Anda di halaman 1dari 5

Penyakit menular seksual (PMS) adalah infeksi saluran reproduksi yang menyebar

melalui hubungan seksual. Infeksi saluran kelamin adalah infeksi yang disebabkan
oleh masuk dan berkembang biaknya kuman penyebab infeksi, dapat berupa
jamur, virus, dan parasit. Meskipun PMS dapat disebabkan oleh bakteri yang
berbeda, namun seringkali menyebabkan ketidaknyamanan dan gejala yang sama
(Ardhiyanti, 2015).

Infeksi menular seksual (IMS) adalah sindrom klinis dan infeksi yang disebabkan
oleh patogen yang ditularkan dari satu orang ke orang lain melalui kontak seksual.
PMS dapat terjadi baik pada pria maupun wanita, dan penularan dapat terjadi
meskipun hanya berhubungan seks dengan penderita PMS tanpa menggunakan
kondom (Purba, 2021).

Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2021, terdapat 357 juta
kasus baru setiap tahun yang dapat disembuhkan dari empat infeksi menular
seksual di kalangan usia 15-49 tahun. Ada 131 juta kasus Chlamydia trachomatis,
78 juta kasus Neisseria gonorrhoeae, 6 juta kasus sifilis, dan 142 juta kasus
Trichomonas vaginalis. Upaya pencegahan negara adalah pembentukan sistem
surveilans infeksi menular seksual yang mampu mendeteksi 70% penyakit
menular seksual. Angka ini menunjukkan bahwa beban IMS global sangat tinggi
sehingga diperlukan upaya pencegahan. WHO menyatakan bahwa tindakan
bersama diperlukan dimulai dengan pendidikan kesehatan seksual, penggunaan
kondom yang efektif, upaya penguatan pengawasan penyakit menular seksual,
serta pengembangan pengobatan dan diagnostik baru (WHO, 2021).

Prevalensi penyakit menular seksual di Indonesia tahun 2021 berdasarkan


pemeriksaan laboratorium sebanyak 11.133 kasus, prevalensi sifilis dini 2.976,
prevalensi sifilis lanjut 892, prevalensi gonore 1.482, dan prevalensi uretritis
gonore 1004 kasus. , prevalensi herpes genital 143 kasus, trikomoniasis 342
kasus, HIV 7.650 kasus, AIDS 1.677 kasus (Kemenkes, 2021).

Prevalensi HIV dan AIDS di Aceh pada tahun 2020 adalah 79% untuk laki-laki
dan 21% untuk perempuan. Terdapat 63 kasus HIV dan 79 kasus AIDS dan
jumlah ini akan meningkat menjadi 100 kasus HIV dan 55 kasus AIDS pada tahun
2021, dengan Banda Aceh memiliki jumlah kasus tertinggi dengan 35 kasus
HIV/AIDS (Kementerian Kesehatan Provinsi, 2021).

Penyebab tingginya kejadian PMS adalah karena wanita kurang memahami cara
pencegahan PMS. Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
perilaku pencegahan PMS pada wanita usia subur, gejala cenderung lebih baik
dalam pencegahan dibandingkan wanita usia subur yang pengetahuannya kurang
tentang PMS (Wulandari, 2015).

(Arismawati et al., 2022)Aids, H. I. V, & Ims, D. A. N. (2017). Jurnal of Health


Education Menurut United Nations Programme on. 2(1), 1–10.

Arismawati, R., Muhammadiyah, U., & Aceh, B. (2022). 3 1,2,3. 1, 183–195.

DOI: http://dx.doi.org/10.33846/sf13226 Rendahnya Pengetahuan Hak


Reproduksi Perempuan pada Remaja Putri Faizatul Ulya. (2022). 13(April),
415–420.

Yogyakarta, S. M. A. M. (2022). Available online at


https://stikesmus.ac.id/jurnal/index.php/JKebIn/index. 13(1), 86–93.

Penyakit menular seksual (PMS) adalah penyakit yang dapat ditularkan melalui
hubungan seksual. Risiko infeksi ini lebih besar jika Anda melakukan hubungan
seks vaginal, oral, atau anal dengan banyak pasangan. Jenis infeksi menular
seksual (IMS) adalah gonore, sifilis (The Lion King), herpes genital,
trikomoniasis vaginalis, chancroid, klamidia, dan candida acuminata (genital
warts/HPV) (Kusmiran, 2011).

Menurut Priyoto (2014), faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang meliputi


faktor predisposisi (pengetahuan, sikap dan praktik penggunaan kondom), faktor
pendukung (konsultasi media dan perolehan informasi) dan faktor pendorong
(dukungan dari petugas kesehatan, teman), dan mendukung mucikari).
(Aids & Ims, 2017)Aids, H. I. V, & Ims, D. A. N. (2017). Jurnal of Health
Education Menurut United Nations Programme on. 2(1), 1–10.

Arismawati, R., Muhammadiyah, U., & Aceh, B. (2022). 3 1,2,3. 1, 183–195.

DOI: http://dx.doi.org/10.33846/sf13226 Rendahnya Pengetahuan Hak


Reproduksi Perempuan pada Remaja Putri Faizatul Ulya. (2022). 13(April),
415–420.

Yogyakarta, S. M. A. M. (2022). Available online at


https://stikesmus.ac.id/jurnal/index.php/JKebIn/index. 13(1), 86–93.

Human immunodeficiency virus (HIV) adalah virus yang menginfeksi sel darah
putih dan menurunkan kekebalan tubuh. Acquired Immunodeficiency Syndrome
(AIDS) merupakan kumpulan gejala yang terjadi akibat melemahnya kekebalan
tubuh akibat infeksi HIV (KEMENKES RI, 2020). HIV menghancurkan sel CD4,
melemahkan kekebalan seseorang terhadap infeksi oportunistik seperti
tuberkulosis dan infeksi jamur, infeksi bakteri, dan kanker tertentu (WHO, 2021).
Menurut data WHO, akan ada 37,7 juta orang terinfeksi HIV pada tahun 2020, 1,5
juta infeksi baru dan 680.000 kematian terkait HIV pada tahun 2020. Menurut
data tersebut, sebanyak 19.300.000 orang yang hidup dengan HIV adalah
perempuan (WHO, 2021).

Indonesia memiliki wilayah yang luas dan jumlah penduduk yang besar, serta pola
epidemi AIDS yang sangat rumit. Lebih dari 260 juta jiwa tersebar di 514
kabupaten/kota. Sebanyak 90 persen dari mereka melaporkan kasus HIV dan
AIDS, membuat pengendalian HIV dan AIDS menjadi tantangan. Diperkirakan
jumlah orang yang hidup dengan HIV dan AIDS (ODHA) pada tahun 2020
sebanyak 543.100. Hasil pemodelan dengan Asian Epidemic Model (AEM)
menunjukkan bahwa 70% ODHA bukan kelompok kunci yang dilakukan oleh
institusi kesehatan terutama ibu hamil, pasien tuberkulosis, pasien infeksi menular
seksual, pasangan pasien HIV, hepatitis pasien, Orang yang datang ke institusi
medis dengan tanda dan gejala kekebalan yang melemah. Diperkirakan populasi
wanita non kunci masih memberikan kontribusi terbesar terhadap proyeksi jumlah
infeksi HIV baru pada tahun 2020-2024 yaitu sebesar 35% dari total proyeksi
kasus baru (Kemenkes RI, 2020).

(Yogyakarta, 2022)

Angka baru HIV di Jawa Timur mengalami peningkatan dari tahun 2016 dengan
jumlah sebanyak6.513 hingga tahun 2018 mencapai8.608. Kasus HIV/ AIDS di
Indonesia masih menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun dengan jumlah
tertinggi ada pada provinsi Papua dan Jawa Timur sebagai tertinggi kedua yang
secara kumulatif, kasus penderita AIDS dari tahun 1987 sampai Desember 2018
di provinsi Jawa Timur adalah sebanyak 19.829 orang. Persentase tertinggi AIDS
pada kelompok usia 20- 29 tahun(,4). Sementara itu, sebesar,7 adalah usia 15- 19
tahun.( 4) Dan presentase kasus AIDS pada pengguna napza suntikan( IDU)
menurut data
provinsi Jawa Timur tahun 2018 mencapai(,40). Penularan HIV dan AIDS di
Indonesia masih tergolong tinggi, terutama di usia produktif.( 5)

(DOI: Http://Dx.Doi.Org/10.33846/Sf13226 Rendahnya Pengetahuan Hak


Reproduksi Perempuan Pada Remaja Putri Faizatul Ulya, 2022)Aids, H. I.
V, & Ims, D. A. N. (2017). Jurnal of Health Education Menurut United
Nations Programme on. 2(1), 1–10.

Arismawati, R., Muhammadiyah, U., & Aceh, B. (2022). 3 1,2,3. 1, 183–195.

DOI: http://dx.doi.org/10.33846/sf13226 Rendahnya Pengetahuan Hak


Reproduksi Perempuan pada Remaja Putri Faizatul Ulya. (2022). 13(April),
415–420.

Yogyakarta, S. M. A. M. (2022). Available online at


https://stikesmus.ac.id/jurnal/index.php/JKebIn/index. 13(1), 86–93.

Anda mungkin juga menyukai