KELOMPOK 3
NAMA ANGGOTA KELOMPOK :
Table of
Contents
03 04
FAKTOR YANG PENCEGAHAN DAN
MEMPENGARUHI PENGOBATAN YANG
DAPAT DILAKUKAN
DEFINISI
03 “ABCDE”
ANALISIS
KASUS
JURNAL 1:
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN
DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN
PENULARAN HUMAN Tabel 1 menunjukkan bahwa jumlah terendah ibu rumah
IMMUNODEFICIENCY VIRUS (HIV) OLEH tangga yang melakukan teori upaya pencegahan terdapat
IBU RUMAH TANGGA DI NGANJUK, JAWA pada teori upaya pencegahan C, yakni penggunaan
TIMUR kondom saat berhubungan seksual dengan pasangan
seksual atau suami. Hanya sebagian kecil (6%) ibur
umah tangga yang telah melakukan teori upaya
pencegahan C.
Tabel 2 : Diketahui masih terdapat ibu rumah tangga yang memiliki
upaya pencegan HIV/AIDS tidak baik (34,0%).
Tabel 3 melaporkan bahwa lebih dari setengah responden pada penelitian ini termasuk dalam
kategori berumur tua, memiliki tingkat pendidikan yang tinggi, penghasilan keluarga< UMR
Kab. Nganjuk (Rp. 1.660.444,69), melakukan hubungan seksual pertama kali di usia ≥ 21
tahun, memiliki pengetahuan tentang HIV/AIDS yang baik (Cut off point pengetahuan baik
bila hasil kuesioner pengetahuan ≥ 𝑚𝑒𝑎𝑛) diambil berdasarkan nilai mean) memiliki persepsi
berisiko HIV/AIDS positif, pekerjaan suami responden tidak termasuk dalam kelompok pria
risiko tinggi, tidak melakukan VCT, akses terhadap kondom mudah dan telah terpapari
nformasi tentang HIV/AIDS.
Pada penelitian ini juga mengidentifikasi sumber informasi tentang HIV/AIDS pada
Tabel 4. Adapun proporsi yang memperoleh informasi tentang HIV/AIDS dari teman
lebih tinggi (40%) dari pada dari saudara atau keluarga (22%), hal ini dapat
diakibatkan oleh masih adanya cultural taboo di masyarakat Indonesia. Tenaga
kesehatan menduduki peringkat ke 4 sebagai sumber infomasi tentang HIV/AIDS
bagi ibu rumah tangga (30%), setelah poster/leaflet/booklet (53%) dan internet (51%)
dan teman (40%).
Hasil akhir analisis multivariat menghasilkan bahwa variabel yang paling dominan
berhubungan dengan upaya pencegahan HIV/AIDS adalah riwayat VCT. Hasil
analisis didapatkan Odds Ratio (OR) dari variabel keterpaparan informasi adalah 3,8,
artinya ibu rumah tangga yang telah melakukan VCT akan mempunyai peluang
melakukan upaya pencegahan baik sebesar 3,8 kali lebih tinggi dibandingkan ibu
rumah tangga yang tidak pernah melakukan VCT.
ANALISIS KASUS
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG
● JURNAL 2: HIV/AIDS DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH
PELAJAR
Test tersebut meliputi deteksi antibodi HIV1, HIV-2 dan subtipe O dalam darah, serum, plasma oleh protein
immunodominant pada virus HIV yang sudah dilumpuhkan dalam membran. T1 test line telah dicoated
dengan HIV-1 dan subtipe O antigen sedangkan T2 test line dicoated dengan HIV-2 antigen. Antigen
pengikatnya adalah protein rekombinan dari HIV-1 pada region gp-120, gp-41, p24. Sedangkan untuk HIV-2
juga termasuk rekombinan gp-36. Adanya antibodi positif dapat dibaca dengan terbentuknya garis
kemerahan pada membrane (region T). Garis kontrol tambahan diletakkan pada membran (region C) untuk
memeriksa reaktivitas kit. HIV 1 / 2 Antibodi Rapid Test mempunyai sensitifitas> 99,9% dan spesifsitas>
99,9%.
05
FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI
2. Hubungan riwayat
IMS dengan kejadian
1.Hubungan HIV pada LSL
penggunaan kondom
dengan kejadian HIV
pada LSL Dari 19 responden yang mengatakan pernah
mengalami riwayat IMS 2 responden (10,5%)
mengalami klamidia, 2 responden (10,5%)
dengan herpes genetalia, terbanyak pernah
Penggunaan kondom dalam penelitian ini dibagi mengalami gonoreyaitu 12 responden (63,2%),
dalam 2 kategori, yaitu ya dan tidak. sifilis sebanyak 1 reponden (5,3%), dan 2
Penggunaan kondom dikategorikan “ya” apabila responden (10,5%) pernah mengalami
LSL tersebut selalu menggunakan kondom trikomoniasis. Sedangkan dari 5 responden
setiap melakukan hubungan seksual. yang terinfeksi HIV, 80% mengalami gonore
Penggunaan kondom pada LSL dikategorikan sisanya 20% mengalami herpes genetalia.
“tidak” apabila responden tidak pernah dan Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah penyakit
kadang-kadang menggunakan kondom setiap yang penularan utamanya melalui hubungan
melakukan hubungan seksual. Dari 22 seksual. Cara hubungan seksual tidak hanya
responden yang terinfeksi HIV, 5 responden terbatas secara genito-genital (kelamin ke
(22,72%) dikategorikan “ya” menggunakan kelamin) saja, tetapi dapat juga secara oro-
kondom, 2 responden (9,1%) dikategorikan genital (mulu ke kelamin), atau secara ano-
tidak menggunakan kondom dan sisanya 15 genital (kelamin ke dubur). IMS merupakan
responden (68,18%) dikategorikan tidak pintu masuk bagi penularan HIV karena adanya
“kadang-kadang” cairan tubuh atau darah pada luka akibat IMS.
4.Hubungan
penggunaan
narkoba suntik
3.Hubungan perilaku dengan kejadian
seks berisiko dengan HIV pada LSL
kejadian HIV pada
LSL
Narkoba parenteral adalah semua jenis narkoba yang digunakan
dengan cara disuntikkan pada saluran intravena. Narkoba parenteral
Seks anal merupakan aktivitas seksual yang juga merupakan faktor risiko penularan HIV&AIDS. Penggunaan
dilakukan LSL untuk mencapai kepuasan narkoba suntik sangat rentan tertular HIV&AIDS karena alat suntik
seksualnya dan sangat berbahaya karena anus sering digunakan secara bergantian. Menurut UNAIDS, 10% infeksi
mengandung banyak bakteri sumber penyakit. HIV di dunia didapat melalui jarum atau peralatan jarum suntik.
Hal ini yang menurut peneliti meningkatkan Menurut penelitian meskipun hasil penelitian menunjukkan tidak
penularan HIV, karena anus tidak didesain untuk ada hubungan antara kejadian HIV dengan penggunaan narkoba
suntik, namun jikadilihat dari data penelitian ditemukan bahwa ada
berhubungan seksual sehingga akan mengalami LSL berbagi jarum suntik bersama. Hal ini menandakan meskipun
perlukaan saat melakukan anal seks dan tingkat penggunaan jarum suntik rendah pada komunitas LSL,
memudahkan masuknya virus HIV. Apalagi anus namun mereka cendrung berbagi jarum suntik dengan penggunaan
kaya akansel CD4 yang merupakan target utama narkoba lainnya sehingga penularan HIV bisa berasal dari luar
dari virus HIV. Selain itu, anus tidak seperti komunitas LSL atau sebaliknya.
vagina pada wanita yang dapat melumasi saat
merasa terangsang sehingga mudah sekali
untuk mengalami perlukaan.
06
PECEGAHAN
DAN
PENGOBATAN
Pencegahan HIV dan AIDS dapat di lakukan melalui teori upaya pencegahan
ABCDE” yakni :