Anda di halaman 1dari 6

GAMBARAN HUBUNGAN PENGGUNAAN SUNTIK KB 3 BULAN

DI UPT PUSKESMAS KOTA ENREKANG

Nabila Inda Pratiwi1, Indra Dewi1, Susi Sastika Sumi3


1
STIKES Nani Hasanuddin Makassar
2
STIKES Nani Hasanuddin Makassar
3
STIKES Nani Hasanuddin Makassar
Alamat korespondensi : nabilcestore@gmail.com/085247639066

ABSTRAK

Saat ini tersedia banyak metode atau alat kontrasepsi meliputi : Suntik, Pil, IUD, Kondom, Implant,
dan Kontap. Salah satu kontrasepsi yang popular di Indonesia adalah kontrasepsi suntik dan
pil.Kontrasepsi suntik yang digunakan adalah Depo Medroxy Progesteron Acetat (DMPA) dan
kontrasepsi Pil. Tujuan dalam penelitian ini adalah Untuk Mengetahui Gambaran Penggunaan Suntik
KB 3 Bulan pada Akseptor di UPT Puskesmas Kota Enrekang. Desain penelitian yang digunakan
adalah kuantitatif berupa observsi dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi
dalam penelitian ini di wilayah UPT Puskemas Kota Enrekang yang berjumlah 103 orang dan sampel
yang didapatkan berjumlah 68 responden. Penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk
pengumpulan data. Instrument penelititan yang digunakan berupa kuesioner hasil penelitian yang di
lakukan oleh peneliti di UPT Puskesmas Kota Enrekang terhadap gambaran penggunaan KB suntik 3
bulan di dapatkan bahwa pasangan usia subur di usia produktif yaitu antara 21-34 tahun
menggunakan alat kontrasepsi suntik 3 mengalami perubahan siklus menstrusi.

Kata Kunci : Akseptor, Suntik KB

PENDAHULUAN berencana (KB) merupakan salah satu strategi


Menurut (Siti Hotna, Diana Andriani, untuk mengurangi kematian ibu khususnya ibu
2020) Indonesia saat ini merupakan negara dengan kondisi 4T : terlalu muda melahirkan
yang berkembang dengan jumlah penduduk (di bawah usia 20 tahun), terlalu sering
yang tinggi. Word Population Data Sheet melahirkan, terlalu dekat jarak melahirkan, dan
(2015) menyatakan bahwa Indonesia terlalu tua melahirkan (di atas usia 35 tahun).
merupakan negara ke lima di dunia dengan (Agil Antika, 2014).
jumlah penduduk terbanyak yaitu 249 juta. Menurut (Novianti & Mulyandari, 2019)
Jumlah penduduk indonesia tahun 2025 di mengatakan jumlah penggunaan kontrasepsi
perkirakan mencapai 237,7 juta jiwa atau telah meningkat dibanyak bagian dunia,
mengalami kenaikan 57,9 juta jiwa dari terutama di Asia dan Amerika Latin, tetapi
perkiraan penduduk tahun 2005 sebanyak terus rendah di Afrika sub-Sahara. Secara
205,8. Pada tahun 2025 angka harapan hidup global, penggunaan kontrasepsi modern sedikit
penduduk indonesia juga akan mengalami meningkat, dari 54% pada tahun 1990 menjadi
peningkatan menjadi 73,2 tahun dari 69 tahun, 57,4% pada tahun 2015. Secara regional,
sedangkan pada sensus tahun 2010 terdapat proporsi wanita berusia 15-49 tahun yang
180 juta jiwa. melaporkan penggunaan metode kontrasepsi
Menurut koesrianto (Sri Handayani & modern telah meningkat secara minimal atau
Putri Kamarauddin, 2009) Jumlah penduduk meningkat antara 2008 dan 2015. Di Afrika
Indonesia tahun 2025 di perkirakan mencapai naik dari 23,6% menjadi 28,5%, di Asia naik
237,7 juta jiwa atau mengalami kenaikan 57,9 sedikit dari 60,9% menjadi 61,8%, dan di
juta jiwa dari perkiraan penduduk tahun 2000 Amerika Latin dan Karibia tetap stabil di
sebanyak 205,8. Pada tahun 2025 angka 66,7%. Ada 214 juta wanita usia reproduksi di
harapan hidup penduduk Indonesia juga akan negara berkembang yang ingin menghindari
mengalami peningkatan menjadi 73,2 tahun kehamilan tidak menggunakan metode
dari 69 tahun, sedang pada sensus tahun kontrasepsi modern. Alasan untuk ini
1990 terdapat 180 juta jiwa. termasuk pilihan metode yang terbatas,
Sejalan dengan peraturan pemerintah ketakutan atau pengalaman efek samping,
republik Indonesia nomor 87 tahun 2014 dan buruknya kualitas layanan yang tersedia.
tentang perkembangan kependudukan dan Kebutuhan kontrasepsi yang tidak terpenuhi
pembangunan keluarga berencana, dan tetap terlalu tinggi. Ketidakadilan ini didorong
system informasi keluarga, program keluarga oleh meningkatnya populasi (Riskah, 2017).
Saat ini tersedia banyak metode atau alat adalah suntikan 48,5%. Metode ke dua adalah
kontrasepsi meliputi : Suntik, Pil, IUD, pil dan implan sebanyak 8%, kemudian
Kondom, Implant, dan Kontap. Salah satu metode IUD sebanyak 4,22%. Metode yang
kontrasepsi yang popular di Indonesia adalah paling sedikit adalah kondom 0,35%. Dari data
kontrasepsi suntik dan pil.Kontrasepsi suntik yang diperoleh di bulan januari-maret
yang digunakan adalah Depo Medroxy terjadinya gangguan siklus menstruasi
Progesteron Acetat (DMPA) dan kontrasepsi sebanyak 57,5% dan yang tidak terjadinya
Pil. sekitar 27,5%. Jadi terjadinya peningkatan
Persentase pemakaiaan kontrasepsi cara ganggun siklus menstruasi pada penggunaan
modern adalah persentase pasangan usia suntik KB 3 bulan dari bulan Januari sampai
(PUS) yaitu pasangan suami istri berstatus Maret 2020. Menurut salah satu Bidan saat
kawin, istrinya Pil Kombinasi. (Mato & diwawancarai mengatakan terdapat beberapa
Hasriani, 2012). ibu akseptor KB yang tidak berkunjung ke
Hasil survey peserta KB aktif di Indonesia puskesmas untuk diberikan pelayanan KB
pada tahun 2015 sebanyak 29.714.498 sesuai jenis kontrasepsi yang telah dipilih
peserta dengan jumlah pasangan usia subur sejak awal saat jadwal pelayanan KB ibu
(PUS) sebanyak 30.992.435 jiwa, yang terdiri tersebut. Ada beberapa faktor penyebab ibu
dari peserta suntikan sebanyak 15.988.541 akseptor KB tidak melaksanakan program KB
(47,54%), peserta Pil sebanyak .536.870 dengan baik di wilayah kerja Puskesmas
(23,58%), peserta IUD sebanyak 2.020.490 Enrekang di antaranya status ekonomi, tingkat
(11,07), peserta implant sebanyak 2.256.727 pendidikan, dan masih kurangnya
(10,46%), peserta MOW sebanyak 1.663.930 pengetahuan dan pemahaman akan
(3,52%), peserta kondom sebanyak 1.099.380 pentingnya KB serta masih banyaknya ibu
(3,15%), dan peserta MOP sebanyak 148.560 akseptor terpengaruh dan percaya akan mitos.
(0,69%). (BKKBN, 2018). Ada beberapa kemungkinan kurang
Persentase pemakaiaan kontrasepsi cara berhasilnya program KB di antaranya
moderen adalah persentase pasangan usia dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan ibu
subur (PUS) yaitu pasangan suami istri tentang pemilihan alat kontrasepsi yang tepat
berstatus kawin, istrinya berusia 15-49 tahun, untuk dirinya. Pengetahuan merupakan
yang sedang menggunakan alat/cara KB kemampuan kognitif paling rendah namun
modern berupa sterilisasi wanita (MOW), sangat penting karena dapat membentuk
sterilisasi pria (MOP), Pil, IUD, Suntik, Susuk perilaku seseorang (Notoadmodjo, 2007).
KB (Implant) dan kondom. Pengukuran IKU Menurut Yanti & Handayani (2014),
CPR cara modern (persen) ini dilakukan pengetahuan yang rendah menyebabkan
dengan membandingkan jumlah perempuan wanita takut menggunakan alat kontrasepsi
yang berstatus kawin usia 15-49 tahun yang tersebut karena sebelumnya rumor
sedang menggunakan alat/cara KB modern kontrasepsi yang beredar di masyarakat.
dengan jumlah perempuan usia 15-49 tahun Akibat dari kurangnya pengetahuan
yang berstatus kawin. Menurut hasil penelitian Perempuan Usia Subur (PUS) dalam memilih
yang dilakukan (A.j.m.rattu et al., 2017) kontrasepsi yang baik dapat berdampak
menunjukkan perbedaan tingkat pengetahuan negatif pada sikap dan perilaku seseorang
ibu sebelum dan sesudah diberikan dalam menentukan atau merencanakan
pendidikan kesehatan dengan nilai mean kehamilan berikutnya, baik kehamilan yang
sebelum diberikan 61,4± 12,0 dan sesudah diinginkan ataupun kehamilan yang tidak
diberikan menjadi 89,7 ± 8,35. ρ(value) diinginkan (Ardina & Suratini, 2017).
sebesar 0,000 < α = 0,05, sehingga terdapat
pengaruh pengunakan suntuk KB pada ibu di BAHAN DAN METODE
daerah tersebut. Jenis penelitin yang digunakan adalah
Data Pencapaian pengguna KB baru dan kuantitatif berupa observsi dengan
KB aktif bulan Januari - Maret 2020 di wilayah menggunakan pendekatan cross sectional
kerja Puskesmas kota Erekang 103 dengan karena data penelitian dikumpulkan secara
total kunjungan ibu akseptor KB yaitu 103 ibu bersama pada waktu yang sama. Penelitian
akseptor. Peserta KB baru, persentase ini akan dilaksanakan di UPT Puskesmas Kota
metode kontrasepsi yang terbanyak digunakan Enrekang Kabupaten Enrekang. Populasi
adalah implan sebanyak 1%. Metode dalam penelitian ini adalah seluruh akseptor
terbanyak ke dua adalah suntikan 0,32%, KB suntik 3 bulan yang datang pada bulan
kemudian metode IUD 0,23%. Metode yang Januari sampai Maret 2020 di wilayah UPT
paling sedikit adalah kondom, pil, MOW dan Puskemas Kota Enrekang yang berjumlah 103
MOP yaitu 0%. Peserta KB aktif, presentase orang. Jadi, jumlah sampel dalam penelitian
metode kontrasepsi yang terbanyak digunakan ini adalah 68 responden
Setelah dilakukan editing, koding dan data
Pengumpulan Data entri dilanjutkan dengan pengolahan data
Flow chart dalam metode pengumpulan kedalam suatu table menurut sifat-sifat
data ini menjelaskan tentang urutan proses yang dimiliki sesuai dengan tujuan
pengumpulan data pada wanita usia subur penelitian. Setelah data ditabulasi,
dalam menghadapi menopouse. Adapun selanjutnya dilakukan analisa data.
bentuk flow chart pengambilan datanya adalah
sebagai berikut: Analisis Data
1. Analisa Univariat
Pengolahan Data Analisa univariat bertujan untuk
1. Editing menjeelaskan atau mendeskripsikan
Editing adalah upaya untuk karakteristik setiap variabel penelitian.
memeriksa kembali kebenaran data yang Bentuk analisis univariat tergantung dari
diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat jenis datanya. Untuk data numerik
dilakukan pada tahap pengumpulan data digunakan nilai mean atau rata-rata,
atau setelah data terkumpul (Hidayat, median dan standar deiasi. Pada umumnya
2014). Editing dilakukan dengan tujuan analisis ini hanya mengahasilakan
untuk memeriksa kembali setiap daftar distribusi frekuensi dan presentasi dari tiap
kode/ceklist yang sudah diisi meliputi variabel.
kelengkapan pengisian, kesalahan 2. Analisa Bivariat
pengisian dan konsistensi dari setiap Analisa bivariat untuk mencari
jawaban responden. hubungan dengan membuktikan hipotesis
2. Coding sheet dalam penelitian dengan menggunakan uji
Coding merupakan kegiatan chis-qhuare dengan bantuan program
pemberian kode numerik (angka) terhadap komputer SPSS 22. Untuk menentukan
data yang terdiri atas kategori. Pemberian hipotesis penelitian maka digunakan
kode ini sangat penting bila pengolahan kriteria penelitian, yaitu :
dan analisis data menggunakan komputer. a. Bila ρ value < α (0,05), maka ada
Biasanya dalam penelitian kode dibuat juga hubungan antara variabel independen
daftar kode dan artinya dalam satu buku dengan variabel dependen.
(code book) untuk memudahkan kembali b. Bila ρ value > α (0,05), maka tidak ada
melihat lokasi dan arti suatu kode dari hubungan antara variabel independen
suatu variabel (Hidayat, 2014). Coding dengan variabel dependen.
merupakan tahap pemberian kode pada
setiap jawaban responden yang terdiri dari HASIL PENELITIAN
beberapa kategori dengan maksud untuk Tabel 1 Data karakteristik umum responden di
memudahkan pengolahan data di program UPT Puskesmas Kota Enrekang
SPSS. karakteristik n %
3. Data entry Usia
Data entri adalah kegiatan 21-34 38 55,89
memasukkan data yang telah dikumpulkan 34-46 30 44,11
kedalam master tabel atau atau data base Siklus Menstruasi
komputer, kemudian membuat distribusi Teratur 22 32,4
(frekuensi sederhana atau bisa juga Tidak Teratur 46 67,6
dengan membuat tabel kontigensi (Hidayat, Total 68 100
2014).
Data entri merupakan tahap kegiatan Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan
memasukkan data yang telah didapatkan bahwa 68 responden, adapun
dari hasil penelitian yang dilakukan oleh pengelompokkan dari responden umur
peneliti ke dalam master tabel berupa diberikan 21-34 yang hasilnya terdapat 38
koding untuk data yang terdiri dari orang atau 55,89%, kelompok umur 34-46
beberapa kategori menggunakan Microsoft yang hasilnya 30 orang atau 44,11%.
Exel sebelum dilakukan pengolahan di Berdasarkan hasil analisis univariat,
SPSS. dapat diketahui bahwa penggunaan suntik KB
3 bulan pada akseptor yang sebelumnya
memiliki siklus menstruasi normal mengalami
4. Tabulasi gangguan siklus menstruasi sehingga tidak
Membuat tabel- tabel data, sesuai teratur sebanyak 46 (67,6%) dan teratur
dengan tujuan penelitian atau yang sebanyak 22 (32,35%).
diinginkan oleh peneliti (Hidayat, 2014).
PEMBAHASAN adalah yang mengalami menstruasi teratur
1. Usia sebanyak 22 responden atau 32,4% dan
Berdasarkan hasil penelitian menurut yang mengalami gangguan siklus
karakteristik responden didapatkan jumlah menstruasi tidak teratur sebanyak 46 orang
kelompok umur responden paling banyak atau 67,6%. Hal ini menerangkan bahwa
adalah kelompok umur 21-34 tahun dalam bukunya Affandi (2012) yang
sebanyak 38 orang atau 55,89%, dan 34- menuliskan bahwa salah satu efek samping
46 sebanyak 30 orang atau 44,11% pengguna KB suntik progestin yaitu
sebagai kelompok umur terbanyak kedua. gangguan menstruasi meliputi siklus haid
Hasil penelitian ini sudah sesuai dengan yang memendek (polimenorea) dan
Hartanto (2010) bahwa fase menunda atau memanjang (oligomenorea), perdarahan
mencegah kehamilan pada pasangan usia yang banyak (hipermenorea) atau sedikit
subur dengan usia istri kurang dari 20 (hipomenorea), perdarahan tidak teratur
tahun di anjurkan untuk menunda atau perdarahan bercak (spotting), dan
kehamilannya. Periode usia istri antara 20- tidak haid sama sekali (amenorea), hanya
30/35 tahun merupakan periode usia paling 3 di antaranya yang sesuai dengan hasil
baik untuk melahirka, dengan jumlah anak penelitian yaitu spotting, polimenorea dan
2 orang dan jarak antara kelahiran adalah oligomenorea. Hal ini di karenakan
2-4 tahun. terdapatnya perbedaan hormon pada tubuh
Penelitian ini sejalan dengan tiap-tiap wanita. Setiap wanita memiliki
penelitian Siti (2016), dalam penelitiannya mekanisme pembentukan dan
menyatakan bahwa akseptor KB suntik kesimbangan hormonalnya masing-masing,
kelompok usia 20 – 35 tahun didapatkan sehingga meskipun jenis kontrasepsi suntik
82,8%. Sedangkan usia 35 tahun sebanyak yang digunakan adalah sama tetapi akan
17,2% (Putri, 2016). berbeda efek samping yang akan di
Dalam hasil penelitian Dewi juga timbulkan tergantung dari daya tahan tubuh
menyatakan bahwa umur sangat dan sistem hormon yang ada di dalam
menentukan seseorang dalam memilih tubuh nasing-masing individu.
kontrasepsi. Seseorang dengan umur 20 – Menurut Sperrof, L (2005) adanya
35 tahun termasuk dalam fase gangguan siklus menstruasi disebabkan
menjarangkan kehamilan dengan cara karena suntik KB 3 bulan yang
mengatur jarak kehamilan yang baik yaitu mengandung hormon progesteron
antara 2 – 4 tahun dan cenderung akan menyebabkan penebalan mukusserviks
memilih metode kontrasepsi suntik yang dan perubahan endometrium. Akibat dari
berjangka pendek sehingga tidak perlu kadar progesteron dalam sirkulasi cukup
repot jika ingin mengganti atau tinggi dan menghambat lonjakan LH secara
menghentikan penggunaan metode efektif sehingga tidak terjadi menstruasi
kontrasepsi suntik. Seseorang dengan atau amenorrhoe (Armina Hartati Pontoh,
umur ≥ 35 tahun kemungkinanan 2014).
menginginkan untuk mengakhiri kehamilan Hasil penelitian ini juga sejalan
sehingga lebih memilih metode lain yang dengan Siti Hotna, Diana Andriani (2020)
berjangka pangjang, misalnya IUD atau yang menyatakan bahwa ada peningkatan
implant (Putri, 2016). perubahan siklus menstruasi bagi
2. Suntik Tiga Bulan pengguna kontrasepsi KB suntik 3 bulan
Pemakaiaan suntik KB 3 bulan setinggi 62,5%. Sedangkan menurut hasil
adalah pemberian obat melalui jaringan penelitian (Mersiana Sri Handayani, 2017)
atau pembuluh dara dengan menggunakan dari 48 akseptor suntik KB 3 bulan,
spoit dan di lakukan setiap 3 bulan sekali. terdapat 44 atau 91,66% akseptor yang
Kontrasepsi suntik merupakan kontrasepsi mengalami gangguan siklus menstruasi.
berupa cairan yang berisi hormon Efek samping dari penggunaan
progesteron yang di masukkan ke dalam suntik KB yaitu mengalami gangguan siklus
tubuh wanita secara periodik (3 bulan menstruasi dengan gejala seperti
sekali). Yang termasuk dalam kontrasepsi perdarahan tetesan atau bercak (spotting)
3 bulan adalah Depo Medroksi Progesteron dan perdarahan yang lebih lama atau lebih
Asetat yang dilakukan secara IM dengan banyak dari biasanya penyebabnya adalah
dosis 150 mg (Titi Astuti, 2015b). ketidakseimbangannya hormon sehingga
Berdasarkan hasil penelitian yang endometrium mengalami perubahan
dilakukan di UPT Puskesmas Kota sitiologi (Sarmauli, 2018). Menurut teori
Enrekang tentang pemakaiaan suntik KB 3 Nurmaili (2007) bahwa gangguan pola
bulan dengan jumlah responden 68 orang menstruasi pada wanita yang memakai
suntik KB 3 bulan dapat mengalami terjadinya perkembangan folikel sedangkan
pendarahan tidak teratur pada awalnya penurunan sekresi LH menyebabkan tidak
atau amenorea pada tahun pertama, terjadinya pematangan folikel dan keadaan
penyebabnya adalah dengan adanya ini tidak terjadinya menstruasi atau
penambahan progesteron serta terjadinya anemorrhoe (Armina Hartati Pontoh, 2014).
pelebaran pembuluh darah vena di Berdasarkan hasil penelitian ini
endometrium sehingga menyebabkan maka peneliti berasumsi bahwa
timbul pendarahan bercak (Nazirun, 2019). penggunaan KB suntik 3 bulan pada
Selain itu, gangguan siklus menstruasi akseptor KB Di UPT Puskesmas Kota
dapat juga diakibatkan oleh adanya Enrekang menggambarkan terjadinya
kelainan sistemik, banyak pikiran (stress), perubahan siklus menstruasi pada usia
kelenjar gondok, hormon prolaktin (hormon produktif yaitu antara 21-34 tahun.
menyusui) berlebihan, serta pola
makan/diet yang dilakukan seorang wanita KESIMPULAN
(Swabir, 2019). Sedangkan menurut hasil Berdasarkan hasil penelitian yang di
penelitian (Dewi Hartinah, 2018) bahwa lakukan oleh peneliti di UPT Puskesmas Kota
gangguan siklus menstruasi tidak Enrekang terhadap gambaran penggunaan KB
dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, suntik 3 bulan di dapatkan bahwa pasangan
pekerjaan, dan status ekonomi. usia subur di usia produktif yaitu antara 21-34
Berdasarkan data di atas, dapat tahun menggunakan alat kontrasepsi suntik 3
diketahui bahwa siklus menstruasi tidak mengalami perubahan siklus menstrusi.
teratur tertinggi pada usia 21 – 34. Hasil
penelitian yang sama diperoleh (Swabir, SARAN
2019) bahwa gangguan siklus menstruasi 1. Untuk Tenaga Kesehatan
paling banyak terjadi pada usia 21-35 Diharapkan tenaga kesehatan di
Tahun, di mana dari 41 sampel terdapat 30 UPT Puskesmas Kota Enrekang mampu
atau 73,20% responden. Hal ini memberikan informasi atau penyuluhan
menunjukkan bahwa resiko gangguan tentang kontrasepsi meliputi manfaat,
siklus menstruasi umumnya terjadi pada keuntungan dan efek samping
pasangan usia subur (PUS). Penelitian ini penggunaan suntik KB 3 bulan sehingga
juga didukung dari hasil penelitian yang dapat meningkatkan pengetahuan dan
dilakukan oleh Suryati (2013) dalam mutu pelayanan keperawatan khusunya
(Swabir, 2019) bahwa ada pengaruh mengenai masalah suntik KB 3 bulan.
pemakaiaan kontrasepsi suntik terhadap 2. Untuk Akseptor
siklus menstruasi pasangan usia subur, Diharapkan kepada akseptor agar
dimana hasil yang diperolehnya bahwa dari aktif mencari informasi tentang efek
total 25 responden mayoritas responden samping yang ditimbulkan oleh suntik KB
mengalami siklus menstruasi yang tidak 3 bulan agar tidak merasa cemas dengan
normal sebanyak 21 (84%) responden dan adanya gangguan siklus menstruasi.
hanya 4 (16%) responden yang siklus 3. Untuk Peneliti Selanjutnya
menstruasinya normal. Hasil penelitian ini diharapkan dapat
Untuk akseptor pada usia > 35 memberikan manfaat bagi peneliti
Tahun, akibat penggunaan kontrasepsi selanjutnya agar dapat melakukan
suntik KB 3 bulan di dalam sirkulasi terlalu penelitian efek samping lain dari
tinggi, hal ini akan menyebabkan negative penggunaan suntik KB 3 bulan agar
feed back baik ke hipotalamus (mengurangi pemahaman tentang resikonya dapat
sekresi GNRH) dan LH menurun dan tidak diketahui secara menyeluruh.

DAFTAR PUSTAKA

Armina Hartati Pontoh, E. T. (2014). KEJADIAN AMENORRHOE. (110).

Dewi Hartinah, D. A. K. (2018). Hubungan Periode Penggunaan Alat Kontrasepsi Suntik 3 Bulan Dengan Siklus
Menstruasi. Jurnal Ilmu Keperawatan Dan Kebidanan, 9(2), 177. https://doi.org/10.26751/jikk.v9i2.439

Dita, A. T. (2017). FAKTOBUNGR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN KB SUNTIK DI


KLINIK PRATAMA JANNAH PASAR VII TEMBUNG.

Hartanto, H. (2010). Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Mersiana Sri Handayani, M. P. K. (2017). No Title. 01(02), 41–48.

Nazirun, N. (2019). Vol. 1 No.3 Oktober 2019 http://jurnal.ensiklopediaku.org Ensiklopedia Social Review. 1(3),
271–277.

Putri, S. R. (2016). Karakteristik Akseptor Kb Suntik Di Bidan Praktek Mandiri ( Bpm ) Sumaya Agustina S . St
Cisarua Bogor 2016 Acceptor Kb Activity Characteristics In Bidan Praktek Mandiri ( Bpm ) Sumaya
Agustina S . St Cisarua Bogor 2016.

Sarmauli, sihombing franshisca. (2018). Hubungan pemakaian kb suntik 3 bulan dengan gangguan haid di
puskesmas baloi permai kota batam. 9(1), 3–6.

Siti Hotna, Diana Andriani, N. A. (2020). Hubungan penggunaan kontrasepsi kb suntik dengan perubahan siklus
menstruasi di desa berandang kecamatan lawe sumur kabupaten aceh tenggara. Jurnal Ners Nurul
Hasana, 8(2).

Swabir, R. (2019). Celebes Health Journal. Pengaruh Pemberian Virgin Coconut Oil (VCO) Terhadap Ruam
Popok Pada Bayi Firmansyah1, 1(1), 1–10.

Titi Astuti, A. K. . (2015a). Hubungan Lama Penggunaan Kontrasepsi Implant dengan Siklus Haid. Jurnal Ke,
11(1), 25–32.

Titi Astuti, A. K. . (2015b). Hubungan lama penggunaan kontrasepsi suntik dmpa dengan siklus haid. XI(1), 118–
122.

Anda mungkin juga menyukai