Anda di halaman 1dari 5

PENGETAHUAN PASANGAN USIA SUBUR TERHADAP PENYAKIT MENULAR

SEKSUAL DI WILAYAH KERJA BPS KASIH IBU MAROS

Sunarti Sapsuha1, Arisna Kadir2, Fatimah3


1
STIKES Nani Hasanuddin Makassar
2
STIKES Nani Hasanuddin Makassar
3
STIKES Nani Hasanuddin Makassar

Alamat Koresponden : nartisapsuha07@gmail.com/081298490095

ABSTRAK

Kasus penyakit menular seksual merupakan fenomena sosial yang tak kunjung ada solusi pemecahan
masalahnya,banyak di antaranya pelaku atau korban penyakit menular seksual akibat hubungan seksual
dengan berganti-ganti pasangan baik melalui vagina,oral,maupun anal yang terjadi di kalangan remaja.
Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa di setiap tahun
seluruh Negara terdapat sekitar 250 juta penderita baru yang meliputi penyakit gonore,sifilis,herpes, dan
jumlah tersebut menurut analisa WHO cenderung meningkat dari waktu ke waktu. Penyakit menular
seksual adalah penyakit yang menular melalui hubungan seksual,infeksi penyakit menular seksual
terutama gonore dan infeksi klamidia pada alat-alat reproduksi perempuan dapat meningkatkan
kemandulan. Penelitian ini di laksanakan pada bulan mei 2017,penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengetahuan pasangan usia subur terhadap penyakit menular seksual. Dalam penelitian yang ini
menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan menggunakan skala Oridinal, populasi dalam penelitian
ini adalah semua pasangan usia subur di BPS kasih ibu maros, sampel dalam penelitin ini sebanyak 72.
Kesimpulan dalam hasil penelitian ini menunjukan bahwa responden yang memiliki pengetahuan baik
sebanyak 60 responden (83.33%) dan yang memiliki pengetahuan kurang baik sebanyak 12 responden
(16.66%). Penelitian ini menyarankan pasangan usia subur untuk mencari informasi tentang penyakit
menular seksual dari berbagai sumber informasi untuk meningkatkan pengetahuan dan membangun sifat
positif.

Kata Kunci : Pengetahuan Penyakit Menular Seksual

PENDAHULUAN beberapa pasien pria yang terinfeksi gonore


Penyakit Menular Seksual (PMS) adalah
atau klamidia mempunyai gejala yang
suatu penyakit atau gangguan yang ditularkan
asimtomatik. Antara 10% - 40% dari wanita yang
dari satu orang ke orang lain melalui kontak
menderita infeksi klamidia yang tidak tertangani
hubungan seksual. Penyakit Menular Seksual
akan berkembang menjadi pelvic inflammatory
yang sering terjadi dan dijumpai adalah
disease. WHO diperkirakan diseluruh dunia
gonorhoe, sifilis, herpes, namun yang paling
terdapat 333 juta kasus PMS baru setiap
besar adalah AIDS dapat mengakibatkan
tahunnya dan sekitar 1 juta kasus terjadi setiap
sepenuhnya penderita pada kematian. Penyakit
harinya. (Nina Siti Mulyani & Mega
Menular Seksual juga dikatakan infeksi yang
Rinawati,2013)
sebagian besar menular lewat hubungan Di Indonesia, berdasarkan Laporan Survei
seksual dengan pasangan yang sudah tertular Terpadu dan Biologis Perilaku (STBP) oleh
atau disebut juga penyakit kelamin atau penyakit Kementrian Kesehatan RI (2011), pravalensi
kotor. (Nina Siti Mulyani & Mega Rinawati,2013) penyakit menular seksual (PMS) pada tahun
Menurut World Health Organization (WHO,
2011 dimana infeksi gonore dan klamidia
2011) sebanyak 70% pasien wanita dan
sebesar 179% dan sifilis sebesar 44%. Pada lebih lanjut dan akan menulari ibu-ibu rumah
kasus Human immunodeficiency virus(HIV) dan tangga, bayi-bayi, remaja putra/putri. (Profil
Acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) kesehatan Prov.Sulsel,2015)
Dari pengambilan data awal di BPS Kasih
selama delapan tahun terakhir mulai dari tahun
Ibu Maros di tahun2017 yang berhubungan
2005 – 2012 menunjukan adanya peningkatan.
dengan Pasangan Usia Subur tiga bulan terahir
Kasus baru infeksi HIV meningkat dari 859
sebanyak 262 orang atau 2,62 %.
kasus pada 2005 menjadi 21.511 kasus di tahun
2012 (Jurnal Kiki Gustini,2015). Di Indonesia,
METODE
sebanyak 1,2% dari perempuan hamil mendapat Desain, Waktu Penelitian Populasi dan Sampel
Penelitian ini merupakan penelitian statistik
hasil serologi positif terdiagnosis penyakit
deskriptif adalah analisis yang menggambarkan
menular sifilis pada tahun 2012. (Yati Afiyanti &
suatu data yang akan dibuat baik sendiri
Anggi Pratiwi,2016)
Berdasarkan hasil riskesdas 2010 di maupun secara kelompok. Tujuan analisis
provinsi sulawesi selatan prevalensi penduduk deskriptif untuk membuat gambaran yang
umur 15-24 yang pernah mendengar informasi secara sistematis data yang factual dan akurat
tentang HIV/AIDS adalah 71,8% laki-laki dan mengenai fakta-fakta serta hbungan antar
72,5% perempuan, sedangkan pravalensi fenomena yang diselediki atau diteliti. (Agus
penduduk dengan kelompok umur yang sama Riyanto,2013)
Penelitian ini di laksanakan pada Bulan Mei
yang mempunyai pengetahuan komprehensif
sampai Juni 2017
tentang HIV/AIDS adalah 16,5% laki-laki dan
1. Populasi
16,4% perempuan. Pada tahun 2013 penderita Populasi merupakan sekelompok
baru HIV sebanyak 844 kasus dan penderita orang atau objek dengan satu karakteristik
baru AIDS sebanyak 486 orang dan adapun umum yang dapat diobservasi, populasi
presentasi donor darah diskrining terhadap HIV diartikan sebagai keseluruhan objek
dan AIDS di UTD (Unit Tranfusi Darah Dinas penelitian yang akan diteliti.
Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan) yaitu (Sulistyaningsih,2012:64). Populasi yang
jumlah pendonor 16.623 orang yang positif HIV dimaksud dalam penelitian ini adalah seluruh
yaitu laki-laki 21 orang dan perempuan 4 orang. pasangan usia subur yaitu Sebanyak 262
Meningkatnya kasus HIV/AIDS dari tahun ke yang berkunjung diBPS Kasih ibu maros.
2. Sampel
tahun disebabkan faktor-faktor seperti
Sampel merupakan subset yang di
meningkatnya industri yang berkaitan dengan
cuplik dari populasi, yang akan di amati dan
seks seperti semakin banyaknya THM yang
di ukur
berkedok karaoke dan menjamurnya panti-panti
peneliti(Sulistyningsih,2012:65).Sampel pada
pijat, juga mobilitas penduduk yang tinggi
penelitian ini adalah tingkat pengetahuan
termasuk nelayan dari negera tetangga,
pasangan usia subur terhadap penyakit
meningkatnya angka kemiskinan dan
menular seksual (PMS) di wilayah kerja BPS
pengangguran, meningkatnya pengguna NAPZA
Kasih ibu Maros.
suntik yang akan lebih mempercepat epidemi
SMP 23 31,94%
Pengolahan Data
1. Editing SMA 37 51,38%
Editing adalah upaya untuk
Perguruan 8 11,11%
memeriksa kembali kebenaran data yang
Tinggi
diproleh atau dikumpulkan.Editingdapat
dilakukan pada tahap pengumpulan data Total 72 100%

atau setelah data terkumpul. (A. Aziz Alimul


3. Pekerjaan
Hidayat.2014)
2. Koding Tabel 4 Distribusi frekuensi pengetahuan
Koding merupakan kegiatan pasangan usia Subur terhadap penyakit
menular seksual berdasarka pekerjaan di
pemberian kode numeric (angka) terhadap
BPS Kasih ibu Kab.Maros
data yang terdiri atas beberapa kategori. Presentase
Pekerjaan Frekuensi
Pemberian kode ini sangat penting bila (%)
pengolaha data analisis data menggunakan
IRT 55 76,38%
computer.Biasanya dalam pemberian kode di
Swasta 12 16,66%
buat juga daftar kode dan artinya dalam satu
buku (code book) untuk memudahkan PNS 5 6,94%

kembali melihat lokasi dan arti suatu kode Total 72 100%


dari suatu variable.(A. Aziz Alimul
Hidayat.2014) 4. Pengetahuan
Tabel 5 Distribusi frekuensi pengetahuan
HASIL pasangan usia Subur terhadap penyakit
1. Umur menular seksual berdasarka pengetahuan di
Tabel 2 Distribusi frekuensi pengetahuan BPS Kasih ibu Kab.Maros
pasangan usia Subur terhadap penyakit Pengetahuan Frekuensi Presentase
menular seksual berdasarkan umur di BPS
Baik 60 83,33 %
Kasih ibu Kab.Maros
Umur Frekuensi Presentase (%) Kurang 12 16,66 %
<20 2 2,77% Total 72 100%
≥20-35 59 81,94%
PEMBAHASAN
>35 11 15,27%
Penelitian ini membahas tentang
Total 72 100% pengetahuan pasangan usia subur terhadap
penyakit menular seksual di Wilayah kerja BPS
2. Pendidikan Kasih ibu Maros, data yang dikumpulkan telah
Tabel 3 Distribusi frekuensi pengetahuan diolah dan akan di bahas berdasarkan baik
pasangan usia Subur terhadap penyakit
menular seksual berdasarkan pendidikan di tidaknya pengetahuan.
BPS Kasih ibu Kab.Maros Hasil penelitian yang telah dilakukan, dari
Pendidikan Frekuensi Presentase (%) 72 responden menunjukan bahwa responden

SD 4 5,55% yang mempunyai mengetahuan yang baik


sebanyak 60 responden dengan presentase Penyakit menular seksual (PMS)
(83,33%). Sedangkan yang mempunyai merupakan salah satu masalah kesehatan
pengetahuan yang kurang sebanyak 12 reproduksi dan seksual yang memerlukan
responden dengan presentase (16,66%). penanganan serius. PMS tidak hanya memiliki
Berdasarkan penelitian yang telah
dampak pada aspek fisik, namun, berdampak
dilakukan (Lestari,2009), studi deskriptif tingkat
pada aspek social dan budaya penderitanya.
pengetahuan pekerja seks komersal (PSK)
Penularan Penyakit Menular Seksual terjadi
Tentang penyakit menular seksual di Desa
melalui berbagai cara kontak seksual
sidomukti Kecamatan Karanganyar Kabupaten
(vaginal,oral atau anal) yang tularkan melalui
Pekalongan. Dari 95 responden pekerja seks
cairan tubuh atau darah penderita atau dapat
komersal (PSK) yang mempunyai pengetahuan
ditularkan daibu hamil kepada bayi yang
baik 39 orang (39,78%), pengetahuan cukup 45
dikandungnya selama masa hamil dan
orang (48,38%), dan yang mempunyai
persalinan. Penyebaran Penyakit Menular
pengetahuan kurang 11 orang (11,82%).
Seksual dapat terjadi karena penderita PMS
Notoatmodjo, (2003) mengatakan
tidak siap menginformasikan kepada
pengetahuan merupakan hasil tahu, dan ini
pasangannya sehingga akan menularkan
terjadi setelah orang melakukan pengindraan
kepada pasangannya. (Yati Afiyanti & Anggi
terhadap objek tertentu.Pengindraan panca
Pratiwi, 2016)
indera manusia yaitu indera penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
KESIMPULAN
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh Berdasarkan hasil penelitian, yang
melalui mata dan telinga, yaitu proses melihat berjudul “Pengetahuan pasangan usia subur
dan mendengar. Selain itu proses pengalaman terhadap penyakit menular seksual di Wilayah
dan proses belajar dalam pendidikan formal kerja BPS Kasih ibu Maros” ,Menunjukan bahwa
maupun informasi. (Titik Lestari, 2015) dari 72 Pasangan usia subur pengetahuan yang
Soekanto (2002) mengatakan pengetahuan
baik adalah sebanyak 60 (83,33%) dan
merupakan hasil dari tahu, merupakan domain
pasangan usia subur yang pengetahuaanya
yang penting dalam membentuk tindakan
kurang sebanyak 12 (16,66%). Hasil penelitian
seseorang. Proses kognitif meliputi ingatan,
ini menunjukan bahwa semakin banyak
pikiran, persepsi, simbol-simbol punalaran dan
pasangan usia subur yang mengetahui
pemecahan persoalan. Dalam kamus umum
pengetahuan mengenai penyakit menular
Bahasa Indonesia, pengetahuan adalah segala
seksual.
sesuatu yang diketahui yang berkenaan dengan Diharapkan dengan adanya hasil
sesuatu hal. penelitian ini agar dapat di gunakan sebagai
Sehingga menurut peneliti bahwa
bahan informasi untuk memahami pengetahuan
pengetahuan melalui Informasi yakni yang di
dan dapat di jadikan pengembangan ilmu dan
dapatkan dari teman ataupun tenaga kesehatan
referensi perpustakaan, sehingga dapat di
lainnya sangat penting untuk menambah
jadikan bahan bacaan mahasiswa selanjutnya.
pengetahuan tentang penyakit menular seksual.
Diharapkan agar aktif dalam memperoleh
Profil Kesehatan Sulawesi Selatan 2014. 2015.
informasi dan saling membagi informasi tentang
penyakit menular seksual tidak aman terhadap Pusat Data dan Informasi Kementerian
Kesehatan RI. 2014. http://www.
organ reproduksi dan segala dampak negative
pusdatin.kemkes.go.id/resources/downl
yang akan menimbulkan akibat penyakit oad/pusdatin/infodatin/infodatin-asi.pdf.
diakses tanggal 27 maret 2017
menular seksual tidak aman. Pada penelitian
selenjutnya diharapkan agar dapat mencari Rusada, dkk. 2014. Faktor Yang Berhubungan
dengan Pelaksanaan IMD di
hubungan atau korelasi ataupun faktor-faktor
Puskesmas Poasia Kota Kendari.
yang mempengaruhi terjadinya penyakit http://ojs.uho.ac.id/index.php/JIMKESM
AS /article/download/1207/854. diakses
menular seksual pada pasangan usia subur.
27 maret 2017.

REFERENSI Riksani, Ria. 2012. Keajaiban ASI (Air Susu


Ibu). Dunia Sehat : Jakarta.
Ariani, Putri Ayu. 2014. Aplikasi Metodologi
Penelitian Kebidanan dan Kesehatan Sukarni K, Incesmi dan Margareth, ZH. 2013.
Reproduksi. Nuha Medika : Yogyakarta. Kehamilan, Persalinan, dan Nifas. Nuha
Medika : Yogyakarta.
Ilmiah, Shofa Widia. 2015. Asuhan Persalinan
Normal. Nuha Medika : Yogyakarta. Sulistyaningsih. 2012. Metodologi Penelitian
Kebidanan Kuantitatif Kualitatif. Graha
Hartatik. 2012. Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Ilmu : Yogyakarta.
tentang Inisiasi Menyusu Dini Di BPS
Dyah Sumarmo Desa Tangjungsari
Kecamatan Banyudo Kabupaten
Boyolali. Surakarta.
http://stikeskusumahusada.ac.id/digilib/fi
les/disk1/1/01-gdl-hartatikb0-29-1-
kti_hart-i.pdfno. diakses tanggal 10 Juni
2017.

Lestari, Titik. 2015. Kumpulan Teori untuk Kajian


Pustaka Penelitian Kesehatan. Nuha
Medika : Yogyakarta.

Machfoedz, Ircham. 2016. Metode Penelitian


(Kuantitatif & Kualitatif). Fitramaya :
Yogyakarta.

Maryunani, Anik. 2015. Inisiasi Menyusu Dini,


Asi Eksklusif, dan Manajemen Laktasi.
CV. Trans Info Media : Jakarta.

Mohamad, dkk. 2015. Faktor-faktor yang


Berhubungan dengan Pelaksanaan
Inisiasi Menyusu Dini Oleh Bidan Di
Rumah Sakit Prof. Dr. Aloel Saboe Kota
Gorontalo.

Nurasiah, dkk. 2014. Asuhan Persalinan Normal


Bagi Bidan. PT Refika Aditama :
Bandung.

Anda mungkin juga menyukai