DAN REMAJA
DENGAN HIV/AIDS
KELOMPOK 2
Pengertian hiv/aids
Penyakit HIV/AIDS merupakan suatu penyakit yang terus berkembang dan menjadi
masalah global yang melanda dunia. Menurut data WHO (World Health Organization)
tahun 2012, penemuan kasus HIV (Human Immunodeficiency Virus) di dunia pada
tahun 2012 mencapai 2,3 juta kasus, dimana sebanyak 1,6 juta penderita meninggal
karena AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) dan 210.000 penderita berusia
di bawah 15 tahun (WHO, 2012).
Berdasarkan data Ditjen P2PL (Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan), statistik kasus HIV/AIDS yang dilaporkan dari tahun 2011-2012
mengalami peningkatan, yaitu pada tahun 2011 kasus baru HIV sebesar 21.031 kasus,
kemudian meningkat menjadi 21.511 kasus pada tahun 2012. Begitu juga dengan AIDS
dari tahun 2011 sebanyak 37.201 kasus, meningkat menjadi 42.887 kasus pada tahun
2012. Proporsi faktor risiko penderita HIV/AIDS melalui hubungan heteroseksual
merupakan cara penularan dengan persentase tertinggi sebesar 77,75%, diikuti oleh
penasun atau injecting drug user (IDU) sebesar 9,16% dan dari ibu ke anak sebesar
3,76% (Kemenkes RI, 2012).
HIV/AIDS merupakan penyakit infeksi yang sangat
berbahaya karena tidak saja membawa dampak buruk
bagi kesehatan manusia namun juga pada 4 negara
secara keseluruhan. Strategi dan Rencana Aksi Nasional
Penanggulangan HIV dan AIDS (SRAN) 2010-2014
yang dikukuhkan dalam Permenkokesra Nomor 8 Tahun
2010, menyebutkan makin memperkuat upaya
penanggulangan AIDS di Indonesia yang lebih terarah
dan terkoordinasi. Berbagai kebijakan untuk mendukung
SRAN juga terus dikembangkan, misalnya pada
kelompok remaja, program LSL (Lelaki berhubungan
Seks dengan Lelaki), dan juga bidang pendidikan dan
pelatihan (KPAN, 2010).
Etiologi
gejala klinis HIV/AIDS terdiri dari 2 gejala yaitu gejala mayor dan gejala
minor. Gejala mayor:
a. Menurunnya berat badan >10% dalam waktu satu bulan
b. Mengalami diare > dari satu bulan
c. Mengalami demam berkepanjanan
d. Gangguan neurologis dan mengalami penurunan kesadaran
Gejala minor :
a. Mengalami batuk > dari satu bulan
b. Mengalami dermatitis
c. Mengalami herpes zooster
d. Mengalami candidias orofaringeal
e. Mengalami herpes simpleks (KPA, 2007)
Cara Penularan nya
Terdapat 3 cara penularan HIV/AIDS, yaitu:
a. Hubungan seksual, baik secara vaginal, oral, maupun anal dengan seorang penderita
HIV. Ini adalah cara penularan yang paling umum terjadi, angka kejadian 80-90% dari total
kejadian di dunia. Penularan lebih mudah terjadi apabila terdapat lesi penyakit kelamin
dengan ulkus ataau peradangan seperti herpes genitalis, sifilis, gonorea, klamidia, kankroid,
dan trikomonalis. Resiko pada seks anal lebih besar dibandingkan seks pervaginam.
b. Kontak langsung dengan darah atau produk darah/ jarum suntik. Tranfusi darah atau
produk darah yang tercemar HIV, resikonya sangat tinggi mencapai 90%. Ditemukan sekitar
3-5% dari total kejadian di dunia. Pemakaian jarum yang tidak steril atau pemakaian
bersama jarum suntik pada pengguna narkoba suntik. Resiko kejadian mencapai 0,5-1% dan
terdapat 5-10% dari total kejadian di dunia. Penularan lewat kecelakaan, seperti tertusuk
jarum pada petugas kesehatan, resikonya kurang dari 0,5% dan telah terdapat kurang dari
0,1% dari total kejadian di dunia.
c. Terjadinya penularan secara vertical, melalui ibu hamil pengidap HIV kepada bayinya,
baik secara hamil, saat melahirkan, atau setelah melahirkan. Resiko kejadian sekitar 25-40%
dan terdapat 0,1% dari total kejadian di dunia (Nursalam, 2007).
Pencegahan Penularan Hiv/Aids
b. pencegahan terhadap darah hal ini mengharuskan kita berhati-hati saat melakukan tindakan
yang berkaitan langsung dengan darah, seperti penggunaan jarum suntik, pisau cukur,alat
tindik, jarum facial, bekam, yang penting diperhatikan seterilisasinya, lalu saat melakukan
olahraga berenang pastikan bahwa jika ada ODHA iya tidak memiliki luka terbuka dibagian
tubuhnya, memastikan bahwa penderita HIV/AIDS tidak melakukan tranfusi darah ,mengecek
dan memastikan darah yang akan ditransfusikan tidak terinfksi virus HIV/AIDS.
. pencegahan melalui jarum suntik hal ini mengharuskan kita
berhati-hati dalam penggunaan jarum suntik, gunakan hanya
peralatan suntik steril dan jangan sekali-kali berbagi peralatan
dengan yang lain (KPA, 2009).