Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PJOK

“ NARKOBA DAN HIV “

Karya ini Dibuat Untuk Memenuhi


Tugas PJOK

Disusun Oleh XI.B :


Chesilia Nova Sihombing
Elisabeth Margareth Nababan
Fathmah Husna
Najla Ina Solihin
Nayla Shafa
Nur Fitriana
Vizzka Aulia Winarti
Zhafira Nafisa Aliya

SMAN 1 TAMBUN SELATAN


KABUPATEN BEKASI
2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Bahaya narkoba dan HIV/AIDS merupakan salah satu permasalahan pokok
yang dihadapi bangsa Indonesia dewasa ini, karena permasalahn narkoba dan
HIV/AIDS bukan hanya merupakan masalah dibidang kesehatan saja, akan
tetapi juga menyangkut berbagai bidang antara lain bidang sosial, ekonomi,
kriminal, budaya, agama dan lain-lain. Ancaman bahaya narkoba dan
HIV/AIDS semakin meningkat dengan indikasi semakin meningkatnya kasus
penyalahgunaan narkoba tiap tahun dan dengan diketemukannya fakta bahwa
bangsa Indonesia tidak lagi sebagai wilayah transit peredaran narkoba dunia,
akan tetapi bangsa Indonesia telah menjadi produsen narkoba dan konsumen
bagi peredaran narkoba yang sangat besar
di dunia.

Mengingat besarnya ancaman bahaya penyalahgunaan narkoba bagi bangsa


Indonesia tersebut di atas, maka dalam upaya Pencegahan, Pemberantasan
Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) pemerintah telah
mencanangkan “Indonesia bebas narkoba 2015”, dan membentuk sebuah
badan yang berfungsi sebagai pusat koordinasi program P4GN tersebut yang
berkedudukan di Jakarta yaitu Badan Narkotika Nasional (BNN) yang
bertanggung jawab dibawah Presiden Republik Indonesia dan diketuai oleh
Kepala Kepolisian RI, mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan yang
berhubungan dengan lembaga-lembaga pemerintahan dalam merumuskan
dan melaksanakan kebijakan yang berkaitan dengan drug, demand dan supply
reduction, mengimplementasikan langkah-langkah pengawasan, pencegahan
dan kegiatan-kegiatan untuk mencegah, memberantas
penyalahgunaan serta peredaran gelap narkoba.

Salah satu tugas pokok Badan Narkotika Nasional adalah membangun Sistem
Pelayanan Informasi Bidang Pencegahan ,Pengawasan dan Pengendalian
Ketersediaan, serta Pemberantasan Penyalahgunaan Narkoba yang bersifat
informative, actual dan mudah diakses oleh masyarakat, sehingga diperlukan
jaringan informasi sampai tingkat Provinsi, Kabupaten dan Kota secara
langsung yang akan mempercepat penyajian dan penyediaan data bagi
masyarakat secara actual dan akurat.
Provinsi Jawa Barat selaku pemerintah daerah dalam hal ini ikut berperan
serta mensukseskan program nasional BNN. Badan Narkotika Provinsi
(BNP) Jawa Barat (Jabar) merupakan lembaga non struktural Pemerintah
Provinsi Jawa Barat atau di bidang ketersediaan, pencegahan,
penanggulangan serta pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap
narkotika ,psikotropika, prekursor dan zat adiktif lainnya.

Remaja merupakan kelompok beresiko untuk penularan HIV/AIDS, karena


masa remaja adalah masa individu berada pada mobilitas sosial yang paling
tinggi karena akan membuka peluang baginya untuk terpapar terhadap
berbagai perubahan sosial, kultural, budaya, serta fisik maupun psikologis.
Akibatnya remaja tersebut mempunyai kerentanan yang tinggi terhadap
penularan berbagai jenis penyakit salah satunya HIV/AIDS.

Faktor penyebab adalah kurangnya pengetahuan tentang HIV/AIDS


(Ariyanti, 2020). Human Immunodefiency Virus (HIV) merupakan kelompok
retrovirus yang mempunyai kemampuan dalam menduplikasi, mencetak dan
memasukan materi genetik sehingga menyebabkan Acquired
Immunodeficiency Syndrom(AIDS) yaitu sebuah penyakit yang dapat
memperlemah sistem kekebalan tubuh seseorang dan merupakan penyebab
infeksi ikutan (oportunistik). Sampai saat ini belum ditemukan cara untuk
menyembuhkan penyakit AIDS.

Penyakit ini ditularkan melalui cairan tubuh penderita lewat hubungan


seksual, transfusi darah, penggunaan jarum suntik secara bergantian dan
penularan dari ibu hamil ke janin melalui plasenta dan proses menyusui.
Penyakit ini dapat dicegah dengan cara tidak menggunakan jarum suntik
secara bergantian, tidak melakukan hubungan seksual bebas, tidak melakukan
transfusi darah dengan ODHA, dan ibu bersalin dengan sectio caesaria serta
ibu tidak menyusui langsung bayinya.

1.2 Tujuan Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa penyuluhan HIV-
AIDS dan Narkoba berpengaruh pengetahuan tentang HIV-AIDS dan
Narkoba.
1.3 Manfaat Penelitian
1.3.1 Manfaat teoritis
a. Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai media informasi ilmiah
dan menambah wawasan di bidang ilmu pengetahuan khususnya dalam
bidang keperawatan jiwa.
b. Sebagai dasar acuan bagi peneliti selanjutnya dalam melakukan
penelitian yang serupa di wilayah lainnya yang nantinya akan menjadi
sumber pembelajaran.
1.3.2 Manfaat praktis
Sebagai masukan dan memberikan pedoman kepada perawat dalam
meningkatkan mutu asuhan keperawatan pada Orang Dengan HIV/AIDS
(ODHA) sehingga dapat mengurangi masalah psikologis ODHA.

1.4 Rumusan Masalah


1. Apakah HIVIAIDS itu?
2. Bagaimana HIVIAIDS dapat ditularkan?
3. Apakah tanda dan gejala HIVIAIDS itu?
4. Bagaimanakah pencegahan dan penanggulangan HIVIAIDS?

1.5 Tujuan Penelitian


1. Menjelaskan pengertian HIV/AIDS itu.
2. Menjelaskan penularan HIV/AIDS.
3. Menjelaskan tanda dan gejala HIVIAIDS.
4. Cara pencegahan dan penanggulangan HIVIAIDS.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian AIDS


Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah Syndrome akibat
defisiensi immunitas selluler tanpa penyebab lain yang diketahui, ditandai
dengan infeksi oportunistik keganasan berakibat fatal. Munculnya
Syndrome ini erat hubungannya dengan berkurangnya zat kekebalan tubuh
yang prosesnya tidaklah terjadi seketika melainkan sekitar 5-10 tahun
setelah seseorang terinfeksi HIV.
Berdasarkan hal tersebut maka penderita AIDS dimasyarakat digolongkan
kedalam 2 kategori yaitu :
1. Penderita yang mengidap HIV dan telah menunjukkan gejala
klinis (penderita AIDS positif).
2. Penderita yang mengidap HIV, tetapi belum menunjukkan gejala
klinis (penderita AIDS negatif).
Menurut Suensen (1989) terdapt 5-10 juta HIV positif yang dalam waktu
5-7tahun mendatang diperkirakan 10-30% diantaranya menjadi penderita
AIDS. Pada tingkat pandemi HIV tanpa gejala jauh lebih banyak dari pada
pendrita AIDS itu sendiri. Tetapi infeksi HIV itu dapat berkembang lebih
lanjut dan menyebabkan kelainan imunologis yang luas dan gejala klinik
yang bervariasi. AIDS merupakan penyakit yang sangat berbahaya karena
mempunyai case fatality rate 100% dalam 5 tahun setelah diagnosa AIDS
ditegakkan, maka semua penderita akan meninggal.

2.2 Cara Penularan HIV-AIDS


Secara umum ada 5 faktor yang perlu diperhatikan pada penularan suatu
penyakit yaitu sumber infeksi, vehikulum yang membawa agent, host yang
rentan, tempat keluar kuman dan tempat masuk kuman (port'd entree).
Virus HIV sampai saat ini terbukti hanya menyerang sel Lymfosit T dan
sel otak sebagai organ sasarannya. Virus HIV sangat lemah dan mudah mati
diluar tubuh. Sebagai vehikulum yang dapat membawa virus HIV keluar
tubuh dan menularkan kepada orang lain adalah berbagai cairan tubuh.
Cairan tubuh yang terbukti menularkan diantaranya semen, cairan vagina
ata servik dan darah penderita. Banyak cara yang diduga menjadi cara
penularan virus HIV, namun hingga kini cara penularan HIV yang
diketahui adalah melalui :
1. Transmisi Seksual
Penularan melalui hubungan seksual baik Homoseksual maupun
Heteroseksual merupakan penularan infeksi HIV yang paling sering
terjadi. Penularan ini berhubungan dengan semen dan cairan vagina atau
serik. Infeksi dapat ditularkan dari setiap pengidap infeksi HIV kepada
pasangan seksnya. Resiko penularan HIV tergantung pada pemilihan
pasangan seks, jumlah pasangan seks dan jenis hubungan seks. Orang yang
sering berhubungan seksual dengan berganti pasangan merupakan
kelompok manusia yang berisiko tinggi terinfeksi virus HIV.
1.a. Homoseksual
Didunia barat, Amerika Serikat dan Eropa tingkat
promiskuitas homoseksual menderita AIDS, berumur antara
20-40 tahun dari semua golongan rusial. Cara hubungan
seksual anogenetal merupakan perilaku seksual dengan resiko
tinggi bagi penularan HIV, khususnya bagi mitra seksual yang
pasif menerima ejakulasi semen dari seseorang pengidap HIV.
Hal ini sehubungan dengan mukosa rektum yang sangat tipis
dan mudah sekali mengalami pertukaran pada saat
berhubungan secara anogenital.
1.b Heteroseksual
Di Afrika dan Asia Tenggara cara penularan utama melalui
hubungan heteroseksual pada promiskuitas dan penderita
terbanyak adalah kelompok umur seksual aktif baik pria
maupun wanita yang mempunyai banyak pasangan dan
berganti-ganti.
2. Transmisi Non Seksual
2.a Transmisi Parenral
Yaitu akibat penggunaan jarum suntik dan alat tusuk lainnya
(alat tindik) yang telah terkontaminasi, misalnya pada
penyalah gunaan narkotik suntik yang menggunakan jarum
suntik yang tercemar secara bersama-sama. Disamping dapat
juga terjadi melaui jarum suntik yang dipakai oleh petugas
kesehatan tanpa disterilkan terlebih dahulu. Resiko tertular
cara transmisi parental ini kurang dari 1%.
2.b. Darah/Produk Darah
Transmisi melalui transfusi atau produk darah terjadi di
negara-negara barat sebelum tahun 1985. Sesudah tahun 1985
transmisi melalui jalur ini di negara barat sangat jarang,
karena darah donor telah diperiksa sebelum ditransfusikan.
Resiko tertular infeksi/HIV lewat trasfusi darah adalah lebih
dari 90%.
3. Transmisi Transplasental
Penularan dari ibu yang mengandung HIV positif ke anak mempunyai
resiko sebesar 50% Penularan dapat terjadi sewaktu hamil, melahirkan dan
sewaktu menyusui. Penularan melalui air susu ibu termasuk penularan
dengan resiko rendah.

2.3 Tanda dan Gejala HIV-AIDS


Pada awal infeksi, HIV tidak segera menyebabkan kematian dari sel
yang di infeksinya tetapi terlebih dahulu mengalami replikasi
(penggandaan), sehingga ada kesempatan untuk berkembang dalam
tubuh penderita tersebut, yang lambat laun akan menghabiskan atau
merusak sampai jumlah tertentu dari sel lymfosit T4. Setelah
beberapa bulan sampai beberapa tahun kemudian, barulah pada
penderita akan terlihat gejala klinis sebagai dampak dari infeksi HIV
tersebut. Masa antara terinfeksinya HIV dengan timbulnya gejala-
gejala penyakit (masa inkubasi) adalah 6 bulan sampai lebih dari 10
tahun, rata-rata 21 bulan pada anak-anak dan 60 bulan pada orang
dewasa.
Infeksi oleh virus HIV menyebabkan fungsi kekebalan tubuh rusak
yang mengakibatkan daya tahan tubuh berkurang atau hilang,
akibatnya mudah terkena penyakit-penyakit lain seperti penyakit
infeksi yang disebabkan oleh bakteri, protozoa, dan jamur dan juga
mudah terkena penyakit kanker seperti s arkoma kaposi. HIV
mungkin juga secara langsung menginfeksi sel-sel syaraf,
menyebabkan kerusakan neurologis. Tanda-tanda gejala-gejala
(symptom) secara klinis pada seseorang penderita AIDS adalah
diidentifikasi sulit karena symptomasi yang ditujukan pada
umumnya adalah bermula dari gejala-gejala umum yang lazim
didapati pada berbagai penderita penyakit lain,
namun secara umum dapat kiranya dikemukakan sebagai berikut :

ㆍ Rasa lelah dan lesu

ㆍ Berat badan menurun secara drastis

ㆍ Demam yang sering dan berkeringat diwaktu malam

ㆍ Mencret dan kurang nafsu makan

ㆍ Bercak-bercak putih di lidah dan di dalam mulut

ㆍ Pembengkakan leher dan lipatan paha

ㆍ Radang paru-paru

2.4 Upaya Pencegahan dan Penanggulan HIV-AIDS


Mengingat sampai saat ini obat untuk mengobati dan vaksin untuk
mencegah AIDS belum ditemukan, maka alternatif untuk menanggulangi
masalah AIDS yang terus meningkat ini adalah dengan upaya pencegahan
oleh semua pihak untuk tidak terlibat dalam lingkaran transmisi yang
memungkinkan dapat terserang HIV.
Pada dasarnya upaya pencegahan AIDS dapat dilakukan oleh semua pihak
asal mengetahui cara-cara penyebaran AIDS. Ada 2 cara pencegahan AIDS
yaitu jangka pendek dan jangka panjang :
1. Upaya Pencegahan AIDS Jangka Pendek
Dengan memberikan informasi kepada kelompok resiko tinggi bagaimana
pola penyebaran virus AIDS (HIV), sehingga dapat diketahui langkah-
langkah pencegahannya. Ada 3 pola penyebaran virus HIV :
1. Melalui hubungan seksual
2. Melaui darah
3. Melaui ibu yang terinfeksi HIV kepada bayinya
A. Pencegahan Infeksi HIV Melaui Hubungan Seksual HIV terdapat pada
semua cairan tubuh penderita tetapi yang terbukti berperan dalam
penularan AIDS adalah mani, cairan vagina dan darah. HIV dapat
menyebar melalui hubungan seksual pria ke wanita, dari wanita ke pria dan
dari pria ke pria. Setelah mengetahui cara penyebaran HIV melalui
hubungan seksual maka upaya pencegahan adalah dengan cara :
•Tidak melakukan hubungan seksual. Walaupun cara ini sangat efektif,
namun tidak mungkin dilaksanakan sebab seks merupakan kebutuhan
biologist.
•Hindari hubungan seksual dengan kelompok rediko tinggi tertular AIDS.
•Tidak melakukan hubungan anogenital.
B. Pencegahan Infeksi HIV Melalui Darah
Darah merupakan media yang cocok untuk hidup virus AIDS. Penularan
AIDS melalui darah terjadi dengan :
•Transfusi darah yang mengandung HIV.
•Jarum suntik atau alat tusuk lainnya (akupuntur, tato, tindik) bekas pakai
orang yang mengidap HIV tanpa disterilkan dengan baik.
C. Pencegahan Infeksi HIV Melalui Ibu
Ibu hamil yang mengidap HIV dapat memindahkan virus tersebut kepada
janinnya. Penularan dapat terjadi pada waktu bayi di dalam kandungan,
pada waktu persalinan dan sesudah bayi di lahirkan.
Upaya untuk mencegah agar tidak terjadi penularan hanya dengan
himbauan agar ibu yang terinfeksi HIV tidak hamil.

2. Upaya Pencegahan AIDS Jangka Panjang


Upaya jangka panjang yang harus kita lakukan untuk mencegah
merajalelanya AIDS adalah merubah sikap dan perilaku masyarakat
dengan kegiatan yang meningkatkan norma-norma agama maupun sosial
sehingga masyarakat dapat berperilaku seksual yang bertanggung jawab.

2.5 Pengertian Narkoba


Narkoba atau narkotika adalah zat yang bersifat alamiah, sintetis, maupun
semi sintetis yang menimbulkan efek penurunan kesadaran, halusinasi,
serta daya rangsang.
Sementara menurut UU Narkotika pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa
narkotika merupakan zat buatan atau pun yang berasal dari tanaman yang
memberikan efek halusinasi, menurunnya kesadaran, serta menyebabkan
kecanduan.
Obat-obatan tersebut dapat menimbulkan kecanduan jika pemakaiannya
berlebihan. Pemanfaatan dari zat-zat itu adalah sebagai obat penghilang
nyeri serta memberikan ketenangan. Penyalahgunaannya bisa terkena
sanksi hukum. Untuk mengetahui apa saja jenis dan bahaya narkoba bagi
kesehatan,
1. Narkotika
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman maupun bukan
dari tanaman baik itu sintesis maupun semisintesis yang dapat
menyebabkan penurunan dan perubahan kesadaran, mengurangi atau
menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, (UU
RI No 22 / 1997). Narkotika terdiri dari tiga golongan, yaitu :
Golongan I:
Narkotika yang hanya digunakan untuk kepentingan ilmu pengetahuan
dan tidak dipergunakan untuk terapi, serta memiliki potensi
ketergantungan sangat tinggi, contohnya: Cocain, Ganja, dan Heroin
Golongan II:
Narkotika yang dipergunakan sebagai obat, penggunaan sebagai terapi,
atau dengan tujuan pengebangan ilmu pengetahuan, serta memiliki potensi
ketergantungan sangat tinggi, contohnya : Morfin, Petidin
Golongan III:
Narkotika yang digunakan sebagai obat dan penggunaannya banyak
dipergunakan untuk terapi, serta dipergunakan untuk pengembangan ilmu
pengetahuan dan memiliki potensi ketergantungan ringan, contoh: Codein
Selain tiga golongan yang ada, ada beberapa narkotika menurut cara proses
dan pengolahannya, yaitu:
Narkotika Jenis Sintetis:
Jenis yang satu ini didapatkan dari proses pengolahan yang rumit.
Golongan ini sering dimanfaatkan untuk keperluan pengobatan dan juga
penelitian. Contoh dari narkotika yang bersifat sintetis seperti Amfetamin,
Metadon, Deksamfetamin, dan sebagainya.
Narkotika Jenis Semi Sintetis:
Pengolahannya menggunakan bahan utama berupa narkotika alami yang
kemudian diisolasi dengan cara diekstraksi atau memakai proses lainnya.
Contohnya adalah Morfin, Heroin, Kodein, dan lain-lain.
Narkotika Jenis Alami:
Ganja dan Koka menjadi contoh dari Narkotika yang bersifat alami dan
langsung bisa digunakan melalui proses sederhana. Karena kandungannya
yang masih kuat, zat tersebut tidak diperbolehkan untuk dijadikan obat.
Bahaya narkoba ini sangat tinggi dan bisa menyebabkan dampak buruk
bagi kesehatan jika disalahgunakan. Salah satu akibat fatalnya adalah
kematian.

2. Psikotropika
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah ataupun sintesis bukan
narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada
susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan prilaku dan perubahan
khas pada aktifitas mental dan di bagi menjadi beberapa golongan, yaitu :
Golongan I:
yaitu psikotropika yang di pergunakan untuk pengembangn ilmu
pengetahuan dan tidak dipergunakan untuk terapi dan memiliki sindrom
ketergantungan kuat, contoh: Extasi
Golongan II:
yaitu psikotropika yang dipergunakakn untuk pengobatan dan dapat
digunakan sebagai terapi serta untuk tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan dan memiliki sindrom ketergantungan kuat, contoh :
Amphetamine
Golongan III:
yaitu psikotropika yang digunakan sebagai obat dan banyak digunakan
sebagai terapi serta untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan
memiliki sindrom ketrgantungan sedang, contoh : Phenobarbital
Golongan IV:
yaitu psikotropika yang dipergunakan sebagai pengobatan dan dan banyak
dipergunakan untuk terapi serta digunakan untuk pengembangan ilmu
pengetahuan dan memilikisindroma ketergantungan ringan, contoh :
Diazepem, Nitrazepam.
3. Zat Adiktif
Zat adiktif adalah bahan atau zat yang berpengaruh psikoaktif diluar
narkotika dan psikotropika, meliputi :
Minuman beralkohol : mengandung etanol etil alkohol, yang berfungsi
menekan susunan saraf pusat dan jika digunakan secara bersamaan dengan
psikotropika dan narkotika maka akan memperkuat pengaruh di dalam
tubuh. Ada tiga golongon minuman beralkohol yaitu :
Golongan A : Kadar etanol 1-5 %
Golongan B : Kadar etanol 5-20 %
Golongan C : Kadar etanol 20-45 %
> Inhalasi : adalah gas hirup dan solven (zat pelarut) mudah menguap
berupa senyawa organik yang terdapat di berbagai barang keperluan rumah
tangga, kantor dan sebagainya.
> Tembakau : tembakau adalah zat adiktif yang mengandung nikotin dan
banyak yang digunakan di masyarakat.
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
AIDS merupakan masalah kesehatan internasional yang perlu segera
ditanggulangi. AIDS berkembang secara pandemi hampir di setiap negara
di Dunia, termasuk Indonesia.
Epidemi yang terjadi meliputi penyakit (AIDS), virus (HIV) dan epidemi
reaksi / dampak negatif diberbagai bidang seperti kesehatan, sosial,
ekonomi, politik, kebudayaan, dan demografi. Sampai saat ini obat dan
vaksin untuk menaggulangi AIDS belum ditemukan.
Untuk itu alternatif lain yang lebih mendekati dalam upaya pencegahan.
Upaya pencegahan dapat dilakukan oleh semua pihak asal mengetahui
cara-cara penularan
AIDS. Penularan AIDS terjadi melalui hubungan seksual, parental dan
transplasental, sehingga upaya pencegahan perlu diarahkan untuk merubah
perilaku seksual masyarakat (terutama yang memilikiki resiko tinggi),
menghindari infeksi melalui donor darah, dan upaya pencegahan infeksi
perinatal sebelum ibu hamil. Perubahan perilaku dilakukan dengan
penyuluban kesehatan.

3.2 Saran
Sebagai insan yang yang berpendidikan sudah menjadi sebuah kewajiban
untukberpartisipasi dalam memerangi HIV/ AIDS. Untuk memerangi hal
itu dapat dimulai dari kesadaran diri sendiri untuk selalu menjaga diri agar
terhindar dari HIV/ AIDS dan Narkoba.
DAFTAR PUSTAKA
BNN, H. (2019, Jan 07). Pengertian Narkoba Dan Bahaya Narkoba Bagi kesehatan. Retrieved
from BADAN NARKOTIKA NASIONAL Republik Indonesia: https://bnn.go.id/pengertian-
narkoba-dan-bahaya-narkoba-bagi-kesehatan/

SIREGAR, F. A. (n.d.). PENGENALAN DAN PENCEGAHAN AIDS. Retrieved from Fakultas


Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara:
https://dupakdosen.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/3684/fkm-
fazidah4.pdf?sequence=1

UNUD, A. R. (2018, June 26). NARKOBA/NAPZA. Retrieved from RUMAH SAKIT UNIVERSITAS
UDAYANA: https://rs.unud.ac.id/narkoba-napza/

Anda mungkin juga menyukai