Anda di halaman 1dari 4

INFEKSI MENULAR SEKSUAL REMAJA DENGAN PERILAKU SEKSUAL

(LAPORAN KASUS)

¹Moh. Hasbi Assidiqi, ²Fredi Dwi Saputra, ³Jeremia Gabriel Gultom, ⁴Handyka Prasetyo
¹Fakultas Olahraga Dan Kesehatan Universitas Pendidikan Ganesha Bali
²Bagian/S1 Pendidikan Jasmani Kesehatan Dan Rekreasi Universitas Pendidikan Ganesha Bali
³Bagian/Pendidikan Olahraga Universitas Pendidikan Ganesha Bali

ABSTRAK

Infeksi menular seksual (IMS) dapat menimbulkan dampak serius bagi remaja. Perilaku
seksual yang tidak aman, atau penyalah gunaan jarum suntik saat menyalahgunakan narkotika,
meningkatkan risiko berupa gonorrhea, trikomoniasis, sifilis, hingga yang paling parah HIV/AIDS di
kalangan remaja. Masa remaja masa yang rentan,perkembangan hormonal secara biologis
menyebabkan remaja mulai menunjukkan ketertarikan pada aktivitas seksual. Berdasarkan data
SDKI 2012, pengetahuan remaja (wanita umur 15-24 tahun) tentang IMS (Infeksi Menular Seksual)
masih rendah dibawah 50%. Sebagian remaja indonesia telah melakukan hubungan seks sebanyak
16,46%, 46,26% diantara mereka telah melakukannya secara aktif, seks pertama terjadi pada umur
dibawah 20 tahun.
Untuk memahami hubungan antara pengetahuan dengan Infeksi menular seksual (IMS) yang
tidak aman, dan dapat menimbulkan dampak serius bagi remaja. Sederet data menunjukkan kalau
remaja beresiko tinggi terkena penyakit menular sesual. Perubahan yang akan terjadi selama seorang
pasien penderita, baik perubahan dalam respon imun tubuh, hormon maupun tingkah laku,
menyebabkan orang yang tadinya sehat menjadi pasien penderita infeksi menular seksual (IMS)

Kata Kunci: Infeksi Menular Seksual, Remaja, Perilaku Seksual Tidak Aman
PENDAHULUAN Pada beberapa remaja MTB ( Maluku
Infeksi menular seksual (IMS) adalah Tenggara Barat ). diketahui bahwa 2 dari 5
penyakit menular yang ditularkan melalui remaja kurang mengetahui akan pemahaman
hubungan seksual. Selama ini masih menjadi infeksi menular seksual, beberapa orang
masalah kesehatan masyarakat di seluruh biasanya pergi ke klub malam, merokok, dan
dunia, baik di negara maju maupun negara berganti pasangan. Berdasarkan hal tersebut
berkembang. (World Health Organization) maka, penanganan pengendalian IMS menjadi
Organisasi Kesehatan Dunia memperkirakan progam baru yang harus dilaksanakan mulai
bahwa ada lebih dari 340 juta kasus baru dari fasilitas tingkat pertama hingga fasilitas
infeksi menular seksual yang dapat diobati tingkat lanjut berupa : diaknosa yang tepat,
seperti sifilis, gonore, Chlamydia trachomatis, pengobatan dini dan efektif, edukasi remaja,
dan Trichomonas vaginalis setiap tahun, anjuran dan penyediaan kondom serta
sebagian besar pada pria dan wanita berusia penangan pasangan seksual yang benar
15-49 tahun. Menurut data 2012 dari Pusat (Brown et all, 2008).
Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS,
lebih dari 2,8 juta kasus klamidia dan lebih
ISI
dari 700.000 kasus gonore terjadi di kalangan
Remaja mulai mengenali seksualitas
remaja AS (Robert, 2012).
semenjak pacaran. beberapa remaja mulai
Menurut Survei Demografi dan Kesehatan
Berpacaran pada jenjang SMA. Sedangkan
Indonesia (SDKI, 2012), prevalensi IMS pada
untuk remaja tertarik pada seks karena
remaja (laki-laki dan perempuan berusia 15-
pengaruh biologis akan penasaran ingin tahu
24) masih rendah, dengan 35% perempuan dan
Gender, dan Pengaruh Teman Sebaya dari
19% laki-laki sadar akan gonore, 14% Herpes
media. Remaja mulai berhubungan seks
genital diketahui wanita dan 4% pria
Ketika memiliki pasangan (pacar). Beberapa
mengetahui genital herpes, Sangat sedikit
remaja merasa tidak nyaman dengan
(kurang dari 1%) yang diketahui tentang kutil
aktivitasnya di Universitas karena sering
kelamin, chancroid, klamidia, candida, dan
bertemu, ada juga Merasa tidak terganggu di
jenis infeksi menular seksual lainnya. Menurut
kampus. hal tersebut Menjadi faktor risiko
hasil Survei Kesehatan Reproduksi Remaja
perilaku seksual meliputi faktor individu, yang
Indonesia (SKRRI), 7 dari 10 pria dan wanita
menyebabkan keinginan melakukan seksual,
(masing-masing 72%) tidak menyadari gejala
kurang mendapat perhatian keluarga, dan
IMS. Wanita dan pria yang lebih muda kurang
dipengaruhi oleh informasi seksual Dari
menyadari gejala IMS (Firmina et all, 2020).
rekan-rekan dan media.
Berdasarkan survei yang dilakukan
Aktivitas seksual yang sering Remaja genital herpes, Sangat sedikit (kurang dari 1%)
lakukan selama pacaran berpelukan, ciuman, yang diketahui tentang kutil kelamin,
oral seksual, bahkan sampai Ada hubungan chancroid, klamidia, candida, dan jenis infeksi
seksual. hubungan seksual merupakan menular seksual lainnya.
aktivitas seksual remaja yang paling banyak
Berdasarkan hal tersebut maka,
beresiko, karena jika remaja berani
penanganan pengendalian IMS menjadi
melakukannya Artinya remaja harus siap
progam baru yang harus dilaksanakan mulai
Terima semua risiko, seperti Beresiko tertular
dari fasilitas tingkat pertama hingga fasilitas
penyakit menular seksual, HIV/AIDS, dan
tingkat lanjut berupa : diaknosa yang tepat,
lain-lain. rentang usia pertama lakukan
pengobatan dini dan efektif, edukasi remaja,
Hubungan seksual berusia 18-20 tahun.
anjuran dan penyediaan kondom serta
Seks tidak aman untuk remaja termasuk penangan pasangan seksual yang benar
seks Di bawah 20 tahun, melakukan seks oral, (Brown et all, 2008).
Berhubungan seks tanpa kondom dan sering
hubungan seksual merupakan aktivitas
berganti pasangan. masalah ini Karena remaja
seksual remaja yang paling banyak beresiko,
tidak tahu resik seks . Begitu juga kebanyakan
karena jika remaja berani melakukannya
remaja tidak mempelajari tentang infeksi
Artinya remaja harus siap Terima semua
menular seksual. Hal Ini menunjukkan
risiko, seperti Beresiko tertular penyakit
Perilaku remaja rentan terhadap infeksi
menular seksual, HIV/AIDS, dan lain-lain.
menular seksual Termasuk: hubungan seksual
dini, penggunaan kondom yang tidak teratur, Hal Ini menunjukkan Perilaku remaja
terlibat dalam aktivitas seksual tanpa rentan terhadap infeksi menular seksual
pengaman,berhubungan seks dengan pasangan Termasuk: hubungan seksual dini, penggunaan
yang Beresiko atau banyak ganti pasangan. kondom yang tidak teratur, terlibat dalam
aktivitas seksual tanpa pengaman,berhubungan
KESIMPULAN
seks dengan pasangan yang Beresiko atau
Kesimpulan yang dapat diambil: Menurut banyak ganti pasangan.
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
(SDKI, 2012), prevalensi IMS pada remaja
(laki-laki dan perempuan berusia 15-24) masih Brown et al. 2008; WHO 2008)Brown, Larry
rendah, dengan 35% perempuan dan 19% laki- K., Ralph DiClemente, Richard Crosby,
laki sadar akan gonore, 14% Herpes genital M. Isabel Fernandez, David Pugatch,
diketahui wanita dan 4% pria mengetahui Sylvia Cohn, Celia Lescano, Scott Royal,
Jacqueline R. Murphy, Barbara Silver,
and William E. Schlenger. 2008.
“Condom Use among High-Risk
Adolescents: Anticipation of Partner
Disapproval and Less Pleasure
Associated with Not Using Condoms.”
Public Health Reports 123(5):601–7. doi:
10.1177/003335490812300510.

Konsil Kedokteran Indonesia (KKI). 2006.


Standar Kompetensi Kedokteran
Indonesia.

Robert, A, Mckie, MD. (2012) Sexually


Transmitted Diseases. Prymary Care
Reports. The Pratical, PeerReviewed
Journal for Primary Care and Family
Physicians.

WHO. 2008. “Promoting Adolescent Sexual


and Reproductive Health through Schools
in Low Income Countries: An
Information Brief.” WHO Brief Report 1–
24.

Anda mungkin juga menyukai