Anda di halaman 1dari 15

STUDI KUALITATIF PERSEPSI WARIA PEKERJA SEKS KOMERSIL

TERHADAP INFEKSI MENULAR SEKSUAL (IMS) DI KOTA PONTIANAK

(Qualitative Study Of Perception Of Trasvestities Commercialsex Workers On Sexual


Transmitted Infection (Stis) In Pontianak)

Rika Rohani*, Rita Hafizah*, Arina Nurfianti*


*
Mahasiswa Program Studi Keperawatan, Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura,
rikarohaniii@gmail.com
*
Staf Pengajar Program Studi Keperawatan, Fakultas KedokteranUniversitas Tanjungpura
*
Staf Pengajar Program Studi Keperawatan, Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura

ABSTRAK

Latar Belakang : Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah berbagai infeksi yang dapat
menular dari satu orang ke orang yang lain melalui kontak seksual, Penderita penyakit
HIV/AIDS pertama di Indonesia ditemukan pada laki-laki homoseksual pada tahun 1987,
sehingga waria mendapat sorotan tajam sebagai kelompok yang rawan dalam menularkan dan
ditularkan.
Tujuan : Untuk mengekplorasi Persepsi Waria Terhadap IMS di Kota Pontianak
Metode : Desain kualitatif deskriptif pendekatan fenomenologi, diambil dengan wawancara
mendalam dengan 6 waria di kota Pontianak. Hasil penelitian dianalisis menggunakan
metode Miles dan huberman.
Hasil : penelitian ini teridentifikasi lima tema yaitu Pengetahuan tidak sejalan dengan prilaku
waria terhadap IMS, persepsi yang sama terhadap penggunaan kondom, kerentanan yang
dirasakan dan keseriusan waria terhadap keparahan IMS, hambatan penggunaan kondom
dalam upaya pencegahan IMS, dan prilaku terhadap penggunaan skrinning IMS.
Kesimpulan : persepsi waria terhadap IMS baik namun hal tersebut tidak berpengaruh
terhadap prilaku waria terhadap IMS, maka dari itu diharapkan tenanga kesehatan lebih
mengutamakan layanan konseling dan menambah pengetahuan waria mengenai IMS.
Kata Kunci : Persepsi, IMS, Pekerja Seks Komersial, Waria
Referensi : 51 (2008-2018)
ABSTRACT

Background: sexually transmitted infections ( STIs ) are various infections that can be
transmitted from one person to another through sexual contact , the first HIV / AIDS
sufferers in Indonesia were found in homosexual men in 1987, so that transvestites got the
sharp spotlight as groups that are susceptible to transmission and transmission .
Aim : T o explore perceptions Transgender Against Sexually Transmitted Infections (STIs) in
Pontianak
Method: The descriptive qualitative design of the phenomenology approach was taken by in-
depth interviews with 6 trasvestities in Pontianak. The results of the study were analyzed
using the method of Miles andHuberman .
Results: This study identified five themes, namely Knowledge that is not in line with
trasvestities behavior towards STIs, similar perceptions of condom use, perceived
vulnerability and seriousness of transvestites to the severity of STIs, barriers to condom use
in prevention efforts STIs, and behavior towards the use of screening for STIs.
Conclusion: perceptions of trasvestities on STIs are good but this does not affect the
behavior of trasvestities on STIs, therefore it is hoped that health care will prioritize
counseling services and increase knowledge of transvestites regarding STIs.
Keywords : Perception, STIs, sex worker, trasvestities.
Reference: 51 (2008-2018)
PENDAHULUAN Berdasarkan data dari World
IMS merupakan salah satu Health Organizer tahun 2015 mengenai
penyebab permasalahan kesehatan, sosial hasil laporan dari seluruh dunia mengenai
dan ekonomi di banyak negara. Hampir IMS terdapat 357,4 juta pengidap IMS.
500 juta kasus IMS terjadi setiap tahun di Klamidia 130,9 juta , gonorre 78,3 , sipilis
seluruh dunia (Kemenkes RI, 2016). IMS 5.6 juta , trikomonas 142,6 juta.laporan
adalah berbagai infeksi yang dapat tersebut tidak jauh berbeda dari tahun
menular dari satu orang ke orang yang lain 2012 .Mencegah dan mengobati IMS dapat
melalui kontak seksual. Penderita penyakit mengurangi resiko penularan HIV melalui
HIV/AIDS pertama di Indonesia hubungan seks, terutama pada populasi
ditemukan pada laki-laki homoseksual yang paling memungkinkan untuk
pada tahun 1987, sehingga waria mendapat memilikibanyak pasangan seksual,
sorotan tajam sebagai kelompok yang misalnya penjaja seks dan pelanggannya.
rawan dalam menularkan dan ditularkan. Sedangkan di Indonesia Angka
Sejak ditemukannya kasus tersebut pada IMS, termasuk HIV cukup tinggi pada
homosekseksual, masyarakat mengira populasi waria. Dalam skala nasional, hasil
peluang paling besar yang terjangkit virus Surveilans Terpadu Biologis dan Perilaku
HIV maupun AIDS adalah kaum – STBP pada tahun 2013 menunjukan
homoseksual (WHO, 2006 dalam Rosaria, waria sebagai kelompok yang rentan
2015). terhadap penyakit menular seksual dengan
Hampir semua waria memberikan tingkat prevalensi syphilis sebesar 9.7%
pelayanan seks komersil dan berhubungan dan gonorrhea sebesar 19.6%. Tingkat
seksual dengan banyak pasangan yang prevalensi HIV pada kelompok waria
dalam hal ini pelanggan mereka adalah (7.4%) lebih tinggi dari angka prevalensi
kaum pria dari yang muda sampai yang nasional yang hanya sebesar 0.43%
tua. Hubungan seks pada waria, selain (Kemenkes RI, 2014)
dilakukan dengan oral seks, seringkali Berdasarkan data Dinas Kesehatan
dilakukan dengan anal dan berbagai teknik Provinsi Kalimantan Barat pada tahun
lain yang tidak dijumpai pada wanita 2017 diperoleh data IMS berdasarkan
pekerja seks komersil. Hubungan seks anal kelompok umur didapatkan data sifilis
tersebut berisiko lebih tinggi untuk terjadi paling banyak pada kelompok umur 25-49
penularan HIV dari pada hubungan seks tahun ditemukan 18 kasus, sedangkan pada
melalui vagina karena sering terjadi luka kelompok umur 20-24 tahun ditemukan 6
pada daerah anal (Rosaria, 2015). kasus, 15-19 tahun ditemukan 5 kasus ,dan
> 50 tahun ditemukan 1 kasus. Sedangkan Sebuah singkatan Acquired Immuno
populasi pengidap HIV/AIDS berdasarkan Deficiency Syndrom artinya suatu gejala
kelompok resiko sebanyak 32,0 % menurunnya sistem kekebalan tubuh
homoseksual/Gay, Biseksual 0,8%, seseorang. Pada dasarnya setiap orang
Waria/Transgender 25,4 % dari 2452 mempunyai sistem kekebalan tubuh yang
orang. Namun tidak ada data pasti tentang dapat melindunginya dari berbagai
jumlah lesbian. Angka waria menepati serangan seperti virus, kuman, dan
angka tertinggi kedua setelah penyakit lainnya.
homoseksual/gay, data ini dapat menjadi Berdasarkan penelitian yang
rujukan dalam melihat populasi waria yang dilakukan oleh Cahyati, 2011 yang
terkena HIV/AIDS atau IMS. berjudul “gambaran perilaku seksual waria
Dianawati dalam Hartono (2009) penderita infeksi menular seksual di kota
menyatakan bahwa masalah-masalah semarang” di dapatkan hasil bahwa waria
PMS/IMS yang sering timbul adalah yang berhubungan seksual lebih dari lima
Gonorhoe Penyakit ini ditularkan melaui kali dalam satu bulan sebanyak 23 orang
hubungan seksual. Sebutan lain penyakit (76,7%). Waria yang tidak menggunakan
ini adalah kencing nanah. Penyakit ini kondom saat berhubungan seksual
menyerang organ reproduksi dan sebanyak 16 orang (53,3%), yang berganti-
menyerang selaput lender, mucus, mata, ganti pasangan seksual sebanyak 16 orang
anus dan beberapa organ tubuh lainnya. (53,3%), dan yang mau berhubungan seks
Bakteri yang membawa penyakit ini dengan partner yang terkena IMS
dinamakan Gonococcus. Selain penyakit sebanyak 24 orang (80%). Dibutuhkan
gonorhoe, Sifilis adalah penyakit menular upaya dalam mencegah penlaran IMS
seksual. Penyakit ini disebut Raja Singa dikalangan waria dengan menggunakan
dan ditularkan melalui hubungan seksual kondom namun banyak waria yang kurang
atau penggunaan barang-barang dari memanfaatkan akses kondom dengan baik.
seseorang yang tertular (Misalnya: baju, Mereka beranggapan bahwa apabila
handuk, dan jarum suntik). Penyebab melakukan hubungan seks dengan
timbulnya penyakit ini adalah adanya pasangan tetap tidak perlu memaakai
kuman Treponema pallidum, kuman ini kondom, kecuali jika mereka ingin
menyerang organ penting tubuh lainya melakukan hubungan seks dengan orang
seperti selaput lender, anus, bibir, lidah lain.
dan mulut. Penyakit menular seksual Berdasarkan penelitian lainnya
paling berbahaya adalah penyakit AIDS. yang dilakukan oleh Herdiyanto, 2014
yang berjudul “gambaran tingkat seksual. Padahal pengetahuan yang
pengetahuan dan sikap waria tentang dimiliki pekerja seks komersial akan
infeksi menular seksual” diketahui bahwa mempengaruhi sikap dan tindakan pekerja
tingkat pengetahuan waria-waria di kota seks komersial tersebut. Hal ini
Pontianak mengenai IMS berada dalam menunjukkan bahwa pengetahuan yang
kategori cukup pada penelitian ini mereka miliki tentang infeksi menular
memperlihatkan bahwa pada kebanyakan seksual masih terbatas dan belum lengkap.
responden mengetahui jenis-jenis IMS ini Hal ini kemungkinan disebabkan oleh
dikarenakan jenis-jenis IMS sudah sering karena tidak rincinya informasi yang
didapatkan pada seminar dan penyuluhan diterima tentang IMS (Pangaribuan, 2017).
yang diadakan oleh Dinas kesehatan kota Dari hasil wawancara yang
Pontianak. Pada penelitian ini juga dilakukan oleh peneliti kepada 3 orang
memperlihatkan bahwa kebanyakan waria, diperoleh data bahwa mereka
responden tidak mengerti secara benar mengetahui IMS merupakan infeksi
pengertian dan cara penularan IMS. Para menular seksual yang ditularkan melalui
responden hanya mempunyai pengetahuan hubungan seksual berserta resiko yang di
mengenai pengertian IMS secara timbulkan. Adapun IMS yang mereka
penyebabnya yaitu pengertian bahwa IMS ketahui yaitu HIV/AIDS dan Raja Singa,
adalah infeksi yang hanya bisa ditularkan padahal IMS tidak hanyak HIV/AIDS dan
melalui hubungan seksual padahal Raja Singa saja. Mereka juga menyatakan
sebenarnya IMS bisa ditularkan melalui bahwa ketika melakukan hubungan seksual
cara lain selain melalui hubungan seksual, mereka tidak konsisten dalam
seperti melalui jarum suntik dan transfusi menggunakan alat pengaman/kondom, itu
darah. menunjukan bahwa mereka tidak
Selain itu, hasil penelitian lain juga memperhatikan mengenai resiko terkena
menunjukan bahwa banyaknya kelompok IMS.
resiko tinggi termasuk pekerja seks Berdasarkan uraian fenomena di
komersial merasa telah mengetahui dan atas peneliti tertarik untuk melakukan
melakukan upaya pencegahan terhadap penelitian tentang bagaimana persepsi
infeksi menular seksual akan tetapi pada waria terhadap IMS di wilayah kota
kenyataannya perilaku berganti-ganti Pontianak.
pasangan seksual yang mereka lakukan METODE
akan tetap menimbulkan resiko yang tinggi Metode penelitian yang digunakan adalah
terhadap penularan infeksi menular metode penelitian kualitatif dengan
pendekatan fenomenologi. Informan dalam dan rinci hasil dari wawancara (membuat
penelitian ini adalah waria sebanyak 6 transkip wawancara). Mereduksi data
orang. Teknik pengambilan sampel dalam berarti merangkum, memilih hal-hal
penelitian ini adalah tehnik snowball pokok, memfokuskan pada hal-hal yang
sampling dengan menggunakan metode penting,mencari tema dan pola data yang
non probably sampling, yaitu pengambilan diperoleh. Kedua, Penyajian data dalam
informan sebagai sumber data dengan penelitian kualitatif ini menggunakan
pertimbangan tertentu dan berdasarkan metode deskriptif, yaitu menggambarkan
kriteria yang ditentukan. Snowball tema-tema yang sudah didapat dengan
sampling adalah tehnik pengambilan bentuk tulisan. Ketiga, Penarikan
sampel sumber data yang pada awalnya kesimpulan adalah dari data yang
jumlahnya sedikit lama-lama menjadi diperoleh, kemudian dikategorikan, dicari
besar. Hal ini dilakukan karena dari jumlah tema dan polanya kemudian ditarik
sumber data yang sedikit itu tersebut kesimpulannya
belom cukup memberikan data yang
memuaskan, maka mencari orang lain lagi HASIL
yang dapat digunakan sebagai sumber Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
data. Dengan demikian jumlah sampel Agustus sampai dengan Desember 2019.
sumber data akan semakin besar. Kriteria Penelitian dilakukan pada 6 waria
dalam penelitian ini adalah waria yang informan utama di wilayah kota Pontianak.
bekerja sebagai Penjaja seks Komersial Data diperoleh dari hasil wawancara
(PSK) dan waria yang terdaftar dalam tentang Persepsi waria terhadap IMS
komunitas Persatuan Waria Pontianak adalah sebagai berikut :
(PERWAPON). Pengumpulan data pada Pengetahuan Yang Tidak Sejalan
penelitian ini dengan melakukan Dengan Prilaku Waria Terhadap IMS
wawancara mendalam dengan 7 waria. Hasil wawancara menunjukan bahwa ada
Wawancara mendalam dilakukan pada beberapa partisipan memiliki persepsi
waria untuk menggali data tentang yang beragam saat menjelaskan IMS.
persepsi waria terhadap IMS. Analisa data Peneliti mendapatkan pernyataan dari
yang digunakan dalam penelitian ini partisipan mengenai pendapat partisipan
dengan model Milles and Hubermen yang terhadap Infeksi Menular Seksual, dalam
terdiri dari 3 langkah. Yang pertama yaitu hal ini menunjukan bahwa semua
reduksi data adalah proses merangkum partisipan yang peneliti lakukan
untuk itu maka perlu dicatat secara teliti wawancara semistrucuture interview
menyatakan bahwa IMS adalah suatu P(4):... “IMS tu Infeksi Menular Seksual ,
penyakit yang harus di cegah dan infeksi itu penyakit yang menular ketika
dihindari. kita berhubungan seks ,penyakit-penyakit
P(3)... “Kalau IMS Sih penyakitnya harus yg dapat ditularkan ketika berhubungan
dicegah”. seks , itu ims. Gonore, kencing nanah,
P(6)...“ya jelek lah Menurut saya ims tu , hiv/aids, hepatitis b, emmm apa ye lupa
harus dihindari sih sebenarnya harus dah. Gonore, kencing nanah, hiv/aids,
dicegah caranya apa kalau melakukan hepatitis b, sifilis. Apa gik ya kutu
hubungan seks harus dengn cara aman kelamin”.
gitu aja sih”
P(5)...“seks bebas e, bagian itunya luka2
Disini peneliti akan melampirkan hasil
kan . Ya,Melalui seks bebas seks bebaskn
pernyataan partisipan mengenai
? hiv gtu kan”
pengetahuan dan prilaku partisipan tentang
IMS yang partisipan sampaikan kepada P.6.:...” Biasanya sih sepengetahuan saya

peneliti. ganti-ganti pasangan biasanya sih kayak


gitu main ngk pakai kondom. Setau aku si
Pengetahuan
yang bebaslah ,seks bebaslah gitu yang
P(1)...“Infeksi Menular Seksual...itu kalau ganti-ganti pasngan, hehe nggak pernah
gak salah itu jenis penyakit yang ngalamin juga sih jadi ngk tau juga.hehe.
menyerang melalui seksual . apa agik
Prilaku
ya...apa agik dak tau benar aku ne, sifilis,
hiv, eee hepatitiskan kan bisa itu, kencing P(3)...kita berhubungan kan kadang-

manis sifilis ya, bukan-bukan kencing kadang kan gak bersih gtu kan kalau

manis tu penyakit lain, eee hepatitis, sama tamu kadan-kadang kita kan

gonore, ” berhubungan hisap kadang-kadang gini,


kadang –kadang kan kita gini, kakak kan
P(2)...“IMS itu apa ya, haa a lupa aku ims
biasa kan suka kedunia malam kadang-
tu , imunisai eh imunisasi, Infeksi Menular
kadang lupa gtu berhubungan gak pake
Seksual. Satu Infeksi Menular Seksual,
kondom karna bawaan kita pulang kan
kedua nya, mungkin dari narkoba kali,
ntah mabok kite dak ingat kadang-kadang
pergaulan bebas.kayak ini apaya, godore,
kita berhubungan itu dak pake kondom
genduro, eh gonoro hee yang kaya sifilis
itulah kadang-kadang resiko nya distu.”
gitu. em itu jak yang saya tau tu.”
P(5)... ”kita kan pekerja seks kn
hmmmm,costumerkan tamu datang,kita
tengok dulu punya dia macam aneh kita P(1)...”Akan berakibat fatal, kematian.
suruh pakai kondom gitu ,banyak sih Jika tidak ditanggulangi lebih cepat”
kayak bercak-bercak dikulit, tergantung
P(2)...” salah satu kematian tidak
ada kayak yang kita berhubungan tu
ditangani dengan cepat, kalau kita tau
dikondom tu kayak berdarah-darah, apa
dari awalmungkin bisa tertolong”
itu ya, ya pernah pas darah muncrat”.
P (5)...”bisa menularkan ke yang lain”
Hasil dari analisis wawancara
semistrucuture interview yang peneliti Ada partisipan yang berpendapat bahwa

lakukan kepada partisipan didapatkan hasil mereka termasuk kelompok beresiko

bahwa partisipan yang berkerja sebagai P.2.:...”ya seperti PSK”.


PSK memiliki pengetahuan cukup baik
P.3.:...”iyalah kuma, kita rentan , jatuh
dalam arti mempunyai pengetahuan yang
sakit , tau aku sih”
kurang baik mengenai IMS saat
menjelaskan partisipan mengalami P(4)...“ya beresiko, beresiko tu tergantung
kesulitan saat menjawab pertanyaan yang kite kalau kite tidak menggunakan
peneliti ajukan dikarenakan kurangnya kondom ya beresiko”
pemahaman tentang IMS dengan baik dan
P(6)...“Ya,,dari hubungan seks, Ya yang
kurang menjabarkan infeksi meular
bebas gitu ngk pakai pengaman”
seksual (IMS) secara menyeluruh. Namun,
Hasil dari analisis wawancara
sudah adanya upaya yang dilakukan
semistrucuture interview yang peneliti
patsipan untuk mencegah penularan IMS
lakukan kepada partisipan didapatkan hasil
dengan menggunakan kondom dan selalu
yaitu partisipan mengakuit bahwa mereka
menyediakan kondom. Akan tetapi
sangat beresiko tertular IMS mengingat
partisipan tidak dapat menolak keinginan
pekerjaan yang patisipan lakukan sebagai
konsumen untuk tidak menggunakan
PSK. Dari hasil wawancara partisipan
kondom saat berhubungan seksual karena
beranggapan bahwa mereka memiliki
merasa bahwa dirinya memiliki
ancaman bagi kesehatan dirinya yang
ketergantungan yang tinggi terhadap
berkerja sebagai PSK. Mereka
konsumen.
menganggap bahwa IMS merupakan
Kerentanan Yang Dirasakan Dan
penyakit yang mematikan.
Kesriusan Waria Terhadap
Persepsi Yang Sama Tentang
Keparahan IMS
Keamanan Penggunaan Kondom
P(1)...”Sebaiknya kalau untuk upaya lakukan kepada partisipan didapatkan hasil
itunya, kita...emmm menjjaga diri aja, bahwa semua partisipan melakukan upaya
melakukan hubungan yang sehat, memakai yang dilakukan partisipan untuk
alat kontrasepsi”. pencegahan IMS memiliki manfaat bagi
partisipan masing-masing karena
P(2)...“Kita kan gak tau kalau dari cowok
partisipan memiliki kesadaran akan
dari luar kan udah main sama cewek kan
kesehatannnya mengingat pekerjaannya
kita gak tau, antisipasi aja pake kondom
sebagai PSK rentan sekali terkena IMS.
lebih aman, bersih lagi”.
Upaya yang mereka lakukan yaitu dengan
P(3)...“Dengan memakai kondom, itulah menjaga diri dengan menggunakan
kata orang kita harus priksa kalau dak kondom saat berhubungan seks dan selalu
malu lah, itukan resiko kite harus berobat memeriksakan diri ke puskesmas dan
juga harus minum obat untuk mencegah pelayanan kesehatan lainya.
juga biar ndak kena”
Persepsi Terhadap Hambatan
P(4)...“cara nya biar kite dak mau tertular Penggunaan Kondom Dalam
kite harus menggunakan kondom, kondom Pencegahan IMS
tu kan antisipasi kalau perempuan biar
P(1):...” kalau untuk menghindari dak
dak hamil/ bunting gitu kan kalau
mungkin lah , kalau untuk mencegah aja
misalnya waria itu tu kalau die suka
dengan memakai alat kontrasepsi kalau
gonta-ganti pasangan, jangan kan waria
mencegah itu susah yang namanya
perempuan pun gonta ganti pasangan
hubungan tu kan nafsu,kalau
kalau pasangan nya /lawan main die ada
berhunbungan dengan nafsu tukan susah
ims itu bisa tertular gtu itu resikonya
kita untuk mencegahnya ya itu jalan satu-
kalau tidak menggunakan kondom”.
satunya dengan menggunakan alat
P(5)...“kita menjaga kita menggunakan kontrasepsi”.
kondm ketika seks”
P(3) ...”tak enak lah pake ini (kondom)
P(6)...“Usahanya sih intinya kami sendiri gini-gini ...itulah kadang-kadang kita
sih sering inikan beda-beda pasangan ya.. nurut kemauan tamu segala macam.
disediakan kondom harus dengan
P(4).:...”kalau aku sh dak ada hambatan
pengaman”.
sih menggunkaan kondom, itu tu
Hasil dari analisis wawancara hambatanya pada pasangan kite jak,
semistrucuture interview yang peneliti kadang kan gini pasangan kite kalau kite
main kondom tu kurang masuk enak gitu, kan, terus pas main ke dubur gitu kan
kalau untuk aku sih sah-sah yak gitu, same yak ,tetap jak. Hahaha”
soalnya kan aku gini kite merasa pada
Hasil dari analisis wawancara
saat ntah ngesong sma yak rase , bahkan
semistrucuture interview yang peneliti
kite merasa lebih yakin lebih bersih gitu
lakukan kepada partisipan didapatkan hasil
kan, terus pas main ke dubur gitu kan
bahwa partisipan memiliki rasa
same yak ,tetap jak. Hahaha”
ketergantungan yang tinggi terhadap
Persepsi Terhadap Hambatan pasanganya, partisipan sering kali
Penggunaan Kondom Dalam mendapati pasangan yang tidak ingin
Pencegahan IMS menggunakan kondom karena
ketidakpuasan dan ketidaknyamanan saat
P(1):...” kalau untuk menghindari dak
berhubungan seksual, maka partisipan
mungkin lah , kalau untuk mencegah aja
tidak dapat menolak permintaan dari
dengan memakai alat kontrasepsi kalau
pasangan nya. Selain itu hambatan lain
mencegah itu susah yang namanya
yang di alami oleh partisipan adalah
hubungan tu kan nafsu,kalau
mereka tidak bisa lepas dari
berhunbungan dengan nafsu tukan susah
ketergantungan nya dalam berhubungan
kita untuk mencegahnya ya itu jalan satu-
seks sehingga jalan satu-satunya yang
satunya dengan menggunakan alat
dapat mereka lakukan adalah dengan
kontrasepsi”.
menggunakan kondom.
P(3) ...”tak enak lah pake ini (kondom)
Prilaku Terhadap Penggunaan
gini-gini ...itulah kadang-kadang kita
Pelayanan Skrining IMS
nurut kemauan tamu segala macam.
P(1)...“ pernah “
P(4).:...”kalau aku sh dak ada hambatan
sih menggunkaan kondom, itu tu P(2)...“iya sering”
hambatanya pada pasangan kite jak,
“ya kita ngikut itu aja dari dinsos,
kadang kan gini pasangan kite kalau kite
ada penjelasan tentang hiv/aids”
main kondom tu kurang masuk enak gitu,
kalau untuk aku sih sah-sah yak gitu, P(3)...“enggak sih, kita kan kadang-

soalnya kan aku gini kite merasa pada kadang negok google” “emm enggak

saat ntah ngesong sma yak rase , bahkan soalnya kalau ims ne kan orang tu lendir

kite merasa lebih yakin lebih bersih gitu bagian dalam yang di priksa disitulah
bersih atau enggaknye ada kuman atau suatu prilaku baru karena suatu rangsangan
bakteri gitu orang dicegah di kasi obat” yang melalui proses kesadaran, merasa
tertarik, menimbang, mencoba dan ahirnya
“ em dak ada, kmren tu kan ada priksa
subjek berprilaku baru sesuai dengan
kite , kadang-kadang kite ne pas priksa ne
pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya
takut, was-was kan, kadang-kadang kan
terhada stimulus (Indrawati, 2015).
kita berhubungan dak aman gtu kan saat
Sebagian besar partisipan memiliki
kite lupa saat mabuk gtu”
persepsi yang baik dan pengetahuan yang
P(4)...“gak ada sih , kalau aku kan rutin cukup namun hal itu tidak sejalan dengan
tiap 3 bulan sekali selalu cek.” prilaku yang dilakukan partisipan, masih

P(5)...“periksa sering ke alianyang,kalo terdapat partisipan yang tidak

ada kami pertemuaan sering juga ikut” menggunakan kondom dalam melakukan
hubungan seksual, melakukan seks secara
P(6)... “ Sering sih”
oral dan anal, dan bergonta ganti pasangan.
Hasil dari analisis wawancara Mengingat partisipan yang bekerja sebagai
semistrucuture interview yang peneliti PSK sangat rentan terkena IMS, partisipan
lakukan kepada partisipan didapatkan hasil pun tidak dapat menghindari prilaku
bahwa semua partisipan memeriksakan seksual mereka yang kurang baik hal ini
diri ke pelayanan kesehatan atas kemauan dikarenakan tuntutan pekerjaan mereka,
sendiri. Ada satu partisipan yaitu P3 karena sumber pencaharian mereka adalah
mengatakan bahwa ia merasa takut saat sebagai PSK. Kebutuhan ekonomi
akan memeriksakan diri ke pelayanan membuat partisipan melakukan pekerjaan
kesehatan dikarena kan partisipan nya sebagai PSK, selain itu kebutuhan
seringkali lupa menggunakan kondom biologis mereka pun ikut berperan dalam
ketika saat akan berhubungan seksual. hal ini , lingkungan partisipan yang
Sedangkan partisipan P4 rutin mendukung pun sangat berperan dalam
memeriksakan tiap 3 bulan sekali. partisipan berprilaku.
hal ini sejalan dengan penelitian yang
PEMBAHASAN
dilakukan siagian, 2015 yang menyatakan
Pengetahuan Yang Tidak Sejalan
bahwa faktor ekonomi dan lingkungan
Dengan Prilaku Waria Terhadap IMS
mempengaruhi seseorang menjadi PSK.
Pengetahuan merupakan domain yang
Kerentanan Yang Dirasakan Dan
penting untuk terbentuknya tindakan
Keseriusan Waria Terhadap Keparahan
seseorang, penerimaan seseorang terhadap
IMS
Menurut teori Health Belief Model, partisipan sadar akan manfaat penggunaan
persepsi individu terhadap kerentanan kondom bagi dirinya masing-masing
suatu penyakit akan mempengaruhi prilaku karena partisipan memiliki kesadaran akan
mereka untuk melakukan pencegahan atau kesehatannnya mengingat pekerjaannya
mencari pengobatan (Fibriana, 2013 dalam sebagai PSK rentan sekali terkena IMS.
Fatimah, 2016). Individu akan Upaya yang mereka lakukan yaitu dengan
mempertimbangkan seberapa parah menjaga diri dengan menggunakan
konnsekuensinya yang mungkin terjadi kondom saat berhubungan seks dan selalu
jika individu membiarkannya tidak diobati. memeriksakan diri ke puskesmas dan
Semakin serius mereka percaya pelayanan kesehatan lainya.
pengaruhnya, semakin besar kemungkinan Hambatan Penggunaan Kondom Dalam
mereka menganggap sebagai ancaman dan Pencegahan IMS Menurut teori Health
melakukan tindakan pencegahan (Sarafino, Beliefe Model . Individu mungkin akan
2002 dalam Fatimah, 2017). Dalam mengurungkan niatnya untuk berprilaku
penelitian ini partisipan merasa sangat sehat karena persepsi individu terhadap
rentan untuk tertular infeksi menular hambatan yang melebihi keuntungan yang
seksual dengan menyadari bahwa dirinya diperoleh oleh individu meskipun individu
termasuk beresiko terkena IMS mengingat percaya bahwa prilaku tersebut memiliki
bahwa pekerjaan partisipan sebagai PSK keuntungan (Glanz, 2008).
memiliki pengaruh yang serius terhadap hambatan yang partisipan alami seperti
dirinya. Partisipan juga memiliki rasa partisipan tidak bisa menolak ketika
kerentanan yang tinggi terhadap suatu konsumen tidak mau menggunakan
penyakit maka mereka merasa adanya kondom alasan konsumen tidak mau
ancaman bagi diri mereka yang kemudian menggunkan kondom karena
akan menimbulkan sebuah prilaku untuk ketidakpuasan dan kenyamanan saat
mecegah timbulnya penyakit tersebut. berhubungan seksual sehingga partisipan
Persepsi Yang Sama Tentang menuruti keinginan komsumen. Selain itu
Keamanan Penggunaan Kondom partisipan merasa sulit untuk menghindari
Menurut teori Health Beliefe Model, hal yang dapat menimbulkan IMS karena
dalam menentukan suatu upaya menganggap berhubungan seksual
pencegahan ataupun pengobatan penyakit merupakan kebutuhan seksual yang harus
yang di pengaruhi oleh perceived benefit dipenuhi oleh partisipan.
(Persepsi tentang manfaat). Menurut atif, 2015 sebagian besar PSK
mengetahui manffat penggunaan kondom ,
alasan utama PSK tidak menggunakan Penelitian ini adalah penelitian kualitatif
kondom adalah kekhawatiran kehilangan dengan pendekatan fenomenologi.
klien karena PSK tidak memiliki suara Penelitian ini dilakukan dengan
dalam memutuskan dalam penggunaan wawancara mendalam (in depth Interview)
kondom, hal ini menunjukan bahwa terhadap enam orang informan. Ada enam
pengetahuan itu sendiri tidak dapat tema yang terkait. Adapun lima tema
memastikan praktik. tersebut adalah: Pengetahuan yang tidak
Prilaku Terhadap Penggunaan sejalan dengan prilaku waria terhadap
Pelayanan Skrining IMS infeksi menular seksual (IMS). Persepsi
Menurut Teori Health Beliefe Model yang sama tentang keamanan penggunaan
Keyakinan seseorang untuk mengambil kondom, Kerentanan yang dirasakan dan
perilaku pencegahan. Keyakinan tersebut kesriusan waria terhadap keparahan infeksi
berasal dari luar dan dari dalam. menular seksual (IMS), Hambatan
Keyakinan yang berasal dari luar seperti penggunaan kondom dalam upaya
media masa, nasihat dari orang lain, teman pencegahan infeksi menular seksual
sebaya, kejadian dalam keluarga, koran , (IMS), Prilaku terhadap Penggunaan
dan majalah artikel. Keyakinan yang pelayanan skrining Infeksi menular seksual
berasal dari dalam seperti persepsi (IMS).
individu terhadap keadaan kesehtan SARAN
dirinya (Glanz, 2008). 1. Bagi Profesi Keperawatan.
Dalam penelitian ini semua partisipan Perawat sebaiknya dapat
percaya bahwa skrining IMS memberikan edukasi dan layanan
menguntungkan bagi kesehatan terutama konseling dengan model
pencegahan IMS dengan melakukan penjangkauan dan keliling yang
skrinning akan terhindar dari IMS dan lansung mengunjungi sasaran
dapat mengetahui lebih dini jika terkena kelompok masyarakat yang memiliki
IMS. Namun masih ada partisipan yang prilaku beresiko tertular infeksi
takut untuk melakukan skrining karena menular seksual (IMS) dengan
prilaku partisipan tersebut kurang baik saat memberikan informasi dan
berhubungan seksual yaitu dengan seks pengetahuan tentang infeksi menular
oral dan anal dan tidak menggunakan seksual (IMS) beserta cara penularan
kondom saat berhubungan. dan pencegahanya.
KESIMPULAN DAN SARAN 2. Bagi Waria
KESIMPULAN
Saran bagi waria agar dapat Fatimah, A. (2017). Persepsi dan Perilaku
menjaga kesehatan organ Pekerja Seks Komersial Dalam
reproduksinya dan selalu Upaya Pencegahan Infeksi
melakukan upaya pencegahan Menular Seksual dan
infeksi menular seksual (IMS) agar HIV/AIDS Di Kabupaten
terhindar dari infeksi menular Bekasi Tahun 2017. Bachelor's
seksual (IMS). thesis, UIN Syarif Hidayatullah
3. Bagi Peneliti Lain. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Hasil penelitian ini dapat dilakukan dan Ilmu Kesehatan
penelitian selanjutnya secara
Glanz, barbara K. Rimer, K.Visvanath.
kuantitatif atau mix method yang
2008. Health Behaviour And
berkaitan dengan upaya
Health Education : Theory,
pencegahan infeksi menular
Research And Practice :
seksual (IMS).
Jossey-Bass
DAFTAR PUSTAKA Hartono, A. (2009). Faktor Risiko
Cahyati, W. H. (2011). Gambaran Perilaku Kejadian Penyakit Menular
Seksual Waria Penderita Seksual (Pms) Pada Komunitas
Infeksi Menular Seksual di Gay Mitra Strategis
Kota Semarang Perkumpulan Keluarga
https://lib.unnes.ac.id/17036/1/ Berencana Indonesia (PKBI).
Semnas_UNsoed_Sept_2011_s
Yogyakarta : Doctoral
can.pdf dissertation, Universitas
Dinas Kesehatan Kota Pontianak. (2017). Muhammadiyah Surakarta
Data Lebian, Gay, Biseksual Herdiyanto, J. (2014). Gambaran Tingkat
dan Trangender. Dinas Pengetahuan Dan Sikap Waria
Kesehatan Kota Pontianak.
Tentang Infeksi Menular
Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Seksual Di Kota Pontianak
Barat. (2017). Data Kasus Tahun 2014. Jurnal Mahasiswa
HIV/AIDS tahun 2017. Dinas PSPD FK Universitas
Kesehatan Provinsi Kalimantan Tanjungpura, Vol. 1(1).
Barat.
Indrawati, F. L. (2015). Perilaku
Penggunaan Pelayanan
Skrining Infeksi Menular
Seksual (Ims) Pada Waria Di
Kota Yogyakarta. Medika
Respati, Vol. 12(1).

Kementrian Kesehatan RI. (2015).


Pedoman Nasional
Penanggulangan Infeksi
Menular Seksual. Jakarta :
Kemenkes RI

Pangaribuan, S. M., & Mardiah, W.


(2017). Gambaran Tingkat
Pengetahuan Wanita Pekerja
Seks Komersial Tentang
Infeksi Menular
Seksual. Jurnal Pendidikan
Keperawatan
Indonesia, Vol.3(2), hlm. 175-
181.

Rosaria, Y. W. (2015). Faktor-Faktor yang


Berpengaruh terhadap Praktik
Penggunaan Kondom pada
Kelompok Pekerja Seks
Komersil (PSK) Waria di Kota
Semarang. Jurnal Bidan, Vol.
1(1), hlm. 36-40.

Anda mungkin juga menyukai