Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

HIV

OLEH :

1. MARIA TRIVONIA GALE (178302721)


2. DESI DEBORA OEMATAN (177002721)

MATA KULIAH : KEPERAWATAN KESEHATAN REPRODUKSI

KELAS/SEMESTER : C/IV

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MARANATHA KUPANG

S1 KEPERAWATAN

2023
KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................

DAFTAR ISI ..............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................3

1.1 Latar Belakang......................................................................................


1.2 Rumusan Masalah................................................................................
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........Error: Reference source not found

2.1 Pengertian
2.2 Etiologi
2.3 klasifikasi
2.4 patofisiologi
2.5 manifestasi klinis
2.6 pemeriksaan penunjang
2.7 penatalaksana
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Pengkajian

3.2 diagnosa

3.3 Intervensi

3.4 Implementasi

3.5 evaluasi

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan

4.2 Saran
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah jenis virus yang menyerang/menginveksi
sel darah putih yang menyebabkan turunnya kekebalan tubuh manusia. Icquired Immune
Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala penyakit yang timbul karena turunnya
kekebalan tubuh yang disebabkan infeksi oleh HIV. Menurunnya kekebalan tubuh maka individu
sangat mudah terkena berbagai penyakit infeksi (infeksi oportunitik) yang sering berakibat fatal.
Pengidap HIV memerlukan Antiretroviral (ARV) untuk menurunkan jumlah virus HIV di dalam
tubuh agar tidak masuk ke dalam stadium AIDS, sedangkan pengidap AIDS memerlukan
pengobatan ARV untuk mecegah terjadinya infeksi oportunistik dengan berbagai komplikasi
(Kemenkes,2020).
Virus HIV merusak system kekebalan tubuh manusia, mengakibatkan orang yang terkena
HIV kehilangan daya tahan tubuh, sehingga mudah terinfeksi dan meninggal karena berbagai
penyakit infeksi, kanker dan lain –lain. Sampai saat ini belum ditemukan vaksin pencegahan
ataupun obat yang dapat menyembuhkan penyakit ini secara tuntas. Jangka waktu antara terkena
infeksi dan munculnya gejala penyakit pada orang dewasa memakan waktu rata – rata 5-7 tahun.
Selama kurung waktu tersebut walaupun masih tampak sehat secara sadar maupun tidak pengidap
HIV dapat menularkan virusnya pada orang lain (Handayani, 2018)

Sekitar 40 juta penduduk dunia dari sekitar 40 juta penduduk dunia yang telah terinfeksi
HIV, lebih dari 95%-nya berada ni negara berkembang,dan anak – anak muda saat ini telah
menjadi bagian dari pandemic AIDS dengan adanya data yang menyebutkan bahwa lebih dari
setengah kasus baru yang terinfeksi HIV adalah remaja dengan usia antara 15-24. Hal ini
diperkuat oleh perkiraan WHO, 50% dari seluruh kasus terinfeksi adalah
anak muda, atau dengan kata lain 7000 anak muda (usia 15-24 tahun) terinfeksi setiap harinya,
dan 30% dari 40 juta orang dengan HIV/AIDS (ODHA) yang terinfeksi seluruh dunia berada
dalam kelompok usia 15-24 tahun. Penyakit ini telah menjadi masalah internasional karena dalam
waktu yang relatif singkat terjadi peningkatan jumlah pasien dan semakin melanda banyak negara
(Bereketal.,2018).
Masalah HIV/AIDS merupakan masalah besar yang mengancam banyak negara di dunia
termasuk di Indonesia. Data kasus HIV AIDS di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun.
Kemenkes (2020), menyatakan bahwa selama sebelas tahun terakhir jumlah kasus HIV di
Indonesia mencapai puncaknya pada tahun 2019, yaitu sebanyak 50.282 kasus. Berdasarkan data
General Administration of P2P from the 2019 HIV, AIDS and Sexually Transmitted Infection
Information System (SIHA dalam Kemenkes 2020),laporan triwulan keempat menyebutkan
bahwa laki-laki memiliki lebih banyak kasus HIV/AIDS dibandingkan perempuan. Pada tahun
2019, 64,50% kasus HIV adalah laki-laki, sedangkan 68,60% kasus AIDS adalah laki-laki. Hal ini
sejalan dengan hasil laporan HIV berbasis gender dari 2008 hingga 2019, di mana persentase
pasien pria secara konsisten lebih tinggi dibandingkan Wanita.

Berdasarkan data SIHA jumlah penularan HIV yang dilaporkan menurut kelompok umur
dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2019, umur 25-49 tahun atau umur nifas merupakan umur
dengan jumlah penularan HIV tertinggi tiap tahunnya.
Menurut Kemenkes RI (2019), prosentase kasus HIV positif menurut kelompok umur,
proporsi terbesar kasus HIV dan AIDS pada penduduk usia produktif (15-49 tahun), yang
kemungkinan terjadi pada usia remaja. Di Indonesia, HIV AIDS pertama kali ditemukan di
provinsi Bali pada tahun 1987. Hingga saat ini HIV/AIDS sudah menyebar di 407 dari 507
Kabupaten/Kota (80%) di seluruh Provinsi di Indonesia (Kemenkes, 2020).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam askep ini adalah
apakah ada pengaruh relaksasi lima jari terhadap depresi pada orang HIV/AIDS.
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa dapat mengetahui penyakit HIV
2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui defenisi HIV
2. Untuk mengetahui etiologi HIV
3. Untuk mengetahui klasifikasi HIV
4. Untuk mengetahui patofisiologi HIV
5. Untuk mengetahui manifestasi klinis HIV
6. Untuk mengetahu pemeriksaan penunjang HIV
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan HIV
1.4 Manfaat
Diharapkan studi kasus ini dapat menjadi sarana untuk mengetahui dan menambah wawasan
dalam melaksanakan praktik keperawatan dalam mencegah HIV
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Defenisi HIV

HIV atau human immunodeficiency virus disebut sebagai retrovirus yang membawa
materi genetik dalam asam ribonukleat (RNA) dan bukan asam deoksibonukleat (DNA). HIV
disebut retrovirus karena mempunyai enzim reverce transcriptase yang memungkinkan virus
mengubah informasi genetiknya yang berada dalam RNA ke dalam bentuk DNA.(Widyanto &
Triwibowo,2013).
AIDS atau acquired immunodeficiency syndrome didefinisikan kumpulan
penyakit dengan karakteristik defisiensi kekebalan tubuh yang berat dan
merupakan stadium akhir infeksi HIV (Widyanto & Triwibowo, 2013). Kerusakan
progresif pada system kekebalan tubuh menyebabkan ODHA amat rentan dan
mudah terjangkit bermacam-macam penyakit (Rendy & Margareth, 2012Human
Immunodeficiency Virus.
Human Immunodeficiency Virus (HIV) disebut human (manusia) karena virus ini hanya
menginfeksi manusia, immune-deficiency karena efek virus ini sifatnya menurunkan
kemampuan sistem kekebalan tubuh. Human Immunodeficiency Virus (HIV) ini masuk dalam
golongan virus karena salah satu karakteristiknya yaitu tidak mampu memproduksi diri
sendiri, melainkan memanfaatkan sel-sel lain dalam tubuh. Human Immunodeficiency Virus
(HIV) menyerang sel darah putih manusia dan menyebabkan turunnya kekebalan tubuh
sehingga mudah terserang penyakit. Virus ini merupakan penyebab penyakit AIDS
(Desmawati, 2013).

2.2 Etiologi HIV

AIDS adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yang merusak sistem kekebalan tubuh,
sehingga tubuh mudah diserang penyakit-penyakit lain yang dapat berakibat fatal. Padahal,
penyakit-penyakit tersebut misalnya berbagai virus, cacing, jamur protozoa, dan basil tidak menyebabkan
gangguan yang berarti pada orang yang sistem kekebalannya normal. Selain penyakit infeksi, penderita AIDS
juga mudah terkena kanker. Dengan demikian, gejala AIDS amat bervariasi. Virus yang
menyebabkan penyakit ini adalah virus HIV (Human Immuno-deficiency Virus). Dewasa ini
dikenal juga dua tipe HIV yaitu HIV-1 dan HIV-2. Sebagian besar infeksi disebabkan HIV-1,
sedangkan infeksi oleh HIV-2 didapatkan di Afrika Barat. Infeksi HIV-1 memberi gambaran
klinis yang hampir sama. Hanya infeksi HIV-1 lebih mudah ditularkan dan masa sejak mulai
infeksi (masuknya virus ke tubuh) sampai timbulnya penyakit lebih pendek. Cara penularan
AIDS ( Arif, 2000 )antara lain sebagai berikut :

a. Hubungan seksual, dengan risiko penularan 0,1-1% tiap hubungan seksual


b. Melalui darah, yaitu:
1) Transfusi darah yang mengandung HIV, risiko penularan 90
2) Tertusuk jarum yang mengandung HIV, risiko penularan
3) Terpapar mukosa yang mengandung HIV,risiko penularan
4) Transmisi dari ibu ke anak :
a) Selama kehamilan
b) Saat persalinan, risiko penularan 50%
c) Melalui air susu ibu(ASI)14

2.3 Manifestasi Klinik HIV


Menurut KPA (2007), gejala klinis terdiri dari 2 gejala yaitu gejala mayor (umum
terjadi) dan gejala minor (tidak umum terjadi).
1. Gejala mayor:
 Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan
 Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan
 Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan
 Penurunan kesadaran dan gangguan neurologisDemensia/ HIV ensefalopati
2. Gejala Minor
 Batuk menetap lebih dari 1 bulan
 Dermatitis generalisata
 Adanya herpes zoster multisegmental dan herpes zoster berulang
 Kandidias orofaringeal
 Herpes simpleks kronis progresif
 Limfadenopati generalisata
 Retinitis virus Sitomegalo
Menurut Mayo Foundation for Medical Education and Research (MFMER) (2008), gejala
klinis dari HIV/AIDS dibagi atas beberapa fase.
1. Fase awal
Pada awal infeksi, mungkin tidak akan ditemukan gejala dan tanda-tanda infeksi. Tapi
kadang-kadang ditemukan gejala mirip flu seperti demam, sakit kepala, sakit tenggorokan,
ruam dan pembengkakan kelenjar getah bening. Walaupun tidak mempunyai gejala infeksi,
penderita HIV/AIDS dapat menularkan virus kepada orang lain.
2. Fase lanjut
Penderita akan tetap bebas dari gejala infeksi selama 8 atau 9 tahun atau lebih. Tetapi seiring
dengan perkembangan virus dan penghancuran sel imun tubuh, penderita HIV/AIDS akan
mulai memperlihatkan gejala yang kronis seperti pembesaran kelenjar getah bening (sering
merupakan gejala yang khas), diare, berat badan menurun, demam, batuk dan pernafasan
pendek.
3. Fase akhir
Selama fase akhir dari HIV, yang terjadi sekitar 10 tahun atau lebih setelah terinfeksi, gejala
yang lebih berat mulai timbul dan infeksi tersebut akan berakhir pada penyakit yang disebut
AIDS.
Menurut Sylvia& Wilson (2005) AIDS memiliki beragam manifestasi klinis meliputi:
1. Keganasan
Sarkoma Kaposi (SK) adalah jenis keganasan yang tersering di jumpai pada laki -laki
homoseks atau biseks yang terinfeksi oleh HIV(20%),tetapi jarang pada orang dewasa lain
(kurang dari 2%) dansangat jarang pada anak. Tanda lesi berupa bercak-bercak
merahkekuningandi kulit,tetapi warna juga mungkin bervariasi dari ungutua, merah muda,
sampai merah coklat.Gejala demam, penurunan berat badan, dan keringat malam.
2. Sistem Syaraf Pusat (SSP)
Gejala tanda awal limfoma sistem syaraf pusat (SSP) primer mencakup nyeri kepala,
berkurangnya ingatan jangka pendek, kelumpuhan syaraf kranialis, hemiparesis, dan
perubahan kepribadian.
3. Respiratorius
Pneumonia pneumocystis carini gejala: demam, batuk kering nonproduktif, rasa lemah,
dan sesak nafas.Gastro Intestinal Manifestasi gastrointestinal penyakit AIDS mencakup
hilangnya selera makan, mual, vomitus, kandidiasis oral serta esophagus dan diare kronis.
4. Neurologik
Manifestasi dini nerologik penyakit AIDS ensefalopati HIV mencakup gangguan daya
ingat, sakit kepala, kesulitan berkonsentrasi, konfusi progresif, pelambatan psikomotorik,
apatis dan ataksia.
5. Integumen
Manifestasi kulit menyertai infeksi HIV dan infeksi oportunis serta malignasi. Infeksi
oportunistik seperti herpes zoster dan herpes simpleks akan di sertai dengan pembentukan
vesikel yang nyeri dan merusak integritas kulit. Dermatitis seboreika akan disertai ruam yang
difus, bersisik dengan indurasi yang mengenai kulit kepala serta wajah. Penderita AIDS juga
dapat memperlihatkan folikulitis menyeluruh yang disertai dengan kulit yang kering dan
mengelupas atau dengan dermatitis atopik seperti exzema atau psoriasis.

2.4 Pathway HIV

2.5 Patofisiologi HIV


Menurut Widyanto & Triwibowo, (2013) HIV dapat membelah diri dengan cepat dan
kadar virus dalam darah berkembang cepat, dalam satu hari HIV dapat membelah diri
menghasilkan virus baru jumlahnya sekitar 10 miliar. Proses terjadinya defisit nutrisi pada
HIV/AIDS, pasien akan mengalami 4 fase yaitu :
a.) Periode jendela
Pada periode ini pemeriksaan tes antibodi HIV masih negatif walaupun virus sudah
ada dalam darah pasien. Hal itu karena antibodi yang terbentuk belum cukup terdeteksi
melalui pemeriksaan laboratium. Biasanya Antibodi terhadap HIV muncul dalam 3-6
minggu hingga 12 minggu setelah infeksi primer. Pada periode ini pasien mampu dan
berisiko menularkan HIV kepada orang lain.
b.) Fase infeksi akut
Proses ini di mulai setelah HIV menginfeksi sel target kemudian terjadi proses
replika yang menghasilkan virus baru yang jumlahnya berjuta-juta virion. Virimea dari
banyak virion ini memicu munculnya sindrom infeksi akut dengan gejala mirip flu. Sekitar
50-70% orang hiv yang terinfeksi mengalami sindrom infeksi akut selama 3-6 minggu
seperti influenza yaitu demam, sakit otot, berkeringat, ruam, sakit tenggorokan, sakit
kepala, keletihan, pembengkakan kelenjar limfe, mual, muntah, anoreksia, diare, dan
penurunan BB. Antigen HIV terdeteksi kira-kira 2 minggu setelah infeksi dan terus ada
selama 3-5 bulan. Pada fase akut terjadi penurunan limfosit T yang dramatis kemudian
terjadi kenaikan limfosit T karena respon imun. Pada fase ini jumlah limfosit T masih di
atas 500 sel/mm3 kemudian akan menurun setelah 6 minggu terinfeksi HIV.
c.) Fase infeksi laten
Pada fase infeksi laten terjadi pembentukan respon imun spesifik HIV dan
terperangkapnya virus dalam sel dendritic folikuler (SDF) di pusat germinativum kelenjar
limfe. Hal tersebut menyebabkan virion dapat dikendalikan, gejala hilang dan mulai
memasuki fase laten. Pada fase ini jarang di temukan virion sehingga jumlahnya menurun
karena sebagian besar virus terakumulasi di kelenjar limfe dan terjadi replika. Jumlah
limfosit T-CD4 menurun sekitar 500-200 sel/mm3. Meskipun telah terjadi serokonversi
positif individu pada umumnya belum menunjukan gejala klinis (asimtomatis). Fase ini
terjadi sekitar 8-10 tahun setelah terinfeksi HIV. Pada tahun ke delapan setelah terinfeksi
HIV gejala klinis akan muncul seperti demam , kehilangan BB < 10%, diare, lesi pada
mukosa dan infeksi kulit berulang.
d.) Fase infeksi kronis
Selama fase ini, replika virus terus terjadi di dalam kelenjar limfe yang di ikuti
kematian SDF karena banyaknya virus. Fungsi kelenjar limfe yaitu sebagai perangkap
virus akan menurun atau bahkan hilang dan virus diluncurkan dalam darah. Pada fase ini
terjadi peningkatan jumlah virion berlebihan, limfosit semakin tertekan karena infeksi HIV
semakin banyak. Pada saat tersebut terjadi penurunan, jumlah limfosit T- dan semakin
rentan terhadap berbagai infeksi sekunder. Perjalanan penyakit semakin progresif yang
mendorong ke arah AID

2.6 Penatalaksanaan HIV


1) Keperawatan
2) Farmakologi
2.7 Pemeriksaan Penunjang HIV
Tes laboratorium untuk menetapkan diagnosis infeksi HIV dapat dibagi dalam dua
kelompok yaitu :
1.Tes untuk diagnosis infeksi HIV
a) Elisa
b) Western blot
c) P24 antigen test
d) Kultur HIV
2. Test untuk deteksi gangguan sistem imun
a) Hematokrit
b) LED
c) CD4 limfosit
d) Rasio CD4/CD limfosit
e) Serum mikroglobulin B2
f) Hemoglobulin
2.8 Komplikasi
Komplikasi yang dusebabkan oleh infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah
memperlemah sistem kekebalan tubuh yang menyebabkan npenderita banyak terserang infeksi
dan kanker. Infeksi umum yang biasanya terjadi pada pasien HIV/AIDS (Budhy,2017)
1. Tuberculosis (TBC)
Tuberculosis (TBC) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh bakteri yang bisa
menyerang paru-paru dan bagian tubuh lainnya. Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) lebih
lemah terhadap adanya bakteri apapun dari luar termasuk bakteri tuberculosis (TBC).
2.Sitomegalovirus
Herpes yang ditularkan melalui cairan tubuh. Jika kekebalan tubuh melemah virus muncul
kembali dan menyebabkan kerusakan pada mata, saluran pencernaan, paru-paru, atau
organ tubuh lainnya.
3. Kandidiasis
Infeksi yang berhubungan dengan HIV menyebabkan radang dan lapisan
putih tebal diselaput lendir mulut, lidah, kerongkongan, dan vagina.
4. Meningitis kriptokokal
Pembengkakan selaput dan cairan yang mengelilingi otak dan sumsum tulang belakang.
Meningitis kriptokokal adalah infeksi sistem saraf pusat yang umum yang terkait dengan
HIV dan disebabkan oleh jamur.
5. Toksoplasmosis
Infeksi pada manusia yang ditimbulkan oleh parasit Toxoplasma gondii (T.gondii). Gejala
yang muncul pada penderita gangguan sistem kekebalan tubuh, gejala yang muncul adalah
sakit kepala, kebingungan, kurangnya koordinasi tubuh, kejang, kesulitan bernapas, dan
gangguan penglihatan.
6. Kriptosporidiosis
Infeksi yang disebabkan oleh parasit usus yang biasa ditemukan pada hewan.
Kriptoporidiosis bisa masuk kedalam tubuh seseorang Ketika menelan makanan yang
terkontaminasi. Parasit tumbuh di usus dan saluran empedu yang dapat menyebabkan diare
kronis yang parah pada pasien dengan AIDS.
7. Kanker
Kanker Sarcoma Kaposi adalah kanker yang menyebabkan lesi pada jaringan lunak. Lesi
tumbuh di kulit, kelenjar getah bening, organ internal, dan selaput lendir yang melapisi
mulut, hidung, dan tenggorokan. Ini sering memengaruhi orang dengan sistem kekebalan
tubuh yang rendah seperti HIV/AIDS. Selain itu, limfoma adalah kanker yang berasal dari
sel darah putih dan biasanya pertama kali muncul dikelenjar getah bening. Tanda yang
awal yang paling umum adalah pembengkakan kelenjar getah bening yang tidak
menyakitkan di leher, ketiak, atau pangkal paha.
8. Sindrome wasting
Kehilangan setidaknya 10% berat badan yang sering disertai diare, kelemahan kronis, dan
demam.
9. Komplikasi neurologis
AIDS tampak tidak menginfeksi sel-sel saraf, hal itu dapat menyebabkan gejala neurologis
seperti kebingungan, dimensia, depresi, kegelisahan, dan kesulitan berjalan. Komplikasi
neurologis yang umum adalah kompleks dimensia. AIDS yang menyebabkan perubahan
perilaku dan berkurangnya fungsi mental.
10. Penyakit ginjal
HIV terkait nefropati adalah radang filter kecil di ginjal yang menghilangkan kelebihan
cairan dan limbah dari aliran darah serta meneruskannya ke urin. Akibat predisposisi
genetik, risiko pengembangan HIV/AIDS jauh lebih tinggi pada orang dengan kulit hitam.
BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
1. Pengkajian

a) Identitas Klien
Meliputi : nama, tempat/ tanggal lahir, jenis kelamin, status kawin, agama, pendidikan,
pekerjaan, alamat, diagnosa medis, No. MR
b) Keluhan utama
Dapat ditemukan pada pasien AIDS dengan manifestasi respiratori ditemui keluhan utama
sesak nafas r Candida Albicans, pembengkakan kelenjer getah bening diseluruh tubuh, munculnya
Harpes zoster berulang dan bercak-bercak gatal diseluruh tubuh.

c) Riwayat kesehatan sekarang


Dapat ditemukan keluhan yang biasanya disampaikan pasien HIV AIDS adalah : pasien
akan mengeluhkan napas sesak (dispnea) bagi pasien yang memiliki manifestasi respiratori,
batuk-batuk, nyeri dada dan demam, pasien akan mengeluhkan mual, dan diare serta penurunan
berat badan drastis.
d) Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya pasien pernah dirawat karena penyakit yang sama. Adanya riwayat penggunaan
narkotika suntik, hubungan seks bebas atau berhubungan seks dengan penderita
HIV/AIDS,terkena cairan tubuh penderita HIV/AIDS.

e) Riwayat kesehatan keluarga


Biasanya pada pasien HIV AIDS adanya anggota keluarga yang menderita penyakit
HIV/AIDS. Kemungkinan dengan adanya orang tua yang terinfeksi HIV. Pengkajian lebih lanjut
juga dilakukan pada Riwayat pekerjaan keluarga, adanya keluarga bekerja di tempat hiburan
malam, bekerja sebagai PSK (Pekerja Seks Komersial).

2. Pola aktivitas sehari-hari (ADL)


a) Pola presepsi dan tata laksanaan hidup sehat
Biasanya pada pasien HIV/AIDS akan menglami perubahan atau gangguan pada personal
hygiene, misalnya kebiasaan mandi, ganti pakaian, BAB dan BAK dikarenakan kondisi tubuh
yang lemah, pasien kesulitan melakukan kegiatan tersebut dan pasien biasanya cenderung dibantu
oleh keluarga atau perawat.

b) Pola Nutrisi
Biasanya pasien dengan HIV/AIDS mengalami penurunan nafsu makan, mual, muntah,
nyeri menelan, dan juga pasien akan mengalami penurunan BB yang cukup drastis dalam waktu
singkat (terkadang lebih dari 10% BB).
c) Pola Eliminasi
Biasanya pasien mengalami diare, fases encer, disertai mucus berdarah.
d) Pola Istirahat dan tidur
Biasanya pasien dengan HIV/AIDS pola istirahat dan tidur mengalami gangguan karena
adanya gejala seperi demam dan keringat pada malam hari yang berulang. Selain itu juga
didukung oleh perasaan cemas dan depresi pasien terhadap penyakitnya.
e) Pola aktivitas dan Latihan
Biasanya pada pasien HIV/AIDS aktivitas dan latihan mengalami perubahan. Ada
beberapa orang tidak dapat melakukan aktifitasnya seperti bekerja. Hal ini disebabkan mereka
yang menarik diri dari lingkungan masyarakat maupun lingkungan kerja, karena depresi terkait
penyakitnya ataupun karena kondisi tubuh yang lemah.
f) Pola presepsi dan konsep diri
Pada pasien HIV/AIDS biasanya mengalami perasaan marah, cemas, depresi, dan stres.
g) Pola sensori kognitif
Pada pasien HIV/AIDS biasanya mengalami penurunan pengecapan, dan gangguan
penglihatan. Pasien juga biasanya mengalami penurunan daya ingat, kesulitan berkonsentrasi,
kesulitan dalam respon verbal. Gangguan kognitif lain yang terganggu yaitu bisa mengalami
halusinasi.

h) Pola hubungan peran


Biasanya pada pasien HIV/AIDS akan terjadi perubahan peran yang dapat mengganggu
hubungan interpersonal yaitu pasien merasa malu atau harga diri rendah.
i) Pola penanggulangan stres
Pada pasien HIV AIDS biasanya pasien akan mengalami cemas, gelisah dan depresi
karena penyakit yang dideritanya. Lamanya waktu perawatan, perjalanan penyakit, yang kronik,
perasaan tidak berdaya karena ketergantungan menyebabkan reaksi psikologis yang negatif
berupa marah, kecemasan, mudah tersinggung dan lain-lain, dapat menyebabkan
penderita tidak mampu menggunakan mekanisme koping yang kontruksif dan adaptif.
j) Pola reproduksi seksual
Pada pasaaien HIV AIDS pola reproduksi seksualitas nya terganggu karena penyebab
utama penularan penyakit adalah melalui hubungan seksual.
k) Pola tata nilai dan kepercayaan
Pada pasien HIV AIDS tata nilai keyakinan pasien awal nya akan berubah, karena mereka
menggap hal menimpa mereka sebagai balasan akan perbuatan mereka. Adanya perubahan status
kesehatan dan penurunan fungsi tubuh mempengaruhi nilai dan kepercayaan pasien dalam
kehidupan pasien, dan agama merupakan hal penting dalam hidup pasien.

3. Pemeriksaan Fisik
a) Gambaran Umum : ditemukan pasien tampak lemah.
b) Kesadaran pasien : Compos mentis cooperatif, sampai terjadi penurunan tingkat kesadaran,
apatis, samnolen, stupor bahkan coma.
c) Vital sign :
TD : Biasanya ditemukan dalam batas normal
Nadi : Terkadang ditemukan frekuensi nadi meningkat
Pernafasan :Biasanya ditemukan frekuensi pernafasan meningkat
Suhu :Biasanya ditemukan Suhu tubuh menigkat karena demam.
d) BB : Biasanya mengalami penurunan (bahkan hingga 10% BB)
TB : Biasanya tidak mengalami peningkatan (tinggi badan tetap)
e) Kepala : Biasanya ditemukan kulit kepala kering karena dermatitis seboreika
f) Mata : Biasanya ditemukan konjungtiva anemis, sclera tidak ikhterik, pupil isokor, reflek pupil
terganggu,
g) Hidung : Biasanya ditemukan adanya pernafasan cuping hidung.
h) Gigi dan Mulut: Biasanya ditemukan ulserasi dan adanya bercak-bercak putih seperti krim yang
menunjukkan kandidiasi.
i) Leher : kaku kuduk ( penyebab kelainan neurologic karena infeksi jamur Cryptococcus
neoformans), biasanya ada pembesaran kelenjer getah bening,
j) Jantung : Biasanya tidak ditemukan kelainan
k) Paru-paru : Biasanya terdapat yeri dada, terdapat retraksi dinding dada
pada pasien AIDS yang disertai dengan TB, Napas pendek (cusmaul), sesak nafas
(dipsnea).
l) Abdomen : Biasanya terdengar bising usus yang Hiperaktif
m) Kulit : Biasanya ditemukan turgor kulit jelek, terdapatnya tanda-tandalesi (lesi sarcoma
kaposi).

n) Ekstremitas : Biasanya terjadi kelemahan otot, tonus otot menurun, akral dingin.

3.2 Diagnosa keperawatan


Diagnosa keperawatan adalah suatu penilaian klinis mengenai respons pasien terhadap
masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya, baik yang berlangsung aktual maupun
potensial. Diagnosa keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respons pasien secara individu,
keluarga, dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan (PPNI, 2016).
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan hipersekresi jalan
2. Defisit nutrisi berhubungan dengan asupan makan
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurangnya kontrol tidur
3.3 Intervensi
Intervensi keperawatan merupakan segala treatment yang dikerjakan oleh
perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai
luaran (outcome) yang diharapkan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2016).
NO SDKI SLKI SIKI
1. Defisit nitrisi kode Status nutrisi kode Manajemen nutrisi
D.0019 L.03030 kode1.03119
2. Bersihan jalan napas Status nutrisi kode Manajemen jalan napas
tidak efektif kode L.01001 kode1.14509
D.0001
3. Gangguan pola tidur Pola tidur L.05045
kode D.0055

3.4 Implementasi
Implementasi adalah tahap pelaksanaan terhadap rencana tindakan keperawatan yang
telah ditetapkan untuk perawat bersama pasien. Implentasi dilaksanakan sesuai sesuai dengan
rencana setelah dilakukan validasi, disamping itu juga dibutuhkan ketrampilan interpersonal,
intlektual, teknik yang dilakukan dengan cermat dan efisien pada siruasi yang tepat dengan
selalu memperhatikan keamanan fisik dan psikologis. Setelah selesai implementasi, dilakukan
dokumentasi yang meliputi intervensi yang sudah dilakukan dan bagaimana respon pasien.
3.5 Evaluasi
Untuk evaluasi dibagi menjadi dua macam, yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif.
Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan setiap selesai tindakan, yang berorientasi pada
etiologi dan dilakuakn secara terus menerus sampai tujuan yang telah dilakukan tercapai.
Sedangkan evaluasi sumatif yaitu evaluasi yang dilakukan setelah akhir tindakan keperawatan
secara menyeluruh, yang berorientasi pada masalah keperawatan, menjelaskan keberhasilan atau
ketidak berhasilan proses keperawatan dan rekapitulasi serta kesimpulan status kesehatan klien
sesuai dengan kerangka waktu yang ditetapkan (Nursalam, 2012).
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

AIDS atau acquired immunodeficiency syndrome didefinisikan kumpulan


penyakit dengan karakteristik defisiensi kekebalan tubuh yang berat dan
merupakan stadium akhir infeksi HIV Kerusakan
progresif pada system kekebalan tubuh menyebabkan ODHA amat rentan dan
mudah terjangkit bermacam-macam penyakit.
4.2 Saran
Penulis sadar dan mengakuinya, masih banyak kesalahan dan kekurangan yang harus
ditutupi. Oleh karena itu penulis dengan lapang dada menerima kritik dan saran dari para pembaca
guna dan tujuan untuk memperbaiki dan melengkapi apa yang kurang dalam makalah kami ini.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai