PENDAHULUAN
sering disebut sebagai HIV merupakan sebuah virus yang dapat menurunkan
kekebalan tubuh manusia karena telah menginfeksi sel darah putih. Sementara
itu, gejala-gejala penyakit yang timbul dari HIV itu sendiri disebut sebagai
RI, 2007). Penularan penyakit ini akan mudah tersebar melalui hubungan
Penyakit AIDS tergolong mematikan karena memiliki case fatality rate dalam
jangka waktu 5 tahun. Hal tersebut mengartikan bahwa dalam jangka waktu
pada tahun 2020 terjadi penambahan kasus baru HIV sebanyak 1,5 juta kasus
di seluruh dunia sehingga di tahun yang sama diperkirakan terdapat 37,7 juta
kasus populasi dunia yang terjangkit HIV. Penambahan kasus baru HIV pada
hanya mecapai 1,7 juta kasus baru. Hal tersebut juga selaras dengan penurunan
kasus kematian akibat AIDS di tahun 2019 yang semula sebanyak 690 ribu
kasus menjadi 680 ribu kasus di tahun 2020. Walaupun terjadi penurunan kasus
baru HIV dan kematian akibat AIDS di tahun 2020, angka tersebut masih
HIV terbanyak di dunia dengan 880 ribu kasus yang kemudian disusul oleh
sebagai negara dengan jumlah kasus kumulatif HIV/AIDS tertinggi dari tahun
70000
60000
50000
40000
30000
20000
10000
0
2010 2012 2014 2016 2018 2020 2022
kenaikan hingga tahun 2017 dengan jumlah kasus baru tertinggi sebanyak
58788. Kemudian, sejak tahun 2018 hingga 2020, jumlah kasus baru
HIV/AIDS cenderung mengalami penurunan. Penurunan signifikan terjadi
Pulau Jawa. Hasil dari Laporan Perkembangan HIV/AIDS dan Penyakit Infeksi
Menular Seksual Tahun 2020, menyatakan bahwa Provinsi Jawa Timur, Jawa
Barat, Jawa Tengah, dan DKI Jakarta menjadi provinsi dengan kasus baru
sedang dan rendah. Dari hasil laporan itu pula diketahui bahwa Provinsi Jawa
dapat ditekan kedepannya. Hal ini juga sejalan dengan salah satu target dari
epidemi HIV/AIDS serta penyakit menular lainnya pada tahun 2030. Selain itu,
HIV/AIDS tercermin dalam Visi Indonesia Emas 2045 pilar pertama, yakni
pilar ini, salah satu target dari sisi kesehatan yang ingin dicapai adalah
Langkah ini sangat penting karena bertujuan agar kebijakan yang diterapkan
dipengaruhi oleh faktor non spasial atau disebut juga sebagai faktor mondial
HIV/AIDS juga dipengaruhi oleh faktor lain, yakni faktor spasial, keadaan
wilayah lain yang berdekatan dengan wilayah tempat tinggal (Marsudi, 2011).
Secara lebih jelas, faktor spasial yang dimaksud ialah wilayah tetangga yang
(Rohimah & Riyantobi, 2019). Artinya, apabila suatu wilayah tempat tinggal
memiliki kasus penderita HIV/AIDS yang tinggi, maka wilayah tempat tinggal
memiliki jumlah kasus yang tinggi pula. Begitu juga sebaliknya. Hal ini sesuai
dengan hukum Tobler yang berbunyi bahwa segala sesuatu saling terkait satu
sama lain, namun sesuatu yang dekat lebih berkaitan daripada yang berjauhan
(Tobler dalam Anselin, 1988). Hal tersebut memiliki makna bahwa efek
spasial dapat memiliki pengaruh yang kuat dalam penambahan kasus baru
persebaran spasial jumlah kasus baru HIV/AIDS di Provinsi Jawa Timur pada
10000
9000
8000
7000
6000
5000
4000
3000
2000
1000
0
2010 2012 2014 2016 2018 2020 2022
Menular Seksual Tahun 2020, dapat diketahui lima provinsi di Indonesia yang
diantaranya adalah Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, DKI Jakarta, dan
Papua. Provinsi Jawa Timur menjadi provinsi dengan penyumbang kasus baru
sepuluh tahun terakhir, Provinsi Jawa Timur selalu menjadi salah satu dari tiga
sejak tahun 2016 hingga tahun 2020, Provinsi Jawa Timur selalu menempati
peringkat pertama (Kementerian Kesehatan RI, 2021). Kasus HIV/AIDS pun
Timur, 2021).
dilakukan oleh Rohimah (2015) menyatakan bahwa jumlah warga tuna susila,
HIV/AIDS di Jawa Timur pada tahun 2010. Dari penelitian itu pula maka
kasus baru.
62,1 persen. di atas angka nasional yang sebesar 57,9 persen (BKKBN, 2020).
yang tertinggi di antara provinsi lain di Indonesia. Pada tahun 2020, ODHA
(Orang Dengan HIV/AIDS) yang menjalani pengobatan ARV (Antiretroviral)
pula oleh faktor spasial. Akibat dari faktor spasial ini adalah jumlah kasus
baru HIV/AIDS di suatu wilayah akan dipengaruhi oleh jumlah kasus baru
jumlah peristiwa yang terjadi pada periode waktu tertentu apabila rata-rata
kejadian tersebut diketahui dan dalam waktu yang saling bebas sejak kejadian
terakhir. Untuk menganalisis jenis data ini, tentunya analisis spasial dengan
model regresi poisson lah yang paling tepat digunakan. Namun, dalam
penerapan regresi ini, data variabel respon yang dianalisis haruslah memiliki
mean dan varians yang sama (equidispersi). Apabila syarat ini tidak dapat
terpenuhi, maka hal yang mungkin terjadi pada data variabel respon hanyalah
nilai varians yang lebih besar daripada nilai mean (overdispersi) ataupun nilai
sebaran kasus HIV/AIDS di Provinsi Jawa Timur pada tahun 2018 mengalami
penyebaran kasus HIV/AIDS tahun 2018 di Provinsi Jawa Timur. Dari kedua
mungkin saja terjadi pada data jumlah kasus baru HIV/AIDS Provinsi Jawa
Timur tahun 2020. Pendekatan analisis spasial dengan model regresi binomial
negatif dapat dijadikan salah satu cara penanganan masalah overdispersi pada
data tersebut.
variabel apa saja yang memengaruhi jumlah kasus baru HIV/AIDS di Provinsi
Jawa Timur pada tahun 2020. Variabel prediktor yang akan digunakan pada
Sistematika Bab pada skripsi ini terdiri dari lima bab yang berurutan dari
Bab I adalah bagian pendahuluan. Pada bab ini latar belakang, identifikasi
masalahan, serta tujuan dari penelitian ini akan dipaparkan secara jelas dan rinci.
Selain itu, sistematika penulisan skripsi ini akan diuraikan satu per satu.
ini pula lah yang akan menjadi pendukung penelitian ini dilakukan. Selain itu,
hasil penelitian sebelumnya yang terkait dengan penelitian ini juga akan
dipaparkan karena berperan sebagai pendukung. Selanjutnya, pada bab ini pula
akan dijelaskan alur pikir peneliti dalam melaksanakan penelitian ini serta
Bab III merupakan bagian metodologi penelitian. Pada bab ini berisi
dilihat dari sisi spasial akan menjadi fokus penelitian pada bab ini. Selain itu,
analisis secara deskriptif dan secara inferensia akan dilakukan pada bab ini pula.
Bab V adalah bagian kesimpulan dan saran. Bab ini akan berisi
kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan disesuaikan berdasarkan
tujuan penelitian ini dilakukan. Saran untuk hasil penelitian ini juga akan
Teori 1
Teori 2
Teori 3
1.
BAB III
METODOLOGI
Penelitian ini
Definisi Operasional
Analisis Deskriptif
Kerangka Analisis
Gambar 7. Flowchart analisis yang dilakukan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
poin interest 1
poin interes 2
Sumber :
Gambar 18.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian ini, maka saran yang dapat
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. (2020). Laporan Kinerja Instansi
BKKBN.
Badan Narkotika Nasional. (2021). Indonesia Drugs Report Tahun 2021. Jakarta: Puslitdatin
BNN.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. (2021). Profil Kesehatan Jawa Timur 2020. Jawa
Heriana, C., Nurjannah, S. N., & Suparman, R. (2015). Distribusi Spasial Dan Determinan
Kejadian HIV/AIDS Di Propinsi Jawa Barat Tahun 2014. Jurnal Ilmu Kesehatan
Miju, R., & Prasetyo, A. (2021, November). Geographically Weighted Negative Binomial
2
Kementerian Kesehatan RI. (2007). Situasi HIV/AIDS Indonesia Tahun 1986-2006. Jakarta:
Menular Seksual (PIMS) Tahun 2020. Jakarta: Pusat Data dan Informasi
faktor Yang Berpengaruh Terhadap Jumlah Penderita HIV Di Provinsi Jawa Timur.
Rohimah, Siti Rohmah, & Riyantobi, Ariq Muammar (2019). Model Spasial Otoregresif
Penderita HIV AIDS di Jakarta Timur. Jurnal Statistika dan Aplikasinya, 3(2), 35-
<https://doi.org/10.21009/jsa.03205>
Tohari, A. (2020). Estimasi Model Regresi Binomial Negatif Birespon Dengan Pendekatan
UNAIDS. (2021). UNAIDS Data 2021. Geneva. World Health Organization (WHO): 2021.
Wahyuni, S. T., Utami, T. W., & Darsyah, M. Y. (2021). Pemodelan Generalized Additive
Model For Location, Scale, and Shape (Gamlss) Dengan Pemulusan Locally
Pemodelan Generalized Additive Model For Location, Scale, and Shape (Gamlss)
3
LAMPIRAN
Lampiran 1.
lampiran berisi
● data
● script (walau pakai eviews, spss, smartpls tetap dilampirkan scriptnya)
● output.
4
“… sengaja dikosongkan …”
5
RIWAYAT HIDUP