Oleh :
dr. Nia Desnina Wardhani
Pembimbing :
dr. Yuliarni M,Kes
1
BAB I
PENDAHULUAN
Remaja adalah periode dalam kehidupan dimana terjadi masa peralihan dari
masa kanak ke masa dewasa. Sebagai fase peralihan yang berjalan natural,
remaja mencoba berbagai perilaku yang kadang merupakan perilaku berisiko.
Menurut World Health Organization (WHO) remaja adalah penduduk yang
berusia 10-19 tahun, tidak jauh berbeda di Indonesia dimana menurut Undang-
Undang Republik Indonesia no. 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak,
remaja berusia 10-18 tahun.
2
konsumsi alkohol, penyalahgunaan narkoba, dan melakukan hubungan seksual
pranikah.
Masalah lain yang berkenaan dengan perilaku berisiko remaja menurut hasil
Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI) tahun 2007, adalah
tingginya perokok aktif dengan presentase perempuan dan laki-laki yang tidak
menikah, berusia 15-19 tahun yang merupakan perokok aktif hingga waktu
diadakan survei yaitu laki-laki sebanyak 47% sementara perempuan 0,7%.
Selain itu juga pada kelompok usia ini sudah ditemukan perilaku konsumsi
alkohol dengan presentasi perempuan 3,7% dan laki-laki 15,6%. Temuan lain
yang juga mengejutkan adalah pengalaman seksual pada usia 15-17 tahun pada
perempuan sebesar 1,3% dan pada laki-laki sebesar 3,7% dimana alasan untuk
melakukan hubungan seksual untuk pertama kali sebelum menikah pada remaja
usia 15-24 tahun paling tinggi pada kelompok usia perempuan adalah karena
terjadi begitu saja (38,4%) dan dipaksa oleh pasangan (21,2%) sementara pada
kelompok laki-laki alasan tertinggi karena ingin tahu (51,3%).
3
menghindari infeksi HIV masih terbatas, hanya 14% wanita yang menyebutkan
pantang berhubungan seks, 18 % wanita dan 25% pria menyebutkan
menggunakan kondom, serta 11% wanita dan 8% pria menyebutkan membatasi
jumlah pasangan seksual sebagai cara menghindari HIV/AIDS.
IV. Tujuan Penelitian
1. Umum :
Untuk mengetahui Permasalahan dan Harapan Remaja dalam PKPR di
4
Wilayah kerja Puskesmas Kampus
2. Khusus :
Untuk mengetahui jumlah remaja yang pernah melakukan
hubungan seks pranikah
Untuk mengetahui jumlah remaja yang merokok
Untuk mengetahui jumlah remaja yang mengkonsumsi alcohol
Untuk mengetahui jumlah remaja yang pernah mengkonsumsi
napza
Untuk mengetahui jumlah remaja yang mengetahui program
PKPR
Untuk mengetahui jumlah remaja yang memerlukan peran
konselor sebaya
Untuk mengetahui jumlah remaja yang sering berkunjung ke
Puskesmas.
V. Manfaat Penelitian
1. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan agar masyarakat tahu dan
PKPR.
2. Bagi Puskesmas
Memungkinkan manajemen PKPR yang tepat sehingga tepat
sasaran dan tepat guna.
3. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengalaman
dan ilmu pengetahuan penulis dalam meneliti secara lasngsung
di lapangan.
Untuk memenuhi salah satu tugas peneliti dalam menjalani
program internship dokter umum Indonesia.
BAB II
5
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Remaja
2.1.1 Pengertian Remaja
Remaja pada umumnya didefenisikan sebagai orang-orang yang mengalami
masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Menurut Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO), remaja (adolescence) adalah mereka yang berusia 10-19
tahun. Sementara dalam terminologi lain PBB menyebutkan anak muda (youth)
untuk mereka yang berusia 15-24 tahun.Ini kemudian disatukan dalam sebuah
terminologi kaum muda (young people) yang mencakup 10-24 tahun.Sementara itu
dalam program BKKBN disebutkan bahwa remaja adalah mereka yang berusia
antara 10-24 tahun. Menurut Hurlock (1993), masa remaja adalah masa yang penuh
dengan kegoncangan, taraf mencari identitas diri dan merupakan periode yang
paling berat. Menurut Bisri (1995), remaja adalah mereka yang telah meningalkan
masa kanak-kanak yang penuh dengan ketergantungan dan menuju masa
pembentukan tanggung jawab.
b. Dimensi Kognitif
6
Perkembangan kognitif, remaja dalam pandangan Jean Piaget (2007) (seorang
ahli perkembangan kognitif) merupakan periode terakhir dan tertinggi dalam
tahap pertumbuhan operasi formal (period of formal operations).Kapasitas
berpikir secara logis dan abstrak mereka berkembang sehingga mereka mampu
berpikir multi-dimensi seperti ilmuwan. Para remaja tidak lagi menerima
informasi apa adanya, tetapi mereka akan memproses informasi itu serta
mengadaptasikannya dengan pemikiran mereka sendiri. Mereka juga mampu
mengintegrasikan pengalaman lalu dan sekarang untuk ditransformasikan
menjadi konklusi, prediksi, dan rencana untuk masa depan.
c. Dimensi Moral
Masa remaja adalah periode dimana seseorang mulai bertanya-tanya mengenai
berbagai fenomena yang terjadi di lingkungan sekitarnya sebagai dasar bagi
pembentukan nilai diri mereka. Para remaja mulai membuat penilaian tersendiri
dalam menghadapi masalah-masalah populer yang berkenaan dengan lingkungan
mereka, misalnya: politik, kemanusiaan, perang, keadaan sosial, dan sebagainya.
Secara kritis, remaja akan lebih banyak melakukan pengamatan keluar dan
membandingkannya dengan hal-hal yang selama ini diajarkan dan ditanamkan
kepadanya.
7
2.2.2 HIV
2.2.3 Napza
Napza (narkotika, psikotripika, dan zat adiktif lainnya) adalah bahan / zat
yang dapat mempengaruhi kondisi kejiwaan / psikologi seseorang ( pikiran,
perasaan dan perilaku ) serta dapat menimbulkan ketergantungan fisik dan
psikologi. Yang termasuk dalam NAPZA adalah :
NARKOTIKA :
Menurut UU RI No 22 / 1997, Narkotika adalah: zat atau obat yang berasal
dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semisintetis yang
dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa,
mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan
ketergantungan.
Narkotika terdiri dari 3 golongan :
8
1. Golongan I : Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi,
serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan.
Contoh : Heroin, Kokain, Ganja.
2. Golongan II : Narkotika yang berkhasiat pengobatan, digunakan sebagai
pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan / atau untuk
tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi
mengakibatkan ketergantungan. Contoh : Morfin, Petidin.
3. Golongan III : Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak
digunakan dalam terapi dan / atau tujuan pengebangan ilmu pengetahuan
serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan. Contoh
: Codein.
PSIKOTROPIKA :
Menurut UU RI No 5 / 1997, Psikotropika adalah : zat atau obat, baik
alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui
pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan
khas pada aktifitas mental dan perilaku.
Psikotropika terdiri dari 4 golongan :
1. Golongan I : Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan
ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai
potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : Ekstasi.
2. Golongan II : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat
digunakan dalan terapi dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan.
Contoh : Amphetamine.
3. Golongan III : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak
digunakan dalam terapi dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan.
Contoh : Phenobarbital.
4. Golongan IV : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas
digunakan dalam terapi dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan.
Contoh : Diazepam, Nitrazepam (BK, DUM).
ZAT ADIKTIF LAINNYA :
9
Yang termasuk Zat Adiktif lainnya adalah : bahan / zat yang
berpengaruh psikoaktif diluar Narkotika dan Psikotropika, meliputi :
1. Minuman Alkohol : mengandung etanol etil alkohol, yang berpengaruh
menekan susunan saraf pusat, dan sering menjadi bagian dari kehidupan
manusia sehari – hari dalam kebudayaan tertentu. Jika digunakan
bersamaan dengan Narkotika atau Psikotropika akan memperkuat
pengaruh obat / zat itu dalam tubuh manusia. Ada 3 golongan minuman
beralkohol :
a. Golongan A : kadar etanol 1 – 5 % (Bir).
b. Golongan B : kadar etanol 5 – 20 % (Berbagai minuman anggur)
c. Golongan C : kadar etanol 20 – 45 % (Whisky, Vodca, Manson
House, Johny Walker).
2. Inhalasi (gas yang dihirup) dan solven (zat pelarut) mudah menguap
berupa senyawa organik, yang terdapat pada berbagai barang keperluan
rumah tangga, kantor, dan sebagai pelumas mesin. Yang sering
disalahgunakan adalah : Lem, Tiner, Penghapus Cat Kuku, Bensin.
3. Tembakau : pemakaian tembakau yang mengandung nikotin sangat luas
di masyarakat.
10
yang mungkin muncul. Cinta dan Seks adalah dua sisi yang sangat kontras
berbeda, jelaslah tidak bisa disamakan dengan seenaknya saja. Cinta adalah
bentuk perasaan kasih-sayang terhadap orang lain yang didasari kejujuran,
kesetiaan, kemuliaan hati dan kesadaran untuk bertanggung jawab. Sedangkan
Seks yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah jenis
kelamin, maka dalam konteks ini berarti segala sesuatu yang berkaitan dengan
alat reproduksi terutama berupa aktifitas yang timbul lebih banyak karena
dorongan nafsu biologis.Sehingga membuktikan cinta dengan seks tentu saja
memunculkan risiko-risiko.Namun sebaliknya, jika remaja mampu
memandang seks atas dasar cinta, maka dengan sendirinya tercipta pola pikir
yang holistik penuh dengan tanggung jawab, dan sudah seharusnya
menempatkan cinta dalam berpacaran sebagai sesuatu yang sehat dan sakral.
Oleh karena itu, untuk membantu remaja dalam mengatasi
permasalahandalam berpacaran secara mandiri dan bertanggung jawab.Maka
sekiranya perlu diamalkan kiat-kiat dari konsep “Pacaran Sehat”sebagai
upaya preventif yang sederhana dan bekal yang tepat bagi remaja dalam
mengarungi masa pacarannya. Konsep Pacaran Sehat merupakan sekumpulan
tips-tips pacaran yang dilandasi proses cinta dimana dimensi fisik, psikis dan
sosial remaja dalam keadaan baik. Tidak hanya sehat seksual, tetapi juga sehat
rohani dan sehat mental.
PACARAN
1. Perlu persiapan
2. Amalkan nasehat orang tua
3. Cinta monyet (sadari)
4. Akan terjadi putus pacar
5. Rayuan gombal jangan terjebak
6. Aman untuk kesehatan reproduksi
7. Norma-norma selalu diperhatikan
SEHAT
1. Selalu ingat batas-batas
2. Enak dipandang lingkungan
11
3. Hubungan pertemanan tetap baik
4. Ampuh memacu prestasi
5. Tidak merugikan siapapun
Selain itu, dingembangkan juga pendekatan ABCDE yang merupakan
suatu konsep remaja sehat yang sudah diadopsi secara internasional.
1. Abstinentia
Sebisa mungkin dan seharusnya remaja tidak melakukan hubungan seksual
sebelum menikah.
2. Be faithful
Tidak dipungkiri adanya remaja yang telah seksual aktif, guna menghindari
resiko penularan IMS (Infeksi Menular Seksual) dan HIV-AIDS (Human
Immunodeficiency Virus dan Acquired Immunodeficiency Syndrome), maka
dianjurkan remaja untuk selalu setia pada satu pasangannya.
3. Condom
Wajib hukumnya bagi remaja dengan aktifitas seksual bebas yang bertukar
pasangan dan berisiko terjadinya kehamilan maupun penularan IMS dan
HIV-AIDS.
4. Don’t inject atau Drugs
Hindarilah menggunakan NAPZA (Narkotika, Alkohol, Psikotropika dan
Zat Adiktif lainnya) terutama narkotika suntik, karena sangat berisiko
terhadap transmisi HIV-AIDS.
5. E-ducation ; carilah narasumber, dan informasi-informasi remaja yang
tepat.
12
Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) adalah pelayanan kesehatan
peduli remaja yang melayani semua remaja dalam bentuk konseling dan berbagai
hal yang berhubungan dengan kesehatan remaja.Disini remaja tidak perlu ragu dan
khawatir untuk berbagi/konseling, mendapatkan informasi yang benar dan tepat
untuk berbagai hal yang perlu diketahui remaja (Fadhlina, 2012).Program
Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR). Program ini dapat dilaksanakan di
Puskesmas, Rumah Sakit atau sentra-sentra dimana remaja berkumpul seperti mall
(Depkes, 2005).
Keberhasilan implementasi PKPR dipengaruhi oleh keterlibatan semua
pihak,mulai dari pemerintah sebagai pengambilkebijakan, pelaksana program,
masyarakatdan remaja (Depkes RI 2005a).
Jenis kegiatan dalam PKPR adalah pemberian informasi dan edukasi,
pelayanan klinis medis termasuk pemeriksaan penunjang, konseling, pendidikan
Keterampilan hidup sehat (PKHS), penyuluhan kesehatan, pelatihan Peer
Counselor/ Konselor sebaya dan pelayanan rujukan sosial dan medis.
13
kesehatan, ilmu pengetahuan alam dan sebagainya. Selain melalui pelajaran,
pendidikan kesehatan juga dapat diperkenalkan melalui pendidikan
kesehatan yang disisipkan pada kegiatan ekstrakurikuler untuk menanamkan
perilaku sehat peserta didik. Dengan adanya dukungan dari pihak sekolah
atau pendidikan diharapkan dapat meminimalisir kejadian atau masalah
yang berhubungan dengan remaja.
3. Konseling
Tujuan konseling dalam PKPR yaitu:
Membantu remaja untuk dapat mengenali masalahnya dan membantunya
agar dapat mengambil keputusan dengan mantap tentang apa yang harus
dilakukannya untuk mengatasi masalah tersebut.
Memberikan pengetahuan, keterampilan, penggalian potensi dan sumber
daya secara berkesinambungan hingga dapat membantu remaja agar
mampu:
1. mengatasi kecemasan, depresi, atau masalah kesehatan mental lainnya.
14
2. meningkatkan kewaspadaan terhadap isu masalah yang mungkin terjadi
pada dirinya.
3. mempunyai motivasi untuk mencari bantuan bila menghadapi masalah.
15
BAB III
KERANGKA KONSEP
Profil Remaja
1. Rokok
2. Napza
3. Seks pranikah
4. Alcohol
Cukup 5. PKPR
teman (-)
pengetahuan 6. Konselor
keluargasebaya (+)
16
Kurang
Tingkat pengetahuan
pengetahuan Lingkungan Sikap dan perilaku
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk
menggambarkan profil permasalahan remaja dalam PKPR di SMAN 2
Palembang.
17
2. Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian atau populasi yang diteliti, dalam penelitian
ini diambil 100 siswa kelas XI SMAN 2 Palembang.
18
19