Anda di halaman 1dari 14

Jurnal Keperawatan

Volume 13 Nomor 1, Maret 2021


e-ISSN 2549-8118; p-ISSN 2085-1049
http://journal.stikeskendal.ac.id/index.php/Keperawatan

PENGETAHUAN TENTANG HIV/AIDS PADA PERILAKU SEKSUAL BERISIKO


DI BERBAGAI ETNIS DI DUNIA
Tia Atnawanty*, Sri Yona
Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia, Jl. Prof. Dr. Bahder Djohan, Depok, Indonesia 16424
*yuditia75@gmail.com

ABSTRAK
Perilaku seksual berisiko pada populasi etnis, dapat dipengaruhi antara lain oleh tingkat pengetahuan
mereka, termasuk tentang HIV/AIDS. Kurangnya pengetahuan HIV/AIDS diantaranya dapat
disebabkan oleh kurang terpapar informasi mengenai penyebab terjadinya HIV/AIDS dan penularan
HIV/AIDS. Hal ini menyebabkan individu salah dalam bersikap dan berperilaku, sehingga cenderung
melakukan tindakan yang berisiko terhadap masalah kesehatan, seperti perilaku seksual berisiko yang
dapat menyebabkan penyakit infeksi menular termasuk HIV/AIDS. Tujuan dari literature review ini
adalah untuk mengetahui pengaruh pengetahuan HIV/AIDS pada perilaku seksual berisiko di berbagai
etnis di dunia. Metode yang digunakan yaitu dengan mengumpulkan beberapa artikel terindeks yang
berhubungan dengan topik yang diangkat dari beberapa database seperti ProQuest, ScienceDirect,
EBSCHost, SAGE Publication, dan Wiley Library Online, antara tahun 2010-2020, dengan
menggunakan kata kunci etnic/world tribe, HIV/AIDS knowledge, dan risky sexual behavior,. Dari
3.444 artikel umum, dilakukan penyaringan menjadi 259 artikel terkait. Diperoleh 10 artikel dari hasil
pencarian yang sesuai dengan kriteria dan diambil untuk dilakukan kajian. Hasil menunjukkan bahwa
pengetahuan yang dimiliki responden, termasuk berbagai etnis dunia, akan membentuk sikap yang
dapat terlihat dalam pencegahan perilaku seksual berisiko. Pengetahuan tentang HIV/AIDS yang tidak
memadai, kesalahpahaman tentang penyebab HIV, sikap negatif dan praktik seksual berisiko adalah
salah satu hambatan utama untuk mencegah penyebaran HIV/AIDS.

Kata kunci: etnis/suku dunia; pengetahuan HIV/AIDS; perilaku seksual berisiko

KNOWLEDGE OF HIV/AIDS IN RISKY SEXUAL BEHAVIORS ACROSS DIFFERENT


ETHNICITIES OF THE WORLD

ABSTRACT
Risky sexual behavior in ethnic populations, can be influenced among other things by their level of
knowledge, including about HIV/AIDS. Lack of knowledge of HIV/AIDS can be caused by lack of
information about the causes of HIV/AIDS and transmission of HIV/AIDS. This causes individuals to
misbehave and behave, so they tend to take actions that are at risk for health problems, such as risky
sexual behaviors that can lead to infectious diseases including HIV/AIDS. The purpose of this
literature review is to find out the influence of HIV/AIDS knowledge on risky sexual behavior across
different ethnicities of the world. The method used is to collect several indexed articles related to
topics raised from several databases such as ProQuest, ScienceDirect, EBSCHost, SAGE Publication,
and Wiley Library Online, between 2010-2020, using the keywords etnic/world tribe, HIV/AIDS
knowledge and risky sexual behaviour. Of the 3,444 common articles, 259 were filtered. Obtained 10
articles from search results that fit the criteria, which is then done analysis. The results showed that
the knowledge that respondents had, including the various ethnicities of the world, would form a
visible attitude in the prevention of risky sexual behavior. Inadequate knowledge of HIV/AIDS,
misconceptions about the causes of HIV, negative attitudes and risky sexual practices are among the
main barriers to preventing the spread of HIV/AIDS.

Keywords: etnic/world tribe; HIV/AIDS knowledge; risky sexual behavior

1
Jurnal Keperawatan Volume 13 No 1, Hal 1 - 14, Maret 2021 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

PENDAHULUAN
Penyakit HIV/AIDS masih menjadi masalah global di seluruh dunia sampai saat ini. Pada
akhir tahun 2018, terdapat sekitar 37,9 juta orang di seluruh dunia hidup dengan HIV, dimana
orang terinfeksi baru HIV sebesar 1,7 juta dan jumlah kematian akibat AIDS mencapai 770
ribu orang di seluruh dunia (UNAIDS, 2019). Di kawasan Asia dan Pasifik, HIV/AIDS
merupakan masalah kesehatan publik yang utama. Terdapat 5,9 juta orang dewasa dan anak
hidup dengan HIV, 310.000 terinfeksi baru HIV, dan jumlah kematian akibat AIDS sebesar
200.000 orang. Kaum muda (berusia 15-24 tahun) menyumbang sekitar seperempat dari
infeksi HIV baru pada tahun 2018 yaitu di Indonesia, Myanmar, Filipina dan Thailand
(UNAIDS, 2019). Indonesia menjadi salah satu negara di Asia Pasifik dengan peringkat
kedua terbanyak di seluruh dunia, menyumbang angka 620.000 dari 5,9 juta total penderita
(UNAIDS, 2019). Laporan Kemenkes RI tahun 2018 menunjukkan jumlah kasus HIV
mencapai 338.363 orang dan kasus AIDS mencapai 115.601 orang. Lima besar Infeksi
tertinggi yaitu berada di DKI Jakarta, diikuti Jawa Timur, Papua, Jawa Barat, dan Jawa tengah.
(Laporan Kasus HIV & AIDS, Kemenkes RI, 2018).

Perilaku seksual merupakan aktivitas pribadi yang kompleks yang dapat mempengaruhi
semua aspek kehidupan manusia, dapat menjadi subyek masalah sosial, budaya, moral dan
hukum (Mirzaei et al., 2016). Perilaku seksual berisiko adalah aktivitas seksual yang dapat
meningkatkan risiko seseorang yang melakukannya tertular atau menularkan penyakit seksual
menular (Dimbuene et al., 2014). Beberapa perilaku seksual berisiko seperti hubungan seks
melalui vaginal, oral ataupun anal dengan pasangan non-eksklusif, positif HIV, atau
pengguna narkoba suntikan, tidak menggunakan pengaman, ataupun tidak konsisten
menggunakan pengaman/kondom, dapat meningkatkan risiko penularan penyakit seksual
menular termasuk HIV/AIDS (Pandor et al., 2015).
Orang-orang dengan etnis atau suku tertentu, memiliki budaya, kepercayaan, dan gaya hidup
mereka sendiri yang terkait dengan perilaku mereka, termasuk perilaku seksual berisiko yang
dapat menyebabkan infeksi seperti HIV, HBV, HCV, ataupun infeksi menular seksual
lainnya. Seperti dalam penelitian Apidechkul (2019) yang dilakukan pada suku pegunungan
di Chiang Rai, Thailand. Dari 1325 peserta, sebanyak 14,5% merokok, 22,4% minum alkohol,
14,2% ditato, dan 61,4% telinganya ditindik. Di antara 30,3% yang memiliki pengalaman
seksual, 42,0% mengalami one-night stand, 26,9% melakukan kontak seksual dengan pelacur
dalam 1 tahun sebelum penelitian, dan 15,7% telah diuji untuk HIV/AIDS sebelumnya. telah
diuji untuk HIV/AIDS sebelumnya. Di antara laki-laki, 11,5% adalah laki-laki berhubungan
seks dengan laki-laki, dan 5,0% adalah perempuan yang berhubungan seks dengan
perempuan. Jenis kelamin dan suku yang berbeda ditemukan memiliki perilaku risiko dan
perilaku seksual yang berbeda, seperti laki-laki secara keseluruhan yang memiliki proporsi
pengalaman seksual yang lebih besar daripada perempuan, dan suku Lahu, Akha dan Hmong
memiliki proporsi pengalaman seksual yang lebih tinggi, memiliki pengalaman dengan satu
orang night stand, dan memiliki pengalaman seksual dengan pelacur 1 tahun sebelum
penelitian dibandingkan dengan suku yang lain. Dapat disimpulkan bahwa orang-orang suku
pegunungan di Thailand berisiko terkena infeksi menular seksual menurut perilaku seksual
berisiko mereka, yang berbeda antara jenis kelamin dan suku (Apidechkul, 2019).
Perilaku seksual berisiko termasuk pada populasi etnis, dapat dipengaruhi antara lain oleh
tingkat pengetahuan mereka tentang HIV/AIDS. Pengetahuan adalah penyajian bukti oleh
seseorang melalui proses peningkatan atau pengenalan informasi, ide atau fenomena yang
diperoleh sebelumnya (Notoatmodjo, 2014). Penelitian Faimau et al (2016) menyatakan,
meskipun lebih dari 90% respondennya dengan benar mengidentifikasi cara penularan HIV,
namun kesalahpahaman tentang HIV/AIDS masih ada. Keyakinan bahwa orang dapat

2
Jurnal Keperawatan Volume 13 No 1, Hal 1 - 14, Maret 2021 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

terinfeksi HIV karena sihir dan bahwa hanya orang yang berhubungan seks dengan pasangan
gay atau homoseksual saja yang dapat terinfeksi HIV (Faimau et al., 2016). Senada dengan
itu, studi Nubed & Akoachere (2016) menyatakan bahwa responden dengan tingkat
pengetahuan sedang (34,3%) dan tinggi (62,1%) lebih cenderung menunjukkan sikap positif.
Kurangnya pengetahuan HIV/AIDS diantaranya dapat disebabkan oleh kurang terpapar
informasi mengenai penyebab terjadinya HIV/AIDS dan penularan HIV/AIDS, termasuk juga
dalam kelompok etnis di dunia. Hal ini menyebabkan individu salah dalam bersikap dan
berperilaku, sehingga cenderung melakukan tindakan yang berisiko terhadap masalah
kesehatan, seperti perilaku seksual berisiko yang dapat menyebabkan penyakit infeksi
menular termasuk HIV/AIDS. Mengingat betapa pentingnya hal tersebut diatas, maka penulis
tertarik untuk melakukan tinjauan literatur lebih mendalam terkait pengetahuan HIV/AIDS
dan perilaku seksual berisiko pada kelompok etnis di dunia. Tujuannya adalah untuk
mengetahui pengaruh pengetahuan HIV/AIDS pada perilaku seksual berisiko di berbagai
etnis di dunia melalui tinjauan literatur.

METODE
Metode penulisan ini adalah menggunakan literature review dengan cara mengumpulkan
beberapa artikel terindeks yang berhubungan dengan topik yang diangkat. Artikel yang
digunakan diambil melalui berbagai database seperti ProQuest, ScienceDirect, EBSCHost,
SAGE Publication, dan Wiley Library Online, antara tahun 2010-2020, dengan menggunakan
kata kunci etnic/world tribe, HIV/AIDS knowledge, dan risky sexual behavior,. Dari 259
artikel terkait diperoleh 10 artikel yang sesuai dengan kriteria untuk kemudian diambil dan
dilakukan kajian.

HASIL
Hasil pencarian dilakukan dari beberapa database online seperti ProQuest, ScienceDirect,
EBSCHost, SAGE Publication, dan Wiley Library Online, dengan menggunakan kata kunci
etnic/world tribe, HIV/AIDS knowledge, dan risky sexual behaviour. Diperoleh sebanyak
3.444 artikel umum. Kemudian dilakukan penyaringan menjadi 2810 artikel jurnal, 716
artikel publikasi dalam 10 tahun terakhir, menjadi 259 artikel terkait. Dari artikel terkait,
penulis menemukan hanya 10 artikel yang sesuai dengan tujuan dan topik yang telah penulis
tetapkan untuk dilakukan kajian. Hasil literature review disajikan dalam tabel 1 berikut ini:

Table 1.
Hasil tinjauan lieratur tentang Pengetahuan HIV/AIDS pada Perilaku Seksual Berisiko
HIV/AIDS di Berbagai Etnis Dunia
No Judul Artikel Penulis Tahun Metode Tujuan Hasil
1 Knowledge, Dzah et 2019 Cross Penelitian ini 61,6% memiliki
attitudes and al. sectional bertujuan untuk pengetahuan yang baik
practices dengan menyelidiki tentang HIV/AIDS,
regarding jumlah pengetahuan, 58,5% menunjukkan
HIV/AIDS sampel 294 sikap dan sikap positif terhadap
among senior pelajar SMA praktik yang orang-orang yang hidup
high school kelompok berisiko dengan HIV (PLHIV) dan
students in etnis HIV/AIDS di 79,1% melaporkan
Sekondi- Sekondi- antara siswa praktik berisiko terkait
Takoradi Takoradi, SMA di Ghana HIV. Praktik berisiko
metropolis, Ghana, dikaitkan dengan usia 15-
Ghana Afrika Barat 19 tahun, kelompok etnis
Akans, atau menjadi anak
tunggal. Tentang

3
Jurnal Keperawatan Volume 13 No 1, Hal 1 - 14, Maret 2021 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

No Judul Artikel Penulis Tahun Metode Tujuan Hasil


hubungan antara
kesalahpahaman/
kurangnya pengetahuan
dan penularan HIV
didapatkan: HIV dapat
ditularkan melalui jabat
tangan (p = 0.000), HIV
dapat disembuhkan (p =
0.004) dan HIV/AIDS
dapat ditularkan melalui
sihir (p = 0.001).
2 Knowledge Faimau 2016 Cross Meneliti Penelitian ini menetapkan
of et al. sectional pengetahuan bahwa meskipun lebih
HIV/AIDS dengan tentang dari 90% mahasiswa
attitudes jumlah HIV/AIDS, mengidentifikasi rute
towards sampel 445 sikap terhadap penularan HIV dengan
sexual risk mahasiswa perilaku seksual benar, kesalahpahaman
behaviour etnis di berisiko dan mengenai HIV/AIDS
and Botswana, kontrol perilaku masih ada. Ini termasuk
perceived Afrika yang dirasakan keyakinan bahwa orang
behavioural Selatan di kalangan dapat terinfeksi HIV
control mahasiswa di karena sihir dan bahwa
among Botswana. hanya orang-orang yang
college berhubungan seks dengan
students in pasangan gay atau
Botswana homoseksual dapat
terinfeksi HIV. Sebagian
besar mahasiswa
menyadari berbagai risiko
seksual. Namun,
persentase responden
yang menunjukkan bahwa
"sulit untuk meminta
pasangan saya untuk
menggunakan kondom"
masih relatif tinggi
(13,5%) berdasarkan
asumsi bahwa mahasiswa
seharusnya tahu
konsekuensi dari perilaku
berisiko seksual.

3 Knowledge, Nubed 2016 Cross Penelitian ini Semua responden


attitudes and & sectional bertujuan untuk mengetahui tentang
practices Akoach dengan 464 menilai KAPs HIV/AIDS. Sumber
regarding ere siswa SMA (Knowledge, informasi bervariasi, yang
HIV/AIDS berusia 13- Attitudes and paling umum adalah
among senior 25 tahun di Practices) siswa pendidikan seks di
secondary South West sekolah sekolah. Mayoritas
school Region, menengah atas peserta menunjukkan
students in Cameroon di divisi Fako, pemahaman yang
Fako Kamerun, memadai tentang
Division, tentang penularan dan pencegahan
South West HIV/AIDS. HIV. Namun,

4
Jurnal Keperawatan Volume 13 No 1, Hal 1 - 14, Maret 2021 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

No Judul Artikel Penulis Tahun Metode Tujuan Hasil


Region, kesalahpahaman tentang
Cameroon rute transmisi diamati
pada 3,4 hingga 23,3%
responden. Perilaku
berisiko ditemukan di
antara peserta karena
sekitar 60% berlatih seks
yang aman dan 40%
dilaporkan tidak. Hingga
196 (42,2 %) responden
memiliki riwayat
hubungan seksual yang
108 (56,25 %) telah
menggunakan kondom
selama tiga pertemuan
seksual terakhir mereka.
Sekitar setengah dari
responden memiliki
pandangan negatif tentang
orang yang terinfeksi
HIV. Siswa dengan
menengah (34,3 %) dan
tinggi (62,1 %) tingkat
pengetahuan lebih
cenderung menampilkan
sikap positif, meskipun
secara statistik tidak
signifikan, Peneliti
menemukan bahwa
pengetahuan
meningkatkan
kemampuan responden
untuk melaporkan praktik
seks lebih aman.
4 Hubungan Prabasar 2018 Cross Tujuan Hasil uji Spearman untuk
Pengetahuan i sectional penelitian pengetahuan dengan
dan Sikap et al. dengan adalah untuk perilaku seks bebas serta
Pencegahan jumlah mengetahui sikap dengan perilaku
Penularan sampel 141 hubungan antara seks bebas memiliki hasil
HIV/AIDS orang pengetahuan yang sama yaitu ρ =
dengan mahasiswa di tentang HIVdan 0.001, dimana α = 0.05,
Perilaku salah satu sikap dengan yang berarti ada
Seks Bebas Perguruan perilaku seks hubungan pengetahuan
pada Tinggi di bebas pada maupun sikap dengan
Mahasiswa Surabaya, mahasiswa . perilaku seks bebas. Uji
Jawa Timur regresi linier ganda
diperoleh hasil ρ = 0.001
untuk kedua variabel
pengetahuan dan sikap
dengan perilaku seks
bebas. Pengetahuan yang
dimiliki mahasiswa akan
membentuk sikap yang
dapat terlihat dalam

5
Jurnal Keperawatan Volume 13 No 1, Hal 1 - 14, Maret 2021 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

No Judul Artikel Penulis Tahun Metode Tujuan Hasil


pencegahan perilaku seks
bebas.
5 A cross- J. Pharr 2017 Cross Tujuan dari Dari 361 responden yang
sectional et al. sectional penelitian ini menyelesaikan survei.
study of the dengan adalah untuk 47% adalah laki-laki dan
role of jumlah mengevaluasi 53% adalah perempuan
HIV/AIDS sampel 361 pengetahuan dengan usia rata-rata 16,9.
knowledge in remaja di HIV, Pengetahuan HIV (t = -
risky sexual Nigeria mengidentifi 3.3, P < 0.01), usia (t =
behaviors of kasi kekurangan 3.4, P < 0.01) dan gender
adolescents pengetahuan, (t = -2.3, P <0.01)
in Nigeria dan mengetahui diidentifikasi sebagai
hubungan antara prediktor RSB (Perilaku
pengetahuan seksual berisiko) yang
HIV dan signifikan dengan
perilaku seksual responden wanita yang
berisiko di memiliki skor RSB yang
kalangan remaja lebih rendah. Hubungan
sekolah terbalik diidentifikasi
menengah atas antara pengetahuan HIV
di Nigeria. dan RSB, sementara
hubungan positif ada
antara RSB dan usia.
Kurangnya pengetahuan
HIV dan kesalahpahaman
tentang penularan HIV
teridentifikasi. Responden
dengan pengetahuan HIV
yang lebih tinggi
memiliki perilaku seksual
berisiko yang lebih
rendah.
6 WANITA K. Saba 2016 Kualitatif Untuk Peneliti menyimpulkan
SIFON dengan mengetahui beberapa hal, antara lain :
(Studi Ethno- Wawancara alasan 1). Masyarakat (suku
Phenomenol mendalam perempuan atau Atoin Meto) masih
ogy) pada orang wanita dari suku memiliki persepsi, sikap
Suku Atoin Atoin Meto positif dan memegang
Meto, Nusa bersedia teguh adat/
Tenggara menjadi wanita budaya.terhadap tradisi
Timur, Sifon (Sifon; atau budaya sifon; 2).
Indonesia. Tradisi Alasan perempuan suku
hubungan Atoin Meto mau menjadi
seksual oleh pria wanita sifon: a) faktor
Atoin Meto ekonomi karena status
pasca sunat janda dan menjadi pencari
tradisional nafkah utama keluarga
dengan wanita (faktor eksternal); b)
yang bukan istri faktor sosial yaitu
atau pasangan menolong dan membantu
tetapnya). pasien sunat untuk
menyembuhkan luka
sunat (faktor eksternal); c)
kebutuhan seksual yaitu

6
Jurnal Keperawatan Volume 13 No 1, Hal 1 - 14, Maret 2021 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

No Judul Artikel Penulis Tahun Metode Tujuan Hasil


adanya hasrat seksual
karena status sebagai
janda dan mencari
keintiman dan kepuasan
seks (faktor internal); 3).
Latar belakang yang
menyebabkan perempuan
Atoin meto mau menjadi
wanita sifon: a)
Masyarakat (suku Atoin
Meto) lebih
mendahulukan norma
adat/budaya daripada
agama; b) Kurangnya
pengetahuan tentang
dampak hubungan seks
sifon dan masyarakat
lebih memegang teguh
adat sehingga kurang
memperhatikan dampak
negatif dari hubungan
seks sifon.
7 Traditional Primus 2009 Kualitatif, Mendeskripsika Perilaku promiskus atau
Male Lake in pada Pria n seluk beluk seksual berisiko terjadi di
circumcision G. Suku Atoin praktik sunat kalangan etnis Atoin
in West Dennist Meto di 8 tradisional pria meto, antara lain
Timor, on et al. Desa di 4 Atoin Meto, disebabkan oleh karena:
Indonesia Kecamatan nilai-nilai sosial 1). Persepsi masyarakat
Practices, di NTT, budaya, pola terhadap seksualitas,
Myths, and Indonesia. dukungan persetubuhan yang
Their Impact lingkungan, dan dilakukan laki-laki baik di
on the keterkaitan dalam maupun di luar
Spread of praktik sunat nikah, dianggap sebagai
HIV and tradisional bukti kejantanan; 2).
Gender tersebut dengan Pelaksanaan sunat
Relation kesehatan tradisional sifon,
reproduksi, merupakan kewajiban; 3).
khususnya PMS. Kepercayaan (tabu)
terhadap hubungan
seksual selama periode
tertentu, misal kehamilan,
menyusui, dan menstruasi
ikut mendorong terjadinya
perilaku promiskus; 4).
Kurangnya pengetahuan
masyarakat tentang
kesehatan reproduksi; 5)
Tekanan ekonomi
kadang-kadang
mendorong perempuan
untuk “menjual diri”; dan
6). Terjadinya proses
modernisasi terutama
mobilitas yang tinggi.

7
Jurnal Keperawatan Volume 13 No 1, Hal 1 - 14, Maret 2021 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

No Judul Artikel Penulis Tahun Metode Tujuan Hasil


8 HIV Rugigan 2015 Survey data Penelitian ini Hasil yang didapatkan
knowledge a pada 2773 bertujuan untuk adalah 5% Pria pada
and risky et al. Pria tahun mengeksplorasi tahun 2005 dan 7% pada
sexual 2005 dan pengetahuan tahun 2010 masing-
behavior 3772 Pria HIV dan masing melaporkan
among men tahun 2010 efeknya pada memiliki dua atau lebih
in rwanda di Etnis RSB (Risky pasangan seksual. Di
Rwanda Sexual antara mereka, 93% pada
Behavior) tahun 2005 dan 74% pada
tahun 2010 tidak
menggunakan kondom
pada seks terakhir. Antara
2005 dan 2010,
pengetahuan tentang efek
perlindungan terhadap
HIV, memiliki hanya satu
pasangan setia yang tidak
terinfeksi, dan
pengetahuan dasar tentang
HIV menurun.
Pengetahuan tentang efek
perlindungan
menggunakan kondom
meningkat dari 90%
menjadi 94%. Namun,
pengetahuan HIV tidak
terkait dengan salah satu
jenis RSB.
9 Risky HIV Woldey 2017 Cross Penelitian ini Dari total sampel peserta,
sexual ohannes sectional bertujuan untuk 60% adalah laki-laki. Usia
behavior and et al. dengan menilai perilaku siswa berkisar antara 17
utilization of jumlah seksual berisiko hingga 25 tahun dengan
voluntary sampel 602 HIV dan usia rata-rata 20,3 ± 1,6
counseling mahasiswa pemanfaatan tahun. Sekitar 64% dari
and HIV Sarjana di layanan VCT di mereka berada dalam
testing and Addis antara kelompok usia 17 hingga
associated Ababa, mahasiswa 20 tahun. Di antara
factors Ethiopia Sarjana di Addis peserta studi, 26,8%
among Ababa Science memiliki kontak seksual
undergraduat and Technology dan usia rata-rata
e students in University, pertemuan seksual
Addis Ethiopia pertama adalah 17,4 (SD
Ababa, = 2,3) tahun. Sekitar 76%
Ethiopia siswa tahu bahwa kondom
dapat mencegah Infeksi
Menular Seksual (IMS).
Di antara siswa yang aktif
secara seksual,46% tidak
menggunakan kondom
selama seks pertama kali.
Di antara mereka
menjawab, 83,4% telah
mendengar informasi
tentang VCT; Namun,

8
Jurnal Keperawatan Volume 13 No 1, Hal 1 - 14, Maret 2021 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

No Judul Artikel Penulis Tahun Metode Tujuan Hasil


52% belum pernah
menggunakan layanan
VCT. Secara keseluruhan
rata-rata skor pengetahuan
dan sikap siswa terhadap
persepsi risiko hiv adalah
sekitar 66% dan 57%,
masing-masing. Siswa
yang terdaftar di
departemen ilmu
kesehatan memiliki
hampir tiga kali lebih
banyak pengetahuan
[AOR(95%CI) = 2,83
(1,67, 4,80)] dan memiliki
dua setengah kali [AOR
(95% CI) = 2,55 (1,60,
4,06)] sikap yang baik
terhadap strategi
pengurangan risiko HIV
daripada siswa di
departemen terkait non-
kesehatan.
10 Risk Factors Chialepeh 2017 Survey data Penelitian ini Sekitar 147 (28,7%) laki-
of & Malawi meneliti risiko laki dan 240 (35,6%)
Inconsistent Susuman Demographic yang terkait perempuan melaporkan
Condom Use Health dengan penggunaan kondom yang
among Survey 2010 penggunaan tidak konsisten.
Sexually dengan kondom yang Kemungkinan
Active jumlah tidak konsisten penggunaan kondom yang
Youths: sampel sebagai faktor tidak konsisten lebih
Implications 511 laki-laki risiko HIV atau tinggi di kalangan wanita
for Human dan 675 infeksi menular dengan pendidikan
Immunodefic perempuan seksual lain dan menengah / tinggi (OR =
iency Virus di Malawi perilaku seksual 1,46), dengan lebih dari
and Sexual berisiko. satu pasangan (OR =
Risk 4,27), dan laki-laki
Behaviours menikah (OR = 8,76),
in Malawi dengan lebih dari satu
pasangan seks (OR =
1,78). Ada kebutuhan
untuk meningkatkan
kesadaran penggunaan
kondom dan
meningkatkan
pengetahuan melalui
pendidikan seksual
tentang penggunaan
kondom yang konsisten,
terutama di kalangan
wanita, untuk mengekang
penyebaran HIV / IMS
dan mengurangi perilaku
risiko seksual.

9
Jurnal Keperawatan Volume 13 No 1, Hal 1 - 14, Maret 2021 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

PEMBAHASAN
Perilaku seksual berisiko merupakan aktivitas yang dapat mengakibatkan dampak negatif
pada kehidupan seseorang yang melakukannya karena akan mempengaruhi hubungan
keluarga, sosial dan kesehatannya Penelitian akademis tentang perilaku seksual dimulai pada
abad ke-18 dan telah menggunakan berbagai strategi termasuk metode medis, psikiatrik, dan
antropologis selama bertahun-tahun. Tetapi perhatian publik pada bidang ini sebagian besar
ditarik setelah meningkatnya kesadaran tentang risiko HIV di tahun 90-an (Mirzaei et al.,
2016). Hubungan seks melalui vaginal, oral ataupun anal, dengan pasangan non-eksklusif,
positif HIV, atau pengguna narkoba suntikan, tidak menggunakan pengaman, ataupun tidak
konsisten menggunakan pengaman/kondom, dapat meningkatkan risiko penularan penyakit
seksual menular termasuk HIV/AIDS.

Perilaku seksual di komunitas berbeda atau pada sekelompok orang juga didominasi oleh
ekonomi, budaya dan gaya hidup mereka, selain juga oleh faktor lain seperti penggunaan
alkohol, obat-obatan, media, dan lain-lain. Orang-orang dengan etnis atau suku tertentu,
memiliki budaya, kepercayaan, dan gaya hidup mereka sendiri yang terkait dengan perilaku
mereka, termasuk perilaku seksual berisiko yang dapat menyebabkan infeksi seperti HIV,
HBV, HCV, ataupun infeksi menular seksual lainnya (Apidechkul, 2019). Pengetahuan
merupakan hasil dari tahu, setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek
tertentu, dan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang
(Notoatmodjo, 2014). Setiap orang yang akan melakukan suatu tindakan biasanya didahului
dengan tahu, yang kemudian akan dilanjutkan dengan adanya inisiatif untuk melakukan
suatu tindakan berdasarkan pengetahuannya tersebut. Perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan bersifat lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan.

Perilaku seksual berisiko dapat terbentuk karena kurangnya pengetahuan tentang HIV/AIDS
termasuk pada berbagai etnis di dunia. Berbagai intervensi telah dilakukan untuk
meningkatkan pengetahuan umum HIV/AIDS, dengan hipotesis bahwa meningkatkan
pengetahuan HIV/AIDS dapat mengurangi perilaku seksual berisiko, sehingga akan dapat
mencegah meluasnya penularan penyakit infeksi menular seksual termasuk HIV/AIDS di
dunia. Seperti dalam penelitian Dzah et al (2019) pada etnis pemuda Sekondi-Takoradi di
Ghana misalnya, menyatakan bahwa sebagian besar responden yang memiliki pengetahuan
yang tidak memadai mengenai HIV/AIDS, terlibat dalam perilaku seksual berisiko yang
membuat mereka cenderung menularkan HIV. Kesalahpahaman tentang cara penularan HIV,
sikap negatif terhadap Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) serta praktik seksual berisiko HIV
di kalangan pemuda, membuat Dzah et al, menggarisbawahi bahwa betapa pentingnya
adaptasi secara budaya dan informasi HIV dasar yang berorientasi pada usia remaja
diterapkan untuk mereka (Dzah et al, 2019). Hal ini senada dengan penelitian sebelumnya
yang dilakukan oleh Nubed & Akoachere (2016) pada remaja etnis Cameroon, bahwa
pengetahuan tentang HIV/AIDS dapat meningkatkan kemampuan responden untuk
melaporkan praktik seksual yang lebih aman. Tingkat pengetahuan yang lebih baik lebih
cenderung menampilkan sikap positif dan mencegah perilaku seksual berisiko HIV/AIDS.

Di kalangan remaja, pengetahuan yang dimiliki akan membentuk sikap yang dapat terlihat
dalam pencegahan perilaku seks bebas (Prabasari et al, 2018). Terdapat hubungan yang positif
antara perilaku seksual berisiko dan usia. Kurangnya pengetahuan HIV dan kesalahpahaman
tentang penularan HIV banyak diidentifikasi. Responden dengan pengetahuan HIV yang lebih
tinggi memiliki perilaku seksual berisiko yang lebih rendah (J. Pharr et al, 2017). Selain itu,
sikap siswa yang lebih banyak mendapatkan pendidikan di departemen kesehatan, lebih baik

10
Jurnal Keperawatan Volume 13 No 1, Hal 1 - 14, Maret 2021 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

dalam membuat strategi pengurangan risiko HIV daripada siswa di departemen non-kesehatan
(Woldeyohannes et al, 2017).

Demikian pula dengan penelitian mengenai risiko yang terkait dengan penggunaan kondom
yang tidak konsisten sebagai faktor risiko HIV atau infeksi menular seksual lain dan perilaku
seksual berisiko. Chialepeh & Susuman (2017) di Malawi menyatakan bahwa terdapat
kebutuhan untuk meningkatkan kesadaran penggunaan kondom dan meningkatkan
pengetahuan melalui pendidikan seksual tentang penggunaan kondom yang konsisten,
terutama di kalangan wanita, untuk mencegah penyebaran HIV atau IMS lainnya serta
mengurangi perilaku seksual berisiko. Hal ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh
Rugigana et al (2015) bahwa pengetahuan tentang efek perlindungan penggunaan kondom
meningkat setelah dilakukan edukasi dasar tentang HIV, walaupun pengetahuan HIV dalam
penelitian ini bukanlah satu-satunya faktor penentu, melainkan terdapat faktor lain seperti
memiliki hanya satu pasangan setia yang tidak terinfeksi juga ikut berperan dalam
pencegahan penularan HIV/AIDS.

Pada penelitian kualitatif yang dilakukan di suku terbesar di NTT (Nusa Tenggara Timur)
tentang salah satu tradisi mereka yang cenderung pada perilaku seksual berisiko, didapatkan
hasil bahwa alasan perempuan atau wanita dari suku Atoin Meto bersedia menjadi wanita
Sifon (tradisi hubungan seksual oleh pria Atoin Meto pasca sunat tradisional dengan wanita
yang bukan istri atau pasangan tetapnya), antara lain adalah karena kurangnya pengetahuan
tentang dampak hubungan seks Sifon yang berisiko terhadap kesehatan mereka (penyakit
infeksi menular seksual), dan masyarakat di sana lebih memegang teguh adat sehingga kurang
memperhatikan dampak negatif dari hubungan seksual Sifon (Saba, 2016). Senada dengan
penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Primus Lake (1999) & G. Denniston et al (2009),
menyatakan bahwa perilaku promiskus atau seksual berisiko terjadi di kalangan etnis Atoin
Meto, antara lain disebabkan oleh karena: 1). Persepsi masyarakat terhadap seksualitas,
persetubuhan yang dilakukan laki-laki baik di dalam maupun di luar nikah, dianggap sebagai
bukti kejantanan; 2). Pelaksanaan sunat tradisional Sifon, merupakan kewajiban; 3).
Kepercayaan (tabu) terhadap hubungan seksual selama periode tertentu, misal kehamilan,
menyusui, dan menstruasi ikut mendorong terjadinya perilaku promiskus; 4). Kurangnya
pengetahuan masyarakat tentang kesehatan reproduksi; 5) Tekanan ekonomi kadang-kadang
mendorong perempuan untuk “menjual diri”; dan 6). Terjadinya proses modernisasi terutama
mobilitas yang tinggi.

Adanya ritual hubungan seks pasca sunat tradisional. Suku Atoin Meto yang dilakukan saat
luka sunat belum sembuh dengan perempuan yang bukan pasangan sahnya, merupakan hal
yang penting untuk diperhatikan, karena ritual ini menjadi sangat berisiko terhadap penularan
penyakit kelamin dan menular seksual termasuk HIV/AIDS. Dari berbagai penelitian tersebut
di atas, dapat diketahui bahwa pengetahuan yang diterima responden termasuk pengetahuan
tentang HIV/AIDS, adalah salah satu variabel penting dalam pencegahan perilaku seksual
berisiko. Pengetahuan akan membentuk nilai yang dipercayai oleh responden, yang akan
terwujud dalam sikap yang ditanamkan, dan akhirnya keluar dalam bentuk perilaku yang
dilakukan dalam kesehariannya termasuk perilaku seksual berisiko. Pengetahuan HIV/AIDS
yang baik dapat menentukan perilaku seksual yang lebih aman, sehingga dapat ikut mencegah
terjadinya penularan HIV/AIDS.

SIMPULAN
Gambaran tentang pengaruh pengetahuan HIV/AIDS pada perilaku seksual berisiko di
berbagai etnis di dunia. Pengetahuan yang dimiliki responden, termasuk berbagai etnis dunia,

11
Jurnal Keperawatan Volume 13 No 1, Hal 1 - 14, Maret 2021 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

akan membentuk sikap yang dapat terlihat dalam pencegahan perilaku seksual berisiko.
Pengetahuan tentang HIV/AIDS yang tidak memadai, sikap negatif dan praktik seksual
berisiko adalah salah satu hambatan utama untuk mencegah penyebaran HIV/AIDS. Betapa
pentingnya adaptasi secara budaya dan pemberian informasi HIV dasar yang berorientasi pada
usia diterapkan. Pendidikan kesehatan tentang HIV/AIDS yang secara terus menerus
dilakukan dapat meningkatkan pengetahuan dan pembentukan sikap yang baik demi
mencegah penularan HIV/AIDS.

DAFTAR PUSTAKA
Apidechkul, T. (2019). Sexual behaviors and seroprevalence of HIV, HBV, and HCV among
hill tribe youths of Northern Thailand. BMC Public Health, 19(1), 1–17.
https://doi.org/10.1186/s12889-019-7459-9
Chialepeh, W. N., & Susuman, A. S. (2017). Risk Factors of Inconsistent Condom Use among
Sexually Active Youths: Implications for Human Immunodeficiency Virus and Sexual
Risk Behaviours in Malawi. Journal of Asian and African Studies, 52(4), 484–496.
https://doi.org/10.1177/0021909615595992

Dimbuene, Z. T., Emina, J. B. O., & Sankoh, O. (2014). UNAIDS “multiple sexual partners”
core indicator: Promoting sexual networks to reduce potential biases. Global Health
Action, 7(1), 1–6. https://doi.org/10.3402/gha.v7.23103

Dzah, S. M., Tarkang, E. E., Lutala, P. M., & Tarkang, E. (2019). African Journal of Primary
Health Care & Family Medicine. Afr J Prm Health Care Fam Med, 11(1), 1875.
https://doi.org/10.4102/phcfm.v11i1.1875
Faimau, G., Maunganidze, L., Tapera, R., Mosomane, L. C. K., & Apau, S. (2016).
Knowledge of HIV/AIDS, attitudes towards sexual risk behaviour and perceived
behavioural control among college students in Botswana. Cogent Social Sciences, 2(1).
https://doi.org/10.1080/23311886.2016.1164932
Lake, P. (1999). Sifon Antara Tradisi dan Risiko Penularan PMS. Yogyakarta: Pusat
Penelitian Kependudukan, Universitas Gadjah Mada.
Lake, P. (2009). Traditional Male Circumcision in West Timor, Indonesia Practices, Myths,
and Their Impact on the Spread of HIV and Gender Relation. Circumcision and Human
Rights, 185–188. https://doi.org/10.1007/978-1-4020-9167-4_16
Laporan Kasus HIV & AIDS Juni 2018. (n.d.).
Mirzaei, M., Ahmadi, K., Saadat, S., & Ramezani, M. (2016). Instruments of High Risk
Sexual Behavior Assessment: a Systematic Review. Materia Socio Medica, 28(1),46.
https://doi.org/10.5455/msm.2016.28.46-50
Nubed, C. K., & Akoachere, J. F. T. K. (2016). Knowledge, attitudes and practices regarding
HIV/AIDS among senior secondary school students in Fako Division, South West
Region, Cameroon. BMC Public Health, 16(1), 1–10. https://doi.org/10.1186/s12889-
016-3516-9
Pandor, A., Kaltenthaler, E., Higgins, A., Lorimer, K., Smith, S., Wylie, K., & Wong, R.
(2015). Sexual health risk reduction interventions for people with severe mental illness:
A systematic review. BMC Public Health, 15(1). https://doi.org/10.1186/s12889-015-
1448-4

12
Jurnal Keperawatan Volume 13 No 1, Hal 1 - 14, Maret 2021 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Pharr, J. R., Enejoh, V., Mavegam, B. O., Olutola, A., Karick, H., & Ezeanolue, E. E. (2017).
A cross-sectional study of the role of HIV/AIDS knowledge in risky sexual behaviors of
adolescents in Nigeria. International Journal of High Risk Behaviors and Addiction,
6(4). https://doi.org/10.5812/ijhrba.63203
Prabasari, N. A. P., Juwita, L., & Lyliana, M. A. (2018). Hubungan Pengetahuan Dan Sikap
Pencegahan Penularan HIV/AIDS Dengan Perilaku Seks Bebas Pada Mahasiswa
Correlation Between Knowledge and Attitude to Prevent Transmission Of HIV / AIDS
with Student’s Free Sex Behavior ketertarikan terhadap lawan jenis . 6(2), 55–64.

Rugigana, E., Birungi, F., & Nzayirambaho, M. (2015). HIV knowledge and risky sexual
behavior among men in rwanda. Pan African Medical Journal.
https://doi.org/10.11604/pamj.2015.22.380.6661
Saba, K. R. (2016). WANITA SIFON (Studi Ethno-Phenomenology) KHETYE ROMELYA
SABA. 2006, 1–22.
UNAIDS. (2019). Communities at the centre, global AIDS update 2019. Defending rights,
breaking barriers, reaching people with HIV services. Unaids Data Update.
https://doi.org/10.2307/j.ctt1t898kc.12
Woldeyohannes, D., Asmamaw, Y., Sisay, S., Hailesselassie, W., Birmeta, K., & Tekeste, Z.
(2017). Risky HIV sexual behavior and utilization of voluntary counseling and HIV
testing and associated factors among undergraduate students in Addis Ababa, Ethiopia.
BMC Public Health. https://doi.org/10.1186/s12889-017-4060-y

13
Jurnal Keperawatan Volume 13 No 1, Hal 1 - 14, Maret 2021 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

14

Anda mungkin juga menyukai