The Relationship between Self-Concept and Acceptance of Physical Changes in Early Adolescents at
Puberty in Singkil I, Manado.
*Wahyuni Kamaru, *Helly Katuuk, Sri Wahyuni
* Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan
** Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan
Program Studi Ilmu Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Muhammadiyah Manado
E-mail : wahyunikamaru9c@gmail.com
Abstrak
Latar Belakang : Pubertas merupakan tanda terpenting dari masa remaja awal, yaitu perubahan yang
sangat cepat pada kematangan fisik. Konsep diri terbentuk pada masa remaja. Remaja sering menolak
dirinya dari pada menerima dirinya disaat remaja, harga diri mereka goyah ketika merasa tak percaya pada
diri sendiri. Tujuan : Untuk mengetahui hubungan konsep diri dengan penerimaan perubahan fisik remaja
awal pada masa pubertas di Kelurahan Singkil I Kecamatan Singkil Kota Manado. Metode : Penelitian ini
menggunakan metode Deskriptif Analitik dengan rancangan cross sectional. Sampel penelitian ini sebanyak
40 responden dengan menggunakan metode simple random sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan
cara menggunakan kuesioner. Selanjutnya data yang terkumpul diolah dengan menggunakan uji statistic
Chi-square dengan tingkat kemaknaan α=0.05. Hasil : Terdapat hubungan konsep diri dengan penerimaan
perubahan fisik remaja awal pada masa pubertas dengan nilai p=0.000, yang menunjukkan bahwa (p) value
< α=0,005. Nilai 0.000 berada dibawah nilai Alpha 5% (0,05). Kesimpulan : Terdapat hubungan yang
signifikan antara hubungan konsep diri dengan penerimaan perubahan fisik remaja awal pada masa pubertas
di Kelurahan Singkil I Kecamatan Singkil Kota Manado.
Kata Kunci : Konsep Diri, Penerimaan Diri, Remaja Awal, Masa Pubertas.
Abstract
Background: Puberty is the most important sign of early adolescence, which is a very rapid change in
physical maturity. Self-concept is formed in adolescence. Teenagers often reject themselves rather than
accept themselves as teenagers, their self-esteem is shaken when they don't believe in themselves. Objective:
To determine the relationship between self-concept and acceptance of physical changes in early adolescents
during puberty in Singkil I Village, Singkil District, Manado City. Methods: This research uses descriptive
analytical method with a cross sectional design. The sample of this research is 40 respondents using simple
random sampling method. Data collection is done by using a questionnaire. Furthermore, the collected
data was processed using the Chi-square statistical test with a significance level of =0.05. Results: There
is a relationship between self-concept and acceptance of physical changes in early adolescents during
puberty with p value = 0.000, which indicates that (p) value < = 0.005. The value of 0.000 is below the
Alpha value of 5% (0.05). Conclusion: There is a significant relationship between the relationship of self-
concept and acceptance of physical changes in early adolescents at puberty in Singkil I Village, Singkil
District, Manado City.
Keywords : Self Concept, Self Acceptance, Early Adolescence, Puberty.
PENDAHULUAN
Konsep diri merupakan aspek penting dalam diri dengan lingkungan sosialnya. Masa remaja
seseorang, dimana konsep diri merupakan disebut juga masa-masa yang singkat, tetapi
kerangka acuan (frame of reference) dalam sebagian orang menganggap itu merupakan masa
berinteraksi dengan lingkungan. Konsep diri yang sulit bagi remaja dan mempengaruhi kondisi
terbentuk pada masa remaja. Karena masa remaja fisik juga mental remaja dimasa depan (Yunalia &
merupakan masa transisi yang kompleks pada Kadiri, 2017)
saat individu beranjak dari anak-anak menuju Penerimaan diri oleh remaja terhadap
perkembangan ke arah dewasa. (Widiarti, 2017). perubahan fisik yang dialaminya akan
Konsep diri terbagi menjadi tiga, yaitu mempermudah untuk hidup selaku remaja.
Body Image, yaitu gambaran mental seseorang Teman disekitarnya lebih suka saat bersama
terhadap bentuk dan ukuran tubuhnya, bagaimana dirinya serta akan membuat senang perasaannya.
sudut pandang seseorang menilai dirinya sendiri. Hal ini bisa menunjang pribadi serta penyesuaian
Diri ideal, merupakan harapan dan cita-cita pada diri dalam semua situasi. Remaja merasa
seseorang terhadap terhadap diri sendiri. bahagia bila bisa mendapat kasih sayang dari
Sedangkan Diri sosial yaitu bagaimana orang orang terdekatnya. Akan tetapi bila tak
lain mendapatkannya dia akan kesulitan untuk
memandang diri mereka sendiri. (Widiarti, 2017). menyesuaikan diri. (Rochmania, 2017)
Penerimaan diri merupakan kesediaan Remaja sering menolak dirinya dari pada
untuk melihat siapa diri anda dan memahami diri menerima dirinya disaat remaja, harga diri
anda. Tingkat kesadaran individu tentang mereka goyah ketika merasa tak percaya pada diri
karakteristik pribadi dan keinginan untuk hidup sendiri. Faktor yang berpengaruh salah satunya
dalam situasi ini merupakan penerimaan diri. adalah harapan yang tak sesuai kenyataan.
Penerimaan diri dapat didefinisikan sebagai (Rochmania, 2017)
kepuasan diri, kualitas pribadi, bakat sendiri, dan World Health Organization (WHO 2015)
pengakuan keter batasan diri sendiri. (Widiarti, mengemukakan bahwa Remaja merupakan
2017). tahapan seseorang berada di antara fase anak dan
Tanda seseorang menerima dirinya sendiri dewasa yang ditandai dengan perubahan fisik,
ialah; menghargai diri kelebihannya sendiri, perilaku, kognitif, biologis dan emosi. Secara
memiliki keyakikanan pada stadar dan prinsipnya demografi, populasi terbesar dari suatu negara
sendiri, tidak dikontrol oleh orang lain, juga bisa adalah kelompok remaja. Menurut World Health
memandang dirinya secara mandiri, malu untuk Organization (WHO) sekitar seperlima dari
berbicara, mampu mengenali kekuatan mereka penduduk dunia adalah remaja usia 10-19 tahun.
dan menggunakannya secara bebas. (Yuliana & Sekitar 900 juta berada di negara berkembang,
Kadiri 2017). sementara di Indonesia sendiri terdapat sekitar 60
Pubertas merupakan masa tumbuh juta jiwa penduduk adalah remaja.
kembang yang cepat, disebut juga dengan masa Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS)
remaja. Pada masa remaja dapat dikatan bahwa tahun 2020 jumlah remaja dengan kelompok
ciri universal yang menonjol dari masa remaja umur 10-19 tahun di Indonesia yakni terdapat
merupakan perubahan yang terus menerus itu (46. 872. 942) jiwa. Informasi di Kota Manado
sendiri, yang menimbulkan berbagai pengaruh menampilkan kalau jumlah remaja mencapai
terhadap perilaku remaja dalam berinteraksi (71.716) jiwa dari total penduduk (2.528.794)
jiwa. Hasil survey awal yang dilakukan di daerah cara menggunakan kuesioner. Selanjutnya data
Kelurahan Singkil 1 Kecamatan Singkil Manado yang terkumpul diolah dengan menggunakan uji
di miliki jumlah seluruh penduduk ialah (9.241 statistic Chi-square dengan tingkat kemaknaan
jiwa) serta data remaja di miliki (1.659 jiwa). α=0.05.
Berdasarkan wawancara survey awal yang
HASIL PENELITIAN
dilakukan di setiap lingkungan kelurahan singkil
satu terdapat 11 remaja terdiri 6 laki-laki dan 5 Karakteristik Responden
perempuan sebagian menerima dan ada pula yang
tidak, adanya rasa malu karena menerima ejekan Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik
teman, bingung kenapa munculnya perubahan di responden di Kelurahan Singkil 1 Kecamatan
beberapa area tubuh, tidak percaya diri dengan Singkil (n = 40).
penampilan baru dari cara berpakaian, ada timbul
jerawat dan kumis pada anak laki-laki merasa Karakteristik Frekuensi Presentase
responden (f) (%)
tidak tampan dan cantik lagi, dan sebagian lagi
menganggap hal tersebut wajar tejadi di awal Umur
masa pubertas namun masih kurang informasi
tentang pendidikan kesehatan reproduksi remaja, 11 tahun 8 20,0
serta perubahan perkembangan emosi dan sosial 12 tahun 11 27,5
yang seringkali terabaikan. Tidak adanya peran
orang tua, sekolah, dan media sebagai sumber 13 tahun 7 17,5
informasi menjadi salah satu faktor penyebab
14 tahun 14 35,0
remaja-remaja tersebut kurang mendapatkan
informasi. Total 40 100,0
Adanya perubahan peran, fisik serta
Sumber : Data Primer 2021
psikologis dapat berpengaruh terhadap konsep
diri seseorang. Informasi mengenai aspek-aspek Jenis kelamin
kesehatan reproduksi harus diberikan sedini
mungkin sehingga remaja dapat terhindar dari Laki-laki 21 52,5
masalah kesehatan reproduksi, kekerasan Perempuan 19 47,5
seksual, maupun eksploitasi seksual.
Total 40 100,0
TUJUAN PENELITIAN
Status pendidikan
Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui hubungan konsep diri dengan Tidak bersekolah 3 7,5
penerimaan perubahan fisik remaja awal pada
masa pubertas di Kelurahan Singkil I Kecamatan Bersekolah 37 92,5
Singkil Kota Manado. Total 40 100,0
METODE PENELITIAN Jenis pekerjaan
Penelitian ini menggunakan metode Deskriptif
IRT 2 5,0
Analitik dengan rancangan cross sectional.
Sampel penelitian ini sebanyak 40 responden Buruh 10 25,0
dengan menggunakan metode simple random
Pedagang 17 42,5
sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan
Swasta 7 17,5 Baik 34 85,0
ANALISA UNIVARIAT
Tabel 2. Distribusi frekuensi Konsep Diri dan
Penerimaan diri di Kelurahan Singkil 1
Kecamatan Singkil (n = 40).
Tabel 3. Hubungan konsep diri dengan penerimaan perubahan fisik remaja awal pada masa
Berdasarkan Tabel 5.7 menunjukan dari 40 awal pada masa pubertas dibandingkan konsep
responden diperoleh memiliki konsep diri baik diri kurang baik.
sebanyak 34 responden (85,0%) dengan
PEMBAHASAN
penerimaan perubahan fisik positif sebanyak 33
responden (82,5%) dengan penerimaan Hasil penelitian ini didapatkan ada 1
perubahan fisik negatif sebanyak 1 responden (2,5%) responden konsep diri kurang baik tetapi
(2,5%), sedangkan konsep diri kurang baik penerimaan perubahan fisik positif, hal ini di
terdapat 6 responden (15,0%) dengan pengaruhi oleh umur. Berdasarkan tabel 1.
penerimaan perubahan fisik positif sebanyak 1 Distribusi frekuensi umur remaja awal
responden (2,5%) dan penerimaan perubahan menunjukkan bahwa sebagian besar responden
fisik negatif sebanyak 5 responden (12,5%). paling banyak berkisar pada usia 14 tahun. Hasil
Didapatkan hasil uji chi-square didapatkan ini sejalan dengan teori Hurlock dalam Prasetia,
adanya 1 sel yang memiliki nilai Expected Count 2020) dalam jurnal“Pengaruh Dukungan Sosial
kurang dari 5 maka pembacaan hasil dilanjutkan Terhadap_Konsep_Diri_Pada Remaja Korban
pada Fischer Exact Test dengan nilai ρ=0,000 Bullying”menjelaskan rentang usia remaja
yang menunjukan bahwa dimana nilai P-value berada pada usia 12 tahun sampai dengan”usia 18
lebih kecil dari nilai a=0,05 sehingga dapat tahun.”Perkembangan konsep diri pada remaja
disimpulkan ada hubungan konsep diri dengan sangat berkaitan erat dengan pembentukan
penerimaan perubahan fisik remaja awal di identitas pengalaman yang positif pada”masa
Kelurahan Singkil 1 Kecamatan Singkil. Selain remaja memberdayakan remaja untuk merasa
itu didapatkan nilai Ods Ratio sebesar 165,000 baik tentang diri mereka. Pengalaman -negatif -
yang artinya Konsep diri baik berpeluang 165 kali sebagai -remaja –dapat-mengakibatkan-konsep-
terhadap penerimaan perubahan fisik reamaja diri yang-buruk. Sehingga dalam hal ini peneliti
berasumsi dengan seiring bertambahnya umur penelitian salah satunya dalam jurnal analisa
maka semakin banyak pula pengalam yang sosiologi penelitian Wulandari Pola-Asuh-Long-
didapatkan, apabila pengalam yang didapat buruk Distance-dalam-Pembentukan Konsep Diri
maka berpengaru terhadap konsep diri remaja. Remaja dimana anak-anak yang seringkali
Hasil analisa juga terdapat 1 (2,5%) terabaikan karena alasan orang tua sibuk bekerja
responden dengan penerimaan diri negatif tetapi maka terjadi pembentukan konsep diri dinamis
konsep diri baik. Hasil ini sejalan dengan teori dan konsep diri statis remaja yang sering
menurut Pudjijogyanti dalam Syahraeni (2020) berkomunikasi dengan orang tua cenderung
dalam jurnal bimbingan penyuluhan islam memiliki kepribadian yang baik. Hal ini
dengan pembentukan konsep diri, dimana konsep disebabkan oleh rasa dibutuhkan dan diakui oleh
diri bagi remaja berperan supaya remaja bisa orang disekitarnya yang muncul dari dalam diri
menyesuaikan dengan lingkungannya, supaya remaja. Selain itu remaja yang memiliki konsep
mereka bisa diterima oleh lingkungannya. diri dinamis mau menerima dirinya dengan apa
Remaja yang mempunyai konsep diri yang positif adanya dan yakin bahwa dirinya merupakan
hendak mempunyai tujuan dan cita-cita yang individu yang mempunyai keunikan dan
jelas terhadap masa depannya. Juga akan kelebihan sendiri hal tersebut sebagai dasar
mempunyai semangat hidup dan semangat juang seorang individu menerima dan menghormati
yang tinggi. Konsep diri merupakan penilaian orang lain. pola asuh yang insentif disertai
terhadap domain yang spesifik dari diri. Remaja dengan pola pengasuhan dengan pemberian
dapat membuat evaluasi diri terhadap berbagai reward (hadiah) serta punishment (hukuman)
domain dalam hidup akademiknya. Konsep diri memberikan konsep diri yang dinamis/terbuka
terbentuk dari persepsi seseorang tentang pada anak-anak terkendali, sebaliknya pola
perilaku orang lain terhadap dirinya. Pada pengasuhan yang tidak sering terjalin
seorang anak, dia mulai belajar berfikir dan komunikasi, hanya pemberian punishment
merasakan dirinya seperti apa yang sudah (hukuman) saja tanpa ada reward (ganjaran)
dipengaruhi oleh orang lain pada lingkungannya. hendak membuat anak mempunyai konsep diri
Pembentukan konsep diri antara pria dan wanita yang cenderung tertutup, dimana ditandai anak
mengalami perbedaan. Perempuan dalam suka menutup diri, prestasi rendah serta tidak
pembentukan konsep diri bersumber berdasarkan adanya keakraban ikatan antara orang tua dan
keadaan fisik dan popularitas dirinya, sedangkan anak. Kondisi seperti ini bisa memicu remaja
konsep diri laki-laki bersumber berdasarkan untuk berperilaku tidak wajar atau menyimpang
agresifitas dan kekuatan dirinya. Dengan kata dengan norma-norma yang berlaku karena
lain, wanita akan bersandar pada citra memiliki perasaan rendah diri dan tidak tahan
kewanitaannya dan laki-laki akan bersandar pada kritik. Remaja yang memiliki konsep diri tertutup
citra kelaki-lakiannya dalam menciptakan konsep cenderung memandang dirinya tidak berdaya,
dirinya masing-masing. (Syahraeni, 2020). gagal dan tidak dapat berbuat apa-apa sehingga
Sehingga dalam hal ini peneliti berasumsi dapat menumbuhkan penyesuaian sosial yang
perbedaan gender sesuai uraian diatas menjadi buruk.(Wulandari,2013). Remaja yang hidup
alasan bahwa laki-laki lebih cenderung memiliki terpisah jauh dari orang tuanya yang merantau
konsep diri baik dan penerimaan diri positif terbiasa menyelesaikan masalahnya sendiri.
dibandingkan dengan perempuan. Selain itu juga Komunikasi yang intens antara orang tua dan
terdapat 5 (12,5%) responden memiliki konsep anak tidak menjamin keterbukaan antara
diri kurang baik dengan penerimaan diri negatif. keduanya. Remaja cenderung lebih nyaman
Hal ini kemudian berhubungan dengan beberapa menceritakan masalah akademiknya daripada
masalah pribadinya, terutama pada orang tua. penerimaan perubahan fisik dari remaja itu
(Wulandari,2013). sendiri.