsi Jawa Tengah; International Journal of Information

106
Pengaruh Pemanfaatan Aplikasi Keluarga… (Ekowati, Zahroh S., Farid A.)

Management. 2014;34(1):1-13. Arifoglu, A., Saka O. A New


13. Poluan F, Lumenta A, Sinsuw A. Approach in The Evaluation of
Evaluasi Implementasi Sistem E- Hospital Information System.
Learning Menggunakan Model Turkish Journal of Electrical
Evaluasi HOT Fit Studi Kasus Enginering Computer Science.
Universitas Sam Ratulangi. E-journal 2014;22:214-22.
Teknologi Informatika. 2014;4(2):1- 19. Nasir A, Oktari R. Pengaruh
6. Pemanfaatan Teknologi Informasi
14. Alannita NP, Suaryana IGNA. dan Pengendalian Intern terhadap
Pengaruh Kecanggihan Teknologi Kinerja Instansi Pemerintah (Studi
Informasi, Partisipasi Manajemen Pada Satuan Kerja Perangkat Daerah
Dan Kemampuan Teknik Pemakai Kabupaten Kampar). Jurnal Ekonomi
Sistem Informasi Akuntansi Pada Universitas Riau. 2011;19(02):1-14.
Kinerja Individu. 2014;1:33-45. 20. Dewi HSR. Analisis Pengaruh
15. Wirawan BS, Suardikha IMS. Sistem Informasi Manajemen
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi terhadap Efektivitas Kerja Pegawai
Kinerja Individual pada Bank pada Bidang Sumber Daya
Perkreditan Rakyat di Kabupaten Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi
Badung. E-Jurnal Akuntansi Jawa Barat [tesis]. Bandung:
Universitas Udayana. Magister Ilmu Administrasi
2016;17(3):2352-83. Universitas Pasundan; 2013.
16. Yuniarti, Shaluhiyah Z, Widjanarko 21. Kabra G, Ramesh A, Akhtar P, Dash
B. Kinerja Petugas Penyuluh MK. Understanding Behavioural
Kesehatan Masyarakat dalam Intention to Use Information
Praktek Promosi Kesehatan di Dinas Technology: Insights from
Kesehatan Kabupaten Pati. Jurnal Humanitarian Practitioners.
Promosi Kesehatan Indonesia. Telematics and Informatics Journal.
2012;7(2):165-73. 2017;34(7):1250-61.
17. Tam C, Oliveira T. Does Culture 22. Handayani R. Analisis Faktor-Faktor
Influence M-Banking Use and yang Menentukan Efektivitas Sistem
Individual Performance?. Informasi pada Organisasi Sektor
Information & Management. Publik. Jurnal Akuntansi dan
2018;56(July):356-63. Keuangan. 2010;12:26-40.
18. Gursel,G.,Zayim,N.,Gulkesen,K.H.,

107
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol 16 / No. 1 / Januari 2021

Permainan Edukatif untuk Meningkatkan Perilaku Pencegahan


Demam Berdarah Dengue pada Siswa Pramuka Sekolah Dasar

Meuthya Aulia Dodhy Putri1, Bagoes Widjanarko1, Martini1


1
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro

ABSTRACT
Background: In 2016, the number of Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) patients in Correspondence
Southeast Sulawesi has reported as much as 3,433 cases with IR 132.50 per 100,000 tinihien65@yahoo.co.id
populations. The highest case incidence in Kendari reached 1,093 cases (IR =
372.80 per 100,000 population) with the highest cases in the age group 5-14 years Article History
reaching 44.9%. This study aims to examine the effect of snake-ladders modification Received 10 July 2020
game, as an educative game, for improving DHF prevention in terms of attitudes and Revised 30 December 2020
behavior of scout students in elementary school. Accepted 11 January 2021
Method: The study is a quasi-experimental study with pretest-posttest group design Available Online 15 January 2021
by using purposive sampling. The subject is 50 students of Primary School Scouts in
the working area of Puskesmas Poasia, Kendari City. Data was collected using a Keywords
questionnaire and analyzed by Wilcoxon and Mann-Whitney tests. Health education
Results: There is an increase of knowledge (p < 0,001), attitudes (p < 0,001), and Dengue Hemorrhagic Fever
practices (p < 0,001) of primary school students in the prevention of DHF by Educative games
providing educational game through snake-ladders modification. It recommends Elementary school
that educational game needs to be developed for health education in elementary Scout
students.
DOI
10.14710/jpki.16.1.31-37

PENDAHULUAN (97%) dan 382 (77%) kabupaten/kota pada tahun 20095. Di


Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit tahun 2016, terdapat 463 (90,08%) kabupaten/kota di seluruh
menular yang ditularkan oleh virus dengue. Proses penularan Indonesia yang terjangkit DBD. Kementerian Kesehatan RI
dimulai dari gigitan nyamuk Aedes aegypti atau Aedes mencatat jumlah penderita DBD di Indonesia pada bulan
albopictus yang masuk ke dalam tubuh manusia. Penyakit ini Januari-Februari 2016 sebanyak 8.487 orang penderita DBD
dapat menyerang setiap individu usia berapa pun dan dengan jumlah kematian 108 orang. Golongan terbanyak
menimbulkan kematian setiap tahun. DBD memiliki kaitan yang mengalami DBD di Indonesia pada usia 5-14 tahun
yang sangat besar dengan faktor lingkungan1 dan perilaku mencapai 43,44% dan usia 15-44 tahun mencapai 33,25%6.
seseorang2,3 dalam kehidupan bermasyarakat. Kejadian Laporan DBD dari Provinsi Sulawesi Tenggara
DBD banyak ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis. Data mencatat dari 17 kabupaten/kota terdapat 12 (70,59%)
dari seluruh dunia menunjukkan bahwa Asia menempati kabupaten/kota yang terjangkit DBD pada tahun 2015, dan
urutan pertama terbesar dalam jumlah penderita DBD setiap pada tahun 2016 meningkat menjadi 16 kabupaten/kota
tahunnya. Sementara itu, terhitung sejak tahun 1968 hingga (94,12%).(6) Kota Kendari menempati urutan pertama
tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat tertinggi angka DBD disusul dengan Kota Baubau,
negara Indonesia sebagai negara dengan kasus DBD Kabupaten Muna, Konawe Selatan, Kolaka, Konawe, dan
tertinggi di Asia Tenggara4. Kolaka Utara. Kasus DBD tertinggi terjadi pada tahun 2016
DBD masih merupakan salah satu masalah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, dengan jumlah
kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia. Jumlah penderita DBD di Sulawesi Tenggara yang dilaporkan
penderita dan luas daerah penyebarannya semakin sebanyak 3.433 kasus (IR:132,50). Kota Kendari ditetapkan
bertambah seiring dengan meningkatnya mobilitas dan sebagai daerah KLB DBD7.
kepadatan penduduk. Sejak tahun 1968 telah terjadi Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota
peningkatan persebaran jumlah provinsi dan kabupaten/kota Kendari dari tahun 2012 - 2016 diketahui bahwa jumlah
yang endemis DBD, dari 2 provinsi dan 2 kota, menjadi 32 kasus semakin meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun

31
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol 16 / No. 1 / Januari 2021

2012 terdapat 114 kasus, kemudian pada tahun 2013 pramuka sekolah dasar dalam upaya pencegahan DBD di
meningkat menjadi 231 kasus kemudian pada tahun 2014 wilayah kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari.
terdapat 30 kasus kemudian pada tahun 2015 terdapat 78
kasus dan tahun 2016 meningkat menjadi 1.094 kasus (IR: METODE
372,80). Berdasarkan kelompok umur, angka penderita Penelitian ini menggunakan metode Quasi
tertinggi pada usia 5-14 tahun sebanyak 46,7% pada tahun Eksperimental dengan rancangan non-equivalent control
2013, kemudian menurun menjadi 40% pada tahun 2014, group design. Intervensi penelitian ini berupa permainan
tahun 2015 meningkat menjadi 44.9% dan pada tahun 2016 edukatif tentang penanggulangan DBD dengan
semakin meningkat menjadi 46,8%, serta disusul kelompok memodifikasi permainan ular tangga. Dua sekolah dasar di
umur >15 tahun (35,4%) dan <5 tahun (17,82%)7. Kasus wilayah kerja Puskesmas Poasia yang berbeda lokasi
DBD tertinggi berada di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia dijadikan kelompok kontrol dan kelompok intervensi.
dengan 148 kasus pada tahun 2016. Berdasarkan data dari Subyek penelitian yaitu siswa sekolah dasar yang aktif di
Puskesmas Poasia, terdapat 54% dari seluruh kelompok kegiatan pramuka, dengan jumlah subyek masing-masing
umur yang menderita DBD berada di usia sekolah yaitu 5-14 sebanyak 25 siswa pramuka yang sedang tidak menjalani
tahun. Secara spesifik, 37,5% di antaranya berusia 6-12 persiapan ujian akhir nasional.
tahun yang termasuk dalam kategori usia sekolah dasar 8. Materi pendidikan kesehatan yang dituangkan
Perubahan iklim yang berpengaruh terhadap dalam permainan ular tangga berisi definisi, penyebab, cara
kehidupan vektor menjadi salah satu penyebab penularan dan pencegahan DBD. Informasi pada permainan
meningkatnya kasus DBD. Faktor perilaku dan partisipasi ular tangga berupa pesan gambar dan tulisan. Permainan ular
masyarakat yang masih kurang dalam kegiatan tangga dicetak dalam MMT ukuran 4 x 5 meter. Terdapat 5
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) serta faktor kelompok yang beranggotakan masing-masing 5 siswa.
pertambahan jumlah penduduk dan faktor peningkatan Pemilihan kelompok yang bermain terlebih dahulu
mobilitas penduduk yang sejalan dengan semakin ditentukan dengan melempar dadu. Permainan ular tangga
membaiknya sarana transportasi turut menyebabkan dilakukan satu kali pada setiap kelompok dengan lama
penyebaran virus DBD semakin mudah dan semakin luas2,3,5. bermain 1-2 jam. Ketika anggota siswa bermain, maka siswa
Tingginya kasus DBD pada anak terutama pada usia lainnya menunggu giliran. Setiap anggota diwajibkan
sekolah menjadikan pendidikan kesehatan untuk kelompok mengikuti permainan sampai selesai.
ini harus selalu diupayakan dan berkesinambunga. Pengukuran variabel pengetahuan, sikap dan
Pendidikan kesehatan pada anak usia sekolah dasar perlu praktik (PSP) dilakukan sebelum intervensi dan setelah
diupayakan untuk meningkatkan pemahaman tentang DBD intervensi. Pengukuran PSP pada kelompok kontrol
dan pencegahannya. Intervensi pendidikan kesehatan dilakukan dalam periode yang sama dan diukur 2 kali.
berbasis sekolah merupakan alat yang efektif untuk Pengukuran menggunakan kuesioner yang telah diuji coba
menurunkan angka DBD dibandingkan intervensi lainnya9. dan diuji validitas. Hasil pengukuran dianalisis dengan uji
Anak-anak mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi serta statistik Wilcoxon dan Mann-Whitney pada tingkat
keinginan yang kuat dalam mempelajari hal-hal baru yang kepercayaan 95%.
ditemuinya. Mereka dapat berperan sebagai agen perubahan Penelitian ini telah mendapatkan kelayakan etik
yang efektif sehingga mampu membawa perubahan perilaku oleh Komisi Etik Penelitian Fakultas Kesehatan Masyarakat
sehat di lingkungannya10. Universitas Diponegoro No. 075/EC/FKM/2018.
Metode edukasi yang tepat untuk anak usia sekolah
adalah melalui permainan edukatif seperti permainan ular HASIL DAN PEMBAHASAN
tangga. Edukasi melalui permainan di sekolah dapat Tabel 1 menjelaskan bahwa karakteristik responden
memanfaatkan kegiatan ekstrakulikuler yaitu pramuka. berdasarkan umur antara kelompok intervensi dan kontrol
Pramuka merupakan wadah aktivitas anak sekolah yang menunjukkan hasil bahwa jenis kelamin responden pada
mempunyai kapasitas tinggi dalam membentuk kepribadian kelompok intervensi lebih banyak perempuan (60%) dan
bertanggung jawab dan menumbuhkan rasa kebersamaan kelompok kontrol paling banyak berjenis kelamin laki-laki
dan jiwa sosial yang tinggi. Aktivitas siswa pramuka dapat (64%). Secara statistik, perbandingan persentase berdasarkan
dipantau dan dievaluasi langsung oleh pembina pramuka jenis kelamin pada kedua kelompok adalah sebanding (p
sehingga keberlanjutan edukasi dapat terjamin dan value=0,089) atau tidak terdapat perbedaan antara kedua
memberikan manfaat secara langsung. kelompok. Demikian juga dengan sebaran usia responden
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pada kelompok intervensi dan kontrol (p value=0,531),
pengaruh pendidikan kesehatan melalui permainan edukatif sehingga dapat diinterpretasikan bahwa karakter responden
terhadap peningkatan pengetahuan, sikap dan praktik siswa pada kedua kelompok tersebut setara.
Tabel 2 menunjukkan bahwa nilai pre-test

32
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol 16 / No. 1 / Januari 2021

terendah yaitu ada pada pernyataan nyamuk DBD senang beberapa indikator sikap.
beraktivitas pada malam hari. Sedangkan nilai pre-test Tabel 4 menunjukkan nilai pre-test dan post-test
tertinggi ada pada pernyataan bak mandi dapat menjadi responden pada variabel praktik pencegahan serta
tempat hidup nyamuk. Terjadi peningkatan pengetahuan pengendalian DBD. Nilai post-test kelompok intervensi
pada kelompok intervensi. Pengetahuan mengenai yang paling tinggi adalah 96 ada pada 3 indikator praktik
pencegahan DBD dilihat melalui 15 indikator. yaitu memberitahu orang tua jika di bak mandi ada jentik,
Sikap responden mengenai pencegahan serta membersihkan rumah dari kontainer yang ada jentik, serta
pengendalian DBD dilihat melalui 12 indikator pada tabel menyemprot rumah dengan anti nyamuk setiap hari.
3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi Sedangkan pada kelompok kontrol nilai post-test tertinggi
peningkatan nilai post-test variabel sikap responden pada adalah 48 yaitu pada indikator membuang sampah pada
kelompok intervensi. Nilai post-test variabel sikap pada tempatnya.
kelompok kontrol menunjukkan terjadi penurunan di

Tabel 1. Karakteristik responden


Karakteristik Kelompok Jumlah p value
Intervensi Kontrol
f % f % f %
Jenis kelamin
Laki-laki 10 40 16 64 26 52 0,089
Perempuan 15 60 9 36 24 48
Usia (tahun)
10 10 40 8 32 18 36
0,531
11 12 48 11 44 23 46
12 3 12 6 24 9 18

Tabel 2. Pengetahuan pencegahan DBD pada kelompok intervensi dan kontrol


Intervensi Kontrol
Item Pertanyaan (% skor benar) (% skor benar)
Pre Post 1 Post 2 Pre Post 1
Penyebab DBD 44 76 80 56 52
Ciri-ciri vektor DBD 48 76 84 52 56
Tindakan jika teman sakit DBD 40 72 76 56 56
Memakai baju dan celana lengan panjang untuk Pencegahan DBD 52 76 80 40 44
Membuang sampah sembarangan dapat menjadi sarang nyamuk 40 84 88 60 56
Menggantung baju dapat menjadi sarang nyamuk 52 80 88 52 56
Selokan dapat menjadi sarang nyamuk penular DBD 36 64 84 36 48
Nyamuk DBD senang beraktivitas di malam hari 36 76 80 48 44
Nyamuk penular DBD adalah Aedes Aegypti 44 60 84 48 56
Bak mandi dapat menjadi tempat hidup jentik nyamuk 68 84 92 60 56
Penggunaan peralatan makan/minum bersama dapat menularkan DBD 52 60 80 56 56
Nyamuk penular DBD senang beraktivitas pada pukul 11.00-12.00 52 60 68 44 48
Nyamuk penular DBD senang beristrahat dekat lampu yang terang 56 68 80 48 48
Nyamuk DBD dapat berkembang biak di air bersih 48 80 84 56 52
Batuk dapat menularkan penyakit DBD 52 80 84 56 56

33
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol 16 / No. 1 / Januari 2021

Tabel 3. Sikap pencegahan DBD pada kelompok intervensi dan kontrol


Intervensi Kontrol
No. Item Pertanyaan (% Setuju) (% Setuju)
Pre Post 1 Post 2 Pre Post 1
1. Akan membuang airnya jika menemukan kaleng ada airnya 68 84 92 60 52
2. Menjauhi orang yang sakit DBD karena dapat tertular 24 60 72 36 48
3. Tidak berteman dengan penderita DBD 32 80 88 40 60
4. Lotion anti nyamuk perlu digunakan di sekolah supaya tidak digigit 52 64 80 40 44
nyamuk
5. Kebersihan rumah dari sarang nyamuk adalah pekerjaan orang tua 24 68 76 32 60
6. Mengajak teman untuk rajin membersihkan rumah dan sekolah 40 48 84 28 44
7. Kebersihan sekolah adalah tugas dari pihak sekolah 20 72 80 36 40
8. Membuang sampah pada tempatnya baik di sekolah maupun di 40 64 68 48 48
rumah
9. Kebersihan diri dapat mencegah DBD 36 72 84 32 32
10. Mencegah DBD hanya tugas orang tua 20 80 88 44 48
11. Membuang sampah sembarangan oleh orang lain adalah tanggung 24 76 84 64 58
jawab mereka
12. Ilmu baru tentang DBD tidak perlu diberitahukan ke teman lain 32 68 72 40 40

Tabel 4. Praktik pencegahan DBD pada kelompok intervensi dan kontrol


Intervensi Kontrol
No. Item Pertanyaan (% skor benar) (% skor benar)
Pre Post 1 Post 2 Pre Post 1
1. Penyebab DBD 44 76 80 56 52
2. Ciri-ciri vektor DBD 48 76 84 52 56
3. Tindakan jika teman sakit DBD 40 72 76 56 56
4. Memakai baju dan celana lengan panjang untuk pencegahan DBD 52 76 80 40 44
5. Membuang sampah sembarangan dapat menjadi sarang nyamuk 40 84 88 60 56
6. Menggantung baju dapat menjadi sarang nyamuk 52 80 88 52 56
7. Selokan dapat menjadi sarang nyamuk penular DBD 36 64 84 36 48
8. Nyamuk DBD senang beraktivitas di malam hari 36 76 80 48 44
9. Nyamuk penular DBD adalah Aedes Aegypti 44 60 84 48 56
10. Bak mandi dapat menjadi tempat hidup jentik nyamuk 68 84 92 60 56
11. Penggunaan peralatan makan/minum bersama dapat menularkan DBD 52 60 80 56 56
12. Nyamuk penular DBD senang beraktivitas pada pukul 11.00-12.00 52 60 68 44 48
13. Nyamuk penular DBD senang beristrahat dekat lampu yang terang 56 68 80 48 48
14. Nyamuk DBD dapat berkembang biak di tempat penampungan air 48 80 84 56 52
yang bersih
15. Batuk dapat menularkan penyakit DBD 52 80 84 56 56

Tabel 5 menunjukkan nilai median pada variabel statistik untuk pengetahuan pada kelompok kontrol untuk
pengetahuan pada kelompok intervensi untuk pre-test setara pre-test sebesar 46,6 dan post-test sebesar 53,3. Skor
adalah 40, sedangkan untuk post-test 1 sebesar 73,3. tersebut secara statistik tidak bermakna (p value=0,874).
Berdasarkan hasil tersebut, dapat terlihat bahwa pada post- Baik skor sikap dan praktik pada kedua kelompok
test 1 terjadi peningkatan pengetahuan dibanding sebelum didapatkan hasil yang sama, yaitu secara statistik bermakna
intervensi. Dari hasil uji tersebut diperoleh hasil bahwa antara sebelum intervensi dan setelah intervensi. Skor sikap
terdapat perbedaan yang bermakna terhadap tingkat meningkat 16,6 setelah intervensi (p<0,0001) dan meningkat lagi
pengetahuan antara pre-test dan post-test 1. Peningkatan sebesar 4 skor. Skor praktik jauh meningkat setelah intervensi
pengetahuan terukur juga pada post-test 2. Hasil uji sebesar 40 skor (p<0,0001).

34
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol 16 / No. 1 / Januari 2021

Tabel 5. Perilaku pengendalian DBD pada kelompok Peningkatan pengetahuan, sikap dan praktik (PSP) siswa SD
intervensi dan kontrol dengan uji Wilcoxon yang aktif di pramuka meningkat dua kali dibandingkan
Median sebelum intervensi, peningkatan PSP berlangsung sampai
Variabel p value
Pre Post 1 Post 2 pada pengamatan kedua (post-test 2), namun tidak terlalu
Pengetahuan signifikan. Pada kelompok siswa pramuka SD kontrol yang
Intervensi 40 73,3 80 0,000* tidak diberikan intervensi yang berupa permainan edukatif
Kontrol 46,6 53,3 0,874 mempunyai skor median PSP yang tetap sama. Hal ini
Sikap menunjukkan bahwa intervensi permainan edukatif dapat
Intervensi 66,7 83,3 87,5 0,001* meningkatkan PSP siswa pramuka SD. Pemberian intervensi
Kontrol 70,8 66,7 0,426 dilakukan setiap minggu terutama pada saat kegiatan
Praktik pramuka diadakan di sekolah, dan berlangsung sampai 1
Intervensi 40 80 86,7 0,000* bulan. Dua kelompok sekolah yang digunakan adalah
Kontrol 26,7 40 0,052 sekolah yang berbeda sehingga kontaminasi antar subyek
Keterangan: Tanda * menunjukkan siginifikan pada penelitian dapat diminimalkan. Karakteristik terkait jenis
α=0,05 dengan uji Wilcoxon antara pre-test dan post-test kelamin dan umur antara kedua kelompok sebanding. Usia
pengukuran ke satu (post-test 1) siswa pada kelompok intervensi maupun kelompok
kontrol tidak begitu jauh berbeda dalam segi jumlah dan
Tabel 6. Perilaku pengendalian DBD pada kelompok juga batas usia terbawah yaitu 10 tahun dan batas tertinggi
intervensi dan kontrol dengan uji Mann Whitney 12 tahun. Berdasarkan jenis kelamin, pada kelompok
Variabel Median P value intervensi responden perempuan merupakan responden
Pengetahuan terbanyak, sedangkan pada kelompok kontrol responden
Intervensi 80 <0,0001* laki-laki yang memiliki jumlah terbanyak, namun secara
Kontrol 53,3 statistik tidak bermakna atau setara.
Sikap Permainan edukatif merupakan salah satu metode
Intervensi 87,5 <0,0001* yang menarik dan efektif dalam meningkatkan PSP anak usia
Kontrol 66,7 sekolah dasar. Permainan edukatif memuat pesan
sederhana dan mudah dipahami. Metode ini dapat
Praktik
membuat siswa aktif dalam bermain sekaligus belajar
Intervensi 83,3 <0,0001*
sehingga memudahkan menyerap pengetahuan tentang DBD
Kontrol 40
dan kemudian mampu menerapkannya dalam kehidupan
Keterangan: Tanda * menunjukkan siginifikan pada
siswa sehari-hari. Permainan memiliki manfaat dan
α=0,05 dengan uji Mann Whitney antara post-test pada
berdampak positif pada perkembangan emosional dan
intervensi dan kontrol.
intelektual anak itu sendiri12.
Permainan edukatif berupa ular tangga juga
Perbedaan pengetahuan, sikap dan praktik antara
dilakukan oleh beberapa peneliti dengan menampilkan
kelompok intervensi dan kontrol yang diukur setelah periode
pesan yang berbeda sesuai dengan tujuan penelitian.
tertentu (post-test pertama) secara statistik bermakna.
Penelitian yang dilakukan Handayani dalam
Median skor pengetahuan stelah intervensi sebesar 80
meningkatkan pengetahuan tentang manfaat buah dan
dibandingkan dengan kontrol 53,3 (p<0,0001), median skor
sayur pada anak anak13, dan Zamzami untuk pencegahan
sikap 87,5 (p<0,0001) dibanding kelompok kontrol sebesar
penyakit PES14 menunjukkan hasil bahwa permainan ular
66,7. Median skor untuk praktik dua kali lipat dibandingkan
tangga merupakan media yang efektif untuk menyampaikan
kontrol (p<0,0001).
berbagai pesan kesehatan pada anak usia sekolah dasar.
Keterlibatan siswa SD dalam pengendalian DBD
Keberhasilan suatu pendidikan dipengaruhi oleh strategi
sangat dibutuhkan mengingat angka insiden DBD pada anak
yang digunakan, metode serta alat bantu yang dapat
sekolah cukup tinggi11. Metode yang diberikan ini memiliki
menunjang keberhasilan kegiatan pendidikan tersebut12.
efektivitas yang baik terutama diberikan pada kelompok
Penyuluhan kesehatan sangat erat kaitannya dengan hal-hal
sasaran siswa sekolah dasar. Diharapkan metode ini
yang dapat mengubah perilaku dan membantu mendapatkan
memiliki kontribusi dalam penanggulangan DBD di sekolah.
tujuan yang diharapkan13.
Penelitian ini berfokus pada pendidikan kesehatan melalui
Program kesehatan yang dilakukan oleh dinas
permainan edukatif.
kesehatan melalui puskesmas sudah berjalan, terutama
Intervensi permainan edukatif yang berbentuk ular
dalam melaksanakan Program Pemerintah yaitu GERMAS
tangga yang berisikan pesan-pesan kesehatan mengenai
(Gerakan Masyarakat Hidup Sehat), seperti DBD, diare dan
DBD dan pencegahan diberikan pada kelompok intervensi.
PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat). Germas untuk

35
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol 16 / No. 1 / Januari 2021

anak sekolah diberikan dengan metode penyuluhan klasik, 4. WHO. Comprehensive Guidelines for Prevention and
meskipun dalam metode penyuluhan juga digunakan alat Control of Dengue and Dengue Haemorrhagic Fever
bantu media leaflet dan poster. Media leaflet dan poster (Revised and expanded edition). India : New Dehli.
bentuknya adalah pasif, sedangkan pada kelompok usia 2011
sekolah dasar lebih menyukai suasana interaktif seperti yang 5. Pusat Data dan Surveilans Epidemiologi Kemenkes RI.
dapat diperoleh melalui bermain. Permainan edukatif perlu Buletin Jendela Epidemiologi Demam Berdarah
dikembangkan dan diberikan untuk memberikan suasana Dengue. 2010. Agust ; 1 : 1-14
yang berbeda dan anak tidak mudah bosan15. 6. Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2017.
Siswa sekolah dasar yang dipilih dalam penelitian Jakarta : Kemenkes RI. 2018.
ini adalah siswa yang aktif mengikuti kegiatan pramuka di 7. Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara. Profil
sekolahnya. Hal ini dikarenakan pramuka merupakan wadah Kesehatan Sulawesi Tenggara Tahun 2016. Kendari :
bagi siswa sekolah untuk kreatif, menolong sesama dan Dinkes Provinsi Sulawesi Tenggara. 2017
berjiwa sosial yang tinggi, sehingga ketika anak mendapatan 8. Dinas Kesehatan Kota Kendari. Laporan Kasus DBD di
pengetahuan dan inovasi yang baru maka mereka dapat Kota Kendari Tahun 2016. Kendari : Dinke Kota
menjadi penggerak bagi teman sebaya di lingkungan Kedari. 2017.
sekolahnya. Berdasarkan hasil ini, maka puskesmas dapat 9. Deepthi R, Naresh Kumar SJ, Prasanna Kamath BT,
memasukkan program-program kesehatan anak sekolah Rajeshwari H. Participatory school health education on
melalui wadah kepramukaan16. vector-borne diseases: Engaging children as change
Bermain sebuah permainan memiliki manfaat pada agents. Int J Health Promot Educ. 2014. 52 (issue 2) :
anak dan memiliki dampak positif pada perkembangan 68–77.
emosional dan intelektual anak itu sendiri, sehingga mereka 10. Alok S, Nessa S, Ahil SB. School Training Strategies
dapat melatih kemampuan dalam pemecahan masalah pada for Prevention and Control of Dengue. Indian J
lingkungannya yang dipengaruhi oleh kondisi dan situasi Community Med. 2020. Jan-Mar; 45 (1) : 106–107.
anak dan disesuaikan dengan kemampuannya. Bermain 11. Sari P , Martini M, Ginanjar P. Hubungan Kepadatan
dapat memberikan kebahagiaan, meningkatkan harga diri Jentik Aedes Sp Dan Praktik Psn Dengan Kejadian Dbd
anak, dan memberi kesempatan anak untuk dapat belajar Di Sekolah Tingkat Dasar Di Kota Semarang. Jurnal
bagaimana dalam mengelola perasaannya17. Kesehatan Masyarakat, Volume 1, Nomor 2. 2012. 413
– 422
SIMPULAN 12. Putranto AY, Fitriangga A, Liana DF. Promosi
Pendidikan kesehatan melalui permainan edukatif Kesehatan dengan Metode Peer Education terhadap
yang berupa permainan ular tangga dapat meningkatkan Pengetahuan tentang Demam Berdarah Dengue (DBD)
pengetahuan, sikap dan praktik (PSP) siswa pramuka di Siswa SMA. Jurnal Vokasi Kesehatan .2015. Maret; 1
sekolah dasar dalam pencegahan DBD di wilayah kerja (2): 39 – 44
Puskesmas Poasia Kota Kendari. Permainan edukatif 13. Handayani I, Lubis Z, Aritonang E Y. Pengaruh
memberikan suasana yang berbeda dan anak tidak mudah Penyuluhan dengan Media Permainan Ular Tangga
bosan sehingga dapat digunakan sebagai sarana menerapkan terhadap Pengetahuan tentang Buah dan Sayur pada
Germas pada usia anak sekolah. Siswa MTs-S Al- Manar Kecamatan Hamparan Perak.
Jumantik. 2018; 3 (1): 115-123
KEPUSTAKAAN 14. Zamzami M, Astuti D, Werdani K E. Metode Ular
1. Anwar A, Ariati J. Model Prediksi Kejadian Demam Tangga Dalam Meningkatkan Pengetahuan Dan Sikap
Berdarah Dengue (Dbd) Berdasarkan Faktor Iklim di Siswa Tentang Pencegahan Penyakit PES. Jurnal
Kota Bogor, Jawa Barat. Bul. Penelit. Kesehat. 2014. Kesehatan Masyarakat Andalas. 2016; 11 (1) : 55-63
Des; 42 (4): 249-256 15. Cahyaningtyastuti, Maria Pratami, Birmanti Setia
2. Yunita J, Mitra, Susmaneli H. Pengaruh Perilaku Utami, and Jasson Prestiliano. Perancangan Board
Masyarakat Dan Kondisi Lingkungan Terhadap Game sebagai Media Pembelajaran tentang Pentingnya
Kejadian Demam Berdarah Dengue. Jurnal Kesehatan Merawat Gigi bagi Anak Usia Sekolah
Komunitas. 2012. Mei; 1 (4) : 193-198 Dasar. Citradirga-Jurnal Desain Komunikasi Visual
3. Lestari ND, Martini M, Saraswati dan Intermedia 2.01. 2020 : 41-52.
LD, Hestiningsih Retno. Perbedaan Perilaku 16. Pratiwi, Septiana Intan, et al. Pengaruh ekstrakurikuler
Pencegahan DBD Dan Kepadatan Vektor Pada pramuka terhadap karakter disiplin siswa SD. Edukatif:
Kelompok Post Dan Tanpa Intervensi Komunikasi Jurnal Ilmu Pendidikan 2.1 .2020 : 62-70.
Perubahan Perilaku (KPP). Jurnal Kesehatan
Masyarakat. 2017. Okt; 5 (4) : 431-443

36
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol 16 / No. 1 / Januari 2021

17. Pickett G, Hanlon JJ. Kesehatan Masyarakat:


Administrasi dan Praktik. Alih Bahasa : Ali Gufron
Mukti ; 9th ed. Jakarta: EGC. 2009.

37
Vol.7 No.1 Juni 2021, hal. 78-87 p-ISSN: 2460-5514
e-ISSN: 2502-6518

PENERAPAN POLA HIDUP BERSIH DAN SEHAT UNTUK MENINGKATKAN IMUNITAS


TUBUH DI DESA KALIRANCANG,ALIAN, KEBUMEN

Oleh:
Yuni Kartika1, Farida Pramestian2, Nahdiah Masayu3, Fathurrohmah Hasanah4, Febri Fera5, Ridwan Arifin6

Jurusan Biologi, Universitas Negeri Semarang

yunikartika967@gmail.com

Abstrak

Pola hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah sekumpulan perilaku yang dipraktekkan atas dasar kesadaran
sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang, keluarga, kelompok atau masyarakat mampu
menolong dirinya sendiri (mandiri) di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan
masyarakat. Kelompok mahasiswa KKN BMC UNNES 2020 memiliki misi untuk menjadikan masyarakat
Desa Kalirancang, Kecamatan Alian, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah menyadari akan pentingnya
menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS) dalam kehidupan sehari-hari khususnya dalam masa
pandemi Covid-19. Metode pelaksanaan program KKN ini meliputi sosialisasi dan penyuluhan penerapan
pola hidup bersih dan sehat (PHBS) secara langsung kepada masyarakat Desa Kalirancang, Kecamatan
Alian yang dijadikan objek. Beberapa kegiatan yang dilakukan diantaranya menimbang bayi setiap bulan,
menggunakan air bersih, mencuci tangan menggunakan sabun, pola makan yang sehat, dan melakukan
aktivitas tubuh. Hasil yang dicapai melalui beberapa kegiatan tersebut yaitu mampu menyadarkan
masyarakat akan pentingnya menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS) serta dapat memberi
pengetahuan kepada masyarakat terkait bagaimana menerapkan pola hidup bersih dan sehat secara tepat
sehingga masyarakat dapat menerapkan PHBS secara rutin dalam kehidupan sehari-hari.

Kata Kunci: pola hidup bersih dan sehat (PHBS), Desa Kalirancang, sosialisasi

Abstract

A clean and healthy lifestyle (PHBS) is a set of behaviors that are practiced on the basis of awareness as
a result of learning that makes a person, family, group or community able to help themselves
(independently) in the health sector and play a role in realizing public health. The student group KKN BMC
UNNES 2020 has a mission to make the people of Kalirancang Village, Alian District, Kebumen Regency,
Central Java aware of implementing a clean and healthy lifestyle (PHBS) in their daily life, especially
during the Covid-19 pandemic. The method of implementing KKN includes socialization and counseling on
the application of a clean and healthy lifestyle (PHBS) directly to the people of Kalirancang Village, Alian
District, which is the object. Several activities are carried out, such as weighing the baby every month,
using clean water, washing hand use soap, healthy eating patterns, and doing bodily activities. The results
achieved through these activities are being able to make people aware of the importance of implementing
a clean and healthy lifestyle (PHBS) and can provide knowledge to the community regarding how to
properly implement a clean and healthy lifestyle so that people can implement PHBS regularly in their daily
life.

Keywords: clean and healthy lifestyle (PHBS), Kalirancang Village, socialization


_____________________________________________________________________________

beberapa penyakit tidak menular seperti


PENDAHULUAN stroke, jantung, dan kencing manis justru
memiliki proporsi fasilitas dan pelayanan
Permasalahan kesehatan masyarakat kesehatan yang lebih besar. Namun, dewasa
Indonesia menjadi salah satu tantangan ini seluruh dunia tengah gempar akibat
bukan hanya bagi pemerintah namun juga pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-
masyarakat itu sendiri. Bahkan dalam 19) termasuk di Indonesia. Penyakit
beberapa kasus, angka kematin cukup tinggi Coronavirus Disease 2019 (COVID-19)
akibat dari tingginya angka penyakit di adalah infeksi saluran pernapasan yang
Indonesia, diantaranya Infeksi Saluran disebabkan oleh coronavirus yang baru
Pernapasan (ISPA), Tuberkulosis (TBC), dan muncul yang pertama dikenali muncul di
Diare (Tahun 1990-an). Padahal, menurut Wuhan, Tiongkok, pada bulan Desember
Suryani, dkk (2019), pada tahun 2010, 2019. Pengurutan genetika virus ini

78
Yuni Kartika, dkk, Penerapan Pola Hidup Bersih dan Sehat…

mengindikasikan bahwa virus ini berjenis bereaksi lebih cepatdan lebih kuat daripada
betacoronavirus yang terkait erat dengan kontak pertama.
virus SARS (World Health Organization, Namun demikian, tingkat pola hidup
2020). Penyakit ini dapat menular antar sehat di masyarakat masih rendah, terutama
manusia hingga menyebabkan kematian. di Jawa Tengah. Data Laporan Rencana
Oleh karena itu, pemerintah Indonesia Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
menghimbau masyarakatnya untuk Tengah Tahun 2018 sampai Tahun 2023
menerapkan pola hidup bersih dan sehat telah menggarisbawahi bahwa tingkat
(PHBS) sebagai upaya pencegahan persentase Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
penularan Covid-19. (PHBS) di Jawa Tengah sebesar 28%
Simbolon & Simorangkir (2018) (Kesehatan & Jawa, 2012). Persentase
menggarisbawahi bahwa pola hidup bersih tersebut menunjukkan tingkat kesadaran
dan sehat (PHBS) sebagai aktivitas dan masyarakat Jawa Tengah untuk menerapkan
perilaku yang dilaksanakan secara sadar pola hidup bersih dan sehat (PHBS) masih
dalam mendorong perilaku sehat bukan sangat rendah. Salah satu desa di provinsi
hanya bagi individual tetapi juga kelompok Jawa Tengah yang masih mengabaikan pola
masyarakat, termasuk keluarga. Jenis-jenis hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah desa
PHBS bisa saja beragam mulai dari mencuci Kalirancang. Kalirancang adalah desa yang
tangan menggunakan sabun, mengkonsumsi terletak di Kecamatan Alian, Kabupaten
makanan dan minuman sehat, menggunakan Kebumen, Jawa Tengah. Di desa Kalirancang
jamban sehat, membuang sampah di tempat terlihat bahwa sebagian masyarakat yang
sampah, tidak merokok, tidak mengkonsumsi menetap disana tidak menghiraukan masalah
narkoba, alkohol, psikotropika dan zat aditif penerapan pola hidup bersih dan sehat.
lainnya (NAPZA), tidak meludah sembarang Berdasarkan data dari Pusat Informasi dan
tempat, memberantas jentik-jentik nyamuk. Koordinasi Covid-19 Pemerintah Kabupaten
Sementara itu, Septianto, dkk., (2020) Kebumen bahwa angka kejadian pasien
dalam penelitiannya menyatakan bahwa pola terkonfirmasi positif Covid-19 yang diperbarui
hidup sehat didapat dari mereka yang pada hari Selasa, tanggal 1 September 2020
memperhatikan keadaan tubuhnya, rajin terdapat sebanyak 212 orang dengan rincian
berolahraga, makan, dan tidur yang cukup, 41 orang dirawat, 158 orang sembuh, dan 6
sehingga hal tersebut akan menjadikan orang meninggal dunia. Oleh karena itu,
kualitas hidup seseorang meningkat. sangat penting menghimbau masyarakat
Sebaliknya, pola hidup tidak sehat didapat Kebumen khususnya desa Kalirancang untuk
dari mereka yang tidak memperhatikan menerapkan pola hidup bersih dan sehat
keadaan tubuhnya, makan yang tidak (PHBS) dalam kehidupan sehari-hari.
seimbang dengan aktivitasnya, dan jarang Berdasarkan permasalahan di atas,
melakukan olahraga, sehingga hal tersebut maka penulis merumuskan artikel tentang
akan menyebabkan sistem imun tubuh bagaimana menerapkan pola hidup bersih
masyarakat terganggu. dan sehat (PHBS) untuk masyarakat Desa
Munasir (2016) menjelaskan bahwa Kalirancang di masa pandemi Covid-19.
sistem imun dari tiap individu berbeda-beda,
namun demikian, sistem imun secara kolektif
mampu didorong dengan berbagai perilaku METODE
hidup sehat. Sistem imun, menurutnya, A. Metode Pelaksanaan
merupakan sistem koordinasi respons Kegiatan ini dilaksanakan dengan
biologik yang bertujuan melindungi integritas menggunakan beberapa metode yakni
dan identitas individu serta mencegah invasi sosialisasi, penyuluhan dan survey
organisme dan zat yang berbahaya di penerapan Pola Hidup Bersih dan Sehat
lingkungan yang dapat merusak dirinya. (PHBS) secara langsung kepada masyarakat
Sistem imun mempunyai sedikitnya tiga Desa Kalirancang Kecamatan Alian yang
fungsi utama, mulai dari kesanggupan untuk dijadikan obyek (50 orang masyarakat Desa).
mengenal dan membedakan berbagai
molekul target sasaran dan juga mempunyai B. Waktu Pelaksanaan
respons yang spesifik, kesanggupan Program kegiatan sosialisasi dan
membedakan antara antigen diri dan antigen penyuluhan Pola Hidup Bersih dan Sehat
asing, hingga fungsi memori yaitu (PHBS) dilaksanakan sebanyak empat kali
kesanggupan melalui pengalaman kontak dengan setiap pertemuan satu jam setengah,
sebelumnya dengan zat asing patogen untuk yaitu:

79
Vol.7 No.1 Juni 2021, hal. 78-87 p-ISSN: 2460-5514
e-ISSN: 2502-6518

1. Tanggal 14 Juli 2020 dilaksanakan 2. Data sekunder, yaitu data pendukung


edukasi Pola Hidup Bersih dan Sehat yang penulis dapatkan dari beberapa
(PHBS) kepada anak-anak masyarakat dokumen terkait, baik itu dokumen Desa
Desa Kalirancang melalui media edukasi Kalirancang, maupun dokumen lainnya
poster. yang tekait.
2. Tanggal 17 Juli 2020 dilaksanakan
kegiatan senam lansia. HASIL DAN PEMBAHASAN
3. Tanggal 21 Juli 2020 dilaksanakan A. Penerapan Pola Hidup Bersih dan
edukasi Pola Hidup Bersih dan Sehat Sehat (PHBS)
(PHBS) untuk ibu-ibu dan lansia di Desa
Kalirancang. PHBS menurut Kementrian
4. Tanggal 16 Agustus 2020 dilaksanakan Kesehatan merupakan kependekan dari
kegiatan sosialisasi dan penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat yang berarti
Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). perilaku kesehatan yang dilakukan karena
Kegiatan ini dilaksanakan di RT 2, RW 3, kesadaran pribadi sehingga keluarga dan
Dusun Kedungsemut Kulon, Desa seluruh anggotanya mampu menolong diri
Kalirancang, Kecamatan Alian, sendiri pada bidang kesehatan serta memiliki
Kabupaten Kebumen. peran aktif dalam aktivitas masyarakat.
Di masa pandemi ini, Perilaku Hidup
C. Jenis Penelitian Bersih dan Sehat pada dasarnya merupakan
Dalam pelaksanaan penelitian ini, sebuah kebiasaan sederhana dengan upaya
peneliti menggunakan metode deskriptif meningkatkan imun tubuh agar terhindar dari
kualitatif. virus, baik untuk diri sendiri maupun orang
lain disekitar kita.
D. Fokus Penelitian Manfaat PHBS yang paling utama
Penelitian ini difokuskan pada hal-hal adalah terciptanya masyarakat yang sadar
sebagai berikut: kesehatan dan memiliki bekal pengetahuan
1. Perilaku hidup bersih dan sehat dan kesadaran untuk menjalani perilaku
masyarakat Desa Kalirancang, hidup yang menjaga kebersihan dan
Kecamatan Alian, Kabupaten Kebumen memenuhi standar kesehatan.
dalam meningkatkan kesehatan Pada pelaksanaan PHBS, ada beberapa
masyarakat, dengan indikator: pihak yang terlibat, dimana pihak tersebut
1) Aktivitas menimbang bayi setiap merupakan bagian dari tempat beraktivitas
bulan dalam kehidupan sehari-hari. Berikut ini 6
2) Penggunaan air bersih proses penyadartahuan tentang perilaku
3) Aktivitas mencuci tangan dengan air hidup bersih sehat:
bersih dan sabun 1. PHBS di Rumah tangga
4) Konsumsi buah dan sayur setiap 2. PHBS di Sekolah
hari 3. PHBS di Tempat kerja
5) Intensitas melakukan aktivitas fisik 4. PHBS di Sarana kesehatan
2. Beberapa faktor-faktor yang mungkin 5. PHBS di Tempat umum
dapat mempengaruhi perilaku hidup Manfaat PHBS secara umum adalah
bersih dan sehat di Desa Kalirancang, meningkatkan kesadaran masyarakat untuk
Kecamatan Alian, Kabupaten Kebumen, mau menjalankan hidup bersih dan sehat. Hal
dengan indikator: tersebut agar masyarakat bisa mencegah dan
1) Tingkat pendidikan menanggulangi masalah kesehatan. Selain
2) Fasilitas Kesehatan itu, dengan menerapkan PHBS masyarakat
mampu menciptakan lingkungan yang sehat
E. Jenis dan Sumber Data dan meningkatkan kualitas hidup.
Jenis dan sumber data yang digunakan PHBS di sekolah merupakan
dan disajikan dalam penelitian ini meliputi kegiatan memberdayakan siswa, guru dan
beberapa data, yakni: pola hidup sehat di masyarakat lingkungan
1. Data primer, yaitu data yang diperoleh sekolah. Tujuannya adalah supaya mau
langsung oleh penulis dari lapangan melakukan pola hidup sehat untuk
(Desa Kalirancang Alian Kebumen), data menciptakan sekolah sehat. Manfaat PHBS di
ini meluputi dari hasil observasi, survey, Sekolah mampu menciptakan lingkungan
dan wawancara secara langsung saat yang bersih dan sehat, serta pembelajaran
program dilaksanakan. yang nyaman dan sehat.

80
Yuni Kartika, dkk, Penerapan Pola Hidup Bersih dan Sehat…

Manfaat PHBS di rumah tangga menjadi bagian penting dari indikator


antara lain, mampu meningkatkan keberhasilan praktek Perilaku Hidup
kesejahteraan dan tidak mudah terkena Bersih dan Sehat pada tingkat rumah
penyakit, mampu meningkatkan produktivitas tangga.
anggota rumah tangga dan menjadi terbiasa 3) Menimbang bayi dan balita secara
untuk menerapkan pola hidup sehat dan anak berkala
dapat tumbuh sehat dan tercukupi gizi. Praktek tersebut dapat memudahkan
PHBS di Tempat kerja adalah pemantauan pertumbuhan bayi.
kegiatan untuk memberdayakan para pekerja Penimbangan dapat dilakukan di
agar tahu dan mau untuk melakukan Perilaku Posyandu sejak bayi berusia 1 bulan
Hidup Bersih dan Sehat. hingga 5 tahun. Posyandu dapat menjadi
Manfaat PHBS di tempat kerja yaitu mampu tempat memantau pertumbuhan anak
meningkatkan imunitas tubuh, meningkatkan dan menyediakan kelengkapan
produktivitas kerja, dan meningkatkan citra imunisasi. Penimbangan secara teratur
tempat kerja yang positif. juga dapat memudahkan deteksi dini
Manfaat PHBS di masyarakat adalah kasus gizi buruk.
masyarakat mampu menciptakan lingkungan 4) Cuci tangan dengan sabun dan air
yang sehat, mencegah penyebaran penyakit, bersih
dan mampu mengembangkan kesehatan Praktek ini merupakan langkah yang
yang bersumber dari masyarakat. berkaitan dengan kebersihan diri
Pelaksanaan PHBS di lingkungan sekaligus langkah pencegahan
sekolah ditandai dengan beberapa aktivitas, penularan berbagai jenis penyakit berkat
yakni: tangan yang bersih dan bebas dari
1. Mencuci tangan dengan sabun sebelum kuman.
dan sesudah makan 5) Menggunakan air bersih
2. Mengonsumsi jajanan sehat Air bersih merupakan kebutuhan dasar
3. Menggunakan jamban bersih dan sehat untuk menjalani hidup sehat.
4. Olahraga yang teratur 6) Menggunakan jamban sehat
5. Memberantas jentik nyamuk Jamban merupakan infrastruktur sanitasi
6. Tidak merokok di lingkungan sekolah penting yang berkaitan dengan unit
7. Membuang sampah pada tempatnya pembuangan kotoran dan air untuk
8. Melakukan kerja bakti bersama warga keperluan pembersihan.
lingkungan sekolah untuk menciptakan 7) Memberantas jentik nyamuk
lingkungan yang sehat. Nyamuk merupakan vektor berbagai
Selain itu, salah satu tatanan PHBS jenis penyakit dan memutus siklus hidup
yang utama adalah PHBS rumah tangga makhluk tersebut menjadi bagian penting
yang bertujuan untuk mengedukasi anggota dalam pencegahan berbagai penyakit.
rumah tangga supaya mau melakukan 8) Konsumsi buah dan sayur
perilaku di kehidupan sehari-hari, keluarga Buah dan sayur dapat memenuhi
yang bersih nan sehat serta aktif di kebutuhan vitamin dan mineral serta
kehidupan masyarakat. Tujuan utama dari serat yang dibutuhkan tubuh untuk
tatanan PHBS di tingkat rumah tangga adalah tumbuh optimal dan sehat.
tercapainya rumah tangga yang sehat. Ini 10 9) Melakukan aktivitas fisik setiap hari
indikator PHBS pada tingkatan rumah tangga: Aktivitas fisik dapat berupa kegiatan
1) Persalinan yang ditolong oleh tenaga olahraga ataupun aktivitas bekerja yang
kesehatan. melibatkan gerakan dan keluarnya
Persalinan yang mendapat pertolongan tenaga.
dari pihak tenaga kesehatan baik itu 10) Tidak merokok di dalam rumah
dokter, bidan ataupun paramedis Perokok aktif dapat menjadi sumber
memiliki standar dalam penggunaan berbagai penyakit dan masalah
peralatan yang bersih, steril dan juga kesehatan bagi perokok pasif. Berhenti
aman. Langkah tersebut dapat merokok atau setidaknya tidak merokok
mencegah infeksi dan bahaya lain yang di dalam rumah dapat menghindarkan
beresiko bagi keselamatan ibu dan bayi keluarga dari berbagai masalah
yang dilahirkan. kesehatan.
2) Pemberian ASI eksklusif
Kesadaran mengenai pentingnya ASI B. Implementasi Pola Hidup Bersih dan
bagi anak di usia 0 hingga 6 bulan Sehat (PBHS) di Masa Pandemi Covid-

81
Vol.7 No.1 Juni 2021, hal. 78-87 p-ISSN: 2460-5514
e-ISSN: 2502-6518

19 di Desa Kalirancang Alian Kebumen Serta, mengkonsumsi makanan sehat dan


Jawa Tengah seimbang yang mengandung berbagai
vitamin untuk daya tahan tubuh (Anhusadar
Corona Virus Disease (COVID-19) dan Islamiyah, 2020).
merupakan jenis penyakit baru yang sedang Pola hidup bersih dan sehat
melanda di berbagai negara termasuk merupaka hal yang sangat penting bagi
Indonesia. Pada manusia biasanya kelangsungan hidup seluruh anggota
menyebabkan infeksi saluran pernapasan, keluarga. Didalam PHBS rumah tangga
mulai flu biasa sampai penyakit yang serius terdapat 10 indikator. Berdasarkan observasi
seperti Middle East Respiratory Syndrome yang telah dilakukan sebelumnya maka
(MERS) dan Sindrom Pernafasan Akut digunakan 5 indikator pola hidup bersih dan
Berat/Severe Acute Respiratory Syndrome sehat (PHBS) pada sosialisasi di Dusun
(SARS). Coronavirus jenis baru muncul di Kedungsemut kulon dan Dusun Jerotengah.
Wuhan, China pada Desember 2019, Indikator pola hidup bersih dan sehat yang
kemudian diberi nama Severe Acute digunakan yaitu menimbang bayi dan balita,
Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS- menggunakan air bersih, mencuci tangan
COV2), dan menyebabkan penyakit dengan air bersih dan sabun, makan buah
Coronavirus Disease-2019 (COVID-19). dan sayur setiap hari, dan melakukan
(Kemkes RI, 2020). aktivitas tubuh. Pemilihan lima indikator ini
Virus covid-19 telah menyebar di dikarenakan permasalahan yang ditemukan
berbagai belahan dunia, bukan hanya pada saat observasi di dua dusun tersebut
negara, provinsi, kabupaten, tetapi ke dan menyesuaikan dengan kondisi sekarang
daerah-daerah pelosok desa yang yaitu adanya wabah pandemi covid-19.
menimbulkan kekhawatiran warga selama ini. Kegiatan sosialisasi pola hidup bersih
Gelaja klinis yang ditimbulkan antara lain dan sehat (PHBS) di Dusun Kedungsemut
demam; batuk, pilek; letih, lesu; sakit kulon dan Dusun Jerotengah dalam
tenggorokan, dan gangguan (sesak) meningkatkan kesehatan dan mencegah
pernapasan. Penyebaran virus ini tergolong penularan covid-19.
sangat cepat, bisa melalui droplets atau a. Menimbang Bayi dan Balita
tetesan cairan yang berasal dari batuk dan Desa Kalirancang memiliki kegiatan
bersin, kontak pribadi seperti menyentuh dan penimbangan di Pos Pelayanan Terpadu
berjabat tangan, dan menyentuh benda atau (Posyandu) yang dilaksanakan setiap satu
permukaan dengan virus di atasnya, bulan sekali di hari Sabtu minggu pertama.
kemudian menyentuh mulut, hidung atau Kegiatan Posyandu ini dilaksanakan di
mata sebelum mencuci tangan. Untuk tempat Polindes yang berada di dekat TK
mengurangi risiko penyebaran virus covid-19 PERTIWI dan berseberangan dengan balai
pemerintah telah mengambil kebijakan antara desa Desa Kalirancang. Ada kurang lebih 16
lain Pembatasan Sosial Berskala Besar balita yang terdaftar mengikuti kegiatan
(PSBB) yang telah diterapkan dibeberapa posyandu ini terkait pemantauan kesehatan
kota besar yang memasuki zona merah di anak sejak usia 0 bulan hingga 5 tahun.
Indonesia. Tentunya pihak desa mendukung kegiatan
Kondisi pandemi covid-19 pada yang dilaksanakan oleh kader-kader desa
akhirnya membuat masyarakat untuk dalam meningkatkan kesehatan anak-anak di
menerapkan pola hidup bersih dan sehat tingkat desa.
menjadi rutinitas. Hal ini dikarenakan Tahun 2020 ini terdapat satu bidan dan
penyebaran covid-19 yang semakin meluas dibantu enam kader. Bulan Juli lalu, balita
dan saat ini belum tersedia vaksin covid-19. mendapatkan vitamin A dari puskesmas.
Beberapa hal yang bisa dilakukan Pemberiannya ada yang diminum ditempat
masyarakat untuk mencegah penularan yaitu ada pula yang dibawa pulang. Pemberian
dengan mencuci tangan setiap 1-2 jam vitamin A ini diberikan dua kali dalam satu
dengan cara yang benar. Selain itu, tahun. Diharapkan sejak dini balita dapat
melakukan aktivitas fisik seperti berolahraga mencegah kerusakan pada organ mata.
secara rutin di dalam atau sekitar rumah.

82
Yuni Kartika, dkk, Penerapan Pola Hidup Bersih dan Sehat…

Tabel 1. Daftar nama peserta balita di Posyandu “Kenanga II” Desa Kalirancang
(Data Per 5/9/2020)

wawasan mereka. Mulai dari menyanyi


hingga hafalan doa-doa bersama. Posyandu
juga menyediakan mainan untuk balita
supaya peka terhadap segala hal. Pendemi
yang masih ada ini, kegiatan posyandu hanya
pengecekan utama kemudian diberi PMT,
setelah itu pulang. Tentu saja protokol
kesehatan sangat diutamakan. Walaupun
pandemi masih ada, tetapi di sinilah waktu
yang tepat untuk semakin mempererat
pemantauan kesehatan pada balita. Karena
balita juga merupakan usia yang rentan akan
virus. Kemenkes tentu sangat memperhatikan
hal demikian, hampir 5 bulan posyandu tidak
Gambar 1. Pemberian Vitamin A pada Balita berjalan, kini dengan tetap patuhi protokol
kesehatan, posyandu kembali dilaksanakan
Selain itu, kegiatan posyandu ini dengan catatan tidak ada kerumunan seperti
memiliki target dalam peningkatan kesehatan biasanya. Data perkembangan peserta
balita. Beberapa hal yang harus dicek adalah Posyandu dapat dilihat pada Tabel 1.
berat badan dan tinggi badan atau panjang
badan. Selain di masa pandemi, akan ada
game dari para kader untuk menambah

83
Vol.7 No.1 Juni 2021, hal. 78-87 p-ISSN: 2460-5514
e-ISSN: 2502-6518

Gambar 2. Pengukuran Panjang Anak Balita

b. Mengunakan air bersih


Masyarakat di Dusun Kedungsemut
Kulon dan Dusun jerotengah mendapatkan
air bersih dari air sumur maupun PAM.
Kebutuhan air bersih ini dipergunakan sehari-
hari untuk minum, memasak, mandi, mencuci
Gambar 3. Pompa air
pakaian, mencuci peralatan dapur, dan
sebagainya. Manfaat menggunakan air bersih
c. Mencuci tangan dengan air bersih dan
dapat terhindari dari gangguan penyakit
sabun
seperti diare, kolera, disentri, typus,
Masyarakat melakukan cuci tangan
kecacingan, dan lain-lain.
setelah menyeboki bayi atau anak, sesudah
Penggunaan air bersih harus dimasak
berkebun, sebelum makan dan minum dan
sampai mendidih bila ingin diminum. Hal ini sesudah buang air bersih. Kebiasaan
dikarenakan, air yang terlihat bersih, belum mencuci tangan menggunakan air saja tidak
tentu terbebas dari kuman. Kuman penyakit dapat melindungi dari bakteri dan virus.
dalam air mati pada suhu 100 derajat celcius Terlebih jika cuci tangan tidak di bawah air
(saat mendidih). Selain itu, informasi yang mengalir. Kebiasaan ini harus segera
diberikan saat sosialisasi apabila sumber air ditinggalkan dan dirubah menjadi yang lebih
bersih tidak mematuhi persyaratan air bersih baik dengan standar prosedur melakukan
secara fisik, salah satu anggota keluarga cuci tangan menggunakan sabun.
diharapkan melapor ke puskesmas untuk Cara cuci tangan pakai sabun yang
mendapat tindak lanjut. Syarat air bersih benar adalah menggosok telapak tangan
secara fisik itu dapat dibedakan melalui secara bersamaan, mengosok punggung
kedua tangan, jalinkan kedua telapak tangan
indera antara lain dapat dilihat, dirasa, dicium
lalu digosok-gosokan, tautakn jari-jari antara
dan diraba. Misalkan, air tidak keruh, harus kedua telapak tangan secara berlawanan,
bebas dari pasir, debu, lumpur, sampah, busa gosok ibu jari secara memutar dilanjutkan
dan kotoran lainnya. dengan daerah antara jari telunjuk dan ibu jari
secara bergantian, gosok kedua pergelangan
tangan dengan arah memutar, bilas dengan
air dan keringkan. (Kemenkes RI, 2014)

84
Yuni Kartika, dkk, Penerapan Pola Hidup Bersih dan Sehat…

tahun dan orang dewasa lebih dari 65 tahun


tergolong rentan terhadap penyakit covid-19.

e. Melakukan aktivitas fisik


Pandemi ini semua usia herus mnyerah
dan segera untuk cuci tangan. Selain balita,
usia lansia juga harus diperhatikan untuk
dalam pemantauan kesehatan. Pelaksanaan
darurat ini ialah seperti melalui cek suhu,
berat badan, tes cek darah.
Senam lansia dilakukan sebulan sekali
di minggu ketiga di hari Jum’at. Selain lansia,
ibu-ibu juga dibolehkan untuk ikut senam.
Kegiatan ini juga ada seperti PMT, beragam
dari setiapa bulannya. Pemimpin senam/
struktur yaitu dari anggota kader desa sendiri.

Gambar 4. Mencuci tangan dengan air


mengalir dan sabun

Menggunakan sabun dalam cuci tangan


diketahui sebagai salah satu upaya
pencegahan penyakit. Hal ini dikarenakan
tangan merupakan agen yang membawa
kuman dan menyebabkan patogen yang
berpindah dari satu orang ke orang lain
melalui kontak langsung maupun tidak
langsung. (Anhusadar dan Islamiyah, 2020)
Pada masa pandemi, kebiasan cuci
tangan sebaiknya dilakukan setiap 1-2 jam
sekali. Hal ini untuk mencegah penularan Gambar 5. Senam Lansia
covid-19. Selain itu, masyarakat juga
menyediakan kran atau penampung air Faktor-faktor yang mempengaruhi
didepan rumah dilengkapi dengan sabun tingkat perilaku hidup bersih dan sehat
untuk setiap tamu yang berkunjung kerumah menurut penelitian Desi yaitu tingkat
harus mencuci tangan terlebih dahulu. pengetahuan dan sikap masyarakat. Selain
itu, menurut penelitian Gita faktor yang
d. Makan sayur dan buah setiap hari mempengaruhi pola hidup bersih dan sehat
Makan sayur dan buah setiap hari yaitu faktor usia dan pengetahuan.
sangat penting. Hal ini dikarenakan Menurut Lawrence Green, faktor-
mengandung vitamin dan mineral yang faktor yang mempengaruhi perilaku hidup
mengatur metabolisme energi, pertumbuhan, bersih dan sehat dibagi menjadi 3 bagian
dan pemeliharaan tubuh. Selain itu sayur yaitu faktor predisposisi (umur, tingkat
mengandung serat yang tinggi yang berguna pengetahuan masyarakat), faktor pemungkin
untuk memelihara usus. (fasilitas dan sarana) dan faktor penguat
Setiap anggota keluarga diharapkan (dukungan tokoh masyarakat, perilaku
mengkonsumsi 3 porsi buah dan 2 porsi petugas kesehatan, dan tersampaikan atau
sayuran atau sebaliknya setiap hari. Cara tidaknya promosi kesehatan PHBS terhadap
mengolah sayur cukup penting supaya masyarakat tersebut) (Green, 2005).
vitamin dan mineral tetap ada, lebih baik
sayuran dimakan segar atau dikukus, karena C. Perubahan Pola Hidup Masyarakat
jika direbus cenderung melarutkan vitamin Desa Kalirancang Kebumen Jawa
dan mineral. Tengah
Di masa pandemi, mengonsumi sayur
dan buah harus ditingkatkan untuk menjaga Program yang dilaksanakan oleh tim
imunitas tubuh. Pada anak-anak dibawah 5 merupakan salah satu program dalam KKN
Bersama Melawan Covid (BMC) yang

85
Vol.7 No.1 Juni 2021, hal. 78-87 p-ISSN: 2460-5514
e-ISSN: 2502-6518

ditujukan untuk mendorong pola hidup bersih aktivitas sebelum dan setelah program
dan sehat masyarakat desa di masa pandemi dilaksanakan, dimana aktivitas tersebut
covid-19. Melalui program ini, ada perubahan melibatkan masyarakat Desa Kalirancang
yang signifikan yang ditunjukkan oleh Kecamatan Alian, Kabupaten Kebumen Jawa
masyarat Desa Kalirancang Kecamatan Tengah, dimana survei melibatkan 50 orang
Alian, Kabupaten Kebumen Jawa Tengah masyarakat desa, seperti ditunjukkan pada
dalam menerapkan pola hidup bersih dan Tabel 2.
sehat (PBHS).
Perubahan pola tersebut, secara nyata
dapat dilihat dari hasil analisis terhadap

Tabel 2. Prosentase Perubahan Pola Hidup Masyarakat Desa Kalirancang (sebelum dan
setelah program)

Prosentase (%)
No Indikator Pola Hidup Bersih dan Sehat Sebelum Setelah
S B S B
1 Apakah Bayi, Balita, Anak Anda secara rutin ditimbang 16 84 95 5
dan dipantau ke Posyandu Desa?
2 Apakah secara rutin memantau pertumbuhan anak dan 15 85 95 5
gizi anak di Posyandu?
3 Apakah secara rutin anak diberikan susu? 13 87 95 5
4 Apakah di rumah menggunakan air bersih? 40 60 90 10
5 Apakah air minum di rumah menggunakan air tanah yang 22 78 85 15
dimasak?
6 Apakah di rumah terdapat fasilitas mencuci tangan yang 23 77 80 20
mengalir?
7 Apakah secara rutin selalu mencuci tangan sebelum 25 75 100 0
makan?
8 Apakah secara rutin membersihkan rumah menggunakan 4 96 85 15
cairan disinfektan/pembunuh kuman?
9 Apakah secara rutin pakaian dibersihkan menggunakan 69 31 100 0
cairan khusus?
10 Apakah setiap hari keluarga sudah memakan sayuran 13 87 91 9
secara seimbang?
11 Apakah setiap hari sudah mengkonsumsi buah-buahan 12 88 92 8
secara seimbang?
12 Apakah setiap hari sudah melakukan aktivitas fisik/ 3 97 85 15
senam kesehatan?
13 Apakah secara rutin anda menguras bak mandi? 4 96 85 15
14 Apakah secara rutin anda menerapkan 3M? 7 93 100 0
15 Apakah anda sudah mengetahui apa itu Pola Hidup 7 93 100 0
Bersih dan Sehat (PBHS)?
Keterangan:
S : Sudah melakukan
B : Belum melakukan

perubahan pola hidup yang signifikan dari


PENUTUP sebelum dan setelah program dilaksanakan.
Simpulan Dimana secara umum, perilaku pola hidup
Program ini menyimpulkan bahwa bersih dan sehat warga meningkat secara
dorongan atas pola hidup bersih dan sehat signifikan. Hal tersebut ditunjukkan dengan
bisa dipengaruhi oleh beberapa hal, peningkatan prosentasi item pola hidup
diantaranya: (1) tingkat pemahaman/edukasi bersih dan sehat, mulai dari penggunaan air
masyakarakat, (2) dukungan sarana/fasilitas, bersih, konsumsi sayuran dan buah-buahan,
dan (3) kultur masyarakat. Di Desa mengecek pertumbuhan anak di posyandu,
Kalirancang Alian Kebumen, menunjukkan

86
Yuni Kartika, dkk, Penerapan Pola Hidup Bersih dan Sehat…

hingga intensitas melakukan aktivitas fisiki Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.


dan senam kesehatan. 3511351(24).
Munasir, Z. (2016). Respons Imun Terhadap
Saran Infeksi Bakteri. Sari Pediatri, 2(4), 193.
Penerapan pola hidup bersih dan https://doi.org/10.14238/sp2.4.2001.193
sehat ini perlu dipantau oleh pihak desa. Hal -7
ini bisa dibantu oleh kader-kader desa untuk Prihanti, Gita Sekar, et al. 2018. Faktor-
gencar melakukan sosialisasi terkait Faktor yang Mempengaruhi Tingkat
penerapan pola hidup sehat dalam rumah Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada
tangga. Diharapkan 10 indikator ber-PHBS Tatanan Rumah Tangga di Wilayah
dalam rumah tangga bisa diterapkan pada Kerja Puskesmas Poned X. Jurnal
masing-masing kepala keluarga di Desa Saintika Medika. 14(1):11
Kalirancang. Sehingga anggota keluarga Septianto, A., Nurmutia, S., Feblidiyanti, N., &
sehat dan tidak mudah sakit. Pamulang, U. (2020). Sosialisasi
pentingnya pola hidup sehat guna
meningkatkan kesehatan tubuh pada
DAFTAR PUSTAKA masyarakat desa kalitorong kecamatan
randudongkal kabupaten pemalang
Anhusadar, La Ode dan Islamiyah. 2020. provinsi jawa tengah. 1(2), 55–62.
Penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Simbolon, P., & Simorangkir, L. (2018).
Sehat Anak Usia Dini di Tengah Penerapan UKS dengan PHBS di
Pandemi Covid 19. Jurnal Obsesi: Wilayah Kerja Puskesmas Pancur Batu
Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini. Kabupaten Deli Serdang. Jurnal
5(1):467-468 Kesehatan Lingkungan Indonesia,
Green, W, Lawrence. et.al. 2005. Health 17(1), 16.
Education Planing A Diagnostik https://doi.org/10.14710/jkli.17.1.16-25
Approach, The Johns Hapkins Suryani, D., Nurdjanah, E. P., Yogatama, Y.,
University. Mayfield Publishing & Jumadil, M. (2019). Membudayakan
Company Hidup Sehat Melalui Gerakan
http://promkes.kemkes.go.id/phbs#:~:text=PH Masyarakat Hidup Sehat (Germas) Di
BS%20merupakan%20kependekan%2 Dusun Mendang Iii, Jambu Dan Jrakah
0dari%20Perilaku,peran%20aktif%20d Kecamatan, Tanjungsari, Gunungkidul.
alam%20aktivitas%20masyarakat Jurnal Pemberdayaan: Publikasi Hasil
https://covid19.kemkes.go.id/situasi-infeksi- Pengabdian Kepada Masyarakat, 2(1),
emerging/info-corona-virus/tanya- 65. https://doi.org/10.12928/jp.v2i1.486
jawab-coronavirus-disease-covid-19- World Health Organization. (2020).
qna-update-6-maret-2020/ Tatalaksana klinis infeksi saluran
Kemenkes RI. 2014. Profil Kesehatan pernapasan akut berat ( SARI ) suspek
Indonesia. Jakarta: Kemenkes penyakit COVID-19. World Health
Kesehatan, D., & Jawa, P. (2012). Dinas Organization, 4(March), 1–25.

87
See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/342133882

Pengaruh Aplikasi Android Aneminfo terhadap Pengetahuan dan Sikap


Remaja Putri terkait Anemia Defisiensi Besi

Article  in  JURNAL PROMOSI KESEHATAN INDONESIA · June 2020


DOI: 10.14710/jpki.15.2.65-69

CITATION READS
1 155

3 authors, including:

Farid Agushybana
Universitas Diponegoro
42 PUBLICATIONS   45 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Imunization System Development View project

Health information system View project

All content following this page was uploaded by Farid Agushybana on 04 August 2020.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol 15 / No. 2 / Agustus 2020

Pengaruh Aplikasi Android Aneminfo terhadap Pengetahuan dan


Sikap Remaja Putri terkait Anemia Defisiensi Besi
Rizki Septia Saraswati1, Apoina Kartini1, Farid Agushybana1
1
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro

ABSTRACT
Background: Iron deficiency anemia is one of the nutritional problems that still Correspondence
occur in Indonesia which is common in young women. Early nutrition education is rizkiseptiasaraswati@gmail.com
needed to prevent these problems. The purpose of this study was to analyze the
effect of the android-based educational media "Aneminfo" on the knowledge and Article History
attitudes of young women regarding iron deficiency anemia. Received 23 September 2019
Method: This research was conducted with a quasi-experimental design with a Revised 29 January 2020
pre-post control group design with a sample of 37 people for each group taken Accepted 20 April 2020
from 2 vocational schools in the city of Semarang. The intervention was carried Available Online 12 June 2020
out using educational media in the form of the “Aneminfo” android application.
Changes in knowledge and attitudes between before and after the intervention Keywords
were measured using a validated questionnaire and tested using the Wilcoxon and Android
Mann-Whitney tests. Anemia
Results: The results showed a significant increase in knowledge in the intervention Knowledge
group (p = 0.001), and there was a significant increase in attitude in the Attitude
intervention group (p = 0.011) compared to the control group. The conclusion of Young women
this study is the Aneminfo android application can be an alternative media for the
government and health workers in providing education about iron deficiency DOI
anemia to increase adolescent knowledge and prevent anemia from an early age. 10.14710./jpki.15.2.65-69

PENDAHULUAN untuk melahirkan anak dengan BBLR dan stunting di


Anemia defisiensi besi adalah anemia yang kemudian hari akan lebih tinggi.9,11
disebabkan karena kurangnya zat besi yang ada di dalam Pada dasarnya anemia defisiensi besi dapat
darah yang akhirnya menyebabkan adanya reduksi sel darah terjadi karena kondisi asupan gizi besi yang buruk, yang
merah dalam tubuh.1,2 Remaja merupakan salah satu diperparah dengan adanya siklus menstruasi setiap
kelompok rentan yang seringkali menderita anemia, bulannya dan ketidakpatuhan remaja dalam mengkonsumsi
terutama anemia defisiensi besi karena keunikan gaya tablet Fe.10,12 Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
hidupnya.3 Menurut Riskesdas, pada tahun 2018 terdapat kepatuhan seseorang untuk mengkonsumsi tablet tambah
84,6% wanita usia remaja (15-24 tahun) yang mengalami darah, salah satunya adalah pengetahuan yang rendah
anemia.4 Selain itu, untuk wilayah Provinsi Jawa Tengah, mengenai anemia dan rendahnya sikap pemenuhan tablet
prevalensi anemia berada pada persentase yang cukup tambah darah itu sendiri.13,14
tinggi, yaitu 57,7%.5 Kementerian Kesehatan menyebutkan Di era globalisasi saat ini, perkembangan
bahwa anemia pada remaja putri menjadi masalah teknologi semakin maju dan pengguna ponsel pintar atau
kesehatan bila prevalensinya ≥ 20%.6,7,8 smartphone pun semakin banyak di Indonesia. Menurut
Secara umum, remaja yang mengalami anemia Kominfo, pada tahun 2018 terdapat kurang lebih 103 juta
dapat mengalami penurunan tingkat kebugaran, pengguna smartphone aktif di Indonesia, naik pesat dari
terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan psikomotor, tahun 2017 yang berkisar 86 juta pengguna.15 Smartphone
menurunnya sistem imun, menurunnya daya ingat, tingkat memiliki sejumlah fitur yang dapat disesuaikan dengan
kecerdasan atau IQ, dan daya konsentrasi yang berdampak keperluan penggunanya, termasuk dalam memperoleh
pada kemampuan belajar menurun dan akan mempengaruhi informasi kesehatan. Beberapa penelitian menyebutkan
prestasi belajar remaja. Sselain itu, remaja yang mengalami bahwa pemanfaatan teknologi kedalam bidang kesehatan
anemia akan berisiko mengalami KEK sehingga risiko dapat menunjang peningkatan pengetahuan masyarakat
mengenai informasi kesehatan dengan begitu cepat.16 Hal

65
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol 15 / No. 2 / Agustus 2020

tersebut merupakan peluang untuk meningkatkan digital pada tingkat pengetahuan dan sikapnya. Kelompok kontrol
literasi kesehatan bagi para remaja terutama mengenai tidak diberikan intervensi berupa pemasangan aplikasi
anemia defisiensi besi. Penelitian ini bertujuan untuk Aneminfo. Namun sesuai dengan etika penelitian,
mengetahui efektivitas dari aplikasi kesehatan berbasis kelompok kontrol tetap mendapatkan edukasi anemia
android “Aneminfo”, yang berisi informasi kesehatan defisiensi besi dalam bentuk presentasi di awal pertemuan
terkait anemia, dan reminder untuk mengkonsumsi tablet setelah pengambilan data pretest.
besi. Penelitian ini melihat bagaimana pengaruhnya Pengolahan dan analisis dilakukan
terhadap pengetahuan dan sikap remaja putri terkait menggunakan Microsoft Office 2016 dan SPSS 23.0.
pencegahan anemia. Variabel pengetahuan, dan sikap diolah dengan
menjumlahkan skor dari masing-masing pertanyaan
METODE berdasarkan jawaban yang sesuai, dibagi total skor, dikali
Penelitian ini merupakan penelitian quasi seratus. Signifikasi uji statistik (p<0,05) menggunakan uji
experimental dengan desain pre-post control group design Wilcoxon, Paired T-Test, dan Mann Whitney.
dan dilaksanakan pada bulan Juli hingga Agustus 2019 di Uji Chi-Square digunakan untuk mengetahui
2 SMK di Kota Semarang (SMK Teuku Umar dan SMK signifikansi perbedaan proporsi pada masing-masing
Hidayah Semarang). kelompok variable yang diteliti. Penelitian ini telah
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mendapatkan persetujuan etik penelitian dari Komite Etik
siswi kelas XI dari kedua sekolah tersebut yang telah Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara.
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi
bagi kelompok intervensi adalah merupakan pengguna HASIL DAN PEMBAHASAN
handphone android, bersedia menginstal aplikasi Pada penelitian ini sebagian besar responden
Aneminfo dan mengikuti seluruh rangkaian penelitian. berusia 16 tahun pada kedua kelompok (kelompok
Jumlah sampel adalah 37 responden untuk masing-masing intervensi maupun kontrol). Berdasarkan pekerjaan
kelompok. Sedangkan kriteria eksklusi dari penelitian ini orangtua, didapatkan bahwa pada kedua kelompok
adalah apabila memori handphone tidak mencukupi untuk sebagian besar orangtuanya bekerja sebagai karyawan
menginstal aplikasi “Aneminfo”, dan tidak mengikuti salah swasta, dengan rerata penghasilan sebesar Rp 2.527.000,-
satu dari pretest maupun post test. Penelitian ini telah pada kelompok intervensi, dan Rp 2.432.000,- pada
mendapatkan Persetujuan Etik dari Komisi Etik Penelitan kelompok kontrol. Penghasilan orang tua pada kedua
Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas kelompok ini tidak menunjukkan ada perbedaan yang
Diponegoro No: 321/EA/KEPK-FKM/2019. signifikan, dan kurang lebih sesuai dengan UMK Kota
Sebelum intervensi dilakukan, sebelumnya Semarang saat ini.17 Selain itu, sebagian besar responden
aplikasi android Aneminfo telah divalidasi oleh dua ahli pada kedua kelompok diberikan uang saku antara Rp
media dan gizi masyarakat. Saat penelitian, kelompok 51.000,- hingga Rp 100.000,- oleh orangtuanya dengan
intervensi diberikan perlakuan berupa pemberian edukasi rerata uang saku sebesar Rp 74.189,- pada kelompok
melalui presentasi, dan pemasangan aplikasi android intervensi, dan Rp 81.100,- pada kelompok kontrol. Lachat
Aneminfo di handphone masing-masing responden yang dkk dalam penelitianya mengenai hubungan kondisi sosio-
berisi informasi mengenai anemia defisiensi besi, cara ekonomi dengan asupan gizi menyebutkan bahwa salah
pencegahannya, dan reminder atau alarm untuk satu yang mempengaruhi besarnya uang jajan anak adalah
mengkonsumsi tablet Fe seminggu sekali. pendapatan orang tua, semakin tinggi pendapatan orang
Penelitian ini dilakukan dalam 2 kali pertemuan. tua, maka akan semakin besar pula uang jajan anak.18
Pertemuan pertama merupakan pertemuan untuk Menurut hasil penelitian diketahui bahwa seluruh
responden pada kedua kelompok. Mereka dipersilahkan responden sebenarnya telah mendapatkan paparan
untuk mengisi lembar pretest terlebih dahulu. Setelah itu informasi mengenai anemia defisiensi besi sebelumnya. Hal
kedua kelompok responden diberikan paparan presentasi ini tidak mengherankan mengingat materi mengenai anemia
mengenai anemia defisiensi besi. Sedangkan pada secara singkat memang pernah dibahas di jenjang SMP,
kelompok perlakuan dipasangkan aplikasi android terutama pada materi biologi kelas 8 mengenai Sistem
Aneminfo di handphone masing-masing responden. Peredaran Darah dan Gangguannya.19 Namun, tentunya
Responden dipersilahkan untuk mengakses informasi pembahasan mengenai anemia pada jenjang SMP tersebut
mengenai anemia dan mencoba menggunakan reminder belum dilakukan secara mendalam dan spesifik. Pada
pada aplikasi Aneminfo selama satu minggu ke depan, kelompok kontrol, mayoritas responden (29,7%) mengaku
sedangkan pada kelompok kontrol tidak diberikan. Pada pernah mendapatkan paparan informasi mengenai anemia
pertemuan kedua, kedua kelompok responden diberikan sebelumnya melalui media cetak, baik buku pelajaran,
post test untuk dianalisis perubahan yang terjadi, terutama majalah, dan lain-lain. Sedangkan pada kelompok

66
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol 15 / No. 2 / Agustus 2020

intervensi, mayoritas (27%) mengaku mendapatkan paparan pengetahuan yang signifikan (p=0,0001) dengan kenaikan
informasi mengenai anemia dari teman (Tabel 1). rerata yang sebelumnya sebesar 71,40 menjadi 75,81. Hal
Pengetahuan merupakan hasil tahu seseorang ini dapat terjadi karena walaupun responden tidak
yang didapat dari hasil pengindraan, yaitu indra mendapatkan aplikasi Aneminfo, namun sesuai dengan
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.20 etika penelitian responden pada kelompok kontrol tetap
Pengetahuan mengenai gizi merupakan faktor yang penting diberikan edukasi mengenai anemia defisiensi besi melalui
dan mempengaruhi perilaku gizi individu, keluarga, bahkan slide presentasi.
masyarakat.21 Meskipun pada masing-masing kelompok
Hasil dari analisis didapatkan bahwa terdapat diketahui sama-sama memiliki peningkatan pengetahuan
perbedaan tingkat pengetahuan yang bermakna (p=0,0001) yang signifikan antara sebelum dan sesudah perlakuan,
pada masing-masing kelompok. Pada kelompok intervensi, namun setelah dilakukan uji Mann Whitney, diketahui
rerata skor pengetahuan naik dari 64,29 menjadi 76,10. Hal bahwa kelompok intervensi mengalami peningkatan rerata
tersebut menandakan adanya perbedaan yang signifikan pengetahuan yang lebih besar dibandingkan dengan
pada pengetahuan responden antara sebelum dan sesudah kelompok kontrol. Pada kelompok intervensi menunjukkan
menggunakan aplikasi Aneminfo. Hal ini sejalan dengan adanya peningkatan rerata pengetahuan sebesar
penelitian yang dilakukan oleh Ratiyun, dkk. yang juga 11,80±12,30 sedangkan pada kelompok kontrol hanya
menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan yang mengalami kenaikan rerata sebesar 4,41±5,48. Hasil uji
signifikan setelah responden diberikan pendidikan Mann Whitney menunjukkan adanya perbedaan
kesehatan melalui aplikasi android “Sesi-Bugar” pengetahuan yang signifikan antara kelompok yang
(p=0,0001).22 mendapatkan intervensi dibandingkan dengan kelompok
Selain itu, melalui uji Wilcoxon diketahui bahwa kontrol (p=0,001) (Tabel 2).
pada kelompok kontrol juga mengalami perubahan

Tabel 1. Sebaran subjek berdasarkan karakteristik individu dan keluarga


Intervensi Kontrol
Karakteristik subjek P*
Rerata ± SD Rerata ± SD
Pendapatan orangtua 2.527.000 ± 1.098.900,625 2.432.000 ± 951.330,663 0,693a
Uang Saku 74.189 ± 26.732,043 81.100 ± 59.630,530 0,523a
Pekerjaan orangtua Karyawan Swasta Karyawan Swasta 0,774b
Paparan Informasi Teman Media Cetak 0,025b
Ket:
Signifikansi pada 0,05
a= Independent T-Test
b= Chi Square

Tabel 2. Perbedaan tingkat pengetahuan dan sikap responden


Kelompok Intervensi Kelompok Kontrol
Variabel P*
Mean±SD (min-max) Mean±SD (min-max)
Sebelum 64,29±14,42 (42,1-84,2) 71,40±12,56 (31,6-94,7) 0,055d
Sesudah 76,10±10,85(52,6-94,7) 75,81±12,61 (36,8-94,7) 0,978d
Pengetahuan
P = 0,000b P = 0,000b
Selisih 11,80±12,30 ((-10,5)-42,1) 4,41±5,48 ((-10,5)-10,5) 0,001d
Sebelum 59,82±14,27 (26,7-86,7) 71,53±16,37 (33,3-100) 0,002c
Sesudah 72,07±15,7 (40-100) 75,13±16,97 (40-100) 0,389d
Sikap
P = 0,000a P = 0,027b
Selisih 12,25±14,69 ((-13,3)-53,3) 3,60±9,88 ((-20)-20) 0,011d
Ket:
Signifikansi pada p<0,05
a=Paired T-Test
b=Independent T-Test
c=Wilcoxon Signed Rank Test
d=Mann-Whitney

67
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol 15 / No. 2 / Agustus 2020

Sehingga aplikasi android Aneminfo dapat SIMPULAN


dikatakan cukup efektif dalam meningkatkan pengetahuan Aplikasi android Aneminfo dapat menjadi sarana
responden pada kelompok intervensi. Penelitian ini sejalan yang cukup efektif dalam memberikan edukasi mengenai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Safitri, dkk. yang anemia defisiensi besi sebagai upaya meningkatkan
juga menunjukkan adanya pengaruh pada penggunaan pengetahuan remaja dan mengingatkan remaja untuk
aplikasi android “SEHATI” sebagai media edukasi mencegah terjadinya anemia sejak dini. Aplikasi android
kesehatan dalam meningkatkan pengetahuan responden dapat menjadi salah satu alternatif media yang dapat
(p=0,001).23 digunakan sebagai sarana edukasi kesehatan.
Sikap merupakan suatu reaksi tertutup dari
seseorang terhadap stimulus yang didapatkan.20 Edukasi KEPUSTAKAAN
mengenai anemia defisiensi besi yang diberikan diharapkan 1. Office of Women’s Health. Factsheet of Women’s
dapat menumbuhkan sikap yang lebih baik terhadap upaya Health: Iron-deficiency Anemia. 2017;1–2. Available
pencegahan anemia defisiensi besi. from: www.womenshealth.gov
Pada penelitian ini, setelah kelompok intervensi 2. British Nutrition Foundation. Factsheet: Nutrition,
diberikan perlakuan berupa pemasangan aplikasi Aneminfo, Health and Schoolchildren Iron Deficiency Anaemia.
hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat peningkatan 2018. Avaliable from: www.nutrition.org.uk
nilai rerata yang signifikan yang sebelumnya sebesar 3. Dumilah PRA, Sumarmi S. Hubungan Kejadian
69,82±14,27 menjadi 72,02±15,7 (Tabel 2). Hal ini Anemia dengan Prestasi Belajar Siswi di SMP
menunjukkan adanya peningkatan sikap yang signifikan Unggulan Bina Insani. Amerta Nutr 2017;331–40.
pada kelompok intervensi setelah diberikan perlakuan 4. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Riset
(p=0,0001). Selain itu, pada kelompok kontrol juga Kesehatan Dasar 2018. Jakarta, Indonesia: 2018.
menunjukkan adanya perubahan sikap yang signifikan Available from: www.depkes.go.id
antara sebelum dan sesudah (p=0,022) dengan rerata skor 5. Aulia GY, Udiyono A, Saraswati LD, Adi MS.
yang sebelumnya 71,53±16,37 meningkat menjadi Gambaran Status Anemia pada Remaja Putri di
75,13±9,88. Hal ini dapat terjadi karena walaupun Wilayah Pegunungan dan Pesisir Pantai. J Kesehat
responden dari kelompok kontrol tidak diberikan aplikasi Masy 2017;5(1):193–200.
Aneminfo, namun sesuai dengan etika penelitian, 6. Balitbangkes RI. Riset Kesehatan Dasar Republik
responden tetap diberikan edukasi mengenai anemia Indonesia. Jakarta, Indonesia: 2013. Available from:
defisiensi besi melalui presentasi. Hasil ini sejalan dengan www.depkes.go.id
penelitian yang dilakukan oleh Sharrif, dkk. yang 7. Jaelani M, Simanjuntak BY, Yuliantini E. Faktor
menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan pada skor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian Anemia
sikap gizi setelah diberikan edukasi gizi.24 pada Remaja Putri. J Kesehat 2017;VIII(3):358–68.
Terdapat perbedaan rerata yang signifikan pada 8. Direktur Bina Gizi. Rencana Aksi Pembinaan Gizi
selisih skor antar kelompok walaupun kedua kelompok Masyarakat (RAPGM) Tahun 2010-2014. Jakarta,
sama-sama menunjukkan adanya perbedaan antara sebelum Indonesia: 2015. Available from:
dan sesudah perlakuan. Pada kelompok intervensi, antara www.gizikia.depkes.go.id/ter bitan/rencana-aksi-
sebelum dan sesudah perlakuan menunjukkan peningkatan pembinaan- gizi-masyarakat-rapgm-tahun-2010-
skor sikap sebesar 12,25±14,69, sedangkan pada kelompok 2014/
kontrol hanya menunjukkan peningkatan sebesar 9. Bobonis GJ, MIguel E, Puri-Sharma C. Anemia and
3,60±9,88. Melalui hasil ini dapat diketahui bahwa terdapat School Participation. J Hum Resour
perbedaan sikap yang signifikan antara kelompok yang 2006;XLI(4):693–721.
mendapatkan intervensi berupa pemasangan aplikasi 10. Soleimani N, Abbaszadeh N. Relationship between
Aneminfo dibandingkan yang tidak (p=0,011). Dengan Anaemia, caused from the Iron Deficiency, and
demikian dapat dikatakan bahwa aplikasi android Academic achievement among third grade high school
Aneminfo cukup efektif dalam meningkatkan sikap female students. Procedia - Soc Behav Sci
responden pada kelompok intervensi. Hal ini sejalan 2011;29:1877–84.
dengan penelitian yang dilaksanakan oleh Perdana, dkk. 11. Osungbade KO, Oladunjoye AO. Anaemia in
yang menunjukkan bahwa pemberian edukasi gizi melalui Developing Countries : Burden and Prospects of
aplikasi android mampu meningkatkan tingkat sikap gizi Prevention and Control. In: Silverberg D, editor.
yang lebih baik pada responden.25 Anemia. Nigeria: InTech; 2012; 115–27.
12. Jalambo MOA. Effect of Iron Supplementation and
Nutritional Education among Iron Deficient and Iron

68
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol 15 / No. 2 / Agustus 2020

Deficient Anemic Female Adolescents in the Gaza 20. Notoatmodjo S. Promosi Kesehatan dan Perilaku
Strip-Palestine. 2015. Kesehatan. Edisi Revi. Jakarta: Rineka Cipta; 2014.
13. Listiana A. Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan 21. Demirozu BE, Pehlivan A, Camliguney A. Nutrition
Dengan Kejadian Anemia Gizi Besi pada Remaja knowledge and behaviours of children aged 8-12 who
Putri di SMKN 1 Terbanggi Besar Lampung Tengah. attend sport schools. Pro-Soc Behav Sci
J Kesehat 2016;7(3):455–69. 2012;46:4713–7.
14. Putri RD, Simanjuntak BY, Kusdalinah. Hubungan 22. Ratiyun RS, Widyawati, Hapsari ED. Pengaruh
Pengetahuan Gizi, Pola Makan dan Kepatuhan Pendidikan Kesehatan Melalui Media Aplikasi
Konsumsi Tablet Fe dengan Kejadian Anemia Pada Android SESI-BUGAR terhadap Pengetahuan tentang
Remaja Putri. J Kesehat 2017;VIII(3):404–9 Kesehatan Reproduksi Remaja pada Siswa SMP di
15. Rahmayani I. Indonesia Raksasa Teknologi Digital Kota Bengkulu. 2018.
Asia. Kementerian Komunikasi dan Informasi 23. Safitri, Melinda H, Noegroho BS, Husein F, Marhaeni
Republik Indonesia. 2018. D, Djais JTB. Penerapan Aplikasi Sayang ke Buah
16. Yani A. Pemanfaatan Teknologi dalam Bidang Hati (SEHATI) terhadap Pengetahuan Ibu serta
Kesehatan Masyarakat. PROMTIF J Kesehat Masy Dampak pada Keterampilan Anak. Glob Med dan
2018;8(1):97–103. Heal Commun 2018;6(30):68–73.
17. Gubernur Jawa Tengah. SK No. 560/68 Tahun 2018: 24. Shariff Z, Bukhari S, Othman N, Hashim N, Ismail M,
UMK Jawa Tengah Tahun 2019. 2018. Jamil Z, et al. Nutrition education intervention
18. Lachat C, Khan L, Khan N, Dung N, Anh N, improves nutrition knowledge, attitude and practices
Roberfroid D, et al. Eating out of home in Vietnamese of primary school children: a pilot study. Int Electron
adolescents: socio-economic factors and dietary J Heal Educ 2008;11:119–32.
associations. J Clin Nutr 2009;90:1648–55. 25. Perdana F, Madanijah S, Ekayanti I. Pengembangan
19. Ruwanto B, Arifin R. SKM (Sukses Kuasai Materi) Media Edukasi Gizi Berbasis Android dan Website
IPA SMP Kelas VII, VIII, IX. Gramedia Widiasarana; Serta Pengaruhnya terhadap Perilaku Tentang Gizi. J
2016. Gizi Pangan 2017;12(3):169–78.

69

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai