PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Masa remaja ini, selalu merupakan masa-masa sulit bagi remaja maupun
orangtuanya. Menurut Sidik Jatmika, kesulitan itu berangkat dari fenomena
remaja sendiri dengan beberapa perilaku khusus; yakni:
1) Remaja mulai menyampaikan kebebasannya dan haknya untuk
mengemukakan pendapatnya sendiri. Ini dapat menciptakan ketegangan
dan perselisihan, dan bias menjauhkan remaja dari keluarganya.
2) Remaja lebih mudah dipengaruhi oleh teman-temannya daripada ketika
mereka masih kanak-kanak. Ini berarti bahwa pengaruh orangtua semakin
lemah. Anak remaja berperilaku dan mempunyai kesenangan yang berbeda
bahkan bertentangan dengan perilaku dan kesenangan keluarga. Contoh-
contoh yang umum adalah dalam hal mode pakaian, potongan rambut,
kesenangan musik yang kesemuanya harus mutakhir.
3) Remaja mengalami perubahan fisik yang luar biasa, baik pertumbuhannya
maupun seksualitasnya. Perasaan seksual yang mulai muncul bisa
menakutkan, membingungkan dan menjadi sumber perasaan rasa ingin
tahu seksual dan coba-coba. Hal ini merupakan sesuatu yang normal dan
sehat. Rasa ingin tahu seksual dan bangkitnya rasa birahi adalah normal
dan sehat. Ingat, perilaku tertarik pada seks sendiri juga merupakan ciri
yang normal pada perkembangan masa remaja. Rasa ingin tahu seksual
dan birahi jelas menimbulkan bentuk-bentuk perilaku seksual.
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan penyakit
menular yang disebabkan oleh virus HIV (Human Immunodefeciency Virus).
Kasus HIV dan AIDS pertama kali ditemukan di Amerika Serikat pada tahun
1981 dan sudah tersebar ke seluruh dunia melalui mobilitas manusia secara
global. Saat ini, tidak ada negara yang penduduknya tidak menderita
HIV/AIDS (Notoatmodjo, 2007).
2
HIV/AIDS merupakan penyakit infeksi yang sangat berbahaya karena tidak
saja membawa dampak buruk bagi kesehatan manusia namun juga pada negara
secara keseluruhan.
Jumlah kasus HIV di Indonesia tumbuh dengan cepat baik dari sisi wilayah
penyebaran maupun pola penyebaran. Dari sisi wilayah, virus HIV telah
menyebar ke hampir seluruh wilayah di Indonesia. Jika pada awalnya hanya
provinsi-provinsi tertentu saja yang rawan terhadap penyebaran virus HIV,
sekarang tidak ada lagi provinsi yang kebal terhadap penyebaran virus tersebut.
Demikian halnya dengan pola penyebaran, tidak hanya pada kelompok
populasi beresiko tinggi, tetapi penyebarannya sudah menjalar pada populasi
non resiko tinggi. Selain itu, karakteristik orang yang terinfeksi HIV pun telah
menyebar keseluruh kelompok umur. Jika pada mulanya virus HIV tersebut
hanya menginfeksi orang-orang yang termasuk dalam kelompok umur di atas
30 tahun, namun saat ini sudah ada bayi-bayi yang terinfeksi. Yang lebih
memprihatinkan adalah mayoritas dari orang-orang yang hidup dengan
HIV/AIDS (ODHA) adalah penduduk usia produktif antara 15-24 tahun
(KPAN, 2007).
3
40% disebabkan oleh penggunaan narkoba (jarum suntik), dan 10% disebabkan
oleh faktor-faktor lain (KPA Jawa Tengah, 2010).
4
lingkungan pergaulan yang buruk sehingga karakter remaja dibentuk oleh
lingkungan sekitar.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap pengetahuan
dan sikap remaja tentang HIV/AIDS
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengidentifikasi pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS sebelum
dan sesudah diberikan penyuluhan kesehatan.
b. Untuk mengidentifikasi sikap remaja tentang HIV/AIDS sebelum dan
sesudah diberikan penyuluhan kesehatan.
c. Untuk menganalisis pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap sikap
remaja tentang HIV/AIDS
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
5
Hasil penelitian ini dapat memacu penelitian lanjutan yang berhubungan
dengan pencegahan dan penanggulangan penyebaran HIV/AIDS di
kalangan remaja.
2. Manfaat Praktis
a) Bagi Pemerintah
b) Bagi Masyarakat
c) Bagi Siswa
Dengan adanya hasil penelitian ini, akan dapat dijadikan dasar pengajuan
tambahan kurikulum atau muatan lokal untuk meningkatkan pengetahuan
remaja tentang HIV/AIDS.
e) Bagi keluarga
f) Bagi peneliti
6
Penelitian ini di harapkan dapat menambahkan pengetahuan dan sebagai
referensi yang dapat digunakan dalam penelitian selanjutnya.
E. Penelitian Terkait
1. Berliana Situmeang, Syahrizal Syarif, Renti Mahkota (2017) dengan judul
penelitian Hubungan Pengetahuan HIV/AIDS dengan Stigma terhadap
Orang dengan HIV/AIDS di Kalangan Remaja 15-19 Tahun di Indonesia
(Analisis Data SDKI Tahun 2012) Penelitian ini merupakan penelitian
analitik observasional dengan desain cross sectional. Data yang digunakan
adalah data sekunder dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
Komponen Kesehatan Reproduksi Remaja (SDKI KRR) Tahun 2012.
2. Endah Yulianingsih (2015) dengan judul penelitian Faktor – Faktor yang
Berhubungan dengan Tindakan Berisiko Tertular HIV/AIDS pada Siswa
SMA Negeri Di Kota Gorontalo. Penelitian ini dilakukan pada siswa Kelas
XI SMA Negeri di Kota Gorontalo. Penelitian ini berlangsung bulan
Desember 2014-Februari 2015. Jenis penelitain ini adalah Cross sectional
study. Populasi target pada penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA Negeri
di Kota Gorontalo sebanyak 1049 siswa. Pertimbangan penentuan populasi
karena diasumsikan bahwa siswa kelas XI termasuk dalam perkembangan
intelegensia mampu berfikir abstrak dan senang memberi kritik, ingin
mengetahui hal-hal baru sehingga muncul perilaku ingin mencoba hal-hal
yang baru yang dapat mendorong siswa berisiko tertular HIV/AIDS. Sampel
penelitian ditentukan dengan simple random sampling.
3. Husaini, Roselina Panghiyangani, Maman Saputra (2016) dengan judul
penelitian Pengaruh Penyuluhan HIV/AIDS terhadap Pengetahuan dan
Sikap Tentang HIV/ AIDS Mahasiswi Akademi Kebidanan Banjarbaru
Tahun 2016 desain penelitian ini adalah quasi-eksperimental dengan
menggunakan rancangan penelitian one group pre-post test. Sampel yang
digunakan adalah quota sampling. Pengambilan data dilakukan
menggunakan kuesioner untuk mengetahui pengetahuan dan sikap remaja
terhadap HIV/AIDS. Pengisian kuesioner oleh responden dilakukan
sebelum dan sesudah pemberian penyuluhan.
7
BAB II
KONSEP TEORI
A. Telaah Pustaka
1. Konsep HIV/AIDS
Pengertian
8
dikelola/dikontrol. Penelitian yang dilakukan Bello (2011) di Nigeria
menunjukkan bahwa ada peningkatan yang signifikan kepatuhan pada terapi
ARV dibandingkan dengan sebelumnya di negara-negara Afrika termasuk
Nigeria.
9
ini pada saat kehamilan dan persalinan yaitu sebesar 25%. Penyakit ini
tergolong penyakit yang dapat diturunkan oleh sang ibu terhadap
anaknya, menyusui juga dapat meningkatkan resiko penulaan HIV AIDS
sebesar 4%. Untuk itu, penting sekali bagi anda para ibu rumah tangga
untuk menjaga kesehatan seks dan kesetiaan 100% terhadap suami.
5) Tranfusi Darah yang Tidak Steril
Cairan didalam tubuh penderita AIDS sangat rentan menular sehingga
dibutuhkan pemeriksaan yang teliti dalam hal transfusi darah pemilihan
dan penyeleksian donor merupakan tahap awal untuk mencegah
penularan penyakit AIDS. Resiko penularan HIV/AIDS sangat kecil
presentasenya di negara-negara maju, hal ini disebabkan karena dinegara
maju keamanan dalam tranfusi darah lebih terjamin karena proses seleksi
yang lebih ketat.
3. Klasifikasi HIV/AIDS
10
limfe berfungsi sebagai tempat penampungan utama HIV. PGL terjadi
pada sepertiga orang yang terinfeksi HIV asimtomatis. Pembesaran
menetap, menyeluruh, simetri, dan tidak nyeri tekan (Murtiastutik, 2008).
4) AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome)
Hampir semua orang yang terinfeksi HIV, yang tidak mendapat
pengobatan, akan berkembang menjadi AIDS. Progresivitas infeksi HIV
bergantung pada karakteristik virus dan hospes. Usia kurang dari lima
tahun atau lebih dari 40 tahun, infeksi yang menyertai, dan faktor genetik
merupakan faktor penyebab peningkatan progresivitas. Bersamaan
dengan progresifitas dan penurunan sistem imun, penderita HIV lebih
rentan terhadap infeksi. Beberapa penderita mengalami gejala
konstitusional, seperti demam dan penurunan berat badan, yang tidak
jelas penyebabnya. Beberapa penderita lain mengalami diare kronis
dengan penurunan berat badan. Penderita yang mengalami infeksi
oportunistik dan tidak mendapat pengobatan anti retrovirus biasanya
akan meninggal kurang dari dua tahun kemudian (Murtiastutik, 2008).
4. Penatalaksanaan HIV/AIDS
Terapi ARV
Kita kini telah memiliki obat-obatan Antiretroviral yang mampu
memperpanjang hidup para pengidap HIV sepanjang dikonsumsi secara
benar dan teratur.
a) Tujuan pemberian ARV
ARV diberikan pada pasien HIV-AIDS dengan tujuan:
1) Menghentikan replikasi HIV
2) Memulihkan sistem imun dan mengurangi terjadinya infeksi
oportunistik.
3) Memperbaiki kualitas hidup
4) Menurunkan morbiditas dan mortalitas karena infeksi HIV
b) Cara Kerja ARV
Mekanisme Kerja ARV melalui 3 tahap yaitu:
1) Penghambat masuknya ke dalam sel
11
Bekerja dengan cara berikatan dengan subunit GP41 selubung
glikoprotein virus sehingga fusi virus ke target sel dihambat. Satu-
satunya obat penghambat fusi ini adalah enfuvirtid.
2) Penghambat reverse transcriptase enzyme
a) Analog nekleosidan (NRTI)
c) Protease inhibitor
d) Protease inhibitor
Protease Inhibitor berikatan secara reversible dengan enzim
protease yang mengkatalisa pembentukan protein yang dibutuhkan
untuk proses akhir pematangan virus. Akibatnya virus yang
terbentuk tidak masuk dan tidak mampu menginfeksi sel lain. PI
adalah ARV yang potensial.
3) Jenis obat-obatan ARV
Berdasarkan cara kerjanya ARV dibedakan dalam beberapa golongan
yaitu golongan NRTI, NNRTI, dan PI yang termasuk dalam golongan
NRTI adalah: Abacavir, Didanosin, Lamivudin, Stavudin, Tenolovir,
Zalcibatin, Zidotudin sementara yang termasuk golongan NNRTI
12
adalah: Efavirenz, Neviparin dan yang termasuk golongan PI adalah:
Loponavir, Ritonavir, Nelfinavir, Saquinavir.
5. Konsep Dasar Kepatuhan
a. Pengertian Kepatuhan
13
1) Faktor predisposisi mencakup pengetahuan, pendidikan, sikap,
kepercayaan, keyakinan dan nilai.
2) Faktor pendukung mencakup tersedianya sarana dan fasilitas
kesehatan dan juga lingkungan.
3) Faktor pendorong mencakup sikap petugas kesehatan, perilaku
petugas kesehatan, perilaku masyarakat. Kepatuhan pasien terhadap
pengobatanya dipengaruhi oleh beberapa faktor, meliputi (Osterberg
dan Terrence, 2005; Delamater, 2006; Kocurek, 2009):
1) Faktor demografi
2) Faktor psikologi
3) Faktor sosial
14
menjadi kurang sehingga pasien tidak cukup mengerti dan paham
akan pentingnya pengobatan. Keterbatasan tenaga kesehatan, seperti
Apoteker waktu dan keahlian yang dimiliki Apoteker juga
berpengaruh terhadap pemahaman pasien mengenai pengguanaan obat
sehingga cenderung meningkatkan ketidakpatuhan pasien.
15
e. Keparahan penyakit dipersepsikan oleh pasien, bukan profesionalisme
kesehatan.
Dinicola dan dimatteo (1984), mengusulkan lima titik rencana untuk
mengatasi ketidakpatuhan adalah :
1) Satu syarat untuk semua rencana menumbuhkan kepatuhan adalah
mengembangan tujuan kepatuhan
2) Perilaku sehat sangat dipengaruhi oleh kebiasaan, oleh karena itu perlu
dikembangkan strategi yang bukan hanya untuk mengubah perilaku,
tetapi untuk mempertahankan perubahan tersebut.
3) Pengontrolan perilaku seringkali tidak cukup untuk mengubah perilaku
itu sendiri, faktor kognitif juga berperan penting terhadap perubahan
perilaku.
4) Dukungan sosial dalam bentuk dukungan emosional dari anggota
keluarga yang lain, teman, waktu dan uang merupakan faktor-faktor
penting dalam kepatuhan terhadap program medis
5) Dukungan dari profesional kesehatan merupakan dukungan lain yang
dapat mempengaruhi perilaku kesehatan
1) Metode langsung
16
umumnya mahal, memberatkan tenaga kesehatan dan rentan terhadap
penolakan pasien.
17
Kepatuhan minum obat adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan perilaku pasien dalam minum obat secara benar tentang
dosis, frekuensi dan waktunya. Supaya patuh, pasien dilibatkan dalam
memutuskan apakah minum atau tidak (Nursalam, 2007).
Kepatuhan adalah hal yang sangat penting dalam hal hidup sehat,
sehingga butuh pemahaman yang baik terhadap proses perubahan dan apa
yang akan dialaminya untuk mengubah perilaku. Dukungan dari pribadi
pasien sendiri dan juga petugas kesehatan merupakan faktor yang penting
dalam kepatuhan pasien menjalani pengobatan.
Dari beberpa macam definisi motivasi, ada tiga hal penting dalam
pengertian motivasi, yaitu hubungan antara kebutuhan, dorongan, dan
tujuan. Kebutuhan muncul karena seseorang merasakan sesuatu yang
kurang, baik fisiologis maupun psikologis. Dorongan merupakan arahan
18
untuk memenuhi kebutuhan, sedangkan tujuan adalah akhir dari satu siklus
motivasi.
19
Pada dasarnya motovasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu
(Sadirman,2003) sebagai berikut.
1. Motivasi internal
20
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
nasional perawat. Desain penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional yaitu
desain penelitian yang menekankan waktu pengukuran/observasi data variabel
independen dan dependen. Pada jenis penelitian ini, variabel independen diniliai
secara simultan pada suatu saat, jadi tidak ada tindak lanjut (Nursalam, 2016)
Penggunaan desain ini karena peneliti ini mencoba untuk menyelidiki gambaran
persepsi mahasiswa keperawatan terhadap kegiatan uji kompetensi nasional perawat.
1. Populasi
Populasi dapat diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas
Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa keperawatan yang berada di Stikes
wiyata husada samarinda.
2. Sampel
21
Sampel adalah bagian dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili
seluruh populasi. Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa keperawatan di Stikes
Wiyata Husada Samarinda. Ada dua kriteria dalam pengambilan sampel dalam
penelitian ini yaitu kriteria inklusi dan kriteria eksklusi (Nursalam,2016).
a. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi
Dalam penelitian ini penulis memilih sampel secara non probability sampling
yaitu menghasilkan peluang yang tidak sama pada individu dalam populasi untuk
semua individu ditemui dan memenuhi kriteria pemilihan, sampai jumlah sampel yang
diinginkan terpenuhi (Dharma,2011). Dalam penelitian ini untuk menentukan sampel
z .N . p.q
n=
d 2 ( N−1 ) + Z 2. p .q
Keterangan :
n = besaran sampel
N = Jumlah populasi
Z = Standar deviasi untuk 1.96% dengan konfiden level 95%
22
q = Proporsi tanpa atribut p-1 = 0,5
C. Variabel Penelitian
Variable adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saya yang ditetapkan oleh
peneliti untuk di pelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut. Kemudian
ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2011).
D. Definisi Operasional
objek atau fenomena yang kemudian dapat diulang oleh orang lain (Nursalam, 2016).
Keterangan :
Pada penelitian ini dilakukan uji reabilitas karena kuisioner yang digunakan sudah
baku, sebagaimana hasil uji reabilitas yang dilakukan oleh Robiyanto (2016) sebuah
instrumen dikatakan reabilitas (andal) dan dapat diterima jika nilai cronbach alpha
coefficient-nya ≥ 0,7 dengan taraf kepercayaan 95% (0,05) (Priyatno, 2010). Hasil uji
23
reabilitas nilai Crombach alpha coefficient sebesar 0,807 ≥ 0,7. Hasil ini menunjukkan
bahwa seluruh butir B-IPQ versi indonesia reliabel dan dapat digunakan untuk mengukur
persepsi penyakit pada pasien hipertensi. Hal ini didukung dengan pernyataan Loching et
al. (2013) bahwa instrumen B-IPQ dapat digunakan di manapun karena karena telah
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan oleh peneliti untuk
mengobservasi, mengukur atau meneliti fenomena. Data yang diperoleh dari suatu
pengukuran kemudian dianalisis dan dijadikan sebagai bukti dari suatu penelitian
(Dharma, 2011). Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah lembar kuisioner karakteristik responden untuk mengetahui usia, jenis kelamin,
Perception Quesioner atau B-IPQ adalah sejenis instrumen yang digunakan untuk
mengetahui persepsi pasien akan penyakit yang diderita karena pasien akan diminta
menggambarkan ancaman rasa sakit pada ilmu penyakit berbeda, antara lain asma,
diabetes melitus (DM) tipe 2, miokardi, ginjal, dan diagnosis awal stres serta sudah
melewati uji validasi instrumen (Elizabeth, et al. 2006). Pada lembar jawaban diisi
dengan menggunaka skala likert. Skala Likert adalah skala yang menggunakan
jawaban sangat setuju, setuju, kurang setuju, dan tidak setuju. Skor 1 untuk jawaban
sangat setuju (1), setuju (2), kurang setuju (3), dan tidak setuju (4).
1. Uji Validitas
yang seharusnya diukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur (Dharma,
2011)
Teknik validitas dengan korelasi product moment dengan rumus umum sebagai
berikut :
24
rxy =
n=n £ xiyi−9 £ xi ¿ ¿
√¿ ¿ ¿ ¿
Keterangan :
r = indeks korelasi yang dicari
n = jumlah responden
Keputusan Uji :
a. Jika r hitung lebih besar dari r table, maka H0 ditolak, artinya variabel valid.
b. Jika r hitung lebih kecil dari r table, maka H0, artinya variabel tidak valid
(Hidayat, 2009).
Pada penelitian ini tidak dilakukan Uji validitas karena sudah baku karena
seluruh butir pertanyaan dari B-IPQ versi Indonesia memiliki nilai korelasi > 0,3
dengan taraf kepercayaan 95% (0.05). nilai 0,3 adalah batas nilai suatu butir (item)
instrumen penelitian dikatakan dapat diterima (dapat digunakan). Lachting et al.
2. Uji Rehabilitas
berlainan (Nursalam, 2008). Pada penelitian ini dilakukan uji validitas dan uji
rehabilitas dikarenakan menggunakan instrumen yaitu kuisioner persepsi
ri = K (1-∑S21 )
K-1 St2
Keterangan :
25
ri = koefisien realibitas yang dicari
K = Mean kuadrat antar subyek
Pada penelitian ini tidak dilakukan uji rehabilitas karena kuisioner yang
digunakan sudah baku, sebagaimana hasil uji rehabilitas yang dilakukan
Robiyanto (2016). Sebuah intrumen dikatakan reliabel (andal) dan dapat diterima
jika nilai Cronbach alpha coefficient-nya ≥ 0,7 dengan taraf kepercayaan 95%
(0.05) (Priyantno, 2010). Hasil uji rehabilitas intrumen B-IPQ versi Indonesia pada
pasien hipertensi menunjukkan bahwa seluruh butir instrumen B-IPQ versi
Indonesia reliabel dan dapat digunakan untuk mengykur persepsi penyakit pada
pasien hipertensi. Hal ini didukung dengan pertanyaan Lachting et al. (2013)
26
c. Setelah responden memahami tujuan penelitian, maka lembar kuisioner
diberikan untuk mengisi lembar kuisioner.
d. Jika responden menyatakan bersedia, maka lembar kuisioner diberikan
untuk mengisi karakteristik responden.
e. Setelah kuisioner selesai diisi oleh responden, peneliti memberikan
lembar kuisioner persepsi penyandang diabetes melitus.
f. Setelah kuisioner dan lembar kuisioner persepsi penyandang diabetes
melitus terisi, dikumpulkan selanjutnya dipersiapkan untuk diolah dan
dianalisa.
3. Tahap penyelesaian
a. Peneliti menyusun laporan hasil penelitian dan melakukan bimbingan
b. Peneliti mengikuti ujian hasil.
H. Analisis Data
Natoatmodjo (2010) dalam melakukan analisa data terlebih dahulu harus diolah
dengan tujuan mengubah data menjadi informasi. Dalam statistik informasi yang
frekuensi dan presentase dari tiap variabel. Variabel yang dianalisis dalam
penelitian ini adalah variabel independen karakteristik responden dan variabel
27
Rumus yang digunakan adalah :
f
P= x 100 %
n
Keterangan :
P = Presentase
f = frekuensi
n = jumlah
Variabel Analisis
Usia Proporsi
Jenis kelamin Proporsi
Lama menderita Proporsi
Pekerjaan Proporsi
Pendidikan Proporsi
Persepsi penyandang HIV/AIDS Proporsi
datanya. Setiap variabel terkait dan bebas pada penelitian ini dianalisis dengan
statistik deskriptif untuk memperoleh gambaran frekuensi data presentase
I. Pengelolaan Data
a. Editing (mengedit)
Dilakukan dengan mengkoreksi data yang telah diperoleh yang meliputi kebenaran
pengisian, kelengkapan jawaban, konsistensi dan relevansi jawaban terhadap
kuesioner.
b. Coding (pengkodean)
Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang
terdiri atas beberapa kategori.
c. Scoring (penilaian)
Merupakan pemberian nilai pada data sesuai dengan score yang telah ditentukan.
d. Tabulasi
28
Data hasil pengkodean dan scoring telah dilakukan sesuai dengan tujuan penelitian
selanjutnya dimasukkan dalam tabel yang telah disiapkan.
J. Etika Penelitian
1. Informen concent
Lembar persetujuan diberikan kepada responden dengan tujuan agar responden
mengetahui maksud dan tujuan penelitian serta dampak yang diteliti untuk
menjadi responden, maka harus menandatangi lembar persetujuan. Namun jika
subjek menolak untuk diteliti maka penelitian tidak memaksa dan tetap
menghormati haknya.
3. Confidentiality (kerahasian)
Responden tidak perlu mencantumkan nama pada lembar pengumpulan data,
29
30