PEMBAHASAN
Secara struktual morfologinya, virus HIV sangat kecil sama halnya dengan
virus-virus lain, bentuk virus HIV terdiri atas sebuah silinder yang dikelilingi
pembungkus lemak yang melingkar melebar. Dan pada pusat lingkaran terdapat
untaian RNA atau Ribonucleic Acis. Bedanya virus HIV dengan virus lain, HIV
dapat dapat memproduksi selnya sendiri dalam cairan darah manusia, yaitu pada sel
darah putih. Sebelum virus HIV berubah menjadi AIDS, akibat menurunnya
kekebalan tubuh maka orang tersebut sangat mudah terkena berbagai penyakit infeksi
(Infodatin HIV/AIDS, 2014).
HIV berada terutama dalam cairan tubuh manusia. cairan yang berpotensial
mengandung HIV adalah darah, cairan sperma, cairan vagina, dan ASI. Penularan
HIV dapat terjadi melalui berbagai cara yaitu melalui transfusi darah atau produk
darah yang sudah tercemar dengan HIV, melalui jarum suntik atau alat kesehatan lain
yang ditusukan, melalui silet atau pisau, pencukur jenggot secara bergantian, melalui
transplantasi organ pengidap HIV, penularan dari ibu ke anak dan melalui hubungan
seksual. penularan melalui hubungan seksual dapat terjadi selama senggama laki laki
dengan perempuan atau laki laki dengan laki laki.
Orang yang terinfeksi HIV dapat tetap tanpa gejala dan tanda (asimtomatik)
untuk jangka waktu cukup panjang bahkan sampai 10 tahun atau lebih. Namun orang
tersebut dapat menularkan infeksinya kepada orang lain. Kita hanya dapat
mengetahui bahwa orang tersebut terinfeksi HIV dari pemeriksaan laboratium
antibody HIV serum. Sesudah jangka waktu tertentu, yang bervariasi dari orang ke
orang, virus memperbanyak diri secara cepat dan diikuti dengan perusakan sel
kekebalan lainnya sehingga terjadilah gejala berkurangnya daya tahan tubuh yang
progesif. Progresitivitas tergantung pada beberapa faktor seperti: usia kurang dari 5
tahun atau di atas 40 tahun, infeksi lainnya, dan faktor genetik.
1) Stadium 1
Stadium ini dimulai sejak saat pertama terinfeksi HIV. Dimana tidak terdapat
tanda-tanda khusus, dalam beberapa hari atau beberapa minggu seseorang yang
sudah terinfeksi mungkin akan menjadi sakit dengan gejala gejala mirip flu, yaitu
adanya demam, rasa lemas, dan lesu, sendi-sendi terasa nyeri, batuk, nyeri
tenggorokan. Gejala gejala ini akan berlangsung beberapa minggu atau hari saja,
kemudian hilang sendirinya. Jika dilakukan tes darah untuk HIV, hasilnya
mungkin negatif, karena belum terdeteksinya antibody HIV dalam darah. Periode
ini disebut periode jendela (window period) yaitu; sejak masuknya HIV ke dalam
tubuh, diikuti dengan perubahan serologis pada darah sampai tes antibody
terhadap HIV dinyatakan positif. Lamanya window period adalah adalah 1 sampai
3 bulan, bahkan dapat sampai 6 bulan. Meski masa dalam Periode Jendela, hasil
tes darah untuk untuk HIV masih negative, namun orang tersebut sudah dapat
menularkan HIV kepada orang sehat lainnya.
Stadium dua adalah tahap dimana HIV telah berkembang biak, dan hasil tes darah
untuk HIV dinyatakn positif. Namun orang yang berada ditahap ini masih terlihat
sehat, dan merasa sehat. Pada stadium ini tidak ada gejala yang terlihat, orang
tersebut masih terlihat sama seperti orang sehat lainnya. Hal ini berlangsung rata-
rata selama 5-10 tahun.
Stadium empat merupakan tahap dimana sistem kekebalan tubuh merusak, tubuh
menjadi lemah terhadap serangan penyakit apapun. Ditandai dengan adanya
bermacam-macam penyakit , meliputi kandidiasis pada saluran tenggorokan,
saluran pernafasan (trachea) batang saluran paru-paru (bronchi) atau paru paru,
sarkoma dan berbagai kanker.
1) Penurunan 10% berat badan dalam waktu 1 bulan tanpa sebab yang jelas
Menurut Pusat Promkes Kemenkes RI (2012), HIV mudah mati di luar tubuh
manusia, sehingga tidak dapat ditularkan melalui kontak sosial sehari-hari seperti :
2) Berjabat tangan
4) Berenang bersama
6) Tinggal serumah
1) Perubahan Fisik
Menurut Pusat Promkes Kemenkes RI, terdapat beberapa perubahan mental dan
emosional yang dialami oleh remaja, yaitu:
c) Mudah terpengaruh
d) Bersifat egois
Penularan HIV ditularkan selama kontak seksual (termasuk seks genital-oral), melalui
paparan parental (pada transfuse darah yang terkontaminasi dan pemakaian bersama
jarum suntik / injecting drugs use (IDU)) dan dari ibu kepada bayinya selama masa
perinatal.
Seseorang yang positif HIV asimtomatis dapat menularkan virusnya, adanya
penyakit seksual lainnya seperti sifilis dan gonorrhea meningkatkan resiko penularan
seksual HIV sebanyak seratus sekali lebih besar, karena peradangan membantu
pemindahan HIV menembus barrier mukosa. Sejak pertama kali HIV ditemukan,
aktivitas homoseksual telah dikenal sebagai faktor resiko utama tertularnya penyakit
ini. Resiko bertambah dengan bertambahnya jumlah pertemual seksual dengan
pasangan yang berbeda.
Transfusi darah atau produk darah yang terinfeksi merupakan cara penularan
yang paling efektif. Pengguna obat-obat terlarang dengan seringkali terinfeksi melalui
pemakaian jarum suntik yang terkontaminasi. Paramedis dapat terinfeksi HIV oleh
goresan jarum yang terkontaminasi darah, tetapi jumlah infeksi relatif lebih sedikit.
Angka penularan ibu ke anaknya bervariasi dari 13% sampai 48% pada wanita
yang tidak diobati. Bayi bias terinfeksi di dalam rahim, selama proses persalinan atau
yang lebih sering melalui air susu ibu (ASI). Tanpa penularan melalui ASI, tanpa
melalui ASI, sekitar 30% dari infeksi terjadi di dalam rahim dan 70% saat kelahiran.
Data menunjukkan bahwa sepertiga sampai separuh infeksi HIV perinatal di Afrika
disebabkan oleh ASI. Penularan selama menyusui biasanya terjadi pada 6 bulan
pertama setelah kelahiran (Jawetz, 2001)
a. Penderita asimtomatik tanpa gejala yang terjadi pada masa inkubasi yang
berlangsung selama 7 bulan sampai 7 tahun lamanya.
b. Persistent generalized lymphadenophaty (PGL) dengan gejala limfadenopati
umum.
c. AIDS Related Complex (ARC) dengan gejala lelah, demam, dan gangguan sistem
imun atau kelelahan.
d. Full Blown AIDS merupakan fase akhir AIDS dengan gejala klinis yang berat
berupa diare kronis, pneumonitis interstisial, hepatomegaly, splenomegaly, dan
kandidiasis oral yang disebabkan oleh infeksi opurtunistik dan neoplasia misalnya
sarcoma kaposi. Penderita akhirnya meninggal dunia akibat komplikasi penyakit
infeksi sekunder.
1. adanya penyakit menular seksual laiunnya pada orang yang terinfeksi HIV
2. frekuensi terpapar dengan HIV
3. faktor-faktor yang merendahkan daya tahan seperti kurang gizi dan stress
4. penyalahgunaan obat-obatan (Mantar, 1994)
Tanda- tanda utama yang terlihat pada seseorang yang sudah sampai tahap
AIDS adalah ;
Selain cara itu, yang dapat dilakukan untuk mencegah tertular HIV/AIDS yaitu:
1. Gunakan selalu jarum suntik yang steril dan baru setiap kali akan melakukan
penyuntikan atau proses lain yang mengakibatkan terjadinya luka
2. Selalu menerapkan kewaspadaan mengenai seks aman
3. Bila ibu hamil dalam keadaaan HIV positif sebaiknya diberitahukan tentang
semua risiko dan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi pada dirinya
sendiri dan bayinya, sehingga keputusan untuk menyusui bayi dengan ASI sendiri
bisa dipertimbangkan (IGAMA, 2006)
4. Tidak melakukan kegiatan seks sampai seseorang menikah dan bila sudah
menikah tetap setia pada pasangannya
5. Hindari kebutuhan akan transfusi darah, dengan cara:
a. Konsumsi obat medic yang baik untuk malaria dan penyakit cacing tambang
sebelum menderita kekurangan darah.
b. Ikut program KB supaya tidak hamil berulang kali pada jarak antara yang
pendek (tiap tahun) untuk menghindari kekurangan darah.
6. Jika tidak bisa menghindari transfusi darah, harus minta untuk mendapatkan darah
yang telah diskrining agar bebas HIV.
7. Tidak menggunakan bergantian pisau cukur, karena oisau cukur ini
memungkinkan bersentuhan dengan darah dari kulit yang terluka
8. Tutup atau balut luka-luka sayatan dengan plester yang tahan air (Abednego,
1996).