KATA PENGANTAR............................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah........................................................................................................ 1
C. Tujuan........................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan.................................................................................................................14
B. Saran...........................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah Sakit mengalami persaingan global secara ketat di era perdagangan bebas
yang memungkinkan industri rumah sakit asing berinvestasi di Indonesia( Saragih, 2017 ).
Berdasarkan dari data profil kesehatan di Negara Indonesia di tahun 2014, terdapat
peningkatan jumlah secara signifikan baik pada Rumah Sakit Umum dan Rumah
Sakit Khusus dihitung lima tahun terakhir ini. Jumlah Rumah Sakit pada tahun 2009
sebanyak 1.523 dan pada tahun 2014 mengalami kenaikan dengan jumlah total
2.408 atau setara persentase 58,1%. Seiring dengan perkembangan dan dinamika
regulasi yang tejadi ditingkat global, Rumah Sakit Pemerintah dituntut harus bisa
menyesuaikan diri, minimal berada di posisi bertahan. Di sisi lain, sejak tahun 2014
pemerintah melalui program JKN mewajibkan semua rumah sakit pemerintah dan swasta
untuk memberikan pelayanan pengobatan kepada semua peserta BPJS yang terdaftar dan
aktif di daerah tersebut sehingga tren pasien terbanyak di Rumah Sakit Pemerintah saat ini
adalah pasien BPJS.
Rumah sakit adalah suatu institusi yang memiliki beberapa sifat sangat
dinamis, kompleks, padat karya, kompetitif, padat modal, padat teknologi dan tentunya
padat masalah yang dipengaruhi oleh lingkungan yang senantiasa selalu berubah
(Permana, 2016). Dengan perkembangan rumah sakit yang ada, pemasaran rumah sakit
mejadi semakin kompetitif. Dinamika kompetisi dalam memperebutkan peluang pasar
menjadi ketat dan semakin terasa. Setiap rumah sakit dengan berbagai cara berusaha
menarik pasien. Banyak pilihan pasien dalam memilih pelayanan kesehatan yang bermutu
dan merupakan tantangan bagi manajemen Rumah Sakit Pemerintah untuk terus
mengevaluasi sistem pelayanan.
1
demikian pemasaran telah menjadi 'mantra' baru untuk layanan ini penyedia layanan di
rumah sakit.(Sreenivas T, 2013) dan (Nitin, 2013).
Menghadapi berbagai perubahan yang terjadi, rumah sakit pemerintah harus dinamis
dan bisa menyesuaikan dengan kebutuhan masyarakat ditengah berbagai kebijakan yang
ada. Untuk tetap bertahan, rumah sakit harus dikelola secara efektif dan efisienen dengan
tetap menghasilkan layanan yang bermutu.dan mampu memberikan kepuasan penuh
kepada seluruh konsumennya. Untuk menarik minat konsumen, rumah sakit harus
memiliki dan melaksanakan program-program pemasaran yang efektif. Tuntutan publik
adalah pelayanan kesehatan yang berkualitas tinggi yang dapat dilakukan melalui
perbaikan berkelanjutan (Wind & Van Harten, 2017; Larisch, AmerWåhlin, & Hidefjäll,
2016).
Dari studi didapatkan bahwa banyak organisasi rumah sakit menerapkan strategi
pemasaran, dan bahwa rumah sakit yang mengadopsi strategi pemasaran yang efektif
berkinerja lebih baik daripada yang tidak. Beberapa faktor yang menghambat adopsi dan
implementasi strategi pemasaran yang efektif termasuk kurangnya perencanaan,
kurangnya dukungan manajemen puncak, dan tidak digunakannya semua elemen bauran
promosi (Islam, 2018).
Keberlangsungan sebuah rumah sakit untuk tetap bertahan dimasa yang akan datang
bergantung pada kemampuan untuk memberikan respon terhadap kebutuhan dan tuntutan
konsumen dengan menyediakan layanan yang inovatif dan berkualitas. Untuk itu
diperlukan pemahaman dan kerjasama semua elemen rumah sakit termasuk seluruh
karyawan terhadap konsep pemasaran (marketing) yang berorientasi pada pelanggan.
Strategi pemasaran yang tepat dan kebijakan dalam bauran pemasaran akan sangat
menentukan keberhasilan suatu kegiatan pemasaran sehingga rumah sakit pemerintah
tidak hanya mampu bertahan hidup saja, tetapi juga mampu untuk berkembang.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja tantangan pemasaran di Rumah Sakit Pemerintah?
2. Bagaimana Strategi pemasaran di Rumah Sakit Pemerintah?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tantangan pemasaran di Rumah Sakit Pemerintah
2. Untuk mengetahui strategi pemasaran di Rumah Sakit Pemerintah
2
BAB II
PEMBAHASAN
Kotler 2014, Marketing is the process by which companies create value for
customers and building strong customer relationships in order to capture value from
customers in return. Artinya, bagi Kotler, marketing adalah sebuah proses dimana sebuah
perusahaan menciptakan nilai untuk konsumen dan membangun hubungan yang kuat
dengan konsumen, dengan tujuan mendapatkan kembali nilai dari konsumen tersebut
(Kotler 2014).
3
pada setiap para usahawan dalam memasarkan perusahaan dari waktu ke waktu
yang berjalan, sesuai dengan acuan dan tingkatan yang paling utama yakni adanya
respon perusahaan untuk berhdapan langsung dengan lingkungan dan keadaan persaingan
yang tidak dinamis dan selalu berubah-ubah.
4
kerjasamanya menjadi salah satu tantangan yang tersendiri untuk Rumah Sakit, sehingga
tidak ada lagi kesenjangan antara apa yang ditawarkan rumah sakit dengan apa yang
sesungguhnya dibutuhkan dan diharapkan oleh klien/pasien. Dengan kata lain tidak
terdapat selisih antara penawaran (supply) dengan permintaan (demand).
(1) Secara aktif menggunakan berbagai sumber daya berharga rumah sakit
(2) Mengiklankan dan mempublikasikan artikel di surat kabar, atau media social untuk
memperluas popularitas rumah sakit.
(3) Secara aktif menyelenggarakan atau berpartisipasi dalam konferensi industri skala
besar nasional dan provinsi,
5
dan bersama-sama menyelenggarakan berbagai bentuk diklat teknis, seminar pengguna,
promosi merek dan lainnya.
Upaya perbaikan dengan merubah atau mengembangkan RS harus dilihat
secara holistik dengan menggunakan disiplin berfikir sistem, dimana kondisi atau
kemampuan RSUD sebagai sebuah organisasi menjadi bahan dasar penting. Oleh sebab
itu, perlu dipahami karakteristik RS sebagai organisasi publik secara rinci. Christensen,
et.al. (2007) menyebutkan salah satu karakteristik organisasi publik adalah do not
operate within a free and competitive market. Sementara Graham Allison dalam
Christensen, et.al. (2007) juga menyebutkan ada 3 (tiga) unsur penting yang
membedakan organisasi publik dan privat, yaitu :
1. Kepentingan (interest) publik dibatasi oleh norma dan nilai dengan lebih banyak
pertimbangan demokratis, nilai konstitusi, dan kesejahteraan publik.
2. Arus amanah kepada rakyat dan pemilihnya.
3. Keterbukaan, transparansi, keadilan, tidak terpisahkan dan bisa diprediksi.
7
promosi dapat berupa publikasi atau dapat juga berupa bonus yang diberikan kepada konsumen.
Assauri (2014), promosi merupakan suatu usaha perusahaan untuk mempengaruhi calon
pembeli, melalui pemakaian segala unsur acuan pemasaran. Untuk itu perusahaan harus
memiliki strategi promosi yang tepat untuk dapat bersaing. Dapat disimpulkan bahwa strategi
promosi ialah kegiatan yang direncanakan dengan maksud membujuk, merangsang serta
mengingatkan konsumen tentang produk atau jasa yang dijual agar mau membeli produk
perusahaan sehingga tujuan untuk meningkatkan penjualan diharapkan dapat tercapai. Kegiatan
promosi di rumah sakit merupakan bentuk kegiatan komunikasi pemasaran yang berusaha
untuk menyebarkan informasi, mempengaruhi, mengingatkan pasar sasaran agar bersedia
menerima, serta membeli produk yang ditawrkan. Semakin banyak promosi tentang fasilitas
rumah sakit, maka masyarakat cenderung memilih rumah sakit tersebut.
3. Lokasi
Lokasi adalah letak rumah sakit dan jarak jangkauan yang harus ditempuh, sehingga
berdampak pada perhitungan waktu tempuh untuk mencapainya. Lokasi lebih menekankan
pada tempat layanan perawatan pasien yang membutuhkan pertolongan dalam rangka
penyembuhan penyakit (Kafa, 2013). Lokasi merupakan posisi tempat penawaran jasa,
sehingga berada pada tempat dan waktu yang sesuai dengan kebutuhan konsumen. Semakin
dekat lokasi suatu rumah sakit, semakin banyak pasien yang datang.
4. Proses
Menurut Putra dan Sulistyawati (2013), bahwa proses melibatkan seluruh kegiatan
yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk jasa pelayanan kesehatan yang terbaik
bagikonsumen. Proses pelayanan yang dipahami oleh pelanggan dan sesuai dengan
yang didinginkan akan menentukan bagaimana kepuasan pelanggannya. Proses
difokuskan pada proses manajemen pelayanan kesehatan. Keputusan yang diambil
dalam proses manajemen akan menentukan keberhasilan marketing. Proses harus
diperhatikan agar tiap-tiap bagian dapat bekerja sesuai dengan SOP. Dengan
meningkatkan pelayanan kesehatan kepada konsumen sesuai dengan SOP akan
mempengaruhi hasil dari pemasaran. Jika SOP yang dilalui oleh konsumen dalam
bertransaksi cukup sederhana dan tidak merugikan, maka konsumen akan merasa puas
serta loyal (Lovelock dan Lauren, 2007). Ala Eddin, et all (2013), strategi proses
pemberian pelayanan medis adalah aktvitas yan gsangat sensitif dan kritis yang
menjadi perhatian utam bagi rumah sakit, seperti ketepatan waktu untuk memberikan
pelayanan. Kepuasan pelayanan yang diberikan kepada pelanggan atau pasien oleh
rumah sakit adalah merupakan perwujudan dari tanggung jawab sosial dan
8
menyikapai persaingan yang ketat antar rumah sakit dalam memberikan pelayanan
Kesehatan
5. Petugas
Petugas yang memberikan pelayanankesehatan adalah elemen yang sangat
penting dari bauran pemasaran jasa pelayanan kesehatan rumah sakit. Petugas yang
memberikan pelayanan kesehatan adalah petugas yang mempunyai kinerja yang baik,
bermutu, profesional dan mempunyai komitmen yang tinggi. Guna mewujudkan
petugas yang profesional dan bermutu haruslah dimulai dari penerimaan karyawan,
pendidikan dan pelatihan terhadap yang berhubungan langsung dengan konsumen,
budaya perusahaan serta yang berhubungan langsung dengan aktivitas pemasaran
(Irmawati,2015)
6. Produk
Menurut Ulus (2013), menyatakan bahwa produk adalah semua yang
diperkenalkan produsen ke konsumen supaya diperhatikan, dicari, dibeli, digunakan
dan dikonsumsi oleh pasar atau konsumen guna pemenuhan kebutuhan atau keinginan
yang bersangkutan (Ulus, 2013). Kafa (2013), produk adalah segala sesuatu yang
dapat ditawarkan ke pasar pontensialnya untuk memuaskan keinginan dan kebutuhan.
Bagi rumah sakit merupakan upaya penawaran jasa untuk tercapainya harapan
sembuh bagi pasien yang dirawat di rumah sakit. Menurut Kotler dan Amstrong
(2019), produk adalah semua yang ditawarkan kepasar agar mendapat perhatian untuk
dibeli, digunakan dan memuaskan keinginan konsumen. Bagi rumah sakit adalah
upaya jasa yang ditawarkan untuk mencapai harapan sembuh pada pasien. Rumah
sakit biasanya menawarkan berbagai produk layanan kesehatan kepada sejmlah
pelanggan dan pasien untuk memuaskan berbagai kebutuhan pelanggan dan pasien
(Kotler, 2011). Produk jasa pelayanan kesehatan adalah objek pemasaran di fasilitas
pelayanan kesehatan. Terjualnya jasa pelayanan yang merupakan produk dari fasilitas
pelayanan, akan memberikan suatu penghasilan yang digunakan untuk membiayai
operasional pelayanan rumah sakit. Kualitas produk jasa pelayanan kesehatan dapat
mempengaruhi minat konsumen, sehingga berpengaruh dalam pemasaran. Rumah
sakit yang memiliki produk jasa pelayanan yang lengkap baisanya akan semakin
banyak pasien yang memilih produk layanan kesehatan di ruma hsakit tersebut.
7. Fasilitas fisik
Fasilitas pelayanan untuk konsumen sangat perlu diperhatikan, karena kualitas
pelayanan seringkali dilihat pelanggan pada bukti fisik atau fasilitas pelayanan yang
9
diberikan. Lingkungan fasilitas pelayanan membantu membentuk perasaan pelanggan
dengan petugas pelayanan. Semakin baik fasilitas pelayanan yang disediakan, maka
semakin meningkat pula tingkat kenyamanan yang dirasakan oleh konsumen. Fasilitas
pelayanan memiliki pengaruh positif terhadap kepuasan dan loayalitas konsumen.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Rumah Sakit Pemerintah dihadapkan pada berbagai tantangan yang unik
dalam upaya memasarkan layanan kesehatannya. Tantangan ini memerlukan strategi
pemasaran yang cermat untuk meningkatkan visibilitas, meningkatkan kepercayaan
masyarakat, dan mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya yang terbatas. Tantangan
pemasaran seperti keterbatasan anggaran, birokrasi dan pengambilan keputusan yang
lambat, persaingan dengan rumah sakit swasta, dan ketidakpastian kebijakan kesehatan
dapat mempengaruhi strategi pemasaran. Tantangan ini memerlukan adaptabilitas untuk
tetap relevan dalam lingkungan yang berubah-ubah.
Untuk itu diperlukan strategi pemasaran di rumah sakit pemerintah antara lain fokus
pada keterjangkauan dan aksesibilitas, membangun kemitraan dengan pemerintah daerah,
lembaga kesehatan lainnya,.pemanfaatn media sosial dan teknologi dapat meningkatkan
visibilitas rumah sakit pemerintah, kampanye pemasaran digital dapat digunakan untuk
meningkatkan kesadaran dan memberikan informasi kepada masyarakat, meningkatkan
kualitas pelayanan serta program edukasi kesehatan yang difokuskan untuk membantu
mengatasi persepsi negatif dan memberikan informasi kepada masyarakat tentang
layanan yang disediakan oleh rumah sakit pemerintah. Melibatkan komunitas dalam
kegiatan pemasaran juga dapat menciptakan ikatan yang kuat antara rumah sakit dan
masyarakat. Ini dapat mencakup penyelenggaraan acara kesehatan, kampanye donor
darah, atau program-program lain yang melibatkan partisipasi aktif masyarakat.
B. Saran
Dalam mengatasi tantangan pemasaran, penting bagi rumah sakit pemerintah untuk
memiliki visi jangka panjang, fleksibilitas, dan komitmen terhadap pelayanan kesehatan
10
yang bermutu. Dengan merancang strategi pemasaran yang sesuai dengan karakteristik
dan kebutuhan lokal, rumah sakit pemerintah diharapkan dapat membangun image yang
kuat dan memberikan dampak positif pada kesehatan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Saragih, Masri; dkk. 2017. “Faktor-Faktor Bauran Pemasaran Yang Berhubungan Dengan
Kepuasan Pasien Marketing Mix Factors That Related With Patient Satisfaction.” Idea
Nursing Journal
Armstrong, G., Adam, S., Denize, S., & Kotler, P. (2014). Principles of marketing. Pearson Australia.
Nitin R V., Narendranath V, Devakumar G. An Empirical Study On Marketing Mix Strategies On
Healthcare Services In A Tertiary Care Hospital . Vol. 2 | No. 4 | April 2013
www.garph.co.uk IJARMSS | 187
Setiadi, Nugroho J., and MM SE. Perilaku Konsumen: Perspektif Kontemporer pada Motif, Tujuan,
dan Keinginan Konsumen Edisi Ketiga. Vol. 3. Prenada Media, 2019.
Rahayu, Desita, et al. "Tantangan Pengembangan Rumah Sakit Umum Daerah Menjadi Organisasi
Pembelajaran." Mimbar: Jurnal Penelitian Sosial Dan Politik 8.1 (2019): 1-8.
Permana, Agung. 2016. “Pengertian Rumah Sakit.” Repository.Unisba.Ac.Id.
Islam S, (2018) "Understanding health consumer value: service marketing perspective",South Asian
Journal of Business Studies, Vol. 7 Issue: 1, pp.2-21, https://doi.org/10.1108/SAJBS-04-
2017-0051
Solechan, Solechan. 2019. “Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan Sebagai
Pelayanan Publik.” Administrative Law and Governance Journal
.
AndersonS, et All. (2018) . "Future thinking: the role of marketing in healthcare", European
Journal of Marketing, https://doi.org/10.1108/EJM-10-2017-0779
KumarRS, DashS, MalhotraNK, (2018) "The impact of marketing activities on service
brand equity: The mediating role of evoked experience", European Journal of
Marketing, Vol. 52 Issue: 3/4, pp.596-618, https://doi.org/10.1108/EJM-05-2016-
0262
TerresMS, BassoK, (2018) "The art of building initial trust in medical services", International
Journal of Pharmaceutical and Healthcare Marketing, Vol. 12 Issue: 2, pp.94-112,
https://doi.org/10.1108/IJPHM-03-2017-0010
Fatima T, Malik SA, Shabbir A, (2018) "Hospital healthcare service quality, patient
satisfaction and loyalty: An investigation in context of private healthcare systems",
11
International Journal of Quality & Reliability Management, Vol. 35 Issue: 6, pp.1195-
1214, https://doi.org/10.1108/IJQRM-02-2017-0031
Sreenivas T, Srinivasarao B, 2013. An Analysis On Marketing Mix In Hospitals. International
Journal of Advanced Research in Management and Social Sciences Vol. 2 | No. 4 pp 187 -201
AlonAT, BrunelFT, (2018) "Peer-to-peer word-of-mouth: word-of-mouth extended to
group online exchange", Online Information Review, Vol. 42 Issue: 2, pp.176-190,
https:
//doi.org/10.1108/OIR-09-2016-0290
12
Strategi. Cetakan Ketiga Belas. PT RajaGravindo Persada.
Jakarta.
Lovelock, Chistopher & Lauren, 2007. Manajemen Pemasaran.
Edisi Ke-12. Jakarta, PT. Indeks.
(Putra dan Sulistyawati, 2013. Pengaruh Bauran Pemasaran
Terhadap Kepuasan Konsumen Dengan Perilaku Konsumen
Sebagai variabel Intervening. Jurnal Akuntansi Manajemen
Bisnis dan Sektor Publik. Vol. 3.
Ala'Eddin, et all. 2013. The Impact of Marketing Mix Strategy on
Hospitals Performance Measured by Patient Satisfaction:
An Empirical Investigation on Jeddah Private Sector
Hospital Senior Managers Perspective. International
Journal of Marketing Studies; Vol. 5, No. 6; 2013.
Published by Canadian Center of Science and Education
Palmer, A. (2001). Principles of Services Marketing (3rd ed.). UK:
McGraw-Hill Publishing Company.
Eavani, F et al (2012), Marketing mix: a critical review of the
concept. Elixir International Journal, vol. 49, Iran
13