OLEH :
Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat
menyusun makalah ini dengan lancar, serta tepat pada waktunya. Makalah ini
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak Sakit Kronis
dan Terminal dengan Judul “Konsep Keperawatan Pada Anak Dengan
Atresia (billier) Duktus Hepatikus”
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR........................................................................................................
DAFTAR
ISI.....................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
3.2 Diagnosa Keperawatan
3.3 Intervensi Keperawatan
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
7. Mengidentifikasi P e m e r i k s a a n P e n u n j a n g p a d a A t r e s i a
Billier
2.4 Etiologi
Etiologi Atresia Billiary masih belum diketahui dengan pasti. Atresia
Billiary terjadi antara lain karena proses inflamasi berkepanjangan yang
menyebabkan kerusakan progresif pada duktus bilier ekstra hepatik sehingga
menyebabkan hambatan aliiran empedu. Ada juga sebagian ahli yang
menyatakan bahwa faktor genetik ikut berperan, yang dikaitkan dengan adanya
kelainan kromosom trisomi 17, 18 dan 21 serta terdapatnya anomalioragan
pada 10-30 % kasus Atresia Billiary.
Beberapa anak, terutama mereka dengan bentuk janin atresia bilier,
seringkali memiliki cacat lahir lainnya di jantung, limpa, atau usus.
Sebuah fakta penting adalah bahwa atresia bilier bukan merupakan
penyakit keturunan. Kasus dari atresia bilier pernah terjadi pada bayi kembar
identik, dimana hanya 1 anak yang menderita penyakit tersebut. Atresia bilier
kemungkinan besar disebabkan oleh sebuah peristiwa yang terjadi selama
hidup janin atau sekitar saat kelahiran. Kemungkinan yang "memicu" dapat
mencakup satu atau kombinasi dari faktor-faktor predisposisi berikut:
a) infeksi virus atau bakteri
b)masalah dengan sistem kekebalan tubuh
c) komponen yang abnormal empedu
d)kesalahan dalam pengembangan saluran hati dan empedu
e) hepatocelluler dysfunction
2.6 Patofisiologi
Gb.1.3 Patofisiologi atresia bilier
Penyebabnya sebenarnya atresia bilier tidak diketahui sekalipun
mekanisme imun atau viral injurio bertanggung jawab atas progresif yang
menimbulkan obstruksi saluran empedu. Berbagai laporan menunjukkan bahwa
atresiabilier tidak terlihat pada janin, bayi yang baru lahir (Halamek dan
StefienSoen, 1997). Keadaan ini menunjukan bahwa atresiabilier terjadi pada
akhir kehamilan atau pada periode perinatal dan bermanisfestasi dalam waktu
beberapa minggu sesudah dilahirkan. Inflamasi terjadi secara progresif dengan
menimbulkan obstruksi dan fibrosis pada saluran empedu intrahepatik atau
ekstrahepatik (Wong, 2008). Obstruksi pada saluran empedu ekstrahepatik
menyebabkan obstruksi aliran normal empedu keluar hati, kantung empedu dan
usus akhirnya akan menyebabkan peradangan, edema, degenerasi hati, bahkan
hati menjadi fibrosis dan sirosis. Obstruksi melibatkan dua duktushepatic yaitu
duktusbiliaris yang menimbulkan ikterus dan duktusdidalamlobus hati yang
meningkatkan ekskresi bilirubin. Obstruksi yang terjadi mencegah terjadi
bilirubin ke dalam usus menimbulkan tinja berwarna pucat seperti kapur.
Obstruksi bilier menyebabkan akumulasi garam empedu di dalam darah
sehingga menimbulkan gejala pruritus pada kulit. Karena tidak adanya empedu
dalam usus, lemak dan vitamin A, D, E, K tidak dapat di absorbsi sehingga
mengalami kekurangan vitamin yang menyebabkan gagal tumbuh pada anak
(Parakrama, 2005)
parenkim hati
3) Biopsi hati, terutama bila pemeriksaan lain belum dapat menunjang diagnosis
atresia bilier.
1)Pemeriksaan Laboraturium
a) Pemeriksaan urine : pemeriksaan urobilinogen penting artinya pada pasien
yang mengalami ikterus. Tetapi urobilin dalam urine negatif. Hal ini
menunjukkan adanya bendungan saluran empedu total.
b) Pemeriksaan feces : warna tinja pucat karena yang memberi warna pada tinja /
stercobilin dalam tinja berkurang karena adanya sumbatan.
a) Pemeriksaan ultrasonografi
1. Terapi medikamentosa
2. Terapi nutrisi
a. Kasai Prosedur
Prosedur yang terbaik adalah mengganti saluran empedu yang
mengalirkan empedu keusus. Tetapi prosedur ini hanya mungkin dilakukan
pada 5-10% penderita. Untuk melompati atresia bilier dan langsung
menghubungkan hati dengan usus halus, dilakukan pembedahan yang disebut
prosedur Kasai. Biasanya pembedahan ini hanya merupakan pengobatan
sementara dan pada akhirnya perlu dilakukan pencangkokan hati.
b.Pencangkokan atau Transplantasi Hati
1. Palliative treatment
2.8 Komplikasi
1. Kolangitis:
Seperti pada pasien dengan penyebab lain secara spontan (sirosis atau
prehepatic hipertensi portal) atau diperoleh (bedah) portosystemic shunts,
shunts pada arterivenosus pulmo mungkin terjadi. Biasanya, hal
inimenyebabkan hipoksia, sianosis, dan dyspneu. Diagnosis dapat ditegakan
dengan scintigraphyparu. Selain itu, hipertensi pulmonal dapat terjadi pada
anak-anak dengan sirosis yang menjadi penyebab kelesuan dan bahkan
kematian mendadak. Diagnosis dalam kasus ini dapat ditegakan oleh
echocardiography. Transplantasi liver dapat membalikan shunts, dan dapat
membalikkan hipertensi pulmonal ke tahap semula.
4. Keganasan:
5. Mengevaluasi keseimbangan
dan elektrolit
3. Memantau
lingkar perut bayi
setiap hari
Observasi tanda-
tanda dehidrasi
(oliguria, kuilt kering,
turgor kulit buruk,
ubun-ubun dan mata
cekung
5. Kolaborasi
untuk pemeriksaan
elektrolit, kadar
protein total, albumin,
nitrogen urea darah
dan kreatinin serta
darah lengkap
3. Berikan
perawatan mulut sering Kelembapan meningkatkan
pruritus dan resiko kerusakan kulit
2. Pengubahan posisi
menurunkan tekanan pada jaringan
dan untuk memperbaiki sirkulasi
4. Mandikan
dengan air hangat
III sehari dua kali dan di 3. Mencegah dari cidera
olesi baby cream tambahan pada kulit khususnya
bila tidur
Bayi akan
mempertahankan
kelembapan kulit
yang ditandai 4. Antihistamin dapat
dengan kulit tidak Pertahankan mengurangi rasa gatal
kering, tidak ada sprei kering dan bersih
pruritus, jaringan
kulit utuh dan
bebas lecet
2. Rubah posisi
tidur sesuai jadwal
3. Gunting kuku
jari hingga pendek,
berikan sarung tangan
bila memungkinkan
4. Berikan obat
sesuai indikasi
(antihistamin)
IV Bayi akan 1. Berikan stimulus ü 1. Stimulasi bayi yang terencana
bertumbuh dan pada bayi yang membantu tahap-tahap penting
berkembang menekankan dalam perkembangan dan
secara normal pencapaian membantu orangtua memiliki
yang ditandai keterampilan motorik ikatan dengan bayi
dengan mencapai kasar
tahap ü 2. Dapat menghilangkan stress
pertumbuhan dan pada orangtua yang menghadapi
perkembangan masalah dan memberikan informasi
yang sesuai penting tentang cara-cara
menstimulasi perkembangan
ü 2. Jelaskan pada
orangtua bahwa bayi ü 3. Mengelompokkan intervensi
mereka dapat memungkinkan bayi beristirahat
saja tidak mencapai tanpa gangguan, istirahat
tahap-tahap penting diperlukan untuk tahap tumbuh
perkembangan dengan kembang bayi
kecepatan yang sama
seperti pada bayi sehat
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
Baru.
Parlin.1991.Atresia Bilier. Jakarta: Ilmu Kesehatan Anak FK UI.
National Digestive Diseases Information Clearinghouse. 2012. Biliiary
Atresia.Diakses
dari http://digestive.niddk.nih.gov/ddiseases/pubs/atresia/BiliaryAtresia_508.p
df pada 10 November 2014
https://helda.helsinki.fi/bitstream/handle/10138/38267/lampela_dissertation.pdf
?sequence=1 Hull, David. 2008. Dasar-Dasar Pediatri Ed. 3. Jakarta : EGC
Majalah Kedokteran Andalas, 2009. Vol.33. No.2
Mitchell (et al).2009.Buku Saku Dasar Patologis Penyakit Robbin &
Cotran. Ed.7.Jakarta:EGC
Pustaka.unpad.ac.id/wp-content/.../pustaka_unpad_atresia_biliaris.pdf di akses
pada hari Sabtu 18 Oktober 2014 pukul 06.42
Richard N. Mitchell, et al. 2009. Buku Saku Dasar Patologis Robbins &
Cotran Ed. 7.Jakarta : EGC.
Shires,Schwartz. Spencer.2000.Intisari Prinsip-prinsip Ilmu Bedah.
Ed.6. Jakarta:EGC