Anda di halaman 1dari 10

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Pengertian HIV


HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus, yaitu virus yang
menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Orang yang ter infeksi HIV dalam
beberapa tahun positif atau pengidap HIV.Orang yang telah terinfeksi HIV dalam
beberapa tahun pertama belum menunjukkan gejala apapun, secara fisik kelihatan
tidak berbeda dengan orang lain. Namun, dia sudah bias menularkan HIV pada orang
lain (Kurniawan, 2017).

Secara struktual morfologinya, virus HIV sangat kecil sama halnya dengan
virus-virus lain, bentuk virus HIV terdiri atas sebuah silinder yang dikelilingi
pembungkus lemak yang melingkar melebar. Dan pada pusat lingkaran terdapat
untaian RNA atau Ribonucleic Acis. Bedanya virus HIV dengan virus lain, HIV
dapat dapat memproduksi selnya sendiri dalam cairan darah manusia, yaitu pada sel
darah putih. Sebelum virus HIV berubah menjadi AIDS, akibat menurunnya
kekebalan tubuh maka orang tersebut sangat mudah terkena berbagai penyakit infeksi
(Infodatin HIV/AIDS, 2014).

HIV berada terutama dalam cairan tubuh manusia. cairan yang berpotensial
mengandung HIV adalah darah, cairan sperma, cairan vagina, dan ASI. Penularan
HIV dapat terjadi melalui berbagai cara yaitu melalui transfusi darah atau produk
darah yang sudah tercemar dengan HIV, melalui jarum suntik atau alat kesehatan lain
yang ditusukan, melalui silet atau pisau, pencukur jenggot secara bergantian, melalui
transplantasi organ pengidap HIV, penularan dari ibu ke anak dan melalui hubungan
seksual. penularan melalui hubungan seksual dapat terjadi selama senggama laki laki
dengan perempuan atau laki laki dengan laki laki.

Orang yang terinfeksi HIV dapat tetap tanpa gejala dan tanda (asimtomatik)
untuk jangka waktu cukup panjang bahkan sampai 10 tahun atau lebih. Namun orang
tersebut dapat menularkan infeksinya kepada orang lain. Kita hanya dapat
mengetahui bahwa orang tersebut terinfeksi HIV dari pemeriksaan laboratium
antibody HIV serum. Sesudah jangka waktu tertentu, yang bervariasi dari orang ke
orang, virus memperbanyak diri secara cepat dan diikuti dengan perusakan sel
kekebalan lainnya sehingga terjadilah gejala berkurangnya daya tahan tubuh yang
progesif. Progresitivitas tergantung pada beberapa faktor seperti: usia kurang dari 5
tahun atau di atas 40 tahun, infeksi lainnya, dan faktor genetik.

2.1.2 Tahap infeksi HIV


Menurut Pusat Promkes Kemenkes RI (2012), secara singkat seseorang yang
terinfeksi HIV akan mengalami tahapan yang dibagi dalam 4 stadium :

1) Stadium 1

Stadium ini dimulai sejak saat pertama terinfeksi HIV. Dimana tidak terdapat
tanda-tanda khusus, dalam beberapa hari atau beberapa minggu seseorang yang
sudah terinfeksi mungkin akan menjadi sakit dengan gejala gejala mirip flu, yaitu
adanya demam, rasa lemas, dan lesu, sendi-sendi terasa nyeri, batuk, nyeri
tenggorokan. Gejala gejala ini akan berlangsung beberapa minggu atau hari saja,
kemudian hilang sendirinya. Jika dilakukan tes darah untuk HIV, hasilnya
mungkin negatif, karena belum terdeteksinya antibody HIV dalam darah. Periode
ini disebut periode jendela (window period) yaitu; sejak masuknya HIV ke dalam
tubuh, diikuti dengan perubahan serologis pada darah sampai tes antibody
terhadap HIV dinyatakan positif. Lamanya window period adalah adalah 1 sampai
3 bulan, bahkan dapat sampai 6 bulan. Meski masa dalam Periode Jendela, hasil
tes darah untuk untuk HIV masih negative, namun orang tersebut sudah dapat
menularkan HIV kepada orang sehat lainnya.

2) Stadium Dua – Stadium HIV Positif Tanpa Gejala/Asimtomatik

Stadium dua adalah tahap dimana HIV telah berkembang biak, dan hasil tes darah
untuk HIV dinyatakn positif. Namun orang yang berada ditahap ini masih terlihat
sehat, dan merasa sehat. Pada stadium ini tidak ada gejala yang terlihat, orang
tersebut masih terlihat sama seperti orang sehat lainnya. Hal ini berlangsung rata-
rata selama 5-10 tahun.

3) Stadium Tiga – Muncul Gejala

Stadium ketiga merupakan tahap merupakan tahap dimana sistem kekebalan


tubuh menurun dan mulai gejala meliputi diare kronis yang tidak jelas
penyebabnya, pembesaran kelenjar limfe atau kelenjar getah bening secara tetap
dan merata, tidak hanya muncul di satu tempat, dan berlangsung lebih dari satu
bulan.

4) Stadium Empat – Masuk ke kondisi AIDS

Stadium empat merupakan tahap dimana sistem kekebalan tubuh merusak, tubuh
menjadi lemah terhadap serangan penyakit apapun. Ditandai dengan adanya
bermacam-macam penyakit , meliputi kandidiasis pada saluran tenggorokan,
saluran pernafasan (trachea) batang saluran paru-paru (bronchi) atau paru paru,
sarkoma dan berbagai kanker.

2.1.3 Tanda dan Gejala AIDS


Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Bencana Nasional (2012),
terdapat tanda dan gejala seseorang yang menderita AIDS :

1) Penurunan 10% berat badan dalam waktu 1 bulan tanpa sebab yang jelas

2) Diare lebih dari 1 bulan tanpa sebab yang jelas

3) Demam yang berkepanjangan lebih dari 1 bulan

4) Batuk yang tidak sembuh sembuh

5) Kulit gatal di seluruh tubuh

6) Infeksi jamur kandida pada mulut, lidah, atau tenggorokan

7) Pembengkakan kelenjar getah bening di leher, ketiak, atau selangkangan.


2.1.4 Pencegahan HIV/AIDS
Pencegahan HIV/ AIDS dapat dilakukan dengan beberapa hal sebagai berikut:

1) Pencegahan penularan melalui hubungan seksual penyebab utama penularan HIV


adalah melalui hubungan seksual, sehingga pencegahannya perlu difokuskan pada
hubungan seksual. Agar terhindar dari tertularnya HIV seseorang harus berpilaku
seksual yang aman dengan tidak berganti- ganti pasangan.

2) Pencegahan penularan melalui darah, yaitu dengan memastikan darah yang


dipakai untuk transfuse tidak tercemar HIV, alat suntik dan alat lain yang dapat
melukai kulit tidak digunakan secara bergantian, membersihkan alat-alat seperti
jarum, alat cukur, alat tusuk atau tindik, dan lain lain dengan pemanasan atau
larutan desinfeksi (Noviana Nadarsyah 2013).

2.1.5 Hal-hal Yang Tidak Menularkan HIV

Menurut Pusat Promkes Kemenkes RI (2012), HIV mudah mati di luar tubuh
manusia, sehingga tidak dapat ditularkan melalui kontak sosial sehari-hari seperti :

1) Bersenggolan atau menyetuh

2) Berjabat tangan

3) Melalui bersin atau batik

4) Berenang bersama

5) Menggunakan WC/ toilet yang sama

6) Tinggal serumah

7) Menggunakan piring/ alat makan yang sama

8) Gigitan nyamuk atau serangga yang sama.


2.1.6 Perubahan Pada Remaja

1) Perubahan Fisik

Menurut Bahiyatun (2011) terdapat beberapa perubahan fisik yang membawa


pengaruh besar pada perkembangan jiwa remaja, yaitu;

a) Pertumbuhan tubuh (badan menjadi panjang dan tinggi).

b) Mulai berfungsinya prgan-organ reproduksi (ditandai dengan terjadinya haid


yang pertama / menarche pada remaja putrid an mimpi basah pada remaja
pria).

c) Tumbuhnya tanda seks sekunder

Perubahan-perubahan fisik tersebut dapat menyebabkan kecanggungan bagi


remaja karena ia harus menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang
terjadi pada dirinya (Bahiyatun, 2011).

2) Perubahan Mental dan Emosional pada Remaja

Menurut Pusat Promkes Kemenkes RI, terdapat beberapa perubahan mental dan
emosional yang dialami oleh remaja, yaitu:

a) Meningkatnya perhatian pada lawan jenis

b) Rasa setia pada kelompok seusia

c) Mudah terpengaruh

d) Bersifat egois

e) Ingin memperoleh persamaan hak

f) Timbul rasa kecewa, malu, dan tertekan

Penularan HIV ditularkan selama kontak seksual (termasuk seks genital-oral), melalui
paparan parental (pada transfuse darah yang terkontaminasi dan pemakaian bersama
jarum suntik / injecting drugs use (IDU)) dan dari ibu kepada bayinya selama masa
perinatal.
Seseorang yang positif HIV asimtomatis dapat menularkan virusnya, adanya
penyakit seksual lainnya seperti sifilis dan gonorrhea meningkatkan resiko penularan
seksual HIV sebanyak seratus sekali lebih besar, karena peradangan membantu
pemindahan HIV menembus barrier mukosa. Sejak pertama kali HIV ditemukan,
aktivitas homoseksual telah dikenal sebagai faktor resiko utama tertularnya penyakit
ini. Resiko bertambah dengan bertambahnya jumlah pertemual seksual dengan
pasangan yang berbeda.

Transfusi darah atau produk darah yang terinfeksi merupakan cara penularan
yang paling efektif. Pengguna obat-obat terlarang dengan seringkali terinfeksi melalui
pemakaian jarum suntik yang terkontaminasi. Paramedis dapat terinfeksi HIV oleh
goresan jarum yang terkontaminasi darah, tetapi jumlah infeksi relatif lebih sedikit.

Angka penularan ibu ke anaknya bervariasi dari 13% sampai 48% pada wanita
yang tidak diobati. Bayi bias terinfeksi di dalam rahim, selama proses persalinan atau
yang lebih sering melalui air susu ibu (ASI). Tanpa penularan melalui ASI, tanpa
melalui ASI, sekitar 30% dari infeksi terjadi di dalam rahim dan 70% saat kelahiran.
Data menunjukkan bahwa sepertiga sampai separuh infeksi HIV perinatal di Afrika
disebabkan oleh ASI. Penularan selama menyusui biasanya terjadi pada 6 bulan
pertama setelah kelahiran (Jawetz, 2001)

AIDS adalah singkatan dari Acquired Immunodeficiency Sindrom. Acquired


artinya tidak diturunkan, tetapi didapat : immune adalah sistem daya tangkal atau
kekebalan tubuh terhadap penyakit : deficiency artinya tidak cukup atau kurang ; dan
Syndrome adalah kumpulan tanda dan gejala penyakit. AIDS adalah bentuk lanjut
dari infeksi HIV, yang merupakan kumpulan gejala menurunnya sistem kekebalan
tubuh. Infeksi HIV berjalan sangat progresif merusak sistem kekebalan tubuh,
sehingga penderita tidak dapat menahan serangan infeksi jamur, bakteri atau virus.
Kebanyakan orang dengan HIV akan meninggal dalam beberapa tahun setelah tanda
pertama AIDS muncul bila tidak ada pelayanan dan terapi yang diberikan
(Kementrian Kesehatan RI 2012)
Mekanisme utama infeksi HIV dimulai setelah virus masuk kedalam tubuh
pejamu, HIV menyerang sel darah putih (Limfosit Th) yang merupakan sumber
kekebalan tubuh untuk menangkal berbagai penyakit infeksi. Dengan memasuki
Limfosit Th virus HIV juga memasuki kedalam sel tubuh yang lain, organ yang
sering terkena adalah otak dan susunan saraf lainnya. Virus HIIV diliputi oleh
selubung protein yang sifatnya toxic (racun) terhadap sel, khusunya sel otak serta
susuna saraf pusat pusat dan tepi lainnya. Sehingga terjadinya kematian sel otak
(Kumalasari dan Andhyantoro 2012)

Penderita yang terinfeksi HIV dapat dikelompokkan menjadi 4 golongan,


yaitu :

a. Penderita asimtomatik tanpa gejala yang terjadi pada masa inkubasi yang
berlangsung selama 7 bulan sampai 7 tahun lamanya.
b. Persistent generalized lymphadenophaty (PGL) dengan gejala limfadenopati
umum.
c. AIDS Related Complex (ARC) dengan gejala lelah, demam, dan gangguan sistem
imun atau kelelahan.
d. Full Blown AIDS merupakan fase akhir AIDS dengan gejala klinis yang berat
berupa diare kronis, pneumonitis interstisial, hepatomegaly, splenomegaly, dan
kandidiasis oral yang disebabkan oleh infeksi opurtunistik dan neoplasia misalnya
sarcoma kaposi. Penderita akhirnya meninggal dunia akibat komplikasi penyakit
infeksi sekunder.

HIV disebabkan oleh infeksi retrovirus yang menyerang sistem imunitas


seluler dan mengakibatkan gangguan pada sistem imunitas tubuh. HIV dapat menular
melalui kontak darah, kontak seksual, ataupun transmis vertical (dari ibu ke anak).
Selama masa kehamilan sangat penting untuk menekan tingkat viral load yang
ditunjukkan dengan pemeriksaan CD4 (sel darah putih yang memiliki peran yang
sangat penting untuk kekebalan tubuh) karena penulran infeksi HIV dapat melalui
plasenta (organ yang tumbuh di dalam rahim) selama masa kehamilan. Risiko
penularan paling besar terjadi pada proses kelahiran, yaitu saat kontak bayi dengan
cairan tubuh ataupun darah ibu hamil. Terapi ARV selama masa kehamilan
disarankan untuk dilanjutkan, profilaksis ARV diberikan pada ibu saat menjelang
kelahiran dan pada bayi saat masa post- partum (nifas). Disarankan juga agar
melahirkan dengan seksio sesarea apabila viral load tidak dapat ditekan ataupun ada
kontraindikasi melahirkan pada vagina. Pemberian ASI tidak disarankan. Namun,
pada kasus-kasus ini pasien tidak mampu memberikan susu formula, ASI dapat
diberikan secara eksklusif (Hartanto dan Marianto 2019).

Sampai sekarang belum diketahu penyebab cepat lambatnya seseorang


menjadi penderita AIDS/HIV. Ada kemungkinan adanya faktor-faktor tertentu yang
berpengaruh seperti :

1. adanya penyakit menular seksual laiunnya pada orang yang terinfeksi HIV
2. frekuensi terpapar dengan HIV
3. faktor-faktor yang merendahkan daya tahan seperti kurang gizi dan stress
4. penyalahgunaan obat-obatan (Mantar, 1994)

Tanda- tanda utama yang terlihat pada seseorang yang sudah sampai tahap
AIDS adalah ;

1. batuk berkepanjangan (lebih dari satu bulan)


2. dapat menyebabkan tubuh lemas dan kurus
3. kelainan kulit dan iritasi (gatal)
4. infeksi jamur pada mulut dan tenggorokan
5. jamur dalam bentuk seperti sariawan akan muncul dan memenuhi mulai dari
mulut, hingga organ pencernaan lainnya. Rasanya sangat sakit sehingga
menyebabkan hilangnya nafsu makan, dan kesulitan dalam menelan. Akibatnya
berat badan cepat sekali menyusut (Banduwangi, 1997)
6. pembengkakan kelenjar getah bening di seluruh tubuh, seperti di bawah telinga,
leher, ketiak, dan lipatan paha (Fyi, 2006)

Untuk mencegah tertular dengan HIV/AIDS maka upaya yang dapat


dilakukan antara lain:
1. Abstinence (berpantang seks) adalah jalan yang pasti menuju terhindarnya dari
infeksi HIV, apabila pasangan menghentikan segala kegiatan seksualnya.
2. Be faithful (hubungan monogami seumur hidup). Gadis remaja dan wanita dewasa
lebih mungkin melakukan daripada pria untuk mengatasi hubungannya hanya
dengan orang –orang yang disayangi atau yang akan dinikahinya . Akan lebih
sukar tertular HIV apabila hanya memiliki satu orang pasangan seks
dibandingkan bila berhubungan dengan banyak orang.

Selain cara itu, yang dapat dilakukan untuk mencegah tertular HIV/AIDS yaitu:

1. Gunakan selalu jarum suntik yang steril dan baru setiap kali akan melakukan
penyuntikan atau proses lain yang mengakibatkan terjadinya luka
2. Selalu menerapkan kewaspadaan mengenai seks aman
3. Bila ibu hamil dalam keadaaan HIV positif sebaiknya diberitahukan tentang
semua risiko dan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi pada dirinya
sendiri dan bayinya, sehingga keputusan untuk menyusui bayi dengan ASI sendiri
bisa dipertimbangkan (IGAMA, 2006)
4. Tidak melakukan kegiatan seks sampai seseorang menikah dan bila sudah
menikah tetap setia pada pasangannya
5. Hindari kebutuhan akan transfusi darah, dengan cara:
a. Konsumsi obat medic yang baik untuk malaria dan penyakit cacing tambang
sebelum menderita kekurangan darah.
b. Ikut program KB supaya tidak hamil berulang kali pada jarak antara yang
pendek (tiap tahun) untuk menghindari kekurangan darah.
6. Jika tidak bisa menghindari transfusi darah, harus minta untuk mendapatkan darah
yang telah diskrining agar bebas HIV.
7. Tidak menggunakan bergantian pisau cukur, karena oisau cukur ini
memungkinkan bersentuhan dengan darah dari kulit yang terluka
8. Tutup atau balut luka-luka sayatan dengan plester yang tahan air (Abednego,
1996).

Anda mungkin juga menyukai