Rosa Afriza
Oleh
Abstract
HIV/AIDS merupakan salah satu penyakit yang harus diwaspadai karena Acquired Immunodeficiency
Syndrome (AIDS) sangat berakibat pada penderitanya. Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS)
merupakan sekumpulan gejala penyakit yang menyerang tubuh manusia setelah sistem kekebalan dirusak
oleh virus HIV (Human Immunodeficiency Virus). Tujuan penelitian mengetahui faktor (umur,
pendidikan dan pekerjaan) yang berhubungan dengan kejadian HIV/AIDS pada Wanita Usia Subur
(WUS). Metode penelitian menggunakan metode studi literature dari tujuh jurnal, 4 jurnal nasional dan 3
jurnal internasional. Penelitian menggunakan data sekunder. Instrumen penelitian adalah jurnal nasional
dan jurnal internasional. Analisis data menggunakan analisis anotasi bibliografi (annotated bibliogarfy).
Hasil penelitian berdasarkan literature review 7 jurnal angka kejadian HIV/AIDS masih cukup tinggi
berkisar (13,5%), faktor umur pada kelompok umur 20-35 tahun (75%) dan pada kelompok umur >35
tahun (25,0%), faktor pendidikan pada kelompok pendidikan rendah (28,5%), pada kelompok pendidikan
menengah (57,1%), dan pada kelompok pendidikan tinggi (14,2%) dan faktor pekerjaan pada kelompok
pekerjaan tidak beresiko (66,7%) dan pada kelompok pekerjaan beresiko (33,3%). Wanita Usia Subur
(WUS) yang memiliki faktor resiko rentan penularan HIV/AIDS disarankan untuk melakukan
pemeriksaan tes Enzyme Linked Immunosorbent Assay (ELISA) minimal 6 bulan sekali di fasilitas
kesehatan seperti rumah sakit, puskesmas dan laboratorium kesehatan agar dapat mengurangi risiko
terjadinya penularan HIV/AIDS.
Keywords: HIV/AIDS, WUS, umur, pendidikan, pekerjaan
PENDAHULUAN pertama kali dilaporkan pada tahun 1987.
HIV (Human Immunodeficiency Virus) dan AIDS Lonjakan peningkatan paling banyak adalah pada
(Acquired Immune Deficiency Syndrome) telah tahun 2016 dibandingkan dengan tahun 2015,
menjadi masalah darurat global (Kemenkes. yaitu sebesar 10.315 kasus (Kementerian
RI,2017). Berdasarkan data WHO hingga akhir Kesehatan RI, 2017).
tahun 2017 terdapat 36,9 juta orang hidup dengan
Lima besar Kasus HIV dan AIDS di Kalimantan
HIV, dengan 1,8 juta infeksi baru di tahun yang
Selatan adalah: Kota Banjarmasin (568 Kasus)
sama (Kementerian Kesehatan RI, 2017) .
34,1%, Kab Tanah Bumbu (293 kasus) 17,6%,
Epidemi HIV/AIDS juga menjadi masalah di Kota Banjarbaru (207 kasus) 12,4%, Kab.Banjar
Indonesia yang merupakan negara urutan ke-5 (76 Kasus) 4,6%, Kab.Tabalong (72 kasus) 4,3%
paling beresiko HIV/AIDS di Asia. Laporan kasus dan Kab. Kotabaru (65 kasus) 3,9%. Faktor resiko
baru HIV meningkat setiap tahunnya sejak yang dominan terjadi pada kasus HIV/AIDS
dikarenakan akibat perilaku hubungan seksual LANDASAN TEORI
merupakan faktor resiko tertinggi dalam penularan HIV (Human Immunodeficiency Virus), sebuah
HIV di Kalimantan Selatan yaitu sebanyak 69,6% virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh
(Dinas Kesehatan Prov. manusia. AIDS singkatan dari (Acquired Immune
Deficiency Syndrome). AIDS muncul setelah virus
Kalsel, 2017).
HIV menyerang sistem kekebalan tubuh kita
Tercatat pada tahun 2019 jumlah kasus HIV pada selama lima hingga sepuluh tahun atau lebih.
wanita usia subur menurut kelompok umur di Sistem kekebalan tubuh menjadi lemah, dan satu
Provinsi Kalimantan Selatan sebanyak 161 kasus, atau lebih penyakit dapat timbul. Karena lemahnya
diantaranya pada umur 15-19 tahun sebanyak 4 sistem kekebalan tubuh tadi, beberapa penyakit
kasus, 20-24 tahun sebanyak 30 kasus, dan pada bisa menjadi lebih berat daripada biasanya (Spritia,
umur 25-49 tahun sebanyak 102 kasus. 2016).
Sedangkan, pada jumlah kasus AIDS menurut
kelompok umur di Provinsi Kalimantan Selatan
Etiologi
Melihat tempat hidup HIV, bisa diketahui
pada wanita sebanyak 111 kasus (Dinas Kesehatan
penularan HIV terjadi kalua ada cairan tubuh yang
Prov. Kalsel, 2019).
mengandung HIV seperti hubungan seks dengan
Penularan HIV/AIDS terjadi melalui tiga cara, pasangan yang mengidap HIV, jarum suntik, dan
yaitu melalui hubungan seksual, pajanan oleh alat-alat penusuk (tato, penindik dan cukur) yang
darah, produk darah atau organ dan jaringan yang tercemar HIV dan ibu hamil yang mengidap HIV
terinfeksi, serta penularan dari ibu ke anak. Dilihat kepada janin atau disusui oleh wanita pengidap
dari faktor risiko penularan HIV/AIDS, perilaku HIV (Rukiyah, 2010).
seksual berisiko dengan hubungan heteroseksual
paling dominan diantara faktor risiko penularan Patofisiologi
lainnya, yaitu sebesar 56% (Ditjen P2P & PP, HIV adalah jenis parasite obligat yaitu virus yang
2019). Hal ini menunjukkan bahwa hubungan hanya dapat hidup dalam sel atau media hidup.
seksual masih menjadi penyebab utama penularan Virus ini “senang” hidup dan berkembang biak
HIV/AIDS. pada sel darah putih manusia. HIV akan ada pada
cairan tubuh yang mengandung sel darah putih,
Penelitian yang dilakukan oleh Ruth (2016) faktor- seperti darah, cairan plasenta, air mania tau cairan
faktor yang berhubungan dengan kejadian sperma, cairan sumsum tulang, cairan vagina, air
HIV/AIDS. Kejadian terbanyak pada golongan susu ibu atau cairan otak (Rukiyah, 2010).
umur 30-39 tahun sebesar (47,8%) dan umur 40-
49 tahun sebesar (29,5%), kejadian HIV/AIDS Tahapan Perubahan HIV/AIDS
pada tingkat pendidikan terbanyak pada SMA Menurut Kumalasari dan Iwan (2013), tahap-tahap
sebesar (59,1%). Sedangkan kejadian HIV/AIDS HIV sebelum menjadi AIDS yaitu : Tahap pertama
pada jenis pekerjaan terbanyak pada ibu rumah atau masa jendela (window period) pada awal
tangga sebesar (54,5%), dan kejadian HIV/AIDS terinfeksi belum dapat dilihat meskipun telah
pada kasus PMS sebanyak (91,0%). melakukan tes darah, karena pada tahap ini system
antibody terhadap HIV belum terbentuk. Tetapi,
Hasil penelitian Ruth (2016) sesuai dengan penderita sudah dapat menularkan HIV kepada
laporan Kemenkes RI (2016) bahwa infeksi orang lain. Masa ini antara 1-3 bulan. Tahap kedua
HIV/AIDS tertinggi pada khususnya pada wanita umumnya penderita masih tampak sehat dan tidak
terjadi pada kelompok umur wanita usia subur menunjukkan gejala sakit, tetapi tes HIV sudah
yaitu 15-49 tahun sebesar (89,4%). dapat mendeteksi status HIV seseorang. Masa ini
5-10 tahun sejak terinfeksi HIV. Tahap ketiga :
sudah mulai muncul gejala-gejala awal penyakit
dan sistem kekebalan tubuh mulai berkurang. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan data
Tahap keempat: AIDS sudah dapat dideteksi sekunder, yaitu data yang diperoleh secara tidak
karena kekebalan tubuh sangat kurang dan timbul langsung. Data diperoleh dari hasil review
penyakit opportunistic.Faktor Resiko Kejadian literature beberapa jurnal sesuai dengan variabel
HIV/AIDS penelitian.
Faktor Resiko Penularan : Hubungan seksual, Pada penelitian ini metode yang dilakukan yaitu
Perinatal, Transfusi darah, NAPZA Suntik (IDU), menganalisa, membandingkan, meringkas dan
Wanita Usia Subur (WUS) mengumpulkan dengan menggunakan 4 jurnal
nasional dan 3 jurnal internasional sebagai data
HIV/AIDS pada WUS yang akan dianalisis
Perempuan lebih rentan tertular HIV 2,5 kali
dibandingkan laki-laki. Secara biologis,
perempuan memiliki permukaan (mukosa) alat HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil
kelamin yang lebih luas sehingga sperma mudah Univariat HIV/AIDS pada WUS
terpapar ketika hubungan seksual. Selain itu, Menurut dari data hasil literatur yang didapatkan
sperma yang terinfeksi HIV mempunyai angka kejadian WUS yang terinfeksi HIV masih
konsentrasi virus yang lebih tinggi dibandingkan cukup tinggi, yaitu pada salah satu penelitian yang
konsentrasi HIV pada cairan vagina. Akses dilakukan Oktaseli (2019) mendapatkan sebanyak
informasi dan pendidikan perempuan jauh lebih 42 orang (13,5%) yang positif terinfeksi HIV dari
rendah sehingga mereka tidak memiliki jumlah seluruh responden sebanyak 312 orang.
pengetahuan yang cukup mengenai kesehatan Umur
reproduksi, termasuk persoalan seputar HIV/AIDS
Menurut dari data hasil literatur 4 jurnal yang
dan pelayanan kesehatan yang menjadi hak
didapatkan berdasarkan umur dan kejadian yang
mereka. (Dalimoenthe, n.d.).
menyangkut tentang HIV/AIDS terbanyak pada
Penularan HIV dari ibu ke bayi merupakan akhir usia 20-35 tahun.
dari rantai penularan yang kemungkinan berawal
Menurut dari data hasil literatur 7 jurnal yang
dari seorang laki-laki HIV positif yang
didapatkan, berdasarkan tingkat pendidikan dan
menularkan HIV kepada pasangan perempuannya
kejadian yang menyangkut tentang HIV/AIDS
melalui hubungan seksual tak aman.
terbanyak pada pendidikan menengah. Pada
penelitian Susilowati (2018) terbanyak pada
kelompok pendidikan menengah sebanyak 32
METODE PENELITIAN orang (58,2%), pada penelitian Yaya (2016)
Penelitian ini menggunakan penelitian diskriptif terbanyak pada kelompok pendidikan menengah
studi keperpustakaan (Library Research), yaitu sebanyak 5.754 orang (46,0%), pada penelitian
serangkaian penelitian yang berkenaan dengan Oktaseli (2019) terbanyak pada kelompok
metode pengumpulan data pustaka, atau penelitian pendidikan SMA sebanyak 125 orang (40,1%),
yang objek penelitiannya digali melalui beragam pada penelitian Musyarofah (2017) terbanyak pada
informasi keperpustakaan (buku, ensiklopedia, kelompok berpependidikan ≤9 tahun sebanyak 34
jurnal ilmiah, koran, majalah dan dokumen) yang orang (89,5%), pada penelitian Widyastuti (2013)
terdapat dalam tubuh literatur yang berorientasi terbanyak pada kelompok pendidikan rendah
akademik (Syaodih, 2009). sebanyak 17.919 orang (54,5%), pada penelitian
Agegnehu (2020) terbanyak pada kelompok tidak
berpendidikan sebanyak 6.632 orang (45,4%) dan
pada penelitian Bibiana (2018) terbanyak pada
kelompok pendidikan tinggi sebanyak 80 orang tentang HIV/AIDS sebanyak 26 orang (47,3%)
(53,3%). dari total seluruh responden sebanyak 55 orang.
Berdasarkan dari hasil data studi literatur dan teori
yang telah didapatkan, hal ini membuktikan bahwa
Pekerjaan salah satu penyebab utama penularan HIV/AIDS
Menurut dari data hasil literatur 3 jurnal yang adalah melalui hubungan seks yang tidak aman
didapatkan berdasarkan jenis pekerjaan dan dengan pasangan yang terinfeksi HIV/AIDS, baik
kejadian yang menyangkut tentang HIV/AIDS itu heteroseksual maupun homoseksual. Seseorang
terbanyak pada kelompok pekerjaan tidak berisiko. yang memiliki beberapa pasangan seksual
Pada penelitian Susilowati (2018) terbanyak pada merupakan faktor risiko tinggi dalam penularan
kelompok tidak bekerja sebanyak 44 orang (80%), HIV/AIDS, karena frekuensi melakukan hubungan
pada penelitian Oktaseli (2019) terbanyak pada seksual selain dengan istri termasuk perilaku
kelompok pekerjaan tidak berisiko sebanyak 236 berisiko. Semakin sering melakukan hubungan
orang (75,6%) dan pada penelitian Bibiana (2018) seksual dengan berganti pasangan akan
terbanyak pada kelompok pekerjaan sebagai siswa memperbanyak peluang tertularnya virus dalam
sebanyak 54 orang (36,0%). tubuh ke tubuh yang lainnya.
Bivariat Hubungan umur dengan Umur
kejadian HIV/AIDS Berdasarkan dari 4 hasil penelitian yang
Menurut dari data 4 jurnal yang menyangkut telah diteliti, pada responden kelompok umur
variabel umur dengan kejadian HIV/AIDS terbanyak didapatkan pada penelitian: Susilowati
100% menyatakan terdapat hubungan antara (2018) pada kelompok umur 20-35 tahun sebanyak
umur dengan kejadian HIV/AIDS pada Wanita
44 orang (80,0%), pada penelitian Oktaseli (2018)
Usia Subur (WUS).
pada kelompok umur 20-35 tahun sebanyak 220
Hubungan pendidikan dengan kejadian
orang (70,5%), pada penelitian Musyarofah (2017)
HIV/AIDS
pada kelompok umur <20 tahun sebanyak 21
Menurut dari data 7 jurnal yang menyangkut
orang (55,3%) dan pada penelitian Widyastuti
variabel pendidikan dengan kejadian HIV/AIDS
(2013) pada kelompok umur 20-35 tahun sebanyak
100% menyatakan terdapat hubungan antara
pendidikan dengan kejadian HIV/AIDS pada 17.400 orang (52,9%).
Wanita Usia Subur (WUS). Berdasarkan dari data hasil literatur dan
Hubungan pekerjaan dengan teori yang didapatkan bahwa angka kejadian
kejadian HIV/AIDS wanita usia subur dalam memahami kejadian
Menurut dari data 3 jurnal yang menyangkut HIV/AIDS sudah baik, namun masih ada beberapa
variabel pekerjaan dengan kejadian HIV/AIDS yang belum bisa memahami kejadian HIV/AIDS
100% menyatakan terdapat hubungan antara
itu sendiri, dan masih banyak pula kalangan
pekerjaan dengan kejadian HIV/AIDS pada Wanita
wanita usia subur yang rentan terdampak
Usia Subur (WUS).
HIV/AIDS berdasarkan umur, dan infeksi
HIV/AIDS sebagian besar (75%) masih diderita
PEMBAHASAN HIV/AIDS pada WUS oleh kelompok usia produktif (20-35 tahun). Hal
Berdasarkan hasil penelitian dari Oktaseli, ini dikarenakan umur yang muda menyebabkan
Saembe, dkk (2019) dari total seluruh 312 mereka belum memikirkan efek dari penyakit
responden sebanyak 42 orang (13,5%) yang HIV/AIDS yang menyebabkan daya tahan
terinfeksi HIV dan tidak terinfeksi HIV sebanyak menurun, karena masa terjadi transmisi dan
270 orang (86,5%), dan pada penelitian yang penjalaran virus pada kurun waktu 5- 10 tahun.
dilakukan oleh Susilowati (2018) responden Sehingga mereka belum memikirkan kondisi lain
terbanyak pada responden berpengetahuan cukup setelah mereka dinyatakan positif HIV/AIDS,
maka semakin berfikir ulang untuk melakukan Hubungan umur dengan kejadian HIV/AIDS pada
setiap pemeriksaan. Wanita Usia Subur (WUS)
[16] Ruth, Diani. (2016). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian HIV/AIDS pada Wanita
Usia Subur (WUS) yang Datang ke Klimik VCT RSUP H.Adam Malik Medan Tahun 2016.
Medan: Universitas Sumatera Utara Fakultas Kesehatan Masyarakat.
[17] Setyaningrum, Erna. (2015). Pelayanan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi.
Jakarta Timur : CV. Trans Info Media.
[18] Yanuarti, Tuty, dkk. (2019). Evaluasi Pengetahuan Wanita Usia Subur Tentang HIV/AIDS di
Puskesmas Kelurahan Duren Sawit Jakarta Timur. Jurnal Antara Kebidanan: Vol. 2 No. 1.