BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)
di bidang kesehatan sudah demikian pesatnya hingga berdampak pada sumber
daya manusia yang menuntut pelayanan prima. Bidang pelayanan kesehatan
psikiatri juga terus mengembangkan mutu pelayanan antara lain dengan
adanya berbagai terapi baik medis, modalitas, konseling, psikoterapeutik,
pendidikan kesehatan, perawatan berkelanjutan, perawatan mandiri Activity
Daily Living (ADL).
Terapi aktivitas kelompok merupakan terapi medik yang terarah bagi
pasien baik fisik maupun mental dengan mempergunakan aktivitas sebagai
media terapi. Terapi aktivitas kelompok memegang peranan penting dalam
proses penyembuhan klien dan meningkatkan mutu pelayanan. Melalui
aktivitas pasien diharapkan dapat berkomunikasi lebih baik untuk
mengekspresikan dirinya dan kemampuan pasien dapat diketahui secara baik
oleh terapis maupun oleh pasien itu sendiri.
Terapi Aktivitas Kelompok (TAK): sosialisasi TAK adalah upaya
memfasilitasi kemampuan sosialisasi sejumlah klien dengan masalah
hubungan sosial. Salah satu gangguan hubungan sosial pada pasien gangguan
jiwa adalah gangguan persepsi sensori. Pada pasien gangguan jiwa dengan
kasus Schizoprenia selalu diikuti dengan gangguan persepsi sensori;
halusinasi. Terjadinya halusinasi dapat menyebabkan klien menjadi menarik
diri terhadap lingkungan sosialnya, hanyut dengan kesendirian dan
halusinasinya sehingga semakin jauh dari sosialisasi dengan lingkungan
disekitarnya
Terapi aktivitas kelompok merupakan terapi medik pasien yang terarah
baik fisik maupun mental. Penyelenggaraan dan pelaksanaan terapi aktivitas
akan dilakukan di ruang Gatotkaca RSJD SURAKARTA dimana memiliki
kapasitas jumlah 40 tempat tidur dan jumlah total pasien saat ini adalah 28
1
2
B. Tujuan
Adapun tujuan dari dilaksanakannya terapi aktivitas kelompok ini
terbagi atas :
1. Tujuan Umum
Klien dapat menggunakan cara mengontrol halusinasi yang diberikan.
2. Tujuan Khusus
a. Klien dapat mempraktikan cara menghardik
b. Klien dapat mempraktikan cara bercakap-cakap dengan orang lain
c. Klien dapat mempraktikan aktivitas terjadwal
d. Klien dapat minum obat secara teratur sesuai lima benar.
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Halusinasi merupakan salah satu gejala yang sering ditemukan pada
klien dengan gangguan jiwa. Halusinasi sering diidentikkan dengan
Skizofrenia. Dari seluruh klien schizophrenia 70 % di antaranya mengalami
halusinasi.
Halusinasi adalah gangguan persepsi panca indera tanpa adanya
rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem penginderaan di mana
terjadi pada saat kesadaran individu itu penuh/baik. Halusinasi merupakan
bentuk yang paling sering dari gangguan persepsi. Bentuk halusinasi ini bisa
berupa suara-suara yang bising atau mendengung, tapi yang paling sering
berupa kata-kata yang tersusun dalam bentuk kalimat yang agak sempurna.
Biasanya kalimat tadi membicarakan mengenai keadaan pasien sedih atau
yang dialamatkan pada pasien itu. Akibatnya pasien bisa bertengkar atau
bicara dengan suara halusinasi itu. Bisa pula pasien terlihat seperti bersikap
dalam mendengar atau bicara keras-keras seperti bila ia menjawab pertanyaan
seseorang atau bibirnya bergerak-gerak. Kadang-kadang pasien menganggap
halusinasi datang dari setiap tubuh atau di luar tubuhnya.
Halusinasi ini kadang-kadang menyenangkan misalnya bersifat
tiduran, ancaman dan lain-lain. Menurut May Durant Thomas (1991)
halusinasi secara umum dapat ditemukan pada pasien gangguan jiwa seperti
Skizoprenia, Depresi, Delirium dan kondisi yang berhubungan dengan
penggunaan alkohol dan substansi lingkungan. Berdasarkan hasil pengkajian
pada pasien dirumah sakit jiwa ditemukan 85% pasien dengan kasus
halusinasi.
Skizofrenia merupakan suatu deskripsi sindrom dengan variasi
penyebab (banyak belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu
bersifat kronis atau “deteriorating”) yang luas, serta sejumlah akibat yang
tergantung pada perimbangan pengaruh genetik, fisik dan sosial budaya
(PPDGJ III, 2001). Gejala-gejala yang karakteristiknya meliputi proses
4
psikologik yang multipel dan dapat digolongkan kedalam: isi dan bentuk
pikir, persepsi, afek, insight, kemauan, hubungan dengan dunia luar, perilaku
psikomotorik.
Salah satu dari gejala pasien dengan skizofrenia adalah gangguan
persepsi. Persepsi merupakan tanggapan indera terhadap rangsang yang
datang dari luar dan rangsang dari luar itu dapat berupa rangsang penglihatan,
pendengaran, penciuman, pengecapan dan rabaan (taktil) atau dapat disebut
juga sebagai halusinasi. Pada pasien dengan skizofrenia dapat terjadi
berbagai bentuk halusinasi tetapi terutama adalah halusinasi pendengaran,
yang meliputi suara orang yang berasal dari luar kepalanya. Suara itu
mungkin sudah dikenal dan sering sebagai hinaan atau cacian secara tunggal
atau banyak.
Halusinasi terbagi atas 4 macam tingkatan, yang pertama adalah
halusinasi yang bersifat menyenangkan dan datang saat individu sendiri.
Kedua, halusinasi bersifat mencemooh, menjijikkan, mencela, mengutuk dan
menyalahkan. Ketiga, halusinasi sudah mulai memberi perintah, isi halusinasi
mungkin sangat menarik bagi individu dan individu merasa kesepian jika
suara tidak ada. Keempat, halusinasi bersifat mengancam individu jika
individu tidak mengikuti perintah (Intansari.N, 2004).
yang dilakukannya terhadap stimulus panca indra tidak akurat sesuai stimulus
yang diterima.
Rentang respon (Harnawati, 2008):
Respon Adaptif Respon Maladaptif
Pikiran logis Distorsi pikiran gangguan piker/delusi
Persepsi akurat ilusi Halusinasi
Emosi konsisten dengan reaksi Sulit berespon emosi
emosi berlebihan
Berhubungan social Menarik diri
C. Klasifikasi
Pada klien dengan gangguan jiwa ada beberapa jenis halusinasi dengan
karakteristik tertentu, diantaranya :
1) Halusinasi pendengaran
Karakteristik ditandai dengan mendengar suara, terutama suara - suara
orang, biasanya klien mendengar suara orang yang sedang membicarakan
apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan
sesuatu.
2) Halusinasi penglihatan
Karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran
cahaya, gambaran geometrik, gambar kartun dan/atau panorama yang luas
dan kompleks. Penglihatan bisa menyenangkan atau menakutkan.
3) Halusinasi penghidu
Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang
menjijikkan seperti darah, urine atau feses. Kadang terhirup bau harum.
Biasanya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan demensia.
4) Halusinasi peraba
Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa
stimulus yang terlihat. Contoh: merasakan sensasi listrik datang dari
tanah, benda mati atau orang lain.
6
5) Halusinasi pengecap
Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis dan
menjijikkan.
6) Halusinasi sinestetik
Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah
mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan
urine.
D. Etiologi
Menurut Mary Durant Thomas (1991), Halusinasi dapat terjadi pada
klien dengan gangguan jiwa seperti skizofrenia, depresi atau keadaan delirium,
demensia dan kondisi yang berhubungan dengan penggunaan alkohol dan
substansi lainnya.
Halusinasi dapat juga terjadi dengan epilepsi, kondisi infeksi sistemik
dengan gangguan metabolik. Halusinasi juga dapat dialami sebagai efek
samping dari berbagai pengobatan yang meliputi anti depresi, anti kolinergik,
anti inflamasi dan antibiotik, sedangkan obat-obatan halusinogenik dapat
membuat terjadinya halusinasi sama seperti pemberian obat diatas.
Halusinasi dapat juga terjadi pada saat keadaan individu normal yaitu
pada individu yang mengalami isolasi, perubahan sensorik seperti kebutaan,
kurangnya pendengaran atau adanya permasalahan pada pembicaraan.
F. Psikopatologi
Psikopatologi dari halusinasi yang pasti belum diketahui. Banyak teori
yang diajukan yang menekankan pentingnya faktor-faktor psikologik,
fisiologik dan lain-lain. Ada yang mengatakan bahwa dalam keadaan terjaga
yang normal otak dibombardir oleh aliran stimulus yang yang datang dari
dalam tubuh ataupun dari luar tubuh. Input ini akan menginhibisi persepsi
yang lebih dari munculnya ke alam sadar. Bila input ini dilemahkan atau tidak
ada sama sekali seperti yang kita jumpai pada keadaan normal atau patologis,
maka materi-materi yang ada dalam unconsicisus atau preconscious bisa
dilepaskan dalam bentuk halusinasi. Pendapat lain mengatakan bahwa
halusinasi dimulai dengan adanya keinginan yang direpresi ke unconsicious
dan kemudian karena sudah retaknya kepribadian dan rusaknya daya menilai
realitas maka keinginan tadi diproyeksikan keluar dalam bentuk stimulus
eksterna.
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pasien halusinasi dengan cara :
1. Menciptakan lingkungan yang terapeutik
Untuk mengurangi tingkat kecemasan, kepanikan dan ketakutan pasien
akibat halusinasi, sebaiknya pada permulaan pendekatan di lakukan secara
individual dan usahakan agar terjadi kontak mata, kalau bisa pasien
disentuh atau dipegang. Pasien jangan diisolasi baik secara fisik atau
emosional. Setiap perawat masuk ke kamar atau mendekati pasien,
bicaralah dengan pasien. Begitu juga bila akan meninggalkannya
hendaknya pasien diberitahu. Pasien diberitahu tindakan yang akan di
lakukan. Di ruangan itu hendaknya disediakan sarana yang dapat
merangsang perhatian dan mendorong pasien untuk berhubungan dengan
realitas, misalnya jam dinding, gambar atau hiasan dinding, majalah dan
permainan.
2. Melaksanakan program terapi dokter
Sering kali pasien menolak obat yang di berikan sehubungan dengan
rangsangan halusinasi yang di terimanya. Pendekatan sebaiknya secara
9
BAB III
RENCANA PELAKSANAAN TAK
A. Kriteria Pasien
Sesuai dengan teori pada terapi aktivitas kelompok menurut Stuart dan
Laraia (2001) jumlah anggota kelompok adalah 5-10 orang, maka jumlah klien
yang diambil pada terapi ini adalah 5 orang dengan kriteria inklusi dan
eksklusi sebagai berikut :
1. Kriteria inklusi
a. Klien yang dirawat di ruang Gatotkaca
b. Klien berusia 20-50 tahun
c. Klien telah berada pada tahap maintenance
d. Klien mengalami gangguan persepsi halusinasi
e. Klien tidak mengalami gangguan pendengaran atau tuna rungu dan
tuna wicara.
B. Terapis
1. Leader mampu memimpin acara dan dapat mengkoordinasi seluruh
kegiatan dari awal hingga akhir
2. Co- Leader membantu mengkoordinasi seluruh kegiatan.
3. Fasilitator membantu leader melaksanakan kegiatan dan bertanggung
jawab dalam antisipasi masalah dan memotivasi peserta dalam kegiatan.
4. Observer sebagai pengamat melaporkan hasil pengamatan kepada
kelompok yang berfungsi sebagai evaluator kelompok.
C. Persiapan alat
1. Jadwal kegiatan harian
2. Pulpen
3. Spidol dan whiteboard/papan tulis
12
2. Tim Terapi
1) Leader : Firman Solpiyan., S.kep
2) Co Leader : Layndo Dheanisa Rahma., S.Kep
Uraian tugas :
a) Mengkoordinasi seluruh kegiatan
b) Memimpin jalannya terapi kelompok
c) Memimpin diskusi
4) Fasilitator :
Krinsa Tri Haryono., S.Kep
Graytika Winahyu Kukuh Panggagas., S.Kep
Devi Kurnia Sofia., S.Kep
Sri Aprina Siregar., S.Kep
13
Uraian tugas :
a) Memotivasi peserta dalam aktivitas kelompok
b) Memotivasi anggota dalam ekspresi perasaan setelah kegiatan
c) Mengatur posisi kelompok dalam lingkungan untuk
melaksanakan kegiatan
d) Membimbing kelompok selama permainan diskusi
e) Membantu leader dalam melaksanakan kegiatan
f) Bertanggung jawab terhadap program antisipasi masalah
E. Setting Tempat
Keterangan:
: Leader
: Co Leader
: Observer
: Klien
: Fasilitator
G. Proses Pelaksanaan
Sesi I : Mengenal Halusinasi
a. Salam terapeutik kepada klien
1) Perkenalan nama lengkap dan nama panggilan semua struktur
(beri papan nama)
2) Menanyakan nama lengkap dan nama panggilan dari semua klien
(beri papan nama)
b. Evaluasi/validasi
1) Menanyakan perasaan klien saat ini
c. Kontrak
1) Leader menjelaskan tujuan kegiatan yang akan dilaksanakan
yaitu mengenal suara-suara yang didengar
2) Leader menjelaskan aturan main
3) Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok harus minta
izin kepada leader
4) Lama kegiatan 45 menit
5) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
d. Tahap kerja
1) Leader menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan yaitu
mengenal suara-suara yang didengar (halusinasi) tentang isinya,
15
Petunjuk:
a. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama
16
b. Untuk setiap klien beri penilaian kemampuan mengenal halusinasi : isi, waktu,
situasi dan perasaan saat halusinasi muncul. Beri tanda (√) jika klien mampu
dan berikan tanda X jika klien tidak mampu.
2. Dokumentasi
Dokumentasi kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses
keperawatan setiap klien. Anjurkan klien mengidentifikasi halusinasi yang
timbul dan menyampaikan kepada perawat.
3. Tahap kerja
a. Leader meminta klien menceritakan apa yang dilakukan pada saat
mengalami halusinasi dan bagaimana hasilnya . Ulangi sampai semua
pasien mendapat giliran
b. Berikan pujian setiap klien selesai bercerita
c. Leader menjelaskan cara mengatasi halusinasi dengan menghardik
halusinasi pada saat halusinasi muncul
d. Leader memperagakan cara menghardik halusinasi yaitu:
”Pergi pergi jangan ganggu saya, kamu suara palsu...”
e. Leader meminta masing-masing klien memperagakan cara
menghardik halusinasi
f. Leader memberikan pujian dan mengajak semua klien bertepuk
tangan setiap klien memperagakan menghardik halusinasi
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1) Leader menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
2) Leader memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
b. Tindak Lanjut
1) Leader mengajarkan klien untuk menerapkan cara yang telah
dipelajari jika halusinasi muncul
2) Memasukkan kegiatan menghardik ke dalam jadwal kegiatan
harian klien
3) Kontrak yang akan datang
4) Leader membuat kesepakatan dengan klien untuk TAK berikutnya
yaitu cara mengontrol halusinasi dengan melakukan bercakap-
cakap dengan orang lain
5) Leader membuat kesepakatan waktu dan tempat TAK berikutnya
18
2. Dokumentasi
Dokumentasi kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan
proses keperawatan setiap klien. Contoh: klien mengikuti TAK stimulasi
persepsi sensori. Klien mampu memperagakan cara menghardik
halusinasi, anjurkan klien mengguanakannnya jika halusinasi muncul.
19
c. Kontrak
1) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu terjadinya halisinasi
dengan melakukan kegiatan
2) Menjelaskan aturan main berikut
a. Jika ada klien ingin meninggalkan kelompok, harus meminta
ijin kepada terapis
b. Lama kegiatan 30 menit
c. Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
3. Tahap kerja
a. Terapis menjelaskan cara kedua yaitu melakukan kegiatan sehari-
hari. Jelaskan bahwa dengan melakukan kegiatan yang teratur akan
mencegah munculnya halusinasi.
b. Terapis meminta tiap-tiap klien menyampaikan kegiatan yang biasa
dilakukan sehari-hari dan tulis di whiteboard.
c. Terapis membagikan formulir jadwal kegiatan terapis menulis
formulir yang sama di whiteboard.
d. Terapis membimbing satu persatu klien untuk membuat jadwal
kegiatan, dari bangun pagi sampai tidur malam. Klien menggunakan
formulir dan terapis menggunakan whiteboard.
e. Terapis melatih klien memperagakan kegiatan yang telah disusun.
f. Berikan pujian dengan tepuk tangan bersama kepada klien yang
sudah selesai membuat jadwal kegiatan dan memperagakannya.
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah selesai menyusun
jadwal kegiatan dan memperagakannya.
2) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
b. Tindak lanjut
1) Terapis menganjurkan klien melaksanakan 2 cara mengontrol
halusinasi, yaitu menghardik dan melakukan kegiatan.
2) Kontrak yang akan datang
21
2. Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki saat klien TAK. Pada catatan
proses keperawatan tiap klien. Contoh klien mengikuti TAK stimulasi
persepsi: halusinasi sesi III. Klien mampu memperagakan kegitan harian
dan menyusun jadwal. Anjurkan klien untuk melakukan kegiatan untuk
mencegah halusinasi.
b. Tindak lanjut
1) Menganjurkan klien menggunakan tiga cara mengontrol halusinasi
yaitu menghardik, melakukan kegiatan harian dan bercakap-cakap.
2) Kontrak yang akan datang
3) Terapis membuat kesepakatan dengan klien untuk TAK berikutnya,
yaitu belajar cara mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat
4) Terapis menyepakati waktu dan tempat
Sesi IV : TAK
Stimulasi persepsi: halusinasi
Kemampuan bercakap-cakap untuk mencegah halusinasi
NO Aspek yang dinilai Nama klien
1 Menyebutkan orang
yang diajak bicara
2 Memperagakan
percakapan
3 Menyebutkan tiga
cara mengontrol dan
mencegah halusinasi
Petunjuk :
a. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien
b. Untuk setiap klien beri penilaian atas kemampuan menyebutkan orang
yang biasa diajak bicara, memperagakan percakapan, menyusun jadwal
25
2. Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki saat klien TAK. Pada catatan
proses keperawatan tiap klien.contoh klien mengikuti TAK stimulasi
persepsi: halusinasi sesi IV. Klien mampu memperagakan bercakap-cakap
dengan orang lain. Anjurkan klien untuk melakukan percakapan kepada
klien dan perawat untuk mencegah halusinasi.
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
1) Salam dari terapis klien
2) Klien dan terapis pakai papan nama
b. Evaluasi/ validasi
1) Menanyakan perasaan klien saat ini
2) Menanyakan pengalaman klien mengontrol halusinasi setelah
menggunakan tiga cara yang telah di pelajari{mengardik,
menyibukkan diri dengan kegiatan terarah dan bercakap-cakap}
c. Kontrak
1) Terapis menjelaskan tujuan, yaitu mengontrol halusinasi dengan
bercakap-cakap dan minum obat.
2) Terapis menjelaskan aturan main berikut
a. Jika ada klien ingin meninggalkan kelompok, harus meminta ijin
kepada terapis
b. Lama kegiatan 45 menit
c. Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
3. Tahap Kerja
a. Terapis menjelaskan untungnya patuh minum obat, yaitu
mencegah kambuh karena obat memberi perasaan tenang
b. Terapis menjelaskan kerugian bila tidak patuh minum obat.
c. Terapis meminta tiap klien menyampaikan obat yang dimakan dan
waktu memakannya. Buat daftar di whiteboard
d. Menjelaskan lima benar minum obat
e. Meminta klien untuk menyebutkan lima benar minum obat
f. Berikan pujian pada klien yang benar
g. Diskusikan perasaan klien sebelum minum obat (tulis di
whiteboard)
h. Diskusikan perasaan klien setelah teratur minum obat
(whiteboard)
i. Menjelaskan keuntungan minum obat, yaitu salah satu cara
mencegah halusinasi/kambuh
27
Sesi V: TAK
Stimulasi persepsi : halusinasi
Kemampuan patuh minum obat untuk mencegah halusinasi
Menyebutkan
Menyebutkan 5 Menyebutkan
Nama akibat tidak
No benar cara minum keuntungan
Klien patuh minum
obat minum obat
obat
1
2
3
4
5
6
7
8
Petunjuk:
a. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien
b. Untuk setiap klien beri penilaian atas kemampuan menyebutkan 5 benar cara
minum obat, manfaat dan akibat tidak minum obat beri tanda √ jika klien
mampu dan tanda X jika klien tidak mampu.
2. Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki saat klien TAK. Pada catatan
proses keperawatan tiap klien. Contoh klien mengikuti TAK stimulasi
persepsi: halusinasi sesi V. Klien mampu menyebutkan 5 benar minum
obat, manfaat dan akibat bila tidak patuh minum obat. Anjurkan klien
minum obat dengan cara yang benar.
29
Nama Klien
No Aspek yang Dinilai
1 2 3 4 5 6 7
1. Menyebutkan cara yang
selama ini digunakan untuk
mengatasi halusinasi
2. Memahami cara
menghardik halusinasi
3. Memperagakan
menghardik halusinasi
30
Daftar Pustaka
Maslim. R (2003) Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari
PPDGJ III. Jakarta : Bag. Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atmajaya.