Anda di halaman 1dari 14

TREND DAN ISU

TREND DAN ISU PENULARAN HIV DI INDONESIA DAN DI LUAR NEGRI


Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang mempunyai
kemampuan menggunakan RNA-nya dan DNA pejamu untuk membentuk virus DNA
dan dikenali selama periode inkubasi yang panjang. HIV menyebabkan kerusakan
sistem imun dan menghancurkannya. Hal tersebut terjadi dengan menggunakan DNA
dari CD4+ dan limfosit untuk mereplikasi diri. Dalam proses itu, virus tersebut
menghancurkan CD4+ dan limfosit (Nursalam, 2007: 40). Acquired
Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS)
adalah sekumpulan penyakit yang timbul karena turunnya kekebalan tubuh yang
didapat. AIDS disebabkan oleh adanya virus HIV yang hidup di dalam 4 cairan tubuh
manusia yaitu cairan darah, cairan sperma, cairan vagina, dan air susu ibu (Komisi
Penanggulangan AIDS Nasional, 2010). Penyakit AIDS pertama kali ditemukan pada
tahun 1981 di Amerika Serikat yang kemudian dengan pesatnya menyebar ke seluruh
dunia. Di negaranegara Amerika Latin dilaporkan 7.215 kasus AIDS melanda kaum
muda berusia 20-49 tahun yang sebagian besar adalah kaum homoseksual dan
pengguna obatobat suntik ke pembuluh darah (Soekidjo Notoatmodjo, 2007: 310).
Prevalensi global HIV tetap stabil dan jumlah infeksi HIV menurun sekitar 15% dari
tahun 2001 sampai 2008. Pada tahun 2008 terdapat 280.000 orang meninggal dari
430.000 penderita HIV/AIDS, dan tahun 2009 terdapat 33.300.000 penderita (WHO,
2009: 7). Pada tahun 2001 dan 2010, jumlah orang yang baru terinfeksi HIV menurun
tajam sebesar 34 persen di Asia Tenggara. Menurut WHO, dengan perluasan fasilitas
serta penyediaan layanan pengujian dan konseling, sekitar 16 juta orang telah diuji
untuk HIV di seluruh Asia Tenggara. Menurut Laporan Kemajuan WHO tentang
HIV/AIDS di Asia Tenggara tahun 2011, 3,5 juta orang diperkirakan hidup dengan
HIV AIDS di tahun 2010, diantaranya 140 ribu anakanak dan perempuan (37% dari
populasi penderita). Di Indonesia, kasus epidemi penyakit ini masih terus meningkat,
meskipun jumlah infeksi baru menunjukkan
tren penurunan di Myanmar, Nepal, dan Thailand. Indonesia merupakan negara
dengan penularan HIV/AIDS tercepat di Asia Tenggara (WHO, 2009: 7). Indonesia
merupakan negara yang menempati urutan pertama dalam penularan HIV/AIDS di
Asia Tenggara. Dari total populasi penduduk sebanyak 240 juta jiwa, Indonesia
memiliki prevalensi HIV sebesar 0,24% dengan estimasi ODHA 186.000, bahkan bisa
mencapai 200.000. Untuk jumlah kasus sendiri HIV/AIDS mengalami penurunan di
tahun 2011. Di Indonesia pada tahun 2008 terdapat 59 penderita (prevalensi naik
25,5% dari tahun 2007 yang terdapat 43 penderita), tahun 2009 terdapat 131 penderita
(prevalensinya naik 8,8%), tahun 2010 terdapat 102 orang penderita (prevalensi turun
9,0% dari tahun sebelumnya). Angka kejadian HIV/AIDS di kalangan perempuan
semakin mengkhawatirkan. Hal ini menempatkan anak pada posisi rentan dengan
HIV/ AIDS dari orang tuanya dalam proses persalinan, menyusui, dan melalui media
lain seperti transfusi darah. Case rate tertinggi pada tahun 2008-2010 adalah di Papua,
dimana Case rate-nya pada tahun 2008 adalah 129,35 per 100.000 penduduk
meningkat menjadi 173,69 per 100.000 penduduk pada tahun 2010. Berdasarkan jenis
kelamin penderita HIV/AIDS tahun 2008, persentase laki-laki sebesar 74,9% menurun
menjadi 73% di tahun 2010, sedangkan persentase perempuan cenderung meningkat
yaitu 24,6% tahun 2008 naik menjadi 26,6% tahun 2010 (Profil Kesehatan Indonesia,
2010). Berdasarkan jumlah kumulatif kasus HIV/AIDS triwulan 1 tahun 2012, Jawa
Tengah menduduki peringkat 6 se Indonesia, di bawah DKI Jakarta, Jawa Timur,
Papua, Jawa Barat, dan Bali. Di Jawa Tengah tahun 2008 terdapat 428 penderita
(prevalensi turun 0,7 % dari tahun 2007), tahun 2009 terdapat 559 penderita

1
(prevalensinya naik 22%), tahun 2010 terdapat 874 penderita (prevalensi naik 35%
dari tahun sebelumnya) (Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah, 2010). Di Kota
Semarang penderita HIV/AIDS sebanyak 199 penderita HIV dan 15 penderita AIDS,
tahun 2009 terdapat 323 penderita HIV dan AIDS 19 penderita, tahun 2010 terdapat
287 penderita HIV dan 61 penderita AIDS, tahun 2011 terdapat 427 penderita HIV
dan 59 penderita AIDS. Proporsi kasus HIV tahun 1995-April 2012 di Kota Semarang
berdasarkan jenis kelaminnya adalah 48% perempuan dan 52% laki-laki. Proporsi
kasus AIDS tahun 2007- April 2012 di Kota Semarang berdasarkan jenis kelaminnya
adalah 69% laki-laki dan 31% perempuan (Dinas Kesehatan Kota Semarang, 2012).
Berdasarkan hasil penelitian Agung Sapresetya Dwi Laksana dan Diyah Woro Dwi
Lestari tahun 2010, dengan judul “Faktor-faktor risiko penularan HIV/AIDS pada
laki-laki dengan orientasi seks heteroseksual dan homoseksual di Purwokerto tahun
2010” didapatkan hasil bahwa orientasi seks (laki-laki homoseksual lebih cenderung
berganti-ganti pasangan), IMS, dan penasun merupakan faktor risiko penularan
HIV/AIDS. Hasil penelitian Besral, Budi Utomo, dan Andri Prima Zani tahun 2004,
dengan judul “Potensi penyebaran HIV dari pengguna NAPZA suntik ke masyarakat
umum, disebutkan bahwa penularan HIV/AIDS disebabkan karena penggunaan jarum
suntik secara bergantian pada pengguna narkoba (penasun), tidak menggunakan
kondom di saat berhubungan seksual, dan penularan dari ibu ke anak (perinatal). Hasil
penelitian Heri Winarno, Antono Suryoputro, dan Zahroh Shaluhiyah, tahun 2008,
dengan judul “ Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Penggunaan Jarum Suntik
Bergantian Diantara Pengguna NAPZA Suntik Di Kota Semarang”, disebutkan bahwa
penularan HIV/AIDS pada penasun disebabkan karena adanya kepercayaan diri untuk
menggunakan jarum suntik secara bergantian dan keikutsertaan dalam penggunaan
jarum suntik secara bergantian.

Bab 1.

Pendahuluan

Latar Belakang

Zaman globalisasi seperti saat ini mempengaruhi dan bahkan membuat nilai-
nilai moral dalam kehidupan menjadi kurang diperhatikan lagi. Pergaulan
semakin bebas sehingga memicu terjadinya perbuatan yang tidak baik bagi
kesehatan, hal tersebut misalnya terjadinya penularan HIV AIDS. Banyak
faktor yang melandasi hal tersebut, seperti faktor pergaulan yang tidak sehat,
ingin coba-coba, dan lain sebagainya. Selain itu, faktor lainnya yaitu tidak
adanya atau kurangnya pengetahuan siswa mengenai efek samping atau akibat
yang dapat ditimbulkan dari perilaku tersebut.

Maraknya perilaku yang menyebabkan penularan HIV/AIDS misalnya


penggunaan narkoba dan seks bebas saat ini tidak hanya tren di kalangan para
pemuda yang sudah tidak menduduki bangku sekolah lagi, saat ini perilaku
tersebut telah merajalela di kalangan para pelaja. Semua itu dikarenakan
kurangnya pengetahuan mengenai bahaya dan penularan HIV AIDS.

2
Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember sebagai salah
satu jurusan kesehatan juga memiliki tanggung jawab untuk melakukan sebuah
sosialisasi tentang bahaya HIV AIDS di kalangan masyarakat khususnya pada
pelajar, agar tidak terpengaruh dengan pergaulan bebas dalam kehidupan
sehari-hari. Demi melaksanakan tugas itulah kami akan memberikan sebuah
pemahaman mengenai bahaya HIV AIDS untuk meningkatkan derajat
kesehatan sehingga kita mampu menciptakan dan mewujudkan cita-cita para
generasi muda bangsa yang kuat dan tangguh dengan langkah pencegahan
penularan HIV AIDS.

Selama Januari-April 2014 tercatat sebanyak 10 pelajar terinfeksi AIDS


stadium tiga karena pergaulan bebas dan seks bebas. Jumlah terbanyak
penderita HIV/AIDS masih didominasi oleh mereka yang berusia produktif
dengan usia 20-45 tahun, kemudian peringkat kedua adalah kalangan pelajar
dengan usia 15-19 tahun, dengan penularan terbanyak karena seks bebas. Data
di klinik VCT RSD dr Soebandi Jember tercatat sebanyak 15 pelajar dan tiga
mahasiswa terinfeksi HIV/AIDS sejak 2004 hingga 2013, sehingga jumlah
pelajar yang tertular virus mematikan itu bertambah menjadi 25 orang.
(Koordinator konselor klinik Voluntary Councelling and Testing (VCT) RSD
dr Soebandi Jember, dr Justina Evi Tyaswati)

Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian HIV/AIDS?


2. Bagaimana kerja virus HIV?
3. Apa sajakah gejala HIV/AIDS?
4. Bagaimana penularan HIV/AIDS?
5. Bagaimana pencegahan HIV/AIDS?
6. Bagaimana perkembangan HIV/AIDS di Jember?
7. Bagaimana cara mendeteksi HIV/AIDS?
8. Bagaimana fase/tahapan HIV menyerang tubuh?
9. Bagaimana pengobatan HIV/AIDS?
10. Bagaimana sikap masyarakat terhadap ODHA?

Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian HIV/AIDS


2. Untuk mengetahui bagaimana kerja virus HIV
3. Untuk mengetahui apa saja gejala HIV/AIDS
4. Untuk mengetahui bagaimana penularan HIV/AIDS
5. Untuk mengetahui bagaimana pencegahan HIV/AIDS
6. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan HIV/AIDS di Jember
7. Untuk mengetahui bagaimana cara mendeteksi HIV/AIDS
8. Untuk mengetahui bagaimana fase/tahapan HIV menyerang tubuh
9. Untuk mengetahui bagaimana pengobatan HIV/AIDS
10. Untuk Mengetahui sikap masyarakat terhadap ODHA

3
Manfaat

1. Mengetahui pengertian HIV/AIDS


2. Mengetahui bagaimana kerja virus HIV
3. Mengetahui apa saja gejala HIV/AIDS
4. Mengetahui bagaimana penularan HIV/AIDS
5. Mengetahui bagaimana pencegahan HIV/AIDS
6. Mengetahui bagaimana perkembangan HIV/AIDS di Jember
7. Mengetahui bagaimana cara mendeteksi HIV/AIDS
8. Mengetahui bagaimana fase/tahapan HIV menyerang tubuh
9. Mengetahui bagaimana pengobatan HIV/AIDS
10. Mengetahui sikap masyarakat terhadap ODHA

Bab 2.

Pembahasan

Pengertian HIV/AIDS

HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah sejenis virus yang


menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan dapat menimbulkan AIDS.
HIV menyerang salah satu jenis dari sel-sel darah putih yang bertugas
menangkal infeksi. Sel darah putih tersebut terutama limfosit yang memiliki
CD4 sebagai sebuah marker atau penanda yang berada di permukaan sel
limfosit. Karena berkurangnya nilai CD4 dalam tubuh manusia menunjukkan
berkurangnya sel-sel darah putih atau limfosit yang seharusnya berperan dalam
mengatasi infeksi yang masuk ke tubuh manusia. Pada orang dengan sistem
kekebalan yang baik, nilai CD4 berkisar antara 1400-1500. Sedangkan pada
orang dengan sistem kekebalan yang terganggu (misal pada orang yang
terinfeksi HIV) nilai CD4 semakin lama akan semakin menurun (bahkan pada
beberapa kasus bisa sampai nol) (KPA, 2007c).

Virus HIV diklasifikasikan ke dalam golongan lentivirus atau retroviridae.


Virus ini secara material genetik adalah virus RNA yang tergantung pada
enzim reverse transcriptase untuk dapat menginfeksi sel mamalia, termasuk
manusia, dan menimbulkan kelainan patologi secara lambat. Virus ini terdiri
dari 2 grup, yaitu HIV-1 dan HIV-2. Masing-masing grup mempunyai lagi
berbagai subtipe, dan masing-masing subtipe secara evolusi yang cepat
mengalami mutasi. Diantara kedua grup tersebut, yang paling banyak
menimbulkan kelainan dan lebih ganas di seluruh dunia adalah grup HIV-1
(Zein, 2006).

AIDS adalah singkatan dari Acquired Immuno Deficiency Syndrome, yang


berarti kumpulan gejala atau sindroma akibat menurunnya kekebalan tubuh
yang disebabkan infeksi virus HIV. Tubuh manusia mempunyai kekebalan
untuk melindungi diri dari serangan luar seperti kuman, virus, dan penyakit.

4
AIDS melemahkan atau merusak sistem pertahanan tubuh ini, sehingga
akhirnya berdatanganlah berbagai jenis penyakit lain (Yatim, 2006).

HIV adalah jenis parasit obligat yaitu virus yang hanya dapat hidup dalam sel
atau media hidup. Seorang pengidap HIV lambat laun akan jatuh ke dalam
kondisi AIDS, apalagi tanpa pengobatan. Umumnya keadaan AIDS ini ditandai
dengan adanya berbagai infeksi baik akibat virus, bakteri, parasit maupun
jamur. Keadaan infeksi ini yang dikenal dengan infeksi oportunistik (Zein,
2006).

Kerja Virus HIV

Setelah virus masuk dalam tubuh maka target utamanya adalah limfosit
CD4 karena virus mempunyai afinitas terhadap molekul permukaan CD4.
Virus ini mempunyai kemampuan untuk mentransfer informasi genetik mereka
dari RNA ke DNA dengan menggunakan enzim yang disebut reverse
transcriptase. Limfosit CD4 berfungsi mengkoordinasikan sejumlah fungsi
imunologis yang penting. Hilangnya fungsi tersebut menyebabkan gangguan
respon imun yang progresif (Borucki, 1997).

Setelah infeksi primer, terdapat 4-11 hari masa antara infeksi mukosa dan
viremia permulaan yang dapat dideteksi selama 8-12 minggu. Selama masa ini,
virus tersebar luas ke seluruh tubuh dan mencapai organ limfoid. Pada tahap ini
telah terjadi penurunan jumlah sel-T CD4. Respon imun terhadap HIV terjadi 1
minggu sampai 3 bulan setelah infeksi, viremia plasma menurun, dan level sel
CD4 kembali meningkat namun tidak mampu menyingkirkan infeksi secara
sempurna. Masa laten klinis ini bisa berlangsung selama 10 tahun. Selama
masa ini akan terjadi replikasi virus yang meningkat. Diperkirakan sekitar 10
milyar partikel HIV dihasilkan dan dihancurkan setiap harinya. Waktu paruh
virus dalam plasma adalah sekitar 6 jam, dan siklus hidup virus rata-rata 2,6
hari. Limfosit T-CD4 yang terinfeksi memiliki waktu paruh 1,6 hari. Karena
cepatnya proliferasi virus ini dan angka kesalahan reverse transcriptase HIV
yang berikatan, diperkirakan bahwa setiap nukleotida dari genom HIV
mungkin bermutasi dalam basis harian (Brooks, 2005).

Akhirnya pasien akan menderita gejala-gejala konstitusional dan penyakit


klinis yang nyata seperti infeksi oportunistik atau neoplasma. Level virus yang
lebih tinggi dapat terdeteksi dalam plasma selama tahap infeksi yang lebih
lanjut. HIV yang dapat terdeteksi dalam plasma selama tahap infeksi yang
lebih lanjut dan lebih virulin daripada yang ditemukan pada awal infeksi
(Brooks, 2005).

Infeksi oportunistik dapat terjadi karena para pengidap HIV terjadi penurunan
daya tahan tubuh sampai pada tingkat yang sangat rendah, sehingga beberapa
jenis mikroorganisme dapat menyerang bagian-bagian tubuh tertentu. Bahkan
mikroorganisme yang selama ini komensal bisa jadi ganas dan menimbulkan
penyakit (Zein, 2006).

5
Gejala HIV/AIDS

Penyakit ini disertai kumpulan gejala (syndrome) antara lain gejala


infeksi dan penyakit oportumistik yang timbul akibat menurunnya daya tahan
tubuh penderita. Menurunnya kekebalan menjadikan penderita rentan terhadap
infeksioportunitik dimana infeksi mikroorganisme yang dalam keadaan normal
bersifatapatogen. Pada penderita AIDS mikroorganisme yang bersifat apatogen
dapatmenjadi pathogen (Syamsuridjat, 2001).

Adapun yang termasuk gejala mayor yaitu:

1. Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan


2. Diare kronik berlangsung lebih dari 1 bulan
3. Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan
4. Penurunan kesadaran dan gangguan Neorologis
5. Demensia atau HIV ensepalopati

Sedangkan gejala minor yaitu:

1. Batuk menetap lebih dari 1 bulan


2. Dermatitis generalisata yang gatal
3. Adanya Herpes Zoster Multisegmental dan atau berulang
4. Kandidiasis orofariengeas
5. Herpes Simpleks kronik progresif
6. Limfadenopati Generalisata (pembesaran kelenjar getah bening)
7. Infeksi jamur berulang pada alat kelamin.

Penularan HIV/AIDS

HIV berada terutama dalam cairan tubuh manusia. Cairan yang


berpotensial mengandung HIV adalah darah, cairan sperma, cairan vagina dan
air susu ibu (KPA, 2007c).

Penularan HIV dapat terjadi melalui berbagai cara, yaitu :

1. kontak seksual, kontak dengan darah atau sekret yang infeksius, ibu ke
anak selama masa kehamilan, persalinan dan pemberian ASI (Air Susu
Ibu). (Zein, 2006)
2. Seksual

Penularan melalui hubungan heteroseksual adalah yang paling dominan dari


semua cara penularan. Penularan melalui hubungan seksual dapat terjadi
selama senggama laki-laki dengan perempuan atau laki-laki dengan laki-laki.
Senggama berarti kontak seksual dengan penetrasi vaginal, anal (anus), oral
(mulut) antara dua individu. Resiko tertinggi adalah penetrasi vaginal atau anal
yang tak terlindung dari individu yang terinfeksi HIV.

1. Melalui transfusi darah atau produk darah yang sudah tercemar dengan
virus HIV.

6
2. Melalui jarum suntik atau alat kesehatan lain yang ditusukkan atau
tertusuk ke dalam tubuh yang terkontaminasi dengan virus HIV, seperti
jarum tato atau pada pengguna narkotik suntik secara bergantian. Bisa
juga terjadi ketika melakukan prosedur tindakan medik ataupun terjadi
sebagai kecelakaan kerja (tidak sengaja) bagi petugas kesehatan.
3. Melalui silet atau pisau, pencukur jenggot secara bergantian hendaknya
dihindarkan karena dapat menularkan virus HIV kecuali benda-benda
tersebut disterilkan sepenuhnya sebelum digunakan.
4. Melalui transplantasi organ pengidap HIV
5. Penularan dari ibu ke anak

Kebanyakan infeksi HIV pada anak didapat dari ibunya saat ia dikandung,
dilahirkan dan sesudah lahir melalui ASI.

Tidak terdapat bukti yang meyakinkan bahwa air liur dapat menularkan infeksi
baik melalui ciuman maupun pajanan lain misalnya sewaktu bekerja pada
pekerja kesehatan. Selain itu air liur terdapat inhibitor terhadap aktivitas HIV
(Fauci,2000).

Menurut WHO (1996), terdapat beberapa cara dimana HIV tidak dapat
ditularkan antara lain:

1. Kontak fisik

Orang yang berada dalam satu rumah dengan penderita HIV/AIDS, bernapas
dengan udara yang sama, bekerja maupun berada dalam suatu ruangan dengan
pasien tidak akan tertular. Bersalaman, berpelukan maupun mencium pipi,
tangan dan kening penderita HIV/AIDS tidak akan menyebabkan seseorang
tertular.

1. Memakai milik penderita

Menggunakan tempat duduk toilet, handuk, peralatan makan maupun peralatan


kerja penderita HIV/AIDS tidak akan menular.

1. Digigit nyamuk maupun serangga dan binatang lainnya.


2. Mendonorkan darah bagi orang yang sehat tidak dapat tertular HIV

Pencegahan HIV/AIDS

Cara-cara mengurangi resiko penularan AIDS antara lain melalui seks


aman yaitu dengan melakukan hubungan seks tanpa melakukan penetrasi penis
ke dalam vagina, anus, ataupun mulut. Bila air mani tidak masuk ke dalam
tubuh pasangan seksual maka resiko penularan akan berkurang. Apabila ingin
melakukan senggama dengan penetrasi maka seks yang aman adalah dengan
menggunakan alat pelindung berupa kondom (Yatim, 2006).

Hindari berganti-ganti pasangan dimana semakin banyak jumlah kontak


seksual seseorang, lebih mungkin terjadinya infeksi. Hindari sexual intercourse

7
dan lakukan outercourse dimana tidak melakukan penetrasi. Jenis-jenis
outercourse termaksuk masase, saling rangkul, raba, dan saling bersentuhan
tubuh tanpa kontak vaginal, anal, atau oral (Hutapea, 1995).

Bagi pengguna obat-obat terlarang dengan memakai suntik, resiko penularan


akan meningkat. Oleh karena itu perlu mendapat pengetahuan mengenai
beberapa tindakan pencegahan. Pusat rehabilitasi obat dapat dimanfaatkan
untuk menghentikan penggunaan obat tersebut.

Bagi petugas kesehatan, alat-alat yang dianjurkan untuk digunakan sebagai


pencegah antara lain sarung tangan, baju pelindung, jas laboratorium,
pelindung muka atau masker, dan pelindung mata. Pilihan alat tersebut sesuai
dengan kebutuhan aktivitas pekerjaan yang dilakukan tenaga kesehatan (Lyons,
1997).

Bagi seorang ibu yang terinfeksi AIDS bisa menularkan virus tersebut kepada
bayinya ketika masih dalam kandungan, melahirkan atau menyusui. ASI juga
dapat menularkan HIV, tetapi bila wanita sudah terinfeksi HIV pada saat
mengandung maka ada kemungkinan si bayi lahir sudah terinfeksi HIV. Maka
dianjurkan agar seorang ibu tetap menyusui anaknya sekalipun HIV +. Bayi
yang tidak diberi ASI beresiko lebih besar tertular penyakit lain atau menjadi
kurang gizi (Yatim, 2006).

Bila ibu yang menderita HIV tersebut mendapat pengobatan selama hamil
maka dapat mengurangi penularan kepada bayinya sebesar 2/3 daripada yang
tidak mendapat pengobatan (MFMER, 2008).

Strategi pencegahan HIV/AIDS ABCDE versi pemerintah:

A = Abstain. Jangan melakukan seks, terutama hubungan seksual berisiko.

B = Be faithful. Jadilah pasangan yang setia.

C = Condom. Jika hubungan seks tersebut adalah seks yang berisiko


kehamilan atau penularan penyakit, maka pakailah kondom.

D = Drug. Jauhi drug (obat-obatan terlarang), baik drug telan yang dapat
menyebabkan gairah seks meningkat seperti ekstasi, atau drug suntik yang
menularkan langsung penyakit dari alat suntiknya itu.

E = Equipment. Jangan bergantian atau berbagi menggunakan alat seperti


jarum suntik atau alat potong kuku, tato atau alat-alat lainnya yang dapat
berhubungan dengan darah.

Perkembangan HIV/AIDS di Jember

Angka penularaan HIV/Aids di Kabupaten Jember dari tahun ke tahun


terus memprihatinkan, saat ini setidaknya sudah tercatat ada sebanyak 60 balita
dan anak-anak di Kabupaten Jember menjadi penderita HIV positif.

8
Pada tahun 2014, jumlah ODHA di Jember sebanyak 1.500 orang dan
sebanyak 524 di antaranya sudah memasuki fase AIDS, serta 94 orang
meninggal dunia karena virus mematikan itu. Tercatat sebanyak 10 pelajar
terinfeksi AIDS stadium tiga karena pergaulan bebas dan seks bebas Jumlah
terbanyak penderita HIV/AIDS masih didominasi oleh mereka yang berusia
produktif dengan usia 20-45 tahun, kemudian peringkat kedua adalah kalangan
pelajar dengan usia 15-19 tahun, dengan penularan terbanyak karena seks
bebas.

Sementara hingga tahun 2015 ini , secara keseluruhan total penderita HIV/Aids
di kabupaten Jember telah mencapai 1.650 penderita, sebanyak 1200 pasien
berkonsultasi melalui RSD Subandi Jember dan sisanya di RSD Balung. Usia
termuda anak-anak penderita HIV itu adalah 18 bulan dan usia tertua 12 tahun.
Sebagiaan besar Penyebabnya karena tertular dari orangtuanya sejak berada di
kandungan. (www.rri.co.id/)

Mendeteksi HIV/AIDS

Voluntary Counseling Test (VCT) adalah proses konseling pra testing,


konseling post testing, dan testing HIV secara sukarela yang bersifat
confidential dan secara lebih dini membantu orang mengetahui status HIV.
Konseling pra testing memberikan pengetahuan tentang HIV & manfaat
testing, pengambilan keputusan untuk testing, dan perencanaan atas issue HIV
yang akan dihadapi. Konseling post testing membantu seseorang untuk
mengerti & menerima status (HIV+) dan merujuk pada layanan
dukungan.Voluntary Counseling Test (VCT) Merupakan pintu masuk penting
untuk pencegahan dan perawatan HIV.

Konseling HIV/AIDS yaitu dialog yang terjaga kerahasiaan


antara konselor dan klien. Konseling membantu orang mengetahui statusnya
lebih dini, menekankan kepada aspek perubahan perilaku, peningkatan
kemampuan menghadapi stress, ketrampilan pemecahan masalah.Konseling
Bukanlah :Memberitahu atau mengarahkan, menasehati, membuat gossip,
melaksanakan interogasi, membuat pengakuan, ataupun mendoakan. Elemen
penting dalam VCT antara lain tersedia waktu, penerimaan klien dan
berorintasi kepada klien, mudah di jangkau (Accessibility), confidentiality (
rasa nyaman)

Konselor HIV yaitu:

1. full time counselor yang berlatar belakang psikologi dan ilmuwan


psikologi yang sudah mengikuti pelatihan VCT dengan standart WHO,
2. Profesional dari kalangan perawat, pekerja sosial, dan
3. Community-based dan PLWHA yang sudah terlatih (Peer).

9
Konselor HIV:

1. Konselor Dasar (Lay Counselor)

a. Berangkat dari kebutuhan sebaya


b. Dekat dengan komunitas
c. Lebih mempromosikan VCT dan konseling dukungan.

1. Konselor Profesional (Profesional Counselor)

a. Pre dan post konseling


b. Issue Psikososial

1. Konselor Senior/pelatih (Senior Counselor)

a. Memberikan dukungan untuk konselor dan petugas managemen


kasus
b. Mendampingi, supervisi dan memberikan bantuan teknis kepada
konselor

Tahapan Konseling

1. Pre test

a. alasan test
b. pengetahuan tentang hiv & manfaat testing
c. perbaikan kesalahpahaman ttg hiv / aids
d. penilaian pribadi resiko penularan hiv
e. informasi tentang test hiv
f. diskusi tentang kemungkinan hasil yang keluar
g. kapasitas menghadapi hasil / dampak hasil
h. kebutuhan dan dukungan potensial – rencana pengurangan
resiko pribadi
i. pemahaman tentang pentingnya test ulang.
j. memberi waktu untuk mempertimbangkan.
k. pengambilan keputusan setelah diberi informasi.
l. membuat rencana tindak lanjut.
m. memfasilitasi dan penandatanganan informed consent

1. Pasca test

a. dokter & konselor mengetahui hasil untuk membantu diagnosa


dan dukungan lebih lanjut.
b. hasil diberikan dalam amplop tertutup .
c. hasil disampaikan dengan jelas dan sederhana
d. beri waktu untuk bereaksi
e. cek pemahaman hasil test
f. diskusi makna hasil test
g. dampak pribadi , keluarga , sosial terhadap odha , kepada siapa
& bagaimana memberitahu.
h. rencana pribadi penurunan resiko

10
i. menangani reaksi emosional.
j. tindak lanjut perawatan & dukungan ke layanan managemen
kasus atau layanan dukungan yang tersedia di wilayah.

Alur VCT:

Konseling Individual pra-testing – Periksa Darah dg Rapid Testing – Terima


hasil & konseling Pasca Tes – Konseling Dukungan dan rujukan pelayanan
Kesehatan & MK – Rujukan untuk dukungan proses yang sedang berjalan,
termasuk Support group

Fase/tahapan HIV Menyerang Tubuh

Menurut Mayo Foundation for Medical Education and Research (MFMER)


(2008), gejala klinis dari HIV/AIDS dibagi atas beberapa fase.

1. Fase awal

Pada awal infeksi, mungkin tidak akan ditemukan gejala dan tanda-tanda
infeksi. Tapi kadang-kadang ditemukan gejala mirip flu seperti demam, sakit
kepala, sakit tenggorokan, ruam dan pembengkakan kelenjar getah bening.
Walaupun tidak mempunyai gejala infeksi, penderita HIV/AIDS dapat
menularkan virus kepada orang lain.

1. Fase lanjut

Penderita akan tetap bebas dari gejala infeksi selama 8 atau 9 tahun atau lebih.
Tetapi seiring dengan perkembangan virus dan penghancuran sel imun tubuh,
penderita HIV/AIDS akan mulai memperlihatkan gejala yang kronis seperti
pembesaran kelenjar getah bening (sering merupakan gejala yang khas), diare,
berat badan menurun, demam, batuk dan pernafasan pendek.

1. Fase akhir

Selama fase akhir dari HIV, yang terjadi sekitar 10 tahun atau lebih setelah
terinfeksi, gejala yang lebih berat mulai timbul dan infeksi tersebut akan
berakhir pada penyakit yang disebut AIDS.

Pengobatan HIV/AIDS

Hingga saat ini, HIV/AIDS belum ditemukan obatnya, namun pemberian


anti retroviral (ARV) telah menyebabkan kondisi kesehatan para penderita
menjadi jauh lebih baik. Infeksi penyakit oportunistik lain yang berat dapat
disembuhkan. Penekanan terhadap replikasi virus menyebabkan penurunan
produksi sitokin dan protein virus yang dapat menstimulasi pertumbuhan. Obat
ARV terdiri dari beberapa golongan seperti nucleoside reverse transkriptase
inhibitor, nucleotide reverse transcriptase inhibitor, non nucleotide reverse

11
transcriptase inhibitor dan inhibitor protease. Obat-obat ini hanya berperan
dalam menghambat replikasi virus tetapi tidak bisa menghilangkan virus yang
telah berkembang (Djauzi dan Djoerban,2006).

Vaksin terhadap HIV dapat diberikan pada individu yang tidak terinfeksi untuk
mencegah baik infeksi maupun penyakit. Dipertimbangkan pula kemungkinan
pemberian vaksin HIV terapeutik, dimana seseorang yang terinfeksi HIV akan
diberi pengobatan untuk mendorong respon imun anti HIV, menurunkan
jumlah sel-sel yang terinfeksi virus, atau menunda onset AIDS. Namun
perkembangan vaksin sulit karena HIV cepat bermutasi, tidak diekspresi pada
semua sel yang terinfeksi dan tidak tersingkirkan secara sempurna oleh respon
imun inang setelah infeksi primer (Brooks, 2005).

Sikap Masyarakat terhadap ODHA

Mengingat HIV/AIDS sering diasosiasikan dengan seks, penggunaan


narkoba dan kematian, banyak orang yang tidak peduli, tidak menerima, dan
takut terhadap penyakit ini di hampir seluruh lapisan masyarakat. Stigma
sering kali menyebabkan terjadinya diskriminasi dan akan mendorong
munculnya pelanggaran HAM bagi ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) dan
keluarganya. (Kesrepro, 2007).

Diskriminasi terjadi ketika pandangan-pandangan negatif mendorong orang


atau lembaga untuk memperlakukan seseorang secara tidak adil yang
didasarkan pada prasangka mereka akan status HIV seseorang. Contoh-contoh
diskriminasi meliputi para staf rumah sakit atau penjara yang menolak
memberikan pelayanan kesehatan kepada ODHA; atasan yang
memberhentikan pegawainya berdasarkan status atau prasangka akan status
HIV mereka; atau keluarga/masyarakat yang menolak mereka yang hidup, atau
dipercayai hidup, dengan HIV/AIDS. Tindakan diskriminasi semacam itu
adalah sebuah bentuk pelanggaran hak asasi manusia (Kesrepro, 2007).

Mitos adalah berita/informasi yang beredar di masyarakat yang diyakini oleh


masyarakat tetapi tidak terbukti kebenarannya. Banyak orang percaya bahwa
HIV dan AIDS dapat ditularkan melalui gigitan nyamuk, minum dari gelas
yang sama dengan orang dengan AIDS, bergaul sehari-hari dengan orang
dengan AIDS yang batuk, dengan memeluk atau mencium orang dengan AIDS,
dan seterusnya. Hal ini menyebabkan terjadinya stigma dan diskriminasi pada
penderita HIV/AIDS (ODHA Indonesia, 2007).

12
Bab 3. Penutup

Kesimpulan

HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah sejenis virus yang


menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan dapat menimbulkan AIDS.
AIDS adalah singkatan dari Acquired Immuno Deficiency Syndrome, yang
berarti kumpulan gejala atau sindroma akibat menurunnya kekebalan tubuh
yang disebabkan infeksi virus HIV.Penyakit ini disertai kumpulan gejala
(syndrome) antara lain gejala infeksi dan penyakit oportumistik yang timbul
akibat menurunnya daya tahan tubuh penderita.Penularan HIV dapat terjadi
melalui berbagai cara, yaitu : kontak seksual, kontak dengan darah atau sekret
yang infeksius, ibu ke anak selama masa kehamilan. Mencegah HIV/AIDS
dapat dilakukan dengan ABCDE : Abstain, Be faithful, Condom, Drug,
Equipmen.Hingga tahun 2015 ini , secara keseluruhan total penderita HIV/Aids
di kabupaten Jember telah mencapai 1.650 penderita.Voluntary Counseling
Test (VCT) adalah proses konseling pra testing, konseling post testing, dan
testing HIV secara sukarela yang bersifat confidential dan secara lebih dini
membantu orang mengetahui status HIV. Hingga saat ini, HIV/AIDS belum
ditemukan obatnya, namun pemberian anti retroviral (ARV) telah
menyebabkan kondisi kesehatan para penderita menjadi jauh lebih baik.

Saran

Untuk terus menurunkan angka penderita HIV/AIDS perlu digencarkan


penyuluhan-penyuluhan oleh pihak-pihak terkait mengenai bahaya, cara
penularan, cara pencegahan, dan lain sebagainya mengenai HIV/AIDS. Selain
itu juga perlu diperbanyak tempat-tempat untuk tes VCT guna mendeteksi
penderita HIV/AIDS.

13
DAFTAR PUSTAKA

https://psikologi2009.wordpress.com/2013/12/08/psikologi-strategi-abcdef-
untuk-mencegah-penyakit-hivaids/
http://www.rri.co.id/post/berita/157908/kesehatan/balita_dan_anak_di_jember_
positif_tertular_virus_hivaids.html

http://kpa-provsu.org/vct.php

14

Anda mungkin juga menyukai