PROPOSAL PENELITIAN
Diajukan Untuk Memenuhi Gelar Sarjana Keperawatan
A. Latar Belakang
Remaja merupakan fase transisi dari kanak-kanak ke masa dewasa. WHO
(World Health Organization), mendefinisikan remaja merupakan penduduk rentang
usia 10-19 tahun dan menurut BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional) remaja merupakan penduduk dengan rentang usia 10-24 tahun
dan belum menikah. Berdasarkan data dari UNAIDS (United Nations Program on
HIV/AIDS) pada tahun 2019, jumlah populasi dunia sebanyak 7,7 miliar jiwa dan
terdapat sekitar 1,2 miliar remaja berusia 15 hingga 24 tahun di dunia atau 16 persen
dari populasi penduduk dunia merupakan remaja. Jumlah penduduk di Indonesia
berdasarkan hasil Sensus Penduduk tahun 2020 sebanyak 270,20 juta jiwa dengan
mayoritas penduduk Indonesia didominasi oleh generasi Z atau penduduk dengan
perkiraan usia sekarang 8-23 tahun, sebanyak 74,93 juta jiwa atau 27,94% dari total
populasi Indonesia. Hal ini berarti Indonesia memiliki jumlah remaja dan generasi
yang akan memasuki fase remaja yang tinggi.
Jumlah penduduk remaja di Provinsi Jawa Barat mencapai 11.358.704 jiwa
atau sebesar 26,60% dari total jumlah penduduk di Jawa Barat (Manurung, 2011).
Jumlah remaja yang besar ini merupakan sumber daya yang besar untuk
melaksanakan pembangunan untuk mewujudkan Jawa Barat maju dan sejahtera untuk
semua sesuai dengan visi Pemerintah Daerah Jawa Barat. Kelompok remaja sangat
rentan terhadap tiga risiko kesehatan reproduksi atau yang dikenal dengan triad KRR
(Kesehatan Reproduksi Remaja) yaitu Seksualitas, Napza (Narkotika, Alkohol,
Psikotropika dan Zat Adiktif Lainnya), serta HIV/AIDS.
Data tentang perilaku hubungan seks pranikah pada pelajar terutama di kota
besar beberapa tahun terakhir ini cukup signifikan. Data terkait seksualitas remaja
didadpatkan dari berbagai sumber. Berdasarkan Data Badan Koordinasi dan Keluarga
Berencana Nasional (BKKBN) tahun 2010 menunjukkan bahwa 51% remaja di
Jabodetabek telah melakukan seks sebelum menikah. Hasil Survei DKT Indonesia
tahun 2005 juga menunjukkan bahwa remaja di beberapa wilayah Indonesia telah
melakukan seks sebelum menikah, diantaranya Surabaya 54%, di Bandung 47% dan
di Medan 52%. Sementara itu, hasil Survei Kesehatan Reproduksi Remaja tahun
2012, bahwa remaja memiliki teman yang pernah berhubungan seksual dimulai dari
usia 14-19 tahun, dengan wanita 0,7% dan pria 4,5%. Berdasarkan data tentang
penyalahgunaan narkoba di Indonesia, 22% adalah siswa dan pelajar (BNN, 2014).
Penyalahgunaan NAPZA (Narkotik, Psikotropik dan Zat adiktif lainnya) pada
remaja dan infeksi HIV/ AIDS mengkhawatirkan. Berdasarkan data Kemenkes pada
akhir Juni 2010, di Indonesia terdapat 21.770 kasus AIDS dan 47.157 kasus HIV
positif, dengan persentase pengidap usia 20-29 tahun yakni sebesar 48,1% dan usia
30-39 tahun sebanyak 30,9%. Data Penularan HIV/AIDS pada remaja di Jawa Barat,
dari jumlah penduduk Jawa Barat yang berusia 10-24 tahun, sebesar 11.358.704 atau
26,60% adalah remaja. Sebesar 3.147 remaja usia 15-29 tahun terkena HIV/AIDS
dengan penularan terutama disebabkan melalui hubungan seks dan jarum suntik.
Tingginya perilaku berisiko pada remaja yang ditunjukkan dalam data-data
diatas merupakan resultante dari sifat khas remaja, pengetahuan remaja tentang
kesehatan, nilai moral yang dianut serta ada tidaknya kondisi lingkungan yang
kondusif. Faktor lingkungan yang menyebabkan perilaku berisiko pada remaja adalah
kondisi lingkungan yang permisif terhadap perilaku berisiko (ketersediaan
fasilitas/sarana yang mendukung perilaku berisiko, ketiadaan penegakan hukum
terkait kesehatan) atau bahkan mendorong perilaku berisiko (melalui informasi yang
salah, iklan).
Program Kesehatan Reproduksi Remaja diintegrasikan dalam Program
Kesehatan Remaja di Indonesia. Program Kesehatan peduli Remaja (PKPR) telah
dicangkan sejak tahun 2003. Selama lebih sepuluh tahun, program ini lebih banyak
bergerak dalam pemberian informasi, berupa ceramah, tanya jawab dengan remaja
tentang masalah kesehatan melalui wadah Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), Karang
Taruna, atau organisasi pemuda lainnya dan kader remaja lainnya yang dibentuk oleh
Puskesmas. Staf puskesmas berperan sebagai fasilitator dan narasumber. Pemberian
pelayanan khusus kepada remaja melalui perlakuan khusus yang disesuaikan dengan
keinginan, selera dan kebutuhan remaja belum dilaksanakan. Dengan demikian,
remaja, bila menjadi salah satu pengunjung puskesmas masih diperlakukan
selayaknya pasien lain sesuai dengan keluhan atau penyakitnya.
Pelayanan kesehatan yang ditujukan dan dapat dijangkau oleh remaja,
menyenangkan, menerima remaja dengan tangan terbuka, menghargai remaja,
menjaga kerahasiaan, peka akan kebutuhan terkait dengan kesehatannya, serta efektif
dan efisien dalam memenuhi kebutuhan tersebut. Singkatnya, PKPR adalah pelayanan
kesehatan kepada remaja yang mengakses semua golongan remaja, dapat diterima,
sesuai, komprehensif, efektif dan efisien.
Provinsi Jawa Barat merupakan provinsi dengan kasus HIV/ AIDS terbanyak
no 4 di Indonesia. Maka dari itu, upaya pencegahan dan pengendalian HIV/AIDS
dibutuhkan bagi remaja terutama pada siswa di SMAN 1 Cipongkor karena informasi
tentang pengetahuan dan sikap remaja di SMAN 1 Cipongkor diperlukan untuk
merancang upaya pencegahan dan pengendaliann ini. Tujuan penelitian ini adalah
untuk menentukan gambaran pengetahuan remaja tentang HIV/ AIDS di SMAN 1
Cipongkor
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian tentang “Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Tentang Penyakit
HIV/AIDS Pada Siswa kelas XI di SMAN 1 Cipongkor”.
C. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
Mengetahui Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Tentang Penyakit HIV/AIDS Pada
Siswa kelas XI di SMAN 1 Cipongkor.
b. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan siswa kelas XI SMAN 1 Cipongkor
terhadap penyakit HIV/AIDS.
2. Untuk mengetahui gambaran sikap siswa kelas XI SMAN 1 Cipongkor
terhadap penyakit HIV/AIDS.
3. Untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Tentang Penyakit
HIV/AIDS Pada Siswa kelas XI di SMAN 1 Cipongkor.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam pengembangan
2. Manfaat Praktis
c. Bagi penulis
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka
a. Definisi Remaja
b. Karakteristik Remaja
berikutnya. Pada masa ini remaja dapat mencoba gaya hidup yang
berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai dan sifat yang paling
masalahnya.
remaja.
yang diinginkan.
Memiliki rentang usia antara 11- 13 tahun. Pada tahap ini mereka
mengambil keputusan.
a. Definisi Pengetahuan
b. Tingkatan Pengetahuan
1) Tahu (Know)
2) Memahami (Comprehension)
3) Aplikasi (Aplication)
4) Analisis (Analysis)
5) Sintesis (Synthesis)
6) Evaluasi (Evaluation)
c. Pengukuran Pengetahuan
menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari subjek penelitian
1) Faktor pendidikan
2) Faktor pekerjaan
3) Faktor pengalaman
masa lalu.
4) Keyakinan
5) Sosial budaya
keputusan.
a. Definisi Sikap
cara tertentu (Azwar, 2013). Objek yang disikapi individu dapat berupa
b. Komponen sikap
c. Tingkatan sikap
1) Menerima (receiving)
diberikan.
2) Merespons (responding)
tersebut.
3) Menghargai (valving)
masalah.
dengan risikonya.
d. Pengukuran sikap
1) Pengalaman pribadi
3) Pengaruh kebudayaan
4) Media massa
Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan agama sangat
6) Faktor emosional
yang dilakukan oleh Desy Indra Yani, Neti Juniarti dan Maman
h. Kerangka Konsep
Pendidikan
Informasi
Sosial
1. Pengetahuan
2. Sikap
Budaya
Tentang penyakit
HIV/AIDS
Ekonomi
Lingkungan
Keterangan :
Pengalaman
= Variabel yang tidak diteliti
Usia
= Variabel diteliti
i. Definisi Operasional
No Variable Definisi Skala
1 Pengetahuan Segala sesuatu yang diketahui responden Ordinal
remaja tentang tentang penyakit HIV/AIDS yang
penyakit dikumpulkan dengan cara siswa mengisi
HIV/AIDS sendiri kuesioner pengetahuan sebanyak
15 pertanyaan. Jika benar diberi skor 1
dan salah diberi skor 0.
Skor tertinggi adalah 15 dan skor
terendah adalah 0.
a) Baik : hasil persentase 76-100 %
Skor : 12-15
b) Cukup : hasil persentase 56-75 %
Skor : 9-11
c) Kurang : hasil persentase <56%
Skor : 0-8
BABIII
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
1. Rancangan Penelitian
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan agustus tahun 2023 di SMA
Negeri 1 Cipongkor yang berada di Desa Sarinagen, Kecamatan
Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat.
1) Populasi Penelitian
Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa dan siswi kelas XI SMA
Negeri 1 Cipongkor. Total populasi dalam penelitian ini yaitu 287
siswa.
2) Sampel Penelitian
Sampel pada penelitian ini adalah bagian dari populasi siswa dan
siswi SMA Negeri 1 Cipongkor. Sedangkan penentuan sampel pada
penelitian ini dilakukan teknik pengambilan sampel dengan acak sampel
sederhana atau Random Sampling.
C. Jenis dan Cara pengumpulan data
Pada penelitian ini jenis data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data
sekunder.
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh dan dikumpulkan langsung oleh objek
peneliti, terdiri dari:
a. Data identitas sampel
Identitas sampel meliputi nama, tempat tanggal lahir, alamat tempat tinggal,
umur, jenis kelamin, pekerjaan ayah, pekerjaan ibu dan suku dikumpulkan
dengan mengisi formulir data identitas pada lembar kuesioner yang telah
disediakan untuk mendapatkan karakteristik sampel. Setelah terisi, dicek
kembali untuk melihat kelengkapan data.
b. Data pengetahuan
Data pengetahuan dengan menggunakan kuesioner yang diisi sendiri oleh
siswa. Data pengetahuan diperoleh dengan prosedur sebagai berikut :
1) Sampel memperoleh kuesioner yang akan diisi.
2) Menjelaskan cara pengisian kuesioner.
3) Sampel dipersilahkan untuk menjawab semua pertanyaan yang ada di
dalam kuesioner tanpa terkecuali.
4) Setelah selesai dijawab, dikumpulkan kembali kepada peneliti atau
enumerator.
5) Kuesioner yang telah diisi dicek kembali, jangan sampai ada yang tidak
terisi.
c. Data sikap
Data sikap dengan menggunakan kuesioner yang diisi sendiri oleh siswa. Data
sikap diperoleh dengan prosedur sebagai berikut:
1) Sampel memperoleh kuesioner yang akan diisi.
2) Menjelaskan cara pengisian kuesioner.
3) Sampel dipersilahkan untuk menjawab semua pertanyaan yang ada di
dalam kuesioner tanpa terkecuali.
4) Setelah selesai dijawab, dikumpulkan kembali kepada peneliti atau
enumerator.
5) Kuesioner yang telah diisi dicek kembali, jangan sampai ada yang tidak
terisi.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah beberapa data yang didapatkan dari pihak sekolah di SMAN
1 Cipongkor meliputi gambaran umum lokasi penelitian dan data siswa yang ada
di sekolah tersebut.
D. Pengolahan dan Analisis Data
1. Pengolahan Data
a. Data identitas sampel
Data idenditas sampel yang sudah dikumpulkan diolah secara manual
menggunakan program komputer dengan tahapan sebagai berikut :
1) Memeriksa kelengkapan data.
2) Memberikan kode sesuai dengan karakteristik data identitas.
3) Mengentri data ke dalam program komputer.
4) Data seperti umur, jenis kelamin ditabulasi sesuai kategorinya.
b. Data Pengetahuan
Data pengetahuan diolah dengan tahapan sebagai berikut :
1) Kuesioner pengetahuan yang telah dikumpulkan diperiksa kelengkapan
datanya.
2) Data pengetahuan dikumpulkan dengan menggunakan 15 pertanyaan.
3) Setiap pertanyaan diberikan skor 1 untuk jawaban benar, skor 0 untuk
jawaban yang salah, sehingga diketahui skor pengetahuan masing-masing
sampel.
4) Nilai pengetahuan kemudian diklasifikasikan menjadi nilai pengetahuan
kategorial dimana menurut Arikunto (2006) pengetahuan seseorang dapat
diketahui dan diinterpretasi dengan skala yang bersifat kualitatif :
a. Baik : hasil persentase 76-100%
b. Cukup : hasil persentase 56-75%
c. Kurang : hasil persentase <56%
2. Analisis Data
Analisis univariat untuk menggambarkan persentase dan rata-rata masing-
masing variabel yaitu : umur, jenis kelamin, kategori pengetahuan, dan sikap
siswa kelas XI SMAN 1 Cipongkor. Dengan menggunakan tabel distribusi
frekuensi dengan menggunakan program komputer yang kemudian disajikan
dalam tabel distribusi frekuensi dan dianalisis berdasarkan persentase.
3. Etika Penelitian
Masalah etika pada penelitian yang menggunakan subjek manusia menjadi
isu sentra yang berkembang saat ini. Pada penelitian ilmu keperawatan, karena
hampir 900% subjek yang digunakan adalah manusia, maka peneliti harus
1. Informed consent
2013).
yang akan dilakukan pada responden dan jika setuju maka diminta untuk
2. Anonymity
mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menulis
kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan
(Hidayat, 2013).
3. Confidentially