Anda di halaman 1dari 105

STRATEGI NASIONAL PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS

2007-2010
BAB I
PENDAHULUAN
Sejalan dengan masalah yang dihadapi, Indonesia telah melaksanakan strategi
penanggulangan HIV dan AIDS melalui dua periode yang dimuat dalam Strategi
Nasional Penanggulangan HIV dan AIDS 1994-2003 dan tahun 2003-2007.
Di tahun-tahun mendatang tantangan yang dihadapi dalam upaya penanggulangan
HIV dan AIDS semakin besar dan rumit sehingga diperlukan strategi baru untuk
menghadapinya. Strategi Nasional 2007-2010 (STRANAS 2007-2010) menjabarkan
paradigma baru dalam upaya penanggulangan HIV dan AIDS di Indonesia dari upaya
yang terfragmentasi menjadi upaya yang komprehensif dan terintegrasi
diselenggarakan dengan harmonis oleh semua pemangku kepentingan (stakeholder).
Namun strategi ini akan terus mengembangkan kemajuan yang telah dicapai oleh
strategi-strategi sebelumnya. Akserelasi upaya perawatan, pengobatan dan
dukungan pada orang yang hidup dengan HIV dan AIDS (ODHA) dijalankan
bersamaan dengan akselerasi upaya pencegahan baik dilingkungan sub-populasi
berperilaku risiko tinggi maupu dilingkungan sub-populasi berperilaku risiko rendah
dan masyarakat umum.
Penguatan Komisi Penanggulangan AIDS di semua tingkat dan kelompok-kelompok
kerja penanggulangan AIDS (Pokja AIDS) di semua sektor diteruskan agar mampu
mengkoordinasikan implementasi dari strategi ini di tingkat nasional, regional
maupun institusi.
1. SITUASI HIV DAN AIDS DI INDONESIA 1987 – 2006
Situasi HIV dan AIDS dalam kurun waktu 9 tahun yang semula meningkat
perlahan-lahan, sejak tahun 2000 peningkatannya sangat tajam. Untuk
mengembangkan kebijakan strategi, situasi dibagi dalam dua periode.
1.1. Situasi tahun 1987 – 2002
Pada 10 tahun pertama periode ini peningkatan jumlah kasus HIV dan AIDS
masih rendah. Pada akhir 1997 jumlah kasus AIDS kumulatif 153 kasus dan
HIV positif baru 486 orang yang diperoleh dari serosurvei di daerah sentinel.
Penularan 70 % melalui hubungan seksual berisiko.Pada akhir abad ke 20
terlihat kenaikan yang sangat berarti dari jumlah kasus AIDS dan di
beberapa daerah pada sub-populasi tertentu, angka prevalensi sudah
mencapai 5%, sehingga sejak itu Indonesia dimasukkan kedalam kelompok
negara dengan epidemi terkonsentrasi. Jumlah kasus AIDS pada tahun
2002 menjadi 1016 kaus dan HIV positiv 2552 kasus. Jumlah ini jauh masih
sangat rendah bila dibandingkan dengan estimasi Departemen Kesehatan
bahwa pada tahun 2002 terdapat 90.000 – 120.000 kasus. Peningkatan
Draft final 040107
2
yang cukup tajam disebabkan penularan melalui penggunaan jarum suntik
tidak steril di sub-populasi pengguna napza suntik (penasun) meningkat
pesat sementara penularan melalui hubungan seksual berisiko tetap
berlansung.
1.2. Situasi tahun 2003 – 2006
Sejak awal abad ke 21 peningkatan jumlah kasus semakin mencemaskan.
Pada akhir tahun 2003 jumlah kasus AIDS yang dilaporkan bertambah 355
kasus sehingga berjumlah 1371 kasus, semantara jumlah kasus HIV positif
mejadi 2720 kasus.Pada akhir tahun 2003 25 provinsi telah melaporkan
adanya kasus AIDS. Penularan di sub-populasi penasun meningkat menjadi
26,26% . Peningkatan jumlah kasus AIDS terus terjadi, pada akhir
Desember 2004 berjumlah 2682 kasus, pada akhir Desember 2005 naik
hampir dua kali lipat menjadi 5321 kasus dan pada akhir September 2006
sudah menjadi 6871 kasus dan dilaporkan oleh 32 dari 33 provinsi.
Sementara estimasi tahun 2006, jumlah orang yang terinfeksi diperkirakan
169.000 – 216.000 orang. Data hasil surveilans sentinel Departemen
Kesehatan menunjukkan terjadinya peningkatan prevalensi HIV positif pada
sub-populasi berperilaku berisiko, dikalangan penjaja seks (PS) tertinggi
22,8% dan di kalangan penasun 48% dan pada penghuni Lembaga
Pemasyarakatan (Lapas) sebesar 68%. Peningkatan prevalensi HIV positif
terjadi di kota-kota besar, sementara peningkatan prevalensi di kalangan PS
terjadi baik di kota maupun di kota kecil bahkan di pedesaan terutama di
provinsi Papua dan Irian Jaya Barat. Di kedua provinsi terakhir ini epidemi
sudah cenderung memasuki populasi umum (generalized epidemic).
Distibusi umur penderita AIDS pada tahun 2006 memperlihatkan tingginya
persentase jumlah usia muda dan jumlah usia anak. Penderita dari
golongan umur 20-29 tahun mencapai 54,77%, dan bila digabung dengan
golongan sampai 49 tahun, maka angka menjadi 89,37%. Sementara
persentase anak 5 tahun kebawah mencapai 1,22%. Diperkirakan pada
tahun 2006 sebanyak 4360 anak tertular HIV dan separuhnya telah
meninggal.
1.3. Kecenderungan dimasa depan
1.3.1. Kecenderungan Epidemi
Para ahli epidemiologi Indonesia dalam kajiannya tentang
kecenderungan epidemi HIV dan AIDS memproyeksikan bila tidak
ada peningkatan upaya penanggulangan yang bermakna, maka pada
tahun 2010 jumlah kasus AIDS menjadi 400.000 orang dengan
kematian 100.000 orang dan pada tahun 2015 menjadi 1.000.000
orang dengan kematian 350.000 orang. Penularan dari sub-populasi
berperilaku berisiko kepada isteri atau pasangannya akan terus
berlanjut Diperkirakan pada akhir tahun 2015 akan terjadi penularan
HIV secara kumulatif pada lebih dari 38,500 anak yang dilahirkan
dari ibu yang sudah terinfeksi HIV.
Kecenderungan ini disebabkan meningkatnya jumlah sub-populasi
berperilaku berisiko terutama penasun dan karena masih adanya
stigma dan diskriminasi terhadap ODHA. Resistensi terhadap obat
anti retroviral (ARV) lini pertama mungkin akan berperan, bilamana
Draft final 040107
3
surveilans ARV belum berjalan baik dan penyediaan ARV lini kedua
belum mencukupi.
1.3.2. Kecenderungan respons
Peraturan Presiden No. 75 Tahun 2006 mengamanatkan perlunya
peningkatan upaya penanggulangan HIV dan AIDS di seluruh
Indonesia. Respons harus ditujukan untuk mengurangi semaksimal
mungkin peningkatan kasus baru dan kematian.
Komisi Penanggulangan AIDS di semua tingkat akan semakin kuat.
Anggaran dari sektor pemerintah diharapkan juga akan meningkat
sejalan dengan masalah yan dihadapi. Sektor-sektor akan
meningkatkan cakupan program masing-masing. Masyarakat sipil
termasuk Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) akan meningkatkan
perannya sebagai mitra pemerintah sampai ke tingkat desa.
Sementara itu mitra internasional diperkirakan akan terus membantu
pemerintah setidaknya sampai tahun 2010.
Akan tetapi disamping sikap optimis, pelaksanaan respons nasional
akan menghadapi tantangan yang tidak kecil yang harus dicermati.
2. DAMPAK SOSIAL DAN EKONOMI
2.1. Dampak terhadap demografi
Salah satu efek jangka panjang endemi HIV dan AIDS yang telah meluas –
seperti yang telah terjadi di Papua – adalah dampaknya pada indikator
demografi. Karena tingginya proporsi kelompok umur yang lebih muda
terkena penyakit yang membahayakan ini, dapat diperkirakan nantinya
akan menurunkan angka harapan hidup. Karena semakin banyak orang
yang diperkirakan hidup dalam jangka waktu yang lebih pendek, kontribusi
yang diharapkan dari mereka pada ekonomi nasional dan perkembangan
sosial menjadi semakin kecil dan kurang dapat diandalkan. Hal ini menjadi
masalah yang penting karena hilangnya individu yang terlatih dalam jumlah
besar tidak akan mudah dapat digantikan. Pada tingkat makro, biaya yang
berhubungan dengan kehilangan seperti itu, seumpama meningkatnya
pekerja yang tidak hadir, meningkatnya biaya pelatihan, pendapatan yang
berkurang, dan sumber daya yang seharusnya dipakai untuk aktivitas
produktif terpaksa dialihkan pada perawatan kesehatan, waktu yang
terbuang untuk merawat anggota keluarga yang sakit, dan lainnya,juga
akan meningkat.
2.2. Dampak terhadap sistem pelayanan kesehatan
Tingginya tingkat penyebaran HIV dan AIDS pada kelompok manapun
berarti bahwa semakin banyak orang menjadi sakit, dan membutuhkan jasa
pelayanan kesehatan. Perkembangan penyakit yang lamban dari infeksi HIV
berarti bahwa pasien sedikit demi sedikit menjadi lebih sakit dalam jangka
Draft final 040107
4
waktu yang panjang, membutuhkan semakin banyak perawatan kesehatan.
Biaya langsung dari perawatan kesehatan tersebut semakin lama akan
menjadi semakin besar. Diperhitungkan juga adalah waktu yang dihabiskan
oleh anggota keluarga untuk merawat pasien, dan tidak dapat melakukan
aktivitas yang produktif. Waktu dan sumber daya yang diberikan untuk
merawat pasien HIV dan AIDS sedikit demi sedikit dapat mempengaruhi
program lainnya dan menghabiskan sumber daya untuk aktivitas kesehatan
lainnya.
Penelitian yang dilakukan oleh John Kaldor dkk pada tahun 2005
memprediksi bahwa pada tahun 2010, bila upaya penanggulangan tidak
ditingkatkan maka 6% tempat tidur akan digunakan oleh penderita AIDS
dan di Papua mencapai 14% dan pada tahun 2025 angka – angka tersebut
akan menjadi 11% dan 29%. Meningkatnya jumlah penderita AIDS berarti
meningkatnya kebutuhan ARV.
Rusaknya sistem kekebalan tubuh telah memperparah masalah kesehatan
masyarakat yang sebelumnya telah ada yaitu tuberkulosis. Banyak
penelitian yang menunjukkan bahwa kejadian TB telah meningkat secara
nyata di antara kasus HIV. TB masih merupakan salah satu masalah
kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia dimana setiap tahunnya
ditemukan lebih dari 300.000 kasus baru, maka perawatan untuk kedua
jenis penyakit ini harus dilakukan secara bersamaan.
2.3. Dampak terhadap ekonomi nasional
Mengingat bahwa HIV lebih banyak menjangkiti orang muda dan mereka
yang berada pada umur produktif utama (94% pada kelompok usia 19
sampai 49 tahun), epidemi HIV dan AIDS memiliki dampak yang besar
pada angkatan kerja, terutama di Papua. Epidemi HIV dan AIDS akan
meningkatkan terjadinya kemiskinan dan ketidak seimbangan ekonomi
yang diakibatkan oleh dampaknya pada individu dan ekonomi. Dari sudut
pandang individu HIV dan AIDS berarti tidak dapat masuk kerja, jumlah
hari kerja yang berkurang, kesempatan yang terbatas untuk mendapatkan
pekerjaan dengan gaji yang lebih baik dan umur masa produktif yang lebih
pendek. Dampak individu ini harus diperhitungkan bersamaan dengan
dampak ekonomi pada anggota keluarga dan komunitas. Dampak pada
dunia bisnis termasuk hilangnya keuntungan dan produktivitas yang
diakibatkan oleh berkurangnya semangat kerja, meningkatnya ketidak
hadiran karena izin sakit atau merawat anggota keluarga, percepatan masa
penggantian pekerja karena kehilangan pekerja yang berpengalaman lebih
cepat dari yang seharusnya, menurunnya produktivitas akibat pekerja baru
dan bertambahnya investasi untuk melatih mereka. HIV dan AIDS juga
Draft final 040107
5
berperan dalam berkurangnya moral pekerja (takut akan diskriminasi,
kehilangan rekan kerja, rasa khawatir) dan juga pada penghasilan pekerja
akibat meningkatnya permintaan untuk biaya perawatan medis dari pusat
pelayanan kesehatan para pekerja, pensiun dini, pembayaran dini dari dana
pensiun akibat kematian dini, dan meningkatnya biaya asuransi.
Pengembangan program pencegahan dan perawatan HIV di tempat kerja
yang kuat dengan keikutsertaan organisasi manajemen dan pekerja
sangatlah penting bagi Indonesia.
Perkembangan ekonomi akan tertahan apabila epidemi HIV menyebabkan
kemiskinan bagi para penderitanya sehingga meningkatkan kesenjangan
yang kemudian menimbulkan lebih banyak lagi keadaan yang tidak stabil.
Meskipun kemiskinan adalah faktor yang paling jelas dalam menimbulkan
keadaan resiko tinggi dan memaksa banyak orang ke dalam perilaku yang
beresiko tinggi, kebalikannya dapat pula berlaku – pendapatan yang
berlebih, terutama di luar pengetahuan keluarga dan komunitas – dapat
pula menimbulkan resiko yang sama. Pendapatan yang besar (umumnya
tersedia bagi pekerja terampil pada pekerjaan yang profesional) membuka
kesempatan bagi individu untuk melakukan perilaku resiko tinggi yang
sama: berpergian jauh dari rumah, pasangan sex yang banyak,
berhubungan dengan PS, obat terlarang, minuman keras, dan lainnya.
2.4. Dampak terhadap tatanan sosial
Adanya stigma dan diskriminasi akan berdampak pada tatanan sosial
masyarakat. Penderita HIV dan AIDS dapat kehilangan kasih sayang dan
kehangatan pergaulan sosial. Sebagian akan kehilangan pekerjaan dan
sumber penghasilan yang pada akhirnya menimbulkan kerawanan sosial.
Sebagaian mengalami keretakan rumah tangga sampai perceraian. Jumlah
anak yatim dan piatu akan bertambah yang akan menimbulkan masalah
tersendiri. Oleh sebab itu keterbukaan dan hilangnya stiga dan diskriminasi
sangat perlu mendapat perhatian dimasa mendatang.
3. RESPONS TERHADAP HIV DAN AIDS
3.1. Respons Tahun 1985 – 2002
Respons Nasional terhadap epidemi HIV AND AIDS di Indonesia telah
dimulai pada tahun 1985 dan terus meningkat selaras dengan
meningkatnya jenis dan besaran masalah yang dihadapi baik oleh
pemerintah maupun oleh masyarakat. Respons utama dalam kurun waktu
Draft final 040107
6
tersebut meliputi pembentukan Kelompok Kerja Penanggulangan AIDS di
Departemen Kesehatan, penetapan wajib lapor kasus AIDS, penetapan
laboratorium untuk pemerikasaan HIV, penyiapan dan penyebaran bahan
Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE). Surveilans HIV pada sub-populasi
tertentu dilakukan demikian pula peningkatan kapasitas tenaga kesehatan
dan non-kesehatan dalam menghadapi epidemi serta lahirnya banyak
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang peduli terhadap HIV AND AIDS.
Pada tahun 1994 dengan Keputusan Presiden Nomor 36, Pemerintah
membentuk Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) di tingkat Pusat disusul
dengan terbentuknya KPA di beberapa provinsi. Strategi Nasional
Penanggulangan HIV AND AIDS (STRANAS 1994)merupan respons yang
sangat penting pada periode tersebut. KPA mulai mengkoordinasikan upaya
penanggulangan yang dilaksanakan pemerintah dan LSM, sementara itu
bantuan dari luar negeri baik bantuan bilateral maupun multi lateral mulai
berperan meningkatkan upaya penanggulangan. Bantuan-bantuan tersebut
terus meningkat baik jenis maupun besarannya pada masa-masa
berikutnya.
Pada Maret dan November 2002 Pemerintah mengadakan Sidang Kabinet
Khusus HIV dan AIDS yang memutuskan hal-hal penting antara lain:
􀂃 Departemen /Lembaga harus memberikan komitmen dan respons
yang kuat untuk menghambat lajunya epidemi HIVdan AIDS;
􀂃 Adanya Gerakan Nasional Penanggulangan HIV dan AIDS sampai
tahun 2010;
􀂃 Menetapkan Penanggulangan HIV dan AIDS sebagai Prioritas
Pembangunan Nasional dan dicantumkan dalam Perencanaan Strategis
Pembangunan Nasional masing-masing Departemen/Lembaga terkait;
􀂃 Menetapkan ketersediaan dana nasional Gerakan Nasional Stop HIV
dan AIDS setiap tahun;
􀂃 Menetapkan dan memperkuat organisasi KPA untuk
mengkoordinasikan upaya penanggulangan HIV dan AIDS.
3.2. Respons tahun 2003 - 2006
Pada tahun 2003 STRANAS 2003 –2007 diluncurkan sebagai respons
terhadap berbagai perubahan, tantangan dan masalah HIV dan AIDS yang
semakin besar dan rumit. Tahun 2004 Program penanggulangan HIV dan
AIDS di tempat kerja diluncurkan oleh Departemen Tenaga Kerja dan
Transmigrasi dengan pemberlakuan Kaidah ILO. Untuk meningkatkan
penyelenggaraan upaya pengurangan dampak buruk (Harm Reduction)
penyalahgunaan napza ditandatangi Nota Kesepahaman tentang upaya
Draft final 040107
7
terpadu pencegahan penularan HIV dan AIDS dan pemberantasan
penyalahgunaan NAPZA dengan cara suntik antara Menko Kesra selaku
Ketua KPA dan KAPOLRI selaku Ketua Badan Narkotika Nasional (BNN).
Untuk memenuhi kebutuhan, maka obat ARV mulai diproduksi di alam
negeri oleh perusahaan farmasi pemerintah PT Kimia Farma. Percepatan
respons di 6 provinsi dengan prevalensi HIV dan AIDS tertinggi dilakukan
setelah Komitmen Sentani pada Januari 2004 dan meluas ke 8 provinsi
lainnya. Penanggulangan HIV dan AIDS di Lapas dimulai tahun 2005 dan
terus ditingkatkan. Pada awal 2005 diluncurkan program akselerasi di 100
kabupaten/kota di 22 provinsi, disertai dengan diberlakukannya Sistem
Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan HIV dan AIDS Nasional. Pada Juli 2006
Institusi KPA Nasional diperbaharui dengan Peraturan Presiden Nomor 75
Tahun 2006 (Perpres 75/2006) yang melibatkan lebih banyak sektor, TNI
dan Polri dan masayarakat sipil. Tahun 2006 diakhiri dengan perhitungan
estimasi jumlah sub-populasi rawan terhadap penularan HIV tahun 2006
sebagai dasar perencanaan mendatang, penerbitan Peraturan
MenkoKesra/Ketua KPA Nasional tentang Kebijakan Penanggulangan HIV
AND AIDS melalui Pengurangan Dampak Buruk Penggunaan Jarum Suntik
sebagai tindak lanjut dari Nota Kesepahaman KPA-BNN yang
ditandatangani pada tahun 2003. dan retrukturisasi sekretariat KPA
Nasional.
4. ISU – ISU PENTING
4.1 Meningkatnya jumlah penasun
Jumlah pengguna obat-obat terlarang di Indonesia terus meningkat
terutama di kalangan remaja dan kelompok dewasa muda. Walaupun
sebagian besar dari sekitar 1,3 – 2 juta pengguna NAPZA tidak
menggunakan heroin atau suntikan, namun sebagian kecil melakukannya.
Menurut estimasi Departemen Kesehatan pada tahun 2006 terdapat antara
191.000 sampai 248.000 penasun di Indonesia. Badan Narkotika Nasional
(BNN) menunjuk kepada angka 508.000 pada tahun yang sama. Penasun
masih terkonsentrasi di daerah perkotaan di Jawa dan kota-kota provinsi di
luar Jawa. Hal ini sangat mengkhawatirkan karena penularan HIV di subpopulasi
ini tinggi dan terus meningkat. Masalah menjadi semakin sulit
karena ketidak pedulian akan bahaya tertular seperti ditunjukkan hasil
survei perilaku tahun 2002 sekitar dua per tiga penasun yang menyatakan
bahwa mereka tidak memiliki resiko terinfeksi juga menyatakan bahwa
mereka telah menggunakan peralatan secara bersama-sama dalam minggu
sebelumnya pada survei yang sama.
Draft final 040107
8
4.2. Mobilitas Penduduk
Pembangunan fisik yang dilakukan di daerah urban dan lapangan kerja yang
sempit di daerah pedesaan,menyebabkan arus urbanisasi ke kota-kota
besar Indonesia meningkat dari tahun ke tahun. Pekerja di daerah industri
dan proyek pembangunan fisik didominasi oleh laki-laki, sedangkan
kelompok perempuan mendominasi pekerjaan domestik. Dominasi dari satu
jenis kelamin di setiap jalur urbanisasi menunjukkan bahwa para pendatang
ini hidup membujang dan berpotensi untuk berperilaku risiko tinggi.
Membaiknya sarana transportasi juga berdampak terhadap peningkatan
mobilitas penduduk.
Migrasi antar negara juga perlu diperhitunkan diperhitungkan sebagai
potensi masuknya HIV ke suatu negara. Jumlah tenaga kerja Indonesia
yang bekerja di luar negeri bertambah dari tahun ketahun. Sebagian besar
berusia muda, dengan pengetahuan yang sangat minim tentang HIV dan
AIDS.
4.3. Narapidana penasun
Dari jumlah penghuni Lembaga pemasyarakatan (Lapas) di Indonesia
sebesar 101.036 orang, ternyata 23.409 diantaranya adalah narapidana
dalam pelanggaran narkotika. Sekitar 70% dari mereka adalah pengguna
NAPZA (17.088) dan 40% dari pengguna NAPZA adalah penasun. Meskipun
Indonesia memiliki 13 penjara khusus narkotika, 50-60% dari
narapidananya berada di pusat penahanan umum atau penjara umum.
Lapas merupakan tempat yang beresiko sangat tinggi untuk penyebaran
HIV, karena terjadinya praktek perilaku berisiko. Keadaan ini diperparah
dengan minimnya pelayanan kesehatan dan tingkat penghunian yang
melebihi kemampuan. Petugas penjara menerima sangat sedikit informasi
mengenai HIV dan AIDS.
Narapidana di Indonesia yang positif HIV terus meningkat jumlahnya. Data
Depkes menunjukkan di tahun 2000, 17,5% dari semua narapidana positif
HIV dan jumlah ini meningkat menjadi 22% di tahun 2002. Studi lainnya
menunjukkan 24,5% narapidana di Jakarta terinfeksi sedangkan di Bali
10,2%. Pada penjara yang sama (Bali) 56% dari narapidana pengguna
NAPZA suntik juga terinfeksi. Jumlahnya telah bertambah besar dari 7.211
di tahun 2002 menjadi 11.973 di tahun 2003 dan 17.000 di tahun 2004.
Walaupun beberapa narapidana telah terinfeksi di luar penjara, terdapat
kemungkinan adanya infeksi baru yang terjadi di dalam penjara yang
diakibatkan oleh perilaku berisiko tinggi di kalangan narapidana sendiri.
Draft final 040107
9
Para narapidana positif HIV yang sudah selesai menjalani hukuman akan
kembali ke masyarakat dan bila tidak didampingi dengan benar, akan
menjadi sumber penularan baru bagi keluarga dan orang lain.
4.4. Hubungan seks berisiko
Suatu ciri khas yang penting dari daerah industri termasuk industri
pariwisata yang padat dan mobilitas populasi yang tinggi adalah
berkembangnya hubungan seks berisiko. Jumlah penjaja seks (PS) baik
perempuan maupun laki-laki meningkat dari tahun ketahun. PS lansung
berada si lokasi , lokalisasi dan ditempat-tempat umum, dan PS tidak
lansung umumnya berada di lingkungan bisnis hiburan seperti karaoke, bar,
salon kecantikan, pati pijat, dsb. PS merupakan sub-populasi berperilaku
risiko tinggi (risti) bersama dengan waria, lelaki suka lelaki (LSL). Menurut
estimasi Depkes tahun 2006 jumlah wanita PS (WPS) 177.200 -265.000
orang,waria penjaja seks 21.000 – 35.000 orang dan LSL berjumlah
384.000 – 1.148.000 orang. Jumlah pelanggan mereka jauh lebih banyak
yaitu 2.435.000 – 3.813.000 untuk WPS, 62.000 – 104.000 untuk waria.
Lelaki PS semakin meningkat jumlahnya di kota besar. Pertumbuhan
ekonomi di daerah perkotaan dan pelemahan ekonomi pedesaan
dikhawatirkan akan meningkatkan jumlah WPS lebih pesat. Bilamana upaya
melakukan seks aman bagi mereka dan pelanggannya tidak berjalan baik,
maka penyebaran HIV melalui modus ini akan terus berlansung. Keadaan di
Papua akan semakin buruk karena pelanggan WPS membawa HIV ke
pedesaan.
Homoseksual dan biseksual masih tetap merupakan kelompok yang
termarginalkan di Indonesia. Meskipun merupakan faktor penting dalam
penyebaran HIV, namun masih sedikit kampanye pencegahan yang
membahas secara spesifik masalah yang berkaitan dengan homoseksualitas
dan biseksualitas. Marginalisasi telah memaksa banyak pria homoseksual
yang menjalani kehidupan biseksual dimana kehidupan homoseksual yang
terselubung ditutupi oleh kehidupan heteroseksual yang sesuai nilai-nilai
komunitas, sehingga menyulitkan untuk dapat menjangkau kelompok yang
rentan ini dengan pesan-pesan yang dapat mereka rasakan sesuai dengan
kondisi mereka. Marginalisasi juga berarti bahwa konteks sosial dari
komunitas homoseksual didominasi oleh kurangnya kepercayaan dan
komunikasi terbuka, kurangnya penyebaran informasi dan perilaku seks
yang tidak aman. Kondisi tersebut memberi dampak kepada komunitas
yang lebih luas melalui perilaku biseksual, yang masih belum diakui secara
umum sebagai beresiko tinggi menyebarkan HIV.
Draft final 040107
10
5. TANTANGAN
Setidaknya sampai empat tahun mendatang upaya penanggulangan HIV dan
AIDS di Indonesia masih akan menghadapi berbagai tantangan yang perlu
mendapat perhatian. Tantangan-tantangan tersebut adalah sebagai berikut:
5.1. Norma-Norma dan Perilaku Sosial
Sifat dari kehidupan sosial masyarakat Indonesia juga mempengaruhi
jalannya epidemi. Banyak kalangan masih menyebarkan pesan ketidak
sukaannya terhadap kampanye penggunaan kondom untuk hubungan seks
yang aman. Komunikasi yang buruk di antara pasangan dalam kebutuhan
dan kecemasan seksual mereka ditambah dengan rasa ketergantungan
perempuan terhadap laki-laki baik secara emosi maupun sosial-ekonomi,
telah mengurangi kemampuan perempuan untuk meminta hubunan seks
yang aman. Faktor-faktor tersebut seringkali diperparah oleh tingginya aksi
kekerasan seksual di sebagian komunitas, dan fakta bahwa aktivitas seksual
di antara anak muda seringkali dimulai jauh pada usia yang lebih muda
daripada yang diperkirakan oleh orang tua, guru, dan orang dewasa
lainnya.
Karena secara sosial “tabu” untuk dibicarakan, menyebabkan sulitnya
mengajarkan atau mendiskusikan seks dengan kaum remaja serta
menghalangi dimasukannya pendidikan seks ke dalam kurikulum sekolah.
Pandangan negatif pada hubungan seks sesama jenis mengakibatkan baik
individu maupun kelompok sosial sama-sama enggan mengakui adanya
resiko yang nyata; banyak LSL juga melakukan hubungan seks dengan
perempuan, sehingga meningkatkan resiko penularan kepada perempuan
dan anak-anak. Meskipun kondom kini lebih mudah diperoleh, penerimaan
masyarakat yang masih terbatas mengurangi penggunaannya. Konsumsi
alkohol yang luas dan berlebihan serta zat-zat lainnya, terutama di
kalangan anak muda, seringkali berperan sebagai faktor yang melepas
kendali diri dan menjadi penyalur kekerasan seksual serta perilaku resiko
tinggi lainnya. Agar dapat berhasil, kampanye pencegahan harus mengakui
dan menghadapi faktor-faktor tersebut secara realistis.
5.2. Koordinasi multipihak terhadap Respon
Pengalaman dari banyak negara memperlihatkan kenyataan bahwa suatu
respon yang efektif terhadap HIV harus didasarkan oleh keikutsertaan
semua sektor pemerintahan sebagai membimbing bagi pelibatan
masyarakat. Dukungan oleh pemerintah di tingkat elite dan komitmen
politik sangat penting untuk suksesnya usaha apapun dalam jangka
Draft final 040107
11
panjang. Meskipun banyak pemuka masyarakat telah berbicara secara
terbuka mengenai pentingnya penanggulangan epidemi ini, masih
diperlukan adanya kemauan politis, komitmen, dan dinamika yang nyata
dan berkelanjutan serta kepemimpinan yang tidak diragukan dan
menyentuh banyak orang dalam melawan epidemi ini. Hal ini dapat semakin
diperlukan di banyak propinsi dan kabupaten setelah proses desentralisasi,
dimana banyak pemerintahan lokal lebih berfokus pada proyek fisik yang
nyata dan perlu dihimbau untuk lebih memperhatikan dan mendukung
program pencegahan HIV.
5.3. Kebijakan dan Pengembangan Program
Kebijakan dan pengembangan program tetap masih lemah akibat dari
berbagai macam sebab, termasuk kurangnya data yang dapat diandalkan
dari luas dan jangkauan epidemi, penyebab dan konsekuensinya, dan
perkiraan arahnya di masa depan. Riset operasional dan perilaku yang
mencukupi masih dibutuhkan untuk membantu pembuatan kebijakan, dan
kurangnya dana yang tersedia untuk program nasional (terutama dana dari
dalam negeri dibandingkan dengan dana dari negara donor) menunjukkan
rendahnya prioritas yang diberikan pada epidemi ini. Perencanaan strategis
masih belum dilakukan secara konsisten untuk menentukan cara alokasi
dana yang terbatas, terutama mengenai intervensi yang efektif secara
pembiayaan. Pengumpulan data statistik yang akurat dan teratur di setiap
propinsi dan kabupaten juga sangat penting untuk mendukung Pemerintah
Daerah dalam menangani program mereka secara efektif.
5.4. Memenuhi Kebutuhan Para Remaja dan Dewasa Muda
Satu aspek yang penting pencegahan HIV diarahkan pada kelompok remaja
dan dewasa muda. Kenyataan bahwa 57,8% kasus AIDS (2006) berasal
dari kelompok umur 15 – 29 tahun mengindikasikan bahwa mereka tertular
HIV pada umur yang masih sangat muda. Hal ini sejalan pula dengan fakta
bahwa penyalahguna napza sebagian besar adalah remaja dan dewasa
muda. Hampir 30% populasi Indonesia berumur antara 10 sampai 24 tahun,
dan mereka ini seharusnya menjadi sasaran edukasi dan penyuluhan yang
benar agar tidak masuk kedalam sub-populasi berperilaku risiko tinggi.
Kontak seksual dini membawa resiko tinggi infeksi HIV. Banyak survei
mengungkapkan bahwa sebagian besar responden menyatakan bahwa
pengalaman seksual pertama mereka dimulai pada usia yang sangat muda.
Informasi ini mengejutkan banyak orang dewasa, termasuk orang tua dan
guru yang sering kali menghalangi upaya pemberian informasi mengenai
seks dan kesehatan reproduksi pada anak di usia yang semuda itu. Banyak
Draft final 040107
12
program keterampilan hidup dan kesehatan reproduksi lainnya yang
diarahkan pada anak muda difokuskan pada kelompok umur yang lebih tua;
namun bukti ini menunjukkan perlunya memberikan informasi tersebut
pada usia yang jauh lebih muda. Statistik saat ini menunjukkan hampir
60% anak perempuan di desa tidak melanjutkan sekolah setelah lulus SD,
sehingga mereka tidak akan mendapatkan kurikulum keterampilan hidup
apabila hanya diberikan di SMA.
5.5. Resiko Khusus yang Dihadapi Anak Perempuan
Perempuan sangat rentan terinfeksi pada umur muda, dimana fenomena ini
merupakan refleksi dari kondisi sosial yang terjadi di beberapa komunitas.
Tekanan dari teman sebaya pada anak perempuan untuk melakukan
hubungan seksual dini dan masalah tersembunyi dari hubungan seksual
paksaan, pemerkosaan, inses, dan kekerasan rumah tangga yang harus
ditanggung anak perempuan.
Anak muda, terutama perempuan, juga dihadapkan pada kekerasan dan
eksploitasi seksual, umumnya dihubungkan dengan kemiskinan dan
keluarga yang disfungsional. Anak-anak yang mengalami kekerasan seksual
di masa muda, umumnya kehilangan harga diri dan perasaan kendali atas
kehidupan mereka sendiri, yang kemudian meningkatkan resiko
penyalahgunaan NAPZA dan memasuki kehidupan seks lebih dini dan
terpapar pada HIV. Secara umum, kekerasan kepada perempuan pada
umumnya dan anak perempuan pada khususnya terus meningkat. Meskipun
sangat memprihatikan, isi-isu ini membutuhkan para pembuat keputusan
untuk menghadapi kenyataan yang dialami mereka dan mengambil
langkah-langkah untuk melindungi mereka.
5.6. Kebutuhan Memperluas Perawatan, Pengobatan dan Dukungan
Memperbaiki ketersediaan dan kualitas dari perawatan bagi jumlah orang
yang hidup dengan HIV AND AIDS yang meningkat harus menjadi prioritas.
Sampai akhir 2006 pelayanan kesehatan untuk merespon meningkatnya
jumlah ODHA yang membutuhkan perawatan, pengobatan dan dukungan
semakin meningkat. Tujuh puluh lima Rumah Sakit siap untuk memerikan
perawatan dan pengobatan dengan ARV dengan berbagai fasilitas untuk
menegakkan diagnosis dan memantau pengobatan. Penyertaan Puskesmas
sebagai upaya mendekatkan pelayanankepada yang membutuhkan mulai
dilaksanakan dan perlu diperluas dimasa mendatang.Peningkatan pelatihan
tenaga kesehatan harus terorganisasi untuk membuat mereka dapat
menghasilkan kesempatan penting dalam meningkatkan nutrisi, sokongan
psikologis, pencegahan dan perawatan infeksi oportunis yang terjadi pada
Draft final 040107
13
ODHA. Program untuk memperkuat kapasitas pelayanan kesehatan
mengikutsertakan tidak hanya ketersediaan obat yang lebih baik, tapi juga
peningkatan kualitas dan kerahasiaan data kesehatan. Kemungkinan
terjadinya resistensi pada ARV lini pertama diantisipasi dengan
melaksanakan surveilans ARV dan penyediaan ARV lini kedua.
5.7. Stigma dan Diskriminasi
Stigma dan diskrimansi terhadap ODHA walaupun sudah banyak berkurang
dalam 5 tahun terakhir namun masih tetap merupakan tantangan yang bila
tidak teratasi, potensial untuk menjadi penghambat upaya penanggulangan
HIV dan AIDS terutama di daerah-daerah. Diskriminasi yang dialami ODHA
baik pada unit pelayanan kesehatan, tempat kerja, lingkungan keluarga
maupun di masyarakat umum haruslah tetap menjadi prioritas upaya
penanggulangan HIV dan AIDS. Oleh sebab itu perlu dukungan dan
perberdayaan kelompok-kelompok dukungan sebaya (KDS) sebagai mitra
kerja yang efektif dalam mengurangi stigma dan diskriminasi sekaligus
pemberi dukungan bagi mereka yang membutuhkan.
5.8. Desentralisasi
Desentralisasi dan otonomi pemerintahan dimaksudkan untuk mempercepat
tercapainya kesejahteraan rakyat termasuk dalam bidang kesehatan.
Dengan demikian memberikan kesempatan bagi Pemerintah Daerah untuk
merencanakan program yang dibutuhkan – termasuk pencegahan HIV dan
AIDS – yang didasarkan pada kebutuhan lokal dan mengalokasikan
anggaran yang sesuai. Dengan semangat Komitmen Sentani beberapa
provinsi dan kabupaten/kota telah memperlihatkan perhatian yang cukup
besar terhadap masalah HIV dan AIDS di daerah masing-masing. Namun
sebagain besar pemerintah daerah belum menganggap masalah HIV dan
AIDS sebagai prioritas pembangunan untuk ditanggulangi, walaupun data
telah menunjukkan masalah HIV dan AIDs sudah mengkhawatirkan.
Advokasi kepada pemerintah daerah perlu tetap dilanjutkan dan
ditingkatkan untuk mewujudkan tujuan otonomi dan desentralisai
pemerintahan, antara lain melalui penguatan dan pemberdayaan KPA di
daerah dan pemberiaan bantuan teknis.
Draft final 040107
14
BAB II
STRATEGI NASIONAL PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS
1. TUJUAN PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS
1.1. Tujuan Umum penanggulangan HIV dan AIDS
Mencegah dan mengurangi penularan HIV, meningkatkan kualitas hidup
ODHA serta mengurangi dampak sosial dan ekonomi akibat HIV dan AIDS
pada individu, keluarga dan masyarakat.
1.2. Tujuan Khusus Penanggulangan HIV dan AIDS
1.2.1. Menyediakan dan menyebarluaskan informasi dan menciptakan
suasana kondusif untuk mendukung upaya penanggulangan HIV dan
AIDS, dengan menitikberatkan pencegahan pada sub-populasi
berperilaku resiko tinggi dan lingkungannya dengan tetap
memperhatikan sub-populasi lainnya.
1.2.2. Menyediakan dan meningkatkan mutu pelayanan perawatan,
pengobatan, dan dukungan kepada ODHA yang terintegrasi dengan
upaya pencegahan.
1.2.3. Meningkatkan peran serta remaja, perempuan, keluarga dan
masyarakat umum termasuk ODHA dalam berbagai upaya
penanggulangan HIV dan AIDS.
1.2.4. Mengembangkan dan meningkatkan kemitraan antara lembaga
pemerintah, LSM, sektor swasta dan dunia usaha, organisasi profesi,
dan mitra internasional di pusat dan di daerah untuk meningkatkan
respons nasional terhadap HIV dan AIDS.
1.2.5. Meningkatkan koordinasi kebijakan nasional dan daerah serta inisiatif
dalam penanggulangan HIV dan AIDS.
2. DASAR KEBIJAKAN PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS
Penularan dan penyebaran HIV dan AIDS sangat berhubungan dengan perilaku
beresiko, oleh karena itu penanggulangan harus memperhatikan faktor-faktor
yang berpengaruh terhadap perilaku tersebut. Bahwa kasus HIV dan AIDS diidap
sebagian besar oleh kelompok perilaku resiko tinggi yang merupakan kelompok
yang dimarginalkan, maka program-program pencegahan dan penanggulangan
HIV dan AIDS memerlukan pertimbangan keagamaan, adat-istiadat dan normanorma
masyarakat yang berlaku disamping pertimbangan kesehatan. Perlu
adanya program-program pencegahan HIV dan AIDS yang efektif dan memiliki
jangkauan layanan yang semakin luas dan program-program pengobatan,
perawatan dan dukungan yang komprehensif bagi ODHA maupun OHIDA untuk
meningkatkan kualitas hidupnya.
Dengan latar belakang pemikiran tersebut, maka kebijakan penanggulangan HIV
dan AIDS di Indonesia disusun sebagai berikut:
Draft final 040107
15
2.1. Upaya penanggulangan HIV dan AIDS harus memperhatikan nilai-nilai
agama dan budaya/norma kemasyarakatan dan kegiatannya diarahkan
untuk mempertahankan dan memperkokoh ketahanan dan kesejahteraan
keluarga;
2.2. Upaya penanggulangan HIV dan AIDS diselenggarakan oleh masyarakat,
pemerintah, dan LSM berdasarkan prinsip kemitraan. Masyarakat dan LSM
menjadi pelaku utama sedangkan pemerintah berkewajiban mengarahkan,
membimbing dan menciptakan suasana yang mendukung terselenggaranya
upaya penanggulangan HIV dan AIDS;
2.3. Upaya penanggulangan harus didasari pada pengertian bahwa masalah HIV
dan AIDS sudah menjadi masalah sosial kemasyarakatan serta masalah
nasional dan penanggulangannya melalui “Gerakan Nasional
Penanggulangan HIV and AIDS”;
2.4. Upaya penanggulangan HIV and AIDS diutamakan pada kelompok
masyarakat berperilaku risiko tinggi tetapi harus pula memperhatikan
kelompok masyarakat yang rentan, termasuk yang berkaitan dengan
pekerjaannya dan kelompok marginal terhadap penularan HIV and AIDS;
2.5. Upaya penanggulangan HIV and AIDS harus menghormati harkat dan
martabat manusia serta memperhatikan keadilan dan kesetaraan gender;
2.6. Upaya pencegahan HIV dan AIDS pada anak sekolah, remaja dan
masyarakat umum diselenggarakan melalui kegiatan komunikasi, informasi
dan edukasi guna mendorong kehidupan yang lebih sehat;
2.7. Upaya pencegahan yang efektif termasuk penggunaan kondom 100% pada
setiap hubungan seks berisiko, semata-mata hanya untuk memutus rantai
penularan HIV;
2.8. Upaya mengurangi infeksi HIV pada pengguna napza suntik melalui kegiatan
pengurangan dampak buruk (harm reduction) dilaksanakan secara
komprehensif dengan juga mengupayakan penyembuhan dari
ketergantungan pada napza.
2.9. Upaya penanggulangan HIV and AIDS merupakan upaya-upaya terpadu dari
peningkatan perilaku hidup sehat, pencegahan penyakit, pengobatan dan
perawatan berdasarkan data dan fakta ilmiah serta dukungan terhadap
ODHA.
2.10.Setiap pemeriksaan untuk mendiagnosa HIV and AIDS harus didahului
dengan penjelasan yang benar dan mendapat persetujuan yang
bersangkutan (informed consent). Konseling yang memadai harus
diberikan sebelum dan sesudah pemeriksaan, dan hasil pemeriksaan
diberitahukan kepada yang bersangkutan tetapi wajib dirahasiakan kepada
fihak lain.
2.11.Diusahakan agar peraturan perundang-undangan harus mendukung dan
selaras dengan Strategi Nasional Penanggulangan HIV and AIDS disemua
tingkat.
Draft final 040107
16
2.12.Setiap pemberi pelayanan berkewajiban memberikan layanan tanpa
diskriminasi kepada ODHA dan OHIDA.
3. STRATEGI
Untuk mencapai tujuan STRANAS, ditetapkan strategi sebagai berikut:
3.1. Meningkatkan dan memperluas upaya pencegahan yang nyata efektif dan
menguji coba cara-cara baru;
3.2. Meningkatkan dan memperkuat sistem pelayanan kesehatan dasar dan
rujukan untuk mengantisipasi peningkatan jumlah ODHA yang
memerlukan akses perawatan dan pengobatan;
3.3. Meningkatkan kemampuan dan memberdayakan mereka yang terlibat
dalam upaya pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS di pusat dan
di daerah melalui pendidikan dan pelatihan yang berkesinambungan;
3.4. Meningkatkan survei dan penelitian untuk memperoleh data bagi
pengembangan program penanggulangan HIV dan AIDS;
3.5. Memberdayakan individu, keluarga dan komunitas dalam pencegahan HIV
dilingkungannya;
3.6. Meningkatkan kapasitas nasional untuk menyelenggarakan monitoring dan
evaluasi penanggulangan HIV dan AIDS;
3.7. Memobilisasi sumberdaya dan mengharmonisasikan pemamfaatannya di
semua tingkat.
BAB III
AREA PRIORITAS PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS
Menilik bahasan-bahasan pada bab-bab terdahulu maka untuk empat tahun
mendatang area prioritas penanggulangan HIV dan AIDS di Indonesia belum perlu
diubah dan perlu dilanjutkan sebagai pokok-pokok program dengan penajaman.
Dengan melaksanakan program – program yang dikembangkan dari setiap area
prioritas secara bersungguh – sungguh, penuh tanggung jawab, terpadu, harmonis
dan berkesinambungan maka walaupun dengan sumberdaya yang terbatas, tujuan
penanggulangan HIV AND AIDS akan dapat dicapai dalam kurun waktu yang telah
ditetapkan oleh karena akan terdapat kemampuan untuk:
• Mencegah meluasnya penularan HIV dan menjamin akses terhadap berbagai
upaya pencegahan, perawatan dan pengobatan.
• Berkontribusi untuk menyediakan kebutuhan ODHA untuk meringankan
penderitaan sekaligus meningkatkan kwalitas hidup mereka.
• Menjamin capacity building bagi mereka yang terlibat dalam penanggulangan HIV
dan AIDS.
• Mengkoordinasikan dan mempertahankan respon
Draft final 040107
17
Mengingat luasnya wilayah Indonesia, sementara sumberdaya masih terbatas,
kriteria dalam menentukan tempat dan wilayah pelaksanaan program perlu
memperhatikan data epidemiologis HIV dan AIDS dan kemungkinan memperoleh
daya ungkit yang besar bila program dilaksanakan.
Area prioritas penanggulangan HIV dan AIDS untuk tahun 2007-2010 adalah sebagai
berikut:
1. Pencegahan HIV dan AIDS;
2. Perawatan, Pengobatan dan Dukungan kepada ODHA;
3. Surveilans HIV dan AIDS serta Infeksi menular Seksual;
4. Penelitian dan riset operasional;
5. Lingkungan Kondusif;
6. Koordinasi dan harmonisasi multipihak;
7. Kesinambungan penanggulangan
1. AREA PENCEGAHAN HIV DAN AIDS
Penyebaran HIV dipengaruhi oleh perilaku berisiko kelompok-kelompok
masyarakat. Pencegahan dilakukan kepada kelompok-kelompok masyarakat
sesuai dengan perilaku kelompok dan potensi ancaman yang dihadapi. Kegiatankegiatan
dari pencegahan dalam bentuk penyuluhan, promosi hidup sehat,
pendidikan sampai kepada cara menggunakan alat pencegahan yang efektif
dikemas sesuai dengan sasaran upaya pencegahan.
Dalam mengemas program-program pencegahan dibedakan kelompok-kelompok
sasaran sebagai berikut:
• Kelompok tertular (infected people)
Kelompok tertular adalah mereka yang sudah terinfeksi HIV. Pencegahan
ditujukan untuk menghambat lajunya perkembangan HIV, memelihara
produktifitas individu dan meningkatkan kwalitas hidup.
• Kelompok berisiko tertular atau rawan tertular (high-risk people)
Kelompok berisiko tertular adalah mereka yang berperilaku sedemikian
rupa sehingga sangat berisiko untuk tertular HIV. Dalam kelompok ini
termasuk penjaja seks baik perempuan maupun laki-laki, pelanggan
penjaja seks, penyalahguna napza suntik dan pasangannya, waria penjaja
seks dan pelanggannya serta lelaki suka lelaki. Karena kekhususannya,
narapidana termasuk dalam kelompok ini. Pencegahan untuk kelompok ini
ditujukan untuk mengubah perilaku berisiko menjadi perilaku aman.
• Kelompok rentan (vulnerable people)
Kelompok rentan adalah kelompok masyarakat yang karena lingkup
pekerjaan, lingkungan, ketahanan dan atau kesejahteraan keluarga yang
Draft final 040107
18
rendah dan status kesehatan yang labil, sehingga rentan terhadap
penularan HIV. Termasuk dalam kelompok rentan adalah orang dengan
mobilitas tinggi baik sipil maupun militer, perempuan, remaja, anak
jalanan, pengungsi, ibu hamil, penerima transfusi darah dan petugas
pelayanan kesehatan. Pencegahan untuk kelompok ini ditujukan agar
tidak melakukan kegiatan-kegiatan yang berisiko tertular HIV. (
Menghambat menuju kelompok berisiko)
• Masyarakat Umum (general population)
Masyarakat umum adalah mereka yang tidak termasuk dalam ketiga
kelompok terdahulu. Pencegahan ditujukan untuk peningkatkan
kewaspadaan, kepedulian dan keterlibatan dalam upaya pencegahan dan
penanggulangan HIV dan AIDS di lingkunagnnya.
1.1. Tujuan
Tujuan program-program pencegahan adalah agar setiap orang mampu
melindungi dirinya agar tidak tertular HIV dan tidak menularkan kepada
orang lain.
1.2. Program
Untuk mencapai tujuan pencegahan dengan berbagai sasaran maka
kegiatan-kegiatan yang dilakukan di kelompokan dalam program –program
sebagai berikut:
1.2.1. Program peningkatan pelayan konseling dan testing sukarela
Pelayanan konseling dan testing sukarela ditingkatkan jumlah dan
mutunya dengan melibatkan kelompok dukungan sebaya sehingga
mencapai hasil maksimal.
1.2.2. Program peningkatan penggunaan kondom pada hubungan seks
berisiko
Peningkatan penggunaan kondom pada setiap hubungan seks
berisiko ditingkatkan untuk mencegah infeksi HIV dan IMS.
Penggunaan kondom perempuan dimungkinkan untuk digunakan
pada tempat-tempat yang memerlukan. Program mencakup juga
Intervensi Perubahan Perilaku (Behavior Change Intervention =
BCI).
Draft final 040107
19
1.2.3. Program pengurangan dampak buruk penyalahgunaan napza suntik
Pengurangan dampak buruk penyalahgunaan napza suntik untuk
mencegah penularan HIV dilaksanakan secara komprehensif dan
bersama-sama dengan semua pemangku kepentingan terkait.
Program juga dikaitkan dengan upaya pengurangan kebutuhan
napza suntik bagi penasun. Program diutamakan di seluruh provinsi
di Jawa dan ibu kota seluruh provinsi. Program mencakup juga
Intervensi Perubahan Perilaku (Behavior Change Intervention =
BCI).
1.2.4. Program pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak
Pencegahan penularan dari ibu HIV positif kepada bayinya
dilaksanakan terutama di daerah epidemi terkonsentrasi dan di
provinsi Papua dan Irian Jaya Barat.
1.2.5. Program penanggulangan Infeksi Menular Seksual (IMS)
Penderita IMS mempunyai risiko 2-9 kali lebih besar untuk tertular
HIV dibandingkan dengan bukan penderita. Program
penanggulangan IMS meliputi surveilans, penemuan, pengobatan
dan pencegahan ditingkatkan di semua daerah.
1.2.6. Program penyediaan darah dan produk darah yang aman
Penyediaan darah dan produk darah yang aman diupayakan di
semua unit transfusi darah baik yang berada di bawah binaan Palang
Merah Indonesia (PMI) maupun yang berada di rumah sakit
pemerintah dan swasta. Diutamakan di daerah dengan prevalensi
tinggi.
1.2.7. Program peningkatan kewaspadaan universal
Penerapan kewaspadaan universal harus dilaksanakan dengan benar
oleh petugas dan masyarakat yang lansung terpapar seperti petugas
pelayanan kesehatan, petugas sosial, polisi, penyelenggara jenazah,
petugas lapas dan lainnya. Pengetahuan dan ketrampilan petugas
Draft final 040107
20
dan sarana serta prasarana yang diperlukan perlu disediakan dengan
cukup.
1.2.8. Program komunikasi publik
Komunikasi publik yang baik akan menurunkan derajat kerentanan
dari kelompok – kelompok rentan. Upaya ini dilakukan melalui
komunikasi, informasi, pendidikan, penyuluhan, tatapmuka,
pengurangan kemiskinan, pembinaan ketahanan keluarga dan
penyetaraan gender dengan menggunakan jalur komunikasi dan
media yang tersedia.
2. AREA PERAWATAN, PENGOBATAN DAN DUKUNGAN KEPADA ODHA
Peningkatan jumlah penderita AIDS memerlukan peningkatan jumlah dan mutu
layanan perawatan dan pengobatan. Peningkatan juga dilakukan bagi dukungan
maksimal kepada ODHA. Upaya ini dilakukan melalui pendekatan klinis dan
pendekatan berbasis masyarakat dan keluarga. Universal Access yang bertujuan
memberikan kemudahan kepada mereka yang memerlukan untuk akses kepada
layanan perawatan dan pengobatan melandasi program – program pada area ini.
2.1. Tujuan
Mengurangi penderitaan akibat HIV dan AIDS dan mencegah penularan
lebih lanjut infeksi HIV serta meningkatkan kwalitas hidup ODHA.
3.1. Program
Untuk mencapai tujuan tersebut kegiatan-kegiatan yang dilakukan di
kelompokan dalam program –program sebagai berikut:
2.2.1. Program peningkatan sarana pelayanan kesehatan
Jumlah dan mutu pelayan untuk konseling dan testing sukarela
(VCT), pencegahan penularan HIV dari ibu ke bayinya (PMTC) dan
perawatan, pengobatan dan dukungan pada ODHA (CST)
ditingkatkan.
2.2.2. Program peningkatan penyediaan, distribusi obat dan reagensia
Untuk memenuhi kebutuhan ODHA dan sejalan dengan peningkatan
jumlah sarana perawatan dan pengobatan, ketersediaan ARV, obat
Draft final 040107
21
infeksi oportunistik dan reagensia ditingkatkan jumlah dan mutunya
serta harganya diupayakan terjangkau.
Manajemen obat dan reagensia disempurnakan sehingga pengadaan
dan distribusi obat dan reagensia terjamin.
2.2.3. Program pendidikan dan pelatihan
Peningkatan jumlah dan mutu pelayanan dan dukungan kepada
ODHA membutuhkan tenaga yang berilmu, terampil dan beretika.
Pendidikan dan pelatihan teknis diberikan kepada mereka yang
berkarya dalam upaya penanggulangan AIDS sesuai dengan bidang
kerjanya.
2.2.4. Program peningkatan penjangkauan dan dukungan ODHA
Upaya yang sungguh-sungguh untuk menjangkau sedikitnya 80%
kelompok berperilaku risiko tinggi agar mereka yang memerlukan
perawatan dan pengobatan dapat akses kepada pencegahan,
perawatan, pengobatan dan dukungan yang diperlukan.
3. AREA SURVEILANS HIV DAN AIDS SERTA IMS
Besaran, kecenderungan dan distribusi persebaran HIV dan AIDS diketahui dari
data dan informasi yang diperoleh dari kegiatan surveilans penyakit. Surveilans
penyakit dan surveilans perilaku bersama-sama memberikan petunjuk tentang
hasil upaya penanggulangan dan amat diperlukan bagi perumusan kebijakan dan
perencanaan. Kegiatan surveilans akan terus disempurnakan baik metodologinya
maupun implementasinya sehingga hasilnya valid dan dapat
dipertanggungjawabkan.
Selain surveilans HIV dan AIDS dan perilaku, surveilans IMS ditingkatkan
pelaksanaannya dan hasilnya dipublikasikan agar dapat digunakan oleh pihakpihak
yang memerlukan.
3.1. Tujuan
Untuk memperoleh data dan informasi yang valid tentang besaran,
kecenderungan dan distribusi persebaran HIV dan AIDS serta faktor-faktor
yang mempengaruhinya.
3.2. Program
Draft final 040107
22
Untuk mencapai tujuan tersebut kegiatan-kegiatan yang dilakukan di
kelompokan dalam program –program sebagai berikut:
3.2.1. Program peningkatan surveilans HIV
Pelaksanaan surveilans HIV pada sub-populasi dengan berbagai
tingkat risiko penularan diperluas wilayah cakupannya dan
ditingkatkan mutunya. Di daerah dengan tingkat generalized
epidemic dilaksanakan surveilans HIV di populasi umum.
3.2.2. Program Peningkatan surveilans perilaku
Pelaksanaan surveilans perilaku ditingkatkan wilayah cakupan dan
mutunya.Variabel yang digunakan dipilih variable yang sensitif yang
dapat menggambarkan hasil program intervensi perubahan perilaku.
3.2.3. Program peningkatan surveilans IMS
Pelaksanaan surveilans IMS ditingkatkan wilayah cakupan dan
mutunya. Dan juga digunakan untuk mengetahui hasil program
intervensi perilaku dan program penggunaan kondom pada setiap
hubungan seks berisiko.
3.2.4. Program peningkatan laboratorium HIV
Laboratorium HIV untuk keperluan surveilans, penegakan diagnosis
dan pemantauan proses pengobatan ditingkatkan baik jumlahnya
maupun mutu pemeriksaannya.
3.2.5. Program peningkatan mutu pelaporan
Pelaporan merupakan aspek penting dari surveilans. Laporan
surveilans dibuat sehingga dapat dengan mudah dipahami oleh
mereka yang membutuhkan, akurat dan tepat waktu.
4. AREA PENELITIAN DAN RISET OPERASIONAL
Upaya penanggulangan HIV dan AIDS yang sedang dan akan diselenggarakan
memerlukan pengembangan terus menerus. Banyak aspek penanggulangan yang
belum diketahui. Perbedaan laju epidemi di berbagai daerah perlu dicari faktorfaktor
yang menyebabkannya. Penelitian dan riset operasional diharapkan
Draft final 040107
23
mampu memberikan jawaban atas hal- hal tersebut sehingga ditingkatkan pada
empat tahun kedepan.
Untuk melaksanakan penelitian yang bermutu tinggi, dipersiapkan tenaga-tenaga
peneliti di semua tingkat. Selain daripada itu ditingkatkan kerjasama antar pusatpusat
penelitaian HVI dan AIDS di dalam negeri dan di luar negeri. Inventory
hasil penelitian dilakukan sesuai dengan tatacara yang lazim. Setiap hasil
penelitian dipublikasikan secara luas sehingga dapat diakses oleh yang
memerlukan.
4.1. Tujuan
Penelitian dan riset operasional HIV dan AIDS bertujuan untuk memperoleh
data dan fakta yang terpercaya sebagai dasar perbaikan dan
pengembangan upaya penanggulangan HIV dan AIDS.
4.2. Program
Untuk mencapai tujuan tersebut kegiatan-kegiatan yang dilakukan di
kelompokan dalam program –program sebagai berikut:
4.2.1. Program riset operasional
Berbagai upaya penanggulangan yang sedang diselenggarakan
memerlukan penelitian untuk perbaikan kinerjanya agar lebih efektif
dan efisien. Hasil-hasil survei dapt dijadikan petunjuk untuk
melakukan penelitian yang lebih mendalam.
4.2.2. Program penelitian resistensi obat antiretroviral
Penggunaan ARV yang semakin meluas dengan pengawasan yang
tidak selalu dapat dilakukan berpotensi untuk menimbulkan
resistensi ARV. Penelitian tentang kemungkinan resistensi ini
dilakukan untuk kewaspadaan dan perencanaan pengadaan ARV lini
berikutnya.
4.2.3. Program penelitian obat tradisional HIV dan AIDS
Indonesia kaya dengan flora dan fauna sebagai bahan pembuat
obat-obatan. Beberapa produk diklaim sebagai bermamfaat untuk
pengidap HIV dan AIDS. Penelitian obat tradisional diarahkan untuk
mencari bukti-bukti ilmiah tentang obat-obat tradisional tersebut
sekaligus mencari peluang-peluang lain.
Draft final 040107
24
4.2.4. Program penelitian dampak sosial ekonomi dan budaya HIV dan
AIDS
Penelitian terhadap dampak sosial ekonomi dan budaya dari HIV
dan AIDS dilaksanakan sebagai bahan advokasi dan penyusunan
program dukungan pada ODHA
4.2.5. Penelitian epidemiologi dan perilaku
Penelitian epidemiologi dan perilaku dilaksanakan untuk mengetahui
lebih dalam tentang perilaku epidemi dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Hasilnya merupakan data dan fakta yang paling
mendasar dalam perumusan kebijakan upaya penanggulangan.
5. AREA LINGKUNGAN KONDUSIF
Lingkungan yang kondusif dalam pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS
diperlukan agar upaya-upaya tersebut dapat berjalan dengan sebaik-baiknya. Hal
ini dikarenakan masalah HIV dan AIDS merupakan masalah yang kompleks dan
unik.
Deklarasi UNGASS 2001 yang mengamanatkan bahwa tahun 2003 negara
mengesahkan,mendukung dan menegakkan peraturan dan ketentuan lain untuk
menghapuskan segala bentuk diskriminasi dan memastikan pemilikan hak-hak
azasi dan kemerdekaan secara penuh oleh ODHA dan sub-populasi rentan lainnya
belum sepenuhnya tercapai sehingga perlu terus diupayakan.
5.1. Tujuan
Meningkatkan pembuatan peraturan perundangan dan ketentuan-ketentuan
lain di pusat dan daerah dalam rangka menciptakan lingkungan yang
kondusif bagi terselenggaranya upaya pencegahan dan penanggulangan HIV
dan AIDS.
5.2. Program
Untuk mencapai tujuan tersebut kegiatan-kegiatan yang dilakukan di
kelompokan dalam program –program sebagai berikut:
5.2.1. Program advokasi dan sosialisasi
Meningkatkan sosialisasi dan advokasi upaya pencegahan dan
penanggulangan HIV dan AIDS kepada eksekutif dan legislatif di
pusat dan daerah agar memahami masalah yang dihadapi yang
memerlukan pengaturan pemerintah.
5.2.2. Program peningkatan kapasitas
Meningkatkan kapasitas anggota legislatif daerah dalam menciptakan
peraturan-peraturan di daerah dalam mendukung terciptanya
lingkungan yang kondusif di daerah.
Draft final 040107
25
5.2.3. Program peningkatan kapasitas organisasi-organisasi masyarakat
sipil
Organisasi masyarakt sipil termasuk LSM dan KDS ditingkatkan
kemampuannya untuk turut menciptakan lingkungan yang kondusif
bagi peneyelenggaraan upaya pencegahan dan penanggulangan HIV
dan AIDS di daerah.
6. AREA KOORDINASI DAN HARMONISASI MULTIPIHAK
Masalah HIV dan AIDS bukan lagi masalah kesehatan semata akan tetapi telah
menjadi masalah sosial yang sangat komplek dan unik.Upaya pencegahan dan
penanggulangannya memerlukan berbagai pendekatan dan diselenggarakan oleh
berbagai pihak. Peranan utama dijalankan oleh masyarakat dengan arahan dan
pembinaan oleh sektor-sektor pemerintah. Pemerintah berperan sebagai
pemimpin upaya pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS baik di pusat
maupun di daerah. Mitra internasional membantu penyelenggaraan tersebut.
Banyaknya pemangku kepentingan yang menyelenggarakan upaya pencegahan
dan penanggulangan HIV dan AIDS ini, mengharuskan adanya koordinasi yang
baik sejak perencanaan sampai evaluasinya.
Harmonisasi dimaksudkan agar penyelenggaraan upaya pencegahan dan
penanggulangan HIV dan AIDS berjalan selaras dan seirama sehingga merupakan
orkestra aktivitas yang padu, terarah dan mencapai sasaran. Harmonisasi
diupayakan di semua tingkat penyelenggaraan.
6.1. Tujuan
Menyelaraskan dan mengkoordinasikan berbagai program dan kegiatan
upaya penanggulangan HIV dan AIDS yang diselenggarakan pemerintah,
masyarakat sipil dan mitra internasional sehingga mencapai tujuan yang
diinginkan.
6.2. Program
Untuk mencapai tujuan tersebut kegiatan-kegiatan yang dilakukan di
kelompokan dalam program –program sebagai berikut:
6.2.1. Program penguatan kelembagaan
Sebagai lembaga yang mengemban tugas mengkoordinsikan dan
mengharmoniasikan berbagai program, KPA pada semua tingkat
akan terus diperkuat dan ditingkatkan kemampuannya dengan
meningkatkan kemampuan SDM, melengkapi sarana kerja, dan
mengusahakan anggaran yang cukup untuk kegiatan operasional.
6.2.2. Program peningkatan jaringan informasi dan komunikasi
Adanya jaringan informasi yang luas dan berfungsi baik
mempermudah dilakukannya koordinasi dan harmonisasi upaya
pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS. Jaringan ini
Draft final 040107
26
diperluas disemua tingkat. Sarana teknologi informasi
disempurnakan sehingga berfungsi dengan baik.
6.2.3. Program peningkatan kerjasama internasional
Kerjasama internasional yang sudah terjalin ditingkatkan. Kerjasama
tersebut meliputi kerjasama regional dan global. Di dalam negeri
kerjasama dilakukan dengan mitra internasional.
7. AREA KESINAMBUNGAN PENANGGULANGAN
Memperhatikan kecenderungan epidemi HIV dan AIDS dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya, upaya pencegahan dan penaggulangan di Indonesia akan
memakan waktu yang cukup lama.
Oleh sebab itu upaya pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS harus
dapat dijamin kesinambungannya. Kesinambungan upaya ini sangat ditentukan
oleh komitmen politik, kepemimpinan yang kuat, tersedianya dana yang terus
menerus, perawatan sarana dan prasarana yang digunakan serta pelibatan
seluruh unsur masyarakat termasuk mereka yang sudah terinfeksi.
7.1. Tujuan
Menjamin kelansungan upaya pencegahan dan penanggulangan HIV dan
AIDS di setiap tingkat administrasi melalui komitmen yang tinggi,
kepemimpinan yang kuat, didukung oleh informasi dan sumberdaya yang
memadai.
7.2. Program
Untuk mencapai tujuan tersebut kegiatan-kegiatan yang dilakukan di
kelompokan dalam program –program sebagai berikut:
7.2.1. Advokasi
Advokasi dilakukan secara terus menerus kepada para pengambil
keputusan di pusat dan di daerah, baik kepada eksekutif, legislatif,
maupun kepada pimpinan partai politik dan organisasi masyarakat
sipil lainnya.
7.2.2. Peningkatan sumber daya manusia
Melalui pendidikan dan pelatihan ditingkatkan jumlah dan mutu para
penyelenggara upaya pencegahan dan penanggulangan HIV dan
AIDS di pusat dan di daerah. Pendidikan dan pelatihan dimaksud
diperoleh di dalam negeri dan di luar negeri.
7.2.3. Peningkatan sarana dan prasarana
Draft final 040107
27
Sarana dan prasarana di unit-unit pelayanan HIV dan AIDS
ditingkatkan jumlah dan dipelihara dengan sebaik-baiknya.
Dilakukan pengawasan kwalitas (quality control) atas sarana dan
prasarana tersebut
BAB IV
PENYELENGGARA UPAYA PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS
Upaya pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS diselenggarakan oleh
masyarakat dan pemerintah bersama-sama dibantu oleh mitra internasional.
Pemerintah meliputi departemen, kementerian, lembaga non-departemen dan
dinasdinas
daerah serta TNI dan POLRI. Masyarakat meliputi LSM, swasta dan dunia
usaha, civil soceity lainnya dan masyarakat umum. KPA di semua tingkat berfungsi
sebagai koordinator.
Para pemangku kepentingan mempunyai peran dan tanggung jawab masing-masing
dan bekerja sama dalam semangat kemitraan. Pokok-pokok tugas dan tanggung
jawabmasing-masing penyelenggara adalah sebagai berikut:
1. PEMERINTAH PUSAT
Departemen, Kementerian, Lembaga Non- Departemen, TNI dan POLRI
membentuk Kelompok Kerja Penanggulangan HIV dan AIDS dan membuat
rencana pencegahan dan penanggulangan yang selaras dengan Stranas HIV dan
AIDS 2007 – 2010 sesuai dengan area kegiatan instansi bersangkutan. KPAN
mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan dari unsur pemerintah pusat.
2. PEMERINTAH PROVINSI
Dinas-dinas Provinsi, Kantor Wilayah dari instansi pusat di provinsi, komando TNI
dan POLRI di provinsi menyelenggarakan upaya pencegahan dan
penanggulangan HIV dan AIDS dipimpin oleh Gubernur. Pemerintah Propinsi
membentuk dan memfungsikan Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi dan
menyediakan sumberdaya untuk kegiatan pencegahan dan penanggulangan di
propinsi.
3. PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA
Dinas-dinas Kabupaten/Kota, Kantor Departemen dari instansi pusat di
kabupaten/kota, komando TNI dan POLRI di kabupaten/kota menyelenggarakan
upaya pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS dipimpin oleh
Bupati/Walikota. Pemerintah Kabupaten/Kota membentuk dan memfungsikan
Komisi Penanggulangan AIDS Kabupaten/Kota dan menyediakan sumberdaya
untuk kegiatan pencegahan dan penanggulangan di kabupaten/kota.
4. PEMERINTAH KECAMATAN DAN KELURAHAN/DESA
Di wilayah kecamatan dan kelurahan /desa yang berpotensi adanya penularan
HIV, dapat dibentuk Satuan Tugas Pencegahan dan Penanggulangan HIV dan
AIDS yang masing-masing dipimpin oleh Camat dan Lurah/Kepala Desa. Tugas
utama adalah menggerakkan masyarakat untuk ikut serta dalam upaya
Draft final 040107
28
pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS yang dirancang oleh KPA
Kabupaten/Kota.
5. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH DAN
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DI DAERAH
DPR, DPD, DPRD Propinsi dan DPRD Kabupaten/Kota dengan kepedulian yang
tinggi menampung informasi dari masyarakat tentang situasi HIV dan AIDS di
wilayah urusannya dan sesuai dengan tugas dan fungsinya membantu upaya
pencegahan dan penanggulangan. Bersama dengan KPAN/KPA di daerah dapat
membentuk Forum Komunikasi.
6. KOMISI PENANGGULANGAN AIDS NASIONAL
Komisi Penanggulangan AIDS Nasional sebagai penanggung jawab upaya
pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS di Indonesia mempunyai tugas
yang sangat berat sehingga memerlukan kawenangan yang jelas untuk dapat
melaksanakan tugas pokok dan fungsinya dengan efektif.
Tugas pokok dan fungsi KPA Nasional sebagaimana tercantum dalam Perpres No.
75 Tahun 2006 adalah sebagai berikut:
6.1. Menetapkan kebijakan dan rencana strategis nasional serta pedoman umum
pencegahan, pengendalian dan penaggulangan AIDS;
6.2. Menetapkan langkah-langkah strategis yang diperlukan dalam pelaksanaan
kegiatan;
6.3. Mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan penyuluhan, pencegahan,
pelayanan, pemantauan, pengendalian dan penaggulangan AIDS;
6.4. Melakukan penyebarluasan informasi mengenai AIDS kepada berbagai
media massa, dalam kaitan dengan pemberitaan yang tepat dan tidak
menimbulkan keresahan masyarakat;
6.5. Melakukan kerjasama regional dan internasional dalam rangka pencegahan
dan penanggulangan AIDS;
6.6. Mengkoordinasikan pengelolaan dan dan informasi yang terkait dengan
masalah AIDS;
6.7. Mengendalikan, memantau dan mengevaluasi pelaksanaan pencegahan,
pengendalian dan penanggulangan AIDS;
6.8. Memberikan arahan kepada Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi dan
Kabupaten / Kota dalam rangka pencegahan, pengendalian dan
penanggulangan AIDS.
7. KOMISI PENANGGULANGAN AIDS PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA
Draft final 040107
29
Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi dan Komisi Penanggulangan AIDS
Kabupaten / Kota dibentuk dan dipimpin masing-masing oleh Gubernur dan
Bupati / Walikota. KPA di daerah membantu kelancaran pelaksanaan tugas KPA
Nasional.
Tugas pokok dan fungsi KPA Provinsi dan KPA Kabupaten / Kota adalah sebagai
berikut:
7.1. Merumuskan kebijakan, strategi dan langkah-langkah yang diperlukan
dalam rangka penanggulangan HIV dan AIDS di wilayahnya sesuai dengan
kebijakan, strategi dan pedoman yang ditetapkan oleh KPA nadional.
Implementasi dari tugas pokok tersebut meliputi fungsi-fungsi sebagai
berikut:
7.1.1. Memimpin, mengelola dan mengkoordinasikan kegiatan
pencegahan, pengendalian dan penanggulangan HIV dan AIDS di
wilayahnya;
7.1.2. Menghimpun, menggerakkan dan memamfaatkan sumberdaya
yang berasal dari pusat, daerah, masyarakat dan bantuan luar
negeri secara efektif dan efisien
7.1.3. Melakukan bimbingan dan pembinaan kepada pemangku
kepentingan dalam pencegahan, pengendalian dan
penanggulangan HIV dan AIDS di wilayah kerjanya
7.1.4. Melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan pencegahan dan
penanggulangan HIV dan AIDS dan menyampaikan laporan berkala
secara berjenjang kepada KPA Nasional.
8. MASYARAKAT SIPIL (CIVIL SOCEITY)
Civil soceity merupakan mitra kerja yang penting dalam upaya pencegahan dan
penanggulangan HIV dan AIDS. Lembaga Swadaya Masyarakat dan Organisasi
Non- Pemerintah lainnya seperti Kelompok Dukungan Sebaya telah memberikan
kontribusi yang bermakna karena mampu menjangkau sub-populasi berperilaku
berisiko dan menjadi pendamping dalam proses perawatan dan pengobatan
ODHA. Civil Soceity berperan dalam penyuluhan, pelatihan, pendampingan
ODHA, pemberian dukungan dan konseling serta melakukan pelayanan VCT.
Dimasa mendatang peran ini diharapkan meningkat dan merata di seluruh
wilayah Indonesia. Komisi Penanggulangan AIDS di semua tingkat menciptakan
lingkungan yang kondusif sehingga civil soceity dapat menjalankan perannya
dengan tenang dan aman.
9. DUNIA USAHA DAN SEKTOR SWASTA
Jenis pekerjaan, lingkungan dan tempat kerja berpotensi bagi pekerja untuk
terpapar HIV. Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) telah mengakui bahwa
HIV dan AIDS sebagai persoalan dunia kerja. Prinsip-prinsip utama Kaidah ILO
tentang HIV dan AIDS dan Dunia Kerja perlu ditingkatkan implementasinya di
dunia kerja Indonesia melalui kesepakatan tripartit. Implementasi Kaidah ILO
Draft final 040107
30
tersebut dijabarkan dalam program penanggulangan HIV dan AIDS di dunia kerja
dan dilaksanakan dengan penuh kesungguhan.
10. TENAGA PROFESIONAL, ORGANISASI PROFESI DAN LEMBAGA
PENDIDIKAN TINGGI
Upaya pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS memerlukan pelibatan
tenaga profesional baik secara individu maupun melalui organisasi profesi dan
lembaga pendidikan tinggi. Para profesional berperan dalam perumusan
kebijakan, penelitian, riset operasional.
11. KELUARGA DAN MASYARAKAT UMUM
Upaya pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS memerlukan dukungan
masyarakat luas. Keluarga sebagai unit terkecil masyarakat mempunyai tugas
penting dan sangat mulia sebagai benteng pertama dalam pencegahan dan
penanggulangan HIV dan AIDS. Ketahanan keluarga dalam arti yang
sesungguhnya perlu tetap diupayakan dan ditingkatkan. Selain itu keluarga
mampu memberikan lingkungan yang kondusif bagi ODHA dengan berempati dan
menjauhkan sikap diskriminatif terhadap mereka.
Masyarakat Umum berperan membantu upaya pencegahan dan penanggulangan
HIV dan AIDS di lingkungan masing-masing dengan memberikan kemudahan dan
meciptakan lingkungan yang kondusif. Untuk menjalankan fungsi tersebut,
masyarakat berhak menerima informasi yang benar tentang masalah HIV dan
AIDS.
12. ORANG DENGAN HIV DAN AIDS (ODHA)
Peranan ODHA dalam upaya pencegahan dan penanggulangan AIDS di masa
mendatang semakin penting. Selaras dengan prinsip Greater Involvement of
People with AIDS (GIPA) ODHA berhak berperan pada semua tingkat proses
pecegahan dan penanggulangan mulai dari tingkat perumusan kebijakan sampai
pada monitoring dan evaluasi. Untuk dapat menjalankan peran tersebut, ODHA
baik secara individual maupun organisasi meningkatkan persiapan diri.
Seimbang dengan hak-haknya, ODHA bertanggung jawab untuk mencegah
penularan HIV kepada pasangannya dan orang lain.
BAB V
KERJASAMA INTERNASIONAL
Kerjasama internasional dengan para mitra bilateral dan multilateral adalah suatu
komponen yang bermakna dalam penanggulangan masalah HIV dan AIDS dan telah
dirasakan mamfaatnya. Bantuan telah diberikan antara lain bagi program
peningkatan kapasitas kelembagaan baik di pusat maupun di daerah, program
perawatan, pengobatan dan dukungan pada ODHA, program pengurangan dampak
buruk di kalangan penasun , program pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak
dan program penanggulangan HIV dan AIDS di Tempat Kerja.
Draft final 040107
31
Kerjasama internasional diperlukan dan diharapkan berlanjut, dan implementasinya
mengacu kepada Strategi Nasional 2007-2010 dan Rencana Aksi Nasional 2007-
2010. Berdasarkan Perpres No 75/2006 mobilisasi dan pemanfaatan bantuan dana
dan bantuan teknis dari mitra internasional akan diarahkan dan dikoordinasikan oleh
KPAN. Evaluasi menggunakan sistem monitoring dan evaluasi nasional serta
menggunakan instrumen-instrumen pemantauan yang baku.
Bantuan mitra internasional diperlukan untuk mendukung kegiatan-kegiatan prioritas
penanggulangan HIV dan AIDS untuk 2007-2010, terutama pengembangan
kelembagaan; perawatan, dan pengobatan dukungan terhadap ODHA; peningkatan
upaya pencegahan terutama di kalangan kelompok berperilaku risiko tinggi;
pengembangan dan pemanfaatan sistem monitoring dan evaluasi nasional;
penyediaan obat antiretroviral; pengembangan pencegahan penularan dari ibu ke
anak, penanggulangan masalah-masalah lintas batas HIV dan AIDS, serta penelitian.
KPAN memfasilitasi upaya menuju harmonisasi dan koordinasi di antara para mitra
internasional, dan dengan berbagai sektor pemerintah terkait serta pemangku
kepentingan lainnya (masyarakat, dunia usaha, LSM, universitas). Hal ini bertujuan
juga agar bantuan yang diperlukan dapat tersedia dan menjangkau mereka yang
sangat membutuhkan dengan cepat dan efisien.
Untuk mengetahui dan mendukung pencapaian harmonisasi dan koordinasi yang
lebih kuat dan perencanaan strategis yang baik dari bantuan mitra internasional,
KPAN perlu mempunyai sistem informasi khusus. Agar sistem ini berjalan dengan
baik dan dirasakan manfaatnya, maka KPAN sebagai koordinator memerlukan
dukungan dan partisipasi aktif dari mitra internasional internasional.
BAB VI
PELAKSANAAN STRATEGI NASIONAL
Strategi Nasional HIV dan AIDS dilaksanakan sejalan dengan rencana pembangunan
nasional. Pada tingkat provinsi, kabupaten/kota, pelaksanaan Stranas akan
disesuaikan dengan rencana pembangunan daerah masing-masing.
Pelaksanaan STRANAS harus konsisten dengan tujuan-tujuan kebijakan yang ingin
dicapai, serta ditujukan untuk merespon situasi dan kondisi lokal dan nasional HIV
dan AIDS. STRANAS merupakan living document sehingga terbuka untuk perubahan
atas dasar kebutuhan respons.
Peran KPAN dalam pelaksanaan SRTANAS sesuai dengan “Three One Principle” yang
dianjurkan oleh UNAIDS, yaitu (1) setiap negara perlu mempunyai satu institusi yang
mengkoordinasikan upaya penanggulangan, (2) satu strategi nasional yang menjadi
acuan semua pihak dalam menyelenggarakan upaya penanggulangan, dan (3) satu
sistem monitoring dan evaluasi nasional yang berlaku secara nasional.
KPAN menjabarkan lebih lanjut STRANAS dalam suatu RENCANA AKSI NASIONAL
(RAN) untuk periode yang sama. Sektor dan pemangku kepentingan lainnya di
tingkat Pusat dan KPA di Daerah membuat RENCANA STRATEGI PENANGGULANGAN
HIV DAN AIDS bidang masing-masing dan atau daerah dengan menggunakan
STRANAS dan RAN 2007-2010 sebagai acuan utama.
Draft final 040107
32
BAB VII
MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN
Monitoring dan evaluasi dilakukan untuk (i) menjamin bahwa program pencegahan
HIV AND AIDS mencapai tingkat efisiensi dan akuntabilitas yang tinggi, (ii)
membantu mengintensifkan dan meningkatkan pelaksanaan program, (iii)
memungkinkan tindakan korektif untuk mengarahkan program, dan (iv)
menghasilkan informasi yang berguna bagi pelaksanaan program serta sebagai
masukan untuk penyusunan program lanjutan. Hasil monitoring dan evalusi
dilaporkan secara berjenjang sesuai dengan Perpres No. 75 Tahun 2006.
Pedoman Nasional Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan HIV dan AIDS yang telah
diterbitkan (2006) digunakan untuk memantau dan mengevaluasi pelaksanaan
STRANAS 2007 – 2010 bagi KPA di semua tingkat. Pedoman tersebut dibuat
sederhana dan mudah digunakan sehingga dapat membantu KPA di berbagai tingkat
melakukan monev dan pelaporan seperti yang diharapkan.
Sosialisasi dan pelatihan tentang penggunaan Pedoman tersebut akan terus
dilakukan agar pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan dari KPA pada
semua tingkat dapat berjalan secara optimal.
BAB VIII
PENDANAAN
Sejalan dengan makin meningkatnya penularan HIV, program penanggulangan HIV
dan AIDS semakin beragam dengan cakupan yang semakin luas. Peningkatan
tersebut membutuhkan dana yang besar
Dana yang diperlukan untuk melaksanakan STRANAS ini sesuai dengan amanat
Perpres No 75 tahun 2006 bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN), Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dan sumber-sumber lain.
Sumber lain dimaksud mencakup dana dari swasta, masayarakat dan bantuan
internasional.
Peran serta masyarakat dan dunia usaha dalam membantu pendanaan untuk
program penanggulangan HIV dan AIDS akan dilakukan melalui kegiatan-kegiatan
mobilisasi dana di bawah koordinasi KPA di berbagai tingkat. Bantuan internasional
dalam bentuk hibah dan bantuan teknis digunakan untuk meningkatkan upaya dan
tidak diartikan sebagai pengganti dana yang bersumber dari pemerintah
Pengelolaan dana menganut prinsip transparansi, akuntabilitas, efisensi , efektivitas
dan harmoni. KPAN mengkoordinasikan mobilisasi dan penggunaan dana untuk
menjamin tidak terjadinya pemborosan dan dipenuhinya prinsip tersebut.
BAB IX
PENUTUP
.
Strategi Nasional ini merupakan respons pemerintah dan rakyat Indonesia terhadap
epidemi HIV dan AIDS yang semakin meningkat. Dengan Strategi Nasional yang jitu,
dapat dikembangkan program-program pencegahan dan penanggulangan HIV dan
AIDS yang komprehensif, integratif dan harmonis untuk tahun-tahun mendatang.
Draft final 040107
33
Disadari sepenuhnya bahwa tidaklah mudah melaksanakan program-program yang
besar ini, karena kompleksnya masalah yang dihadapi yang dapat berubah dengan
cepat. Namun dengan kesungguhan, keikhlasan dan dengan tekat yang bulat serta
berbekal pengalaman bangsa Indonesia dalam memecahkan persoalan-persoalan
besar, upaya pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS akan dapat
membuahkan hasil yang diharapkan.
Draft final 040107
34
Draft final 040107
35
Draft final 040107
36
BAB IV
PENYELENGGARA UPAYA PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS
Upaya pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS diselenggarakan oleh
masyarakat dan pemerintah bersama-sama dibantu oleh mitra internasional.
Pemerintah meliputi departemen, kementerian, lembaga non-departemen dan
dinasdinas
daerah serta TNI dan POLRI. Masyarakat meliputi LSM, swasta dan dunia
usaha, civil soceity lainnya dan masyarakat umum. KPA di semua tingkat berfungsi
sebagai koordinator.
Para pemangku kepentingan mempunyai peran dan tanggung jawab masing-masing
dan bekerja sama dalam semangat kemitraan. Pokok-pokok tugas dan tanggung
jawabmasing-masing penyelenggara adalah sebagai berikut:
1. Pemerintah Pusat
Departemen, Kementerian, Lembaga Non- Departemen, TNI dan POLRI
membentuk Kelompok Kerja Penanggulangan HIV dan AIDS dan membuat
rencana pencegahan dan penanggulangan yang selaras dengan Stranas HIV dan
AIDS 2007 – 2010 sesuai dengan area kegiatan instansi bersangkutan. KPAN
mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan dari unsur pemerintah pusat.
2. Pemerintah Provinsi
Dinas-dinas Provinsi, Kantor Wilayah dari instansi pusat di provinsi, komando TNI
dan POLRI di provinsi menyelenggarakan upaya pencegahan dan
penanggulangan HIV dan AIDS dipimpin oleh Gubernur. Pemerintah Propinsi
membentuk dan memfungsikan Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi dan
menyediakan sumberdaya untuk kegiatan pencegahan dan penanggulangan di
propinsi.
3. Pemerintah Kabupaten/Kota
Dinas-dinas Kabupaten/Kota, Kantor Departemen dari instansi pusat di
kabupaten/kota, komando TNI dan POLRI di kabupaten/kota menyelenggarakan
upaya pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS dipimpin oleh
Bupati/Walikota. Pemerintah Kabupaten/Kota membentuk dan memfungsikan
Komisi Penanggulangan AIDS Kabupaten/Kota dan menyediakan sumberdaya
untuk kegiatan pencegahan dan penanggulangan di kabupaten/kota.
6. Pemerintah Kecamatan dan Kelurahan/Desa
Di wilayah kecamatan dan kelurahan /desa yang berpotensi adanya penularan
HIV, dapat dibentuk Satuan Tugas Pencegahan dan Penanggulangan HIV dan
AIDS yang masing-masing dipimpin oleh Camat dan Lurah/Kepala Desa. Tugas
utama adalah menggerakkan masyarakat untuk ikut serta dalam upaya
pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS yang dirancang oleh KPA
Kabupaten/Kota.
5. Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah.
Draft final 040107
37
DPR, DPD, DPRD Propinsi dan DPRD Kabupaten/Kota dengan kepedulian yang
tinggi menampung informasi dari masyarakat tentang situasi HIV dan AIDS di
wilayah urusannya dan sesuai dengan tugas dan fungsinya membantu upaya
pencegahan dan penanggulangan. Bersama dengan KPAN/KPA di daerah dapat
membentuk Forum Komunikasi.
6. Komisi Penanggulangan AIDS Nasional
Komisi Penanggulangan AIDS Nasional sebagai penanggung jawab upaya
pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS di Indonesia mempunyai tugas
yang sangat berat sehingga memerlukan kawenangan yang jelas untuk dapat
melaksanakan tugas pokok dan fungsinya dengan efektif.
Tugas pokok dan fungsi KPA Nasional sebagaimana tercantum dalam Perpres No.
75 Tahun 2006 adalah sebagai berikut:
8.1. Menetapkan kebijakan dan rencana strategis nasional serta pedoman
umum pencegahan, pengendalian dan penaggulangan AIDS;
8.2. Menetapkan langkah-langkah strategis yang diperlukan dalam
pelaksanaan kegiatan;
8.3. Mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan penyuluhan, pencegahan,
pelayanan, pemantauan, pengendalian dan penaggulangan AIDS;
8.4. Melakukan penyebarluasan informasi mengenai AIDS kepada berbagai
media massa, dalam kaitan dengan pemberitaaan yang tepat dan tidak
menimbulkan keresahan masyarakat;
8.5. Melakukan kerjasama regional dan internasional dalam rangka
pencegahan dan penanggulangan AIDS;
8.6. Mengkoordinasikan pengelolaan dan dan informasi yang terkait dengan
masalah AIDS;
8.7. Mengendalikan, memantau dan mengevaluasi pelkasanaan pencegahan,
pengendalian dan penangulangan AIDS;
8.8. Memberikan arahan kepada Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi dan
Kabupaten / Kota dalam rangka pencegahan, pengendalian dan
penanggulangan AIDS.
8. Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi dan Komisi Penanggulangan
AIDS Kabupaten / Kota
Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi dan Komisi Penanggulangan AIDS
Kabupaten / Kota dibentuk dan dipimpin masing-masing oleh Gubernur dan
Bupati / Walikota. KPA di daerah membantu kelancaran pelaksanaan tugas KPA
Nasional.
Tugas pokok dan fungsi KPA Provinsi dan KPA Kabupaten / Kota adalah sebagai
berikut:
Draft final 040107
38
8.9. Merumuskan kebijakan, strategi dan langkah-langkah yang diperlukan
dalam rangka penanggulangan HIV dan AIDS di wilayahnya sesuai dengan
kebijakan, strategi dan pedoman yang ditetapkan oleh KPA nadional.
Implementasi dari tugas pokok tersebut meliputi fungsi-fungsi sebagai
berikut:
8.9.1. Memimpin, mengelola dan mengkoordinasikan kegiatan
pencegahan, pengendalian dan penanggulangan HIV dan AIDS di
wilayahnya;
8.9.2. Menghimpun, menggerakkan dan memamfaatkan sumberdaya
yang berasal dari pusat, daerah, masyarakat dan bantuan luar
negeri secara efektif dan efisien
8.9.3. Melakukan bimbingan dan pembinaan kepada pemangku
kepentingan dalam pencegahan, pengendalian dan
penanggulangan HIV dan AIDS di wilayah kerjanya
8.9.4. Melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan pencegahan dan
penanggulangan HIV dan AIDS dan menyampaikan laporan berkala
secara berjenjang kepada KPA Nasional.
9. Masyarakat sipil (Civil soceity)
Civil soceity merupakan mitra kerja yang penting dalam upaya pencegahan dan
penanggulangan HIV dan AIDS. Lembaga Swadaya Masyarakat dan Organisasi
Non- Pemerintah lainnya seperti Kelompok Dukungan Sebaya telah memberikan
kontribusi yang bermakna karena mampu menjangkau sub-populasi berperilaku
berisiko dan menjadi pendamping dalam proses perawatan dan pengobatan
ODHA. Civil Soceity berperan dalam penyuluhan, pelatihan, pendampingan
ODHA, pemberian dukungan dan konseling serta melakukan pelayanan VCT.
Dimasa mendatang peran ini diharapkan meningkat dan merata di seluruh
wilayah Indonesia. Komisi Penanggulangan AIDS di semua tingkat menciptakan
lingkungan yang kondusif sehingga civil soceity dapat menjalankan perannya
dengan tenang dan aman.
9. Dunia Usaha dan sektor swasta
Jenis pekerjaan, lingkungan dan tempat kerja berpotensi bagi pekerja untuk
terpapar HIV. Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) telah mengakui bahwa
HIV dan AIDS sebagai persoalan dunia kerja. Prinsip-prinsip utama Kaidah ILO
tentang HIV dan AIDS dan Dunia Kerja perlu ditingkatkan implementasinya di
dunia kerja Indonesia melalui kesepakatan tripartit. Implementasi Kaidah ILO
tersebut dijabarkan dalam program penanggulangan HIV dan AIDS di dunia kerja
dan dilaksanakan dengan penuh kesungguhan.
13. Tenaga Profesional, Organisasi Profesi dan Perguruan Tinggi
Upaya pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS memerlukan pelibatan
tenaga profesional baik secara individu maupun melalui organisasi profesi dan
Draft final 040107
39
lembaga pendidikan tinggi. Para profesional berperan dalam perumusan
kebijakan, penelitian, riset operasional.
14. Keluarga dan Masyarakat Umum
Upaya pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS memerlukan dukungan
masyarakat luas. Keluarga sebagai unit terkecil masyarakat mempunyai tugas
penting dan sangat mulia sebagai benteng pertama dalam pencegahan dan
penanggulangan HIV dan AIDS. Ketahanan keluarga dalam arti yang
sesungguhnya perlu tetap diupayakan dan ditingkatkan. Selain itu keluarga
mampu memberikan lingkungan yang kondusif bagi ODHA dengan berempati dan
menjauhkan sikap diskriminatif terhadap mereka.
Masyarakat Umum berperan membantu upaya pencegahan dan penanggulangan
HIV dan AIDS di lingkungan masing-masing dengan memberikan kemudahan dan
meciptakan lingkungan yang kondusif. Untuk menjalankan fungsi tersebut,
masyarakat berhak menerima informasi yang benar tentang masalah HIV dan
AIDS.
15. Orang dengan HIV dan AIDS (ODHA)
Peranan ODHA dalam upaya pencegahan dan penanggulangan AIDS di masa
mendatang semakin penting. Selaras dengan prinsip Greater Involvement of
People with AIDS (GIPA) ODHA berhak berperan pada semua tingkat proses
pecegahan dan penanggulangan mulai dari tingkat perumusan kebijakan sampai
pada monitoring dan evaluasi. Untuk dapat menjalankan peran tersebut, ODHA
baik secara individual maupun organisasi meningkatkan persiapan diri.
Seimbang dengan hak-haknya, ODHA bertanggung jawab untuk mencegah
penularan HIV kepada pasangannya dan orang lain.
BAB V
KERJASAMA INTERNASIONAL
Kerjasama internasional dengan para mitra bilateral dan multilateral adalah suatu
komponen yang bermakna dalam penanggulangan masalah HIV dan AIDS dan telah
dirasakan mamfaatnya. Bantuan telah diberikan antara lain bagi program
peningkatan kapasitas kelembagaan baik di pusat maupun di daerah, program
perawatan, pengobatan dan dukungan pada ODHA, program pengurangan dampak
buruk di kalangan penasun , program pencegahan penularan dari ibu ke anak dan
program penanggulangan HIV dan AIDS di Tempat Kerja.
Kerjasama internasional diperlukan dan diharapkan berlanjut, dan implementasinya
mengacu kepada Strategi Nasional 2007-2010 dan Rencana Aksi Nasional 2007-
2010. Berdasarkan Perpres No 75/2006 mobilisasi dan pemanfaatan bantuan dana
dan bantuan teknis dari mitra internasional akan diarahkan dan dikoordinasikan oleh
KPAN. Evaluasimenggunakan sistem monitoring dan evaluasi nasional serta
menggunakan instrumen-instrumen pemantauan yang baku.
Draft final 040107
40
Kerjasama internasional diperlukan untuk mendukung kegiatan-kegiatan prioritas
penanggulangan HIV dan AIDS untuk 2007-2010, terutama pengembangan
kelembagaan; perawatan, dan pengobatan dukungan terhadap ODHA; peningkatan
upaya pencegahan terutama di kalangan kelompok berperilaku risiko tinggi;
pengembangan dan pemanfaatan sistem monitoring dan evaluasi nasional;
penyediaan obat antiretroviral; pengembangan pencegahan penularan dari ibu ke
anak, penanggulangan masalah-masalah lintas batas HIV dan AIDS, serta penelitian.
KPAN memfasilitasi upaya menuju harmonisasi dan koordinasi di antara para mitra
internasional, dan dengan berbagai sektor pemerintah terkait serta stakeholders
lainnya (masyarakat, dunia usaha, LSM, universitas). Hal ini bertujuan juga agar
bantuan yang diperlukan dapat tersedia dan menjangkau mereka yang sangat
membutuhkan dengan cepat dan efisien.
Untuk mendukung pencapaian harmonisasi dan koordinasi yang lebih kuat dan
perencanaan strategis yang baik, KPAN akan menggunakan alat bantu sistem
informasi yang disebut “Development Assistance Database” (DAD). Agar sistem ini
berjalan dengan baik dan dirasakan manfaatnya, maka KPAN sebagai koordinator
DAD memerlukan dukungan dan partisipasi aktif dari semua pihak terkait yang
terdiri dari pemerintah (pusat, provinsi, kabupaten/kota), mitra bilateral dan
multilateral, organisasi internasional, dan LSM.
BAB VI
PELAKSANAAN STRATEGI NASIONAL
Strategi Nasional HIV dan AIDS dilaksanakan sejalan dengan rencana pembangunan
nasional. Pada tingkat provinsi, kabupaten/kota, pelaksanaan Stranas akan
disesuaikan dengan rencana pembangunan daerah masing-masing.
Pelaksanaan STRANAS harus konsisten dengan tujuan-tujuan kebijakan yang ingin
dicapai, serta ditujukan untuk merespon situasi dan kondisi lokal dan nasional HIV
dan AIDS. STRANAS merupakan living document sehingga terbuka untuk perubahan
atas dasar kebutuhan respons.
Peran KPAN dalam pelaksanaan SRTANAS sesuai dengan “Three Ones Principles”
yang dianjurkan oleh UNAIDS, yaitu (1) setiap negara perlu mempunyai satu institusi
yang mengkoordinasikan upaya penanggulangan, (2) satu strategi nasional yang
menjadi acuan semua pihak dalam menyelenggarakan upaya penanggulangan, dan
(3) satu sistem monitoring dan evaluasi nasional yang berlaku secara nasional.
KPAN menjabarkan lebih lanjut STRANAS dalam suatu RENCANA AKSI NASIONAL
(RAN) untuk periode yang sama. Sektor dan pemangku kepentingan lainnya di
tingkat Pusat dan KPA di Daerah membuat RENCANA STRATEGI PENANGGULANGAN
HIV DAN AIDS bidang masing-masing dan atau daerahdengan menggunakan
STRANaS dan RAN 2007-2010 sebagai acuan utama.
BAB VII
MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN
Draft final 040107
41
Monitoring dan evaluasi dilakukan untuk (i) menjamin bahwa program pencegahan
HIV AND AIDS mencapai tingkat efisiensi dan akuntabilitas yang tinggi, (ii)
membantu mengintensifkan dan meningkatkan pelaksanaan program, (iii)
memungkinkan tindakan korektif untuk mengarahkan program, dan (iv)
menghasilkan informasi yang berguna bagi pelaksanaan program serta sebagai
masukan untuk penyusunan program lanjutan. Hasil monitoring dan evalusi
dilaporkan secara berjenjang sesuai dengan Perpres No. 75 Tahun 2006.
Pedoman Nasional Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan HIV dan AIDS yang telah
diterbitkan (2006) digunakan untuk memantau dan mengevaluasi pelaksanaan
STRANAS 2007 – 2010 bagi KPA di semua tingkat. Pedoman tersebut dibuat
sederhana dan mudah digunakan sehingga dapat membantu KPA di berbagai tingkat
melakukan monev dan pelaporan seperti yang diharapkan.
Sosialisasi dan pelatihan tentang penggunaan Pedoman tersebut akan terus
dilakukan agar pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan dari KPA pada
semua tingkat dapat berjalan secara optimal.
BAB VIII
Pendanaan
Sejalan dengan makin meningkatnya penularan HIV, program penanggulangan HIV
dan AIDS semakin beragam dengan cakupan yang semakin luas. Peningkatan
tersebut membutuhkan dana yang besar
Dana yang diperlukan untuk melaksanakan STRANAS ini sesuai dengan amanat
Perpres No 75 tahun 2006 bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN), Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dan sumber-sumber lain.
Sumber lain dimaksud mencakup dana dari swasta, masayarakat dan bantuan
internasional.
Peran serta masyarakat dan dunia usaha dalam membantu pendanaan untuk
program penanggulangan HIV dan AIDS akan dilakukan melalui kegiatan-kegiatan
mobilisasi dana di bawah koordinasi KPA di berbagai tingkat. Bantuan internasional
dalam bentuk hibah dan bantuan teknis digunakan untuk meningkatkan upaya dan
tidak diartikan sebagai pengganti dana yang bersumber dari pemerintah
Pengelolaan dana menganut prinsip transparansi, akuntabilitas, efisensi , efektivitas
dan harmoni. KPAN mengkoordinasikan mobilisasi dan penggunaan dana untuk
menjamin tidak terjadinya pemborosan dan dipenuhinya prinsip tersebut.
BAB IX
PENUTUP

Survei Dampak Sosial Ekonomi Pada Individu dan


Rumah Tangga Dengan HIV
di Tujuh Provinsi di Indonesia - Presentation Transcript
1. SurveiDampakSosialEkonomiPadaIndividudanRumahTanggaDengan HIV di
TujuhProvinsi di Indonesia
1
JOTHI
2. Latar Belakang
Situasi Epidemi
Epidemi beragam antar wilayah, dari prevalensi rendah hingga terkonsentrasi pada
sub-populasi tertentu
Kurang lebih 314,500 ODHA (0.22%); diproyeksikan meningkat hingga 0.37% pada
2014
2010-2014: Diperkirakan ada 23,000 kematian ODHA per tahun
Tujuan Survei
Mengukur dampak sosial ekonomi secara luas (Pendapatan dan Pekerjaan; Konsumsi,
aset dan tabungan; cara menghadapi masalah; stigma; kesehatan; pendidikan; gender
dll)
Memberikan informasi dasar untuk pengembangan kebijakan mitigasi dan program
Kerjasama
KPAN, BPS , JOTHI, UNDP, ILO, UNV, UNAIDS
2
3. Metodologi
o Kuantitatif dan Kualitatif: Survei dengan kuesioner tersruktur , Diskusi
kelompok, wawancara mendalam dan studi kasus
o 5 provinsi dengan prevalensi HIV tinggi (Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur,
Bali & Papua) & 2 provinsi dengan prevalensi HIV rendah (NTB, & NTT)
o Purposive, quota sampling: 1019 rumah tangga ODHA & 1019 rumah tangga
kontrol (Rumah tangga non-PLHIV)
o Rumah tangga kontrol dari tetangga dengan tingkat sosial ekonomi
sama/seimbang

4. Keterbatasan
Tidak ada kerangka sampel dan sulit mengakses rumah tangga ODHA
Rumah tangga ODHA tidak memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai
responden
Bias pemilihan karena akses kerumah tangga ODHA dipilih oleh JOTHI
Kemungkinan salah dalam menjawab pertanyaan kejadian masa lalu dan perkiraan
oleh responden
Hambatan sosial budaya untuk terbuka dalam keterangan rinci pasangan dan keadaan
keuangan
4
5. Distribusi Responden
5
Jumlah responden terdistribusi secara proporsional dengan jumlah kasus AIDS yang
dilaporkan
6. Profil Responden (%)
6
7. Dampak Pada Pendapatan, Pola Konsumsi, Aset, Tabungan dan Cara Menanggulangi
Masalah
7
8. Pekerjaan
Prosentase Rumah Tangga ODHA yang bekerja di sektor formal (sebagai karyawan)
lebih rendah dari rumah tangga non-ODHA
8
Prosentase Rumah Tangga Menurut Jenis Pekerjaan
9. Pendapatan yang hilang
o Rerata hilangnya pendapatan akibat merawat anggota rumah tangga yang sakit,
55% lebih tinggi pada rumah tangga ODHA dibanding rumah tangga kontrol
o Hilangnya pendapatan pada responden Laki-laki lebih tinggi dari perempuan.

9
Rerata Pendapatan Yang Hilang Akibat Merawat ODHA Dalam 1 Bulan Terakhir
Menurut Jenis Kelamin
10. Pendapatan & Pengeluaran
o Rerata pendapatan utama Rumah Tangga ODHA dalam 1 bulan sedikit lebih
rendah dibanding Rumah Tangga Non-ODHA
o Rerata Pengeluaran Rumah Tangga ODHA jauh lebih besar
o Bantuan dari keluarga/pihak lain pada Rumah Tangga ODHA sangat
membantu menutupi sebagian kebutuhan

10
Rerata Pendapatan dan Pengeluaran 1 Bulan Terakhir Menurut Status Rumah Tangga

11. Cara menghadapi masalah


o 74% Menyatakan adanya tambahan pengeluaran akibat infeksi HIV
o 64% Menggunakan tabungan untuk menutupi kebutuhan tambahan akibat HIV
o 60% Meminjam dari keluarga/teman
o Persentase yang pernah menjual asetnya cukup tinggi
o Bantuan sosial dari pihak lain cukup banyak dirasakan

11

12. Stigma & Diskriminasi


12
13. Membuka Status HIV
Prosentase Responden ODHA Menurut Waktu Membuka Status HIV Pada
Pasangan/Keluarga dan Jenis Kelamin
o 19% belum memberi tahu keluarga
o 9% memberi tahu setelah 1 tahun
o 9 % mengaku pasangan /keluarga nya tahu lebih dulu
o Responden Perempuan yang memberi tahu status HIV nya lebih rendah dari
Laki-Laki
o 41% memberi tahu keluarga segera setelah di diagnosa

13

14. Diskriminasi dari Tetangga


Prosentase Responden ODHA Menurut Perilaku Diskriminasi Dari Lingkungan
Sekitar dan Jenis Kelamin
o 17% Menyatakan tetangganya tahu status HIV salah seorang anggota rumah
tangga
o 40% diantaranya pernah merasakan diskriminasi dari lingkungan sekitarnya
o Tindakan diskriminasi lebih banyak diterima oleh responden Perempuan
o 21 % merasa ditolak, di isolasi dan dihindari oleh tetangganya
o 19% menerima kekerasan verbal
o 14% merasa anaknya tidak diijinkan main dengan anak tetangganya
o Bahkan 4% menerima kekerasan fisik

14

15. Diskriminasi dari Layanan Kesehatan


Prosentase Responden ODHA Menurut Perilaku Diskriminasi Pada Layanan
Kesehatan dan Jenis Kelamin
o > 50% ODHA merasa pernah menerima tindakan diskriminasi dari layanan
kesehatan
o 41 % diantaranya merasa diberi kode khusus pada dokumen rekam medis
o Persentase Responden Laki-laki yang mengalami diskriminasi (59%) lebih
tinggi dari Perempuan (53%)

15

16. Dampak Pada Kesehatan


16
17. Biaya Kesehatan
o Rumah Tangga ODHA mengeluarkan biaya kesehatan 5 kali lebih tinggi dari
Rumah Tangga Non-ODHA
o Rerata biaya kesehatan ODHA sendiri 3 kali lebih tinggi dari Rumah Tangga
Non-ODHA

17
Rerata Biaya Kesehatan Dalam 1 Bulan Terakhir Menurut Status Rumah Tangga

18. Pengobatan ARV


Prosentase Responden ODHA Menurut Status Pengobatan ARV dan Jenis Kelamin
o 53.7% responden mengaku sedang dalam pengobatan ARV
o Kasus Infeksi Oportunistik menurun hingga 35,4%, sejalan dengan
peningkatan akses layanan ARV dan Pengobatan IO

18

19. Infeksi Oportunistik dan Tempat Pengobatannya


o Penurunan berat badan dan batuk berkepanjangan adalah Infeksi Oportunistik
yang paling sering diderita dalam 1 tahun terakhir
o Rumah Sakit merupakan tempat layanan kesehatan yang paling sering
didatangi ketika mengalami infeksi oportunisnik

19
Prosentase Responden ODHA Menurut Infeksi Oportunistik 1 Tahun Terakhir dan
Jenis Kelamin
Prosentase Responden ODHA Menurut Tempat Layanan Kesehatan yang Didatangi
Ketika Mengalami Infeksi Oportunistik

20. Pendidikan dan Gender


20
21. Pengeluaran untuk Biaya Pendidikan
o Pengeluaran untuk pendidikan anak pada Rumah Tangga ODHA 36% lebih
rendah dari Rumah Tangga Non-ODHA
o 3.46% Pengeluaran Rumah Tangga Non-ODHA adalah untuk biaya
pendidikan sedangkan pada Rumah Tangga ODHA hanya 1.78%

21

22.
o Tingkat putus sekolah pada Rumah Tangga ODHA lebih tinggi
o Putus sekolah pada tingkat SLTP & SLTA lebih tinggi dari SD
o Tingkat sekolah anak perempuan pada Rumah Tangga ODHA hampir 2 kali
lipat anak Laki-laki

22
Putus Sekolah
Prosentase Putus Sekolah Menurut Jenis Kelamin dan Rumah Tangga

23. Gender Kepala Rumah Tangga


Perempuan yang menjadi Kepala Rumah Tangga pada Rumah Tangga ODHA 10%
lebih tinggi
23
Prosentase Kepala Rumah Tangga Menurut Jenis Kelamin dan Rumah Tangga
24. Infeksi Oportunistik Kronis Menurut Gender
Prosentase Infeksi Oportunistik Kronis Dalam 3 Bulan Terakhir Menurut Jenis
Kelamin
Infeksi terkait HIV lebih tinggi pada perempuan – Kurangnya perhatian pada
perawatan medis
24
25. Pengaruh Gender pada Akses Pengobatan
Prosentase Alasan Responden Yang Tidak Mengakses Layanan Kesehatan Menurut
Jenis Kelamin
o Prosentase responden Perempuan yang mengaku sulit mengakses layanan
kesehatan 2 kali lebih banyak dari Laki-Laki (20.83% Vs 10.31%)
o Prosentase responden perempuan yang takut status HIV nya di ketahui lebih
tinggi dari responden Laki-laki

25

26. Kesimpulan
26

Komunitas AIDS Indonesia + Follow

1133 views, 0 favs, 0 embeds more

Related

 Laporan ungass aids forum indonesia untuk ungass on


aids 2… 198 views

 News Edisi Okt Final 629 views


 Kuesioner Profil Keluarga wilayah Dampingan Plan PU K… 96 views

 Rencana Strategis Kementrian Kesehatan 2010 2014


1296 views

 Rencana Aksi Nasional Penanggulangan AIDS dan


Narkoba di J… 1353 views

 6. sesi kesehatan dan obat 937 views

 Uu 23 2004 1410 views

 Aids. 2911 views

 Harianto020102 768 views

 Status Ringkas Millennium Development Goals Indonesia 2009 12419


views

 Buku Putih Sanitasi Kota Tegal 396 views

 Jurnal Vol 6 No 3 Tahun 2010 2513 views

 Mari bersikap 269 views


 Pemberdayaan Masyarakat dengan Pelibatan Jender dan
Kemisk… 416 views

 Gender slide 430 views

 Pedoman PelaksanaanProgram Terapi Rumatan Metadon


di Lemba… 10380 views

 Perempuan di Lingkar Napza 348 views

More by user

 Perda Propinsi DI Yogyakarta Nomor 12 Tahun 2010 tentang P… 639


views

 Hasil Surveilans Terintegrasi Biologis & Perilaku pada Kel… 318


views

 Estimasi Populasi Dewasa Rawan Terinfeksi HIV 2009 461 views

 Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2010, Pencapaian Tujuan M… 2319


views

View all presentations from this user

About this presentation


Usage Rights

© All Rights Reserved


Stats

 0 Favorites
 0 Comments
 25 Downloads
 1,133 Views on
SlideShare
 0 Views on
Embeds
 1,133 Total Views

Accessibility

View text version

Additional Details

 Uploaded via SlideShare


 Uploaded as Microsoft PowerPoint

Flag as inappropriate
File a copyright complaint

Categories

 Health & Medicine

Tags
 plwa
 aids
 economic impact
 indonesia
 hiv

0
2
0

footer Search

 Learn About Us
 About
 Careers
 Our Blog
 Press
 Contact us
 Help & Support

 Using SlideShare
 SlideShare 101
 Terms of Use
 Privacy Policy
 Copyright & DMCA
 Community Guidelines

 SlideShare Outside
 SlideShare Mobile New
 Facebook App
 LinkedIn App
 Widgets for your blog

 Pro & more


 Go PRO
 Business Solutions

 Developers & API


 Developers Section
 Developers Group
 Engineering Blog

SlideShare is the world's largest community for sharing presentations. Upload and
share on blogs, Twitter, Facebook or LinkedIn. Over 60 million people use SlideShare every
month for research, sharing ideas, connecting with others, and generating business leads.
SlideShare also supports documents, PDFs, and videos. Get an account.

Follow @SlideShare

KBR68H - Penyakit tak pernah pandang korban, termasuk HIV/Aids. Anak-anak pun bisa
mengidap virus ini. Di Indonesia, anak-anak dengan HIV belum banyak dapat perhatian.
Inilah yang menyebabkan komunitas Lentera Anak Pelangi memberikan perhatian khusus
pada anak-anak ODHA. Salah satunya Erlangga alias Putra, yang baru saja meninggal dunia
pekan lalu. Reporter KBR68H Ayu Poernamaningrum mengikuti perjalanan Lentera datang
ke rumah anak-anak ini.

Mengunjungi Eka

Pagi-pagi, tim lapangan Lentera Anak Pelangi dari kampus Universitas Atmajaya, Jakarta,
bersiap mengunjungi rumah anak ODHA yang mereka dampingi.

Kami berjalan di sebuah gang kecil di belakang Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta Timur.
Selokan di pinggir jalan tampai mulai meluapkan air. Di kiri kanan, tampak tumpukan
sampah setinggi mata kaki. Gang ini sempit, hanya selebar tubuh orang dewasa. Kami
berhenti di depan sepetak rumah, ukuran 3x3 meter.
Eka, 6 tahun, tampak kegirangan menerima camilan yang diberikan tim Lentera. Perempuan
kecil ini tengah bermanja-manja dengan bibi yang merawatnya. Ketika ditanya, apa cita-
citanya kalau besar nanti, Eka menjawab,”Mau sekolah!”

Tapi Eka belum sekolah. Tubuh Eka pun lebih kecil dibandingkan anak-anak seusianya.
Berat tubuhnya 11 kilogram, sama dengan anak usia 2 tahun. Perutnya menonjol ke depan,
penuh dengan guratan urat, karena kelebihan cairan. Sejumlah luka bernanah tampak di
tangan dan kakinya. Mulut Eka terlihat putih, penuh dengan jamur.

Eka adalah salah satu anak pengidap HIV. Orangtuanya meninggal karena Aids saat Eka baru
1 tahun. Eka lantas dirawat oleh paman dan bibinya. Bibi Eka, Nurhayati, semula tak tahu
apa pun soal HIV/Aids. Ia tak tahu seberapa berbahayanya penyakit ini sampai tim Lentera
Anak Pelangi datang dan mengajari cara merawat anak istimewa seperti Eka.”Kita yang
melihara, nggak ada yang lain. Terpaksa deh,” kata Nurhayati.

Eka tak sulit makan, kata Nur, meski kenyataannya berat Eka di bawah normal. Kata Nur,
Eka sering jajan di warung dekat rumahnya. Nur yakin, perut Eka yang membesar justru
karena kebanyakan makan. “Yah kalau makan bubur juga banyak, sepiring,” kata Nur yakin.

Nur mengaku pilu jika Eka sedang sakit. Tapi ia tak bisa berbuat banyak, karena ia tak
bekerja. Sementara suaminya hanyalah kuli panggul di Pasar Induk Kramat
Jati. Penghasilannya hanya untuk dua kali makan dalam sehari. “Kalau dibilangin dari sana,
katanya nih Eka harus diberi obat sehari-harinya. Cuma saya masih ragu. Takutnya keseleo
doang.”

Menilik kondisi Eka, tim Lentera menduga bibinya berbohong soal perawatan Eka. Eka
diduga tak diberi makan cukup sehingga mengalami gizi buruk. Padahal ia baru saja keluar
rumah sakit karena hal serupa. Natasya Sitorus, Koordinator Divisi Psikososial Lentera Anak
Pelangi menilai perawatan Eka terkendala karena bibinya juga harus merawat 3 sepupu Eka
yang lain. “Sesudah keluar dari rumah sakit, kondisinya bisa memburuk lagi karena ternyata
di rumah tidak disediakan makanan yang cukup
bergizi, sanitasi tidak diperhatikan.”

Bertemu Putra dan Yolanda

Dari rumah Eka, tim Lentera Anak Pelangi


bergerak ke gang kecil lainnya. Kali ini di kawasan
Saharjo, Jakarta Selatan. Persis di belakang sebuah
hotel bintang empat.

Erlangga berbaring, didampingi ibunya, Wilda.


Wilda adalah nama samaran, seperti permintaannya.
Bocah 4 tahun itu sedang tidur dengan selang di
hidungnya. Tangannya yang mungil terlihat kaku, seperti pasien stroke. Pandangan matanya
tak fokus ke satu titik. Punggungnya terdapat bercak hitam seukuran satu kepalan dewasa
karena demam tinggi. Yang dialaminya. Hanya tendangan kakinya yang jadi alat komunikasi.
Erlangga yang sakit-sakitan membuat Wilda mengubah nama anaknya menjadi Putra.

Kondisi Putra memburuk, seiring kakaknya, Yolanda kembali dari rumah sakit. Yolanda dan
Putra mengiddap HIV sejak lahir. Penyakit ini baru diketahui ibunya, ketika Yolanda masuk
rumah sakit. Saat itu usianya 6 tahun.”Aku memang sudah tidak sama bapaknya Yolanda.
Tapi aku sudah punya anak dari suami yang baru. Sedangkan Erlangga ini kan umurnya
setahun waktu itu. Dari situ aku bingung. Kalau misalnya Yolanda kena, aku kena, pasti
kenanya dari aku. Pasti Erlangga juga kena.”

Penyakit ini masih dirahasiakan Wilda dari keluarga dan kerabatnya. “Kita top secret banget.
Keluarga, tadinya yang tahu hanya ibu dan kakak. Pas kemarin Yolanda sakit, kan sudah di
ICU. Mereka cuma mikir-mikir itu dari apa. Dari situ mungkin ketahuan ya kalau
penyakitnya kayak gitu.” Ia tak soal kalau ada yang tahu penyakit anaknya, yang juga
diidapnya. “Asal jangan dijauhi keluarga,” begitu pintanya.

Putra dan Yolanda lebih beruntung ketimbang Eka. Sebab ibunya punya pengetahuan lebih
dalam merawat anak-anak dengan HIV. Begitu tahu kedua anaknya mengidap virus ini,
Wilda segera mencari tahu tentang penyakit ini lebih jauh. Wilda mengaku masih suka
kebingungan menghadapi anaknya yang sakit. Di sinilah tim Lentera Anak Pelangi datang
membantu. Selain soal mengurus anak, Lentera juga membantu Wilda memperoleh rujukan
kesehatan.

Perjalanan tim lapangan Lentera Anak Pelangi jadi panduan bagi komunitas tersebut untuk
memberikan bantuan. Bantuan apa saja yang dapat diberikan Lentera Anak Pelangi?

Lentera Anak ODHA

Lentera Anak Pelangi lahir dari sebuah penelitian lapangan soal anak-anak HIV/Aids di
Universitas Atmajaya, Jakarta. Karena dianggap membantu, banyak LSM yang meminta
program penelitian lapangan itu berlanjut. Lentera pun terbentuk pada 2009.

Di awal, ada 140-an anak positif dan negatif HIV/Aids ditangani oleh komunitas tersebut,
kata Manajer Kasus Lentera, Rovina Tarigan. Anak-anak ini berasal dari keluarga miskin,
yang biasanya tak punya informasi memadai soal penanganan HIV/Aids. Ada juga anak-anak
yang tak mengidap HIV tapi tetap didampingi Lentera. Mereka kerap diabaikan oleh
orangtuanya yang ODHA.

“Anak-anak ini kan dari orangtua yang positif. Biasanya orangtua mereka ini ada juga yang
menggunakan metadon. Walaupun mereka menggunakan metadon, ada yang mencampur
metadon dengan obat-obatan lain. Akhirnya mereka putus asa dan pakai lagi bersama-sama,”
kata Vina.

Karena kekurangan sumber daya manusia, Lentera harus mengutamakan 28 anak yang
positif HIV sebagai bimbingannya. Anak-anak ini biasanya berasal dari orangtua ODHA dan
penganan kesehatannya kurang. Mereka lah yang mendapat kunjungan rutin ke rumah,
minimal sekali sebulan. “Sekarang ini donatur kita nggak ada, jadi kita prioritaskan untuk
anak-anak yang HIV positif.”

Kerjasama Banyak Pihak

Untuk mendukung program pemantauan anak pengidap HIV/Aids, Lentera membuat empat
divisi, yakni divisi manajer kasus, psikososial, kesehatan, dan advokasi. Namun, dengan
hanya 6 pekerja, sulit. Asisten Koordinator Program Lentera, Gracia Simanulang atau Sisi.
“Ujung tombaknya adlah manajemen kasus. Dua layanan utama yang diberikan adalah
kesehatan dan psikososial.”

Dengan segala keterbatasannya, Lentera tetap melayani anak-anak dan orangtua pengidap
HIV AIDS. Kata Sisi, mereka kini menggandeng sejumlah instansi dan LSM untuk
membantu keberlangsungan kunjungan rumah rutin mereka. “Yang langsung misalnya
pemberi layanan kesehatan, misalnya rumah sakit, puskesmas dan juga LSM yang juga
menangani HIV, nggak khusus ke anak.”

Kerjasama ini penting untuk terus memantau kondisi anak-anak dengan HIV. Manajer Kasus
Lentera, Vina mengatakan, lembaga lain bisa ikut menyumbang pemeriksaan media, atau
bantuan lain seperti susu. “Misalnya susu, kita juga minta pertolongan ke Komisi
Penanggulangan AIDS Provinsi. Ada lagi rujukan ke tempat lain, misalnya ke YPI,”
tambahnya. YPI yang dimaksud adalah Yayasan Pelita Ilmu, salah satu LSM pemerhati
HIV/Aids.

Menurut Koordinator Psikososial Lentera, Natasya Sitorus, kerjasama yang paling penting
adalah antara Lentera dengan orangtua anak-anak ODHA. Orangtua punya peran utama untuk
memantau kesehatan anak-anak mereka. Kalau butuh tambahan informasi, Lentera siap
memberikan penyuluhan dan konseling. “Kita bisa sampai berbusa-busa ngomongin edukasi
mereka,” kata Tasya. Menurut dia, ini adalah salah satu tahap paling sulit, dan paling
membutuhkan kesabaran. “Butuh waktu yang intensif untuk mengingatkan mereka, untuk
lebih peduli kesehatan dan kebersihan anak-anaknya.”

Membantu Anak

Lentera juga membantu mendorong rasa percaya diri anak ODHA. Kondisi fisik mereka yang
berbeda akibat gerogotan virus, seringkali membuat mereka tak mau keluar rumah. Ukuran
tubuh yang kecil dari teman sebaya, membuat mereka malas sekolah. Atau malu bermain
dengan teman-teman, akibat luka nanah di tubuh. “Ada salah satu dampingan kita, dia
sebetulnya pintar di sekolah. Cuma karena dia korengan segala macam, akhirnya teman-
temannya ada yang mengejek. Dia malu, nggak berani pergi ke sekolah. Akhirnya diobatin
dulu korengnya, baru dia timbul percaya diri,” tambah Tasya.

Tasya mengatakan, status HIV dan Aids seringkali disembunyikan orangtua. Demi
menghindarkan diskriminasi, itu alasan yang paling sering. Padahal menyimpan rahasia
bukanlah hal yang terbaik, karena jadi tak tahu kebutuhan yang diperlukan. Di sinilah Lentera
datang membantu: memberikan informasi seputar perawatan anak-anak dengan HIV/Aids.
Kata Tasya, Lentera hanya berperan sebagai pembimbing dan pemantau. Yang paling penting
adalah peran orangtua.

Tasya juga meminta masyarakat agar tidak mengucilkan para pengidap HIV AIDS. “Stop
diskriminasinya dulu. Bahwa mereka ODHA, mau dia karena pengguna narkoba suntik atau
dia tertular dari suaminya atau dia adalah pekerja seks, atau dia adalah anak dari seorang
ODHA, dari mana pun dia mendapatkan HIV itu, dia adalah manusia. Dia masih punya hak
hidup,” tandas Tasya.

Walau hanya mengawal orangtua anak ODHA, Lentera berharap supaya kegiatan mereka
terus berjalan. Asisten Koordinator Program, Sisi berharap makin banyak orang yang peduli
pada para anak-anak dengan HIV. Supaya penyebaran virus bisa ditekan. “Anak-anak itu
memang butuh sekali program, dan orang-orang yang bisa membantu mereka.”

HIV/Aids sejauh ini belum dapat disembuhkan. Tapi orang-orang dengan virus ini bisa terus
berumur panjang. Wilda, ibu dari dua anak ODHA, berharap bisa bersama anak-anaknya
sampai waktu yang lama. “Aku cuma ingin dia hidup kayak orang normal. Biar sekolah
tinggi. Aku ingin bisa lihat dia sampai menikah. Itu saja.”

Tags: HIV/Aids komunitas Lentera Anak Pelangi ODHA Ayu Poernamaningrum


Berita Terkait - Saga

 40 Kasus Baru HIV/AIDS di Madiun


 Jangan Korbankan Nyawaku Demi Egomu
 Mereka Juga Ingin Bicara
 Komunitas & Anda Bisa Jadi Agen Penanggulangan HIV/AIDS
 Diskriminasi Itu Membunuhku

eRelated News

SERI BUKU KECIL

Merawat
Odha
di
Rumah
spiritia

Merawat Odha di Rumah


Merawat Odha di Rumah
Sebagian besar buku ini diterjemahkan dari artikel berseri pada
situs web hivpositive.com
Ilustrasi: Andreas Pundung Istiawan
© 2004 Yayasan Spiritia
Terbitan Februari 2004
Semua informasi di dalam buku ini sekadar untuk menambah wawasan dan
pengetahuan. Sebelum melaksanakan suatu pengobatan sebaiknya Anda
berkonsultasi dengan dokter.
Judul lain dalam Seri Buku Kecil yang telah diterbitkan Yayasan
Spiritia:
􀂃 Hidup dengan HIV/AIDS
􀂃 Pasien Berdaya
􀂃 Pengobatan untuk AIDS: Ingin Mulai?
􀂃 Mengangkat Beban Kerahasiaan: Pedoman Berbicara di Depan
Umum untuk Odha
merawat odha di rumah 1
Daftar Isi
Pengantar ................................................................... 3
Persiapan untuk Merawat Odha di Rumah................. 5
Pembantu............................................................... 8
Perbekalan dan Peralatan...................................... 8
Apa yang Perlu Diketahui tentang HIV & AIDS........... 9
Bagaimana HIV Menular ...................................... 10
Bagaimana HIV Tidak Ditularkan ..........................11
Pengetahuan Penting............................................11
Kerahasiaan ......................................................... 12
Pemberian Perawatan .............................................. 13
Penerimaan Perawatan ............................................ 16
Memberi Dukungan Emosional ................................ 18
Melindungi Odha terhadap Infeksi ............................ 21
Cuci Tangan ......................................................... 21
Menutup Luka ...................................................... 21
Jauhkan Orang yang Sakit ................................... 22
Hati-hati terhadap Cacar Air ................................. 22
Vaksinasi .............................................................. 23
Hati-hati dengan Hewan Peliharaan dan
Berkebun ........................................................... 24
Perlengkapan Pribadi ........................................... 24
Cucian .................................................................. 24
Membersihkan Rumah ......................................... 25
Melindungi Diri Kita Sendiri ...................................... 26
Sarung Tangan ..................................................... 28
Jarum Suntik dan Semprit .................................... 29
Pembuangan........................................................ 30
Seks ..................................................................... 31
2 seri buku kecil
Makanan .................................................................. 32
Jamu .................................................................... 33
Minuman .............................................................. 33
Merangsang Nafsu Makan ................................... 34
Pengobatan untuk AIDS ........................................... 35
Bantuan Lain yang Dapat Kita Berikan ..................... 37
Anak yang AIDS ....................................................... 39
Perubahan Gejala .................................................... 41
Demensia ............................................................. 41
Rasa Nyeri ........................................................... 42
Selama AIDS Bertambah Buruk ........................... 43
Persiapan Akhir ........................................................ 45
Meninggal di Rumah ............................................ 46
Bantuan untuk Kita ............................................... 47
Daftar Acuan............................................................. 48
Daftar Istilah ............................................................. 50
merawat odha di rumah 3
Pengantar
Salah satu tempat terbaik untuk merawat Odha adalah di
rumah, dengan dikelilingi oleh orang-orang yang mencintainya.
Banyak Odha dapat tetap hidup aktif untuk waktu lama. Untuk
sebagian besar waktunya, Odha tidak perlu dirawat di rumah
sakit. Dirawat di rumah biasanya lebih murah, lebih
menyenangkan, lebih akrab, dan membuatnya bisa mengatur
hidupnya sendiri. Sebenarnya, penyakit yang berhubungan
dengan Odha biasanya akan cepat membaik, dengan
kenyamanan di rumah, dengan dukungan dari teman dan orangorang
yang dicintainya.
Jika kita merawat Odha di rumah, ingatlah setiap Odha
berbeda, dan dipengaruhi oleh HIV, virus yang menyebabkan
AIDS, dengan cara yang berbeda pula. Kita harus selalu
mengetahui perkembangan keadaanya dari dokter atau
perawatnya mengenai jenis perawatan yang dibutuhkan. Sering
kali yang dibutuhkan bukanlah perawatan medis, tetapi
bantuan untuk melakukan pekerjaan sehari-hari seperti:
berbelanja, mengambil surat, membayar tagihan, membersihkan
rumah, dll.
Juga perlu diingat, AIDS menyebabkan stres, baik pada orang
yang sakit maupun pada kita yang merawatnya. Merawat Odha
merupakan tanggung jawab yang berat. Kita harus bekerja sama
dengan Odha untuk memutuskan apa yang harus dilakukan,
berapa banyak kita dapat berbuat, dan kapan pertolongan
tambahan dibutuhkan. Tetapi, dengan menghadapi tantangan
merawat Odha, kita dapat berbagi pengalaman yang
memuaskan secara emosional, bahkan kegembiraan dengan
orang yang kita cintai. Kita juga dapat menemukan kekuatan
baru dalam diri kita. Tetapi kita harus menjaga kesehatan kita
sendiri, seperti menjaga kesehatan Odha.
Buku kecil ini, berdasarkan artikel berseri dari
hivpositive.com, serta tambahan dari beberapa sumber lain,
akan memberikan beberapa informasi dasar mengenai segala
sesuatu yang perlu kita ketahui sebagai orang yang merawat
4 seri buku kecil
Odha. Informasi ini akan mencakup topik seperti perawatan,
memberi dukungan emosional, makanan dan melindungi diri
kita sendiri.
Kami mengupayakan agar bahasanya sesederhana mungkin.
Namun, topik ini dapat menjadi agak rumit, dan tidak mungkin
semuanya jelas pada saat pertama kali membaca. Diharapkan
setelah membaca ulang, semuanya menjadi lebih jelas. Untuk
membantu pengertian, kami menyediakan daftar istilah pada
bagian akhir buku ini. Juga disediakan daftar acuan, yang
merujuk ke beberapa bahan bacaan lain yang dapat diperoleh
dari Yayasan Spiritia.
Kami di Spiritia selalu siap membantu Anda dalam upaya
merawat Odha di rumah, Jika ada pertanyaan, atau pun
masukan mengenai buku ini, silakan hubungi kami pada alamat
yang dicantumkan di sampul belakang.
merawat odha di rumah 5
Persiapan untuk Merawat Odha di Rumah
Setiap keadaan berbeda, tetapi berikut ini ada beberapa
petunjuk untuk membantu memulainya.
Pertama, baca petunjuk ini. Mintalah Odha yang akan kita
dampingi agar membacanya. Mintalah orang lain yang tinggal
bersama di rumah dengan Odha agar membacanya. Informasi
ini baik untuk orang yang sudah sampai pada tahap AIDS
maupun untuk orang dengan infeksi HIV yang sakit dan
memerlukan perawatan.
Ikuti kursus perawatan di rumah, jika mungkin. Pelajari
keterampilan yang diperlukan untuk merawat seseorang di
rumah dan bagaimana menghadapi keadaan tertentu. Organisasi
layanan HIV/AIDS lokal mungkin menawarkan kursus
semacam ini.
Bicaralah dengan Odha yang akan kita dampingi. Tanyakan
apa yang dibutuhkan. Jika kita gugup merawatnya, katakan
saja. Tanyakan apakah diperbolehkan berbicara dengan dokter,
perawat, pekerja sosial, perawat kesehatan profesional lain atau
6 seri buku kecil
pengacaranya bila diperlukan. Tentukan bersama-sama apa yang
terbaik bagi Anda berdua.
Bicaralah dengan dokter, perawat, pekerja sosial, dan pelayan
kesehatan lain yang mendukung Odha. Mereka mungkin
membutuhkan izin dari pasien, kadang-kadang secara tertulis,
sebelum mereka siap berbicara dengan kita, tetapi kita harus
berbicara dengan orang-orang ini agar mengetahui bagaimana
kita dapat membantu. Bekerjalah dengan mereka dan Odha
yang kita dampingi untuk merencanakan tugas setiap orang.
􀂃 Dapatkan informasi tertulis yang jelas tentang obat dan
perawatan lain yang akan kita berikan. Tanyakan maksud,
dosis, dan jadwal masing-masing obat, serta efek samping
yang harus diawasi.
􀂃 Tanyakan pada dokter atau perawat tentang perubahan
kesehatan atau perilaku Odha.
􀂃 Jika terjadi batuk, demam, diare, atau pusing, ini dapat
berarti ada infeksi atau masalah yang memerlukan obat baru
atau bahkan perawatan rumah sakit.
􀂃 Kita juga perlu tahu siapa yang dapat kita hubungi untuk
dimintai pertolongan atau informasi dan kapan mereka dapat
dihubungi.
􀂃 Buatlah daftar dokter, perawat, dan orang lain yang mungkin
harus cepat dihubungi, serta nomor teleponnya, dan kapan
mereka dapat dihubungi. Tempatkan daftar tersebut dekat
telepon.
Bicarakan dengan pengacara atau organisasi dukungan AIDS.
Untuk beberapa keputusan perawatan medis atau dukungan
hidup, kita mungkin perlu surat kuasa yang sah dari Odha yang
menentukan kita sebagai koordinator perawatan. Jika kita akan
membantu mengajukan klaim asuransi, pembayaran tagihan,
atau menangani urusan lain untuk Odha, kita juga perlu surat
kuasa khusus. Ada beberapa pusat pertolongan untuk Odha,
dan kita dapat membantu Odha mendapatkan apa yang tersedia.
Pertimbangkan bergabung dengan kelompok dukungan atau
berbicara dengan seorang konselor. Mengurus seseorang yang
sakit secara emosional dan secara fisik bisa sangat sulit.
merawat odha di rumah 7
Boks 1: Mengatur Pengawasan
Anak kami benar-benar tidak ingin dirawat di rumah sakit, jika ini tidak
harus. Jadi, secepat mungkin kami membawanya kembali ke rumah. Semua
anggota keluarga, lebih dari sepuluh orang, siap membantu mengawasi dia,
tetapi semuanya juga sibuk dengan kegiatan lain. Jadi kami harus mengatur
agar selalu ada yang jaga, dan agar semua tahu perkembangan.
Setiap minggu, kami membuat daftar ‘piket’ dan menyebarkannya pada
semua anggota tim pengawas. Waktu mereka hadir, ada proses serahterima.
Tetapi, yang lebih penting, pengawas wajib mencatat semua
peristiwa yang terjadi waktu dia piket pada buku harian. Obat yang dipakai,
gejala dan keluhan yang muncul, makan dan minum yang dikonsumsi oleh
Odha, dan semua masalah lain. Dengan cara ini, semua anggota tim
perawatan mengetahui apa saja yang terjadi pada Odha. Dan catatan ini juga
sangat bermanfaat untuk dokter waktu dia mengunjungi pasiennya.
Ibu W, Jakarta
Membicarakan hal tersebut dengan orang yang mengalami
masalah yang sama kadang-kadang dapat bermanfaat. Kita dapat
belajar bagaimana orang lain menanggulanginya dan menyadari
bahwa kita tidak sendiri.
Jaga diri kita. Kita tidak dapat merawat orang lain jika kita
sendiri sakit atau kesal. Kita perlu beristirahat dan berolahraga
untuk terus melanjutkan perawatan. Kita juga perlu melakukan
sesuatu yang kita nikmati, seperti mengunjungi teman dan
keluarga. Ada organisasi layanan AIDS yang dapat membantu
dengan “respite care” (perawatan untuk orang yang dirawat di
rumah agar para perawat bisa berlibur) dan menyediakan
seseorang untuk menemani Odha yang kita rawat sementara
kita ke luar rumah.
8 seri buku kecil
Pembantu
Kita yang merawat Odha di Indonesia sering beruntung karena
ada pembantu di rumah. Sebagian besar pekerjaan yang berat
apat dilaksanakan oleh pembantu. Keputusan untuk memberi
tahu pembantu tentang status HIV si Odha memang sulit, dan
akhirnya harus diputuskan oleh Odha sendiri. Namun kita
wajib memberi informasi pada pembantu agar mereka dapat
melindungi diri, walaupun risiko tertular sangat kecil. Kita juga
harus mengawasi pembantu agar mereka mengikuti semua
pedoman yang ada di buku ini, terutama yang terkait dengan
pembersihan, khususnya berhubungan dengan makanan.
Perbekalan dan Peralatan
Ada beberapa bahan dan alat yang diperlukan untuk merawat
Odha secara baik, dan untuk melindungi orang yang
merawatnya. Ini termasuk sarung tangan lateks sekali pakai,
masker, pemutih, dan kertas serbet dapur. Sebaiknya bahan ini
disediakan dulu dalam jumlah yang cukup, dan segera dibeli
kembali setelah dipakai, supaya stoknya tidak habis.
Kita mungkin juga sebaiknya menyediakan beberapa obat
umum, termasuk loperamid (Imodium®) untuk diare,
parasetamol (Panadol®) untuk demam dan sakit kepala, dan
ORS untuk rehidrasi. Jika Odha sering merasa mual, dan ini
mempengaruhi penggunaan obat atau makan, mungkin juga
perlu disediakan metoklopramid (Primperan®), tetapi obat ini
membutuhkan resep dari dokter. Jagalah supaya obat apa pun
yang sudah kedaluwarsa tidak dipakai, dan dibuang.
Mungkin Odha kadang kala membutuhkan oksigen. Tabung
oksigen medis serta perlengkapannya biasanya dapat di sewa
dari rumah sakit atau penyalur. Karena tabung kecil cepat habis
gasnya, sebaiknya juga diketahui tempat mengisinya, terutama
pada hari libur.
merawat odha di rumah 9
Apa yang Perlu Diketahui tentang HIV & AIDS
Jika kita hendak merawat Odha, kita
perlu memahami hal-hal
mendasar tentang HIV
dan AIDS. AIDS
(acquired
immunodeficiency
syndrome) disebabkan
oleh HIV (human
immunodeficiency
virus). Seorang yang
terinfeksi HIV
dapat kelihatan
sehat, dan mungkin
tidak mengetahui
bahwa dia telah terinfeksi
selama beberapa tahun. Namun,
meskipun terlihat sehat sekali, dia dapat
menularkan virusnya ke orang lain. HIV secara
perlahan merusak sistem kekebalan tubuh;
kemudian orang yang terinfeksi HIV tersebut jatuh
sakit karena tubuh tidak dapat memerangi
penyakit. Pada waktu ini terjadi, orang tersebut
dianggap sudah AIDS, dan beberapa penyakit itu
dapat membunuhnya.
Gejala infeksi HIV tampaknya mirip dengan banyak gejala
penyakit umum lainnya, seperti pembengkakan kelenjar,
mudah lelah, kehilangan berat badan, demam atau diare.
Berbeda orang, berbeda pula gejalanya.
HIV ada dalam darah, air mani, cairan vagina, dan ASI. Tes
darah merupakan satu-satunya cara untuk mengetahui apakah
seseorang terinfeksi HIV.
Belum ada vaksin untuk mencegah infeksi HIV dan belum ada
obat untuk menyembuhkan AIDS. Namun, ada pengobatan
yang dapat menjaga Odha tetap sehat lebih lama dan untuk
10 seri buku kecil
mencegah beberapa penyakit yang biasanya dialami oleh Odha.
Walaupun obat tersebut masih belum dapat dianggap murah,
harganya akan tetap turun. Obat ini dapat sangat berhasil, tetapi
harus dipakai secara teratur. Untuk informasi lebih lanjut
mengenai pengobatan ini, lihat buku kecil Yayasan Spiritia
‘Pengobatan untuk AIDS: Ingin Mulai?’, serta Lembaran
Informasi Yayasan Spiritia.
Bila tidak diobati, secara perlahan HIV akan membuat orang
yang terinfeksi semakin sering sakit. Penyakit dan infeksi akan
memperparah keadaan, tetapi Odha sering kali membaik sampai
timbul penyakit berikutnya. Kadang-kadang, HIV dapat
merusak otak dan menyebabkan perubahan pada perasaan dan
suasana hati, bahkan membuatnya sulit untuk berpikir jernih.
Odha dapat merasa sehat di pagi hari, dan sangat sakit di sore
hari. Ini seperti mengendarai roller coaster, menanjak naik secara
perlahan sampai merasa sehat, tetapi kemudian menurun tajam
ke penyakit lain.
Bagaimana HIV Menular
Cara paling umum penularan HIV adalah:
􀂃 Melalui seks vagina, anal, atau mulut tanpa kondom dengan
seseorang yang terinfeksi HIV.
􀂃 Melalui penggunaan jarum suntik atau semprit bergantian
dengan orang yang terinfeksi HIV.
􀂃 Dari ibu-ke-bayinya sebelum bayi dilahirkan, selama
kelahiran, atau melalui pemberian ASI. Tanpa intervensi,
kurang-lebih 30 persen bayi yang dilahirkan oleh ibu yang
HIV-positif akan terinfeksi HIV. Penggunaan obat tertentu
di akhir waktu kehamilan dan selama kelahiran dapat
mengurangi kemungkinan bayi terinfeksi menjadi di bawah
10 persen, tetapi tidak akan mencegah infeksi HIV untuk
seluruh bayi.
􀂃 Pada awal epidemi AIDS beberapa orang tertular HIV
melalui transfusi darah, produk darah (seperti faktor
penggumpalan darah yang diberikan kepada orang
hemofilia), atau pencangkokan organ atau jaringan tubuh.
merawat odha di rumah 11
Ini sangat jarang terjadi ketika tes HIV disetujui. Sejak itu,
sebagian besar darah donor dan donor organ atau jaringan
tubuh dites HIV.
􀂃 Petugas kesehatan, seperti perawat, berisiko tertular HIV
jika mereka tertusuk jarum yang mengandung darah yang
tercemar HIV atau terpercik darah yang tercemar HIV pada
mata, hidung, mulut, atau pada luka atau radang yang
terbuka. Hanya ada sangat sedikit orang yang tinggal
serumah dengan Odha atau yang merawat Odha pernah
terinfeksi. Infeksi ini mungkin terjadi melalui pemakaian
pisau cukur bergantian, menyentuh darah Odha pada luka
atau radang yang terbuka, atau cara lain yang berhubungan
dengan darah orang yang terinfeksi HIV. Jika kita merawat
Odha, berhati-hatilah mengikuti langkah-langkah
melindungi diri kita sendiri dari infeksi HIV yang akan
dibahas kemudian dalam pedoman ini.
Bagaimana HIV Tidak Ditularkan
􀂃 Kita tidak akan terinfeksi HIV dari udara, makanan, air,
gigitan serangga, hewan, piring, pisau, garpu, sendok, kakus,
atau lainnya yang tidak melibatkan darah, air mani, cairan
vagina, atau ASI. Kita tidak akan terinfeksi HIV dari
kotoran, cairan hidung, air liur, keringat, air mata, air seni,
atau muntah kecuali cairan ini bercampur darah. Kita dapat
membantu Odha dengan makan, mengganti pakaian, bahkan
memandikannya tanpa risiko terinfeksi, asal kita mengikuti
langkah yang dijelaskan dalam bagian tentang “Melindungi
Diri Sendiri” berikutnya dalam pedoman ini. Kita dapat
terkena kuman lain dari beberapa cairan dan bahan yang
terdaftar di atas, jadi lakukanlah dengan pikiran sehat.
Pengetahuan Penting
Walaupun kita tidak perlu menjadi ahli mengenai HIV/AIDS,
dengan semakin menguasai pengetahuan tentang HIV dan
AIDS, sebagai pendamping kita akan semakin efektif. Dengan
informasi yang komplet, kita lebih yakin menjawab pertanyaan
Odha. Kita juga merasa lebih nyaman jika kita mengetahui cara
12 seri buku kecil
perkembangan penyakit, agar kita dapat mengantisipasikan apa
yang akan terjadi.
Ada beberapa sumber informasi yang dapat kita angkau.
Hubungi kelompok dukungan sebaya untuk Odha yang
terdekat, atau langsung ke Yayasan Spiritia.
Kerahasiaan
Infeksi HIV dan AIDS masih menimbulkan stigma dan
diskriminasi. Jadi adalah penting kita menjaga kerahasiaan
Odha. Kita tidak berhak memberi tahu orang lain, termasuk
petugas perawatan kesehatan, tentang status HIV si Odha,
kecuali dia memberi persetujuan yang jelas. Kita harus sangat
berhati-hati dengan pengunjung agar mereka tidak dapat
mengetahui secara tidak sengaja, misalnya dengan melihat buku
mengenai AIDS atau obat khusus untuk infeksi HIV.
merawat odha di rumah 13
Pemberian Perawatan
Odha sebaiknya merawat diri sendiri sebisa mungkin dan
selama mungkin. Dia harus menjadi dan merasa mandiri. Odha
perlu mengatur rencananya sendiri, membuat keputusan
sendiri, dan melakukan apa yang diinginkan semampunya. Dia
harus mengembangkan program olahraganya sendiri dan
membuat perencanaan makanan. Di samping kunjungan teratur
ke dokter, banyak Odha berupaya agar tetap sehat dengan
makan secara benar, tidur teratur, melakukan latihan fisik,
berdoa atau meditasi, atau hal-hal lain. Jika Odha yang kita
rawat menemukan sesuatu yang membantunya, dorong dia
untuk tetap semangat. Program olahraga dapat membantu
menjaga berat badan dan kekuatan otot serta dapat membuat
Odha merasa lebih sehat jika disesuaikan dengan apa yang dia
bisa lakukan. Makan yang nikmat dan dikonsumsi secara teratur
membantu orang merasa sehat, memberi tenaga, dan membantu
tubuh memerangi penyakit. Lebih baik jika orang yang
terinfeksi HIV tidak minum minuman beralkohol, merokok,
atau memakai narkoba. Selalu mempelajari mengenai
14 seri buku kecil
pengobatan baru, dan memahami apa yang diharapkan dari
pengobatan yang dipakai juga penting.
Ada beberapa hal sederhana yang dapat kita lakukan untuk
membantu Odha merasa nyaman di rumah:
􀂃 Menghormati kemandirian dan kebebasan pribadinya.
􀂃 Membiarkan dia mengatur segala sesuatu yang dia bisa.
Mintalah izin untuk masuk ke ruangannya, atau untuk
duduk bersamanya, dan sebagainya. Perkataan “Boleh saya
bantu?” membiarkan dia tetap bisa memegang kendali.
􀂃 Menanyakan apa yang dapat kita lakukan untuk
membuatnya nyaman. Banyak orang merasa malu untuk
meminta bantuan, khususnya bantuan seperti memakai
kakus, mandi, bercukur, makan, dan berpakaian.
􀂃 Menjaga rumah tetap bersih dan kelihatan bercahaya dan
menyenangkan.
􀂃 Menempatkan kamar Odha dekat kamar mandi.
􀂃 Menyediakan serbet kertas (tisu), handuk, keranjang sampah,
selimut tambahan dan benda-benda lain yang mungkin
diperlukan dekat Odha, sehingga dia dapat menjangkaunya
sendiri dari tempat tidur atau kursi.
Jika Odha yang kita rawat harus banyak beristirahat di tempat
tidur, bantulah dia untuk sering mengubah posisi tubuhnya.
Sediakan bantal yang lembut dengan beberapa ukuran untuk
mengganjal tubuhnya. Jika mungkin, Odha harus turun dari
tempat tidur sesering mungkin. Ini membantu mencegah
persendian menjadi kaku, luka baring, dan beberapa macam
radang paru. Perawat dapat menunjukkan bagaimana
membantu Odha pindah dari tempat tidur ke kursi tanpa
menyakiti kita sendiri atau Odha. Mungkin Odha juga perlu
bantuan untuk membalik atau mengatur bantal atau selimut.
“Rekstok gantung” medis di atas tempat tidur dapat membantu
Odha mengubah posisi tubuh sendiri jika masih cukup kuat.
Jika dia begitu lemah, sampai tidak dapat berbalik, mintalah
perawat menunjukkan bagaimana memakai seprai untuk
membantu menggeser Odha di tempat tidur dari satu sisi ke sisi
merawat odha di rumah 15
yang lain. Biasanya seseorang di tempat tidur perlu mengubah
posisi tubuhnya sedikitnya setiap empat jam.
Luka baring: Luka baring atau lecet di kulit lainnya dapat
menjadi masalah yang parah bagi Odha. Di samping sering
mengubah posisi tubuhnya di tempat tidur, untuk membantu
tetap sehat, tempatkan bahan yang lembut sekali (kulit domba,
busa, atau kasur air) di bawah Odha. Juga, jaga seprai agar tetap
kering dan tidak kusut, dan pijat punggung dan bagian lainnya
(seperti pinggul, siku, dan pergelangan kaki) yang menekan
pada tempat tidur. Laporkan segera ke dokter atau perawat jika
kulit menjadi merah atau luka.
Olahraga: Bahkan di tempat tidur, Odha dapat melakukan
olahraga tangan, lengan dan kaki yang sederhana. Ini biasanya
disebut sebagai olahraga “latihan pergerakan.” Olahraga ini
membantu mencegah persendian menjadi kaku, sakit sendi dan
memperlancar peredaran darah. Dokter, perawat, atau ahli
fisioterapi dapat menunjukkan kita bagaimana membantu Odha
berolahraga di tempat tidur.
Pernapasan: Jika Odha mempunyai masalah pernapasan,
mendudukkan dia dapat membantu. Angkatlah kepala tempat
tidur seperti di rumah sakit atau pakai bantal tambahan atau
penahan punggung lembut lain. Jika Odha mengalami masalah
pernapasan yang parah, hubungi dokter.
Kenyamanan: Menggosok punggung dengan baik akan
membantu Odha merasa santai dan membantu peredaran darah
tetap lancar. Perawat, ahli fisioterapi, atau buku tentang
memijat dapat memberikan kita beberapa petunjuk bagaimana
menggosok punggung dengan baik. Taruhlah buku, remote
control untuk TV atau radio, air, serbet kertas, dan bel untuk
memanggil bantuan di tempat yang mudah dijangkau. Jika
Odha tidak dapat bangun, taruhlah pispot di tempat yang
mudah dijangkau.
16 seri buku kecil
Penerimaan Perawatan
Untuk banyak Odha, menjadi pasien yang harus dirawat pada
awal adalah pengalaman yang pahit. Ada beberapa alasan untuk
hal ini.
Pertama, sebagian besar kita hidup dalam masyarakat yang
tidak begitu nyaman dengan kesakitan secara umum dan
khususnya penyakit yang mengancam jiwa. Masih ada anggapan
bahwa orang yang sakit sebaiknya tidak terlihat sampai dia
sudah pulih. Ini bukan hanya karena kita takut tertular; kita
sering tidak mau diingatkan bahwa kita semua akan jatuh sakit
dan akhirnya, kita semua akan meninggal.
Banyak masalah fisik terjadi pada seorang dengan penyakit
terkait AIDS yang dapat menyebabkan orang merasa malu dan
dihina. Diare yang terus-menerus yang tidak dapat diramalkan,
inkontinensia (tidak dapat menahan keluaran kotoran), menjadi
terlalu lemas untuk berjalan kaki tanpa bantuan, menjadi pikun
dan pelupa, semua ini dapat menyebabkan seorang dengan
AIDS merasa seperti anak atau tidak terkendali. Kita biasanya
tidak enak menerima kehilangan kendali ini. Justru, kehilangan
kendali terlihat sebagai hal yang buruk. Tidak menghiraukan
bahwa kemungkinan tidak ada yang dapat kita lakukan untuk
menghindarinya.
Kita juga hidup dalam masyarakat yang tidak begitu nyaman
dengan kotoran, bau, dan ‘fungsi badan’ seperti buang air.
Beberapa gejala penyakit terkait AIDS adalah kotor, bau, dan
pasti jadi melibatkan ‘fungsi badan’. Sekali lagi, seorang yang
mengalaminya dapat merasa sangat malu dan dihina.
Merawat seorang dengan HIV/AIDS juga dapat mengganggu
kepribadiannya. Alat kelamin kita justru disebut sebagai
‘kemaluan’. Kita biasanya tidak membolehkan bagian tubuh ini
dilihat atau disentuh oleh orang lain, kecuali dalam sanggama.
Bahkan dimandikan atau digantikan pakaian oleh orang lain
dapat mengganggu kepribadian kita.
merawat odha di rumah 17
Jadi, mungkin ini hambatan pertama yang kita dan Odha
yang kita dampingi akan hadapi—bagaimana kita masing-masing
merasa mengenai kejadian ini.
Mungkin si Odha merasa lebih nyaman dirawat oleh pasangan
daripada teman atau orang tua. Tetapi hal ini tidak selalu benar.
Kadang kala, Odha lebih nyaman dirawat oleh orang yang
benar-benar asing daripada seorang yang dia cintai atau merasa
sangat dekat.
Sebagian besar orang lambat laun menjadi nyaman dirawat.
Beberapa orang mengalami masa waktu mereka nyaman tetapi
kadang menjadi frustrasi dan benci.
18 seri buku kecil
Memberi Dukungan Emosional
Dalam merawat seseorang, bukan hanya tubuh, tetapi perasaan
pun penting. Karena setiap orang berbeda, maka tidak ada
aturan tentang apa yang harus dilakukan atau dikatakan, tetapi
berikut ini ada beberapa gagasan yang dapat membantu:
􀂃 Ikut sertakan dia sebagai anggota aktif dalam tim perawatan.
Jangan lakukan segalanya untuk dia
atau menentukan semua keputusan
dia. Tidak seorang pun menyukai
perasaan tidak berdaya.
􀂃 Menjadi pendengar yang baik—lihat
Boks 2.
􀂃 Ajaklah dia membantu pekerjaan
di rumah jika bisa. Setiap
orang menyukai perasaan
berguna. Dia ingin
menjadi bagian dari
kelompok, dengan
menyumbang apa pun
yang dia bisa.
􀂃 Libatkan dia dalam urusan
rumah tangga. Ajak dia dalam
pembicaraan sehari-hari mengenai
buku, program televisi, musik, apa
yang terjadi di dunia, dan
sebagainya. Banyak orang
ingin merasa terlibat dalam
hal-hal yang terjadi di
sekitarnya. Tetapi kita tidak
selalu harus berbicara. Selalu
ada di dekatnya terkadang
sudah cukup. Menonton televisi bersama-sama, duduk atau
membaca di ruangan yang sama—sering kali dapat menjadi
menyenangkan.
merawat odha di rumah 19
Boks 2: Dapatkah Anda Hanya Mendengarkan...
Jika ingin mendampingi seorang Odha, mendengarkan dengan penuh
perhatian adalah keterampilan yang paling penting ketika dia sakit—dan
juga kadang kala pada waktu lain. Berikut adalah beberapa patah kata dari
seorang penulis yang tidak diketahui namanya.
􀂃 Ketika saya minta Anda untuk mendengarkan saya dan Anda mulai
menasihati saya, Anda tidak melakukan apa yang saya minta.
􀂃 Ketika saya minta Anda untuk mendengarkan saya dan Anda mengatakan
mengapa saya tidak perlu merasa seperti itu, Anda menginjak perasaan
saya.
􀂃 Ketika saya minta Anda untuk mendengarkan saya dan Anda merasa
harus melakukan sesuatu untuk memecahkan masalah saya, Anda
sebetulnya mengecewakan saya, walaupun itu kelihatan aneh.
􀂃 Dengarkan! Saya hanya minta Anda mendengarkan, tidak untuk
berbicara atau melakukan apapun—hanya mendengarkan.
􀂃 Saya dapat melakukannya sendiri, saya bukan tidak berdaya—mungkin
saya menjadi kecil hati dan bimbang, tetapi bukan tidak berdaya.
􀂃 Ketika Anda melakukan sesuatu untuk saya, yang harus saya lakukan
sendiri, Anda menambah rasa takut dan ketidakmampuan saya.
􀂃 Tetapi jika Anda menerimanya sebagai kenyataan, bahwa saya merasa
apa yang saya rasa, meskipun tahu tidak logis, saya dapat berhenti
mencoba untuk meyakinkan Anda dan mulai mencari apa alasan perasaan
yang tidak logis itu. Ketika itu sudah jelas, solusinya pun jelas dan
saya tidak perlu nasihat.
􀂃 Dan jika Anda ingin berbicara, tunggu giliran Anda dan saya akan
mendengarkan.
Ankali Emotional Support Volunteer Training Manual 1994
􀂃 Bicaralah tentang segala hal. Kadang-kadang dia perlu
berbicara tentang AIDS atau berbicara mengenai
perasaannya sendiri sebagai suatu cara untuk mengatakan apa
yang dipikirkannya. AIDS dapat membuat orang marah,
putus asa, depresi, takut dan kesepian, seperti penyakit serius
20 seri buku kecil
lainnya. Mendengar, mencoba memahami, memperlihatkan
perhatian kita, dan membantu dia menghadapi perasaannya
adalah bagian besar perawatan di rumah. Kelompok
dukungan Odha dapat juga merupakan tempat yang baik
supaya dia dapat berbicara tentang segala hal. Jika
dibutuhkan konseling ahli, bantu dia untuk
mendapatkannya.
􀂃 Undang kawan-kawannya untuk berkunjung. Cukup
bergaul baik bagi setiap orang.
􀂃 Sentuh dia. Peluk dia, cium dia, tepuk dia, genggam
tangannya untuk memperlihatkan perhatian kita. Beberapa
orang tidak menyukai kedekatan fisik, tetapi jika menyukai,
sentuhan merupakan cara ampuh untuk mengatakan, “Saya
peduli.”
􀂃 Pergilah bersama-sama. Jika dia mampu, pergilah ke acara
sosial/kemasyarakatan, pertemuan kelompok dukungan
sebaya, berbelanja, bersepeda, berjalan-jalan mengitari
kompleks atau hanya di dalam taman, kebun, atau duduk di
serambi untuk menikmati sinar matahari dan menghirup
udara segar.
merawat odha di rumah 21
Melindungi Odha terhadap Infeksi
Odha dapat menjadi sangat sakit akibat kuman dan infeksi
biasa. Memeluk, berpegangan-tangan, memijat dan berbagai cara
bersentuhan lain, aman untuk kita dan dibutuhkan Odha.
Tetapi kita harus berhati-hati agar tidak menularkan kuman
yang dapat menyakiti orang yang kita rawat.
Cuci Tangan
Mencuci tangan adalah satu-satunya cara terbaik untuk
membunuh kuman. Lakukanlah sesering mungkin! Cuci tangan
setelah memakai kamar kecil dan
sebelum menyediakan makanan. Cuci
lagi tangan sebelum dan setelah
menyuapinya, memandikannya,
membantunya memakai kamar kecil, atau
melakukan perawatan lain. Cuci tangan jika
bersin atau batuk; menyentuh hidung,
mulut, atau alat kelamin; menangani sampah
atau kotoran hewan; atau membersihkan
rumah. Jika kita menyentuh darah, air mani,
air seni, cairan vagina, atau kotoran siapa saja,
segera cuci tangan. Jika kita merawat lebih dari satu orang, cuci
tangan setelah membantu satu orang dan sebelum membantu
orang berikutnya. Cuci tangan dengan air hangat dan sabun
sedikitnya selama 15 detik. Bersihkan bagian bawah kuku jari
dan di antara jari tangan. Jika tangan kering atau luka, oleskan
pelembab, tetapi tetap cuci tangan sesering mungkin.
Menutup Luka
Jika kita tersayat atau luka, khususnya di tangan, kita harus
lebih berhati-hati agar tidak menulari Odha atau kita sendiri.
Jika kita mengalami luka di dekat mulut, lepuh demam, atau
infeksi kulit lain, jangan menyentuh Odha atau benda-benda
miliknya. Kita dapat menularkan infeksi kita kepadanya. Jika
kita harus memberikan perawatan, tutupi luka dengan perban
dan cuci tangan sebelum menyentuhnya. Jika tangan kita
22 seri buku kecil
mengalami ruam atau luka, pakailah sarung tangan sekali pakai.
Jangan memakai sarung tangan ini lebih dari satu kali; buanglah
dan ganti dengan yang baru. Jika kita mempunyai borok,
bentol-bentol gatal bernanah atau sinanaga (herpes zoster),
sebisa mungkin, menyingkirlah dari Odha hingga kita sembuh.
Jauhkan Orang yang Sakit
Jika kita atau orang lain sakit, menjauhlah dari Odha hingga
kita sehat. Odha sering tidak dapat melawan selesma, flu atau
penyakit umum lain. Jika kita sakit dan tidak ada orang lain
yang dapat melakukan apa yang perlu dilakukan untuk Odha,
pakailah masker medis yang pas menutupi mulut dan hidung,
serta cuci tangan sebelum mendekati Odha. Orang dengan TB
aktif terutama bahaya; jika Odha didekati oleh orang yang
diketahui TB aktif, segera lapor ke dokter.
Hati-hati terhadap Cacar Air
Cacar air dapat membunuh Odha. Jika orang yang kita rawat
pernah terkena cacar air, kemungkinan besar ia tidak akan
terkena lagi. Tetapi, supaya tidak mengambil risiko:
􀂃 Jangan biarkan orang dengan cacar air berada dalam satu
ruangan dengan Odha, sedikitnya sebelum semua luka cacar
air terkelupas sama sekali.
􀂃 Jangan biarkan orang yang baru saja dekat-dekat dengan
seseorang yang terkena cacar air berada dalam satu ruangan
dengan Odha. Setelah tiga minggu, orang yang terpajan cacar
air dapat berkunjung, jika ia tidak sakit. Sebagian besar orang
dewasa pernah sakit cacar air dan punya antibodi
terhadapnya, tetapi kita harus sangat berhati-hati jika anakanak
berkunjung atau tinggal serumah dengan Odha jika
anak tersebut belum pernah terkena cacar air. Jika kita
adalah orang yang dekat dengan seseorang yang terkena
cacar air dan kita harus membantu Odha, pakailah masker
bedah yang menutup dengan baik, kemudian cuci tangan
sebelum melakukan apa yang harus kita kerjakan untuk
Odha, dan keluar dari ruangan secepat mungkin. Jelaskan
pada Odha mengapa kita menghindari dia.
merawat odha di rumah 23
􀂃 Jangan biarkan orang dengan sinanaga (herpes zoster) dekat
dengan Odha hingga semua sinanaga sembuh benar. Kuman
yang menyebabkan sinanaga juga dapat menyebabkan cacar
air. Jika kita mengalami sinanaga dan harus membantu
Odha, tutupi semua luka dengan baik dan cuci tangan
dengan cermat sebelum membantu Odha.
􀂃 Panggil dokter sesegera mungkin jika Odha dekat dengan
orang yang terkena cacar air atau sinanaga. Ada obat yang
dapat mengurangi bahaya cacar air, tetapi obat ini harus
diberikan sesegera mungkin setelah Odha didekati oleh
orang yang membawa kuman tersebut.
Vaksinasi
Semua orang yang merawat atau tinggal bersama Odha
sebaiknya memastikan diri kalau dirinya telah mendapat semua
vaksinasi di masa kanak-kanaknya (imunisasi). Ini tidak hanya
menjaga kita agar tidak sakit, tetapi juga menjaga kita agar tidak
menularkan penyakit secara tidak sengaja kepada Odha. Untuk
meyakinkan, tanyakan pada dokter apakah kita membutuhkan
vaksinasi atau perlu vaksin ulang untuk campak, penyakit
gondok, atau rubela. Mungkin semua vaksin tidak ada ketika
kita masih anak-anak. Bicarakan mengenai berbagai vaksinasi
dengan dokter kita dan dokter si Odha sebelum kita disuntik.
Jika Odha dekat dengan orang yang terkena campak, panggil
dokter pada hari itu juga. Ada obat yang dapat mengurangi
bahaya campak, tetapi harus segera diberikan setelah seseorang
dekat dengan kuman tersebut.
Anak-anak atau orang dewasa yang tinggal dengan Odha dan
yang memerlukan vaksin polio sebaiknya mendapatkan vaksin
virus yang tidak aktif. Vaksin polio oral mengandung virus
polio yang dilemahkan dan ini dapat menyebar dari orang yang
mendapat vaksin ke Odha dan membuatnya sakit polio.
Setiap orang yang hidup bersama Odha sebaiknya mendapat
vaksin flu setiap tahun untuk mengurangi kemungkinan
penyebaran flu kepada Odha. Setiap Odha harus menjalani tes
tuberkulosis setiap tahun.
24 seri buku kecil
Hati-hati dengan Hewan Peliharaan dan Berkebun
Hewan peliharaan dapat memberikan kasih sayang dan
persahabatan. Mempunyai hewan peliharaan dapat membuat
Odha merasa lebih baik dan lebih menikmati hidup. Namun,
Odha sebaiknya tidak menyentuh kotak kotoran, kotoran, atau
air di akuarium atau kolam ikan. Banyak hewan peliharaan
membawa kuman yang tidak menjadi masalah untuk orang
yang sehat, tetapi dapat membuat Odha menjadi sangat sakit.
Odha dapat memiliki hewan peliharaan, tetapi harus mencuci
tangannya dengan sabun dan air setelah memegangnya.
Sebaiknya orang yang tidak HIV-positif membersihkan kotak
kotoran, kandang, akuarium atau kolam ikan, tempat tidur
hewan peliharaan, dan benda-benda lain. Gunakan sarung
tangan karet waktu membersihkan kotoran hewan dan cuci
tangan sebelum dan sesudah membersihkannya. Buanglah
kotoran dari kotak kotoran setiap hari, jangan hanya diayak.
Seperti halnya orang yang tinggal dengan Odha, hewan
peliharaan juga memerlukan pemeriksaan kesehatan setiap
tahun dan vaksinasi. Jika hewan sakit, bawalah segera ke dokter
hewan. Odha sebaiknya tidak menyentuh hewan yang sakit.
Berkebun juga dapat menimbulkan masalah. Kuman hidup di
tanah di kebun atau dalam pot. Odha dapat berkebun, tetapi
sebaiknya menggunakan sarung tangan khusus untuk bekerja
saat memegang tanah, dan harus mencuci tangannya sebelum
dan setelah memegang tanah.
Perlengkapan Pribadi
Odha sebaiknya tidak memakai perlengkapan pribadi
bergantian; ini termasuk pisau cukur, sikat gigi, jepitan, gunting
kuku atau kutikel, anting atau perhiasan “tajam” lainnya, atau
perlengkapan pribadi lain yang dapat terkena darah.
Cucian
Pakaian dan seprai yang dipakai Odha dapat dicuci dengan cara
yang sama seperti cucian lain. Jika kita memakai mesin cuci, air
panas atau air dingin dapat dipakai, dengan sabun cuci biasa.
Jika pakaian atau seprai terkena darah, muntah, air mani, cairan
merawat odha di rumah 25
vagina, air seni, atau kotoran, kenakan sarung tangan sekali
pakai dan pegang pakaian atau seprai sesedikit mungkin. Taruh
dalam tas plastik sampai kita mencucinya. Jika ada bekas darah
pada pakaian atau cucian lain, sebaiknya tidak pakai air panas
dulu; bilas dengan air biasa sehingga darah hilang. Kita dapat
memakai pemutih untuk membunuh HIV, meskipun tidak
harus; putaran pada mesin cuci normal akan membunuh virus.
Pakaian juga dapat di-dry clean atau dicuci dengan tangan. Jika
terdapat noda darah, air mani, atau cairan vagina pada pakaian,
merendam pakaian dalam air sebelum dicuci akan membantu
menghilangkan noda. Barang tenun dan mebel dapat
dibersihkan dengan sabun dan air atau pembersih lain yang
dapat kita beli di toko; ikutilah petunjuk yang ada pada
kemasannya. Pakai sarung tangan waktu membersihkan.
Membersihkan Rumah
Membersihkan berarti membunuh kuman yang mungkin
berbahaya terhadap Odha. Kita sebaiknya membersihkan dan
menyapu rumah setidaknya setiap minggu. Bersihkan bak
mandi, pancuran, dan wastafel lebih sering; gunakan pembersih
rumah tangga, kemudian bilas dengan air bersih. Kita dapat
mengepel lantai satu kali seminggu. Bersihkan kamar kecil
sering-sering; pakai pemutih yang dicampur dengan air atau
pembersih kamar mandi. Kita dapat membersihkan tempat
kencing dan pispot dengan pemutih setiap kali selesai dipakai.
Gantilah tempat kencing dan pispot plastik setiap bulan. Kirakira
seperempat cangkir pemutih dicampur dengan empat liter
air akan menjadi disinfektan yang baik untuk membersihkan
lantai, pancuran, bak mandi, bak cuci dan wastafel, alat pel,
spons mandi dan lain-lain. Untuk pekerjaan kecil, campurkan
satu sendok makan pemutih dalam satu liter air. Buatlah
campuran baru setiap kali karena efeknya hilang setelah kirakira
24 jam. Seperti bahan kimia berbahaya lain, pemutih yang
belum dan sudah dicampur dengan air harus disimpan jauh dari
jangkauan anak-anak.
26 seri buku kecil
Melindungi Diri Kita Sendiri
Kadang-kadang seseorang dengan AIDS dapat mempunyai
infeksi yang bisa membuat kita jatuh sakit. Namun, kita dapat
melindungi diri sendiri. Bicarakan dengan dokter atau perawat
untuk mengetahui kuman apa yang dapat menulari kita dan
orang lain di rumah. Ini sangat penting jika kita sendiri juga
terinfeksi HIV.
Misalnya, diare dapat disebabkan oleh beberapa kuman yang
berbeda. Pakailah sarung tangan sekali pakai jika harus
membersihkan atau menolong seseorang
dengan diare dan cucilah tangan dengan
teliti setelah melepaskan sarung tangan.
Jangan memakai sarung tangan sekali
pakai lebih dari sekali.
Penyebab lain diare adalah parasit
kriptosporidiosis. Parasit ini
disebarkan dari kotoran seseorang
atau hewan kepada orang lain atau
melalui air yang tercemar, makanan
mentah, atau makanan yang tidak
dimasak dengan benar. Lalu, cuci
tangan setelah memakai kamar
mandi dan sebelum menyiapkan
makanan. Kita dapat bertanya
pada dinas kesehatan apakah
ada kriptosporidiosis pada air
di tempat
tinggal kita. Jika
kita diberi tahu
bahwa air di lingkungan
kita terkena parasit
kriptosporidiosis, didihkan air minum selama sedikitnya satu
menit untuk membunuh parasit, kemudian biarkan air tersebut
menjadi dingin sebelum diminum. Kita bisa membeli air botol
untuk memasak dan minum jika parasit kriptosporidiosis atau
merawat odha di rumah 27
organisme lain yang akan membuat Odha jatuh sakit berada
dalam air ledeng.
Jika orang dengan AIDS terkena batuk lebih dari seminggu,
sebaiknya dokter memeriksa adanya kemungkinan tuberkulosis
(TB). Jika ia TB, kita dan orang lain yang hidup di rumah
tersebut sebaiknya juga diperiksa untuk infeksi TB, sekali pun
kita tidak batuk. Jika kita terinfeksi kuman TB, kita dapat
memakai obat yang akan mencegah perkembangan penyakit
TB.
Jika orang dengan AIDS terkena penyakit kuning (tanda
hepatitis akut) atau infeksi hepatitis B kronis, kita dan orang
lain yang hidup di rumah dan setiap orang yang menjalin
hubungan seks dengan Odha sebaiknya bicara dengan
dokternya untuk mengetahui apakah perlu memakai obat
pencegah hepatitis. Sebaiknya semua anak mendapat vaksin
hepatitis B, apakah mereka berada di sekitar Odha atau tidak.
Jika orang dengan AIDS mengalami lepuh demam atau luka di
sekitar mulut atau hidung, jangan mencium atau menyentuh
luka tersebut. Jika kita harus menyentuh luka itu saat
membantu orang tersebut, pakailah sarung tangan sekali pakai
dan cuci tangan secara hati-hati segera setelah melepas sarung
tangan. Ini terutama penting jika kita mengalami eksim (alergi
kulit) karena virus herpes simpleks dapat menyebabkan
penyakit kulit yang parah pada orang dengan eksim. Buanglah
sarung tangan setelah dipakai.
Banyak orang dengan AIDS atau tanpa AIDS terinfeksi virus
sitomegalo (cytomegalovirus/CMV), yang dapat disebarkan
melalui air seni atau air liur. Cuci tangan setelah menyentuh air
seni atau air liur orang dengan AIDS. Ini terutama penting bagi
seseorang yang sedang hamil karena wanita hamil yang
terinfeksi CMV juga dapat menularkannya kepada anak yang
dikandungnya. CMV menyebabkan cacat lahir misalnya tuli.
Ingat, untuk melindungi diri sendiri dan Odha dari penyakit
ini serta yang lain, pastikan untuk mencuci tangan dengan
sabun dan air sebelum dan sesudah memberikan perawatan,
28 seri buku kecil
ketika memegang makanan, setelah melepas sarung tangan, dan
setelah memakai kamar mandi.
Sarung Tangan
Karena virus yang menyebabkan AIDS berada dalam darah
orang yang terinfeksi, maka darah atau cairan tubuh lain
(seperti kotoran) yang mengandung darah dapat menulari kita.
Kita dapat melindungi diri sendiri dengan mengikuti beberapa
langkah sederhana. Pakailah sarung tangan jika harus
menyentuh air mani, cairan vagina, goresan atau luka pada
Odha, atau darah atau cairan tubuh yang mengandung darah.
Pakailah sarung tangan saat membersihkan atau bersentuhan
dengan mulut, dubur, atau alat kelamin Odha. Pakailah sarung
tangan untuk mengganti popok atau pembalut wanita atau
untuk mengosongkan pispot atau tempat kencing. Jika kita
tergores, luka, ruam, atau pecah-pecah pada kulit, tutupi dengan
perban. Jika goresan atau luka ada pada tangan kita, pakailah
perban dan sarung tangan. Pakai sarung tangan untuk
membersihkan air seni, kotoran dan muntah untuk
menghindari semua kuman, HIV dan jenis lain, yang mungkin
terdapat di sana.
Ada dua tipe sarung tangan yang kita dapat pakai. Pakailah
tipe rumah sakit yang terbuat dari lateks atau vinil sekali pakai
untuk merawat Odha kalau-kalau ada darah yang mungkin
tersentuh. Pakailah sarung tangan ini hanya sekali, kemudian
buanglah. Jangan memakai sarung tangan lateks lebih dari sekali
meskipun terdapat pernyataan “dapat dipakai lebih dari sekali.”
Kita dapat membeli sekotak sarung tangan tipe rumah sakit di
sebagian besar apotek, demikian juga tempat kencing, pispot,
dan banyak peralatan medis lain. Untuk membersihkan darah
atau cairan yang mengandung darah dari lantai, kasur, dll., kita
dapat memakai sarung tangan rumah tangga yang terbuat dari
karet. Sarung tangan ini dapat dicuci dan dipakai kembali. Cuci
sarung tangan dengan air panas bersabun dan dengan campuran
pemutih dan air (kira-kira seperempat cangkir pemutih untuk
empat liter air). Yakinlah untuk tidak memakai sarung tangan
merawat odha di rumah 29
yang terkelupas, retak, atau berlubang. Jangan memakai sarung
tangan karet untuk merawat Odha; terlalu tebal dan besar.
Untuk melepas sarung tangan, gulung sarung tangan tersebut
ke arah luar. Ini akan menjaga bagian yang basah ada di bagian
dalam, sehingga jauh dari kulit kita dan orang lain. Setelah kita
melepas sarung tangan, segera cuci tangan dengan sabun dan air.
Jika terdapat banyak darah, kita dapat mengenakan baju kerja
atau baju pelapis (semacam celemek dari plastik) untuk menjaga
baju kita agar tidak terkena darah. (Jika si Odha banyak atau
sangat sering mengalami pendarahan, hubungi dokter atau
perawat. Bersihkan tumpahan darah secepat mungkin. Pakailah
sarung tangan, seka darah dengan serbet dapur atau lap, lalu
taruh di dalam kantong plastik untuk kemudian dibuang,
selanjutnya cuci daerah yang terkena darah dengan campuran
pemutih dan air. Jangan pakai air panas untuk membersihkan
darah; air panas akan membekukan darah sehingga sulit
dibersihkan.
Karena HIV juga berada dalam air mani, cairan vagina, atau
ASI, kita harus berhati-hati terhadap cairan ini.
Jika kita terkena darah, air mani, cairan vagina, ASI, atau
cairan tubuh lain yang mungkin mengandung darah, di mata,
hidung, atau mulut kita, tuangkan air sebanyak mungkin secara
langsung di tempat yang terpercik darah, lalu hubungi dokter
untuk menjelaskan apa yang terjadi dan tanyakan apa yang
harus kita lakukan.
Jarum Suntik dan Semprit
Orang dengan AIDS mungkin memerlukan jarum suntik dan
semprit untuk mengobati penyakit yang disebabkan oleh AIDS
atau untuk diabetes, hemofilia, atau penyakit lain. Jika kita
harus menangani jarum suntik dan semprit ini, kita harus
berhati-hati agar tidak tertusuk, karena tertusuk merupakan
salah satu cara yang dapat membuat kita terinfeksi HIV.
Pakai jarum suntik dan semprit hanya sekali. Jangan pasang
kembali penutup jarum suntik. Jangan melepas jarum suntik
dari semprit. Jangan mematahkan atau membengkokkan jarum
30 seri buku kecil
suntik. Jika jarum suntik terlepas dari semprit, pakailah alat
seperti penjepit atau tang untuk mengambilnya; jangan pakai
jari tangan Anda. Sentuh jarum suntik dan semprit hanya di
bagian tabung sempritnya. Bagian ujung yang tajam berada pada
posisi yang jauh dari kita.
Buanglah jarum suntik dan semprit bekas pakai dalam kotak
anti-bocor. Pakai botol atau kaleng dengan tutup plastik, seperti
kemasan kopi. Sediakan tempat semacam itu di semua ruangan
di mana jarum suntik dan semprit dipakai. Taruh wadah
tersebut jauh dari jangkauan anak-anak dan tamu, tetapi di
tempat yang mudah dan cepat bagi kita menaruh jarum suntik
dan semprit bekas pakai. Bila wadah tersebut hampir penuh,
tutup rapat dan ganti dengan wadah baru. Tanyakanlah kepada
dokter atau perawat bagaimana membuang kotak yang berisi
jarum suntik dan semprit yang sudah terpakai.
Jika kita tertusuk jarum suntik bekas dipakai Odha, jangan
panik. Kemungkinan terinfeksi sangat kecil, lebih dari 99%
kemungkinan kita tidak akan terinfeksi. Namun, kita perlu
bertindak cepat untuk memperoleh perawatan medis. Taruhlah
jarum suntik dalam kotak jarum suntik bekas, lalu cuci daerah
yang terkena tusukan sesegera mungkin, pakai air hangat dan
sabun. Segera setelah dicuci, hubungi dokter atau ruang gawat
darurat di rumah sakit, tidak peduli jam berapa saat itu, dan
jelaskan apa yang terjadi serta tanyakan hal lain apa yang harus
kita lakukan. Dokter kita mungkin ingin kita meminum obat
antiretroviral. Jika kita akan memakai obat antiretroviral,
sebaiknya kita mulai meminumnya sesegera mungkin, tentu saja
dalam beberapa jam setelah tertusuk jarum.
Pembuangan
Buang semua cairan pembuangan (air seni, muntah, dll.) yang
mengandung darah ke dalam kakus. Hati-hatilah agar tidak
terciprat apa pun waktu kita menuangkan cairan ke dalam
kakus. Kertas kakus dan tisu yang terkena darah, air mani,
cairan vagina, atau ASI juga dapat dibuang ke dalam kakus.
merawat odha di rumah 31
Serbet dapur, pembalut wanita dan tampon, handiplas atau
perban, popok dan benda lain yang terkena darah, air mani,
cairan vagina tidak dapat dibuang di kakus, sebaiknya ditaruh
dalam kantong plastik. Taruhlah benda-benda tersebut dalam
kantong, lalu tutup dengan rapat. Tanyakan kepada dokter,
perawat, atau dinas kesehatan setempat tentang cara membuang
benda-benda yang terkena darah, air seni, muntah, air mani,
cairan vagina, atau ASI. Jika kita tidak mempunyai kantong
plastik, bungkus benda-benda tersebut dalam kertas koran yang
cukup untuk mencegah adanya kebocoran. Pakai sarung tangan
waktu menangani apa pun yang terkena darah, air mani, cairan
vagina, atau ASI.
Seks
Jika kita dulu atau masih bersanggama dengan seorang Odha,
dan kita tidak memakai kondom lateks dengan benar setiap kali
kita melakukan hubungan seks, kita pun mungkin terinfeksi
HIV. Kita dapat membicarakan dengan dokter atau konselor
tentang bagaimana memperoleh tes antibodi HIV. Gagasan
untuk melakukan tes HIV mungkin menakutkan. Tetapi, jika
kita terinfeksi, makin baik jika kita makin cepat mengetahui
dan mulai memperoleh perawatan medis.
Bicarakan dengan pasangan seks tentang apa yang perlu
diubah. Sangat penting bahwa kita melindungi diri sendiri dan
pasangan kita dari penularan infeksi HIV dan infeksi menular
seksual lain. Jika kita memutuskan untuk berhubungan seks
(vaginal, anal, atau oral), pakailah kondom. Kondom lateks
dapat melindungi kita dari infeksi HIV jika dipakai dengan cara
yang benar setiap kali kita bersanggama. Bicarakan dengan
dokter atau konselor.
32 seri buku kecil
Makanan
Odha dapat memakan apa saja yang diinginkannya; sebenarnya,
makin banyak makin baik. Diet seimbang dengan banyak
kandungan gizi, serat, dan cairan adalah sehat untuk setiap
orang. Menyiapkan makanan untuk Odha membutuhkan
sedikit perhatian, walaupun sebenarnya aturan ini juga berlaku
untuk semua orang.
􀂃 Jangan meminum susu mentah (tidak dimasak/
dipasteurisasi).
􀂃 Jangan memakan telur mentah. Hati-hati: telur mentah bisa
terdapat dalam saos selada, es krim, minuman sari buahbuahan,
dan makanan lain.
􀂃 Semua daging sapi, babi, ayam, ikan, dan daging lain harus
dimasak dengan baik, tanpa ada warna merah di tengahnya.
􀂃 Jangan memakan ikan atau kerang mentah (seperti tiram).
􀂃 Cuci tangan sebelum memegang makanan dan cuci lagi
sebelum memegang makanan lain.
􀂃 Cuci semua perkakas (pisau, sudip, sendok, dll.) sebelum
memakainya kembali untuk makanan lain. Jika kita harus
mencicipi makanan sambil memasak, pakailah sendok bersih
setiap kali kita mencicipi; jangan mengaduk makanan dengan
merawat odha di rumah 33
sendok yang kita pakai untuk mencicipi. Jangan biarkan
darah dari daging sapi, babi, atau ayam yang belum dimasak
atau air dari hidangan laut menyentuh makanan lain.
􀂃 Pakai talenan untuk memotong apa saja dan cuci talenan
tersebut dengan sabun dan air hangat sebelum dipakai lagi
untuk memotong makanan lain.
􀂃 Cuci semua buah dan sayuran segar dengan hati-hati. Masak
atau kupas buah dan sayuran organik karena mungkin terdapat
kuman pada kulitnya. Jangan memakan selada atau sayuran
lain yang ditanam secara organik bila tidak dapat dikupas atau
dimasak.
Kita tidak perlu menyediakan piring, pisau, garpu, atau sendok
khusus untuk Odha. Piringnya juga tidak harus dicuci secara
khusus. Cucilah semua piring sekaligus dengan sabun atau
deterjen dalam air panas. Odha dapat menyiapkan makanan
untuk orang lain. Seperti orang lain yang menyiapkan
makanan, Odha harus mencuci tangannya dahulu dan jangan
menjilat jarinya atau perkakas saat memasak. Namun, orang
yang sedang diare sebaiknya tidak menyiapkan makanan.
Supaya makanan yang disiapkan tidak lekas basi, berikan
makanan yang seharusnya panas dalam keadaan panas dan
makanan yang seharusnya dingin dalam keadaan dingin. Tutup
sisa makanan dan simpan di dalam kulkas sesegera mungkin.
Jamu
Sering kali Odha di Indonesia ingin memakai macam-macam
jamu atau obat tradisional lain. Sayangnya, banyak jamu tidak
dibuat dengan cara yang bersih, dan dapat mengandung jamur
dan/atau bakteri. Jika kita membeli jamu kering, sebaiknya kita
hanya beli dari sumber atau pabrik yang menjamin
kebersihannya. Lebih baik lagi, dapat resep dan membeli
ramuan segar dari pasar lalu membuatnya sendiri, tentu saja
sesuai dengan pedomannya.
Minuman
Orang sakit harus minum cukup banyak air. Bila mungkin,
sebaiknya memakai air kemasan botol dari pabrik yang terkenal
34 seri buku kecil
untuk air minum dan untuk masak. Jika kita harus pakai air
ledeng atau sumur, air tersebut harus dididihkan selama
sedikitnya satu menit. Namun ini tidak dapat menjamin air
tersebut benar-benar aman. Sering kali yang paling bahaya
adalah es: kita lebih baik menghindari es jika kita tidak yakin
dibuat dari air kemasan botol, dan ditangani secara bersih oleh
penyalur.
Banyak minuman soda, misalnya kola, mengandung banyak
gula yang dapat membantu perkembangannya jamur di dalam
mulut.
Merangsang Nafsu Makan
Odha sering kekurangan nafsu makan, dan ini menambahkan
kehilangan berat badan, gejala khas infeksi HIV. Ada beberapa
masalah yang mempengaruhi keinginan untuk makan, antara
lain mual dan rasa aneh di muka sebagai efek samping obat,
diare akibat infeksi oportunistik, dan infeksi jamur dalam
tenggorokan. Kadang kala, masalah ini dapat diobati, dan
sebaiknya dilaporkan ke dokter.
Jika kita lihat Odha kehilangan berat badan, atau tidak ingin
makan, kita cenderung coba memaksakan, dan merasa kesal jika
upaya kita untuk cari makan yang cocok ternyata gagal. Ada
beberapa tips untuk membantu agar Odha ingin makan:
􀂃 Menyajikan makanan dengan porsi kecil, tetapi sering;
􀂃 Menyusun makan agar kelihatan menarik;
􀂃 Coba menyediakan makanan yang berwarna-warni; dan
􀂃 Jelas, sajiannya harus selezat mungkin.
Untuk Odha yang sulit menelan makanan, makanan cairan
misalnya Ensure® dapat membantu. Namun, makanan ini
sebaiknya hanya dipakai sebagai suplemen untuk melengkapi
makanan biasa lain.
merawat odha di rumah 35
Pengobatan untuk AIDS
AIDS terkenal sebagai ‘penyakit yang tidak ada obat.’ Ini salah!
Ada beberapa alternatif untuk mengobati infeksi HIV, dan
infeksi oportunistik yang terjadi waktu Odha AIDS.
Sekarang, obat antiretroviral tersedia lebih luas di Indonesia.
Obat ini, yang dapat menekan perkembangan HIV, dapat
memperpanjang hidup Odha dan meningkatkan mutu
hidupnya. Tidak semua Odha harus memakai obat ini; terapi
baru sebaiknya dimulai waktu sistem kekebalan tubuh Odha
menjadi cukup rusak. Waktu ini dapat ditentukan dengan tes
darah, atau berdasarkan gejala klinis. Namun hampir tidak ada
kata terlambat untuk mulai penggunaan terapi ini; walaupun si
Odha tampaknya sekarat, terapi antiretroviral dapat sangat
efektif untuk memulihkan beberapa infeksi oportunistik, dan
Odha sering kembali sehat hanya beberapa minggu setelah
mulai memakai terapi ini.
Terapi antiretroviral masih cukup mahal, walaupun harganya
masih terus akan turun. Namun ada beberapa upaya untuk
membantu Odha yang tidak mampu menerima terapi ini.
Untuk informasi lebih lanjut, hubungi kelompok dukungan
sebaya untuk Odha yang terdekat, atau Yayasan Spiritia.
Terapi tersebut harus dipakai terus-menerus, dengan
kepatuhan yang sangat tinggi—tidak boleh lupa penggunaan
obat lebih dari tiga kali sebulan jika ingin obatnya tetap
berfungsi. Untuk mencapai tingkat kepatuhan ini
membutuhkan banyak dukungan dan dorongan terhadap si
Odha. Kita sebagai pendamping mempunyai peranan penting
agar Odha yang kita dampingi tetap bersemangat untuk
memakai obatnya. Untuk informasi lebih lanjut tentang terapi
antiretroviral, lihat buku kecil Yayasan Spiritia “Pengobatan
untuk AIDS: Ingin Mulai?”.
Jika terapi antiretroviral tidak dapat dijangkau, infeksi
oportunistik masih dapat diobati. Tetapi yang lebih penting,
sebagian besar juga dapat dicegah dengan penggunaan obat
sebelum infeksi menimbulkan penyakit. Penggunaan satu tablet
36 seri buku kecil
obat kotrimoksazol setiap hari setelah AIDS adalah murah (obat
ini seharusnya tersedia gratis) dan sangat efektif untuk
melindungi kesehatan Odha.
merawat odha di rumah 37
Bantuan Lain yang Dapat Kita Berikan
Berurusan dengan rumah sakit atau perusahaan asuransi,
mengisi formulir, dan mencari catatan kadang-kadang sulit
untuk kita lakukan, sekali pun kita sehat. Banyak Odha
memerlukan bantuan untuk urusan ini.
Pergi ke tempat praktek dokter, klinik, apotek, atau tempat
lain dapat menjadi masalah bagi Odha. Jangan menunggu
diminta, tawarkan bantuan padanya.
Membuat catatan harian tentang peristiwa-peristiwa medis
dan informasi lain untuk orang yang kita rawat dapat
membantu si Odha dan orang lain yang membantunya.
Pastikan bahwa orang yang kita rawat tahu apa yang kita tulis
dan dia akan membantu membuat catatan harian jika dia bisa.
Membuat catatan obat-obatan dan perawatan lain untuk
dokter atau orang lain yang memberikan perawatan dapat
38 seri buku kecil
banyak membantu. Pastikan kita tahu obat apa yang dipakai si
Odha, dosis, jadwal penggunaan, dan efek samping apa yang
harus diawasi. Dokter, perawat, atau apoteker dapat memberi
tahu apa yang harus kita lakukan. Orang yang sakit kadangkadang
lupa memakai obat atau memakai terlalu banyak atau
terlalu sedikit obat. Memisah-misahkan obat dalam beberapa
tempat (misalnya untuk obat yang harus diminum pada pagi,
siang, dan malam hari) atau catatan obat yang menunjukkan
obat apa yang dipakai, kapan harus dipakai, dan berapa banyak
setiap kali pemakaian, dapat membantu.
Kemungkinan akan ada banyak teman yang ingin membesuk
Odha di rumah. Walaupun ini sering memberi manfaat besar
untuk orang sakit, kadang kala keramaian ini dapat menjadi
beban berat untuk Odha. Kita mungkin harus ‘menyaring’
pengunjung, dengan mengetahuinya bahwa Odha kelelahan
atau tidur. Para pembesuk juga kadang kala membawa jamu
atau pun dukun yang diyakinkan akan menyembuhkannya.
Odha harus sangat berhati-hati dengan jamu atau obat alternatif;
ini sering tidak dibuat secara bersih, dan dapat mengandung
jamur atau bakteri yang menjadi berbahaya untuk Odha. Kita
juga harus ingat bahwa, walaupun selalu ada harapan akan
ditemukannya obat penyembuh untuk AIDS, sampai saat ini
tidak ada cara untuk memberantas HIV dari tubuh. Jadi dukun
dapat membawa harapan palsu, dengan pengaruh yang lebih
buruk daripada yang baik.
Jika orang yang kita rawat harus masuk rumah sakit, kita
masih dapat membantunya. Bawakan lukisan atau foto orang
yang disayanginya atau benda lain yang disukainya ke rumah
sakit. Jika boleh, biarkan dia memakai piama sendirinya; piama
rumah sakit sering tidak enak dipakai! Juga bawa beberapa
bantal yang lembut, dengan macam-macam ukuran; bantal
rumah sakit sering keras dan terlalu besar untuk dipakai sebagai
ganjalan. Beri tahu petugas rumah sakit tentang kebutuhan
khusus atau kebiasaan orang tersebut atau jika kita merasa dapat
menimbulkan masalah. Yang paling penting, sering-seringlah
mengunjunginya di rumah sakit.
merawat odha di rumah 39
Anak yang AIDS
Bayi dan anak dengan infeksi HIV atau AIDS memerlukan hal
yang sama seperti anak lain—banyak cinta dan kasih sayang.
Anak kecil perlu digendong, diajak bermain, dicium, dipeluk,
diberi makan, dan dininabobokan supaya tidur. Saat tumbuh,
anak-anak perlu bermain, mempunyai teman, dan pergi ke
sekolah, sama halnya seperti anak lain. Anak dengan HIV
adalah anak-anak juga, dan harus diperlakukan sama seperti
anak-anak lain dalam keluarga.
Anak dengan AIDS memerlukan perawatan yang sama seperti
orang dewasa dengan AIDS, tetapi ada beberapa hal tambahan
yang perlu kita perhatikan.
􀂃 Perhatikan semua perubahan yang terjadi pada kesehatan
atau tingkah laku anak. Jika kita melihat ada hal-hal yang
tidak biasa pada anak, beri tahu dokter. Untuk anak AIDS,
masalah kecil dapat dengan sangat cepat menjadi masalah
besar. Perhatikan kalau-kalau ada masalah dalam pernapasan,
demam, susah tidur yang tidak biasa, diare, atau perubahan
nafsu makan. Bicarakan dengan
dokter anak tentang hal-hal
lain yang harus diawasi dan
kapan harus dilaporkan.
􀂃 Bicarakan dengan
dokter sebelum anak
diimunisasi (termasuk
vaksin polio oral) atau
disuntik vaksin ulang.
Beberapa vaksin dapat
menyebabkan anak menjadi
sakit. Tidak seorang anak
pun dengan HIV, atau siapa
saja yang serumah dengannya,
boleh memakai
vaksin polio oral.
40 seri buku kecil
􀂃 Mainan yang diisi kapuk dan berbulu lembut dapat
menyimpan kotoran dan menyembunyikan kuman-kuman
yang dapat menyebabkan anak sakit. Lebih baik mainan
plastik dan yang dapat dicuci. Jika anak mempunyai mainan
yang diisi kapuk, sering-seringlah mencucinya dengan mesin
pencuci sebersih mungkin.
􀂃 Jauhkan anak dari tempat kotoran hewan dan kotak pasir
yang pernah dipakai hewan peliharaan atau hewan lain.
􀂃 Tanyakan pada dokter anak, apa yang harus dilakukan
terhadap hewan peliharaan yang ada di rumah.
􀂃 Usahakan agar anak terhindar dari infeksi penyakit menular,
terutama cacar air. Jika anak dengan infeksi HIV dekat
dengan orang yang terkena cacar air, segera beri tahu dokter
anak. Cacar air dapat menyebabkan kematian pada anak
AIDS.
􀂃 Setiap luka atau goresan harus segera diperban dengan baik
setelah dicuci dengan sabun dan air hangat. Pakailah sarung
tangan jika anak mengalami pendarahan.
Sangat sulit merawat anak yang sakit apalagi bagi orang yang
mencintai anak tersebut. Kita akan membutuhkan pertolongan
dan dukungan emosional. Kita tidak sendiri. Ada orang lain
yang dapat membantu kita menghadapi hal ini.
merawat odha di rumah 41
Perubahan Gejala
Orang AIDS tampaknya sangat sakit, lalu membaik, kemudian
sangat sakit, lalu membaik, dan begitu seterusnya. Kadangkadang
mereka kian lama kian sakit. Kita tidak selalu bisa
mengetahui apakah orang yang kita cintai akan dengan selamat
dapat melalui penyakit tertentu atau tidak. Saat seperti ini
sangat berat bagi setiap orang yang terlibat. Jika kita tahu
kemungkinan apa yang dapat terjadi, kita dapat lebih siap dalam
mengatasi keadaan berat ini.
Demensia
Demensia (kesulitan berpikir dan mengingat) dapat menjadi
masalah bagi Odha. Dampak AIDS dapat termasuk:
mempengaruhi otak serta daya ingat menurun; perhatian
mudah teralih; sulit bergerak, berbicara, atau berpikir; kurang
waspada; hilangnya perhatian untuk segala hal; dan suasana hati
yang sangat cepat berubah-ubah. Masalah ini dapat meresahkan
baik bagi Odha maupun orang-orang di sekelilingnya. Masalah
kejiwaan dapat membuatnya sulit untuk mengikuti jadwal yang
direncanakan untuk perawatan dan melindungi diri dari infeksi.
Bersiaplah untuk mengenali masalah ini, pahami apa yang
terjadi, dan bicarakan dengan dokter, perawat, petugas sosial,
atau petugas kesehatan jiwa tentang apa yang harus dilakukan.
Jika orang yang kita rawat mengalami masalah kejiwaan, kita
dapat membantu:
􀂃 Selalu meletakkan benda-benda atau alat-alat penting di
tempat yang sama, yaitu tempat yang mudah dijangkau dan
dilihat.
􀂃 Jika perlu, ingatkan orang yang kita rawat tentang di mana
dia dan siapa kita.
􀂃 Taruh jam dan kalender di tempat yang dapat dilihat oleh
orang yang kita rawat. Tandai hari-hari di kalender. Tulis
apa yang dijadwalkan setiap hari.
42 seri buku kecil
􀂃 Pasang foto orang-orang rumah dengan menempelkan namanama
mereka di foto pada tempat yang dapat terlihat oleh
Odha.
􀂃 Bicaralah dengan kalimat pendek dan sederhana.
􀂃 Jangan takut untuk bersikap tegas. Pindahkan benda-benda
yang berbahaya dari jangkauannya.
􀂃 Suara TV, radio, dan suara-suara lain diupayakan agar tetap
pelan, sehingga Odha tidak merasa bingung saat mendengar
suara yang tidak terduga.
􀂃 Bicaralah dengan petugas kesehatan yang menangani orang
dengan demensia tentang bagaimana mengatasi masalah ini.
Rasa Nyeri
Pada tahap akhir, lebih dari tigaperempat Odha mengalami rasa
nyeri (rasa sakit yang sangat). Nyeri antara lain dapat
disebabkan infeksi HIV sendiri, efek samping obat, atau oleh
infeksi oportunistik.
Tidak seorang pun seharusnya betah dengan nyeri yang
terus-menerus.
Kita harus peka terhadap gejala
nyeri. Orang sering merasa malu
mengeluh karena nyeri, dan
biasanya melaporkannya sebagai
lebih rendah daripada
sebetulnya. Sebaliknya, dokter
biasanya menganggap bahwa
pasien melibih-lebihkan. Lagi
pula, petugas medis takut obat
penawar nyeri dapat menimbulkan
ketergantungan, walaupun
ketergantungan psikologis jarang
terjadi. Ketakutan ini sering lebih
besar jika pasien adalah pengguna
narkoba. Jadi kadang kala kita harus
mendesak dokter untuk meresepkan
obat yang cukup kuat dengan dosis yang cukup
tinggi.
merawat odha di rumah 43
Kadang kala kita lebih mudah merasa nyeri, sedangkan ada
juga waktu kita dapat lebih tahan. Ada beberapa faktor yang
menaikkan yang disebut ambang rasa nyeri, dan ada faktor yang
menurunkannya. Kita harus mengupayakan agar Odha
mendapatkan faktor yang menaikkan ambang rasa nyeri,
termasuk: hilangnya keluhan penderita, cukup tidur,
dampingan, dukungan spiritual dan emosional, dan pemakaian
obat yang sesuai.
Sebaliknya, kita harus menghindari faktor yang menurunkan
ambang rasa nyeri, yaitu: sulit tidur, kelelahan, kegelisahan,
marah, depresi, bosan, dan rasa sunyi.
Terapi penunjang, termasuk akupunktur, refleksi, pijat, dan
olahraga dapat meningkatkan ambang tersebut.
Selama AIDS Bertambah Buruk
Berikut adalah beberapa hal yang dapat terjadi selama AIDS
memasuki tahap akhir dan cara untuk menanggulanginya.
Seperti orang lain yang mendekati kematian, Odha yang juga
dekat dengan kematian:
􀂃 Makin banyak tidur dan sulit dibangunkan. Cobalah
berbicara dengannya dan lakukan apa saja pada saat dia
sedang sadar.
􀂃 Menjadi bingung tentang di mana dia, waktu atau tanggal,
atau siapa orang-orang di sekitarnya. Beri tahukanlah di
mana dia, jam berapa dan hari apa sekarang, dan siapa orangorang
itu. Jangan memarahi dia bila dia lupa, beri tahu saja.
􀂃 Mulai mengompol atau kehilangan kontrol untuk buang air
besar. Bersihkan dengan memakai sarung tangan, dan pakai
bedak bubuk atau pelembab untuk mencegah kemerahan
pada kulit. Kateter mungkin diperlukan untuk
mengeluarkan air seni.
􀂃 Mempunyai kulit yang terasa sejuk bila disentuh dan dapat
berubah menjadi lebih gelap pada bagian tubuh yang
menyentuh tempat tidur karena peredaran darahnya menjadi
lebih lambat. Tutupi dengan selimut hangat, tetapi jangan
memakai selimut listrik karena dapat membakar orang yang
peredaran darahnya buruk.
44 seri buku kecil
􀂃 Dapat mengalami kesulitan melihat atau mendengar. Sekali
pun demikian, jangan berbicara pada orang lain seakan-akan
Odha tidak akan mendengar kita. Selalu berbicara dengan
Odha atau orang lain di ruangan seakan-akan dia
mendengarkan kita, walaupun Odha tampaknya di dalam
koma.
􀂃 Tampak gelisah, menarik-narik selimut/seprai tempat tidur
atau berlagak seolah-olah dia melihat hal-hal yang tidak kita
lihat. Tetaplah bersabar, berbicara dengan lambat, dan
tenangkan Odha. Buat dia nyaman dengan mengingatkan
secara lemah lembut tentang siapa kita dan di mana dia.
􀂃 Dapat berhenti makan dan minum. Sesering mungkin
membersihkan mulutnya dengan lap basah. Jaga agar
bibirnya selalu basah dengan memakai pelembab bibir.
􀂃 Bisa nyaris berhenti buang air kecil. Jika ada kateter, benda
ini perlu dibilas atau disemprot agar tidak tersumbat.
Perawat dapat menunjukkan pada kita bagaimana
melakukannya.
􀂃 Mempunyai suara napas yang berisik karena dia tidak dapat
menghilangkan cairan yang mengumpul di belakang
tenggorokannya. Bicarakan dengan dokter; dokter bisa
menganjurkan untuk menaikkan posisi kepalanya di tempat
tidur atau menaruh bantal tambahan di bawah kepalanya.
Membalikkan tubuh dalam posisi menyamping juga bisa
membantu. Jika dia dapat menelan, berikan serutan es. Jika
dia mempunyai kesulitan menelan, lap basah yang sejuk pada
bibir dapat melembabkan mulut dan bibirnya, dan dapat
mengurangi rasa haus. Jika dia mulai bernapas dengan tidak
teratur atau tampak berhenti bernapas selama satu menit,
panggil dokter.
merawat odha di rumah 45
Persiapan Akhir
Odha, seperti orang dewasa lain, sebaiknya mempunyai surat
wasiat. Ini dapat menjadi hal yang sulit untuk dibahas, tetapi
surat wasiat mungkin perlu dibuat sebelum ada keraguan akan
kemampuan mental Odha. Kita mungkin ingin memastikan
kalau orang yang kita rawat sudah membuat surat wasiat dan
kita tahu di mana wasiat itu disimpan.
Surat wasiat hidup (‘living will’), yang menyebutkan
perawatan medis apa yang diinginkan atau yang tidak
diinginkan Odha, juga harus dibuat sebelum kemampuan
mentalnya diragukan. Kita sebagai orang yang
merawatnya, mungkin menjadi orang yang
ditugaskan untuk mengawasi apakah
dokter mengikuti keinginan si Odha.
Ini dapat menjadi pengalaman
yang sulit untuk dihadapi, tetapi
ada cara lagi yang
memperlihatkan
penghargaan terhadap
orang yang sudah akan
meninggal. Kita mungkin
ingin memastikan kalau
orang yang kita rawat tahu
bahwa dia dapat
menentukan perawatan
medisnya melalui surat
wasiat hidup.
Sering, orang yang tahu
dirinya akan segera meninggal
memilih untuk membuat persiapan
pemakaman atau mengatur selamatan untuk dirinya sendiri. Ini
membantu meyakinkan bahwa pemakaman akan dilakukan
sesuai dengan keinginannya. Ini juga memudahkan bagi orang
yang ditinggalkan. Mereka tidak harus menduga keinginan
temannya atau orang yang dicintainya. Kita mungkin diminta
46 seri buku kecil
Boks 3: Odha Menyiapkan Diri
Pada suatu hari, teman saya meminta saya bikin petunjuk untuk ‘apa yang
harus dilaksanakan waktu dia meninggal.’ Karena dia masih lumayan sehat
(ini lebih dari dua bulan sebelum dia meninggal) saya menolak; saya merasa
tidak enak ‘mengharapkan’ kematian begini. Namun dia mendesak saya, dan
akhirnya saya terbujuk.
Petunjuk tersebut termasuk:
􀂃 Tempat dia mau meninggal (di rumah sakit)
􀂃 Tempat kuburannya
􀂃 Siapa yang harus diberi tahu dan diundang pada upacara kematian
􀂃 Lagu yang dia ingin diputar waktu itu
􀂃 Macam dan warna bunga yang harus menghiasi upacara; tidak boleh
warna putih
Selain itu, teman saya juga menyediakan semua pakaian yang dia ingin
pakai waktu dikuburkan, termasuk dasi. Dia minta stel jas di-dry clean dulu.
Jepitan dasi sedikit rusak, dan saya diminta memperbaikinya dulu.
Petunjuk ini kemudian saya ketik, dan dia menandatanganinya. Setelah itu
dilakukan, teman saya jelas lebih nyaman, dan merasa siap berangkat…
Babé, Jakarta
untuk membantu Odha merencanakan pemakaman atau orangorang
yang mengurus pemakamannya dan memilih tanah/
kapling pemakaman. Kita mungkin membantu Odha
memutuskan jenis makam atau apakah dia mau dikremasi.
Setelah kematian, masih ada hal yang harus dilakukan.
Program-program yang memberikan bantuan harus secara resmi
diberi tahu tentang kematian tersebut.
Meninggal di Rumah
Akan meninggal di rumah atau tidak adalah keputusan besar,
tetapi mungkin tidak perlu segera diputuskan. Sementara
kesehatan Odha berubah, kita dan dia mungkin akan mengubah
pikiran beberapa kali. Namun, ini adalah hal yang harus
merawat odha di rumah 47
dibicarakan dengan Odha sebelumnya. Rencana yang sebaiknya
dibuat: mungkin ada akte yang harus ditandatangani. Ada
beberapa masalah yang harus dipertimbangkan untuk
memutuskan yang terbaik; keinginan dan kebutuhan orang
yang akan meninggal; kebutuhan dan kemampuan orang yang
merawatnya dan orang lain yang dicintai; nasihat dokter dan
ahli medis lain; dan nasihat pemuka agama. Pertimbangan harus
diberikan kepada setiap orang yang tinggal di rumah. Anak
kecil dan orang lain mungkin tidak siap menghadapi kematian
di rumahnya. Orang lain di rumah mungkin lebih memilih
menghadapi saat paling akhir si Odha dalam lingkungan
keluarga. Pastikan bahwa Odha tahu ia tidak akan meninggal
sendirian, bahwa orang yang ia cintai akan bersamanya, di mana
pun ia memilih untuk meninggal. Kita juga harus mencari
dukungan untuk mengatasi duka cita kita sendiri setelah
kematian.
Bantuan untuk Kita
Merawat seseorang yang sangat sakit adalah sulit. Ini akan
melelahkan kita secara fisik dan emosional dan juga membuat
stres. Kita dapat sangat marah melihat orang yang kita cintai
menjadi makin sakit, tidak peduli sekeras apa pun kita bekerja
atau bagaimana kita merawatnya. Kita harus melakukan sesuatu
terhadap rasa marah ini. Banyak orang dapat membicarakan
rasa marahnya dengan orang lain yang mempunyai masalah
yang sama atau dengan konselor, tokoh agama, teman, keluarga,
dan petugas kesehatan. Organisasi layanan AIDS juga dapat
membantu kita menemukan orang-orang yang dapat
mendukung kita.
Sebaiknya kita tidak menjadi satu-satunya orang yang
merawat Odha. Kadang-kadang kita perlu waktu untuk diri
sendiri. Semakin sakit orang yang kita rawat, hal ini semakin
penting. Jika kita mencoba melakukan segalanya sendirian, kita
akan menjadi lelah dan tidak mampu untuk melanjutkannya.
Kita tidak sendiri. Orang lain telah melakukan hal ini
sebelumnya. Belajarlah dari mereka.
48 seri buku kecil
Daftar Acuan
Ada beberapa sumber informasi lebih lanjut yang dapat
membantu kita yang merawat Odha di rumah:
􀂃 Hidup dengan HIV/AIDS: Seri Buku Kecil Yayasan
Spiritia. Buku 40 halaman ini memberi informasi dasar
mengenai HIV dan AIDS untuk orang yang baru
terdiagnosis HIV, dan untuk keluarganya dan pendamping
lain. Dalam bahasa yang sangat sederhana, buku ini
menyediakan semua informasi yang dibutuhkan untuk mulai
memaham apa artinya terinfeksi HIV, dan bagaimana kita
dapat menjadi lebih nyaman dengan diagnosisnya.
􀂃 Pasien Berdaya: Seri Buku Kecil Yayasan Spiritia. Buku ini
menjelaskan hak kita sebagai pasien. Tujuannya adalah agar
kita lebih nyaman menghadapi dokter kita, lebih berani
mengajukan pertanyaan pada petugas perawatan kesehatan,
dan tips bagaimana kita dapat memanfaatkan kunjungan ke
dokter.
􀂃 Terapi Alternatif: Seri Buku Kecil Yayasan Spiritia. Buku
ini membahas beberapa topik terkait dengan pengobatan
pengunjang. Ini termasuk informasi, terapi spiritual, alam,
fisik dan musik. Akhirnya ada petujuk dasar tentang manfaat
dari kelompok dukungan dan bagaimana kelompok itu dapat
dibentuk dan dilanjutkan. Bagian ini ditulis oleh Suzana
Murni, pendiri Spiritia.
􀂃 Perawatan AIDS di Luar Rumah Sakit: Seri Buku Kecil
Yayasan Spiritia. Buku ini, yang melengkapi buku ‘Merawat
Odha di Rumah’ ini, lebih terfokus pada menangani gejala
yang dialami oleh Odha, misalnya demam, batuk, diare,
muntah, penyakit kulit, dsb. Dalam setiap topik dijelaskan
juga kapan sebaiknya menghubungi dokter jika gejala tidak
membaik.
􀂃 Pengobatan untuk AIDS; Ingin Mulai? Seri Buku Kecil
Yayasan Spiritia. Dengan ketersediaan obat antiretroviral
yang lebih luas di Indonesia, dan harganya turun terus
(walaupun belum “murah”), semakin banyak Odha
merawat odha di rumah 49
mempertimbangkan mulai memakai terapi ini. Buku ini
akan menjelaskan semua masalah terkait dengan keputusan
untuk mulai terapi dalam bahasa cukup sederhana.
􀂃 Lembaran Informasi Yayasan Spiritia. Dengan hampir 80
judul, lembaran ini membahas masing-masing topik dalam
satu halaman, dan diusahakan dipakai bahasa yang tidak
terlalu rumit. Lembaran ini disusun dalam tujuh bagian:
Informasi Dasar; Terapi Antiretroviral; Pengobatan Infeksi
Oportunistik; Efek Samping; Topik Khusus; Advokasi; dan
Referensi.
􀂃 Ketika Temanku AIDS. Kartu ini bertujuan untuk
menjawab ketidakberdayaan kita yang mendampingi teman
dengan HIV dan AIDS, yang sering merasa bahwa kita tidak
tahu apa yang kita harus diperbuat. Ada 20 butir yang
menjelaskan secara praktis apa yang kita bisa melakukan
untuk menyamankan teman kita.
􀂃 Newsletter “Sahabat Senandika”. Newsletter bulanan ini
membahas dukungan, perawatan dan pengobatan untuk
Odha. Sahabat Senandika menyampaikan berita aktual
tentang pengobatan HIV dan AIDS, baik terapi
antiretroviral, maupun perawatan infeksi oportunistik.
Semua terbitan ini dapat diperoleh secara gratis dari Yayasan
Spiritia, melalui alamat yang tercantum pada sampul belakang.
50 seri buku kecil
Daftar Istilah
AKUT (Acute)
Perkembangan penyakit yang cepat, parah, dan mengancam jiwa. Lawan dari kronis. Infeksi
HIV akut adalah penyakit yang dialami setelah terinfeksi waktu antibodi baru mulai dibentuk.
ANTIBODI (Antibody)
Zat yang dibentuk dalam darah untuk memusnahkan bakteri, virus atau toksin yang lain.
ANTIRETROVIRAL
Zat atau obat yang dipakai untuk melawan retrovirus seperti HIV, untuk menghambat
perkembangbiakannya.
EFEK SAMPING (Side Effect)
Daya kerja atau efek obat (atau vaksin) yang tidak diharapkan. Istilah ini biasanya
berhubungan dengan efek negatif atau yang tidak diharapkan seperti sakit kepala, iritasi
kulit atau kerusakan hati.
INFEKSI OPORTUNISTIK (Opportunistic Infection)
Penyakit yang mungkin didapat karena sistem kekebalan tubuh sudah rusak atau melemah.
Infeksi oportunistik ini mencakup berbagai penyakit yang disebabkan virus, jamur, atau
bakteri. Infeksi oportunistik ini dapat diobati. Selain itu, infeksi ini juga dapat dicegah dengan
pengobatan profilaksis.
KATETER (Catheter)
Buluh yang dimasukkan ke dalam alat atau saluran guna mengeluarkan cairan, khususnya
untuk dimasukkan ke dalam kandung kemih melalui aliran kandung kemih untuk
mengeluarkan kemih.
KRONIS (Chronic)
Bersifat menahun, tidak secara tiba-tiba.
NARKOTIK (Narcotic)
Obat untuk menenangkan saraf, menghilangkan rasa sakit, menimbulkan rasa mengantuk
atau merangsang.
ODHA
Istilah ini merupakan kependekan dari Orang dengan HIV/AIDS.
ORAL
Berkaitan dengan mulut. Untuk pengobatan berarti diberikan melalui mulut, dalam bentuk
pil atau pun cairan.
PARASIT (Parasite)
Organisme yang hidup menumpang pada organisme lain dan merugikan organisme yang
ditumpangnya.
RESPITE CARE
Perawatan untuk orang yang dirawat di rumah agar para perawatnya (biasanya anggota
keluarganya) bisa berlibur.
SEMPRIT (Syringe)
Alat suntik yang terdiri dari tabung dilengkapi penghisap, naf jarum dan jarum.
VAKSIN (Vaccine)
Virus atau bakteri yang sudah dilemahkan, yang disuntikkan ke dalam tubuh agar kebal
terhadap virus atau bakteri yang sesungguhnya.

Buku ini diterbitkan dan didistribusikan dengan


dukungan
THE FORD
FOUNDATION
Diterbitkan oleh Yayasan Spiritia
© spiritia 2004
Jl. Johar Baru Utara V No. 17
Johar Baru
Jakarta 10560
Telp: (021) 422-5163, 422-5168
Fax: (021) 4287 1866
E-mail: yayasan_spiritia@yahoo.com
Spiritia

Komisi I : Pengawasan Disiplin PNS Terus


Ditingkatkan
Tuesday, 11 October 2011 14:39
Kendati tingkat disiplin PNS dilingkungan pemerintah kota Blitar sudah mengalami tren
peningkatan, namun komisi I DPRD Kota Blitar meminta agar hal itu ditingkatkan, terutama
dalam pengawasannya. Hal itu disampaikan oleh komisi I DPRD Kota Blitar dalam rapat
kerja bersama Inspektorat daerah Senin (10/10).

Supriono, anggota komisi I DPRD kota Blitar ketika dikonfirmasi di gedung dewan Senin
siang (10/10) mengakui, dari sisi kedisiplinan pegawai terutama PNS dilingkup pemerintah
Kota Blitar, sudah mengalami tren kenaikan dibandingkan tahun lalu, namun hal itu masih
perlu ditingkatkan. Disisi lain sidak juga masih perlu dilakukan untuk meningkatkan disiplin
PNS dimaksud. Sementara berkaitan dengan pemberian sanksi bagi PNS yang kedapatan
tidak disiplin dalam upacara, menurutnya hal itu perlu dikaji kembali dan pemberian sanksi
tetap disesuaikan dengan peraturan yang berlaku.

Menanggapi hal ini Dra. Rusmiatun, Inspektur daerah Kota Blitar saat dikonfirmasi terpisah
mengatakan, selama ini pengawasan untuk meningkatkan disiplin PNS terus ia lakukan
secara maksimal. Disinggung mengenai sanksi yang dikenakan kepada PNS yang kedapatan
tidak disiplin, pihaknya tetap mengacu pada peraturan yang berlaku yang tertuang dalam
Peraturan Pemerintah (PP) No. 53 tahun 2010 tentang disiplin PNS.

”Sementara berkaitan dengan sidak yang kabarnya akan dilakukan dengan sasaran hingga
rumah PNS bersangkutan, selain rumah makan atau tempat-tempat umum pada jam kerja,
pihaknya enggan menjelaskan, namun sesuai ketentuan seorang PNS tetap terikat jam kerja
sesuai ketentuan mulai pukul 07.00 WIB s/d 15.00 WIB,” imbuh Rusminatun.(yuk)

Olahraga Juga Isi Kegiatan Bersih Setelah Ikuti Orientasi, Tingkatkan


Desa Inovasi Pembelajaran
Monday, 17 October 2011 14:55 Thursday, 20 October 2011 14:16
Tidak hanya kegiatan keagamaan dan seni
budaya yang berlangsung pada puncak acara
adat bersih desa di Kelurahan Blitar
Kecamatan Sukorejo Kota Blitar, Jum’at
Pahing 21 Oktober 2011 besok. Tetapi
kegiatan olahraga dan peduli lingkungan juga
mengisi rangkaian kegiatan adat bersih desa
di Kelurahan Blitar Kecamatan Sukorejo
Kota Blitar.

Supriyanto, Lurah Blitar Kecamatan Sukorejo


Kota Blitar saat dikonfirmasi di ruang
kerjanya Jumat (14/10) mengatakan, anemo
masyarakat setempat untuk memeriahkan Gambar: Kantor Dinas Pendidikan
kegiatan bersih desa dikelurahannya memang Daerah Kota Blitar
cukup positif. Termasuk para generasi muda
yang menginginkan adanya beberapa IGTKI Kota Blitar bekerjasama dengan Dinas
kegiatan olahraga. Kegiatan dipusatkan Pendidikan Daerah Kota Blitar telah
dilapangan olahraga Kelurahan Blitar menggelar orientasi tehnik program
Minggu, (16/10) kemarin. Diantaranya, pendidikan anak usia dini bagi kepala TK dan
lomba bola volley antar RW, yang diikuti 16 guru TK se-Kota Blitar, di Aula Dinas
tim. Karena di Kelurahan Blitar terdapat ini Pendidikan daerah Kota Blitar, Selasa
terdapat 4 RW dan dari hasil rapat bersama (18/10).
telah ditentukan setiap RW mengikuti
sertakan 4 tim terdiri 2 tim putra dan 2 tim Sumadi, S.Pd, Kepala Ikatan Guru TK
putri. (IGTK) Kota Blitar saat dikonfirmasi
dikantornya Rabu siang (19/10) menjelaskan,
Supriyanto menambahkan, tidak hanya bola melalui kegiatan yang diikuti sekitar 170
volley saja untuk mengisi bersih desa ini juga peserta, perwakilan dari 85 lembaga TK dan
dilaksanakan senam masal dan dilanjutkan RA se-Kota Blitar mendapatkan berbagai
jalan sehat dengan start dan finish di pengetahuan dari narasumber, satu
lapangan Kelurahan Blitar bersama ibu - ibu diantaranya mengenai pembelajaran TK dan
tim penggerak PKK. Jalan sehat yang akan RA. Saat ini pembelajaran bersistem student
dilaksanakan bukan sekedar berolahraga, centered, sehingga guru mengikuti keinginan
namun juga digunakan sebagai sarana untuk dan kemauan siswa.
meningkatkan kesadaran peduli lingkungan,
utamanya dalam menangani sampah. Sambil Sumadi menambahkan, pasca orientasi ini
jalan, jika para peserta yang tidak lain warga peserta harus menularkan pengetahuan yang
setempat yang menemukan sampah plastik didapat kepada guru sekantornya. Setelah itu
untuk diambil dan dikumpulkan, yang setiap guru harus menerapkan pembelajaran
akhirnya dibuang ditempat sampah. Hal ini yang lebih inovatif, baik materi, metode, alat
dilakukan minimal untuk menyadarkan peraga dan gaya mengajar. Sebagai evaluasi,
masyarakat agar tidak membuang sampah sekitar tiga minggu mendatang akan
sembarangan. dilakukan pendampingan disetiap lembaga
sekolah.
Sementara itu seperti yang telah diberitakan
sebelumnya, untuk bazaar se- kecamatan "Guru akan mengajar para siswanya dengan
akan dipusatkan dilapangan olahraga didampingi pengawas, pengurus IGTKI
Kelurahan Blitar, mulai 18 hingga 22 maupun anggota gugus. Setelah pembelajaran
Oktober 2011.(der) usai, langsung dilakukan diskusi membahas
kelebihan atau kekurangan proses
Lakukan Foging Untuk Putus Rantai pembelajaran,” imbuh Sumadi.(ram)
Jentik
Wednesday, 26 October 2011 14:01 Lomba Cerita, 4 Guru TK/RA Raih
Juara
Selain melakukan fogging dilembaga
sekolah, tahun 2011 ini pemerintah Kota Monday, 31 October 2011 13:59
Blitar melalui Dinas Kesehatan Daerah Kota Sekitar 30 finalis telah tampil dalam lomba
Blitar juga melakukan fogging ditempat bercerita untuk anak dengan peserta para
wisata taman Kebon Rojo Kota Blitar. guru TK/RA se- Kota dan Kabupaten Blitar
Karena lokasi ini sebagai jujugan tempat yang digelar oleh Unit Pelaksana Tehnis
main anak - anak sekolah disekitar Kebon (UPT) Perpustakaan Proklamator Bung
Rojo, seperti TK PKK. Karno Kota Blitar, Kamis (27/10) lalu. Dari
sejumlah finalis yang telah menampilkan
kreatifitasnya itu, telah ditentukan para
Didik Joko Waskito, Kasi Pemberantasan juaranya oleh dewan juri. Ada enam juara,
Penyakit Menular Dinas Kesehatan Daerah mulai juara I hingga harapan III yang berhak
Kota Blitar saat dikonfirmasi disela-sela atas hadiah berupa piagam penghargaan dan
fogging Selasa pagi (25) menjelaskan, uang pembinaan.
sengaja memprogramkan untuk melakukan
fogging ditaman Kebon Rojo. Karena selain Dari hasil penilaian tiga juri, masing –
lokasinya satu area dengan TK PKK, taman masing YPY Erwin, S.Pd, guru SMPN 2,
Kebon Rojo juga sebagai jujugan anak - anak Harwinmuko, S.Pd, pengawas TK/SD
sekolah,ketika waktu istirahat. Disekitar Kecamatan Sekorejo dan Nurni Syam, S.Sos,
Kebon Rojo terdapat beberapa lembaga pustakawan UPT Perpustakaan Proklamator
sekolah, seperti SMAK Diponegoro, SMP Bung Karno, ada empat guru TK/RA Kota
Yohanes Gabriel, SMK 45 dan SMKN 3 Blitar yang berhasil meraih juara.
Kota Blitar. Diantaranya, Wiji Wulandari, A.Ma, dari TK
Alhidayah Plosokerep berhasil meraih juara
II sehingga berhak atas piagam dan uang
Joko menambahkan, pelaksanaan fogging pembinaan sebesar Rp.2 juta. Septa Rini Dwi
tidak hanya bisa dilakukan didalam ruangan Lestari, A.Ma, dari TK Al Hidayah Gedog I
saja, namun juga bisa dilaksanakan ditempat masuk juara harapan I, berhak atas piagam
terbuka. Agar proses fogging di Kebon Rojo dan uang pembinaan senilai Rp. 1 juta 5 ratus
tidak mengganggu kenyamanan hewan ribu. Ita Dewi Sururiah, S.Ag, dari RA
peliharaan, petugas melakukan penyemprotan Perwanida, sebagai juara harapan II
berdasar arah angin. mendapat hadiah piagam dan uang
pembinaan senilai Rp.1 juta 250 ribu dan
Indah Yulianti Sa’diyah dari TK Al HIdayah
”Setelah usai fogging di taman Kebon Rojo XX Gedog II meraih juara harapan III berhak
dan beberapa sekolah disekitarnya, petugas atas piagam dan uang pembinaan Rp. 1
juga melakukan fogging dirumah dinas juta.
Walikota, yang memang rutin dilaksanakan
setiap satu tahun sekali,” imbuh Joko.(ram) Menurut Drs. I Purwodarsono, M.Pd, Kepala
Bidang Pelayanan Informasi dan Kerjasama
Unit Pelaksana Tehnis (UPT) Perpustakaan
Proklamator Bung Karno Kota Blitar saat
dikonfirmasi di kantornya Sabtu (29/10)
mengatakan, para finalis merupakan peserta
terseleksi berdasarkan naskah yang dikirim
dengan total sekitar 70 orang sesuai jumlah
naskah yang telah dikirim dan sudah
terseleksi sebelumnya.

Purwodarsono menambahkan, selain untuk


memotifasi guru dengan rangsangan hadiah
yang diberikan, kegiatan ini dilaksanakan
untuk menumbuh kembangkan minat dan
kegemaran membaca. Karena sebelum
mengikuti lomba, mereka terlebih dahulu
tergerak untuk membaca buku sesuai dengan
materi yang dibawakan. Dengan mengikuti
lomba, juga akan mengingat kembali cerita
sejarah yang mengarah pada tumbuhnya
kecintaan akan budaya nasional sekaligus
melestarikan budaya bangsa. Sesuai dengan
tema, Dengan Bercerita Rakyat Mari Kita
Tumbuhkan Rasa Cinta Anak - Anak
Terhadap Kebudayaan Nasional
Indonesia.(der)

More Articles...

 Serangan Hama Tak Pengaruhi Hasil Panen


 Komisi I : Antisipasi Penyebaran HIV AIDS
 Tunggu Jadwal, PSBK Belum Tentukan Pemain
 Pergantian Kepala Sekolah Wujud Dari Penyegaran

<< Start < Prev 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Next > End >>


Page 26 of 179

2012, Obat ARV untuk ODHA Ditanggung Pemerintah


05/10/2011 08:28:00

Font size:

Menteri Kesehatan (Menkes) Endang Rahayu Sedyaningsih menjanjikan pengobatan


Anti Retrovital (ARV) bagi orang yang terinfeksi HIV akan ditanggung sepenuhnya
oleh negara melalui pendanaan APBN 100 persen pada 2012 mendatang.

Menurut dia, saat menyampaikan paparan mengenai refleksi penanggulangan AIDS secara
komprehensif di Indonesia, di ruang Borobudur Hotel Inna Garuda Yogyakarta, Senin, saat
ini pemerintah baru menggelontorkan dana sebesar Rp 85,9 miliar khusus untuk mensubsidi
pengobatan ARV, dari Rp 136 miliar dana kesehatan khusus penanggulangan HIV dan AIDS
di Indonesia pada 2011.

"Data terbaru Kementerian Kesehatan hingga Juni 2011, jumlah orang yang terinfeksi HIV
dan perlu pengobatan ARV segera di Indonesia adalah sebanyak 29.012 orang, dan baru
terpenuhi 76 persennya saja," kata dia.

Endang melanjutkan, jumlah orang yang terinfeksi HIV di Indonesia yang telah memperoleh
pengobatan ARV hingga Juni 2011 adalah sebanyak 21.775 orang.

Berdasarkan hasil survei perubahan perilaku yang dirilis Kementerian Kesehatan, sebanyak
55 persen dari keseluruhan infeksi baru HIV dan kasus AIDS disebabkan oleh hubungan seks
heteroseksual, atau naik dua persen dibandingkan lima tahun lalu.

Terkait fenomena tersebut, kementerian memprioritaskan penanganan HIV dan AIDS pada
2011 yang difokuskan pada upaya promotif preventif dengan mengedepankan pemberdayaan
masyarakat, selain terus melakukan sosialisasi penggunaan kondom dalam melakukan
hubungan seksual beresiko.

Untuk upaya promotif preventif, Kementerian Kesehatan akan memperbanyak kampanye


HIV/AIDS untuk usia di bawah 15 tahun pada 1.000 sekolah di 100 kabupaten/kota.

Sementara untuk sosialisasi penggunaan kondom bagi kalangan pelaku seks beresiko tinggi
terinfeksi HIV, kementerian akan mendorong penyusunan regulasi tentang pencegahan dan
penanggulangan HIV/AIDS di seluruh daerah, dan penyuluhan penggunaan kondom di
berbagai lokasi yang beresiko terjadinya penularan, seperti kafe, lokalisasi, dan tempat kerja
di lepas pantai, pertambangan, dan kawasan hutan.

Endang juga mengakui, sejumlah target yang dicanangkan Kementerian saat ini masih
banyak yang belum tercapai.
Beberapa target yang belum tercapai itu diantaranya adalah penurunan prevalensi orang yang
terinfeksi HIV menjadi 0,2 saat ini masih belum tercapai dan baru mencapai 0,24.

Selain itu, penyuluhan pengetahuan komprehensif bagi remaja usia di bawah 15 tahun juga
masih jauh dari target yang dicanangkan sebesar 65 persen, dan baru tercapai 11,4 persen.

Endang menyatakan, 20 tahun setelah upaya penanggulangan HIV digulirkan di Indonesia,


pemerintah masih menghadapi masalah yang sama, dan belum banyak terjadi perubahan
signifikan.

Sejumlah permasalahan itu diantaranya adalah masih rendahnya pemahaman masyarakat


tentang HIV, penggunaan kondom yang masih rendah dan belum mencapai 50 persen dari
seluruh pelaku hubungan seks beresiko, stigma dan diskriminasi terhadap orang terinfeksi
HIV yang masih tinggi.

Selain itu, jumlah klinik VCT yang masih kurang di Indonesia, baru berjumlah 388 unit juga
dianggap menjadi salah satu permasalahan serius HIV di Indonesia yang belum teratasi.

Sementara sosialisasi tentang HIV di lembaga pemasyarakatan juga masih belum maksimal,
dan dianggap mengakibatkan penyebaran virus tersebut di lingkungan penjara masih tinggi.
(abd)

Share |

2012, Obat ARV untuk ODHA Ditanggung Pemerintah


05/10/2011 08:28:00

Font size:

Menteri Kesehatan (Menkes) Endang Rahayu Sedyaningsih menjanjikan pengobatan


Anti Retrovital (ARV) bagi orang yang terinfeksi HIV akan ditanggung sepenuhnya
oleh negara melalui pendanaan APBN 100 persen pada 2012 mendatang.

Menurut dia, saat menyampaikan paparan mengenai refleksi penanggulangan AIDS secara
komprehensif di Indonesia, di ruang Borobudur Hotel Inna Garuda Yogyakarta, Senin, saat
ini pemerintah baru menggelontorkan dana sebesar Rp 85,9 miliar khusus untuk mensubsidi
pengobatan ARV, dari Rp 136 miliar dana kesehatan khusus penanggulangan HIV dan AIDS
di Indonesia pada 2011.

"Data terbaru Kementerian Kesehatan hingga Juni 2011, jumlah orang yang terinfeksi HIV
dan perlu pengobatan ARV segera di Indonesia adalah sebanyak 29.012 orang, dan baru
terpenuhi 76 persennya saja," kata dia.

Endang melanjutkan, jumlah orang yang terinfeksi HIV di Indonesia yang telah memperoleh
pengobatan ARV hingga Juni 2011 adalah sebanyak 21.775 orang.

Berdasarkan hasil survei perubahan perilaku yang dirilis Kementerian Kesehatan, sebanyak
55 persen dari keseluruhan infeksi baru HIV dan kasus AIDS disebabkan oleh hubungan seks
heteroseksual, atau naik dua persen dibandingkan lima tahun lalu.

Terkait fenomena tersebut, kementerian memprioritaskan penanganan HIV dan AIDS pada
2011 yang difokuskan pada upaya promotif preventif dengan mengedepankan pemberdayaan
masyarakat, selain terus melakukan sosialisasi penggunaan kondom dalam melakukan
hubungan seksual beresiko.

Untuk upaya promotif preventif, Kementerian Kesehatan akan memperbanyak kampanye


HIV/AIDS untuk usia di bawah 15 tahun pada 1.000 sekolah di 100 kabupaten/kota.

Sementara untuk sosialisasi penggunaan kondom bagi kalangan pelaku seks beresiko tinggi
terinfeksi HIV, kementerian akan mendorong penyusunan regulasi tentang pencegahan dan
penanggulangan HIV/AIDS di seluruh daerah, dan penyuluhan penggunaan kondom di
berbagai lokasi yang beresiko terjadinya penularan, seperti kafe, lokalisasi, dan tempat kerja
di lepas pantai, pertambangan, dan kawasan hutan.

Endang juga mengakui, sejumlah target yang dicanangkan Kementerian saat ini masih
banyak yang belum tercapai.

Beberapa target yang belum tercapai itu diantaranya adalah penurunan prevalensi orang yang
terinfeksi HIV menjadi 0,2 saat ini masih belum tercapai dan baru mencapai 0,24.

Selain itu, penyuluhan pengetahuan komprehensif bagi remaja usia di bawah 15 tahun juga
masih jauh dari target yang dicanangkan sebesar 65 persen, dan baru tercapai 11,4 persen.

Endang menyatakan, 20 tahun setelah upaya penanggulangan HIV digulirkan di Indonesia,


pemerintah masih menghadapi masalah yang sama, dan belum banyak terjadi perubahan
signifikan.

Sejumlah permasalahan itu diantaranya adalah masih rendahnya pemahaman masyarakat


tentang HIV, penggunaan kondom yang masih rendah dan belum mencapai 50 persen dari
seluruh pelaku hubungan seks beresiko, stigma dan diskriminasi terhadap orang terinfeksi
HIV yang masih tinggi.

Selain itu, jumlah klinik VCT yang masih kurang di Indonesia, baru berjumlah 388 unit juga
dianggap menjadi salah satu permasalahan serius HIV di Indonesia yang belum teratasi.

Sementara sosialisasi tentang HIV di lembaga pemasyarakatan juga masih belum maksimal,
dan dianggap mengakibatkan penyebaran virus tersebut di lingkungan penjara masih tinggi.
(abd)

Share |
kesehatannya.( sumber : wikipedia )
Wadoh kalo ane jadi istrinye pas bangun end sadar dah kutabokin
tuwh suami, bisa-bisanya mengajukan euthanasia atas diriku, padahal
yang punya hidup kan Alloh SWT!!
Yah tapi ga bisa dipungkiri juga beban mereka yang menanggungnya
kalo da yang sakit begini, kalo nolongin doa mah pasti banyak tapi
kalo masalah materi well sesukarelanya aja orang lain menolong,
apakah cekap semonten mengingat billing berjut JUT JUTaaaa???!
Ajaran Agama manapun ga ada yang mengajarkan untuk terjadinya
euthanasia karena inti dari yang punya kehidupan adalah Tuhan,
dengan menghilangkan nyawa seseorang adalah sebuah dosa besar…
Well tergantung dari mana sekarang kita menanggapi euthanasia,
masing masing kasus tentunya berbeda toh, sebisa dan seoptimal
mungkin sebagai tim medis mempertahankan kelangsungan hidup
seorang manusia meskipun secara rasio sudah tidak memungkinkan
lagi.Tentu kami masih punya hati nurani, karena kami hanyalah
manusia biasa, andaikan kami dihadapkan pilihan 2 nyawa
dipertaruhkan sedangkan salah satu kemungkinannya tipis maka
kami akan berusaha keras menyelamatkan yang kemungkinan
hidupnya lebih besar daripada yang tidak, namun kembali lagi itu
merupakan keputusan hak yang paling asasi dari yang paling
berwenang atas hidupnya sendiri kami tak punya wewenang
memutuskan. Secara kasus biar hukum yang menegakkan sengketa
ini,karena ini bukanlah keputusan orang ke orang hidup matinya, ada
baiknya diperdebatkan ada baiknya dipersulit. Kali aja saking
ribetnya trus berubah pikiran ga jadi euthanasia!
Semoga bermanfaat-end of the story.

“Hanya Allah yang dapat menentukan kapan seseorang lahir dan


kapan ia mati”

Keinginan bunuh diri adalah umum pada Odha

Oleh: aidsmeds.com
Hampir sepertiga orang dengan HIV dari lima klinik di London, Inggris melaporkan
memikirkan untuk bunuh diri baru-baru ini. Hal ini berdasarkan sebuah penelitian yang
diterbitkan dalam jurnal AIDS edisi 20 Agustus 2008.

Beberapa penelitian menemukan bahwa tingkat depresi dan kecemasan adalah lebih tinggi
pada orang yang hidup dengan HIV dibandingkan rekannya yang HIV-negatif. Untuk
menentukan frekuensi pasien HIV-positif mengalami keinginan dan bayangan rencana bunuh
diri (ideation), Lorraine Sherr, PhD, dari Royal Free and College Medical School di London,
Inggris dan rekan mendaftarkan 778 pasien HIV-positif dari lima klinik di London. Kurang
lebih separuh pasiennya tidak lahir di Inggris, 67% berkulit putih dan 65% adalah laki-laki
gay.

Sherr dan rekan meminta para relawan penelitian untuk mengisi angket yang luas tentang
kesehatan mereka secara fisik dan psikologis. Tiga puluh satu persen relawan melaporkan
keinginan bunuh diri selama tujuh hari terakhir. Di antara mereka, kurang lebih 5%
mengatakan bahwa keinginan bunuh diri tersebut tetap ada, dan 11% mengatakan sering
mengalaminya. Laki-laki heteroseks hampir 50% lebih mungkin melaporkan keinginan
bunuh diri dibandingkan perempuan heteroseksatau laki-laki gay. Relawan yang tidak lahir di
Inggris cenderung melaporkan frekuensi keinginan bunuh diri yang lebih tinggi.

Para peneliti mengatakan bahwa hasil penelitian mereka “mengkhawatirkan,” dan walaupun mereka
mengakui bahwa sampel dari klinik tersebut mungkin tidak dapat mewakili populasi orang dengan
HIV secara umum, mereka berpendapat bahwa pencegahan bunuh diri harus dimasukkan dalam
perawatan ruAnjungan Tunai Mandiri atau yang lebih dikenal dengan nama ATM, bukan hanya
sebagai mesin penarikan uang tunai. Di beberapa negara mesin berbentuk kotak ini juga digunakan
sebagai mesin penjual minuman dan rokok. Seiring dengan berkembangnya kebudayaan dan
kebutuhan manusia, mesin ini sekarang bisa digunakan sebagai “penarikan” kondom dan dikenal
dengan istilah ATM kondom.

ATM kondom atau Condom Vending Machine (CVM) tidak jauh beda cara pemakaiannya dengan
masin penjual minuman atau mesin penjual rokok di kota-kota besar. Hanya dengan memasukkan
tiga koin Rp 500, anda sudah bisa mendapatkan sekotak kondom yang berisi tiga kondom dengan
berbagai pilihan rasa. Seperti strowberry, vanilla, dan cokelat.

Bagi sebagian masyarakat di kota-kota besar, mendengar ATM kondom bukan hal yang asing, karena
sebenarnya kebijakan pemerintah untuk menyediakan ATM kondom di beberapa daerah mulai
bergulir 2003 lalu.
Mengapa pemerintah melalui lembaganya seperti Dinas Kesehatan dan Badan Koordinasi Keluarga
Berencana Nasional (BKKBN) sangat bersemangat mengampanyekan dan memperbanyak ATM
kondom. Pemerintah mengkhawatirkan penularan HIV (Human Immunodeficiency Virus) dan
semakin meningkatnya jumlah penderita AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) di Indonesia.

Data United Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS) menyebutkan di Indonesia yang


berpenduduk 220 juta jiwa, hingga akhir September 2005 sudah memiliki 8.251 kasus
HIV/AIDS, terdiri dari 4.065 kasus HIV dan 4.186 kasus AIDS. Dari data tersebut, peluang
Indonesia terhadap penyebaran penyakit AIDS sangat besar.

Bangsa Indonesia memang belajar dari negara-negara maju yang berhasil dengan program ATM
kondomnya. Di luar negeri penyebaran HIV dan jumlah penderita AIDS bisa ditekan dan dicegah
dengan pengadaan ATM kondom.

Kebijakan pemerintah ini tidak begitu saja diterima. Beberapa organisasi islam seperti Majelis Ulama
Indonesia (MUI) turut bersuara keras terhadap kebijakan ini. Kalangan mahasiswa di beberapa
daerah seperti Bogor, menggelar aksi menentang masuknya ATM kondom di daerahnya.

Pihak yang menolak penyediaan ATM kondom berpendapat bahwa pengadaan ATM kondom
menyebabkan makin maraknya perilaku seks bebas atau free sex dikalangan remaja. Dengan adanya
ATM Kondom, maka kalangan remaja akan beranggapan bahwa boleh saja melakukan hubungan
seks diluar nikah asalkan menggunakan kondom.

Alasan penolakan terhadap ATM kondom juga didasari pada segi pengawasan ATM Kondom. Karena
ATM kondom tidak ada yang mengawasi, akibatnya siapa saja akan leluasa mendapatkan kondom,
asalkan punya uang yang cukup. Walaupun peletakan ATM ini diupanyakan di tempat-tempat yang
tidak mudah dijangkau oleh umum.
Dilihat dari tujuan penyediaan ATM kondom di Indonesia adalah untuk mengurangi penyebaran HIV,
karena diduga penyebab terbesar penyebaran HIV adalah karena maraknya seks bebas yang tidak
aman.

Di Thailand penyediaan ATM kondom dimaksudkan untuk pencegahan penularan AIDS/HIV.


Penyebab utama penyebaran HIV di negeri gajah putih ini adalah seks bebas. Karena maraknya seks
bebas, pemerintah memberikan solusi penyebaran HIV dengan membagi bagikan kondom dan
melalui ATM kondom. Kebijakan ini ternyata efektif, karena jumlah penderita AIDS berkurang.

Di Indonesia, penyebaran HIV terutama disebabkan oleh jarus suntik para pengguna Narkoba. Dari
data Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) dan Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI)
penyebab utama penyebaran HIVadalah melalui jarum suntik atau Injecting Drugs User (IDU) para
pengguna Narkoba sekitar 40-70 %. Penyebab kedua adalah melalui Pekerja Seks komersil (PSK).

UNAIDS melaporkan bahwa Indonesia memasuki tahap awal epidemi (wabah) AIDS.
Menurut lembaga itu, penyebaran tercepat penyakit itu melalui pertukaran jarum suntik pada
pengguna narkotika, serta pelacur dan para pelanggannya.

Sementara cara penularan kasus AIDS kumulatif tertinggi banyak terjadi melalui pengguna
jarum suntik (intravena drug user/IDU) sebanyak 48,9% disusul heteroseksual 39,4% dan
homoseksual 4,8%. Tercatat kelompok umur 20-29 tahun memiliki peringkat tertinggi dalam
proporsi kumulatif kasus AIDS yaitu sebesar 54,07%, selanjutnya kelompok umur 30-39
tahun sebesar 25,86% dan kelompok umur 40-49 tahun sebesar 8,48%.

Dari data tersebut, kebijakan pemerintah melakukan penyediaan ATM kondom untuk para pengguna
jasa PSK merupakan kebijakan yang salah, karena sebagian besar penularan HIV kebanyakan adalah
melalui jarum suntik. Artinya pencegahan penularan HIV baru tingkat pengguna Jasa PSK. Sedangkan
untuk penularan HIV terhadap pengguna Narkoba jarum suntik belum ada kebijakan yang jelas.
Artinya kebijakan pemerintah belum menyelesaikan permasalahan penyebaran HIV secara
keseluruhan. Kebijakan pemerintah hanya bersifat setengah-setengah dan menyebabkan tidak
tuntasnya sebuah permasalahan. Penyebab utama dari masalah tersebut tidak terpecahkan.

Jangan sampai kebijakan pengadaan ATM kondom, yang harga per unitnya mencapai Rp 7,5 juta ini
hanya dijadikan sebagai lahan proyek bagi pemerintah. Bagaiman kebijakan akan berjalan dengan
baik jika sejak awal sudah dikotori oleh sikap korup untuk mencari keuntungan pribadi.

Lampung pun tidak lepas dari imbas kebijakan ATM kondom yang digalakkan pemerintah. Di
beberapa daerah bahkan sudah tegap berdiri mesin ATM kondom yang berbentuk seperti gardu
listrik dengan logo lingkaran biru.

Berdasarkan data dari 2001 hingga 2005, di Propinsi Lampung jumlah kasus HIV berjumlah 110,
penderita AIDS 65, dan meninggal akibat AIDS 28. Untuk kota Bandar Lampung, kasus HIV 85,
penderita AIDS 52, dan korban meninggal akibat AIDS 19.

Untuk mengantisipasi penyebaran HIV/AIDS yang makin meningkat, Pemerintah Propinsi Lampung
telah menyediakan ATM kondom di klinik Keluarga Berencana CV Bumi Waras Bandar lampung dan
PT Sweet Indo Lampung (SIL) Tulang Bawang. Kebijakan ini akan diterapkan di daerah daerah lain
seperti Lampung Tengah dan Lampung Selatan.

Sebelum pemerintah lebih jauh menerapkan ATM kondom di lampung. Ada beberapa hal yang perlu
dipertanyakan. Efektifkah penyediaan ATM kondom untuk mencegah penyebaran HIV?. Karena jika
kebijakan ini tidak efektif, dana yang dikeluarkan pun tidak efektif.
Yang harus dikaji adalah penyebab utama penyebaran HIV di suatu daerah, tidak semua daerah
penyebab uatama penyebaran HIV melalui hubungan seks, karena ada daerah yang penyebab
penularan HIV melalui jarum suntik. Lalu apa penyebab utama penyebaran HIV di Lampung,
sudahkah ada penelitian ke arah sana?.

Data dari Pencegahan Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P3PL) Dinas Kesehatan
Provinsi Lampung menunjukkan penularan HIV berubah dari heteroseksual ke penggunaan narkoba
suntik. Data tersebut juga menunjukkan Sepanjang 2005 kasus HIV mencapai 110 dan AIDS 60.
Korban meninggal 21, dan 80% penularan HIV/AIDS berasal dari jarum suntik.

Penyebaran HIV di Lampung, disebabkan oleh jarum suntik, jika Pemerintah tetap menyediakan ATM
kondom, berarti kebijkan pemerintah tidak menyelesaikan masalah penyebaran HIV secara
keseluruhan. Jadi apa solusi pemerintah untuk mengatasi penyebaran HIV yang disebabkan oleh
pengguna Narkoba jarum suntik.

Hal lain yang menyebabkan kebijakan ATM kondom tidak efektif adalah para pengguna jasa PSK
banyak yang tidak mau mengenakan kondom. Hal ini terbukti ketika terjadi pembagian kondom
secara geratis di beberapa rumah hiburan ternyata malah banyak pria yang tidak menggunakan
kondom saat berhubungan seks.

Penelitian Yayasan Kerti Praja membuktikan selama enam tahun (1994-2000), dimana mereka setiap
hari menaruh kondom diatas meja setiap kamar PSK bekerja. Ternyata sebagian besar pelanggan (60
persen) tidak mau menggunakan kondom. Ini fakta. Lalu masih efektifkah ATM Kondom menekan
laju perkembangan HIV/AIDS.

Mengapa fenomena ini terjadi. Masyarakat Indonesia belum banyak yang mengetahui arti
penggunaan kondom dan bahaya penyakit AIDS. Kebanyakan PSK adalah golongan ekonomi lemah
dan berpendidikan rendah, sehingga belum banyak mengetahui pengunaan kondom dan bahaya
penyakit AIDS yang bisa menyebabkan kematian.

Disinilah peran pemerintah melalui lembaga-lembaganya untuk terus mengampanyekan tujuan


pengunaan kondom serta bahaya penyakita AIDS yang sampai saat ini belum ditemukan obatnya.
Jadi masyarakat tidak lagi berpikir bahwa penggunaan kondom hanya akan mengurangi kenikmatan
saat berhubungan seks, tetapi manfaat penggunaan kondom jauh lebih besar, yaitu mencegah HIV.

Dengan makin maraknya kampanye penggunaan kondom, diharapkan makin banyak yang
menggunakan kondom, sehingga fasilitas yang disediakan pemerintah tidak percuma.

Fakta yang ada di tempat pelacuran, seperti di Saritem, hanya 5% saja yang memakai kondom.
Namun, setelah diberikan penerangan, ada peningkatan pemakaian kondom sekira 30-40%. Wajib
pakai kondom bagi mereka yang berisiko tinggi harus terus disosialisasikan. Jadi, yang perlu disoroti
bukan masalah kemudahan dari alat, tapi mendidik secara moral.

Hal berikutnya yang masih merupakan tugas pemerintah adalah pengawasan ATM kondom, hal
inilah yang dikhawatirkan para orang tua dan organisasi-organisasi islam. Jika ATM ini tidak diawasi
dengan baik, bukan tidak mungkin ATM ini akan mudah diakses oleh kalangan remaja.

Jika pemerintah bisa memberikan solusi terhadap semua permasalahan ini, bukan tidak mungkin
kehawatiran orang tua, para ulama, dan organisasi yang awalnya menolak kebijakan ini, malah ikut
mendukung kebijakan pemerintah.
Haruskah pemerintah tergesa-gesa mengelurakan kebijakan tanpa dikaji terlebih dahulu akar
permasalahannya. Sebuah kebijakan juga harus diteliti dampak positif dan negatif yang ditimbulkan.
Jangan sampai mengeluarkan solusi yang ternyata menambah sebuah permasalahan.

A. Latar Belakang

Industri bisnis seks mencakup berbagai macam pekerjaan erotis, seperti misalnya prostitusi,
pornografi, saluran-saluran telepon seks, panti pijat, pendamping (escorts), dan penari
telanjang. Para wanita di dalam bisnis seks bekerja di berbagai macam lingkungan atau
tempat, termasuk rumah bordil, bar, hotel, dan jalan-jalan. Pekerja-pekerja seks seringkali
menghadapi diskriminasi dan kekerasan yang parah. Kenyataannya, bahwa banyak juga
pekerja seks yang mempunyai masalah dengan adiksi, yang membuat mereka semakin rawan
terhadap penganiayaan, penyakit, dan diskriminasi.

“Sebaiknya tidak perlu ada hukum yang melarang aktivitas prostitusi karena akan ada
seseorang dipersalahkan karena aktivitas tersebut.” Dan ini menjadi tidak adil dalam konteks
di mana prostitusi adalah pelibatan dua orang lawan jenis untuk sebuah kesenangan seksual.
Pandangan itu mungkin dapat menimbulkan kontroversi apabila dilontarkan di Indonesia
karena masyarakat kita pasti menolak pandangan seperti itu. Akan tetapi, kenyataan
menunjukkan, sekalipun praktik prostitusi secara hukum dan agama dilarang di Indonesia,
kegiatan prostitusi bawah tanah tetap saja marak di kota-kota besar di Indonesia.

Tindak kriminal seksual dibagi ke dalam dua kategori: mereka yang menjadi korban dan
mereka yang bukan.

Dari perspektif korban, pemerkosaan orang dewasa, pemerkosaan anak-anak dan remaja, dan
penyerangan seksual masuk ke dalam kategori tindak kriminal karena seseorang telah
menjadi korban. Sementara itu, aktivitas seksual yang dipersiapkan melalui persetujuan
kedua belah pihak, prostitusi dan pornografi, “tidak ada korbannya” (victim-less). Artinya,
pihak yang terlibat di dalamnya menganggap tidak ada yang saling dirugikan.

B. Maksud Dan Tujuan

Pelacuran tidak hanya dilakukan oleh perempuan dewasa, tetapi saat ini mulai banyak anak
perempuan (ABG) yang melacur dengan alasan ekonomi. Petugas Trantib beberpa kali
melakukan razia terhadap pelacur jalanan yang mangkal di jalan-jalan protokol ibukota dan
mengirimnya ke panti-panti sosial seperti Cipayung dan Kedoya, tetapi hal ini tidak membuat
jera para pelacur, bahkan jumlahnya makin bertambah. Pelacur ini sebenarnya terpaksa
melakukan pekerjaan tersebut karena keadaan dan situasi ekonomi yang berat memaksa
mereka dan memang tidak ada pilihan lain dan ada juga yang terjebak germo sehingga karena
takut dengan anggapan masyarakat maka sekalian saja mereka menjadi pelacur. Selain itu
Pemerintah kurang serius menangani masalah pelacuran ini, terbukti razia-razia yang
bertujuan untuk mengurangi pelacuran itu tidak berhasil.

Walaupun pelacur, mereka adalah perempuan, mereka melakukan itu karena selama ini
anggapan masyarakat terutama laki-laki menempatkan perempuan hanya sebagai pemuas
atau pelayan seks saja, jadilah pelacuran tumbuh subur. Hal ini lebih diperparah lagi dengan
mitos keperawanan di masyarakat, padahal korban perkosaan semakin meningkat. Mereka
yang menjadi korban perkosaan dan berasal dari ekonomi lemah dengan kesempatan kerja
yang kecil banyak yang akan lari ke dunia pelacuran. Kita tidak bisa menyalahkan mereka
para pelacur itu karena sistem di Indonesia justru membuat perempuan terjebak dalam
kepelacuran itu sendiri.

Makalah ini difokuskan terhadap hukum yang membungkus kategori victim-less sebagai
perbuatan seks kriminal. Apabila mengacu pada pendapat di atas, maka hukuman terhadap
victim-less yang dipandang sebagai tindak kriminal sebaiknya dieliminasi dan lebih jauh
aktivitas seperti itu sebaiknya didekriminalisasi (decriminalized). Persoalannya, mungkinkah
dekriminalisasi prostitusi dikembangkan di Indonesia?

Walaupun di Indonesia tidak ada undang-undang yang melarang praktik prostitusi, ada
beberapa peraturan perundangan dan regulasi pemerintah yang menyentuh aktivitas seksual
atas dasar kesepakatan bersama, atau lebih populer disebut seks komersial. Sejumlah
pemerintah daerah memiliki peraturan daerah yang melarang pendirian lokalisasi. Dengan
dasar hukum ini, aktivitas seksual atas dasar kesepakatan bersama di antara dua orang atau
lebih dalam sebuah tempat yang bersifat pribadi atau “dipersiapkan” dapat dikategorikan
sebagai tindakan kriminal.

Definisi ini sebenarnya sudah ketinggalan zaman. Ketentuan yang didasarkan pada definisi
ini seharusnya sudah dieliminasi. Berdasarkan prinsip universal tentang hak asasi manusia,
sebenarnya setiap orang dewasa memiliki hak melakukan apa saja yang dianggap
“menyenangkan” bagi badan mereka. Meski demikian, sebagai bangsa yang “bermoral” dan
“beragama”, perlulah kita memiliki upaya mengatasi masalah prostitusi. Langkah pertama
yang harus dilakukan pemerintah adalah mengubah pandangan orang tentang kegiatan
seksual dengan cara menggeser paradigma prostitusi sebagai “perbuatan asosial” kepada
“kesenangan seksual” (sexual pleasure). Kita tidak perlu menyentuh isu seks komersialnya
karena berkaitan dengan “kesenangan seksual” yang menjadi hak asasi seseorang.

C. Identifikasi Masalah

Tumbuh suburnya praktik prostitusi di kota-kota besar di Indonesia merupakan bukti bahwa
paradigma kesenangan seksual sadar atau tidak diakui keberadaannya oleh masyarakat.
Langkah kedua yang penting dipertimbangkan untuk dilakukan pemerintah adalah liberalisasi
seks komersial tersebut.

Kedua langkah itu tidak berarti Indonesia menuju pada negara yang memberi legalisasi pada
praktik prostitusi, seperti halnya di Thailand dan Belanda, tetapi justru untuk mengendalikan
prostitusi agar tidak merebak lebih luas dan mengurangi dampak sosial bagi masyarakat,
khususnya generasi muda. Persoalannya adalah apakah gagasan perubahan paradigma
prostitusi dan liberalisasi prostitusi itu dapat mendorong pada masalah moral dan imoralitas
seksual?

Menurut hemat penulis, tampaknya tidak ada pikiran gagasan pergeseran paradigma dan
liberalisasi seksual ini dapat menimbulkan konsekuensi yang merusak moral bangsa. Intinya,
Indonesia tidak perlu mengatur isu seksual dengan hukum. Mungkin yang menjadi masalah
besar bagi kita adalah adanya pikiran yang memaksakan kehendak agar prostitusi diberantas
di Indonesia. Upaya ini yang selama ini sulit dilakukan siapa pun dan di mana pun.

Fakta lain adalah produk yang berhubungan dengan seks dapat ditemukan di mana saja dan
bahwa sebagian besar orang dapat melihat produk tersebut. Jika hukum memandang aktivitas
ini, yang melibatkan banyak orang, sebagai ilegal, berarti hukum ketinggalan zaman dan
harus diubah dan diperbarui. Indonesia sangat mungkin melakukan penataan terhadap
prostitusi. Pemerintah dapat memberikan lisensi bisnis kepada prostitusi dan menjamin
mereka yang menjajakan seks untuk memperoleh pemeriksaan kesehatan fisik dan nonfisik
sebagaimana yang dilakukan Pemerintah Belanda. Kewajiban pemerintah adalah memberikan
pelayanan kesehatan dan sosial kepada penjaja seks agar mereka terhindar dari konsekuensi
keterlibatan mereka dalam kegiatan seks komersial.

BAGIAN II

PEMBAHASAN MASALAH

A. Kebijakan Pemerintah

Kebijakan pemerintah memberi pelayanan sosial seperti ini bukan hanya memproteksi hak
perempuan, tetapi mencegah munculnya masalah sosial yang disebabkan prostitusi. Apabila
demikian adanya, lalu apakah Indonesia perlu melegalkan prostitusi? Penulis menolak tegas
gagasan legalisasi prostitusi di Indonesia, tetapi yang penulis setuju adalah bagaimana
gagasan “dekriminalisasi prostitusi” dapat diwacanakan kepada publik dan
diimplementasikan dalam regulasi pemerintah.

Gagasan dekriminalisasi dimaksud adalah memandang prostitusi sebagai suatu isu moral.
Jika dua orang dewasa mencapai kesepakatan menyangkut persetujuan mengenai seks, kita
sebaiknya tidak memandang persetujuan mereka sebagai tindak kriminal, apa pun alasannya.
Apakah kesepakatan itu melibatkan uang atau tidak. Yang perlu dicermati prostitusi
dipandang dari dimensi moral, dan pada dimensi inilah pemerintah seharusnya melakukan
kajian dan hasilnya didiseminasikan kepada masyarakat. Dengan ini, masyarakat akan
termotivasi untuk memberdayakan norma dan nilai agama dalam mengendalikan atau
menghentikan praktik prostitusi secara sistematis melalui sebuah proses jangka panjang.

Lalu bagaimana sebaiknya sikap dan tindakan kita terhadap prostitusi? Hingga sekarang,
belum ada seorang pun yang berhasil secara tuntas mendekriminalisasi prostitusi dan
mengeliminasi semua masalah yang berkaitan dengan prostitusi. Namun, jika Pemerintah
Indonesia hanya sebatas melarang kegiatan prostitusi dengan undang-undang dan regulasi
lainnya, hal itu justru akan mendorong prostitusi berlangsung secara “bawah tanah”.

Pada tahap berikutnya, prostitusi bawah tanah ini akan mendorong munculnya campur tangan
organisasi kriminal terorganisasi maupun korupsi di kalangan penegak hukum, dan muncul
masalah sosial lainnya. Sekarang sudah saatnya semua pihak, termasuk birokrat, peneliti,
akademisi, agamawan, dan praktisi, duduk bersama dan menemukan solusi efektif untuk
menyelesaikan masalah prostitusi. Kita tidak perlu menangani isu ini dengan sikap yang
terlalu emosional. Wujud dari pergeseran paradigma dan liberalisasi seksual adalah
munculnya kebijakan nasional yang mendorong pemerintah daerah membuat konsep “pusat
kesenangan seksual” dengan cara mendirikan bangunan besar dan bertingkat di pusat bisnis
di tengah-tengah kota. Akan lebih bijaksana karena dampak sosialnya paling kecil
dibandingkan dengan membangun lokalisasi wanita tunasusila (WTS) di daerah yang
bercampur baur dengan penduduk setempat.

B. Bentuk Penanganan
Dalam Convention for the Suppresion of the Traffic to Persons and of the Prostitution of
Others tahun 1949, Konvensi Penghapusan Diskriminasi terhadap Perempuan (diratifikasi
Pemerintah RI dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984) dan terakhir pada bulan
Desember 1993 oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) perdagangan perempuan serta
prostitusi paksa dimasukkan sebagai bentuk kekerasan terhadap perempuan. Hal ini
menunjukkan pengakuan bersama komunitas internasional bahwa dalam prostitusi, apa pun
bentuk dan motivasi yang melandasi, seorang perempuan yang dilacurkan adalah korban.
Yang juga ironis adalah, dari berbagai pola pendekatan terhadap prostitusi, baik upaya
penghapusan, sistem regulasi, atau pelarangan, perlindungan memadai akan hak sebagai
individu dan warga negara para perempuan korban itu masih terabaikan.

Nuansa pelanggaran hak asasi manusia (HAM) dalam penanganan masalah prostitusi selama
ini sangat tinggi. Sejak awal rekrutmen, nuansa ekonomis, kemiskinan, dan beban eksploitasi
sangat kental dialami perempuan yang dilacurkan, yang umumnya berasal dari keluarga
miskin. Setelah terjebak di dalam dunia prostitusi pun mereka tak memiliki banyak
kesempatan untuk keluar, hanya mampu berharap suatu saat jalan itu terbuka.

Di wilayah DKI Jakarta misalnya, landasan kebijakan yang digunakan aparat dalam
melakukan penertiban terhadap para perempuan yang dilacurkan adalah Peraturan Daerah
(Perda) Nomor 11 Tahun 1988 tentang Ketertiban Umum di Wilayah DKI Jakarta.
Sementara, secara substantif peraturan ini sudah bermasalah. Pada awal proses pembuatan
misalnya, masyarakat tidak dilibatkan dan tidak didengar suaranya, khususnya masukan dari
warga di sekitar lokasi prostitusi yang sebenarnya penting didengar karena mereka jugalah
yang terkena imbas praktik prostitusi dengan segala eksesnya.

Isi Perda No 11/1988 oleh banyak kalangan dipandang cenderung diskriminatif dan bias kelas,
karena yang menjadi sasaran penertiban kebanyakan mereka yang beroperasi di jalan dengan
alasan melanggar ketertiban umum. Sementara di diskotek, pub, klab malam eksklusif, dan
hotel berbintang yang terselubung, alasan penertiban hanyalah pelanggaran jam buka tempat
hiburan, dan itu pun bisa “diatur”. Di pihak lain, dari kelompok yang memakai bendera
agama, penggerebekan dilakukan sepihak, sering tidak manusiawi, destruktif tanpa pandang
bulu, bahkan cenderung main hakim sendiri. Padahal, agama mengajarkan manusia berbuat
baik, termasuk pada perempuan yang dilacurkan, yang seharusnya justru dibimbing yang
benar.

Upaya penghapusan lokalisasi yang marak beberapa tahun terakhir justru membuat “kantung-
kantung” prostitusi baru makin menyebar dan tak terpantau. Termasuk risiko terkena
HIV/AIDS yang sulit dikontrol karena pemeriksaan rutin pada para perempuan yang
dilacurkan di lokalisasi terhenti. Hak-hak mereka atas pelayanan kesehatan yang memadai
kian terabaikan. Apalagi jika diketahui, sebagai pengidap AIDS atau HIV positif, kekerasan
yang dialami akan semakin berlipat, termasuk terhadap anggota keluarga korban.

Saat aparat melakukan penertiban, sering terjadi salah tangkap karena ada asumsi bahwa
setiap perempuan yang keluar pada malam hari adalah perempuan nakal, sementara laki-laki
yang keluyuran malam hari tak pernah dipersoalkan. Nuansa bias jender di sini terjadi selain
dalam bentuk stigmatisasi, juga diskriminasi, karena jarang laki-laki sebagai konsumen,
germo atau mucikari, serta pengusaha tempat prostitusi ditangkap dan diproses secara hukum.
Kalaupun ada laki-laki yang tertangkap, aparat hanya mendata, memberi penyuluhan, dan
menyuruh pulang. Sementara para perempuan yang terjaring, didata, diberi penyuluhan dan
disuruh membayar denda, atau dimasukkan ke panti rehabilitasi selama beberapa bulan.
Mereka juga sangat rentan pelecehan seksual oleh aparat selama proses penertiban.

C. Pendekatan Kemanusiaan

Pendekatan kemanusiaan terhadap masalah apa pun adalah suatu hal universal. Apalagi
terhadap masalah yang sangat kental nuansa pelanggaran HAM-nya, seperti prostitusi.
Selama ini pendekatan yang digunakan, khususnya oleh pemerintah, masih belum manusiawi.
Untuk itu ada beberapa hal yang patut diperhatikan.

Pertama, pendekatan keamanan dan ketertiban yang legalistik-formil dan militeristik, seperti
yang digunakan aparat keamanan dan ketertiban (tramtib), tidak menyelesaikan masalah.
Kalaupun dilakukan penertiban prostitusi, haruslah penertiban yang women-friendly dengan
pendekatan kemanusiaan. Pendekatan dalam Perda No 11/1988 adalah abolisionis yang
memandang perempuan yang dilacurkan sebagai kriminal, padahal dia merupakan korban
mata rantai sistemik feminisasi kemiskinan dan marjinalisasi perempuan. Konsep atau
pendekatan penertiban haruslah memasukkan unsur-unsur HAM, termasuk dalam kurikulum
pendidikan para polisi pamong praja atau aparat lain.

Kedua, penyelesaian persoalan harus sampai ke akar persoalan, holistik, dan integratif.
Termasuk memberi penyadaran, mulai dari pola pikir aparat, masyarakat, rohaniwan, sampai
sikap dan perilaku bahwa perempuan yang dilacurkan adalah korban. Bersama-sama kita
bahu-membahu mencari solusi persoalan, memberi bekal para perempuan yang dilacurkan
untuk menopang ekonomi keluarga berupa kemampuan baca- tulis, keterampilan rias wajah,
menyamak kulit, menjahit, wirausaha, atau inisiatif lain yang patut dihargai dan didukung.

Ketiga, penggunaan berbagai istilah yang menyudutkan mereka, seperti sampah masyarakat,
penyakit masyarakat, dan penyandang masalah kesejahteraan sosial, harus dihentikan.
Stigmatisasi korban yang tercetus dalam penggunaan bahasa semacam ini yang juga termin
dalam kebijakan pemerintah, harus dihapuskan.

Keempat, mulai sejak kurikulum pendidikan calon petugas tramtib, penggunaan pola
militeristik yang menonjolkan kekerasan harus dihapus. Yang kemudian melakukan
penertiban, diharapkan bukan hanya aparat laki-laki, tetapi juga perempuan dengan jumlah
proporsional. Jangan kemudian mereka hanya menjadi pelengkap, apalagi “pajangan”.
Karena perempuan yang dilacurkan rentan pelecehan seksual, maka perlindungan saksi
pelapor juga diperlukan. Kerja sama dan pengawasan ketat bersama pemerintah daerah asal
dalam pemulangan juga diperlukan untuk menghindari agar tidak semata-mata menjadi
proyek pemulangan saja.

D. Upaya Pendekatan Keagamaan

Adalah baik dan terpuji bahwa masyarakat, khususnya para pelaku dunia prostitusi,
diharapkan beriman dan taqwa terhadap Tuhan. Dalam hal ini tidak perlu ada kontroversi.
Percaya kepada Tuhan dan taat pada-Nya merupakan sikap manusia yang amat bagus dan
aman. Namun hal ini belum tentu betul mengenai omongan tentang iman dan taqwa. Jangan-
jangan omongan imtaq menjadi tabir asap untuk menghindar dari menyebutkan masalah-
masalah konkret yang ada. Kalau iman dan taqwa hanya berarti, misalnya untuk orang Islam
(Pria atau wanita), ingat kepada-NYA hanya saat sedang mengalami kesusahan, tetapi saat
senang lupa akan kodratnya sebagai Mahluk ciptaan-NYA yang harus selalu beriman dan
mentaati segala perintah dan menjauhi segala larangan dariNYA. Jadi, seperti di mana-mana
iman dan taqwa, itu hanya berguna apabila sikap-sikap yang memang diperlukan, ciri-ciri
hukum, yang mau dikembangkan, dijadikan fokus secara eksplisit. Kalau tidak, kita menipu
diri dan omongan tentang imtaq malah menjadi hipokrit. Iman dan taqwa harus merupakan
sikap batin yang pertama-tama kelihatan dalam cara orang membawa diri terhadap orang lain:
Menghormati identitasnya, tidak mengancamnya, adil, tidak menipunya, selalu membawa diri
secara beradab, solidaritas nyata dengan mereka yang menderita, lintas golongan, jujur,
rendah hati, mampu melihat kelemahannya sendiri. Orang macam itulah yang betul-betul
beriman, betul-betul taqwa.

E. Upaya Penghapusan Prostitusi

Berbagai upaya telah dilakukan untuk menghapuskan prostitusi, tetapi tetap saja ada dan
tidak dapat dihilangkan, mengingat praktek prostitusi itu telah sama tuanya dengan kehidupan
manusia sendiri. sampai sekarang kebanyakan masyarakat yang menganggap dirinya suci,
bersih, dan bermoral terus mengecam dan mencemooh para pelaku prostitusi itu dan
berupaya untuk menghilangkannya. “Upaya seperti itu adalah tidak mungkin, naif dan
‘absurd’. Namun bukan berarti dengan begitu kita semua dapat membiarkan prostitusi terus
berlangsung di sekitar kita.

pandangan bahwa prostitusi merupakan perilaku kotor dan tidak bermoral serta salah satu
penyakit sosial adalah fakta yang tidak dapat terbantahkan pula. “Tapi tidak mungkin pula
untuk menghapuskan prostitusi adalah juga fakta tidak terbantahkan. Karena itu, penanganan
prostitusi tidak dapat dilakukan secara sembarangan dan tidak hanya melihat berdasarkan
aspek moral semata. Prostitusi adalah persoalan yang rumit dan terkait aspek sosial, budaya,
ekonomi, politik serta moral dan agama. upaya menanggulangi prostitusi hanya dengan
pendekatan moral dan agama adalah naif dan tidak akan menyelesaikan masalah itu.

Diibaratkan, seperti memberi makanan kering kepada orang yang sedang kehausan.
Pemerintah bersama seluruh masyarakat disarankan untuk menggunakan pendekatan sosial,
budaya, ekonomi, politik selain moral dan agama untuk mencari penyelesaian serta
menjawab persoalan prostitusi secara komprehensif. Setidaknya, upaya itu dapat menekan
dan meminimalkan perilaku prostitusi yang berkembang dalam masyarakat luas dengan tidak
selalu menyalahkan perempuan sebagai pelaku dan penyebab prostitusi padahal lelaki yang
banyak memanfaatkannya.

BAGIAN III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Di tengah masyarakat ada dua pendapat yang bertentangan, disatu sisi prilaku prostitusi
melanggar nilai-nilai moral (perbuatan tercela), disisi lain prilaku ini ditolerir demi nilai
ekonomi (perbuatan menguntungkan). yaitu dapat terpenuhinya kebutuhan ekonomi keluarga
dan kebutuhan laki-laki yang menginginkannya. Disamping itu juga prostitusi dilatar
belakangi oleh faktor kemiskinan, dimana kemiskinan merupakan suatu keadaan, sering
dihubungkan dengan kebutuhan, kesulitan dan kekurangan di berbagai keadaan hidup.
Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang
lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari
sudut ilmiah yang telah mapan, dengan rendahnya pendidikan, iman dan taqwa yang lemah
maka setiap orang akan melakukan apa saja demi mempertahankan kelangsungan hidupnya,
termasuk MELACUR.

B. Saran

Apa pun bentuknya, dalam prostitusi, perempuan yang dilacurkan adalah korban yang berhak
atas perlakuan manusiawi karena mereka sama seperti kita. Keberpihakan itu tidak berarti
kita menyetujui prostitusi, tetapi mencoba memberi nuansa pendekatan yang
berperikemanusiaan.

Janganlah kita melihat, menilai, apalagi menghakimi hitam-putih, baik-buruknya seseorang


dari apa yang ia lakukan. Urusan benar-salah, dosa-tidak dosa, adalah urusan manusia dengan
Tuhan-nya. Bagaimanapun, niat bertobat dalam hati para perempuan yang dilacurkan lebih
patut dihargai jika dibandingkan dengan para koruptor berdasi dan dihormati yang diam-diam
memakan uang rakyat banyak.

masyarakat bila digerakkan, dan bekerja sama dengan pihak-pihak terkait akan mampu
melakukan tindak pencegahan dan penanggulanggan prilaku prostitusi di lingkungannya.

15 Comments »

15 Responses

1. on November 9, 2009 at 5:25 am | Reply ervina damaniik

Makalahnya bagus ya….


Thankx ya informasinya,,,,,

2. on January 11, 2010 at 6:38 am | Reply tiena

Thanks banget aku dah dapet contekannya

3. on February 12, 2010 at 1:48 am | Reply PCK


Bro.. this is great !!
keren bangeeettt!!!

4. on April 10, 2010 at 4:16 pm | Reply

Tidak setuju dengan legalisasi zina di Indonesia

Kenapa demikian, karena begini lho :

1. Membantu dan mendukung perluasan penyakit menular seksual alias pms. Korban bisa
dari orang tidak berdosa yang tertular suami/istri atau orang di sekitarnya.

2. Mendukung perilaku sesat dan menyimpang


Dari sisi agama sudah haram dengan ganjaran dosa besar. Para pembuat kebijakan itu pun
stelah mati bisa langsung dapat kavling di neraka jahannam.

3. Mendukung perilaku sesat dan menyimpang


Prostitusi bisa berkembang ke prostitusi sesama jenis yang menjijikkan serta perilaku
menyimpang lain.

4. Banyak generasi muda yang bercita-cita jadi pelacur agar bisa cepat kaya
Apa jadinya apabila ini terjadi di negara kita?

5. Perubahan sikap dan perilaku masyarakat


Yang tadinya zinah sembunyi-sembunyi nantinya bisa dengan bangga dan terbuka berzina.
Mental free sex atau seks bebas akan berkembang menghancurkan masyarakat.

6. Efek yang mirip rokok


Bikin orang ketagihan dan resiko tinggi terkena penyakit mematikan dengan biaya
pengobatan dan perawatan yang tinggi menguntungkan rumah sakit komersil.

dan masih banyak lagi efek negatif lain dibandingkan dampak positif.

dampak / efek positif dari pelacuran bebas dan legal adalah pemasukan negara dari uang
lendir yang tidak barokah untuk membangun bangsa ala kadarnya dan sebagian masuk ke
rekening oknum korup.

 reply

Sat, 06/09/2008 - 8:24am — Tamu

kok di legalkan sich,,,,!!!!


waduh gawat dong klu prostitusi/pelacuran di legalkan,,,,
ap kata dunia klu hal2 yang buruk harus di legalkan,,,bangsa ini kan g 1 atau 2 orang
aja,masih banyak anak2 yang mengisi di bangsa ini untuk masa depan,,, ya klu seandainya
prostitusi di legalkan entar penerusnya banyak yng jadi pcun dong,,mana skr aja lewat media
electronic aja bisa lhat gambar atau sesuatu yang saru untuk di lihat apa lagi pndistribusinya
bebas k'mana2,apalagi prostitusi di legalkan apa jadinya bangsa ini,banyak dampak buruknya
mendingan g usah,,,lagian sma agama kan g boleh,,,,,,,,,,gtu,,,?????????

 reply

Sat, 06/09/2008 - 10:48am — Tamu

Dilegalkan???? ga' banget dewh!!!

Assalamu'alaikum...
g sekedar jawab forum ini
tapi geram hati saya kalo mendengar kata prostitusi sendiri.
ko kayaknya Indonesia dah benar-benar harus dikasihani ya? secara yang bikin legal kan
orang-orang atas, giman amau maju yang di atas juga ga bisa jadi tauladan.
jadi jangankan dilegalakan, adanya prostitusi aja harus dihilangkan.

 reply

Sun, 07/09/2008 - 7:48am — Tamu

Sangat Tidak setuju......!!!!! Kalau dilegalkan

Menurut saya Prostitusi di indonesia harus di hilang dan hukum bener2 di tegakkan
demi masa depan anak2 kita juga, gimana jadinya masa depan anak2 jika kita selaku orang
tua
atau orang2 dewasa sudah berada dijalan yang salah. untuk itu sebelum telanjur mari kita
berbenah diri
sebelum semua terlanjur.

 reply

Sun, 07/09/2008 - 12:06pm — Tamu

N0 Coment

mau dilegalkan silahkan, mau tidak ya silahkan. semua itu nanti ada akibatnya.

 reply

Sun, 07/09/2008 - 12:57pm — Tamu

aPE KATE LU DaH!!!!!!!!!!!!!!!!!!!


legalan ato gak sama aja skrg.....
gak di legalkan aja dah banyak bentuk prostitusi terselubung, dari pada diem2 tapi ada yang
backngn mendingan sekalian aja ... lagi pula khusus penegak hukum, bukannya ditindak,
malah jadiin cara dapatin "sopoi".
coba di pikir, itu dah sama aja melegalkan secara diam2.

semua tergantung dari hati masing2, kalo emang niat baik... buat apa takut ama hal gituan. gw
rasa gak banya ngaruh kalo di legalkan, dibanding skrg....
emang dah busuk hatinya mao di atur gimana tetap aja banyak cara cari cela buat mesum...

 reply

Sun, 07/09/2008 - 1:20pm — Tamu

legal? yg brni melegalkan gue begal ok!

jiah onar petinggi sapa lg tu? ngaca dunk! mo g gwe ajarin cr taubat... tolng bc tlsn ne
beraktifitaslah untk duniamu seolah olah km akn hdp slmanya.dan beraktfitslah utk akhrtmu
seakan esok km akan mati..
apa pemrnth dah psn trlnjr beli tiket jahanam?

 reply

Fri, 26/09/2008 - 6:58am — Tamu

Haa... bukannya emang dah legal??

Setahu gw sih... prostitusi itu udah legal kok di Indonesia... still a bit shady, tapi udah diakui
ama pemerintah, bahkan dikenai pajak sebagai sebuah bisnis...

Well, menurut gw, sama seperti judi, mau dilarang, dibasmi dan dibakar sekalipun, judi dan
prostitusi itu ga akan ada matinya, jadi daripada PSK berkeliaran di tengah kota atau dekat
permukiman, mendingan mereka dilokalisasikan sekalian di pinggiran... sekalian supaya
kondisi kesehatannya bisa lebih terpantau daripada nyebarin STD di tengah kota, iya nggak?

Hampir semua negara maju dan negara sekuler, mengambil tindakan yang sama kok, dan
apapun itu, negara kita juga negara yang berbasis sekuler kan?

 reply

Fri, 26/09/2008 - 11:45pm — Tamu

LEGAL lebih baik

Pelacuran or prostitusi juga tempat mencari Nafkah


Pelacuran dan Prostitusi juga tempat mencari penyakit
Pelacuran dan Prostitusi juga bisa jadi devisa negara ?
drpd terselubung mending dibuka sekalian biar anak,cucu gw tau bahwa "itu" loh prostitusi
dan "ini" loh resikonya .......sebetulnya kalau dari kecil kita dibiasakan untuk tahu bahwa seks
sembarangan berisiko tinggi... niscaya kalau sudah mengerti pasti ga penasaran dan tidak
merasa aneh (tabu, dsbnya)... setuju kalau dilegalkan dan di kumpulkan sesuai kumpulannya
tidak berbaur dengan masyarakat biar ketauan siapa yang "doyan" bolak balik ! kalau perlu
dibikin member card ... supaya kalo kedokter dokternya ga bingung ni penyakit darimana
yahhh...............

apakah masa depan anak2 kita akan suram kalo dilegalkan ???? weh hanya org yg terlalu
takut yg berpikiran begini !!! kalo gw gw ajarain anak2 gw tentang pendidikan seks supaya
mengerti "lw kalo berbuat berarti tanggung sendiri nih contohnya dah banyak !!!" .......

ilustrasi : kalau dari kecil hingga dewasa kita biasa melihat orang telanjang bugil bulat ga
pake apa2... apakah kita selalu horny dan berpikir yang bukan2 ???? gw yakin yg ada
dipikiran... "ah biasa aja ! ga aneh"

MERDEKA INDONESIA !!! JADI LEBIH DEWASA PIKIRAN MANUSIA2 NYA !!!!

 reply

Sat, 27/09/2008 - 12:33am — Tamu

LEGALIZE IT

legal kan aja...manusia kan punya hak untuk berpikir,memilih dan bertindak...itu adalah
pilihan masing-masing individu..kita bisa aja protes tapi apakh kita merasakan susahnya
mencari uang bagi para wts,apakah kita merasakan kesedihan mereka mencari kerja,apakah
kita merasakan background/latar belakang kenapa mereka memilih itu...hanya ada 2
alasannya..karena terpaksa (tidak punya pilihan) dan karena mereka betul2 menikmati
bertanggung awab..jadi jika kita melarangnya adakah ada yang berani
menanggungnya???adakah yang bisa menjamin bersedia memberi mereka
pekerjaan,makanan dan penghasilan...........bahkan negara ja tidak bisa melakukan itu..jadi
hidup adalh pilihan teman...support each other, karena kita semua emang beda

 reply

Sat, 27/09/2008 - 5:07am — Tamu

sudah legal

mas... sudah lama legal loh... kemana aja....

 reply

Sat, 27/09/2008 - 12:01pm — Tamu

sebagian dana pembangunan bersumber dari uang lendir

banyak lo tempat-tempat hiburan seperti panti pijat, spa, diskotik, executive club, bar,
karaoke, dan lain sebagainya memberikan layanan plus-plus esek-esek bagi para konsumen
mereka baik secara langsung terang-terangan maupun secara sembunyi-sembunyi. bisnis
seperti ini tidak akan pernah mati untuk para hedonis pengejar kenikmatan dunia / duniawi
dan pengejar siksa neraka. jadi sudah jelas bahwa prostitusi secara tidak langsung adalah
legal di beberapa tempat di indonesia karena penyedia lokalisasi prostitusi itu pada bayar
pajak dan pemerintah justru malah terlihat senang. memang negara yang aneh.

 reply

Sat, 27/09/2008 - 5:01pm — cutputrikarinaatikah

prostitusi

mau jadi apa indonesia klo prostitusi dilegalkan

 reply

Sun, 28/09/2008 - 5:06pm — Tamu

sepakat legal

jika diberangus apa ada solusinya buat mereka yang juga korban laki-laki. apa kalian semua
tahu bagaimana menderitanya mereka. memang dilihat dari sudut pandang religi sih dosa tapi
dosa mana dengan menghancurkan kehidupan manusia lain. apa tidak pernah terpikirkan
bagaimana jika hal itu menimpa kita sendiri..mau tahu rasanya..makanya coba survei
kelokasi...sebenarnya mereka itu juga sakit lho...tapi apa daya gak ada pekerjaan. kalian mau
kasih kerja mereka...ayo jawab..jangan bilang itu tugas pemerintah..inimtugas kita
semua..jangan hanya bilang itu zina, najis dan lain-lain solusinya bagaimana....bangsa ini
menjadi tidak maju lha pakaian aja mau diatur..jangan-jangan nanti kita mau kencing aja
diatur..duh kasihan bangsa ini. atauu wakil kita sudah gak mampu ngurus negara yang rumit
ini ya.......sampai baju atau pakaian aja mau ada undang-undangnya....he..he..he.....
jika aku nih biarkan aja taoh sebelum kita lahir sejak jaman nabi adam dahulu....sudah ada
namanya prostitusi...kok. mau di larang gimana...laki-laki aja yang kurang puas...makanya
bikin prinsip hidup monogami..jadi gak lirik kemana-mana...itu baru prostitusi gak laku
dijual...setuju...atau tidak setuju terserah anda......

 reply

Sun, 28/09/2008 - 11:16pm — Tamu

setuju-tidak setuju, bukan itu masalahnya

para pakar yang budiman,


setuju atau tidak setuju tentang legalisasi prostitusi, hemat saya tergantung orientasinya apa,
sederhana saja kita ambil logika, kalau dilarang, siapa yang mau mengatur larangannya
dengan benar, toh hari ini juga pemerintah masih setengah-setengah melarangnya, hanya
karena sebagian pejabat kita adalah langganan tetap prostitusi, dan tidak bisa dipungkiri
salah-satu sebab pejabat doyan rapat-rapat yang gak jelas atau wisata dengan alasan
kunjungan kerja atau studi banding, nyata-nyatanya mereka memboyong "perek".

dan untuk saudara pakar yang setuju di legalkan dengan alasan mereka gak punya pekerjaan
lain, saya benar-benar tidak habis pikir dengan cara pandang anda, dan jika anda terlalu
pusing dengan teori, cobalah berfikir sederhana, apa yang anda rasakan jika anak anda sendiri
atau istri atau saudara perempuan anda adalah PSK,

perlu kita sadari ini semua adalah ekses dari kegagalan patform hukum yang kita anut,
kenapa?
sederhana saja, karena hukum yang kita anut adalah hukum kebo bingung, yang
menkompilasi sana-sini tanpa jelas ujung pangkalnya,

ok, kita perjelas ya,


katakan saja negara kita terdiri dari orang-orang permisif yang membolehkan apa saja demi
kesenangan individu, dengan alasan hidup itu layak dinikmati, meski dengan cara-cara
rendahan,
lalu kenapa tidak kita anut saja liberalisme secara total, sehingga akan jelas reward and
funishmen-nya.

atau katakan saja negara kita terdiri dari orang-orang islam yang taat, lalu kenapa tidak kita
terapkan hukum islam. toh sudah terbukti berhasil pada jaman rosululloh, yang mampu
menjadikan hukum islam sebagai rahmatan lilalamin,

 reply

Fri, 03/10/2008 - 12:39pm — abrosia

melegalkan prostitusi??????

saya setuju kalo ada yang ingin melegalkan prostitusi di indonesia.


eit jangan salah sangka dulu.....
bukan berarti saya setuju dengan perajalelaan prostitusi.. tapi
menurut saya budaya orang indonesia adalah melakukan hal-hal yang tidak legal. prostitusi
kan ilegal..... kali aja kalo dilegalin malah gak doyang......

 reply

Fri, 03/10/2008 - 2:57pm — Tamu

prostitusi???????

kalo di legalkan , yang jadi pelaku prostitusi tuh ibu kamu, kakak,adik,bibi,nenek,sodara2 km,
temen kamu,sobat km,pacar km, isteri kamu.dari segi aga jelas dilarang, bagaimana dengan
hati kamu jika prostitusi legal, dan pelakunya adalah;ibu kamu,
kakak,adik,bibi,nenek,sodara2 km, temen kamu,sobat km,pacar km, isteri kamu,sedih yaaa,
sakit hati kita kan, di pake rame-rame.ibu kamu dipake temen kamu,isteri kamu sama bapak
kamu, pacar kamu sam sodara kamu, di pake giliran, sediiiihhh, kan?

 reply

Thu, 09/10/2008 - 2:03pm — Tamu

Jangan Munafik
Mending di-legal-kan. Setelah itu secara bertahap, dibatasi dan dikurangi.
Dengan di-legal-kan berarti PSK akan diawasi dan dimonitor dan harus turut aturan yang
berlaku. Kesehatan diperiksa, yang memiliki penyakit menular tidak boleh berpraktek.

Pajak yang diterima negara digunakan untuk menyantuni korban bencana seperti: Lumpur
Lapindo Brantas.
Dan pajak prostitusi juga digunakan untuk mengurangi pertumbuhan prostitusi itu sendiri,
seperti pendidikan seks yang bertanggungjawab, program sosial yang mendukung
keharmonisan keluarga dan penyerapan pengangguran supaya tidak beralih menjadi PSK.

Jadi, marilah berpikir secara rasional, dan jangan mudah terhasut / menghanyutkan diri
sendiri dengan emosi berdalih keagamaan dan lain sebagainya.

 reply

Thu, 09/10/2008 - 6:43pm — Tamu

So what

No problem

 reply

Fri, 10/10/2008 - 10:13am — Tamu

Tegakkan Hukum (cuma jargon doang sih sekarang??)

Apapun yang dilegalkan, mau prostitusi kek, judi kek, rumah minum kek semua tergantung
praktik hukumnya. TEGAS! DISIPLIN!
Apa yang sudah dianggap sebagai hukum yang berlaku jalankan dong. LALIN Berantakan...
UU dibikin tapi tunggu JUKLAK... Hukum mati dijatuhkan tapi gak dieksekusi... tunggu
bertahun-tahun sampai terdakwa dapet remisi berkali-kali?? Masuk kantor telat telepon temen
minta di print-in kartu presensi.

Sanggup gak masyarakatnya dan pengawas taat pada perjanjian hukum yang berlaku?
TANPA TOLERANSI!
kalo sanggup silakan! kalo nggak.... mati aja lu! Gak akan pernah beres...

Dari yang paling kecil aja deh... di rumah kita dulu taat hukum gak... jujur gak...

 reply

Fri, 10/10/2008 - 3:33pm — Tamu

pusing deh

kalau laki laki legal nga legal kalau doyan pasti cari kemana mana. jadi percuma aja
didebatkan, dan juga perempuannya dengan alasan cari kerjaan susah banyak kerjaan yang
halal , karena mau dapat duit banyak dan gampang dan enak lagi .bohong kalau dengan
alasan apapun juga,kalau aku juga nga punya malu dengan yg lain aku juga mau jadi psk,
kenapoa nga enak koq ,duit nya juga gede yakan.selama ada psk banyak laki yg cari kalau
susah nga ada psk lelaki jadi lebih sulit untuk berbuat yg nga bener.kalau dibiarkan justru
membuka jalan buat laki laki. kasihankan istrinya kena penyakit dan banyak yg berantakan.

 reply

Fri, 10/10/2008 - 7:52pm — Tamu

Setuju tidak kalau prostitusi /pelacuran di Indonesia dilegalkan

Menurut saya istilah dilegalkan terlalu ektreem, akan lebih bijaksana diatur lewat undang-
undang yang bijaksana: tidak merugikan pelaku prostitusi maupun lingkungan/masyarakat.
Secara teori minimalis: sitik eding! Aturan itu diantaranya: lokalisasi, pengawasan yang ketat
hingga tak terjadi expoitation de lomparlon antara penyelenggara/pelaku prostitusi,
penggunaan masukan/izin lokalisasi dimanfaatkan untuk kebutuhan lingkungan/kesehatan
pelaku prostitusi dan berbagai kegiatan memberastas penyakit masyarakat, hanya orang
tertentu yang diizinkan masuk ke lokalisasi. Sementara itu: pelanggaran harus dikenakan
sangsi yang sangat berat, misalnya: mereka yang melakukan prostitusi di luar wilayah yang
telah mendapatkan izin, memaksa/menipu seseorang untuk melakukan/terlibat dalam
kegiatan prostitusi dll yang langsung atau tak langsung merugikan masyarakat.
Pendapat saya ini atas dasar kegiatan prostitusi liar yang tak terkontrol justru akan sangat
merugikan masyarakat. Untuk "membunuh" kegiatan ini hanya dapat dilakukan dengan
tindakan yang kurang manusiawi, misalnya merejam pelaku didepan umum, memotong alat
vital lelaki yang melakukan zina dll.

 reply

Fri, 10/10/2008 - 10:51pm — Tamu

boleh aja tuh......knapa nggak? kan ada alasannya

kalo setauku sih...kata orang2 yang sudah berpengalaman....kalo cowok udah menikah selama
bertahun-tahun....dan setiap hr melakukan hubungan suami istri dengan istrinya terus-
menerus,cowok itu bakal jenuh...dan membutuhkan sebuah sensasi yang baru...lha,untuk
mendapatkan sensasi baru itu,maka para cowok (suami2) pergi k tempat2 prostitusi....jadi
setelah melakukan hubungan suami istri dengan para "cewex" itu...suami2 jadi lebih
bersemangat lagi ama istrinya...soalnya bisa membayangkan "cewex" tersebut...
ini sepengetahuan saya....untuk lebih jelasnya biar cowok2 berkomentar....sekian...thanx

 reply

Sat, 11/10/2008 - 7:43pm — Tamu

SETUJUU.....

nice solution.....
tapi hukumannya jangan terlalu kejam.
yang penting memiliki efek jera alias kapok.
misal: diarak bugil sambil diberi tulisan "saya adalah BINATANG", karena hanya binatang
saja yang melegalkan sex bebas. so, kalau ada yang SETUJU dengan yang namanya FREE
SEX, status keMANUSIAannya perlu dipertanyakan tuh....
thx

 reply

Sun, 12/10/2008 - 2:41pm — Tamu

semua tergantung orangnya

mo legal mo ga sama aja.sekarang tergantung orang yang menjalaninya,mo ditentang juga


mubazir karna akhirnya akan gelap2an.mo dukung ingat akibatnya. jadi terserah lo aja........
ingat.... putih tak kan ada bila tak ada hitam.timur tak kan ada bila tak ada barat.semua itu
adalah hal yang memang harus ada dan tak bisa di hindari apalagi dibrantas.ampe dunia
kiamat ga bakalan bisa.................................

 reply

Sun, 12/10/2008 - 2:45pm — Tamu

emang lo lbh kuasa dari

emang lo lbh kuasa dari tuhan????????????????


barat tak khan ada bila tak ada timur
siang tak kan ada bila tak ada malam
baik tak kan ada bila tak ada jahat
itu emang takdir

 reply

Tue, 15/09/2009 - 11:04am — Tamu

g buwanget deh........

menurut saya apa jadinya kalau prostitusi di legalkan.

 reply

Fri, 15/01/2010 - 2:44pm — Tamu

setuju2 saja..

gw setuju prostitusi dilegalkan. bukan krn atas alasan itu hak dy mw banderol-banderol
onderdil ato dy mlakukan itu krn terpaksa ato gmn, cuma faktanya mreka skrg ada. dan
mreka ga diperlakukan secara layak dan manusiawi, kerja seharian tanpa upah minimum,
bahkan srg disiksa tanpa bayaran, krn mreka dipaksa/diancam. nah bg gw mengapa prostitusi
ini dilegalkan murni spy kt bs kasi perlindungan hukum ke pekerja2 itu, supaya pelanggan ga
seenaknya nyiksa pekerja. saat ini, pekerja yg dirugikan ga bs melapor kekerasan yg terjadi
sm dy, krn bgitu mreka melapor mreka malah ditangkap, ya krn melakukan prostitusi itu. ad
yg slh sm negara ini. klo mw stop prostitusi ya hentikan konsumennya, otomatis nanti
produsen jg akan gulung tikar. apa gunanya razia pekerja, toh nanti bgitu bebas mreka balik
ke kerjany semula, krn konsumennya masih ada. jd mnrt saya prtanyaanny bukan
legal/ilegalkan prostitusi, tapi kalo mw mmg tuntas, tindak semua yg tertangkap mnjdi
pelanggan. pelanggan habis, otomatis pekerja akan terpaksa mncari pekerjaan lain yg lbh
halal toh?

 reply

Sun, 24/01/2010 - 10:26am — Tamu

Ah...YAng bener aja....!!!!

Untukyg haus sex...dan menururuti hawa nafsu binatangnya sih ...wah pasti seneng bgt
tuh...:-(

Tapi

Udah lah...dunia ini udah tuek..dan udahlah intinya gw kagak setuju....

 reply

Tue, 26/01/2010 - 8:26am — Tamu

???

tidak setuju banged!!!

 reply

Thu, 18/02/2010 - 7:15am — Tamu

Prostitusi Indonesia

Halo !
Aku perancis dan Aku ingin tahu : Pelacuran legal itu Indonesia ?

terima kasih atas tanggapan Anda


sampai jumpa =)

Amandine

 reply

Sat, 20/02/2010 - 7:24am — Tamu

psk dan kawin sirri


secara bersamaan pemerintah akan menertibkan pernikahan sirri. salah satu alasannya adalah
agar hak-hak perempuan terlindungi. menurut anda lebih banyak mana antara mereka yang
nikah sirri dengan jmlah PSK???
sebaiknya PSK juga diatur dan dilindungi hak-haknya...

 reply

Sat, 20/02/2010 - 7:33am — Tamu

setuju banget

iya... seharusnya kita berpikir rasional... melihat fakta di lapangan, bukan sok suci dan tidak
mau peduli

 reply

Sat, 20/02/2010 - 1:23pm — Tamu

mau jadi apa bangsa ini

semakin dilegalkan semakin hancur moral dan etika para penghuni bangsa ini

 reply

Sat, 20/02/2010 - 3:22pm — Tandyo Anant Handoyo

Tidak

Tidak

 reply

Sat, 20/02/2010 - 3:36pm — Yonathan Erlandio

50 50

melakuan sesuatu yang baik pasti mendapat kebaikan..


melakukan sesuatu yang buruk pasti mendapatkan akibat yang setimpal....
kalo dalam 5 ajaran agama tempat pelacuran adalah tempat yang berdosa ...
tempat yang menjadi cobaaan bagi orang yang beriman....
kenapa katakan tidak untuk melegalkannya kalo anda2 semua punya iman yang kuat ....
Tuhan tidak buta ...
Semua itu gampang ..
Sadari diri sendiri.....
seberapa banyak hal baik yang pernah anda lakukan dan masih teringat dalam benak....
dan berapa banyak kesalahan yang anda perbuat yang masih teringat di benak anda....
itulah level iman anda ....

 reply
Sat, 20/03/2010 - 2:11am — Tamu

ketahuan = HARAM, kalau tidak ketahuan = HALAL apa bedanya ????

SEMUANYA ITU KEMBALI PADA MANUSIANYA SAJA LAH .......


tak ada manusia yg suci didunia ini ....
semua ada baik dan buruknya ...
coba dipikirkan nasib mereka dan jgn pernah membandingkannya dengan kehidupan orang
yg berkecukupan ...
bagaimana bisa diatur ? kalau alasannya melacurkan diri untuk beli susu anak ....
( siapa pula yg mau tiap minggu keluar uang susu untuk anak2 mereka ? kamu,aku atau
pemerintah ? )
solusinya ? suruh kerja halal ? mana cukup buat makan dan mana mungkin diterima kalau
cuma lulusan sd ?
mau kasih BLT lagi ? musti brp banyak duit yg mau dikucurkan dari pemerintah ?
sistem indonesia kalau ketahuan = HARAM, kalau tidak ketahuan = HALAL
pikirkan benar2 nasib mereka dari kehidupan mereka jangan dibandingkan dengan kehidupan
kita .
mereka ingin mendapatkan kehidupan layak tetapi tidak bisa menjadi seperti kita dan kita
juga berusaha dan enggan menjadi mereka .
majulah indonesia majulah negeriku
contoh : malaysia saja yang sangat fanatik itu bisa mendirikan genting tempat judi untuk turis
dan juga ada prostisusi disana ... ( mengapa kita tidak ? )
anak bangsa hendaklah berpikir lebih matang dan jauh kedepan .... bangsa lain selalu
memikirkan masalah2 kedepan ,kita malah selalu memikirkan masalah kemaren2 jadi kapan
bisa maju negara ini .... hahaha
TUHAN MENCIPTAKAN MANUSIA SANGAT ADIL DAN BIJAKSANA
contoh : kamu kerja 2 x 24 jam dikasi gaji 100rb, sedangkan yg lain kerja 1 x 24 jam dikasi
100rb menurut kamu adil apa tidak ? jawabnya tentu tidak kan ... kenapa ? karena kamu kerja
lebih cape
contoh lagi : kamu kerja 2 jam dikasi gaji 100rb pake tenaga dan pikiran, yg lain kerja 24jam
dikasi 100rb menurut adil nga ? tentunya adil donk ...kenapa ? karna kamu bekerja tidak
hanya dengan tenaga tetapi dilakukan dengan berpikir juga bukan ? tetapi bagi yang lain tidak
akan adil ... kenapa ? nah ditulah problemnya . semua persoalan tergantung bagaimana orang
itu menilainya ... so be the best saja buat kemajuan negaramu key !!!

 reply

Sat, 17/04/2010 - 8:57pm — Tamu

Perjudian dan Prostistusi

Perjudian dan Prostistusi adadalah hal tertua yang pernah ada di dunia. Dan apakah sampai
sekarang dapat DIBASMI atau setidaknya DICEGAH ? Jawablah dengan nurani anda sendiri,
dan utarakan solusi yang masuk akal untuk mengatasi permasalahan purba manusia ini
apabila anda merasa hal tersebut bukanlah hal yang patut ada di dunia, terutama di
Indonesia...

Saya benar-benar ingin mengetahui solusi yang anda ingin kemukakan. Karena tindakan
adalah hal yang paling utama daripada hanya sebuah isapan jempol belaka. Terima kasih.
 reply

Tue, 15/06/2010 - 10:46am — Tamu

Lebih baik dilegalkan

Lebih baik dilegalkan dari pada munafik.

 reply

Sat, 13/11/2010 - 12:24pm — Tamu

legal nggak legal tetep ada.

mau di legalkan.. mau nggak..


toh prostitusi itu bakal tetep ada..
kata Alm. Gus Dur.. "Gitu aja kok repot.."

 reply

Sat, 13/11/2010 - 7:59pm — Tamu

kalau Gratis itu baru saya

kalau Gratis itu baru saya setuju, bila perlu dibuatkan undang-Undangnnya bahwa prostitusi
itu gratis....... Kalau gratis wanita mana yang mau maka bebaslah negera kita dari prostitusi

 reply

Sat, 20/11/2010 - 10:57pm — Tamu

sama aja Ilegal???

lebih baek di legal aja... biar pemerintah bisa diawasi,bisa tiap bulan check apakah dah kenah
HIV/AIDS. tidak di legalpun msh banyak malah bertambah banyak aja... lebih baik pisitive
thinkinglah

 reply

Sun, 21/11/2010 - 9:08pm — TEDY RUSH

Tidak Setuju

Seandainya Pelacuran di Legalkan. Setan-setan tertawa ringa gembira karena mereka


mendapatkan lebih banyak teman. Pelacuran alias Zina sangat dilarang agama dan berdosa
besar. Bukankah demikian?

 reply
Tue, 23/11/2010 - 8:41am — Tamu

prostitution

ilegal aja banyak yang menjadikan sebagai mata pencaharian , bagaimana kalo di legalkan ...
bakal jadi mata pencaharian populer,,,,,,
bayangkan jika itu terjadi,,bagaimana citra indonesia di mata dunia,,,yang memang sudah
mulai kurang baik

 reply

Fri, 11/02/2011 - 5:18pm — Tamu

ghimanna yhaaa

gag tau ah

.
.
kenapa kita ngelarang prostitusi????\itu juga salah satu pekerjaan..
lagiyan,,
di indonesia lapangan pekerjaan mulai sempit...
gak sebanding sama jumlah penduduk di indonesia...
boleh kita ngelarang,,
asal kita udah punya solusi gimana carany mengurangi jobless yang ada di indonesia...
.
.
logk kataku githu shiiiii......
tapi,,
mau gimana lagi......

 reply

Tue, 03/05/2011 - 11:31pm — Tamu

hiii

itu pndapat kamu aja yang gitu. kalo istri kamu selingkuh, yakin. nangis deh kamu

 reply

Tue, 03/05/2011 - 11:33pm — Tamu

ihhhh

y udah. ihhh. dari segi rasional juga udah banyak keburukannya di banding baiknya. bukan
masalah berdalih agama atau gimana. kalo jualan makanan bergizi sih mending. dari segi
apapun baik lah. lah ini jual moral. kok malah di dukung
 reply

Mon, 23/05/2011 - 8:23am — Silvia91

waduhhhhhhhh !!

illegal aja bentuk'a udah kaya' sekarang ini, apalagi kalo legal ya?
bisa-bisa anak kita yg masih sekolah di TK pas di tanyain, "cita kamu apa? tar gede' mau jadi
apa nak?"
ga lucu kan kalo jawabannya "aku pengen jd pelacur mah......"
wahhhhh! berbahaya sekali !!
Na'udzubillahimindzalik deeeh >_<

 reply

Mon, 23/05/2011 - 12:03pm — Tamu

ah g usah ngomongin moral,yg

ah g usah ngomongin moral,yg perlu diomongin lu mo pegi y pegi aja,lu kaga mo y g


pegi...legal or ilegal kan cuma stempel pemerintah, kalo legal nglakuin g di razia aman n
tenang bisa lebeeehhh nuikmat... kalo ilegal ada fun nya juga deg"an tpi puas...kalo
ketauan...lagi appeeezzzz...truzzzz komprehensif kompromi bebas.... tak usah terlalu jauh
dikit" agama... pke aja nilai norma..minimal nilai norma pribadi... kalo baik buat sya dan tdk
mencelakakan atau mengusik org lain y do it. kalo anda bkr sampah n bakar terasi di komplek
banyak yg ngomel, krn bnyak yg g suka... anda bagi' kue...bnyak yg snang... anda ga ketaun
"gituan" aman tuh dari omongan org.... y balik" diri qta ya bader n sista...

 reply

Mon, 23/05/2011 - 1:24pm — Tamu

MONYONG

sebenarnya psk dilegalkan it lebih baik karena kita bisa tau mana yang psk beneran, mana
selingkuhan tp kita juga harus mikir cewek-cewek sekarang gak ad uang mereka malah jd
PSK supaya bisa dpat uang.. trus masa depan anak perempuan kita apa mau jadi PSK seumur
hidup buat cari uang....

dengan jd pelacur bukanlah alasan untuk punya uang dan bisa bertahan hidup..... banyak kerja
di dunia ini yang bisa buat kita mampu untk hidup hanya kita aja yang tdk mw BERUSAHA.
dgn melegalkan PSK apakah kita tidak takut sama TUHAN.....

banyak PELACUR yang mengahncurkan rumahtangga yang bahagia menjadi hancur....


apakah kalian ingin di indonesia ini dicap sebagai negara PERCERAIAN dan NIKAH SIRI
dan POLIGAMI terbesar di dunia....SUAMI malah banyak yang ke tempat PELACURAN
karena PSK dilegalkan sehingga pikir suami tidk ad yg melarang toh sudh LEGAL......
kalau melegalkan sesuatu tu di pikir dulu....apakah positif tidak bwt masa depan anak2 kita
nantinya........ dan ujung-ujungx jika ekonomi jd masalahx maka semua IBU, TANTE,
KAKAK, ADIK akan PELACUR.....PIKIR dong jangan asal keluarkan peraturan.....

memangx kalian tidak lelah apa jd PELACUR selain menghncurkan rumah tangga suami dan
istri, terinfeksi penyakit AIDS...dll

para WANITA_WANITA tu mikir,,,, tidak punya uang bwt biaya sekolah, kuliah, dll itu
bukan ALASAN yang TEPAT bwt jd PELACUR.. memangx tidk ad kerjaan lain bwt cari
sesuap nasi......

buat para PELACUR bertobat jangan cuma kerjanya menghancurkan rumahtangga orang
karena banyak SUAMI_SUAMI yang DOYAN PELACUR hanya untuk melampiaskan
NAFSUnya ketimbang memikirkan ANAK dan ISTRI nya di rumah..........

replySetuju dgn suatu tujuan.

Setuju saja ada pelacuran/pelacuran dilegalkan, syarat harus dilokalisasi. Tidak boleh
dijalanan. Sebagai lokalisasi laki2 hidung belang dalam tujuannya, biar gak menular kepada
masyarakat lainnya.

Dan yg paling perlu diawasi adalah bahaya HUMAN TRAFFICKING. Pemerintah harus
bener2 bisa mengawasi hal itu. Karena sekarang banyak kasus, pelacur yg sebenarnya gak
ada keinginan untuk jadi pelacur. Tapi dejebak untuk jadi pelacur.

Semisal, di desanya di datangi calo yg menawarkan untuk bekerja jadi pembantu rumah
tangga, TKW, dlsb. Tapi ternyata dijebak untuk terjun kedalam pelacuran. Ditekan dgn
ketakukan yg tak berperikemanusiaan.

Jangan sampai hal ini menjadi masalah besar di Indonesia. Karena masalah ini sudah menjadi
masalah besar yg menghantui negara2 bekas Uni Soviet.

Banyak perempuan2 dan anak2 dibawah umur, ditipu, dijebak, diculik, dan dipaksa untuk
menjadi pelacur. Dan kemudian dikirim keluar negeri. Dihabiskan kemudaannya sampai ia
sudah tidak laku lagi, maupun bunuh diri. Dijadikan budak seks.

Dan kalau masalah human trafficking/perbudakan manusia ini, kalau sudah terlanjur
membesar, bisa sangat sulit diatasi. Karena biasanya berwujud gerombolan mafia yg
terorganisir (mafia-pejabat bejat). Semoga pemerintah memperhatikan hal ini. Kasihan
pelacur2 yg tidak ada keinginan untuk jadi pelacur, tapi dipaksa untuk menjadi pelacur.

 reply

« first‹ previous12
Hiv tidak menyebar melalui keringat, ludah, urin, tinja.

Anda mungkin juga menyukai