Pengetahuan Ibu HIV Mempengaruhi Perilaku Pencegahan Penularan HIV/AIDS dari Ibu
ke Bayi di Provinsi Jawa Tengah
Korespondensi: khoiriyah.isni@gmail.com
**)
Magister Promosi Kesehatan Universitas Diponegoro Semarang
***)
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro
ABSTRAK
PMTCT merupakan program pemerintah untuk menekan terjadinya penularan HIV/AIDS ke
bayi. Inti dari kegiatan PMTCT adalah strategi mencegah terjadinya penularan HIV/AIDS dari
ibu ke bayi pada ibu hamil yang telah terinfeksi HIV. Namun masih terdapat ibu HIV yang
terlambat mengetahui status HIV sehingga tidak ikut serta dalam PMTCT. Penelitian ini
bertujuan mengetahui perilaku ibu HIV dalam upaya mencegah penularan HIV/AIDS dari ibu ke
bayi. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional.
Pengambilan data dilakukan pada 32 ibu HIV yang memiliki balita di Provinsi Jawa Tengah.
Analisis data menggunakan analisis univariat dengan distribusi frekuensi, bivariat
menggunakan Chi-Square dan Fisher Exact, dan multivariat menggunakan regresi logistik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang berhubungan dengan perilaku ibu HIV dalam
pencegahan penularan HIV/AIDS dari ibu ke bayi adalah usia bayi, waktu diketahui status HIV,
waktu mulai mengikuti ARV, keikutsertaan PMTCT, waktu mulai mengikuti PMTCT, dan
pengetahuan. Sedangkan faktor yang paling dominan terhadap perilaku ibu HIV dalam
pencegahan penularan HIV/AIDS dari ibu ke bayi adalah pengetahuan. Dari penelitian ini,
maka dapat disimpulkan bahwa pengetahuan dapat mempengaruhi perilaku ibu HIV dalam
pencegahan penularan HIV/AIDS dari ibu ke bayi.
Kata kunci : Ibu HIV, Pencegahan Penularan HIV/ADS dari ibu ke bayi, Provinsi Jawa Tengah
ABSTRACT
Behavior of HIV-Positive Mothers in Prevention Mother to Child Transmission of HIV/AIDS
in Central Java Province
PMTCT was government program to suppres HIV/AIDS and child. The point of PMTCT
activities was a strategy to prevent HIV/AIDS transmission from mothers living with HIV/AIDS
to their child. However, there were mothers living with HIV/AIDS who have been too late
knowing their status HIV status so that they did not join PMTCT. This study aims to learn about
HIV-positive mothers behavior in preventing of HIV/AIDS transmission from mother to child.
This research was a quantitative with cross sectional approach. The data was collected from 32
mothers living with HIV/AIDS who had toddler babies in Central Java Province. Data were
analyzed using univariate with frequency distribution, bivariate with chi square and fisher exact,
and multivariate with logistic regression. The result showed that the variable which correlated
towards behavior of HIV-positive mothers in preventing HIV/AIDS transmission from mother to
child were age of child, HIV status reveal time, time of joining ARV, joining PMTCT, time of
joining PMTCT, and knowledge. While, knowledge was the main variable that has considerable
influence on the behavior of HIV-positive mothers. From this research, can be conclude that
knowledge can affect HIV-positive mother’s behavior.
238
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 12 / No. 2 Agustus 2017
239
Pengetahuan Ibu HIV Mempengaruhi …… (Khoiriyah Isni, Zahroh S, Kusyogo C)
yang hidup dengan HIV untuk bayinya, dan Berdasarkan data Kementerian Kesehatan
(4) Memberikan perawatan yang tepat, Republik Indonesia, di Jawa Tengah mulai
perawatan dan dukungan untuk ibu yang hidup tahun 2010 sampai dengan bulan Juni 2013,
dengan HIV dan anak-anak dan keluarga jumlah kumulatif ibu hamil yang telah
mereka (WHO, 2010). Walaupun berbagai mendapatkan layanan PMTCT sebanyak 181
upaya telah dilaksanakan selama beberapa orang (Kemenkes, 2013). Dinas Kesehatan
tahun, ternyata cakupan PMTCT masih Provinsi Jawa Tengah melaporkan dari bulan
rendah, yaitu 10% di tahun 2004, kemudian januari hingga juni 2013 terdapat 43 ibu
meningkat menjadi 35% pada tahun 2007 dan dengan HIV positif dengan rentang usia 20-49
45% di tahun 2008 sesuai dengan laporan tahun dengan 16 kelahiran secara seksio
Universal Akses 2009. Bahkan pada laporan sesarea dan 6 kelahiran secara per vaginam.
Universal Akses 2010, cakupan layanan Serta terdapat 23 bayi lahir hidup dari ibu HIV
PMTCT di Indonesia masih sangat rendah, positif dan 3 bayi yang diperiksa HIV dengan
yaitu sebesar 6%, sehingga upaya peningkatan hasil positif, 46 bayi yang diberikan Makanan
cakupan sejalan dengan program pencegahan Pengganti ASI (MPASI) dan 40 bayi yang
perlu ditingkatkan. diberikan MPASI dan ASI secara bersamaan
Jawa Tengah menduduki urutan ke dari bulan januari hingga juni 2013. Pada
lima dengan kasus HIV/AIDS terbanyak dari bulan februari 2013, terdapat 6 bayi yang
bulan januari hingga juni 2013. Kasus diberikan ASI.
HIV/AIDS di Jawa Tengah berdasarkan fakto Berbagai macam upaya komprehensif
risiko penularan didominasi oleh kaum terkait pencegahan penularan dari ibu ke bayi
heteroseksual (81,7%) dan jumlah kasus telah dilakukan oleh fasilitas kesehatan.
terbanyak kedua adalah pada ibu rumah Namun tidak semua layanan kesehatan yang
tangga. Jika dibiarkan dan tidak ada intervensi berada di kabupaten/kota dapat memberikan
pada kaum perempuan termasuk ibu rumah layanan HIV/AIDS termasuk layanan
tangga, maka kasus HIV pada ibu rumah PMTCT. Sebagian besar layanan kesehatan
tangga akan meningkat yang diiringi dengan yang berada di kabupaten/kota yang tidak
peningkatan kasus HIV pada anak. Penularan mampu menangani pasien perempuan HIV
melalui perinatal menyumbang 5,1% kasus sampai pada tindakan besar seperti persalinan
HIV/AIDS di Jawa Tengah menurut faktor ibu HIV segera dirujuk ke Rumah sakit
risiko penularan (KPA Jateng, 2013). rujukan terdekat. Hal inilah yang
240
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 12 / No. 2 Agustus 2017
menyebabkan perempuan HIV terutama yang kesehatan yang belum memadai, tidak semua
sedang hamil atau memiliki balita tidak fasilitas kesehatan mampu memberikan
optimal dalam mengakses layanan PMTCT. layanan PMTCT. Cakupan pelayanan
Terlebih tanpa adanya dukungan dari orang antenatal K1 sudah cukup tinggi yaitu 92,7%
terdekat seperti pasangan atau suami dan namun cakupan pelayanan antenatal K4
keluarga. Berdasarkan laporan cakupan Dirjen (kualitas) baru mencapai 61,4% artinya masih
Kesehatan Ibu Kementerian Kesehatan tahun banyak ibu hamil yang belum mendapat
2012, cakupan ANC di Indonesia secara layanan yang berkualitas yaitu yang untuk
nasional mencapai lebih dari 90% untuk K-1 mencegah dan mendeteksi dini terjadinya
yang menunjukkan tingginya akses terhadap masalah/penyakit yang diderita ibu hamil
pelayanan pemeriksaan antenatal. Namun jika maupun janinnya, termasuk HIV pada ibu
cakupan ANC dibandingkan dengan hamil. Hal tersebut menjadikan kendala
rendahnya cakupan pelayanan PPIA, termasuk lainnya yaitu keterlambatan mengetahui status
pengobatan ARV, tampak kenyataan adanya HIV ibu hamil yang akan berdampak pada
miss-opportunity. Artinya ada Ibu hamil HIV perilaku ibu dalam mencegah penularan
yang tidak mengetahui statusnya, padahal HIV/AIDS ke bayi.
sebenarnya dia sudah datang ke fasilitas
METODE
layanan kesehatan untuk ANC (Kemenkes,
2013). Hal tersebut menunjukkan masih Jenis penelitian ini adalah penelitian non
adanya ibu hamil yang tidak mengikuti PPIA eksperimental (observasional) dengan
yang mengakibatkan naiknya jumlah kasus pendekatan cross sectional. Penelitian
HIV pada anak. Pelaksanaan antenatal care dilaksanakan tahun 2013-2014 pada ibu HIV
sendiri belum berjalan optimal, masih banyak yang memiliki balita. Jumlah ibu HIV yang
fasilitas kesehatan yang belum menerapkan memiliki balita di Provinsi Jawa Tengah
layanan antenatal care terpadu dengan adalah 32 orang, dan diambil dengan total
layanan PMTCT. sampling. Variabel independen dalam
penelitian ini adalah umur bayi, waktu
Sejauh ini, pelaksanaan program
diketahuinya status HIV ibu, waktu mulai
pencegahan penularan HIV-AIDS dari ibu ke
mengikuti ARV, keikutsertaan dalam PMTCT,
anak (PPIA) masih banyak kendala sejak
waktu mulai mengikuti PMTCT, dan
dicanangkan pemerintah pada tahun 2004.
pengetahuan. Sedangkan variabel
Kendala yang dialami diantaranya di fasilitas
241
Pengetahuan Ibu HIV Mempengaruhi …… (Khoiriyah Isni, Zahroh S, Kusyogo C)
dependennya adalah perilaku ibu HIV dalam tatalaksana pemberian makanan bagi bayi,
pencegahan penularan HIV/AIDS dari ibu ke mengatur kehamilan dan keluarga berencana,
bayi. Alat penelitian yang digunakan adalah pemberian profilaksis ARV dan kotrimoksazol
kuesioner. Pengumpulan data dilakukan pada anak, dan pemeriksaan diagnostik HIV
dengan metode wawancara. Hasil penelitian pada bayi yang lahir dari ibu dengan HIV
dianalisis secara univariat, bivariat, dan (Kemenkes, 2012). Kegiatan prong 1 tidak
multivariat. Analisis bivariat menggunakan termasuk dalam penelitian ini karena
chi-square, dan analisis multivariat responden yang diteliti adalah ibu dengan HIV
menggunakan regresi logistik. positif dan telah memiliki anak, sehingga
pencegahan penularan HIV pada perempuan
HASIL DAN PEMBAHASAN usia reproduksi (15-49 tahun) atau prong 1
Perilaku Ibu HIV dalam Pencegahan tidak terlaksana.
Penularan HIV/AIDS dari Ibu ke Bayi
Jumlah responden yang melahirkan
Berdasarkan hasil penelitian terkait
dengan cara pervaginam sebanyak 65,6% dan
perilaku ibu HIV dalam upaya pencegahan
jumlah responden yang melahirkan dengan
penularan HIV/AIDS dari ibu ke bayi, lebih
cara seksio sesarea sebanyak 34,4%. Jumlah
dari sebagian responden sebanyak 56,3%
responden yang melakukan konsultasi terlebih
memiliki perilaku yang baik dalam
dahulu sebelum memutuskan untuk memilih
pencegahan penularan HIV/AIDS dari ibu ke
cara persalinan sebanyak 53,1%, sisanya
bayi, sedangkan sisanya sebanyak 43,8%
sebanyak 46,9% tidak melakukan konseling
memiliki perilaku pencegahan penularan
sehubungan dengan memutuskan cara
HIV/AIDS dari ibu ke bayi yang buruk. Inti
persalinan. Alasan responden tidak melakukan
dari kegiatan pencegahan penularan
konseling terlebih dahulu sebelum
HIV/AIDS dari ibu ke bayi adalah strategi
memutuskan cara persalinan adalah belum
dalam mencegah terjadinya penularan
mengetahui status HIV saat persalinan,
HIV/AIDS dari ibu ke bayi pada ibu hamil
mereka baru mengetahui status HIV setelah
yang telah terinfeksi HIV. Jadi inti kegiatan
melakukan persalinan. Persalinan dengan cara
PMTCT terletak pada prong 3. Prong 3
pervaginam atau normal aman atau boleh
meliputi layanan ANC terpadu termasuk
dilakukan ketika kondisi ibu hamil yang
penawaran dan tes HIV, diagnosis HIV,
terinfeksi HIV memenuhi persyaratan yang
pemberian terapi ARV, persalinan aman,
telah ditetapkan yaitu viral load <1.000
242
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 12 / No. 2 Agustus 2017
kopi/µL dan telah memulai terapi ARV pada transient tachypea of the newborn (TTN)
usia kehamilan ≤14 minggu. Ketika kondisi (Clara, 2010).
ibu hamil yang terinfeksi HIV tidak memenuhi Hasil penelitian, jumlah responden yang
persyaratan tersebut maka dianjurkan untuk melakukan tes HIV sebelum persalinan hanya
melakkuan persalinan secara seksio sesarea. sebanyak 34,4%, sisanya sebanyak 65,6%
Hal tersebut dilakukan karena walaupun responden tidak melakukan tes HIV sebelum
persalinan secara normal diperbolehkan untuk persalinan. Sedangkan jumlah responden yang
ibu hamil yang terinfeksi HIV, namun melakukan tes CD4 sebelum persalinan dan
kemungkinan terjadinya penularan HIV ke setelah persalinan adalah sebanding yaitu
bayi masih besar yaitu sekitar 10-20%. sebesar 50%. Sebanyak 84,4% responden
tidak melakukan tes viral load sebelum
Penelitian kohort yang dilakukan di
persalinan dan hanya sebanyak 15,6%
Inggris dan Negara Eropa lainnya
responden yang melakukan tes viral load
menunjukkan bahwa penularan HIV/AIDS
sebelum persalinan. Sedikitnya responden
dari ibu ke bayi rata-rata <0,5% pada
yang melakukan tes viral load dikarenakan
perempuan dengan plasma viral load<50
harga tes yang sangat mahal sehingga
kopi/µL, termasuk dalam HAART, dan tidak
responden merasa keberatan untuk melakukan
memperhatikan sehubungan dengan cara
tes tersebut. Tes CD4 dan tes viral load
persalinan. Penelitian tersebut juga
diperlukan untuk ibu hamil yang terinfeksi
mendukung dan merekomendasikan praktik
HIV sebelum melakukan persalinan karena
persalinan secara pervaginam apabila ibu
untuk mengetahui kesehatan dan jumlah virus
hamil dengan HIV memenuhi persyaratan
yang ada dalam darah ibu HIV sehingga dapat
tersebut (British HIV Association, 2012).
digunakan untuk pertimbangan saat
Dalam Tatalaksana Infeksi HIV dalam
memutuskan pemilihan cara persalinan.
Kehamilan oleh Clara Marcaelia, dkk
dijelaskan bahwa cara persalinan harus Cara paling efektif untuk menekan
ditentukan sebelum umur kehamilan 38 replikasi HIV adalah dengan memulai
minggu untuk meminimalkan terjadinya pengobatan dengan kombinasi ARV yang
komplikasi persalinan, dan apabila diputuskan efektif. Pemberian ARV pada ibu hamil
memilih persalinan secara seksio sesarea maka dengan HIV selain dapat mengurangi risiko
sebaiknya dijadwalkan pada umur kehamilan penularan HIV dari ibu ke anak adalah untuk
39+ minggu, untuk meminimalkan risiko mengoptimalkan kondisi kesehatan ibu dengan
243
Pengetahuan Ibu HIV Mempengaruhi …… (Khoiriyah Isni, Zahroh S, Kusyogo C)
cara menurunkan kadar HIV serendah Menurut hasil penelitian, masih terdapat
mungkin. ARV diberikan sedini mungkin sebanyak 9,4% responden yang memberikan
ketika ibu hamil menunjukkan indikasi HIV. ASI kepada bayinya, 87,5% reponden hanya
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa memberikan susu formula saja, dan terdapat
semakin mendekati fase menjelang kelahiran sebanyak 3,1% responden yang memberikan
sampai dengan setelah kelahiran jumlah ASI dan susu formula bersamaan. Responden
responden yang mengonsumsi ARV semakin yang pernah memberikan ASI dan susu
banyak namun tetap masih terdapat responden formula sebanyak 37,5% dan rata-rata
yang tidak mengonsumsi ARV bahkan sampai memberikannya lebih dari 2 kali.
setelah kelahiran yaitu sebesar 21,9%. Selama
Demikian, konseling terkait pemberian
kehamilan lebih dari sebagian responden
makanan bayi sangat diperlukan untuk
(56,3%) tidak mengonsumsi ARV dan pada
menghindari hal-hal tersebut terjadi. Dalam
saat menjelang kelahiran responden yang
konseling perlu diingatkan bahwa pemberian
mengonsumsi dan tidak mengonsumsi ARV
pengganti ASI jangan sampai berdampak lebih
adalah sebanding yaitu 50%. Hal ini
buruk, artinya pemberian susu formula boleh
dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya
diberikan namun harus memenuhi syarat
adalah waktu diketahuinya status HIV
AFASS (Acceptable, Feasible, Affordable,
responden yang berbeda-beda.
sustainable, safe). Apabila tidak memenuhi
Pemberian ARV tidak hanya pada ibu syarat tersebut maka menurut WHO sebaiknya
saja, setelah persalinan bayi lahir dari ibu HIV bayi diberikan ASI eksklusif tanpa makanan
wajib diberikan profilaksis ARV selama 6 tambahan apapun selama 6 bulan. Sehubungan
minggu dan dilanjutkan kotrimoksazol untuk dengan hal tersebut, hampir sebagian resonden
anak sampai dengan umur 1 tahun atau sampai (43,8%) tidak melakukan konseling pemberian
diagnosis HIV ditegakkan. Dalam penelitian makanan bayi dari ibu HIV (BIHA).
ini sebanyak 40,6% bayi responden masih
Pada bayi lahir dari Ibu HIV (BIHA)
diberikan profilaksis ARV bayi. Usia rata-rata
pemberian imunisasi juga perlu diperhatikan.
bayi diberikan profilaksis untuk pertama kali
Pedoman yang dianjurkan berbeda-beda dari
adalah usia 5,72 minggu, dengan usia bayi
tahun ke tahun. Dulu bayi lahir dari ibu HIV
terendah 0 minggu, dan usia bayi tertinggi
tidak boleh diberikan imunisasi yang berupa
pemberian profilaksis 80 minggu atau 20
virus hidup seperti BCG, polio, dan campak.
bulan.
244
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 12 / No. 2 Agustus 2017
245
Pengetahuan Ibu HIV Mempengaruhi …… (Khoiriyah Isni, Zahroh S, Kusyogo C)
buruk lebih cenderung pada ibu HIV yang bayi responden dengan perilaku pencegahan
mulai mengikuti PMTCT setelah kehamilan penularan HIV/AIDS dari ibu ke bayi.
dibandingkan dengan ibu HIV yang mulai
Sesuai dengan pedoman PMTCT bahwa
mengikuti PMTCT sebelum kehamilan.
penularan HIV dari ibu ke anak pada
Berdasarkan nilai odds ratio yang umumnya terjadi pada saat persalinan dan saat
diperoleh dari hasil multivariat menunjukkan menyusui. Persalinan memiliki risiko sebesar
bahwa variabel pengetahuan tentang 10-20%, sedangkan menyusui ASI berisiko
pencegahan penularan HIV/AIDS dari ibu ke lebih besar yaitu 5-20%. Usia kurang dari 18
bayi memiliki pengaruh paling besar terhadap bulan merupakan usia yang masih rentan
perilaku ibu HIV dalam pencegahan penularan tertular HIV/AIDS dari ibu yang terinfeksi dan
HIV/AIDS dari ibu ke bayi di Provinsi Jawa antibodi ibu masih terdeteksi pada bayi,
Tengah. Ibu HIV yang memiliki pengetahuan sehingga tes HIV pada bayi dapat dilakukan
yang tinggi tentang pencegahan penularan setelah usia 18 bulan. Oleh karena itu,
HIV/AIDS dari ibu ke bayi memiliki sebelum penegakan status HIV bayi, upaya
kecenderungan 9,259 kali lebih besar untuk pencegahan penularan HIV/AIDS dilakukan
berperilaku baik dalam pencegahan penularan sedini mungkin setelah status HIV ibu
HIV/AIDS dari ibu ke bayi dibandingkan diketahui. Upaya pencegahan penularan HIV
dengan ibu HIV yang memiliki pengetahuan ke bayi yang dapat dilakukan ibu HIV setelah
yang rendah. persalinan diantaranya pemberian profilaksis
bayi, pemberian nutrisi/makanan utama bayi,
Karakteristik Ibu HIV Berdasarkan Usia
dan pemberian imunisasi (Kemenkes, 2012).
Bayi
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa Dalam penelitian ini, setelah responden
sebagian besar bayi responden adalah berusia mengetahui status HIV,responden dianjurkan
diatas 18 bulan (56,3%), rata-rata usia bayi untuk mengikuti program PMTCT. Upaya
responden adalah 21,91 bulan, dengan usia yang dilakukan untuk mencegah penularan ke
terendah adalah 2 bulan, dan usia bayi yang bayi mengikuti tahap dimana responden
paling tinggi adalah 48 tahun (4 tahun). terdeteksi HIV. Responden yang terdeteksi
Demikian menurut hasil analisis bivariat chi- HIV, setelah persalinan maka upaya yang
square, diperoleh nilai p=0,025 yang artinya dianjurkan untuk dilakukan yaitu memberikan
terdapat hubungan yang signifikan antara usia susu formula kepada bayi, dan boleh
246
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 12 / No. 2 Agustus 2017
memberikan imunisasi bayi apabila bayi tidak HIV/AIDS dari ibu ke bayi, karena nilai p
menunjukkan gejala klinis HIV atau AIDS. lebih kecil dari 0,05.
Namun untuk bayi dengan ibu terdeteksi HIV Selain kesiapan yang matang dalam
saat bayi usia setelah 18 bulan, maka merencanakan keturunan, mereka juga aktif
dianjurkan untuk melakukan tes HIV terlebih mencari informasi terkait kesehatan bayi
dahulu pada bayi, sehingga penegakan status seperti pemberian makanan bayi dari ibu HIV,
HIV jelas. imunisasi bayi dari ibu HIV. Berbeda dengan
responden yang mengetahui status HIV ketika
Umumnya pada bayi dengan ibu yang
setelah kehamilan atau dalam fase sedang
diketahui status HIV setelah bayi berusia 18
hamil, saat menjelang kelahiran atau setelah
bulan, status HIV bayi juga positif.
melahirkan. Pada responden yang seperti ini,
Selanjutnya, bayi diberikan terapi ARV bukan
belum dapat menerima status HIVnya juga
profilaksis bayi. Dalam penelitian ini, terdapat
merasakan malas dan capek untuk mengakses
beberapa bayi dengan keadaan tersebut,
layanan kesehatan. Kondisi kehamilan
namun terdapat juga responden yang
membuat mereka enggan mengikuti
melakukan upaya pecegahan penularan
pengobatan. Perilaku yang demikian dapat
HIV/AIDS ke bayi saat sebelum kehamilan,
berpengaruh terhadap kesehatan bayinya,
menjelang persalinan, dan setelah persalianan.
apabila kesiapan mental dan pencegahan
Risiko penularan HIV/AIDS dari ibu ke bayi
penularan dilakukan sedini mungkin, maka
dapat berkurang apabila upaya pencegahan
risiko penularan HIV/AIDS ke bayi dapat
dilakukan sedini mungkin.
ditekan.
Karakteristik Ibu HIV Berdasarkan Waktu Karakteristik Ibu HIV Berdasarkan Waktu
diketahui Status HIV Mulai Mengikuti terapi ARV
Lebih dari sebagian responden sebesar Dari hasil analisis univariat menunjukkan
68,8% mengetahui status HIV ketika setelah bahwa, sebesar 75% responden kali pertama
kehamilan, sisanya sebesar 31,3% responden mengikuti terapi ARV ketika setelah
mengetahui status HIV sebelum kehamilan. kehamilan. Hanya sebesar 25% responden
Hasil analisis bivariat menggunakan uji fisher yang mengikuti terapi ARV sebelum
exact menunjukkan bahwa terdapat hubungan kehamilan. Hal ini dikarenakan responden
signifikan antara waktu diketahui status HIV baru mengetahui status HIV setelah kehamilan
dengan perilaku pencegahan penularan ketika kunjungan kehamilan (Antenatal care),
247
Pengetahuan Ibu HIV Mempengaruhi …… (Khoiriyah Isni, Zahroh S, Kusyogo C)
248
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 12 / No. 2 Agustus 2017
kehamilan (71,9%), sedangkan sisanya 28,1% dari ibu ke bayi, dengan nilai p=0,002.
waktu kali peratama mengikuti PMTCT ketika Responden mengungkapkan bahwa dirinya
sebelum melahirkan. Hal ini dapat dikatakan terdeteksi HIV ketika hamil 5 bulan dan
bahwa sebagian besar responden tidak mempunyai infeksi oportunistik berupa TB,
mengikuti PMTCT dari awal. Responden hal ini berpengaruh terhadap praktik dirinya
mulai mengikuti PMTCT saat sedang hamil, dalam menjaga kesehatan bayinya seperti
ketika menjelang kelahiran, atau setelah ketidakpatuhan minum obat ARV, pemberian
kelahiran. ASI dan pemberian profilaksis bayi yang tidak
rutin.
Distribusi frekuensi menurut waktu mulai
mengikuti PMTCT, sebesar 53,1% responden SIMPULAN
tidak mengikuti PMTCT. Sedangkan yang Ibu HIV yang memiliki perilaku buruk
mengikuti mengikuti PMTCT sejak sebelum dalam pencegahan penularan HIV/AIDS dari
kehamilan sebesar 28,1%. Lainnya, sebesar ibu ke bayi yaitu sebesar 43,8%. Pengetahuan
9,4% responden mengikuti PMTCT ketika merupakan faktor yang paling berpengaruh
hamil dan menjelang persalinan. Hal ini terhadap perilaku ibu HIV dalam pencegahan
menunjukkan bahwa masih banyak responden penularan HIV/AIDS dari ibu ke bayi. Faktor-
yang terlambat atau bahkan tidak mengikuti faktor lain yang berhubungan dengan perilaku
PMTCT mulai dari awal kehamilan. ibu HIV dalam pencegahan penularan
HIV/AIDS dari ibu ke bayi yaitu usia bayi,
Berdasarkan hasil tabulasi silang
waktu diketahui status HIV, waktu mulai
responden menurut waktu mulai mengikuti
mengikuti terapi ARV, keikutsertaan PMTCT,
PMTCT, diketahui bahwa 60,9% responden
waktu mulai mengikuti PMTCT, pengetahuan
yang berperilaku buruk dalam mencegah
tentang pencegahan penularan HIV/AIDS dari
penularan HIV/AIDS dari ibu ke bayi dengan
ibu ke bayi.
waktu mulai mengikuti PMTCT ketika setelah
kehamilan. ACKNOWLEDGEMENT
Dalam hal ini penulis mengucapkan
Hasil analisis bivariat dengan
terima kasih kepada Menteri Pendidikan
menggunakan uji fisher exact menunjukkan
Nasional yang telah memberikan dukungan
bahwa terdapat hubungan yang signifikan
pembiayaan melalui Program Beasiswa
antara waktu mulai mengikuti PMTCT dengan
Unggulan jalur Fast Track berdasarkan DIPA
perilaku pencegahan penularan HIV/AIDS
249
Pengetahuan Ibu HIV Mempengaruhi …… (Khoiriyah Isni, Zahroh S, Kusyogo C)
250
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 14 / No. 2 / Agustus 2019
ABSTRACT
Background: Keluarga Sehat (KS) application is a system to provide data and information
about family’s health which expected to have benefit to the programmer in developing health
promotion planning in health center. The benefit of this program would be maximized when
man,organization and technology support each other. This study aims to evaluate the
utilization of KS application and its effect to the performance of health promotion
programmer in developing health programs.
Method: This is quantitative study with cross sectional approach to identify and examine
causal relationships between user satisfaction, system utilization and health staff performance
in health promotion programs. There were 60 health promotion staffs from health centers
who were trained about KS application in 2016-2018 by Ministry of Health or Pati and
Semarang City Health Offices were involved in this study. Independent variables consists of
system quality, information quality, personal capability, leadership or management support,
co-worker support and availability of facilities. Whilst, dependent variables consists of user
satisfaction, system utilization and performance of health promotion staffs. The analysis of the
system refers to HOT-Fit Model.
Results: Personal capability, system utilization, leadership or management supports have
significantly positive influence on the performance of health promotion staffs. User
satisfaction, co-worker support, availability of facilities, system quality and information
quality both directly and indirectly through user satisfaction and system utilization did not
have any significant influence on the performance of health promotion staffs. It is
recommended to provide training in processing and analyzing data from the application as
well as strengthening internet network and adding the server.
Keywords: application, performance, health promotion, HOT-Fit Model
92
Pengaruh Pemanfaatan Aplikasi Keluarga… (Ekowati, Zahroh S., Farid A.)
93
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 14 / No. 2 / Agustus 2019
94
Pengaruh Pemanfaatan Aplikasi Keluarga… (Ekowati, Zahroh S., Farid A.)
95
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 14 / No. 2 / Agustus 2019
konstruk dengan konstruk lainnya. Model tampilan menarik dan aplikasi menyediakan
pada penelitian ini telah memenuhi data untuk perencanaan, tetapi hanya
convergent validity dan discriminat validity. indikator kemudahan penggunaan, tampilan
Sedangkan uji reliabilitas pada penelitian menarik dan aplikasi menyediakan data
ini berdasarkan reliabilitas konstruk, yaitu untuk perencanaan yang memenuhi faktor
konstruk dinyatakan reliabel jika nilai loading ≥ 0,50. Variabel kualitas informasi
composite reliability > 0,70.(10) Model pada diukur dengan 6 indikator yaitu
penelitian ini juga telah memenuhi validitas kelengkapan informasi, kemudahan
konstruk. pembacaan data, ketepatan waktu,
Hasil analisis outer model dengan keakuratan data, relevansi informasi dan
indikator valid dan reliabel dapat dilihat informasi tersedia setiap saat, tetapi hanya
pada gambar 1. Variabel kualitas sistem indikator kelengkapan informasi,
diukur dengan 6 indikator, yaitu kemudahan kemudahan pembacaan data dan relevansi
penggunaan, menu-menu berjalan sesuai informasi yang memenuhi faktor loading ≥
fungsinya, keamanaan, kemudahan akses, 0,50.
96
Pengaruh Pemanfaatan Aplikasi Keluarga… (Ekowati, Zahroh S., Farid A.)
97
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 14 / No. 2 / Agustus 2019
98
Pengaruh Pemanfaatan Aplikasi Keluarga… (Ekowati, Zahroh S., Farid A.)
99
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 14 / No. 2 / Agustus 2019
Tabel 2. Lanjutan
Tidak setuju Setuju
Variabel Indikator
(%) (%)
Kepuasan Puas dengan tampilan aplikasi 21,67 78,33
pengguna Informasi sesuai kebutuhan perencanaan 31,67 68,33
Tidak ada kendala dalam mengoperasikan aplikasi 41,67 58,33
Informasi mencukupi kebutuhan perencanaan 45,00 55,00
Aplikasi mudah dioperasikan 50,00 50,00
Pemanfaatan Sering menggunakan 30,00 70,00
sistem Mampu mengeksplor menu-menu 18,33 81,67
Bisa mengeksport data ke program lain 13,33 86,67
Mengakses aplikasi untuk mendapatkan data 5,00 95,00
kesehatan keluarga
Mengunduh data IKS untuk perencanaan kegiatan 15,00 85,00
Dukungan Kepala puskesmas mendukung penggunaan 0 60,00
pimpinan/ aplikasi
manajemen Kepala puskesmas mendukung pemanfaatan data 8,33 91,67
Implementasi aplikasi dilaksanakan dengan baik 45,00 55,00
Ada dukungan keuangan 33,33 66,67
Manajemen mendukung pemanfaatan data 11,67 88,33
Dinas Kesehatan mendukung pemanfaatan data 11,67 88,33
Ada pelatihan penggunaan aplikasi 6,67 93,33
Ada pelatihan analisis data dari aplikasi 8,33 91,67
Dukungan Rekan kerja mendukung penggunaan data untuk 13,33 86,67
rekan kerja perencanaan
Ada komunikasi untuk memanfaatkan data 16,67 83,33
Rekan kerja menggunakan data untuk perencanaan 26,67 73,33
Rekan kerja membantu mengakses aplikasi 40,00 60,00
Ketersediaan Dukungan internet 0 100,00
fasilitas Dukungan computer 23,33 76,67
Dukungan modem/ paket data 30,00 70,00
Dukungan smartphone 48,33 51,67
Dukungan dana 8,33 91,67
Kinerja Menganalisis data 0 100,00
petugas Mengidentifikasi masalah prioritas 3,33 96,67
promkes Menggunakan parameter tertentu untuk 15,00 85,00
menentukan masalah prioritas
Mengidentifikasi akar penyebab masalah 11,67 88,33
Menyusun kegiatan promosi kesehatan 3,33 96,67
Merencanakan diseminasi informasi 1,67 98,33
Merencanakan pemberdayaan masyarakat 5,00 95,00
Merencanakan pemberdayaan kader 15,00 85,00
Merencanakan kegiatan advokasi 5,00 95,00
Merencanakan penyuluhan 6,67 93,33
Merencanakan pembuatan media cetak 25,00 75,00
Rencana yang dibuat sejalan dengan masalah 3,33 96,67
prioritas puskesmas
Rencana memberikan andil dalam mengatasi 21,67 78,33
masalah
100
Pengaruh Pemanfaatan Aplikasi Keluarga… (Ekowati, Zahroh S., Farid A.)
Tabel 2. Lanjutan
Tidak setuju Setuju
Variabel Indikator
(%) (%)
Rencana yang dibuat dihargai manajemen 8,33 91,67
puskesmas
Rencana sejalan dengan renstra Dinas Kesehatan 3,33 96,67
Memberikan saran kepada rekan kerja untuk 13,33 86,67
menggunakan data dari aplikasi
101
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 14 / No. 2 / Agustus 2019
102
Pengaruh Pemanfaatan Aplikasi Keluarga… (Ekowati, Zahroh S., Farid A.)
103
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 14 / No. 2 / Agustus 2019
104
Pengaruh Pemanfaatan Aplikasi Keluarga… (Ekowati, Zahroh S., Farid A.)
105
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 14 / No. 2 / Agustus 2019
106
Pengaruh Pemanfaatan Aplikasi Keluarga… (Ekowati, Zahroh S., Farid A.)
107
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol 16 / No. 1 / Januari 2021
ABSTRACT
Background: In 2016, the number of Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) patients in Correspondence
Southeast Sulawesi has reported as much as 3,433 cases with IR 132.50 per 100,000 tinihien65@yahoo.co.id
populations. The highest case incidence in Kendari reached 1,093 cases (IR =
372.80 per 100,000 population) with the highest cases in the age group 5-14 years Article History
reaching 44.9%. This study aims to examine the effect of snake-ladders modification Received 10 July 2020
game, as an educative game, for improving DHF prevention in terms of attitudes and Revised 30 December 2020
behavior of scout students in elementary school. Accepted 11 January 2021
Method: The study is a quasi-experimental study with pretest-posttest group design Available Online 15 January 2021
by using purposive sampling. The subject is 50 students of Primary School Scouts in
the working area of Puskesmas Poasia, Kendari City. Data was collected using a Keywords
questionnaire and analyzed by Wilcoxon and Mann-Whitney tests. Health education
Results: There is an increase of knowledge (p < 0,001), attitudes (p < 0,001), and Dengue Hemorrhagic Fever
practices (p < 0,001) of primary school students in the prevention of DHF by Educative games
providing educational game through snake-ladders modification. It recommends Elementary school
that educational game needs to be developed for health education in elementary Scout
students.
DOI
10.14710/jpki.16.1.31-37
31
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol 16 / No. 1 / Januari 2021
2012 terdapat 114 kasus, kemudian pada tahun 2013 pramuka sekolah dasar dalam upaya pencegahan DBD di
meningkat menjadi 231 kasus kemudian pada tahun 2014 wilayah kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari.
terdapat 30 kasus kemudian pada tahun 2015 terdapat 78
kasus dan tahun 2016 meningkat menjadi 1.094 kasus (IR: METODE
372,80). Berdasarkan kelompok umur, angka penderita Penelitian ini menggunakan metode Quasi
tertinggi pada usia 5-14 tahun sebanyak 46,7% pada tahun Eksperimental dengan rancangan non-equivalent control
2013, kemudian menurun menjadi 40% pada tahun 2014, group design. Intervensi penelitian ini berupa permainan
tahun 2015 meningkat menjadi 44.9% dan pada tahun 2016 edukatif tentang penanggulangan DBD dengan
semakin meningkat menjadi 46,8%, serta disusul kelompok memodifikasi permainan ular tangga. Dua sekolah dasar di
umur >15 tahun (35,4%) dan <5 tahun (17,82%)7. Kasus wilayah kerja Puskesmas Poasia yang berbeda lokasi
DBD tertinggi berada di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia dijadikan kelompok kontrol dan kelompok intervensi.
dengan 148 kasus pada tahun 2016. Berdasarkan data dari Subyek penelitian yaitu siswa sekolah dasar yang aktif di
Puskesmas Poasia, terdapat 54% dari seluruh kelompok kegiatan pramuka, dengan jumlah subyek masing-masing
umur yang menderita DBD berada di usia sekolah yaitu 5-14 sebanyak 25 siswa pramuka yang sedang tidak menjalani
tahun. Secara spesifik, 37,5% di antaranya berusia 6-12 persiapan ujian akhir nasional.
tahun yang termasuk dalam kategori usia sekolah dasar 8. Materi pendidikan kesehatan yang dituangkan
Perubahan iklim yang berpengaruh terhadap dalam permainan ular tangga berisi definisi, penyebab, cara
kehidupan vektor menjadi salah satu penyebab penularan dan pencegahan DBD. Informasi pada permainan
meningkatnya kasus DBD. Faktor perilaku dan partisipasi ular tangga berupa pesan gambar dan tulisan. Permainan ular
masyarakat yang masih kurang dalam kegiatan tangga dicetak dalam MMT ukuran 4 x 5 meter. Terdapat 5
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) serta faktor kelompok yang beranggotakan masing-masing 5 siswa.
pertambahan jumlah penduduk dan faktor peningkatan Pemilihan kelompok yang bermain terlebih dahulu
mobilitas penduduk yang sejalan dengan semakin ditentukan dengan melempar dadu. Permainan ular tangga
membaiknya sarana transportasi turut menyebabkan dilakukan satu kali pada setiap kelompok dengan lama
penyebaran virus DBD semakin mudah dan semakin luas2,3,5. bermain 1-2 jam. Ketika anggota siswa bermain, maka siswa
Tingginya kasus DBD pada anak terutama pada usia lainnya menunggu giliran. Setiap anggota diwajibkan
sekolah menjadikan pendidikan kesehatan untuk kelompok mengikuti permainan sampai selesai.
ini harus selalu diupayakan dan berkesinambunga. Pengukuran variabel pengetahuan, sikap dan
Pendidikan kesehatan pada anak usia sekolah dasar perlu praktik (PSP) dilakukan sebelum intervensi dan setelah
diupayakan untuk meningkatkan pemahaman tentang DBD intervensi. Pengukuran PSP pada kelompok kontrol
dan pencegahannya. Intervensi pendidikan kesehatan dilakukan dalam periode yang sama dan diukur 2 kali.
berbasis sekolah merupakan alat yang efektif untuk Pengukuran menggunakan kuesioner yang telah diuji coba
menurunkan angka DBD dibandingkan intervensi lainnya9. dan diuji validitas. Hasil pengukuran dianalisis dengan uji
Anak-anak mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi serta statistik Wilcoxon dan Mann-Whitney pada tingkat
keinginan yang kuat dalam mempelajari hal-hal baru yang kepercayaan 95%.
ditemuinya. Mereka dapat berperan sebagai agen perubahan Penelitian ini telah mendapatkan kelayakan etik
yang efektif sehingga mampu membawa perubahan perilaku oleh Komisi Etik Penelitian Fakultas Kesehatan Masyarakat
sehat di lingkungannya10. Universitas Diponegoro No. 075/EC/FKM/2018.
Metode edukasi yang tepat untuk anak usia sekolah
adalah melalui permainan edukatif seperti permainan ular HASIL DAN PEMBAHASAN
tangga. Edukasi melalui permainan di sekolah dapat Tabel 1 menjelaskan bahwa karakteristik responden
memanfaatkan kegiatan ekstrakulikuler yaitu pramuka. berdasarkan umur antara kelompok intervensi dan kontrol
Pramuka merupakan wadah aktivitas anak sekolah yang menunjukkan hasil bahwa jenis kelamin responden pada
mempunyai kapasitas tinggi dalam membentuk kepribadian kelompok intervensi lebih banyak perempuan (60%) dan
bertanggung jawab dan menumbuhkan rasa kebersamaan kelompok kontrol paling banyak berjenis kelamin laki-laki
dan jiwa sosial yang tinggi. Aktivitas siswa pramuka dapat (64%). Secara statistik, perbandingan persentase berdasarkan
dipantau dan dievaluasi langsung oleh pembina pramuka jenis kelamin pada kedua kelompok adalah sebanding (p
sehingga keberlanjutan edukasi dapat terjamin dan value=0,089) atau tidak terdapat perbedaan antara kedua
memberikan manfaat secara langsung. kelompok. Demikian juga dengan sebaran usia responden
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pada kelompok intervensi dan kontrol (p value=0,531),
pengaruh pendidikan kesehatan melalui permainan edukatif sehingga dapat diinterpretasikan bahwa karakter responden
terhadap peningkatan pengetahuan, sikap dan praktik siswa pada kedua kelompok tersebut setara.
Tabel 2 menunjukkan bahwa nilai pre-test
32
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol 16 / No. 1 / Januari 2021
terendah yaitu ada pada pernyataan nyamuk DBD senang beberapa indikator sikap.
beraktivitas pada malam hari. Sedangkan nilai pre-test Tabel 4 menunjukkan nilai pre-test dan post-test
tertinggi ada pada pernyataan bak mandi dapat menjadi responden pada variabel praktik pencegahan serta
tempat hidup nyamuk. Terjadi peningkatan pengetahuan pengendalian DBD. Nilai post-test kelompok intervensi
pada kelompok intervensi. Pengetahuan mengenai yang paling tinggi adalah 96 ada pada 3 indikator praktik
pencegahan DBD dilihat melalui 15 indikator. yaitu memberitahu orang tua jika di bak mandi ada jentik,
Sikap responden mengenai pencegahan serta membersihkan rumah dari kontainer yang ada jentik, serta
pengendalian DBD dilihat melalui 12 indikator pada tabel menyemprot rumah dengan anti nyamuk setiap hari.
3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi Sedangkan pada kelompok kontrol nilai post-test tertinggi
peningkatan nilai post-test variabel sikap responden pada adalah 48 yaitu pada indikator membuang sampah pada
kelompok intervensi. Nilai post-test variabel sikap pada tempatnya.
kelompok kontrol menunjukkan terjadi penurunan di
33
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol 16 / No. 1 / Januari 2021
Tabel 5 menunjukkan nilai median pada variabel statistik untuk pengetahuan pada kelompok kontrol untuk
pengetahuan pada kelompok intervensi untuk pre-test setara pre-test sebesar 46,6 dan post-test sebesar 53,3. Skor
adalah 40, sedangkan untuk post-test 1 sebesar 73,3. tersebut secara statistik tidak bermakna (p value=0,874).
Berdasarkan hasil tersebut, dapat terlihat bahwa pada post- Baik skor sikap dan praktik pada kedua kelompok
test 1 terjadi peningkatan pengetahuan dibanding sebelum didapatkan hasil yang sama, yaitu secara statistik bermakna
intervensi. Dari hasil uji tersebut diperoleh hasil bahwa antara sebelum intervensi dan setelah intervensi. Skor sikap
terdapat perbedaan yang bermakna terhadap tingkat meningkat 16,6 setelah intervensi (p<0,0001) dan meningkat lagi
pengetahuan antara pre-test dan post-test 1. Peningkatan sebesar 4 skor. Skor praktik jauh meningkat setelah intervensi
pengetahuan terukur juga pada post-test 2. Hasil uji sebesar 40 skor (p<0,0001).
34
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol 16 / No. 1 / Januari 2021
Tabel 5. Perilaku pengendalian DBD pada kelompok Peningkatan pengetahuan, sikap dan praktik (PSP) siswa SD
intervensi dan kontrol dengan uji Wilcoxon yang aktif di pramuka meningkat dua kali dibandingkan
Median sebelum intervensi, peningkatan PSP berlangsung sampai
Variabel p value
Pre Post 1 Post 2 pada pengamatan kedua (post-test 2), namun tidak terlalu
Pengetahuan signifikan. Pada kelompok siswa pramuka SD kontrol yang
Intervensi 40 73,3 80 0,000* tidak diberikan intervensi yang berupa permainan edukatif
Kontrol 46,6 53,3 0,874 mempunyai skor median PSP yang tetap sama. Hal ini
Sikap menunjukkan bahwa intervensi permainan edukatif dapat
Intervensi 66,7 83,3 87,5 0,001* meningkatkan PSP siswa pramuka SD. Pemberian intervensi
Kontrol 70,8 66,7 0,426 dilakukan setiap minggu terutama pada saat kegiatan
Praktik pramuka diadakan di sekolah, dan berlangsung sampai 1
Intervensi 40 80 86,7 0,000* bulan. Dua kelompok sekolah yang digunakan adalah
Kontrol 26,7 40 0,052 sekolah yang berbeda sehingga kontaminasi antar subyek
Keterangan: Tanda * menunjukkan siginifikan pada penelitian dapat diminimalkan. Karakteristik terkait jenis
α=0,05 dengan uji Wilcoxon antara pre-test dan post-test kelamin dan umur antara kedua kelompok sebanding. Usia
pengukuran ke satu (post-test 1) siswa pada kelompok intervensi maupun kelompok
kontrol tidak begitu jauh berbeda dalam segi jumlah dan
Tabel 6. Perilaku pengendalian DBD pada kelompok juga batas usia terbawah yaitu 10 tahun dan batas tertinggi
intervensi dan kontrol dengan uji Mann Whitney 12 tahun. Berdasarkan jenis kelamin, pada kelompok
Variabel Median P value intervensi responden perempuan merupakan responden
Pengetahuan terbanyak, sedangkan pada kelompok kontrol responden
Intervensi 80 <0,0001* laki-laki yang memiliki jumlah terbanyak, namun secara
Kontrol 53,3 statistik tidak bermakna atau setara.
Sikap Permainan edukatif merupakan salah satu metode
Intervensi 87,5 <0,0001* yang menarik dan efektif dalam meningkatkan PSP anak usia
Kontrol 66,7 sekolah dasar. Permainan edukatif memuat pesan
sederhana dan mudah dipahami. Metode ini dapat
Praktik
membuat siswa aktif dalam bermain sekaligus belajar
Intervensi 83,3 <0,0001*
sehingga memudahkan menyerap pengetahuan tentang DBD
Kontrol 40
dan kemudian mampu menerapkannya dalam kehidupan
Keterangan: Tanda * menunjukkan siginifikan pada
siswa sehari-hari. Permainan memiliki manfaat dan
α=0,05 dengan uji Mann Whitney antara post-test pada
berdampak positif pada perkembangan emosional dan
intervensi dan kontrol.
intelektual anak itu sendiri12.
Permainan edukatif berupa ular tangga juga
Perbedaan pengetahuan, sikap dan praktik antara
dilakukan oleh beberapa peneliti dengan menampilkan
kelompok intervensi dan kontrol yang diukur setelah periode
pesan yang berbeda sesuai dengan tujuan penelitian.
tertentu (post-test pertama) secara statistik bermakna.
Penelitian yang dilakukan Handayani dalam
Median skor pengetahuan stelah intervensi sebesar 80
meningkatkan pengetahuan tentang manfaat buah dan
dibandingkan dengan kontrol 53,3 (p<0,0001), median skor
sayur pada anak anak13, dan Zamzami untuk pencegahan
sikap 87,5 (p<0,0001) dibanding kelompok kontrol sebesar
penyakit PES14 menunjukkan hasil bahwa permainan ular
66,7. Median skor untuk praktik dua kali lipat dibandingkan
tangga merupakan media yang efektif untuk menyampaikan
kontrol (p<0,0001).
berbagai pesan kesehatan pada anak usia sekolah dasar.
Keterlibatan siswa SD dalam pengendalian DBD
Keberhasilan suatu pendidikan dipengaruhi oleh strategi
sangat dibutuhkan mengingat angka insiden DBD pada anak
yang digunakan, metode serta alat bantu yang dapat
sekolah cukup tinggi11. Metode yang diberikan ini memiliki
menunjang keberhasilan kegiatan pendidikan tersebut12.
efektivitas yang baik terutama diberikan pada kelompok
Penyuluhan kesehatan sangat erat kaitannya dengan hal-hal
sasaran siswa sekolah dasar. Diharapkan metode ini
yang dapat mengubah perilaku dan membantu mendapatkan
memiliki kontribusi dalam penanggulangan DBD di sekolah.
tujuan yang diharapkan13.
Penelitian ini berfokus pada pendidikan kesehatan melalui
Program kesehatan yang dilakukan oleh dinas
permainan edukatif.
kesehatan melalui puskesmas sudah berjalan, terutama
Intervensi permainan edukatif yang berbentuk ular
dalam melaksanakan Program Pemerintah yaitu GERMAS
tangga yang berisikan pesan-pesan kesehatan mengenai
(Gerakan Masyarakat Hidup Sehat), seperti DBD, diare dan
DBD dan pencegahan diberikan pada kelompok intervensi.
PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat). Germas untuk
35
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol 16 / No. 1 / Januari 2021
anak sekolah diberikan dengan metode penyuluhan klasik, 4. WHO. Comprehensive Guidelines for Prevention and
meskipun dalam metode penyuluhan juga digunakan alat Control of Dengue and Dengue Haemorrhagic Fever
bantu media leaflet dan poster. Media leaflet dan poster (Revised and expanded edition). India : New Dehli.
bentuknya adalah pasif, sedangkan pada kelompok usia 2011
sekolah dasar lebih menyukai suasana interaktif seperti yang 5. Pusat Data dan Surveilans Epidemiologi Kemenkes RI.
dapat diperoleh melalui bermain. Permainan edukatif perlu Buletin Jendela Epidemiologi Demam Berdarah
dikembangkan dan diberikan untuk memberikan suasana Dengue. 2010. Agust ; 1 : 1-14
yang berbeda dan anak tidak mudah bosan15. 6. Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2017.
Siswa sekolah dasar yang dipilih dalam penelitian Jakarta : Kemenkes RI. 2018.
ini adalah siswa yang aktif mengikuti kegiatan pramuka di 7. Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara. Profil
sekolahnya. Hal ini dikarenakan pramuka merupakan wadah Kesehatan Sulawesi Tenggara Tahun 2016. Kendari :
bagi siswa sekolah untuk kreatif, menolong sesama dan Dinkes Provinsi Sulawesi Tenggara. 2017
berjiwa sosial yang tinggi, sehingga ketika anak mendapatan 8. Dinas Kesehatan Kota Kendari. Laporan Kasus DBD di
pengetahuan dan inovasi yang baru maka mereka dapat Kota Kendari Tahun 2016. Kendari : Dinke Kota
menjadi penggerak bagi teman sebaya di lingkungan Kedari. 2017.
sekolahnya. Berdasarkan hasil ini, maka puskesmas dapat 9. Deepthi R, Naresh Kumar SJ, Prasanna Kamath BT,
memasukkan program-program kesehatan anak sekolah Rajeshwari H. Participatory school health education on
melalui wadah kepramukaan16. vector-borne diseases: Engaging children as change
Bermain sebuah permainan memiliki manfaat pada agents. Int J Health Promot Educ. 2014. 52 (issue 2) :
anak dan memiliki dampak positif pada perkembangan 68–77.
emosional dan intelektual anak itu sendiri, sehingga mereka 10. Alok S, Nessa S, Ahil SB. School Training Strategies
dapat melatih kemampuan dalam pemecahan masalah pada for Prevention and Control of Dengue. Indian J
lingkungannya yang dipengaruhi oleh kondisi dan situasi Community Med. 2020. Jan-Mar; 45 (1) : 106–107.
anak dan disesuaikan dengan kemampuannya. Bermain 11. Sari P , Martini M, Ginanjar P. Hubungan Kepadatan
dapat memberikan kebahagiaan, meningkatkan harga diri Jentik Aedes Sp Dan Praktik Psn Dengan Kejadian Dbd
anak, dan memberi kesempatan anak untuk dapat belajar Di Sekolah Tingkat Dasar Di Kota Semarang. Jurnal
bagaimana dalam mengelola perasaannya17. Kesehatan Masyarakat, Volume 1, Nomor 2. 2012. 413
– 422
SIMPULAN 12. Putranto AY, Fitriangga A, Liana DF. Promosi
Pendidikan kesehatan melalui permainan edukatif Kesehatan dengan Metode Peer Education terhadap
yang berupa permainan ular tangga dapat meningkatkan Pengetahuan tentang Demam Berdarah Dengue (DBD)
pengetahuan, sikap dan praktik (PSP) siswa pramuka di Siswa SMA. Jurnal Vokasi Kesehatan .2015. Maret; 1
sekolah dasar dalam pencegahan DBD di wilayah kerja (2): 39 – 44
Puskesmas Poasia Kota Kendari. Permainan edukatif 13. Handayani I, Lubis Z, Aritonang E Y. Pengaruh
memberikan suasana yang berbeda dan anak tidak mudah Penyuluhan dengan Media Permainan Ular Tangga
bosan sehingga dapat digunakan sebagai sarana menerapkan terhadap Pengetahuan tentang Buah dan Sayur pada
Germas pada usia anak sekolah. Siswa MTs-S Al- Manar Kecamatan Hamparan Perak.
Jumantik. 2018; 3 (1): 115-123
KEPUSTAKAAN 14. Zamzami M, Astuti D, Werdani K E. Metode Ular
1. Anwar A, Ariati J. Model Prediksi Kejadian Demam Tangga Dalam Meningkatkan Pengetahuan Dan Sikap
Berdarah Dengue (Dbd) Berdasarkan Faktor Iklim di Siswa Tentang Pencegahan Penyakit PES. Jurnal
Kota Bogor, Jawa Barat. Bul. Penelit. Kesehat. 2014. Kesehatan Masyarakat Andalas. 2016; 11 (1) : 55-63
Des; 42 (4): 249-256 15. Cahyaningtyastuti, Maria Pratami, Birmanti Setia
2. Yunita J, Mitra, Susmaneli H. Pengaruh Perilaku Utami, and Jasson Prestiliano. Perancangan Board
Masyarakat Dan Kondisi Lingkungan Terhadap Game sebagai Media Pembelajaran tentang Pentingnya
Kejadian Demam Berdarah Dengue. Jurnal Kesehatan Merawat Gigi bagi Anak Usia Sekolah
Komunitas. 2012. Mei; 1 (4) : 193-198 Dasar. Citradirga-Jurnal Desain Komunikasi Visual
3. Lestari ND, Martini M, Saraswati dan Intermedia 2.01. 2020 : 41-52.
LD, Hestiningsih Retno. Perbedaan Perilaku 16. Pratiwi, Septiana Intan, et al. Pengaruh ekstrakurikuler
Pencegahan DBD Dan Kepadatan Vektor Pada pramuka terhadap karakter disiplin siswa SD. Edukatif:
Kelompok Post Dan Tanpa Intervensi Komunikasi Jurnal Ilmu Pendidikan 2.1 .2020 : 62-70.
Perubahan Perilaku (KPP). Jurnal Kesehatan
Masyarakat. 2017. Okt; 5 (4) : 431-443
36
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol 16 / No. 1 / Januari 2021
37
Vol.7 No.1 Juni 2021, hal. 78-87 p-ISSN: 2460-5514
e-ISSN: 2502-6518
Oleh:
Yuni Kartika1, Farida Pramestian2, Nahdiah Masayu3, Fathurrohmah Hasanah4, Febri Fera5, Ridwan Arifin6
yunikartika967@gmail.com
Abstrak
Pola hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah sekumpulan perilaku yang dipraktekkan atas dasar kesadaran
sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang, keluarga, kelompok atau masyarakat mampu
menolong dirinya sendiri (mandiri) di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan
masyarakat. Kelompok mahasiswa KKN BMC UNNES 2020 memiliki misi untuk menjadikan masyarakat
Desa Kalirancang, Kecamatan Alian, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah menyadari akan pentingnya
menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS) dalam kehidupan sehari-hari khususnya dalam masa
pandemi Covid-19. Metode pelaksanaan program KKN ini meliputi sosialisasi dan penyuluhan penerapan
pola hidup bersih dan sehat (PHBS) secara langsung kepada masyarakat Desa Kalirancang, Kecamatan
Alian yang dijadikan objek. Beberapa kegiatan yang dilakukan diantaranya menimbang bayi setiap bulan,
menggunakan air bersih, mencuci tangan menggunakan sabun, pola makan yang sehat, dan melakukan
aktivitas tubuh. Hasil yang dicapai melalui beberapa kegiatan tersebut yaitu mampu menyadarkan
masyarakat akan pentingnya menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS) serta dapat memberi
pengetahuan kepada masyarakat terkait bagaimana menerapkan pola hidup bersih dan sehat secara tepat
sehingga masyarakat dapat menerapkan PHBS secara rutin dalam kehidupan sehari-hari.
Kata Kunci: pola hidup bersih dan sehat (PHBS), Desa Kalirancang, sosialisasi
Abstract
A clean and healthy lifestyle (PHBS) is a set of behaviors that are practiced on the basis of awareness as
a result of learning that makes a person, family, group or community able to help themselves
(independently) in the health sector and play a role in realizing public health. The student group KKN BMC
UNNES 2020 has a mission to make the people of Kalirancang Village, Alian District, Kebumen Regency,
Central Java aware of implementing a clean and healthy lifestyle (PHBS) in their daily life, especially
during the Covid-19 pandemic. The method of implementing KKN includes socialization and counseling on
the application of a clean and healthy lifestyle (PHBS) directly to the people of Kalirancang Village, Alian
District, which is the object. Several activities are carried out, such as weighing the baby every month,
using clean water, washing hand use soap, healthy eating patterns, and doing bodily activities. The results
achieved through these activities are being able to make people aware of the importance of implementing
a clean and healthy lifestyle (PHBS) and can provide knowledge to the community regarding how to
properly implement a clean and healthy lifestyle so that people can implement PHBS regularly in their daily
life.
78
Yuni Kartika, dkk, Penerapan Pola Hidup Bersih dan Sehat…
mengindikasikan bahwa virus ini berjenis bereaksi lebih cepatdan lebih kuat daripada
betacoronavirus yang terkait erat dengan kontak pertama.
virus SARS (World Health Organization, Namun demikian, tingkat pola hidup
2020). Penyakit ini dapat menular antar sehat di masyarakat masih rendah, terutama
manusia hingga menyebabkan kematian. di Jawa Tengah. Data Laporan Rencana
Oleh karena itu, pemerintah Indonesia Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
menghimbau masyarakatnya untuk Tengah Tahun 2018 sampai Tahun 2023
menerapkan pola hidup bersih dan sehat telah menggarisbawahi bahwa tingkat
(PHBS) sebagai upaya pencegahan persentase Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
penularan Covid-19. (PHBS) di Jawa Tengah sebesar 28%
Simbolon & Simorangkir (2018) (Kesehatan & Jawa, 2012). Persentase
menggarisbawahi bahwa pola hidup bersih tersebut menunjukkan tingkat kesadaran
dan sehat (PHBS) sebagai aktivitas dan masyarakat Jawa Tengah untuk menerapkan
perilaku yang dilaksanakan secara sadar pola hidup bersih dan sehat (PHBS) masih
dalam mendorong perilaku sehat bukan sangat rendah. Salah satu desa di provinsi
hanya bagi individual tetapi juga kelompok Jawa Tengah yang masih mengabaikan pola
masyarakat, termasuk keluarga. Jenis-jenis hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah desa
PHBS bisa saja beragam mulai dari mencuci Kalirancang. Kalirancang adalah desa yang
tangan menggunakan sabun, mengkonsumsi terletak di Kecamatan Alian, Kabupaten
makanan dan minuman sehat, menggunakan Kebumen, Jawa Tengah. Di desa Kalirancang
jamban sehat, membuang sampah di tempat terlihat bahwa sebagian masyarakat yang
sampah, tidak merokok, tidak mengkonsumsi menetap disana tidak menghiraukan masalah
narkoba, alkohol, psikotropika dan zat aditif penerapan pola hidup bersih dan sehat.
lainnya (NAPZA), tidak meludah sembarang Berdasarkan data dari Pusat Informasi dan
tempat, memberantas jentik-jentik nyamuk. Koordinasi Covid-19 Pemerintah Kabupaten
Sementara itu, Septianto, dkk., (2020) Kebumen bahwa angka kejadian pasien
dalam penelitiannya menyatakan bahwa pola terkonfirmasi positif Covid-19 yang diperbarui
hidup sehat didapat dari mereka yang pada hari Selasa, tanggal 1 September 2020
memperhatikan keadaan tubuhnya, rajin terdapat sebanyak 212 orang dengan rincian
berolahraga, makan, dan tidur yang cukup, 41 orang dirawat, 158 orang sembuh, dan 6
sehingga hal tersebut akan menjadikan orang meninggal dunia. Oleh karena itu,
kualitas hidup seseorang meningkat. sangat penting menghimbau masyarakat
Sebaliknya, pola hidup tidak sehat didapat Kebumen khususnya desa Kalirancang untuk
dari mereka yang tidak memperhatikan menerapkan pola hidup bersih dan sehat
keadaan tubuhnya, makan yang tidak (PHBS) dalam kehidupan sehari-hari.
seimbang dengan aktivitasnya, dan jarang Berdasarkan permasalahan di atas,
melakukan olahraga, sehingga hal tersebut maka penulis merumuskan artikel tentang
akan menyebabkan sistem imun tubuh bagaimana menerapkan pola hidup bersih
masyarakat terganggu. dan sehat (PHBS) untuk masyarakat Desa
Munasir (2016) menjelaskan bahwa Kalirancang di masa pandemi Covid-19.
sistem imun dari tiap individu berbeda-beda,
namun demikian, sistem imun secara kolektif
mampu didorong dengan berbagai perilaku METODE
hidup sehat. Sistem imun, menurutnya, A. Metode Pelaksanaan
merupakan sistem koordinasi respons Kegiatan ini dilaksanakan dengan
biologik yang bertujuan melindungi integritas menggunakan beberapa metode yakni
dan identitas individu serta mencegah invasi sosialisasi, penyuluhan dan survey
organisme dan zat yang berbahaya di penerapan Pola Hidup Bersih dan Sehat
lingkungan yang dapat merusak dirinya. (PHBS) secara langsung kepada masyarakat
Sistem imun mempunyai sedikitnya tiga Desa Kalirancang Kecamatan Alian yang
fungsi utama, mulai dari kesanggupan untuk dijadikan obyek (50 orang masyarakat Desa).
mengenal dan membedakan berbagai
molekul target sasaran dan juga mempunyai B. Waktu Pelaksanaan
respons yang spesifik, kesanggupan Program kegiatan sosialisasi dan
membedakan antara antigen diri dan antigen penyuluhan Pola Hidup Bersih dan Sehat
asing, hingga fungsi memori yaitu (PHBS) dilaksanakan sebanyak empat kali
kesanggupan melalui pengalaman kontak dengan setiap pertemuan satu jam setengah,
sebelumnya dengan zat asing patogen untuk yaitu:
79
Vol.7 No.1 Juni 2021, hal. 78-87 p-ISSN: 2460-5514
e-ISSN: 2502-6518
80
Yuni Kartika, dkk, Penerapan Pola Hidup Bersih dan Sehat…
81
Vol.7 No.1 Juni 2021, hal. 78-87 p-ISSN: 2460-5514
e-ISSN: 2502-6518
82
Yuni Kartika, dkk, Penerapan Pola Hidup Bersih dan Sehat…
Tabel 1. Daftar nama peserta balita di Posyandu “Kenanga II” Desa Kalirancang
(Data Per 5/9/2020)
83
Vol.7 No.1 Juni 2021, hal. 78-87 p-ISSN: 2460-5514
e-ISSN: 2502-6518
84
Yuni Kartika, dkk, Penerapan Pola Hidup Bersih dan Sehat…
85
Vol.7 No.1 Juni 2021, hal. 78-87 p-ISSN: 2460-5514
e-ISSN: 2502-6518
ditujukan untuk mendorong pola hidup bersih aktivitas sebelum dan setelah program
dan sehat masyarakat desa di masa pandemi dilaksanakan, dimana aktivitas tersebut
covid-19. Melalui program ini, ada perubahan melibatkan masyarakat Desa Kalirancang
yang signifikan yang ditunjukkan oleh Kecamatan Alian, Kabupaten Kebumen Jawa
masyarat Desa Kalirancang Kecamatan Tengah, dimana survei melibatkan 50 orang
Alian, Kabupaten Kebumen Jawa Tengah masyarakat desa, seperti ditunjukkan pada
dalam menerapkan pola hidup bersih dan Tabel 2.
sehat (PBHS).
Perubahan pola tersebut, secara nyata
dapat dilihat dari hasil analisis terhadap
Tabel 2. Prosentase Perubahan Pola Hidup Masyarakat Desa Kalirancang (sebelum dan
setelah program)
Prosentase (%)
No Indikator Pola Hidup Bersih dan Sehat Sebelum Setelah
S B S B
1 Apakah Bayi, Balita, Anak Anda secara rutin ditimbang 16 84 95 5
dan dipantau ke Posyandu Desa?
2 Apakah secara rutin memantau pertumbuhan anak dan 15 85 95 5
gizi anak di Posyandu?
3 Apakah secara rutin anak diberikan susu? 13 87 95 5
4 Apakah di rumah menggunakan air bersih? 40 60 90 10
5 Apakah air minum di rumah menggunakan air tanah yang 22 78 85 15
dimasak?
6 Apakah di rumah terdapat fasilitas mencuci tangan yang 23 77 80 20
mengalir?
7 Apakah secara rutin selalu mencuci tangan sebelum 25 75 100 0
makan?
8 Apakah secara rutin membersihkan rumah menggunakan 4 96 85 15
cairan disinfektan/pembunuh kuman?
9 Apakah secara rutin pakaian dibersihkan menggunakan 69 31 100 0
cairan khusus?
10 Apakah setiap hari keluarga sudah memakan sayuran 13 87 91 9
secara seimbang?
11 Apakah setiap hari sudah mengkonsumsi buah-buahan 12 88 92 8
secara seimbang?
12 Apakah setiap hari sudah melakukan aktivitas fisik/ 3 97 85 15
senam kesehatan?
13 Apakah secara rutin anda menguras bak mandi? 4 96 85 15
14 Apakah secara rutin anda menerapkan 3M? 7 93 100 0
15 Apakah anda sudah mengetahui apa itu Pola Hidup 7 93 100 0
Bersih dan Sehat (PBHS)?
Keterangan:
S : Sudah melakukan
B : Belum melakukan
86
Yuni Kartika, dkk, Penerapan Pola Hidup Bersih dan Sehat…
87
See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/342133882
CITATION READS
1 155
3 authors, including:
Farid Agushybana
Universitas Diponegoro
42 PUBLICATIONS 45 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Farid Agushybana on 04 August 2020.
ABSTRACT
Background: Iron deficiency anemia is one of the nutritional problems that still Correspondence
occur in Indonesia which is common in young women. Early nutrition education is rizkiseptiasaraswati@gmail.com
needed to prevent these problems. The purpose of this study was to analyze the
effect of the android-based educational media "Aneminfo" on the knowledge and Article History
attitudes of young women regarding iron deficiency anemia. Received 23 September 2019
Method: This research was conducted with a quasi-experimental design with a Revised 29 January 2020
pre-post control group design with a sample of 37 people for each group taken Accepted 20 April 2020
from 2 vocational schools in the city of Semarang. The intervention was carried Available Online 12 June 2020
out using educational media in the form of the “Aneminfo” android application.
Changes in knowledge and attitudes between before and after the intervention Keywords
were measured using a validated questionnaire and tested using the Wilcoxon and Android
Mann-Whitney tests. Anemia
Results: The results showed a significant increase in knowledge in the intervention Knowledge
group (p = 0.001), and there was a significant increase in attitude in the Attitude
intervention group (p = 0.011) compared to the control group. The conclusion of Young women
this study is the Aneminfo android application can be an alternative media for the
government and health workers in providing education about iron deficiency DOI
anemia to increase adolescent knowledge and prevent anemia from an early age. 10.14710./jpki.15.2.65-69
65
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol 15 / No. 2 / Agustus 2020
tersebut merupakan peluang untuk meningkatkan digital pada tingkat pengetahuan dan sikapnya. Kelompok kontrol
literasi kesehatan bagi para remaja terutama mengenai tidak diberikan intervensi berupa pemasangan aplikasi
anemia defisiensi besi. Penelitian ini bertujuan untuk Aneminfo. Namun sesuai dengan etika penelitian,
mengetahui efektivitas dari aplikasi kesehatan berbasis kelompok kontrol tetap mendapatkan edukasi anemia
android “Aneminfo”, yang berisi informasi kesehatan defisiensi besi dalam bentuk presentasi di awal pertemuan
terkait anemia, dan reminder untuk mengkonsumsi tablet setelah pengambilan data pretest.
besi. Penelitian ini melihat bagaimana pengaruhnya Pengolahan dan analisis dilakukan
terhadap pengetahuan dan sikap remaja putri terkait menggunakan Microsoft Office 2016 dan SPSS 23.0.
pencegahan anemia. Variabel pengetahuan, dan sikap diolah dengan
menjumlahkan skor dari masing-masing pertanyaan
METODE berdasarkan jawaban yang sesuai, dibagi total skor, dikali
Penelitian ini merupakan penelitian quasi seratus. Signifikasi uji statistik (p<0,05) menggunakan uji
experimental dengan desain pre-post control group design Wilcoxon, Paired T-Test, dan Mann Whitney.
dan dilaksanakan pada bulan Juli hingga Agustus 2019 di Uji Chi-Square digunakan untuk mengetahui
2 SMK di Kota Semarang (SMK Teuku Umar dan SMK signifikansi perbedaan proporsi pada masing-masing
Hidayah Semarang). kelompok variable yang diteliti. Penelitian ini telah
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mendapatkan persetujuan etik penelitian dari Komite Etik
siswi kelas XI dari kedua sekolah tersebut yang telah Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara.
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi
bagi kelompok intervensi adalah merupakan pengguna HASIL DAN PEMBAHASAN
handphone android, bersedia menginstal aplikasi Pada penelitian ini sebagian besar responden
Aneminfo dan mengikuti seluruh rangkaian penelitian. berusia 16 tahun pada kedua kelompok (kelompok
Jumlah sampel adalah 37 responden untuk masing-masing intervensi maupun kontrol). Berdasarkan pekerjaan
kelompok. Sedangkan kriteria eksklusi dari penelitian ini orangtua, didapatkan bahwa pada kedua kelompok
adalah apabila memori handphone tidak mencukupi untuk sebagian besar orangtuanya bekerja sebagai karyawan
menginstal aplikasi “Aneminfo”, dan tidak mengikuti salah swasta, dengan rerata penghasilan sebesar Rp 2.527.000,-
satu dari pretest maupun post test. Penelitian ini telah pada kelompok intervensi, dan Rp 2.432.000,- pada
mendapatkan Persetujuan Etik dari Komisi Etik Penelitan kelompok kontrol. Penghasilan orang tua pada kedua
Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas kelompok ini tidak menunjukkan ada perbedaan yang
Diponegoro No: 321/EA/KEPK-FKM/2019. signifikan, dan kurang lebih sesuai dengan UMK Kota
Sebelum intervensi dilakukan, sebelumnya Semarang saat ini.17 Selain itu, sebagian besar responden
aplikasi android Aneminfo telah divalidasi oleh dua ahli pada kedua kelompok diberikan uang saku antara Rp
media dan gizi masyarakat. Saat penelitian, kelompok 51.000,- hingga Rp 100.000,- oleh orangtuanya dengan
intervensi diberikan perlakuan berupa pemberian edukasi rerata uang saku sebesar Rp 74.189,- pada kelompok
melalui presentasi, dan pemasangan aplikasi android intervensi, dan Rp 81.100,- pada kelompok kontrol. Lachat
Aneminfo di handphone masing-masing responden yang dkk dalam penelitianya mengenai hubungan kondisi sosio-
berisi informasi mengenai anemia defisiensi besi, cara ekonomi dengan asupan gizi menyebutkan bahwa salah
pencegahannya, dan reminder atau alarm untuk satu yang mempengaruhi besarnya uang jajan anak adalah
mengkonsumsi tablet Fe seminggu sekali. pendapatan orang tua, semakin tinggi pendapatan orang
Penelitian ini dilakukan dalam 2 kali pertemuan. tua, maka akan semakin besar pula uang jajan anak.18
Pertemuan pertama merupakan pertemuan untuk Menurut hasil penelitian diketahui bahwa seluruh
responden pada kedua kelompok. Mereka dipersilahkan responden sebenarnya telah mendapatkan paparan
untuk mengisi lembar pretest terlebih dahulu. Setelah itu informasi mengenai anemia defisiensi besi sebelumnya. Hal
kedua kelompok responden diberikan paparan presentasi ini tidak mengherankan mengingat materi mengenai anemia
mengenai anemia defisiensi besi. Sedangkan pada secara singkat memang pernah dibahas di jenjang SMP,
kelompok perlakuan dipasangkan aplikasi android terutama pada materi biologi kelas 8 mengenai Sistem
Aneminfo di handphone masing-masing responden. Peredaran Darah dan Gangguannya.19 Namun, tentunya
Responden dipersilahkan untuk mengakses informasi pembahasan mengenai anemia pada jenjang SMP tersebut
mengenai anemia dan mencoba menggunakan reminder belum dilakukan secara mendalam dan spesifik. Pada
pada aplikasi Aneminfo selama satu minggu ke depan, kelompok kontrol, mayoritas responden (29,7%) mengaku
sedangkan pada kelompok kontrol tidak diberikan. Pada pernah mendapatkan paparan informasi mengenai anemia
pertemuan kedua, kedua kelompok responden diberikan sebelumnya melalui media cetak, baik buku pelajaran,
post test untuk dianalisis perubahan yang terjadi, terutama majalah, dan lain-lain. Sedangkan pada kelompok
66
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol 15 / No. 2 / Agustus 2020
intervensi, mayoritas (27%) mengaku mendapatkan paparan pengetahuan yang signifikan (p=0,0001) dengan kenaikan
informasi mengenai anemia dari teman (Tabel 1). rerata yang sebelumnya sebesar 71,40 menjadi 75,81. Hal
Pengetahuan merupakan hasil tahu seseorang ini dapat terjadi karena walaupun responden tidak
yang didapat dari hasil pengindraan, yaitu indra mendapatkan aplikasi Aneminfo, namun sesuai dengan
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.20 etika penelitian responden pada kelompok kontrol tetap
Pengetahuan mengenai gizi merupakan faktor yang penting diberikan edukasi mengenai anemia defisiensi besi melalui
dan mempengaruhi perilaku gizi individu, keluarga, bahkan slide presentasi.
masyarakat.21 Meskipun pada masing-masing kelompok
Hasil dari analisis didapatkan bahwa terdapat diketahui sama-sama memiliki peningkatan pengetahuan
perbedaan tingkat pengetahuan yang bermakna (p=0,0001) yang signifikan antara sebelum dan sesudah perlakuan,
pada masing-masing kelompok. Pada kelompok intervensi, namun setelah dilakukan uji Mann Whitney, diketahui
rerata skor pengetahuan naik dari 64,29 menjadi 76,10. Hal bahwa kelompok intervensi mengalami peningkatan rerata
tersebut menandakan adanya perbedaan yang signifikan pengetahuan yang lebih besar dibandingkan dengan
pada pengetahuan responden antara sebelum dan sesudah kelompok kontrol. Pada kelompok intervensi menunjukkan
menggunakan aplikasi Aneminfo. Hal ini sejalan dengan adanya peningkatan rerata pengetahuan sebesar
penelitian yang dilakukan oleh Ratiyun, dkk. yang juga 11,80±12,30 sedangkan pada kelompok kontrol hanya
menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan yang mengalami kenaikan rerata sebesar 4,41±5,48. Hasil uji
signifikan setelah responden diberikan pendidikan Mann Whitney menunjukkan adanya perbedaan
kesehatan melalui aplikasi android “Sesi-Bugar” pengetahuan yang signifikan antara kelompok yang
(p=0,0001).22 mendapatkan intervensi dibandingkan dengan kelompok
Selain itu, melalui uji Wilcoxon diketahui bahwa kontrol (p=0,001) (Tabel 2).
pada kelompok kontrol juga mengalami perubahan
67
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol 15 / No. 2 / Agustus 2020
68
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol 15 / No. 2 / Agustus 2020
Deficient Anemic Female Adolescents in the Gaza 20. Notoatmodjo S. Promosi Kesehatan dan Perilaku
Strip-Palestine. 2015. Kesehatan. Edisi Revi. Jakarta: Rineka Cipta; 2014.
13. Listiana A. Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan 21. Demirozu BE, Pehlivan A, Camliguney A. Nutrition
Dengan Kejadian Anemia Gizi Besi pada Remaja knowledge and behaviours of children aged 8-12 who
Putri di SMKN 1 Terbanggi Besar Lampung Tengah. attend sport schools. Pro-Soc Behav Sci
J Kesehat 2016;7(3):455–69. 2012;46:4713–7.
14. Putri RD, Simanjuntak BY, Kusdalinah. Hubungan 22. Ratiyun RS, Widyawati, Hapsari ED. Pengaruh
Pengetahuan Gizi, Pola Makan dan Kepatuhan Pendidikan Kesehatan Melalui Media Aplikasi
Konsumsi Tablet Fe dengan Kejadian Anemia Pada Android SESI-BUGAR terhadap Pengetahuan tentang
Remaja Putri. J Kesehat 2017;VIII(3):404–9 Kesehatan Reproduksi Remaja pada Siswa SMP di
15. Rahmayani I. Indonesia Raksasa Teknologi Digital Kota Bengkulu. 2018.
Asia. Kementerian Komunikasi dan Informasi 23. Safitri, Melinda H, Noegroho BS, Husein F, Marhaeni
Republik Indonesia. 2018. D, Djais JTB. Penerapan Aplikasi Sayang ke Buah
16. Yani A. Pemanfaatan Teknologi dalam Bidang Hati (SEHATI) terhadap Pengetahuan Ibu serta
Kesehatan Masyarakat. PROMTIF J Kesehat Masy Dampak pada Keterampilan Anak. Glob Med dan
2018;8(1):97–103. Heal Commun 2018;6(30):68–73.
17. Gubernur Jawa Tengah. SK No. 560/68 Tahun 2018: 24. Shariff Z, Bukhari S, Othman N, Hashim N, Ismail M,
UMK Jawa Tengah Tahun 2019. 2018. Jamil Z, et al. Nutrition education intervention
18. Lachat C, Khan L, Khan N, Dung N, Anh N, improves nutrition knowledge, attitude and practices
Roberfroid D, et al. Eating out of home in Vietnamese of primary school children: a pilot study. Int Electron
adolescents: socio-economic factors and dietary J Heal Educ 2008;11:119–32.
associations. J Clin Nutr 2009;90:1648–55. 25. Perdana F, Madanijah S, Ekayanti I. Pengembangan
19. Ruwanto B, Arifin R. SKM (Sukses Kuasai Materi) Media Edukasi Gizi Berbasis Android dan Website
IPA SMP Kelas VII, VIII, IX. Gramedia Widiasarana; Serta Pengaruhnya terhadap Perilaku Tentang Gizi. J
2016. Gizi Pangan 2017;12(3):169–78.
69