Anda di halaman 1dari 18

2

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Remaja adalah laki-laki maupun perempuan berusia 10 – 18 tahun


(merujuk UU Perlindungan Anak No 23 Tahun 202) atau usia 10-19 tahun
(menurut WHO). Masa remaja adalah masa peralihan manusia dari anak-anak
menuju dewasa. Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak dan masa
dewasa yang berjalan antara umur 11 tahun sampai 21 tahun. Monks, Knoers, dan
Haditono masa remaja menjadi empat bagian, yaitu masa pra-remaja 10 – 12
tahun, masa remaja awal 12 – 15 tahun, masa remaja pertengahan 15 – 18 tahun,
dan masa remaja akhir 18 – 21 tahun (wikepedia remaja).

Dari masa pra-remaja 10 – 12 tahun, masa remaja awal 12 – 15 tahun,


masa remaja pertengahan 15 – 18 tahun, dan masa remaja akhir 18 – 21 tahun
merupakan masa usia anak sekolah. anak usia sekolah adalah anak yang berada
pada usia-usia sekolah. usia sekolah adalah usia yang sangat penting dalam
perjalanan hidup anak, karena usia inilah pertama sekali anak diperkenalkan
dengan dunia pendidikan formal, dimana dalam pendidikan formal anak sudah
dituntut mampu menerapkan intelektualnya. Dalam masa ini juga anak
mengalami pertumbuhan fisik serta perkembangan emosional dan sosial, anak
senang berkumpul dengan teman sebaya untuk melakukan sosialisasi. Rentang
umur usia sekolah antara enam sampai dua belas tahun sesuai dengan pendapat
Nasution (1993, dalam Djamarah, 2008).

Tetapi, banyak ditemukan masalah pada anak sekolah yang sering kita
temukan. Masalah tersebut seperti berkelahi, tawuran antar sekolah, mecoret
dinding sekolah,bolos,bahkan menggunakan obat-obat terlarang seperti
narkotika,psikotropika, ataupun zat adiktif lainnya (napza).
3

Peredaran narkoba di Indonesia semakin meluas. Angka kenaikannya


di atas rata-rata dunia. Bila tidak ada kesungguhan untuk memeranginya,
diprediksi pada tahun 2015 mendatang, penggunanya bisa mencapai 5,1 juta
orang.Berdasarkan penelitian BNN bersama Pusat Penelitian Kesehatan
Universitas Indonesia periode 2011, angka prevalensi penyalahgunaan narkoba
sebesar 2,2 persen atau setara dengan 3,8-4,2 juta orang. Sedangkan proyeksi
angka prevalensi internasional sebesar 2,32 persen. "Kondisi ini naik
dibandingkan angka prevalensi di Indonesia tahun 2008 yang mencapai 0,21
persen," kataSambudiyono,Deputi Pemberdayaan Masyarakat Badan Narkotika
Nasional (BNN) V.Bila kondisi tersebut dibiarkan, maka tingkat prevalensi pada
2015 akan mencapai 2,8 persen. Artinya pengguna narkoba bisa tembus di angka
5,1 juta orang. (Tempo news,2004).

Pada tahun 2004, BNN menyelenggarakan Survey Nasional


Penyalahgunaan Narkoba. Salah satu hasilnya, menunjukkan bahwa anak sekolah
dasar sudah mengkonsumsi narkoba.Yang lebih mengejutkan lagi, berdasarkan
survey itu terungkap bahwa usia termuda pemakai narkoba adalah anak-anak
berusia 7 tahun dengan jenis inhalan (dihirup)

Dari study pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal,


dengan metode wawancara dari ……..

Dua dasawarsa terakhir, penggunaan dan pengedaran narkoba secara


illegal di seluruh dunia menunjukkan peningkatan tajam serta mewabah
merasuki semua bangsa dan ummat yang meminta korban. Dampak yang
ditimbulkan dari penyalahgunaan Narkotika,Psikotropika dan Zat Adiktif
(NAPZA) tersebut tidak hanya merusak fisik dan mental si korban, tetapi juga
dapat berkaitan dengan masalah sosial dan ekonomi, bahkan penyakit yang lain
seperti HIV/AIDS. Kondisi ini mengisyaratkan perlunya pelayananrehabilitasi
yang komprehensif bagi korban NAPZA. Dampak negatif penyalahgunaan dan
pengedaran gelap narkoba menimbulkan beban biaya dari ekonomi (economic
cost), biaya manusia (human cost) dan biaya sosial (socialcost). Tidak ada
jaminan pulih sepenuhnya. Sementara itu, pemerintah harus mengeluarkan
4

anggaran besar untuk biaya penegakan hukum,pencegahan, pelayanan dan


perawatan dan pemulihan.( Informasi Vol. 18, No. 02, Tahun 2013)

Sejak tahun 2003 model pelayanan kesehatan yang ditujukan dan dapat
dijangkau remaja, menyenangkan, menerima remaja dengan tangan terbuka,
menghargai remaja, menjaga kerahasiaan, peka akan kebutuhan terkait dengan
kesehatannya, serta efektif dan efisien dalam memenuhi kebutuhan dan selera
remaja diperkenalkan dengan sebutan Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja
(PKPR) https://www.k4health.org/toolkits/indonesia/program-kesehatan-peduli-
remaja.Namun belum optimal sehingga perlu tindak lanjut secara nyata salah
satunya dengan memberikan pendidikan kesehatan, karena berdasarkan teori
pendidikan kesehatan dapat meningkatkan pengetahuan, mempengaruhi sikap,
serta merubah prilaku. (Notoatmodjo, 2005).

Berdasarkan latar belakang diatas perlu dilakukan penelitian tentang


“PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP
PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA KELAS VI DENGAN
PENYALAHGUNAAN LEM AICA AIBON (LEM FOX) DI SDN JAWA 4
MARTAPURA”

A. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah, maka dapat


dirumuskan sebagai berikut:

1. Pernyataan Masalah

Kurangnya pengetahuan dan sikap siswa penyalahgunaan lem aica


aibon (lemfox) dapat meningkatkan angka penyalahgunaan lem aica, aibon
(lemfox) sehingga perlu tindak lanjut secara nyata salah satunya dengan
memberikan pendidikan kesehatan, karena berdasarkan teori pendidikan
kesehatan dapat meningkatkan pengetahuan dan mempengaruhi sikap.
5

2. Pertanyaan Masalah

Berdasarkan pernyataan masalah diatas maka dapat disimpulkan


pertanyaan masalah APAKAH ADA PENGARUH PENDIDIKAN
KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SD
TERHADAP PENYALAHGUNAAN LEM AICA AIBON (LEMFOX)

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Pendidikan


Kesehatan terhadap Pengetahuan dan Sikap siswa sekolah dasar terhadap
penyalahgunaan lem aica aibon (lemfox)

Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi perbedaan pengetahuan siswa tentang dampak


penyalahgunaan lem aica aibon (lemfox) sebelum dan sesudah dilakukan
pendidikan kesehatan.

b. Mengidentifikasi perbedaan sikap siswa tentang penyalahgunaan lem


aica aibon (lemfox) sebelum dan sesudah dilakukan pendidikan
kesehatan.

c. Menganalisa pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan dan


sikap siswa terhadap penyalahgunaan lem aica aibon (lemfox) sebelum
dan sesudah dilakukan pendidikan kesehatan.

C. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Bagi Sekolah SDN Jawa 4 Martapura

Memberikan bahan masukan pada sekolah tentang pengetahuan dan


6

sikap siswa tentang penyalahgunaan lem aica aibon (lemfox)

2. Bagi Institusi Pendidikan

Menambah literatur baik teori maupun praktik sebagai bahan


pertimbangan maupun panduan bagi penelitian selanjutnya.

3. Bagi Peserta (Penderita)

Memberiakan informasi serta pengetahuan untuk menghindari dan


mencegah, penyalahgunaan lem aica aibon (lemfox)

4. Bagi Peneliti

Sebagai tambahan ilmu pengetahuan dan mengembangkan ilmu yang


didapat selama pendidikan dengan pengaplikasianya. Pada kenyataanya yang ada
dilapangan serta merupakan tambahan ilmu pengetahuan dan pengalaman yang
sangat berguna dalam memberiakan pelayanan keperawatan pada pasien.

D. Sistematika Penulisan

Sistematika dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah:

1. Bab I : Pendahuluan

a. Latar Belakang

b. Perumusan Masalah

c. Ruang Lingkup Penelitian

d. Tujuan Penelitian

e. Manfaat Penelitian

f. Sistematika Penulisan
7

2. Bab II : Tinjauan Pustaka

a. Konsep Pengetahuan

b. Konsep Sikap

c. Konsep Pendidikan kesehatan

d. Konsep Ibu

e. Konsep Balita

f. Konsep penyakit ispa

3. Bab III : Metode Penelitian

a. Desain Penelitian

b. Kerangka Kerja

c. Tempat dan Waktu Penelitian

d. Populasi, Sampel dan Sampling Penelitian

e. Kerangka konsep dan Hipotesis

f. Variabel Penelitian

g. Definisi Operasional

h. Metode Pengumpulan Data

i. Instrumen

j. Jalur Penelitian

k. Pengolahan dan Analisis Data

l. Etika Penelitian
8

4. Bab IV : Hasil Dan Pembahasan

a. Hasil Penelitian.

b. Hasil / Pengumpulan Data.

c. Pembahasan.

d. Keterbatasan Penelitian.

5. Bab V : Kesimpulan Dan Saran

a. Simpulan.

b. Saram
9

Pengguna narkotika, psikotropika, dan zat adiktif (napza) diperkirakan sekitar 5 juta orang atau
2,8 persen dari total penduduk Indonesia. Angka ini lebih tinggi daripada jumlah penduduk Nusa
Tenggara Timur yang mencapai 4,6 juta jiwa. Pengguna remaja yang berusia 12-21 tahun ditaksir
sekitar 14.000 orang dari jumlah remaja di Indonesia sekitar 70 juta orang.

Di DKI Jakarta, berdasarkan catatan Direktorat Reserse Narkoba Polda Metro Jaya, jumlah
pengguna napza di kalangan remaja dalam tiga tahun terakhir terus naik.

Pada tahun 2011, siswa SMP pengguna napza berjumlah 1.345 orang. Tahun 2012 naik menjadi
1.424 orang, sedangkan pengguna baru pada Januari-Februari 2013 tercatat 262 orang. Di kalangan
SMA, pada 2011 tercatat 3.187 orang, tahun berikutnya menjadi 3.410 orang. Adapun kasus baru
tahun 2013 tercatat 519 orang.
http://regional.kompas.com/read/2013/03/07/03184385/Pengguna.Narkoba.di.Kalangan.Remaja.
Meningkat

Badan Narkotika Nasional (BNN) memprediksi penyalahgunaan narkoba pada tahun 2013 akan
mengalami peningkatan sebesar 2,56 persen.

Sementara pada tahun 2011 penyalahgunaan narkoba meningkat sebesar 2,2 persen. "Penelitian
BNN dan Puslitkes UI prevalensi penyalahgunaan tahun 2011 sebesar 2,2 persen, sementara tahun
2013 bisa meningkat 2,56 persen dan 2015 bisa melonjak 2,80 persen," kata Kepala Badan
Narkotika Nasional (BNN) Irjen Anang Iskandar kepada wartawan Kamis (27/12) di Kantor
Kompolnas, Jakarta. http://rakyatmedia.com/berita-741-kepala-bnn--tahun-2013-pengguna-
narkoba-meningkat-256-persen.html
10
11

Terbukti, dari hasil survei Yayasan Citra Anak Bangsa, 70 % siswa SMP dan SMU di 12 kota
besar pernah mendapatkan tawaran narkoba dari temannya sendiri. Walhasil, jumlah pelajar
pengguna Narkoba di Indonesia, berdasarkan data BNN tahun 2006 tercatat sebanyak 83.000
pelajar. Baik siswa SD, pelajar SMP, maupun SMA. (ismki.com, 27/06/08). Data ini dikuatkan
oleh Kepala BNN Komjen Pol I Made Mangku Pastika yang mengatakan, sekitar 20 persen dari 4
12

juta pengguna narkoba di seluruh Indonesia adalah remaja. (Detik.com, 25/06/06)


http://drugsisourenemy.blogspot.com/2010_09_01_archive.htm

PADA tahun 2002 BNN (Badan Narkotika Nasional) didirikan. Oleh Kepala Pelaksana Harian
(Kalakhar) BNN yang saat itu dijabat oleh Komjen Pol Drs Nurfaizi. Ketika itu Nurfaizi sudah
menyatakan perang terhadap Narkoba. Karena jumlah pecandu narkoba (narkotika dan obat-obat
berbahaya) di Indonesia meningkat tajam dalam lima tahun terakhir (berarti 1997-2002), bahkan
anak usia sekolah dasar (SD) pun sudah termasuk incaran pengedar narkoba. Modus operandi
penyebaran di kalangan anak-anak pun bermacam-macam, antara lain melalui permen yang dijual
pedagang asongan yang sering mangkal di sekolah.

Pada tahun 2004, BNN menyelenggarakan Survey Nasional Penyalahgunaan Narkoba. Salah satu
hasilnya, menunjukkan bahwa anak sekolah dasar sudah mengkonsumsi narkoba. Yang lebih
mengejutkan lagi, berdasarkan survey itu terungkap bahwa usia termuda pemakai narkoba adalah
anak-anak berusia 7 tahun dengan jenis inhalan (dihirup).

Di kalangan anak jalanan, jauh sebelum survey itu digelar, memang sudah dikenal istililah
‘ngelem’ yaitu perbuatan menghirup lem cair (seperti Aica Aibon). Bila lem tersebut dihirup
dalam-dalam, dapat memberi efek melayang sebagaimana dirasakan oleh pengguna narkoba.

Ketika itu, Kamis 8 Juli 2004, Togar M Sianipar Kepala BNN menyampaikan hasil surveynya di
Istana Negara, Jalan Veteran, Jakarta Pusat. Menurut Togar, survey diikuti oleh 13.710 responden.
Dari hasil survey itu ditemukan, ada anak-anak berusia 8 tahun yang sudah menggunakan ganja.
Juga ditemukan, ada anak-anak berusia 10 tahun telah menggunakan narkoba dengan jenis
bervariasi (pil penenang, ganja dan morfin).

Secara keseluruhan, menurut Togar, usia 15 tahun merupakan usia rata-rata pertama kali
penyalahgunaan narkoba. Dilihat dari segi pendidikan, penggunaan narkoba di Perguruan Tinggi
mencapai 9,9 persen, SLTA 4,8 persen dan SLTP 1,4 persen.( Selengkapnya )
13

Pada tahun 2006, BNN kembali melakukan penelitian. Dari hasil penelitian itu berhasil
diungkapkan, sebanyak 8.500 siswa sekolah dasar di Indonesia mulai mengonsumsi bahkan sudah
kecanduan Narkoba dalam satu tahun terakhir. ( Selengkapnya ). Hal itu terjadi akibat mudahnya
siswa SD mendapatkan lem aibon yang memberikan efek melayang saat dihirup. Dibandingkan
tahun 2004, maka data 2006 menunjukkan adanya kenaikan lebih dari seratus persen.

Data tersebut antara lain diungkapkan oleh Brigjen Pol Mudji Waluyo (Kepala Pusat Pencegahan
Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba BNN) di Malang pada hari Kamis
tanggal 06 Desember 2007, usai mengevaluasi kinerja Badan Narkotika Kota (BNK) Malang di
Balaikota setempat. Menurut Mudji, usia pengguna lem aibon termuda tercatat sekitar 7 tahun.
Adanya peningkatan, karena lem aibon itu mudah didapat di mana saja, dan lemahnya faktor
pengawasan keluarga.

Menurut Mudji pula, total pengguna narkoba di Indonesia mencapai 3,2 juta orang. Sebanyak 1,1
juta orang di antaranya adalah pengguna dari kalangan SD, SMP, SMA, dan mahasiswa. Apabila
pengguna SD menggunakan lem aibon untuk memberi efek melayang, siswa SMP, SMA, dan
mahasiswa memakai narkotika dari berbagai jenis untuk memberikan efek melayang. Jenis
narkotika campur-campur merupakan jenis yang paling banyak disalahgunakan oleh pelajar dan
mahasiswa. Daun ganja merupakan jenis narkoba yang menduduki urutan kedua yang sering
digunakan. Sedagkan tumbukan daun kecubung menduduki peringkat ketiga, ekstasi pada urutan
keempat, sabu-sabu urutan kelima, dan benzodiazepam atau obat antidepresi urutan terakhir jenis
narkotika yang sering dipakai.

Mudji menambahkan, angka tertinggi konsumen Narkoba anak-anak SD ini masih DKI Jakarta,
disusul provinsi di daratan Sumatera kemudian Jawa Timur dan beberapa provinsi lain seperti DI
Yogyakarta dan Kalimantan Selatan. Khususnya di Jawa Timur, sebagaimana data yang diperoleh
dari kepolisian, Kecamatan Bangil memegang rekor tertinggi untuk kasus narkoba di kalangan
anak- anak SD di Jawa Timur. ( Selengkapnya )

Beberapa Kasus
14

Di Jombang (Jawa Timur), seorang siswa Sekolah Dasar berinisial BS tertangkap membawa
puluhan butir pil koplo ke sekolah, pada hari Kamis tanggal 19 Maret 2009. Saat menjalani
pemeriksaan di ruang Satreskrim Polsek Ngoro, Jombang (Jawa Timur), BS mengaku memiliki
barang haram tersebut dari sebuah salon yang letaknya tidak jauh dari tempat tinggalnya. BS
tertangkap saat dia bergurau dengan temannya.

Saat itu, BS melempar temannya dengan tas miliknya. Dari tas yang dilempar itu, secara tidak
sengaja bungkusan rokok yang berada di dalam tas milik BS terjatuh. Seorang guru yang
mengetahui kerjadian itu merasa curiga dan mengambil bungkus rokok itu. Namun saat dibuka di
dalam bungkus itu terdapat sekitar 70 butir pil koplo jenis double L, yang dikemas dalam tujuh
kantong plastik. Oleh sang guru, temuan itu kemudian dilaporkan ke Polsek Ngoro. (
Selengkapnya )

Di Karawang peredaran narkoba telah mencapai kondisi yang cukup memprihatinkan, karena
sudah menjalar ke desa-desa dan sekolah, termasuk SD. Wakil Bupati Karawang Hj. Eli Amalia
Priatna yang juga sebagai Ketua Badan Narkotika Kabupaten (BNK) Karawang mengungkapkan
hal tersebut pada acara penyuluhan dalam penanggulangan bahaya narkoba bagi kalangan remaja
di Aula Kantor Desa Purwasari, pada hari Minggu tanggal 8 Feb 2009.

Di tahun r, sedikitnya 40-50 siswa sekolah dasar (SD) dari total 40.000 siswa di Kota Bekasi,
terindikasi mengonsumsi narkoba, khususnya ganja. Penyalahgunaan narkoba pada murid SD
umumnya melalui makanan ringan, seperti permen dan gula manisan. Data tersebut diperoleh
Badan Narkotika Kota (BNK) Bekasi dari kepolisian. ( Selengkapnya )

Di Jakarta, dari hasil operasi yang digelar Direktorat Narkoba Polda Metro Jaya dan jajarannya
selama kurun waktu satu bulan (Maret 2009), aparat kepolisian berhasil mengamankan 667
tersangka kasus narkoba. Sekitar 18-19 persen dari 667 tersangka tadi, yaitu sekitar 113 tersangka
adalah generasi muda amat belia yaitu mereka yang berada ada kisaran usia anak SD (Sekolah
Dasar).
15

Dari tangan mereka polisi berhasil menyita sejumlah barang bukti berupa pil ekstasi, shabu-shabu,
heroin dan ganja. Demikian sebagaimana disampaikan oleh Kepala Bidang Hubungan Masyarakat
Polda Metro Jaya Ajun Komisaris Besar Polisi Chysnanda ada hari Senin 13 April 2009. Meski
tidak diperoleh data spesifik, namun dari 113 tersangka anak SD tadi, ada yang terolong pengedar
dan sebagian lainnya tergolong pemakai.

Di tahun 2004, Muchlis Catyo (Kepala Subdit Kesiswaan Direktorat Pendidikan Menengah Umum
Departemen Pendidikan Nasional) yang juga anggota Tim Kelompok Kerja Pemberantasan
Penyalahgunaan Narkoba Depdiknas tahun 2004, mengatakan bahwa khusus untuk pengguna
narkoba pada anak usia SD, biasanya diawali karena ketidaksengajaan. Misalnya, narkoba masuk
lewat permen, bakso, bahkan melalui obat di rumah sakit ketika mereka harus dirawat.

Pernyataan Muchlis Catyo tadi, faktanya memang benar-benar terjadi, misalnya sebagaimana
kasus yang menimpa Yerry putra kedua mendiang Ronny Pattinasarrany (mantan pemain
sepakbola nasional). Sebagaimana pernah diungkapkan Ronny dalam sebuah buku berjudul Dan,
Kedua Anakku Sembuh dari Ketergantungan Narkoba pada buku itu Yerry yang pernah kecanduan
putau menuturkan bahwa awalnya ia mengenal narkoba dari seorang penjual minuman ringan
didepan SD-nya.

Penjual minuman itu memberinya sebutir pil yang katanya bisa membuat enak badan dan bisa
asyik. Awalnya Yerry selalu menolak, tapi suatu hari ia penasaran dan membawanya pulang. Yerry
yang kala itu duduk di kelas enam SD kemudian mencoba meminumnya. Ternyata ia memang
merasakan apa yang disebutnya sensasi baru. Pikirannya melayang-layang setengah sadar.

Akhirnya, Yerry ketagihan, dan ia datang lagi ke penjual minuman itu. Kali ini ia harus
membelinya. Ternyata penjual minuman itu seorang pengedar narkoba, dan ia punya banyak
barang, bukan hanya obat-obatan daftar G seperti yang diumpankannya kepada Yerry. Sejak itu
Yerry terjerumus ke dalam cengkeraman narkoba, hingga ia bersekolah di SMU. Untunglah
akhirnya Yerry berhasil lepas dari narkoba berkat kegigihan kedua orangtuanya.

Menurut BNN, peredaran gelap Narkoba di Indonesia semakin meningkat terutama sejak tahun
16

2003. Jumlah tersangka kasus Narkoba meningkat setiap tahun, dari sekitar 5.000 tersangka pada
tahun 2001 menjadi 32.000 tersangka pada tahun 2006. Dalam kurun waktu 2001-2006 jumlah
tersangka kasus mencapai sekitar 85.000 orang. Sejak tahun 1998 Clandestine (gerakan bawah
tanah) Narkoba diungkap setiap tahun dengan jumlah yang semakin meningkat.

Selain itu, menurut BNN, pelajar dan mahasiswa di semua propinsi baik di ibu kota maupun di
kabupaten rentan penyalah-gunaan Narkoba. Penyalah-gunaan jauh lebih tinggi pada laki-laki
dibanding perempuan. Kemampuan ekonomi, pengawasan yang kurang dari orangtua, dan
ketidak-taatan ibadah meningkatkan kerentanan penyalah-gunaan Narkoba. Ganja, Ekstasi, dan
Shabu merupakan jenis Narkoba yang paling banyak dipakai. Sekitar 40 persen penyalah-guna
mulai pakai Narkoba pada umur 11 tahun atau lebih muda. ‘Teman’ merupakan pintu masuk utama
penyalah-gunaan Narkoba. Sekolah/Kampus dan rumah teman sering menjadi tempat menawarkan
Narkoba. Hanya 2,4 di antara 100 penyalah-guna mengaku pernah menyuntik Narkoba.

Jaksa Narkoba

Ironisnya, ketika kekhawatiran terhadap bahaya narkoba yang sudah kian gencar menyusup ke
sekolah-sekolah dasar (SD), terbetik kasus tentang adanya penggelapan barang bukti berupa 343
butir pil ekstasi, yang melibatkan dua jaksa yakni Esther Thanak dan Dara Veranita. Keduanya
bertugas di PN Jakarta Utara.

Esther Thanak dan Dara Veranita ditetapkan sebagai tersangka oleh Polda Metro Jaya karena
terbukti menjual 343 butir ekstasi yang merupakan barang bukti. Kalau satu butir ekstasi tersebut
laku dijual dengan harga Rp 100.000 per butir, maka keseluruhannya bernilai Rp 34.300.000.
Penetapan tersangka ini diperoleh setelah keduanya diperiksa secara maraton dua hari berturut-
turut. Keduanya terbukti melanggar UU Psikotropika Pasal 60 ayat 1 tentang Pengedar dan Pasal
62 jo Pasal 71 tentang Kepemilikan Psikotropika.

Sehubungan dengan kasus jaksa narkoba Esther Thanak dan Dara Veranita ini, menurut
pemberitaan sejumlah media, ratusan orang berunjuk rasa di depan Gedung Kejaksaan Agung,
17

Selasa (14 April 2009). Mereka berasal dari berbagai unsur, di antaranya Gerakan Nasional Anti
Narkotika dan Satuan Tugas Anti Narkoba. Mereka mempersoalkan penahanan Esther dan Dara
yang tidak diperpanjang saat masa penahanan 20 hari pertama berakhir. Esther dan Dara yang
ditahan di Polda Metro Jaya dilepaskan dari tahanan pada 11 April lalu.

Terhadap kasus dua jaksa ini, Jaksa Agung Muda Pengawasan (Jamwas) Kejaksaan Agung
(Kejagung) Hamzah Tadja mengakui, terungkapnya penggelapan barang bukti oleh Jaksa Esther
menunjukkan pengawasan melekat di internal Kejaksaan Negeri (Kejari) Jakarta Utara (Jakut)
tidak berjalan efektif.

Di tahun 2006, Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan memvonis jaksa Hendra
Ruhendra selama 17 tahun penjara (Rabu, 1 Maret 2006). Dia tertangkap saat memakai narkoba
di apartemen Taman Rasuna Said lantai 10 pada Agustus 2005. Jaksa Hendra Ruhendra juga
terbukti memiliki 217 gram shabu-shabu, 30 butir ekstasi, dan 2 pucuk senjata api jenis revolver
38 dan FN 22 beserta enam butir peluru.

Dari mana sang jaksa memiliki barang haram itu? Aparat membantah bahwa narkoba yang dimiliki
Hendra Ruhendra merupakan barang bukti kejaksaan. Waktu itu Hendra Ruhendra mengaku
mendapatkan shabu dan ekstasi dari seseorang yang tinggal di Bali. Setelah aparat polisi
melakukan pengejaran dengan berpegangan pada alamat yang diberikan oleh Hendra, ternyata
alamat yang diberikan Hendra fiktif belaka.

Dari dua kasus di atas, masyarakat tentu semakin geram, ketika kasus narkoba kian menggerogoti
kehidupan generasi muda, aparat penegak hukum (dalam hal ini jaksa) justru menggelapkan
barang bukti (narkoba) untuk dipasarkan kembali. Padahal, seharusnya barang bukti itu segera
dimusnahkan.

Kalau kasus jaksa menjual barang bukti mengikuti fenomena gunung es, yang berarti masih
banyak kasus serupa yang tak terungkap, betapa mengkhawatirkannya kehidupan generasi muda
kita. Sebab, aparat yang seharusnya menekan peredaran narkoba melalui kekuasaannya, justru ikut
menjadi pengedar
18

https://m.facebook.com/notes/selamatkan-anak-kita-dari-narkoba/kasus-narkoba-dari-anak-sd-
hingga-jaksa/169362358183/

REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG -- Badan Narkotika Nasional (BNN) mencatat saat ini


jumlah pengguna narkoba di Indonesia mencapai empat juta. Sekitar 70 persen dari jumlah tersebut
adalah pengguna dari golongan pekerja.

Kepala Humas Badan Narkotika Nasional (BNN) Komisaris Besar Sumirat Dwiyanto mengatakan
jumlah pengguna narkoba di dunia mencapai tiga ratus juta orang. Sementara untuk di Indonesia
saat ini sekitar empat juta orang.

"Untuk penggunanya 70 persen pekerja, 22 persen kelompok pelajar atau mahasiswa, serta delapan
persen pengangguran dan lainnya," katanya di Kantor Bea dan Cukai Bandara Soekarno Hatta,
Kamis (1/8).

Menurut Sumirat, jumlah pengguna pada dasarnya harus bisa ditekan sebelumnya sekitar 2,32
persen sekarang ini menjadi 2,2 persen dari penduduk di Indonesia.

Ia mengatakan pada rentang tahun 2004 sampai 2008 ada sekitar 100 ribu pengguna per tahunnya.
Sedangkan pada 2008 sampai 2012 sekitar 75 ribu pengguna per tahunnya. Salah satu upaya untuk
menekan jumlah pengguna adalah dengan pengadaan tempat rehabilitasi yang memadai.

Ia mengatakan saat ini, ada sekitar 18 ribu tempat tidur untuk rehabilitasi. Jumlah tersebut belum
cukup karena tidak bisa memfasilitasi jumlah pengguna. "Setiap daerah harusnya punya tempat
rehabilitasi minimal 10 tempat tidur," ucapnya.

Menurut dia, seorang pengguna yang telah menjalani hukuman tidak bisa dibiarkan bebas begitu
saja. Tetapi harus ada upaya rehabilitasi untuk membuatnya jera agar tidak mengulangi tindakan
tersebut.

Saat ini, akan membangun tempat rehabilitasi di daerah Batam untuk wilayah Sumatera.
Sebelumnya sudah ada di daerah Samarinda untuk wilayah Kalimantan dan Makasar untuk
19

wilayah Sulawesi. Ia pun menghimbau apabila ada yang melakukan kegiatan CSR untuk
membantu masalah rehabilitasi.

Sumirat menambahkan tindakan pengawasan untuk peredaran narkoba terus ditingkatkan di setiap
perbatasan. Di antaranya pada perbatasan darat, perbatasan laut, maupun perbatasan udara. Selain
http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/13/08/01/mquxer-ada-4-juta-pengguna-
narkoba-di-indonesia-70-persen-pekerjaitu, dengan membentuk satgas–satgas di sejumlah
perbatasan.

http://www.tribunnews.com/nasional/2013/04/12/indonesia-tertinggi-penyalahgunaan-narkoba-
di-asia-tenggara

http://www.antarakalsel.com/berita/12924/pengguna-narkoba-kalsel-45657-orang

Anda mungkin juga menyukai