Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH PENYAKIT HIV/AIDS

OLEH :
STANISLAUS NANGKAS (51805018)

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS PANCASAKTI MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadiran Tuhan yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmatnya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah
tentang “penyakit HIV/AIDS” ini tepat pada waktunya.
Makalah ini saya buat untuk melengkapi tugas mata kuliah
International Public Health Issue yang dibawakan oleh Kakanda
Hardianto Haris, S.KM.,M.Kes, selaku dosen pengampu mata kuliah ini .
Saya ucapkan terima kasih kepada semua teman atau sahabat yang
telah membantu dalam penyusunan makalah HIV/AIDS ini. Semoga
dengan makalah ini kita dapat menambah ilmu pengetahuan serta
wawasan tentang HIV/AIDS.
Saya menyadari dalam penyusunan malakah ini masi banyak
kekurangan, oleh karena itu saya mengharapkan kritikan dan saran yang
bersifat membangun untuk kesempurnaan tugas ini. Semoga makalah ini
bermanfaat.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
AIDS adalah singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome
yaitu penyakit yang disebabkan oleh virus HIV (Human Immunodeficiency
Virus). Penyakit ini bukan penyakit keturunan atau diwarisi. Ia menyerang
kekebalan tubuh (immune system), yaitu sistem pertahanan alami tubuh
terhadap serangan organisme yang merupakan musuh. Penyakit ini
mengakibatkan berkurangnya kemampuan tubuh dalam memerangi
infeksi. Penyakit AIDS sampai saat ini masih menjadi ancaman terbesar
bagi kesehatan penduduk dunia. Proses penularan yang begitu cepat dan
belum ada yang bisa menahan laju perkembangan AIDS dalam tubuh.
AIDS merupakan penyakit baru dan unik yang ditemukan pertama
kali tahun 1981 di kalangan pria homoseksual Amerika Serikat. Kala itu
ditemukan gejala pneumonia yang disebabkan parasit yang disebut
pneumocystis carinii. Ternyata gejala ini disertai dengan penurunan berat
badan. Barulah pada tahun 1983, para ilmuwan menjawab misteri
penyebab penyakit ini dan pada tahun 1986, WHO menetapkan HIV
(Human Immunodeficiency Virus) sebagai penyebabnya.
Di Asia dan Pasifik diketahui bahwa sebanyak 5,1 juta penduduk
mengidap HIV hingga akhir tahun 2016, dimana 300.000 diantaranya
merupakan kasus baru. Sementara di Asia Selatan dan Tenggara terdapat
kurang lebih 4 juta orang dengan HIV/AIDS dan 1,3 juta orang atau 37
persen adalah perempuan. Asia Tenggara menempati urutan kedua
setelah Afrika untuk kasus terinfeksi HIV terbanyak di dunia pada tahun
2016, yaitu sebesar 3,5 juta kasus di Asia Tenggara dan 25,6 juta kasus di
Afrika. HIV bukan hanya meningkatkan angka kesakitan, tetapi juga dapat
meningkatkan angka kematian. Ditemukan 1 juta orang di dunia yang
meninggal karena terinfeksi HIV.
Sejalan dengan perkembangan HIV/AIDS di dunia, kejadian
HIV/AIDS di Indonesia juga berkembang pesat. Kasus HIV/AIDS di
Indonesia telah tersebar di 407 kabupaten/kota (80%) dari 507
Kabupaten/Kota di seluruh provinsi di Indonesia pada saat itu. Provinsi
DKI merupakan provinsi dengan jumlah infeksi HIV tertinggi Maret 2017
(46.758), diikuti Jawa Timur (33.043), Papua (25.586), Jawa Barat(24.650)
dan Jawa Tengah (18.038). Pada Laporan Situasi Perkembangan HIV-
AIDS & PMS di Indonesia yang diterbitkan pada periode Januari - Maret
2017 oleh Sub Bidang AIDS dan PMS, Direktorat P2P Kemenkes RI,
menyebutkan bahwa provinsi yang menempati urutan 5 besar provinsi
dengan kasus terinfeksi HIV terbesar di Indonesia pada periode Januari –
Maret 2017 adalah Jawa Timur (1.614 kasus), Jawa Barat (1.505 kasus),
DKI Jakarta (1.403 kasus), Jawa Tengah Laporan Situasi Perkembangan
HIV-AIDS & PMS di Indonesia tahun 2017 untuk jumlah kumulatif AIDS
menurut pekerjaan/status menunjukkan bahwa ibu rumah tangga dengan
HIV/AIDS menempati urutan pertama dengan jumlah kasus AIDS
terbanyak. Jumlah kasus ibu rumah tangga dengan HIV/AIDS sampai
dengan Maret 2007 adalah sebanyak 2.302 kasus. Jumlah total kasus
AIDS pada kelompok pekerjaan/status ibu rumah tangga ini jauh lebih
besar jika dibandingkan dengan jumlah total AIDS yang dilaporkan pada
kelompok pekerja seks yang hanya berjumlah 2.963 kasus. Perbandingan
jumlah kasus AIDS pada pekerja seks dan ibu rumah tangga adalah 1: 6.
Hal tersebut dapat mengindikasikan bahwa ibu rumah tangga juga
memiliki risiko untuk menderita AIDS. Penularan AIDS pada ibu rumah
tangga dapat terjadi melalui penularan AIDS dari pekerja seks-
pelanggan/suami-ibu rumah tangga. Misalkan 1 pekerja seks yang
terinfeksi HIV menularkan kepada 10 pelanggannya/suami, maka akan
ada 10 ibu rumah tangga yang akan memiliki risiko untuk terinfeksi HIV.
Rantai penularan pekerja sekspelanggan/suami-ibu rumah tangga ini
dapat dapat terjadi jika suami yang merupakan pengidap HIV menulari
istrinya melalui hubungan seks tanpa kondom. Bila para ibu rumah tangga
ini hamil, maka kemungkinan akan melahirkan anak dengan HIV sehingga
akan menambah daftar penduduk yang menderita HIV. (1.171 kasus) dan
Papua (861 kasus).
Data Surveilans Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP) tahun 2007-
2015 menyebutkan bahwa kelompok pria risiko tinggi yang terinfeksi HIV
didominasi oleh pria dengan status kawin. Jika dibandingkan dengan pria
yang belum pernah menikah, perbandingannya adalah 2:1 untuk pria yang
sudah menikah dan belum menikah. Selain itu, data juga menyebutkan
bahwa terjadi pergeseran dimana kelompok pria yang terinfeksi HIV
didominasi oleh kelompok pria yang tinggal bersama pasangan tetap
dengan presentasenya lebih dari 50 persen. Keinginan seksualitas yang
lebih besar, pendidikan yang rendah, pengetahuan dan pemahaman yang
rendah tentang HIV serta tidak menerima informasi tentang HIV pada laki-
laki dapat menyebabkan laki-laki melakukan perilaku seksual berisiko HIV
seperti melakukan hubungan seksual secara vaginal atau anal dengan
pasangan yang tidak tetap atau lebih dari satu orang tanpa menggunakan
kondom atau penggunaan kondom yang tidak konsisten. Dampak dari
fenomena tersebut adalah banyaknya ibu rumah tangga yang menderita
AIDS. Ibu rumah tangga yang menderita AIDS saat mendapatkan HIV
berasal dari suaminya yang melakukan hubungan seksual sembarangan
dan tidak aman. Besarnya risiko perilaku seksual laki-laki yang berganti-
ganti pasangan, terutama terhadap istrinya sendiri dapat semakin
memperburuk kondisi perempuan, terutama ketika ibu rumah tangga
terinfeksi HIV/AIDS meskipun dari suaminya sendiri.
Kurangnya pengetahuan mengenai penularan HIV serta kesadaran
akan pentingnya memeriksakan diri terhadap infeksi HIV yangmasih
rendah di kalangan ibu rumah tangga membuat mereka rentan terinfeksi
HIV. Padahal secara biologis perempuan lebih mudah tertular penyakit-
penyakit melalui hubungan seksual dibanding laki-laki. Perempuan
memiliki permukaan (mukosa) alat kelamin yang lebih luas sehingga
mudah terpapar cairan sperma ketika berhubungan seksual. Selain itu,
sperma yang terinfeksi HIV mempunyai konsentrasi virus yang lebih tinggi
dibanding konsentrasi HIV pada cairan vagina. Kepercayaan kepada
suami yang tidak mungkin menularkan HIV mengakibatkan tidak adanya
kewaspadaan dalam mencegah penularan HIV.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah
yang akan dibahas di dalam makalah tentang HIV/AIDS ini adalah
sebagai berikut:
1. Apa pengertian HIV/AIDS?
2. Apa bahaya HIV/AIDS?
3. Bagaimana proses penularan HIV/AIDS?
4. Bagaimana upaya pencegahan penyakit HIV/AIDS?
5. Bagaimana cara pengobatan penyakit AIDS?

C. Tujuan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah tentang HIV/AIDS ini
adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian HIV/AIDS.
2. Untuk mengetahui bahaya HIV/AIDS.
3. Untuk mengetahui proses penularan HIV/AIDS.
4. Untuk mengetahui upaya pencegahan penyakit HIV/AIDS.
5. Untuk mengetahui cara pengobatan penyakit AIDS.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN HIV/AIDS
a. Pengertian HIV
HIV adalah virus atau jasad renik yang sangat
kecil yang menyerang sistem kekebalan tubuh
manusia. Bentuk HIV seperti binatang bulu babi
(binatang laut) yang berbulu tegak dan tajam. Tubuh
manusia mempunyai sel-sel darah putih yang
berfungsi untuk melawan dan membunuh bibit-bibit
atau kuman-kuman penyakit yang masuk ke dalam
tubuh manusia. Dengan demikian sel-sel darah putih
melindungi seseorang dari jatuh sakit. Inilah yang
disebut kekebalan tubuh manusia, yang merupakan
daya tahan tubuh seseorang.
Seseorang yang terinfeksi oleh HIV, maka virus
ini akan menyerang sel darah putih. Selanjutnya akan
merusak dinding sel darah putih untuk masuk ke
dalam sel dan merusak bagian yang memegang
peranan pada kekebalan tubuh. Sel darah putih yang
telah dirusak tersebut menjadi lemah dan tidak lagi
mampu melawan kuman-kuman penyakit. Lambat-
laun sel darah putih yang sehat akan sangat
berkurang. Akibatnya, kekebalan tubuh orang
tersebut menjadi menurun dan akhirnya sangat
mudah terserang penyakit.
Seseorang yang terinfeksi oleh HIV, berarti
mengidap HIV di dalam tubuhnya, disebut “HIV+”
( HIV positif) atau pengidap HIV. Orang yang telah
terinfeksi HIV dalam beberapa tahun pertama belum
menunjukkan gejala apapun. Sehingga secara fisik
kelihatan tidak berbeda dengan orang lain yang
sehat. Namun dia mempunyai potensi sebagai
sumber penularan, artinya dapat menularkan virus
kepada orang lain. Setelah periode 7 hingga 10
tahun, atau jika kekebalan tubuhnya sudah sangat
melemah karena berbagai infeksi lain, seorang
pengidap HIV mulai menunjukkan gejala-gejala dan
tanda-tanda bermacam-macam penyakit yang muncul
karena rendahnya daya tahan tubuh. Pada keadaan
ini orang tersebut disebut sebagai penderita AIDS.
b. Pengertian AIDS
AIDS singkatan dari Acquired Immune
Deficiency Syndrome. Syndrome yang bahasa
Indonesianya adalah Sindroma, merupakan kumpulan
gejala dan tanda penyakit. Deficiency dalam bahasa
Indonesia berarti kekurangan. Immune berarti
kekebalan, sedangkan Acquired berarti diperoleh atau
didapat. Dalam hal ini, “diperoleh” mempunyai
pengertian bahwa AIDS bukan penyakit keturunan.
Seseorang menderita AIDS bukan karena keturunan
dari penderita AIDS, tetapi karena terjangkit atau
terinfeksi virus penyebab AIDS. Oleh karena itu, AIDS
dapat diartikan sebagai kumpulan tanda dan gejala
penyakit akibat hilangnya atau menurunnya sistem
kekebalan tubuh seseorang. AIDS merupakan fase
terminal (akhir) dari infeksi HIV.
Telah disebutkan bahwa seorang pengidap
HIV daya tahan tubuhnya terganggu sehingga mudah
terserang penyakit, bahkan serangan sesuatu
penyakit yang untuk orang lain dapat digolongkan
sebagai penyakit ringan, bagi seorang pengidap HIV
atau penderita AIDS penyakit tersebut dapat menjadi
berat, bahkan dapat menimbulkan kematian. Misalnya
penyakit influensa, pada orang sehat penyakit ini,
akan sembuh dengan sendirinya dalam waktu kurang
lebih satu minggu, meskipun tidak diobati sama sekali
asalkan penderita makan, tidur dan istirahat yang
cukup. Sedangkan pada pengidap HIV dan penderita
AIDS, penyakit influensa ini akan menetap lebih lama
bahkan semakin parah pada waktu tertentu. Seorang
penderita AIDS dapat meninggal oleh penyakit infeksi
lain yang menyerang dirinya akibat kekebalan
tubuhnya yang terganggu (disebut infeksi
oportunistik).
B. Bahaya HIV/AIDS
AIDS merupakan kumpulan gejala penyakit yang
disebabkan oleh virus HIV yang mudah menular dan
mematikan. Virus tersebut merusak sistem kekebalan tubuh
manusia, dengan akibat turunnya/hilangnya daya tahan
tubuhnya sehingga mudah terjangkit dan meninggal karena
penyakit infeksi, kanker lainnya. Dan sampai saat ini belum
ditemukan vaksin pencegahnya atau obat untuk
penyembuhannya. Bahaya besar penyakit HIV/AIDS di
antarnya adalah:
1. Kematian
Menurut perhitungan WHO (1992) tidak kurang dari 3
orang di seluruh dunia terkena infeksi HIV/AIDS setiap
menitnya. Dan yang mengerikan adalah jumlah penderita
70% adalah kalangan pemuda/usia produktif.
2. Serangan Bagi Anak Muda
Kelompok resiko tinggi terjangkitnya penyakit bahaya
ini adalah homoseksual, heteroseksual, promiskuitas
(Perkawinan lebih dari satu), penggunaan jarum suntik
pecandu narkotik dan seks bebas serta orang-orang yang
mengabaikan nilai-nilai moral, etik, dan agama (khususnya
para remaja atau generasi muda usia 13-25 tahun).
Permasalahan lain yang berdampak sangat tinggi bagi
penularan virus AIDS adalah remaja yang meninggalkan
rumah tanpa izin dan menjadi anak jalanan, dan tuna susila
yang melakukan seksual aktif dan pecandu narkoba secara
bebas dan tidak terjaga kebersihan atau kesehatannya.
3. Tidak Bermoral
Pola dan gaya hidup barat sebagai konsekuensi
modernisasi, industrialisasi, dan kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi, telah menyebabkan perubahan-perubahan
nilai kehidupan yang cenderung mengabaikan nilai-nilai
moral, etik, dan agama, termasuk nilai-nilai hubungan
seksual antar individu.
4. Bunuh Diri
Jika seseorang menderita penyakit ini, maka akan
menimbulkan depresi yang mendalam, semangat hidup
rendah dan hilang kepercayaan diri. Permasalahan ini telah
banyak memakan korban jiwa, sebab dari mereka-mereka
yang terjangkit penyakit ini selalu mengakhiri penyakit yang
di deritanya dengan bunuh diri.
5. Gila
Orang yang hilang kepercayaan diri, banyak dijauhi
orang karena penyakit yang dideritanya ini akan
menimbulkan stres yang begitu berat, jika stres yang diderita
terus dibiarkan maka akan menyebabkan kegilaan alias tidak
mempunyai kesadaran normal.

C. Penularan HIV/AIDS
HIV bertahan lebih lama di luar tubuh manusia hanya bila
darah yang mengandung HIV tersebut masih dalam keadaan
belum mengering. HIV juga mudah mati oleh air panas, sabun
dan bahan pencuci hama lain. Karena HIV cepat mati di luar
tubuh manusia, maka HIV tidak dapat menular lewat udara
seperti virus lainnya, misalnya virus influenza. Virus influensa
dapat hidup di udara bebas di sekeliling kita, sehingga
penularan influensa dapat terjadi melalui udara. Di dalam tubuh
manusia, HIV terdapat pada cairan-cairan tubuh, yaitu: darah,
air mani, cairan vagina (cairan kemaluan wanita).
Penularan terjadi bila ada kontak atau percampuran
dengan cairan tubuh yang mengandung HIV, yaitu melalui:
1. Cara Penularan HIV/AIDS
 Hubungan seksual dengan seseorang yang
mengidap HIV. Hubungan seksual ini bisa
homoseksual maupun heteroseksual.
 Alat jarum suntik atau alat tusuk lainnya (akupunktur,
tindik, tato) yang tercemar oleh HIV. Oleh sebab itu
pemakaian jarum suntik secara bersama sama oleh
para pecandu narkotika akan mudah menularkan
HIV di antara mereka bila salah satu di antaranya
seorang pengidap HIV.
 Ibu hamil yang mengidap HIV kepada bayi yang
dikandungnya.
2. Gejala penularan HIV/AIDS
Gejala awal penularan HIV/AIDS terjadi beberapa hari
atau beberapa minggu setelah terinfeksi HIV, seseorang
mungkin akan menjadi sakit dengan gejala-gejala seperti
flu, yaitu:
a. Gejala awal penularan HIV/AIDS
 Demam;
 Rasa lemah dan lesu;
 Sendi-sendi terasa nyeri;
 Batuk;
 Nyeri tenggorokan.

Gejala-gejala ini hanya berlangsung beberapa hari


atau beberapa minggu saja, lalu hilang dengan
sendirinya.
b. Gejala selanjutnya
Gejala selanjutnya adalah memasuki tahap di mana
sudah mulai timbul gejala-gejala yang mirip yang dengan
gejala-gejala penyakit lain, yaitu:
1. Demam berkepanjangan;
2. Penurunan berat badan ( lebih dari 10% dalam
waktu 3 hari);
3. Kelemahan tubuh yang mengganggu/menurunkan
aktivitas fisik sehari-hari;
4. Pembengkakan kelenjar di leher, lipat paha, dan
ketiak;
5. Diare atau menceret terus menerus tanpa sebab
yang jelas;
6. Batuk dan sesak nafas lebih dari 1 bulan secara
terus menerus;
7. Kulit gatal dan bercak-bercak merah kebiruan.
Gejala-gejala di atas ini memang tidak khas, karena
dapat juga terjadi pada penyakit- penyakit lain.
Namun gejala-gejala ini menunjukkan sudah adanya
kerusakan pada sistem kekebalan tubuh.
c. Gejala penurunan kekebalan tubuh
Gejala penurunan kekebalan tubuh ditandai dengan
mudahnya diserang penyakit lain, dan disebut infeksi
oportunistik. Maksudnya adalah penyakit yang
disebabkan baik oleh virus lain, bakteri, jamur, atau
parasit (yang bisa juga hidup dalam tubuh kita), yang
bila sistem kekebalan tubuh baik kuman ini dapat
dikendalikan oleh tubuh. Pada tahap ini pengidap HIV
telah berkembang menjadi penderita AIDS. Gejala
AIDS yang timbul adalah:
1. Radang paru;
2. Radang saluran pencernaan;
3. Radang karena jamur di mulut dan kerongkongan;
4. Kanker kulit;
5. TBC;
6. Gangguan susunan saraf.

Pada umumnya penderita AIDS akan meninggal


dunia sekitar 2 tahun setelah gejala AIDS ini muncul.
3. Perilaku berisiko tinggi terjangkit HIV/AIDS
Orang-orang yang memiliki perilaku berisiko tinggi
menularkan atau tertular HIV artinya orang-orang yang
mempunyai kemungkinan besar terkena infeksi HIV atau
menularkan HIV dikarenakan perilakunya. Mereka yang
memiliki perilaku berisiko tinggi itu adalah:
 Wanita dan laki-laki yang berganti-ganti pasangan
dalam melakukan hubungan seksual, dan
pasangannya.
 Wanita dan pria tuna susila, serta pelanggan
mereka.
 Orang-orang yang melakukan hubungan seksual
yang tidak wajar, seperti hubungan seks melalui
dubur (anal) dan mulut misalnya pada homoseksual
dan biseksual.
 Penyalahgunaan narkotika dengan suntikan, yang
menggunakan jarum suntik secara bersama
(bergantian).

D. Upaya Pencegahan Penyakit HIV/AIDS


Sampai saat ini belum ada obat untuk
menyembuhkan maupun vaksin untuk mencegah penyakit
ini. Upaya-upaya pencegahan harus dikaitkan dengan
bagaimana penularan AIDS dapat terjadi, yang telah
dibicarakan sebelumnya.
1. Pencegahan Melalui Hubungan Sekssual
Telah kita ketahui bahwa infeksi HIV terutama terjadi
melalui hubungan seksual. Oleh sebab itu pencegahan
penularan melalui hubungan seksual memegang peranan
paling penting. Untuk itu setiap orang perlu memiliki perilaku
seksual yang aman dan bertanggungjawab, yaitu:
 Tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah
(abstinence). Hubungan seksual hanya dilakukan
melalui pernikahan yang sah.
 Bila telah menikah, hanya mengadakan hubungan seksual
dengan pasangan sendiri, yaitu suami atau istri sendiri.
Tidak mengadakan hubungan seksual di luar nikah.
 Bila salah satu pasangan sudah terinfeksi HIV maka dalam
melakukan hubungan seksual harus menggunakan kondom
secara benar dan konsisten. Ketiga konsep pencegahan di
atas ini dikenal dengan istilah ABCE (Abstinence, Be
faithful, Condom, Education).
 Mempertebal iman dan takwa agar tidak terjerumus ke
dalam hubungan seksual di luar nikah.

2. Pencegahan Penularan Melalui Darah


Penularan HIV melalui darah menuntut kita untuk
berhati-hati dalam berbagai tindakan yang berhubungan
dengan darah maupun produk darah dan plasma.
a. Transfusi Darah
Harus dipastikan bahwa darah yang digunakan untuk
transfusi tidak tercemar HIV. Perlu dianjurkan pada seseorang
yang HIV (+) atau mengidap virus HIV dalam darahnya, untuk
tidak menjadi donor darah. Begitu pula dengan mereka yang
mempunyai perilaku berisiko tinggi, misalnya sering melakukan
hubungan seks dengan berganti-ganti pasangan.
b. Penggunaan Produk Darah dan Plasma
Sama halnya dengan darah yang digunakan untuk
transfusi, maka terhadap produk darah dan plasma (cairan
darah) harus dipastikan tidak tercemar HIV.
c. Penggunaan Alat Suntik dan Alat Lain yang Dapat
Melukai Kulit
Penggunaan alat-alat seperti, jarum suntik, alat cukur,
alat tusuk untuk tindik, perlu memperhatikan masalah
sterilisasinya. Tindakan desinfeksi dengan pemanasan atau
larutan desinfektan merupakan tindakan yang sangat penting
untuk dilakukan.

3. Pencegahan Penularan dari ibu ke anak


Seorang ibu yang terinfeksi HIV, risiko penularan
terhadap janin yang dikandungnya atau bayinya cukup
besar, kemungkinannya sebesar 30-40 %. Risiko itu akan
semakin besar bila si ibu telah terkena atau menunjukkan
gejala AIDS. Oleh karena itu, bagi seorang ibu yang sudah
terinfeksi HIV dianjurkan untuk mempertimbangkan kembali
tentang kehamilan. Risiko bagi bayi terinfeksi HIV melalui
susu ibu sangat kecil, sehingga tetap dianjurkan bagi si ibu
untuk tetap menyusukan bayi dengan ASI-nya.
E. Pengobatan Penyakit AIDS
Sampai sekarang belum ada obat yang tepat untuk
menyembuhkan penderita AIDS secara total. Pengobatan yang
dibutuhkan seorang penderita AIDS diperlukan tidak saja untuk
melawan infeksi sampingan yang muncul, tetapi juga untuk
mencegah komplikasi virus ini lebih lanjut dan untuk
memperbaiki fungsi tubuh penderita akibat sistem
kekebalannya yang sudah rusak. Ada beberapa jenis obat yang
telah ditemukan yang berfungsi hanya untuk menghambat
perkembangan virus HIV. Obat-obat tersebut adalah:
 AZT (Azidothimidine).
 DDI (Dideoxynosine).
 DDC (Dideoxycytidine).

Akan tetapi obat AZT, DDI, DDC ini belum menjamin


proses penyembuhan. Ini mungkin hanya memperpanjang
hidup penderita untuk 1 atau 2 tahun saja. Karena sampai
sekarang belum ada obat yang dapat membunuh virus ini
secara total. Demikian juga cara perawatan yang optimal untuk
menyempurnakan kembali sistem kekebalan penderita AIDS
belum ditemukan. Penelitian-penelitian menemukan vaksin dan
obat AIDS terus dilakukan oleh para dokter, terutama di
negara-negara maju namun di samping itu pengidap HIV atau
penderita AIDS membutuhkan cara perawatan/pengobatan lain
yaitu psikoterapi, konseling, keluarga, dan terapi kelompok.

BAB III PENUTUP


A. KESIMPULAN
AIDS adalah singkatan dari Acquired Immuno Deficiency
Syndrome. AIDS merupakan kumpulan gejala-gejala penyakit pada
seseorang karena berkurangnya sistem kekebalan tubuh akibat
serangan HIV. HIV mempunyai kemampuan mengubah diri
sehingga mudah melakukan mutasi bila suatu kondisi tidak
menguntungkan hidupnya. HIV hanya bisa hidup pada
cairan/jaringan tubuh manusia. HIV masuk ke dalam pembuluh
darah melalui “pintu masuk” berupa luka pada tubuh, kemudian
menyerang sel-sel kekebalan tubuh sehingga sistem pertahanan
tubuh penderita mengalami kelumpuhan.
Bila seseorang terinfeksi HIV maka hampir di seluruh cairan
tubuhnya mengandung HIV tetapi dengan jumlah berbeda-beda.
Walaupun demikian, yang terbukti dapat menularkan adalah HIV
yang terdapat di darah, air mani, dan cairan serviks atau vagina.
HIV menular melalui “pintu masuk” berupa luka, luka borok, dan
yang memungkinkan terjadinya pertukaran cairan tubuh yang
mengandung virus ke peredaran darah orang yang belum
terinfeksi.
Virus HIV mengalami perkembangan di dalam tubuh
penderita. Setelah 5–10 tahun tertular HIV, penderita mulai
menunjukkan gejala bermacam penyakit yang disebabkan oleh
rendahnya daya tahan tubuh sehingga ia menderita penyakit AIDS
(Acuired Immuno Deficiency Syndrome). Penyakit AIDS bukan
merupakan penyakit keturunan, tetapi penyakit ini diperoleh akibat
terinfeksi HIV. Dalam tubuh manusia, terdapat sel-sel darah putih
yang berfungsi melawan dan membunuh kuman atau bibit penyakit
yang masuk ke dalam tubuh. Jika seseorang terserang virus HIV,
sel-sel darah putih dihancurkan oleh virus tersebut sehingga tidak
mampu lagi melawan kuman penyakit dan mudah terserang
penyakit infeksi lain.
B. SARAN
Melihat kondisi-kondisi di atas, yang bisa kita lakukan untuk
pencegahan penyebaran HIV adalah berperilaku yang bertanggung
jawab baik bagi diri kita sendiri maupun orang lain, dan berperilaku
sesuai dengan tuntutan norma agama dan sosial yang berlaku
dimasyarakat. Di samping itu, menyebarkan informasi tentang
HIV/AIDS adalah cara lain untuk melindungi teman, keluarga, dan
lingkungan dari penyebaran HIV/AIDS. Hal ini dapat diwujudkan
dalam kegiatan sederhana:
1. Di Dalam Lingkungan Masyarakat
Berikan informasi yang benar dan tepat yang sudah diterima
kepada lingkungan sekitar. Misalnya: keluarga, teman-teman,
tetangga dan lain-lain. Jika dalam percakapan sehari-hari
mendengar informasi yang salah tentang HIV/AIDS, langsung
diperbaiki dengan cara yang benar.
2. Di Dalam Lingkungan Sekolah antar Institusi Pendidikan
Mengusulkan adanya diskusi dan seminar atau kegiatan
lainnya yang berhubungan dengan kegiatan pencegahan HIV/AIDS.
Mengadakan kegiatan lain yang berkaitan dengan masalah
HIV/AIDS, misalnya lomba poster, lomba mengarang, dan lain
sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
Kemenkes RI. Situasi HIV/AIDS di Indonesia tahun 1987-2017. 2017
Ditjen PP & PL Depkes Kemenkes RI. Statistik Kasus HIV/AIDS di
Indonesia. Jakarta; 2014
Nursalam. 2006. Asuhan Keperawatan pada Pasien Terinfeksi HIV/AIDS.
Jakarta: Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai