Anda di halaman 1dari 32

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Semakin berkembang perkembangan zaman semakin berkembang pula
para pengonsumsi rokok dalam melakukan aktivitas dan kebiasaan
perilaku merokok. Perilaku merokok merupakan suatu kegiatan atau
aktivitas membakar rokok dan kemudian menghisapnya lalu
menghembuskan keluar dari mulut yang dapat menimbulkan asap dan
dapat dihisap oleh orang-orang sekitar. Nasution (2001 :10).

Rokok sangat berbahaya bagi kesehatan sang perokok maupun orang


disekitarnya. Namun masih banyak yang mengabaikan bahaya rokok
tersebut dan tidak peduli akan akibat yang disebabkan rokok.

Diketahui terdapat 24 % yang memiliki aktivitas merokok yang terjadi


pada tingkatan sekolah menengah atas (remaja). Masa remaja adalah masa
transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa , dalam masa ini fase
perkembangan berfikir dan emosi remaja berkembang. Remaja berasal dari
kata adolencere (kata bendanya, adolescentia yang berarti remaja ) yang
berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa . istilah adolescente
mencakup kematangan emosional,sosiao dan fisik. Menurut Pieget (
Hurlock 1980 : 206).

Menurut WHO batasan usia remaja adalah 12 sampai 24 tahun. Sedangkan


dari segi program pelayanan, definisi remaja yang digunakan oleh Menteri
Kesehatan RI tahun 2010 adalah mereka yang berusia 10 smpai 19 tahun
dan belum kawin.

Menurut Stanley Hall (dalam Santrock,2003) usia remaja berada pada


rentang 12-23 tahun. Berdasarkan batasan-batasan yang diberikan para
2

ahli, bisa dilihat bahwa mulainya masa remaja relative sama, tetapi
berakhirnya masa remaja sangat bervariasi. Bahkan ada yang dikenal juga
dengan istilah remaja yang diperpanjang, dan remaja yang diperpendek.

Menurut hasil penelitian oleh King’s College London, merokok bisa


“membusukkan” otak dengan merusak memori, kemampuan belajar dan
daya nalar.

Berdasarkan data (Word Health Organization) WHO tahun 2014. Epidemi


tembakau telah membunuh sekitar 6 juta orang pertahun, 600 ribu
diantaranya perokok pasif. Selain WHO lembaga World Lung Foundation
(WLF). Lembaga ini dibentuk berdasarkan epidemic global tentang
penyakit paru-paru yang telah membunuh 10 juta orang pertahun didunia.

Diindonesia, kematian akibat rokok angkanya mencapai 239 ribu pertahun.


Terjadi biaya ekonomi yang cukup besar akibat tak ada pengendalian
tembakau diindonesia. Setiap tahunnya Indonesia merugi Rp. 240 triliun
akibat tak ada pengendalian tembakau. “rugi dari masalah kesehatan,
kecacatan, kematian dini, kehilangan jam kerja, dan pengobatan kanker,”.
Menurut Dr Hakim Sorimuda (TCSC). 2014.

Berdasarkan hasil survei Badan Kesehatan Dunia (Word Health


Organization) WHO (2008) menyatakan statistik jumlah perokok 1,35
milyar orang. Statistik perokok dari kalangan amak-anak dan remaja,
berkisar antara 24,1 %.

Wahyuningsih (Hartini, 2012:2) mengungkapkan bahwa Indonesia


menempati urutan ke-3 didunia pada tahun 2010, perokok terbanyak
setelah cina 300 juta, india 120 juta dan Indonesia 82 juta jiwa perokok.
Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 menunjukan bahwa perokok usia
diatas 15 tahun sebanyak 36,3 %. Sebagian besar mereka adalah perokok
3

laki-laki dengan prevalensi 64,9 % dari jumlah ini merupakan yang


terebesar didunia. Sementara itu, prevalensi pada perempuan mengalami
peningkatan dari 5,2 % pada tahun 2007 menjadi 6,9% pada tahun 2013.
Adapun sekitar 6,3 juta wanita Indonesia usia 15 tahun ke atas juga
merokok.

Prevalensi di Provinsi Jawa barat yaitu rata-rata didominasi sejak usia


remaja atau anak baru gede (ABG) 15-19 tahun, presentasinya mencapai
50,4 persen. Disusul kelompok usia 20-24 tahun, sekitar 24,7 persen.
Menurut jenis kelamin, para laki-laki memiliki prevalensi 11 kali lebih
banyak daripada wanita, yaitu laki-laki 11,8% dan perempuan 1,4%
(Riskesdas, 2010).

Sementara itu, menurut ASDA (assiten daerah) 1 kabupaten Karawang,


Iman Soemantri menjelaskan, berdasarkan data WHO, setiap tahun angka
kematian akibat rokok tahun 2011 sebanyak 4,8 juta jiwa dan WHO
memprediksikan tahun 2020 mendatang jumlah tersebut akan terus
bertambah menjadi 8,4 juta jiwa.Dikabupaten karawang sebanyak 34,7%
dari jumlah penduduk saat ini sebanyak 2,2 juta jiwa.

Berdasarkan hasil penelitan yang sudah dilakukan sebelumnya (Raden


Putri Purnamasari,2013) di SMAN X karawang, dari jumlah siswa kelas X
120 terdapat 50 siswa didapati sudah merokok. Faktor yang
mempengaruhi mereka yaitu pengaruh orang tua 85,5 %, pengaruh teman
sebaya 85,5%, pengaruh psikologis 86,5%, dan pengaruh iklan 85%. Maka
dari itu peneliti tertarik untuk meneliti Gambaran Pengetahuan Remaja
tentang Bahaya Merokok Pada Seluruh Siswa kelas X di SMAN X
karawang.
4

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas diketahui tingginya angka perokok
didunia maupun diindonesia. Diantaranya di Jawa Barat Kabupaten
Karawang disalah satu SMAN X Karawang seluruh siswa kelas X sudah
mengenal yang namanya merokok.
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah penelitian ini adalah
Gambaran Pengetahuan Remaja tentang Bahaya Merokok Pada Seluruh
Siswa kelas X di SMAN X Karawang.

1.3 Tujuan Penelitian


1.4.1 Tujuan Umum

Mengetahui Gambaran Pengetahuan Remaja tentang Bahaya


Merokok Pada Seluruh Siswa kelas X di SMAN X Karawang.

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Untuk mengetahui bahaya merokok pada remaja.
2. Untuk mengetahui zat-zat apa sajakah yang terkandung
didalam rokok.
3. Untuk mengetahui karakteristik demografi responden : jenis
kelamin, usia, pekerjaan dan pendidikan.

1.4 Manfaat penelitian


Manfaat yang diharapkan dari penelitian adalah :
1.4.1 Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan

untuk dapat meningkatkan wahana keilmuan mahasiswa Program

Studi DIII keperawatan STIKes Kharisma Karawang.


5

1.4.2 Bagi Peneliti

Merupakan pengalaman yang berharga bagi peneliti dalam

mengaplikasikan ilmu dan menambah wawasan mengenai

gambaran tingkat pengetahuan tentang bahaya rokok pada

remaja.

1.4.3 Bagi Remaja

Dapat menambah pengetahuan pada remaja tentang bahaya nya

merokok terutama pada usia remaja, serta remaja mampu

mengendalikan keinginannya untuk mereduksi perilaku merokok


6

BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Pengetahuan


2.2.1 Definisi Pengetahuan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003) Pengetahuan adalah
sesuatu yang diketahui berkaitan dengan proses pembelajaran. Proses
belajar ini dipengaruhi berbagai faktor dari dalam seperti motivasi dan
faktor luar berupa sarana informasi yang tersedia serta keadaan sosial
budaya.
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera
penglihatan, penginderaan, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan
atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya
tindakan seseorang (overt behavior) (Notoatnojdo, 2010).

2.1.2 Tingkat pengetahuan


Pengetahuan yang dicakup didalam domain kognitif mempunyai 6
tingkatan (Notoatmodjo S,2010), yaitu :

1) Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali (recall) terhadap suatu spesifik dari seluruh bahan
yang dipelajari atau rangsangan yang diterima. Oleh sebab itu “tahu”
merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja
untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara
lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan
sebagainya.
7

2) Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui dan dapat mengintreprtasikan
materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek
atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,
menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang
dipejari.

3) Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya).
Aplikasi dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hokum-
hukum,rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau
situasi yang lain.

4) Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih didalam
struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain,
kemampuan analisis dapat dilihat penggunaan kata kerja dapat
menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan dan
sebagainya.

5) Sintesis (Synthesis)
Sisntesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan suatu
bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

6) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penelitian terhadap suatu materi atau objek
8

2.2.3 Cara Memperoleh Pengetahuan


Dari berbagai macam cara yang telah digunakan untuk memperoleh
kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah, ssdapat dikelompokkan
menjadi dua (Notoatmodjo S, 2010), yakni :
1) Cara tradisional atau non ilmiah
2) Cara coba salah (trial and error)
Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan
mungkin sebelumnya adanya peradaban. Cara coba-coba ini dilakukan
dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah dan
apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan
yang lain.metode ini masih dipergunakan sampai sekarang terutama
oleh mereka yang belum atau tidak mengetahui suatu cara tertentu
dalam memecahkan masalah yang dihadapi.
3) Cara kekuasaan atau otoritas
Prinsip ini adalah orang lain menerima pendapat yang dikemukakan
oleh orang yang mempunyai otoritas tanpa terlebih dahulu menguji
atau membuktikan kebenarannya. Baik berdasarkan fakta empiris
ataupun berdasarkan penalaran sendiri.
4) Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman adalah guru terbaik, maksudnya bahwa pengalaman itu
sumber pengetahuan dan pengalaman itu merupakan suatu cara untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan.
5) Melalui jalan pikiran
Berfikir adalah pembuatan kesimpulan-kesimpulan berdasarkan
pengalaman-pengalaman yang ditangkap oleh indera. Kemudian
disimpulkan kedalam suatu konsep yang memungkinkan seseorang
untuk memahami suatu gejala. Sedangkan berfikir deduksi adalah
proses berfikir berdasarkan pada pengetahuan yang umum mencapai
pengetahuan yang khusus.
9

6) Cara modern
Cara terbaru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada
dewasa ini lebih sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut “metode
penelitian ilmiah atau lebih popular disebut metodologi penelitian
(research methodology)

2.2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan


Ada beberapa faktor yang bisa mempengaruhi pengetahuan seseorang
baik langsung maupun tidak langsung diantaranya adalah :
1) Umur
Semakin cukup umur tingkat pematangan dan kekuatan seseorang akan
lebih matang dalam berfikir, belajar, bekerja sehingga pengetahuan
pun akan bertambah. Dari segi kepercayaan masyarakat, seseorang
yang lebih dewasa akan lebih dipercaya.

2) Pendidikan
Tingkat pendidikan yang terlalu rendah akan sulit memahami pesan
atau informasi yang disampaikan. Semakin tinggi tingkat pendidikan
seseorang semakin mudah menerima informasi sehingga banyak pula
pengetahuan yang dimiliki. Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang
termasuk juga perilaku akan pola hidup terutama dalam memotiasi
untuk sikap berperan serta dalam pembangunan kesehatan, makin
tinggi tingkat pendidikan seseorang, makin mudah menerima informasi
sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya
pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan seseorang
terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan. Tingkat pendidikan
formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan
pendidikan tinggi. Pendidikan dasar merupakan tingkat pendidikan
yang melandasi tingkat pendidikan menengah, adapun bentuk
pendidikan dasar adalah Sekolah Dasar (SD) dan sekolah Menengah
Pertama (SMP) atau bentuk lainnya yang sederajat. Pendidikan
10

menengah adalah Sekolah Menengah Atas (SMA) atau bentuk lain


yang sederajat. Pendidikan tinggi merupakan lanjutan pendidikan
menengah adapun bentuk pendidikan tinggi mencakup program
pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis dan dokter yang
diselenggarakan oleh pendidikan tinggi (Standar Pendidikan Nasional,
2005)

3) Pengalaman
Pengalaman merupakan sumber pengetahuan atau pengalaman itu
merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan oleh
karena pengalaman yang diproleh dapat memecahkan permasalahan
yang dihadapi pada masa lalu. (Notoatmodjo S, 2010)

2.2 Konsep Remaja


2.2.1 Definisi remaja
Masa remaja atau masa adolesensi adalah suatu fase perkembangan yang
dinamis dalam kehidupan seorang individu. Masa ini merupakan periode
transisi dari masa anak ke masa dewasa yang ditandai dengan percepatan
perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial dan berlangsung pada
decade kedua masa kehidupan. (Cahyaningsih DS ,2011)

Remaja adalah suatu masa ketika individu berkembang dari saat pertama
kali menunjukan tanda-tanda seksual sekunder hingga mencapai
kematangan seksual, individu mengalami perkembangan psikologis dan
pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa , individu terjadi
peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan
yang relative mandiri yang berada pada fase perkembangan dekade kedua
masa kehidupan. Sarwono (2010:12).

Remaja dalam ilmu psikologis diperkenalkan dengan istilah lain,


sepertipuberteit, adolesence, dan youth Remaja atauadolescence (Inggris),
11

berasal dari bahasa latin “adolescence” yang berarti tumbuh ke arah


kematangan. Kematanganyang dimaksud bukan kematangan fisik saja
tetapi juga kematangan sosial dan psikologi (Kumalasari, 2012: 13).

2.3.2 Batasan Usia Remaja


Menurut WHO batasan usia remaja adalah 12 sampai 24 tahun. Sedangkan
dari segi program pelayanan, definisi remaja yang digunakan oleh Menteri
Kesehatan RI tahun 2010 adalah mereka yang berusia 10 smpai 19 tahun
dan belum kawin.

Monks (1999) sendiri memberikan batasan usia masa remaja adalah masa
diantara 12-21 tahun dengan perincian 12-15 tahun masa remaja awal, 15-
18 tahun masa remaja pertengahan, dan 18-21 tahun masa remaja akhir.

Senada dengan pendapat Suryabrata (1981) membagi masa remaja menjadi


tiga, masa remaja awal 12-15 tahun, masa remaja pertenagahn 15-18 tahun
dan masa remaja akhir 18-21 tahun.

2.3.3 Karakteristik Masa Remaja


Karakteristik perkembangan normal yang terjadi pada remaja dalam
menjalankan tugas perkembangannya dalam mencapai identitas diri antara
lain menilai diri secara objektif dan merencanakan untuk
mengaktualisasikan kemampuannya. Dengan demikian, pada fase ini,
seorang remaja akan:
a. Menilai rasa identitas pribadi

b. Meningkatkan minat pada lawan jenis

c. Menggabungkan perubahan seks sekunder dalam citra tubuh

d. Memulai perumusan tujuan okupasional

e. Memulai pemisahan diri dari otoritas keluarga


12

Hurlock (1994) mengemukakan berbagai ciri-ciri dari remaja diantara

nya:

a. Masa remaja adalah masa peralihan

Yaitu peralihan dari satu tahap perkembangan ke perkembangan

berikutnya secara bertahap secara berkesinambungan. Pada masa ini

remaja bukan lagi seorang anak dan juga bukan seorang dewasa dan

merupakan masa yang sangat strategis, karena member waktu kepada

remaja untuk membetuk gaa hidup dan menentukan pola perilaku,

nilai-nilai dan sifat-sifat yang secara sesuai dengan ang diinginkan.

b. Masa remaja adalah masa terjadi perubahan

Sejak awal remaja, perubahan fisik terjadi dengan pesat, perubahan

perilaku dan sikap juga berkembang. Ada empat perubahan besar

yang terjadi pada remaja, yaitu perubahan emosi, perubahan peran

dan minat, perubahan pola perilaku dan peruahan sikap menjadi

ambivalen.

c. Masa remaja adalah masa yang anak masalah

Masalah remaja sering menjadi masalah yang sulit untuk diatasi.

Hal ini terjadi karena tidak terbiasa nya remaja menyelesaikan

masalahnya sendiri tanpa meminta bantuan orang lain sehingga

kadang-kadang terjadi sesuai dengan yang diharapkan.

d. Masa remaja adalah masa mencari identitas


13

Identitas diri yang dicari remaja adalah berupa kejelasan siapa

dirinya dan apa peran dirinya di masarakat. Remaja tidak puasa

dirinya sama dengan kebanyakan orang, ia ingin memperlihatkan

dirinya sebagai individu, sementara pada saat yang sama ia ingin

mempertahankan dirinya terhadap kelompok sebaya.

e. Masa remaja sebagai masa yang menimbulkan kekuatan

Ada stigma dari masyarakat bahwa remaja adalah anak yang tidak

rapi, tidak dapat dipercaya, cenderung berperilaku merusak,

sehingga menyebabkan orang dewasa harus membimbing dan

mengawasi kehidupan remaja. Dengan adanya stigma ini akan

membuat masa peralihan remaja ke dewasa menjadi sulit, karena

peran orangtua yang memiliki pandangan seperti ini akan

mencurigai dan menimbulkan pertentangan antara orangtua dengan

remaja serta membuat jarak diantara keluarga.

f. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistic

Remaja cenderung memandang kehidupan melalui kacamatanya

sendiri, baik dalam melihat dirinya maupun melihat oranglain,

mereka belum melihat apa adanya, tetapi menginginkan

sebagaimana yang ia harapkan.

g. Masa remaja adalah ambang masa dewasa

Dengan berlalunya usia belasan, remaja yang semakin matang

berkembang dan berusaha member kesan seseorang yang hampir

dewasa.
14

Hurlock (1990) pada masa remaja ini ada beberapa perubahan yang

bersifat universal, yaitu meningkatnya emosi, perubahan fisik,

perubahan terhadap minat dan peran, perubahan pola perilaku, nila-

nilai dan sikap ambivalen terhadap setiap perubahan. Berikut ini

dijelaskan satu persatu dari cirri-ciri perubahan yang terjadi pada

masa remaja.

2.3 Konsep Merokok


2.3.1 Definisi Merokok
Merokok adalah merupakan overt behavior dimana perokok menghisap
gulungan tembakau. Hal ini seperti dituliskan dalam KBBI bahwa
merokok adalah menghisap gulungan tembakau yang dibungkus
dengan kertas ( Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990:752). Lebih jauh
lagi Poerwadarmita dalam Kemala (2007:9) mendefinisikan merokok
sebagai menghisap rokok. Fakhrurrozi mengidentifikasi merokok
sebagai overt behavior karena merokok merupakan perilaku yang
Nampak. Sebagai overt behavior merokok merupakan perilaku yang
dapat terlihat karena ketika merokok individu melakukan suatu
kegiatan yang Nampak yaitu menghisap asap rokok yang dibakar ke
dalam tubuh, hal ini senada dengan pendapat Amstrong dalam Kemala
(2007:10) merokok adalah menghisap asap tembakau yang diabakar ke
dalam tubuh dan menghembuskannya kembali keluar.

2.3.2 Zat-zat dalam rokok


1) Nikotin
Nikotin adalah salah satu racun yang bekerja sangat cepat. Saat
anda menghirup asap rokok, nikotin turut masuk ke dalam paru-
paru, kemudian diabsorbsi secara cepat ke dalam aliran darah, dan
15

menyebar ke seluruh tubuh. Terpapar nikotin dalam waktu lama


akan menyebabkan penyumbatan pada pembuluh darah. Hal inilah
yang berpotensi menyebabkan penyakit jantung koroner.
Gejala yang muncul bila berhenti mengkonsumsi nikotin
a) Pusing (hanya bertahan sekitar 1-2 harisetelah berhenti
merokok)
b) Depresi
c) Merasa frustasi dan mudah marah
d) Sulit tidur, termasuksulit terlelap, dan jika tidur akan mengalami
mimpi buruk
e) Perasaan lelah yang tidak kunjung hilang
f) Peningkatan nafsu makan

2) Tar
Tar dideskripsikan sebagai bahan partikulat (bahan padat halus yang
berukuran lebih kecil dari debu) yang turut masuk ke dalam tubuh
saat perokok menghisap asap rokok dari dalam lintingan rokok yang
menyala. Tara merupakan bahan kimia yang menjadi penyebab
noda kuning kecokelatan pada kuku dan gigi para perokok. Selain
itu, tar juga dapat membuat flek pada paru-paru.

3) Karbon monoksida
Asap tembakau mengandung karbon monoksida, yakni ga tidak
berwarna , tidak, berbau, dan sangat mematikan. Saat karbon
monoksida di hirup, ia akan terikat pada hemoglobin dalam darah
yang disebut karboksilhemoglobin. Daya ikat karbon monoksida
pada hemoglobin sekitar 200 kali lebih kuat dibanding oksigen.
Kuatnya ikatan tersebut menyebabkan berkurangnya pasokan
oksigen yang diedarkan oleh tubuh. Kadar oksigen tubuh bisa
berkurang hingga 15 %.
16

4) Ammonia
Ammonia digunakan dalam rokok untuk mempercepat masuknya
nikotin dalam aliran darah.

5) Formic acid
Merupakan asam kuat yang bisa membuat kulit melepuh. Sering
digunakan untuk mengawetkan dan sebagai anti-bakteri pada
industry makanan ternak.

6) Hydrogen cyanide
Hydrogen cyanide (sianida) berupa gas tidak berwarna yang dapat
menghalangi pernapasan. Sianida merupakan racun berbahaya.
Sianida yang masuk ke dalam tubuh dapat mengakibatkan kematian.

7) Nitrous oxide
Gas tidak berawarna, biasa digunakan dokter untuk membius dalam
operasi.

8) Formalin
Gas tidak berwarna dengan bau yang menyengat, biasa digunakan
untuk mengawetkan mayat.

9) Hydrogen sulfide
Gas beracun yang dapat menghambat oksidasi enzim

10) Pyridine
Cairan tidak berwarna dan berbau menyengat. Berfungsi untuk
mengubah alcohol sebagai pelarut dan pembunuh hama.
17

11) Methanol
Cairan ringan yang mudah menguap. Dapat menyebabkan kebutaan
dan kematian.

12) Aseton
Aseton merupakan cairan yang digunakan sebagai penghapus cat

13) Naftalen
Bahan dasar pembuatan kapur barus. Terpapar naftalen dengan
dosis besar dapat menyebabkan kerusakan bahkan menghancurkan
sel darah merah.

14) Vinyl chloride


Vinyl chloride merupakan bahan dasar pembuatan PVC.

15) Logam berat


Didalam asap tembakau terdeteksi setidaknya 30 logam berat
termasuk nikel, arsen, cadmium, khrom dan timbal. Keempat
logam berat tersebut beserta senyawa-senyawa nya sering
siakaitkan sebagai penyebab kanker pada manusia.

16) Radio aktif


Unsur radioaktif dengan konsentrasi terbesar pada asap rokok
adalah polonium -210 dan potassium -40

2.3.3 Bahaya Akibat Rokok


a.) Penyakit jantung
Rokok menimbulkan ateroklerosis atau terajdi pengerasan pada
pembuluh darah. Kondisi ini merupakan penumpukan zat lemak di
arteri, lemak dan plak memblok aliran darah dan membuat
penyempitan pembuluh darah. Hal ini menyebutkan penyakit
18

jantung. Jantung harus bekerja lebih keras dan tekanan ekstra dapat
menyebabkan angina atau nyeri dada. Jika satu arteri atau lebih
menjadi benar-benar terblokir, serangan jantung bisa terjadi.
Semakin banyak rokok yang dihisap dan semakin lama seseorang
merokok, semakin besar kesempatannya mengembangkan penyakit
jantung atau menderita serangan jantung atau stroke.
b.) Penyakit paru
Risiko terkena pneumonia, emfisiema dan bronchitis kronis
meningkat karena merokok. Penyakit ini sering disebut sebagai
penyakit paru obstruktif kronik (PPOK). Penyakit paru-paru ini
dapat berlangsung dan bertambah buruk dari waktu ke waktu
sampai orang tersebut akhirnya meninggal karena kondisi tersebut.
Orang-orang berumur 40 tahun bisa mendapatkan emfisema atau
bronchitis, tapi gejala biasanya akan jauh lebih buruk di kemudian
hari, menurut American Cancer Society.
c.) Kanker Paru dan Kanker lainnya
Kanker paru-paru sudah lama dikaitkan dengan bahaya rokok, yang
juga dapat menyebabkan terhadap kanker lain seperti dari mulut,
kotak suara atau laring, tenggorokan dan kerongkongan. Merokok
juga dikaitkan dengan kanker ginjal, kandung kemih, perut
pancreas, leher rahim dan kanker darah (leukemia).
d.) Diabetes
Merokok meningkatkan resiko terjadinya diabetes, menurut
Cleveland Clinic, 2013. Rokok juga bisa naik menyebabkan
komplikasi dari diabetes, seperti penyakit mata, penyakit jantung,
stroke, penyakit pembuluh darah, penyakit ginjal dan masalah kaki.
e.) Hipertensi
Rokok mengandung ribuan zat kimia yang berbahaya bagi tubuh,
seperti tar, nikotin dan gas karbon mnoksida. Tar merupakan bahan
yang dapat meningkatkan kekentalan darah, sehingga memaksa
jantung untuk memompa darah lebih kuat lagi. Nikotin dapat
19

memacu pengeluaran zat catecholamine tubuh seperti hormone


adrenalin. Hormone adrenalin memacu kerja jantung untuk
berdetak 10 saampai 20 x permenit, dan meningkatkan tekanan
darah 10 sampai 20 skala. Hal ini brakibat volume darah
meningkat dan jantung menjadi cepat lelah.
f.) Impotensi
Rokok merupakan faktor resiko utama untuk penyakit pembuluh
darah perifer, yang mempersempit pembuluh darah yang membawa
darah ke seluruh bagian tubuh. Pembuluh darah ke penis
kemungkinan juga akan terpengaruh karena merupakan pembuluh
darah yang kecil & dapat mengakibatkan disfungsi ereksi/impoten.
g.) Gangguan janin
Merokok berakibat buruk terhadap kesehatan reproduksi dan janin
dalam kandungan dan kehamilan, termasuk infertilitas
(kemandulan), keguguran, kematian janin, bayi lahir berberat
badan rendah, dan sindrom kematian mendadak bayi.
20

Bagan 2.1
Kerangka teori

Kerangka teori gambaran pengetahuan remaja tentang bahaya merokok


pada seluruh siswa Kelas X di SMAN X Karawang.

Faktor-faktor yang
mempengaruhi pengetahuan
pada remaja :
 Umur
 Pendidikan
 Pengalaman

Bahaya merokok

Bahaya akibat rokok


 Penyakit jantung
 Penyakit Paru
 Kanker Paru
 Diabetes
 Hipertensi
 Impotensi
 Gangguan janin

Sumber : (Lawrence Green dalam Notoatmodjo, 2003)


21

BAB III
KERANGKA KONSEP, DAN
DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka konsep


Kerangka konsep adalah merupakan formulasi atau simplifikasi dari
kerangka teori atau teori-teori yang mendukung penelitian tersebut. Oleh
sebab itu, kerangka konsep ini terdiri dari variable-variabel serta hubungan
variable yang satu dengan yang lain,(Notoatmodjo S,2010).

Bagan 3.1
Skema Kerangka Konsep Penelitian

Variabel
Variabel
independen
dependen

Pengetahuan Bahaya merokok pada


remaja tentang Remaja
rokok

Keterangan :

: Variabel Independen

: Variabel Dependen

: Tidak berhubungan
22

3.2 Variabel

Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai beda

terhadap sesuatu (benda,manusia,dan lain-lain) (Soeparto, dkk, 2000:54).

Ciri yang dimiliki oleh anggota suatu kelompok (orang, benda, situasi)

berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok tersebut (Rafli, 1985). Dalam

riset, variable dikarakteristikkan sebagai derajat, jumlah dan perbedaan.

Variabel juga merupakan konsep dari berbagai level abstrak yang

didefinisikan sebagai suatu fasilitas untuk pengukuran dan atau manipulasi

suatu penelitian. Cara Konsep yang dituju dalam suatu penelitian bersifat

konkret dan secara langsung bisa diukur, misalnya denyut jantung,

hemoglobin, dan pernapasan tiap menit. Sesuatu yang konkret tersebut bisa

diartikan sebagai suatu variabel dalam penelitian (Nursalam, 2011).

3.2.1 Jenis Variabel

a) Variabel independen (bebas)

Variabel yang nilainya menentukan variabel lain. Suatu kegiatan

stimulus yang dimanipulasi oleh peneliti yang menciptakan suatu

dampak pada variabel dependen. Variabel bebas biasanya

dimanipulasi, diamati, dan diukur untuk diketahui hubungannya

atau pengaruhnya terhadap variabel lain. Dalam ilmu

keperawatan, variabel bebas biasanya merupakanstimulus atau

intervensi keperawatan yang diberikan kepada klien untuk

memengaruhi tingkah laku klien (Nursalam,2011)


23

b) Variabel dependen (terikat)

Variabel yang nilainya dibentuk oleh variabel lain. Variabel

respons akan muncul sebagai akibat dari manipulasi variabel-

variabel lain. Dalam ilmu tingkah laku, variabel terikat adalah

aspek tingkah laku yang diamati dari suatu organisme yang

dikenai stimulus. Dengan kata lain, variabel terikat adalah faktor

yang diamati dan diukur untuk menentukan ada tidaknya

hubungan atau pengaruh dari variabel bebas (Nursalam,2011).

3.3 Definisi operasional

Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati

dari sesuatu yang didefinisikan tersebut. Karakteristik yang dapat

karakteristik (diukur) itulah yang merupakan kunci definisi operasional.

Dapat diamati artinya memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi

atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena yang

kemudian dapat diulangi lagi oleh orang lain (Nursalam,2011).


24

Tabel 3.2

Definisi Operasional

No Variabel Definisi operasional Cara Ukur Hasil Ukur Skala

Ukur

Variabel

independent

1 Pengetahuan Pengetahuan remaja kuesioner 1. Kuran Ordinal

Remaja adalah hasil tahu dan g jika

ini terjadi setelah nilai

orang melakukan <76%

pembelajaran terhadap 2. Baik

suatu objek tertentu jika

nilai

>75%

Variabel

dependent

2 Bahaya Sesuatu yang Kuesioner 1. Mero Ordinal

merokok menimbulkan kok

pada remaja kerugian baik pada 2. Tidak

diri sendiri atau orang merok

lain. ok
25

BAB IV

METODELOGI PENELITIAN

4.1 Metode penelitian

Metode yang digunakan adalah Deskriptif presentase dengan tujuan utama

untuk membuat gambaran tentang suatu keadaan secara objectif. Penelitian

ini dilakukan dengan menempuh langkah langkah pengumpulan data,

klasifikasi, pengolahan, membuat kesimpulan dan laporan.(Setiadi, 2007)

4.2 Tempat & waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di wilayah SMAN X karawang pada bulan Oktober

sampai dengan selesai , adapun kegiatanpenelitian yang dilakukan yaitu :

1) Pembuatan kuesioner tanggal 1 - 5 Desember, 2015

2) Penyebaran kuesioner tanggal 10 - 16 Desember 2015

3) Pengolahan data 20 - 28 Januari 2015

4.3 Etika Penelitian

Peneliti memperhatikan masalah etika penelitian yang meliputi :

1) Persetujuan responden (Informed Consent)

Lembar persetujuan diberikan kepada responden yang diteliti,

selanjutnya peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian yang

dilakukan, serta dampak yang mungkin terjadi selama dan sesudah

mengumpulkan data. Respondenyang bersedia ditelitiharus


26

menandatangani lembar persetujuan, dan untuk responden yang

menolak, peneliti tidak memaksa dan tetap menghormati hak-hak

responden.

2) Tanpa nama (anonymity)

Menjagakerahasian responden dalam penelitian, yaitu dengan cara tidak

mencantumkan namanya pada lembar kuesioner data cukup dengan

memberi nomor kode pada masing-masing lembar yang hanya diketahui

oleh peneliti.

3) Kerahasiaan (confidentiality)

Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti, dan hanya

kelompok data tertentu saja yang disajikan atau dilaporkan sebagai hasil

riset.

4.4 Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini, subjek penelitian adalah seluruh siswa kelas X yang

berada di SMAN X Karawang yang sudah merokok populasi berjumlah 200

orang.

4.5 Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi penelitian

Sugiyono, (2011): Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas:

obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang


27

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa dan siswi kelas X yang

terdapat di SMAN X Karawang yang sudah merokok dengan populasi

berjumlah 200 orang.

2. Sampel Penelitian

Setiadi (2007) menyatakan bahwa.

Makin kecil sampel yang dipilih, makin rendah pula kemampuan untuk

membuat generalisasi atas kesimpulan penelitian, kecuali ada bukti-bukti

kuat bahwa karakteristik sampel benar-benar sama dengan karakteristik

populasi diluarnya.

Makin kecil sampel penelitian yang diambil dari sekelompok populasi,

makin tinggi kecenderungan kekeliruan penarikan kesimpulan, sebaliknya

makin besar ukuran sampel makin kecil kecenderungan kekeliruan dalam

penarikan sampel.

Dalam penelitian ini jumlah populasinya adalah 200 orang. Penentuan

besar sampel penelitian yang jumlah populasinya kurang dari 10.000

orang biasanya menggunakan rumus :

n= N

1 + N (d²)

Keterangan :

n : Perkiraan sampel
28

d : Tingkat kesalahan (0,052)

N : Perkiraan populasi

( Notoatmodjo, 2005).

𝑁
1 + N(d2 )

200
n=
1 + 200(0,05)2

200
n=
1 + 200(0.0025)

200
n=
1 + 0,5
200
n= = n = 133,3 = 133
1,5

4.6 Uji validitas & Reabilitas

1. Validitas adalah suatu indek yang menunjukkan alat ukur itu benar-

benar mengukur apa yang diukur. (Notoatmodjo, 2010). Uji validitas

berguna untuk mengetahui apakah ada pernyataan-pernyataan pada

kuesioner yang harus dibuang/diganti karena dianggap tidak relevan.

Suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang

seharusnya diukur serta dapat mengungkap data dari variabel yang

diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukan


29

sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran

tentang validitas yang dimaksud.

2. Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat

pengukur dapat dipercaya atau diandalkan (Notoatmodjo, 2010).

Pengujian reliabilitas instrumen dilakukan dengan menggunakan metode

belah dua (split-half mehod). Uji reliabilitas dilakukan untuk

mendapatkan tingkat ketepatan alat pengumpulan data (instrumen) yang

digunakan. Jika suatu instrumen dapat dipercaya maka data yang

dihasilkan oleh instrumen tersebut dapat dipercaya. Pengujian

reliabilitas kuesioner penelitian dilakukan dengan rumus alpha. Uji

reliabilitas dapat dilihat hasilnya pada nilai Cronbach’s Alpha, jika nilai

Cronbach’s Alpha> 0,632 maka semua item pertanyaan sudah reliabel.

4.7 Instrument Penelitian

Instrument yang digunakan berbentuk kuesioner yang terdiri dari 10

pertanyaan yang didalamnya memuat Gambaran Pengetahuan Remaja

tentang Bahaya Merokok Pada Seluruh Siswa kelas X di SMAN X

Karawang

4.8 Teknik Pengumpulan Data

1. Angket
30

Pada jenis pengukuran ini peneliti mengumpulkan data secara formal

kepada subjek untuk menjawab pertanyaan secara tertulis.( Nursalam,

2008)

4.9 Pengolahan Data

Menurut Nursalam. (2011): Pengolahan data hasil penelitian dilakukan

melalui tahap-tahap sebagai berikut :

1. Editing

Hasil wawancara, angket atau pengamatan dari lapangan kemudian

dilakukan penyuntingan (editing) terlebih dahulu. Secara umum

editing adalah merupakan kegiatan untuk pengecekan isian formulir

atau kuesioner tersebut:

a. Lengkap : Semua pertanyaan sudah terisi jawabannya.

b. Jelas : Jawaban pertanyaan apakah tulisannya

cukup jelas terbaca.

c. Relevan : Jawaban yang tertulis apakah relevan dengan

pertanyaan.

d. Konsisten : Apakah pertanyaan yang berkaitan isi

jawabannya konsisten.

Apabila terdapat jawaban yang belum lengkap, kalau

memungkinkan perlu dilakukan pengambilan data ulang untuk

melengkapi jawaban-jawaban tersebut


31

2. Coding

Setelah semua kuesioner diedit, selanjutnya dilakukan pengkodean

atau coding, yakni mengubah data berbentuk kalimat atau hurup

menjadi data angka atau bilangan. Misal jenis kelamin: 1 = laki-laki,

2 = perempuan.

3. Entry atau Processing

Jawaban dari masing-masing responden yang dalam bentuk kode di

masukan ke dalam program computer.

4. Cleaning

Kegiatan pengecekan kembali data yang sudah dimasukkan untuk

mendeteksi apabila ada kesalahan dalam memasukkan data.

4.10 Teknik Pengolahan dan Analisa Data

Metode pengumpulan data dilakukan di SMAN X Karawang dengan

mengajukan 20 pertanyaan kuesioner kepada para Siswa dan Siswi

sebelum Siswa - siswi mengisi kuesioner tersebut diberikan informasi

terlebih dahulu sampai Siswa-siswi mengerti dan dapat mengisi kuesioner

tersebut dengan benar.

Waktu yang diberikan pada keluarga untuk diisi oleh keluarga selama 20

menit. Pada saat responden mengisi kuesioner peneliti tetap mengawasi

dan berada di tempat untuk mengantisipasi bila ada responden yang ingin

bertanya. Bila ada kuesioner tidak diisi, atau tidak sesuai ketentuan maka
32

dianggap sebagai data yang hilang. Setelah data tersebut didapatkan lalu

data tersebut dianalisa dan dibuat presentase. Data yang mempunyai

presentase yang paling tinggi merupakan factor yang dominan.

4.11 Sumber Data

Sumber data penelitian ini adalah siswa dari yang mengalami kurangnya
Pengetahuan Remaja tentang Bahaya Merokok Pada Seluruh Siswa kelas
X di SMAN X karawang yang diketahui sudah merokok.

Anda mungkin juga menyukai