Anda di halaman 1dari 21

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA

TENTANG PENYAKIT HIV/AIDS PADA SISWA


KELAS XI DI SMAN 1 CIPONGKOR

PROPOSAL PENELITIAN
Diajukan Untuk Memenuhi Gelar Sarjana Keperawatan

Erzi Alvi Nanda Putri


NIM. C.0105.20.046

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PENDIDIKAN NERS


PROGRAM STUDI PENDFIDIKAN NERS
TAHUN 2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Remaja merupakan fase transisi dari kanak-kanak ke masa dewasa. WHO
(World Health Organization), mendefinisikan remaja merupakan penduduk rentang
usia 10-19 tahun dan menurut BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional) remaja merupakan penduduk dengan rentang usia 10-24 tahun
dan belum menikah. Berdasarkan data dari UNAIDS (United Nations Program on
HIV/AIDS) pada tahun 2019, jumlah populasi dunia sebanyak 7,7 miliar jiwa dan
terdapat sekitar 1,2 miliar remaja berusia 15 hingga 24 tahun di dunia atau 16 persen
dari populasi penduduk dunia merupakan remaja. Jumlah penduduk di Indonesia
berdasarkan hasil Sensus Penduduk tahun 2020 sebanyak 270,20 juta jiwa dengan
mayoritas penduduk Indonesia didominasi oleh generasi Z atau penduduk dengan
perkiraan usia sekarang 8-23 tahun, sebanyak 74,93 juta jiwa atau 27,94% dari total
populasi Indonesia. Hal ini berarti Indonesia memiliki jumlah remaja dan generasi
yang akan memasuki fase remaja yang tinggi.
Jumlah penduduk remaja di Provinsi Jawa Barat mencapai 11.358.704 jiwa
atau sebesar 26,60% dari total jumlah penduduk di Jawa Barat (Manurung, 2011).
Jumlah remaja yang besar ini merupakan sumber daya yang besar untuk
melaksanakan pembangunan untuk mewujudkan Jawa Barat maju dan sejahtera untuk
semua sesuai dengan visi Pemerintah Daerah Jawa Barat. Kelompok remaja sangat
rentan terhadap tiga risiko kesehatan reproduksi atau yang dikenal dengan triad KRR
(Kesehatan Reproduksi Remaja) yaitu Seksualitas, Napza (Narkotika, Alkohol,
Psikotropika dan Zat Adiktif Lainnya), serta HIV/AIDS.
Data tentang perilaku hubungan seks pranikah pada pelajar terutama di kota
besar beberapa tahun terakhir ini cukup signifikan. Data terkait seksualitas remaja
didadpatkan dari berbagai sumber. Berdasarkan Data Badan Koordinasi dan Keluarga
Berencana Nasional (BKKBN) tahun 2010 menunjukkan bahwa 51% remaja di
Jabodetabek telah melakukan seks sebelum menikah. Hasil Survei DKT Indonesia
tahun 2005 juga menunjukkan bahwa remaja di beberapa wilayah Indonesia telah
melakukan seks sebelum menikah, diantaranya Surabaya 54%, di Bandung 47% dan
di Medan 52%. Sementara itu, hasil Survei Kesehatan Reproduksi Remaja tahun
2012, bahwa remaja memiliki teman yang pernah berhubungan seksual dimulai dari
usia 14-19 tahun, dengan wanita 0,7% dan pria 4,5%. Berdasarkan data tentang
penyalahgunaan narkoba di Indonesia, 22% adalah siswa dan pelajar (BNN, 2014).
Penyalahgunaan NAPZA (Narkotik, Psikotropik dan Zat adiktif lainnya) pada
remaja dan infeksi HIV/ AIDS mengkhawatirkan. Berdasarkan data Kemenkes pada
akhir Juni 2010, di Indonesia terdapat 21.770 kasus AIDS dan 47.157 kasus HIV
positif, dengan persentase pengidap usia 20-29 tahun yakni sebesar 48,1% dan usia
30-39 tahun sebanyak 30,9%. Data Penularan HIV/AIDS pada remaja di Jawa Barat,
dari jumlah penduduk Jawa Barat yang berusia 10-24 tahun, sebesar 11.358.704 atau
26,60% adalah remaja. Sebesar 3.147 remaja usia 15-29 tahun terkena HIV/AIDS
dengan penularan terutama disebabkan melalui hubungan seks dan jarum suntik.
Tingginya perilaku berisiko pada remaja yang ditunjukkan dalam data-data
diatas merupakan resultante dari sifat khas remaja, pengetahuan remaja tentang
kesehatan, nilai moral yang dianut serta ada tidaknya kondisi lingkungan yang
kondusif. Faktor lingkungan yang menyebabkan perilaku berisiko pada remaja adalah
kondisi lingkungan yang permisif terhadap perilaku berisiko (ketersediaan
fasilitas/sarana yang mendukung perilaku berisiko, ketiadaan penegakan hukum
terkait kesehatan) atau bahkan mendorong perilaku berisiko (melalui informasi yang
salah, iklan).
Program Kesehatan Reproduksi Remaja diintegrasikan dalam Program
Kesehatan Remaja di Indonesia. Program Kesehatan peduli Remaja (PKPR) telah
dicangkan sejak tahun 2003. Selama lebih sepuluh tahun, program ini lebih banyak
bergerak dalam pemberian informasi, berupa ceramah, tanya jawab dengan remaja
tentang masalah kesehatan melalui wadah Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), Karang
Taruna, atau organisasi pemuda lainnya dan kader remaja lainnya yang dibentuk oleh
Puskesmas. Staf puskesmas berperan sebagai fasilitator dan narasumber. Pemberian
pelayanan khusus kepada remaja melalui perlakuan khusus yang disesuaikan dengan
keinginan, selera dan kebutuhan remaja belum dilaksanakan. Dengan demikian,
remaja, bila menjadi salah satu pengunjung puskesmas masih diperlakukan
selayaknya pasien lain sesuai dengan keluhan atau penyakitnya.
Pelayanan kesehatan yang ditujukan dan dapat dijangkau oleh remaja,
menyenangkan, menerima remaja dengan tangan terbuka, menghargai remaja,
menjaga kerahasiaan, peka akan kebutuhan terkait dengan kesehatannya, serta efektif
dan efisien dalam memenuhi kebutuhan tersebut. Singkatnya, PKPR adalah pelayanan
kesehatan kepada remaja yang mengakses semua golongan remaja, dapat diterima,
sesuai, komprehensif, efektif dan efisien.
Provinsi Jawa Barat merupakan provinsi dengan kasus HIV/ AIDS terbanyak
no 4 di Indonesia. Maka dari itu, upaya pencegahan dan pengendalian HIV/AIDS
dibutuhkan bagi remaja terutama pada siswa di SMAN 1 Cipongkor karena informasi
tentang pengetahuan dan sikap remaja di SMAN 1 Cipongkor diperlukan untuk
merancang upaya pencegahan dan pengendaliann ini. Tujuan penelitian ini adalah
untuk menentukan gambaran pengetahuan remaja tentang HIV/ AIDS di SMAN 1
Cipongkor

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian tentang “Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Tentang Penyakit
HIV/AIDS Pada Siswa kelas XI di SMAN 1 Cipongkor”.
C. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
Mengetahui Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Tentang Penyakit HIV/AIDS Pada
Siswa kelas XI di SMAN 1 Cipongkor.
b. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan siswa kelas XI SMAN 1 Cipongkor
terhadap penyakit HIV/AIDS.
2. Untuk mengetahui gambaran sikap siswa kelas XI SMAN 1 Cipongkor
terhadap penyakit HIV/AIDS.
3. Untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Tentang Penyakit
HIV/AIDS Pada Siswa kelas XI di SMAN 1 Cipongkor.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam pengembangan

teori tentang pengetahuan dan sikap remaja terhadap penyakit HIV/AIDS.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Institusi Pendidikan


Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi mengenai

gambaran pengetahuan dan sikap remaja terhadap penyakit HIV/AIDS.

b. Bagi peneliti selanjutnya

Dapat mengembangkan penelitian dengan pengaplikasian yang serupa

untuk membandingkan gambaran penelitian ini di tempat yang berbeda.

c. Bagi penulis

Sebagai penambah ilmu pengetahuan peneliti tentang gambaran

pengetahuan dan sikap remaja terhadp penyakit HIV/AIDS.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka

1. Konsep Teori Remaja

a. Definisi Remaja

Remaja merupakan masa peralihan dari anak anak menuju

dewasa. Masa remaja berlangsung dari umur 15-20 tahun. Perubahan

perkembangan yang terjadi selama masa remaja meliputi perkembangan

fisik, psikis, dan psikososial (Gainau, 2021).

b. Karakteristik Remaja

Ciri dan karakteristik remaja yang dikemukakan oleh Hurlock adalah

sebagai berikut (Gainau, 2021) :

1) Masa remaja sebagai masa peralihan

Merupakan masa peralihan dari satu tahap perkembangan ke tahap

berikutnya. Pada masa ini remaja dapat mencoba gaya hidup yang

berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai dan sifat yang paling

sesuai bagi dirinya.

2) Masa remaja sebagai masa perubahan

Ada empat perubahan yang hampir bersifat universal, yaitu:

meningginya emosi, perubahan tubuh, perubahan nilai-nilai, dan

bersifat ambivalen terhadap setiap perubahan.

3) Masa remaja sebagai usia bermasalah

Masalah remaja sering menjadi sulit diatasi. Hal ini disebabkan


sepanjang masa anak-anak, masalah diselesaikan oleh orang tua

sehingga kebanyakan remaja tidak berpengalaman mengatasi

masalah. Selanjutnya karena para remaja merasa diri mandiri,

sehingga menginginkan untuk mengatasi masalahnya sendiri dan

menolak bantuan dari orang tua.

4) Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan

Anggapan stereotip budaya bahwa remaja adalah anak anak yang

tidak rapih dan cenderung berperilaku merusak, menyebabkan orang

dewasa yang harus membimbing dan mengawasi kehidupan remaja.

Stereotip ini sering menimbulkan pertentangan dengan orang tua dan

menghalangi anak untuk meminta bantuan orang tua untuk mengatasi

masalahnya.

5) Masa remaja sebagai masa yang tidak realistis

Remaja melihat dirinya dan orang lain sebagaimana ia inginkan dan

bukan sebagaimana adanya. Harapan dan cita-cita tidak realistik

menyebabkan meningginya emosi yang merupakan ciri awal masa

remaja.

6) Masa remaja sebagai ambang masa dewasa

Untuk memberikan kesan sudah hampir dewasa, remaja mulai

memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan dengan status

dewasa, seperti merokok, minum-minuman keras, dll. Remaja

menganggap bahwa perilaku tersebut akan memberikan citra sesuai

yang diinginkan.

c. Tahap perkembangan remaja

Menurut Sarwono (2011) ada tiga tahap perkembangan remaja,


yaitu:

1) Remaja Awal (early adolescence)

Memiliki rentang usia antara 11- 13 tahun. Pada tahap ini mereka

masih belum mengerti akan perubahan-perubahan yang terjadi

pada tubuhnya dan dorongandorongan yang menyertai perubahan

tersebut. Mereka juga mengemangkan pikiran-pikiran baru dan

mudah tertarik pada lawan jenis.

2) Remaja Madya (middle adolescence)

Memiliki rentang usia antara 14-16 tahun. Tahap remaja madya

atau pertengahan sangat membutuhkam temannya. Masa ini

remaja lebih cenderung memiliki sifat yang mencintai dirinya

sendiri (narcistic). Remaja pada tahap ini juga masih bingung

dalam mengambil keputusan atau masih labil dalam berperilaku.

3) Remaja Akhir (late adolenscence)

Merupakan remaja yang berusia antara 17-20 tahun. Masa ini

merupakan masa menuju dewasa dengan sifat egois yaitu

mementingkan diri sendiri dan mencari pengalaman baru.

Remaja akhir juga sudah terbentuk identitas seksualnya. Mereka

biasanya sudah berpikir secara matang dan intelek dalam

mengambil keputusan.

2. Konsep Teori Pengetahuan

a. Definisi Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo dalam Naomi (2019), pengetahuan

(knowledge) merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan


terjadi melalui pancaindra, yakni: indra penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia

diperoleh mata dan telinga.

b. Tingkatan Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010), pengetahuan atau kognitif

mempunyai 6 tingkatan yaitu:

1) Tahu (Know)

Tahu dapat diartikan sebagai mengingat materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang lain tahu

tentang apa yang dipelajari antara lain dengan menyebutkan,

mendefinisikan, menguraikan, menyatakan, dan sebagainya.

2) Memahami (Comprehension)

Memahami dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan

dan menginterpretasikan materi secara benar.

3) Aplikasi (Aplication)

Aplikasi dapat diartikan sebagai kemampuan menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi sebernarnya.

4) Analisis (Analysis)

Analisis dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menjabarkan

materi ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu

struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5) Sintesis (Synthesis)

Sintesis adalah kemampuan untuk menghubungkan bagianbagian di

dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Misalnya, dapat

menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkas, dan sebagainya


terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi adalah kemampuan melakukan justifikasi atau penilaian

terhadap suatu materi atau objek.

c. Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang

menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari subjek penelitian

atau responden. Cara mengukur pengetahuan dengan memberikan

pertanyaan, kemudian memberikan penilaian 1 untuk jawaban benar dan

0 untuk jawaban salah.

Hasil persentase dari tingkat pengetahuan digolongkan menjadi 3

kategori (Arikunto, 2010) yaitu:

1) Kategori baik (76% - 100%)

2) Kategori sedang (56% - 75%)

3) Kategori cukup (≤55%)

d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010) faktor yang mempengaruhi

pengetahuan antara lain:

1) Faktor pendidikan

Pendidikan bertujuan untuk mencerdaskan manusia melalui upaya

pengajaran dan pelatihan. Dengan pendidikan, seseorang atau

kelompok akan mengalami proses pengubahan sikap dan tata laku.

2) Faktor pekerjaan

Lingkungan pekerjaan dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang.

Melalui lingkungan pekerjaan seseorang akan mendapatkan


pengalaman dan pengetahuan, baik secara langsung maupun tidak.

3) Faktor pengalaman

Pengalaman adalah peristiwa yang pernah dialami oleh seseorang

ketika berinteraksi dengan lingkungannya. Seseorang dapat belajar

dari pengalaman yang telah dilaluinya dengan cara Poltekkes

Kemenkes Yogyakarta 17 mengulang kembali pengalaman yang

telah diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi pada

masa lalu.

4) Keyakinan

Keyakinan yang didapatkan biasa diperoleh secara turun temurun

dan tidak dapat dibuktikan terlebih dahulu. Keyakinan positif dan

keyakinan negatif dapat mempengaruhi seseorang.

5) Sosial budaya

Semakin tinggi tingkat pendidikan dan taraf sosial seseorang makan

akan mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Budaya yang

dianut juga mempengaruhi seseorang individu dalam mengambil

keputusan.

3. Konsep Teori Sikap

a. Definisi Sikap

Sikap adalah respon seseorang terhadap objek yang kemudian

memunculkan perilaku individu terhadap objek tersebut dengan cara-

cara tertentu (Azwar, 2013). Objek yang disikapi individu dapat berupa

benda, manusia, atau informasi.

b. Komponen sikap

Menurut Allport (didalam Induniasih & Wahyu, 2017), terdapat 3


komponen pokok sikap, yaitu:

1) Kepercayaan/keyakinan, ide, konsep terhadap suatu objek

2) Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek

3) Kecenderungan untuk bertindak.

c. Tingkatan sikap

Menurut Notoatmodjo (2010), sikap memiliki beberapa tingkat yaitu:

1) Menerima (receiving)

Menerima artinya orang mau dan memperhatikan stimulus yang

diberikan.

2) Merespons (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, dapat mengerjakan, dan

menyelesaikan tugas yang diberikan. Terlepas dari tugas itu benar

atau salah, menyelesaikan tugas berarti seseorang menerima ide

tersebut.

3) Menghargai (valving)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu

masalah.

4) Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilih bersama

dengan risikonya.

d. Pengukuran sikap

Pernyataan sikap berupa rangkaian kalimat yang mengatakan

pendapat mengenai objek sikap. Pernyataan sikap dapat berupa kalimat

positif yang bersifat mendukung atau memihak pada objek sikap.

Sebaliknya, pernyataan sikap dapat berisi kalimat negatif yang bersifat


tidak mendukung maupun kontra terhadap objek sikap. Pengukuran

sikap dapat dilakukan dengan kuisioner yang menggunakan skala likert.

Cara menentukan kriteria sikap dengan menghitung skor-T. Skor-T >

mean T dikategorikan sikap positif, dan skor-T ≤ mean T dikategorikan

sikap negatif (Azwar, 2013).

e. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap

Menurut Azwar (2013) faktor-faktor yang mempengaruhi sikap terhadap

objek sikap antara lain:

1) Pengalaman pribadi

Pengalaman yang meninggalkan kesan kuat akan menjadi dasar

pembentukan sikap. Sikap akan lebih mudah terbentuk apabila

Poltekkes Kemenkes Yogyakarta 19 pengalaman pribadi tersebut

terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional.

2) Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Sikap individu cenderung dipengaruhi oleh orang yang dianggap

penting. Individu akan memeliki sikap yang searah dengan sikap

orang yang dianggap penting. Kecenderungan ini dimotivasi oleh

keinginan untuk berafiliasi dan menghindari konflik dengan orang

yang dianggap penting.

3) Pengaruh kebudayaan

Kebudayaan memberi corak pengalaman yang menentukan sikap

pada anggota masyarakatnya. Tanpa disadari, kebudayaan telah

memberikan garis pengaruh sikap kita terhadap berbagai masalah.

4) Media massa

Media massa atau media komunikasi lainnya dalam berbagai bentuk


dapat mempengaruhi penerima informasi. Media massa yang

seharusnya disampaikan secara faktual dan objektif, cenderung

dipengaruhi oleh sikap penulisnya.

5) Lembaga pendidikan dan lembaga agama

Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan agama sangat

menentukan sistem kepercayaan yang dapat mepengaruhi sikap.

6) Faktor emosional

Emosi berfungsi sebagai penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk

mekanisme pertahanan ego.

f. Pengetahuan dan Sikap tentang Penyakit HIV/AIDS

Pengetahuan tentang penyakit HIV/AIDS merupakan segala

sesuatu yang diketahui responden tentang penyakit tersebut. Sikap

tentang bagaimana perilaku yang harus dilakukan merupakan tanggapan

atau reaksi responden tentang penyakit HIV/AIDS.

g. Hasil Penelitian yang Mendukung

1) Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 1, No. 1, Februari 2017

yang dilakukan oleh Desy Indra Yani, Neti Juniarti dan Maman

Lukman mengenai gambaran pengetahuan dan sikap tentang

HIV/AIDS pada remaja di Pangandaran terhadap 47 responden

dengan Hasil penelitian menunjukkan bahwa 100% (47 orang)

responden belum pernah melakukan hubungan seksual dan

menyatakan akan melakukan hubungan seksual setelah menikah.

Responden juga memiliki pengetahuan tentang kelompok beresiko

HIV adalah pelacur (97,90%), homoseksual (91,50%), dan

penggunaan obat-obatan (63,80%). Pengetahuan responden tentang


cara penularan HIV adalah berbagi jarum suntik (100%),

berhubungan seksual dengan pelacur (97,90%), berhubungan seksual

dengan banyak pasangan (95,70%), seksual yang tidak menggunakan

pelindung (93,60%), dan homo seksualitas (83%). Remaja memiliki

sikap yang positif untuk hindari seksual dengan banyak pasangan

(91,50) dan gunakan jarum steril yang sekali pakai (91,50%).

h. Kerangka Konsep

Pendidikan

Informasi

Sosial
1. Pengetahuan
2. Sikap
Budaya
Tentang penyakit
HIV/AIDS
Ekonomi

Lingkungan
Keterangan :

Pengalaman
= Variabel yang tidak diteliti

Usia
= Variabel diteliti
i. Definisi Operasional
No Variable Definisi Skala
1 Pengetahuan Segala sesuatu yang diketahui responden Ordinal
remaja tentang tentang penyakit HIV/AIDS yang
penyakit dikumpulkan dengan cara siswa mengisi
HIV/AIDS sendiri kuesioner pengetahuan sebanyak
15 pertanyaan. Jika benar diberi skor 1
dan salah diberi skor 0.
Skor tertinggi adalah 15 dan skor
terendah adalah 0.
a) Baik : hasil persentase 76-100 %
Skor : 12-15
b) Cukup : hasil persentase 56-75 %
Skor : 9-11
c) Kurang : hasil persentase <56%
Skor : 0-8

2 Sikap remaja Respon yang melibatkan pikiran, Ordinal


terhadap perasaan dan perhatian siswa tentang
penyakit penyakit HIV/AIDS yang dikumpulkan
HIV/AIDS dengan cara siswa mengisi sendiri
kuesioner sikap sebanyak 20 pertanyaan
dengan kategori penilaian berdasarkan
jenis pertanyaan favorable dan
unfavorable.
Skor tertinggi untuk sikap adalah 20 dan
skor terendah adalah 0.
a) Baik : hasil persentase 76-100 %
Skor : 16-20
b) Cukup : hasil persentase 56-75 %
Skor : 12-15
c) Kurang : hasil persentase <56%
Skor : 0-11

BABIII
METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian
1. Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian Deskriptif


dengan menggunakan rancangan penelitian Cross Sectional yaitu suatu
rancangan yang bertujuan untuk melihat korelasi dan menguji hipotesis
antara variabel dependent (sikap remaja) dengan variabel independen
(pengetahuan remaja), pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan kuosioner tentang pengetahuan dan sikap siswa kelas XI
tentang HIV/ AIDS. Pengetahuan dikategorikan menjadi pengetahuan
baik (skor 12-15), cukup (skor 9-11) dan kurang (skor 0-8). Tujuan dari
rancangan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran
pengetahuan dan sikap remaja tentang penyakit HIV/AIDS pada siswa
kelas XI di SMAN 1 Copongkor.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan agustus tahun 2023 di SMA
Negeri 1 Cipongkor yang berada di Desa Sarinagen, Kecamatan
Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

1) Populasi Penelitian

Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa dan siswi kelas XI SMA
Negeri 1 Cipongkor. Total populasi dalam penelitian ini yaitu 287
siswa.
2) Sampel Penelitian

Sampel pada penelitian ini adalah bagian dari populasi siswa dan
siswi SMA Negeri 1 Cipongkor. Sedangkan penentuan sampel pada
penelitian ini dilakukan teknik pengambilan sampel dengan acak sampel
sederhana atau Random Sampling.
C. Jenis dan Cara pengumpulan data
Pada penelitian ini jenis data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data
sekunder.
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh dan dikumpulkan langsung oleh objek
peneliti, terdiri dari:
a. Data identitas sampel
Identitas sampel meliputi nama, tempat tanggal lahir, alamat tempat tinggal,
umur, jenis kelamin, pekerjaan ayah, pekerjaan ibu dan suku dikumpulkan
dengan mengisi formulir data identitas pada lembar kuesioner yang telah
disediakan untuk mendapatkan karakteristik sampel. Setelah terisi, dicek
kembali untuk melihat kelengkapan data.
b. Data pengetahuan
Data pengetahuan dengan menggunakan kuesioner yang diisi sendiri oleh
siswa. Data pengetahuan diperoleh dengan prosedur sebagai berikut :
1) Sampel memperoleh kuesioner yang akan diisi.
2) Menjelaskan cara pengisian kuesioner.
3) Sampel dipersilahkan untuk menjawab semua pertanyaan yang ada di
dalam kuesioner tanpa terkecuali.
4) Setelah selesai dijawab, dikumpulkan kembali kepada peneliti atau
enumerator.
5) Kuesioner yang telah diisi dicek kembali, jangan sampai ada yang tidak
terisi.
c. Data sikap
Data sikap dengan menggunakan kuesioner yang diisi sendiri oleh siswa. Data
sikap diperoleh dengan prosedur sebagai berikut:
1) Sampel memperoleh kuesioner yang akan diisi.
2) Menjelaskan cara pengisian kuesioner.
3) Sampel dipersilahkan untuk menjawab semua pertanyaan yang ada di
dalam kuesioner tanpa terkecuali.
4) Setelah selesai dijawab, dikumpulkan kembali kepada peneliti atau
enumerator.
5) Kuesioner yang telah diisi dicek kembali, jangan sampai ada yang tidak
terisi.

2. Data Sekunder
Data sekunder adalah beberapa data yang didapatkan dari pihak sekolah di SMAN
1 Cipongkor meliputi gambaran umum lokasi penelitian dan data siswa yang ada
di sekolah tersebut.
D. Pengolahan dan Analisis Data
1. Pengolahan Data
a. Data identitas sampel
Data idenditas sampel yang sudah dikumpulkan diolah secara manual
menggunakan program komputer dengan tahapan sebagai berikut :
1) Memeriksa kelengkapan data.
2) Memberikan kode sesuai dengan karakteristik data identitas.
3) Mengentri data ke dalam program komputer.
4) Data seperti umur, jenis kelamin ditabulasi sesuai kategorinya.
b. Data Pengetahuan
Data pengetahuan diolah dengan tahapan sebagai berikut :
1) Kuesioner pengetahuan yang telah dikumpulkan diperiksa kelengkapan
datanya.
2) Data pengetahuan dikumpulkan dengan menggunakan 15 pertanyaan.
3) Setiap pertanyaan diberikan skor 1 untuk jawaban benar, skor 0 untuk
jawaban yang salah, sehingga diketahui skor pengetahuan masing-masing
sampel.
4) Nilai pengetahuan kemudian diklasifikasikan menjadi nilai pengetahuan
kategorial dimana menurut Arikunto (2006) pengetahuan seseorang dapat
diketahui dan diinterpretasi dengan skala yang bersifat kualitatif :
a. Baik : hasil persentase 76-100%
b. Cukup : hasil persentase 56-75%
c. Kurang : hasil persentase <56%
2. Analisis Data
Analisis univariat untuk menggambarkan persentase dan rata-rata masing-
masing variabel yaitu : umur, jenis kelamin, kategori pengetahuan, dan sikap
siswa kelas XI SMAN 1 Cipongkor. Dengan menggunakan tabel distribusi
frekuensi dengan menggunakan program komputer yang kemudian disajikan
dalam tabel distribusi frekuensi dan dianalisis berdasarkan persentase.

3. Etika Penelitian
Masalah etika pada penelitian yang menggunakan subjek manusia menjadi

isu sentra yang berkembang saat ini. Pada penelitian ilmu keperawatan, karena

hampir 900% subjek yang digunakan adalah manusia, maka peneliti harus

memahami prinsiip-prinsip etika penelitian (Nursalam, 2014). Untuk

mencegah tmbulnya masalah etika, maka dilakukan hal sebagai berikut:

1. Informed consent

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan

responden dengan memberikan lembar persetujuan, agar responden mengerti

maksud dan tujuan penelitian. Informed consent tersebut diberikan sebelum

penelitian dilakukan dengan cara membagikan informed consent kepada

responden dan peneliti membacakan informed consent tersebut, hal ini

bertujuan agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian (Hidayat,

2013).

Dalam penelitian ini, peneliti akan memberikan penjelasan dan manfaat

yang akan dilakukan pada responden dan jika setuju maka diminta untuk

mengisi kuesioner yang telah disediakan.

2. Anonymity

Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan jaminan


dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau

mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menulis

kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan

(Hidayat, 2013).

Dalam penelitian ini peneliti akan memberitahu responden untuk tidak

mencantumkan nama pada kuesioner tersebut dan hanya menuliskan kode

nomor untuk mempermudah dalam hal pengolahan data.

3. Confidentially

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan


hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya (Hidayat,
2013). Dalam penelitian ini, peneliti akan memberikan jaminan kerahasiaan
hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua
informasi dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, untuk menjamin
kerahasiaan ini maka peneliti tidak mempublikasikan hasil penelitiannya dan
hanya digunakan di institusi STIKes Budi Luhur sebagai laporan penelitian.
4. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di SMAN 1 Cipongkor
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian akan dimulai pada bulan Agustus.

Anda mungkin juga menyukai