Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PENDAHULUAN

INFEKSI SALURAN PERNAPASAN ATAS


(ISPA)

OLEH KELOMPOK 1 :
NAM A : 1. BERTAWELSY LAULELA
2. ANASTASIA NAMAH
3. MARDIANA NENO
4. ANGELA A. A. BAUN
5. YUDIANTI M. BETTY
6. YUNITA S. MONE
7. PETRONELA A. RADJA
8. SHERLY A. JAKARIA
KELAS / SEMESTER : E / II
PRODI : S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MARANATHA


KUPANG
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah yang berjudul “ISPA” dapat tersusun hiongga selesai.

Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi, pikiran, maupun
tenaga. Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik. Karena keterbatasan kelompok
kami, kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu
kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini.
Daftar Isi
BAB I: PENDAHULUAN
A.Latar Belakang ........................................................................................ 1
B.Rumusan Masalah ................................................................................... 2
C.Tujuan  ................................................................................................... 2
BAB II: ISI
A.Pengertian ISPA...................................................................................... 3
B.Etiologi Penyakit ISPA ........................................................................... 4
C.Tanda dan Gejala ISPA .......................................................................... 5
D.Klasifikasi ISPA .................................................................................... 6
E.Patofisiologi ISPA ........................................................................ .........7
F.Pathway ISPA............................................................ .............................8
G.Komplikasi ISPA ................................................................................... 9
H.Pemeriksaan Penunjang ISPA .............................................................. 15
I.Penatalaksanaan ISPA............................................................................. 16
BAB III: KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A.Pengkajian ............................................................................................. 23
B.Analisa Data .......................................................................................... 24
C.Perencanaan Keperawatan...................................................................... 25
D.Implementasi Keperawatan.................................................................... 26
BAB IV PENUTUP
A.Kesimpulan ............................................................................................ 33
B.Saran ...................................................................................................... 33
Daftar Pustaka ............................................................................................ 34
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) adalah infeksi
saluran pernafasan yang dapat berlangsung sampai 14 hari. Secara klinis ISPA
ditandai dengan gejala akut akibat infeksi yang terjadi di setiap bagian
saluran pernafasan dengan berlangsung tidak lebih dari 14 hari. Infeksi saluran perna
fasan akut merupakan kelompok penyakit yang komplek dan heterogen,yang
disebabkan oleh 300 lebih jenis virus, bakteri, serta jamur.
Virus penyebab ISPA antara lain golongan miksovirus yang meliputi virusinfluensa,
virus pra-influensa dan virus campak.Survei mortalitas yang dilakukan oleh Subdit
ISPA tahun 2005menempatkan ISPA sebagai penyebab kematian terbesar di
Indonesia dengan persentase 22,30% dari seluruh kematian. 
Bukti bahwa ISPA merupakan penyebab utama kematian adalah banyaknya penderit
a ISPA yang terus meningkat. Menurut WHO, ISPA merupakan peringkat keempat
dari 15 juta penyebab pada setiap tahunnya. Jumlah tiap tahun kejadian ISPA di
Indonesia 150.000 kasus atau dapat dikatakan seorang meninggal tiap 5menitnya.
Berdasarkan DEPKES (2006) juga menemukan bahwa 20-30%kematian disebabkan
oleh ISPA.Faktor penting yang mempengaruhi ISPA adalah pencemaran
udara.Adanya pencemaran udara di lingkungan rumah akan merusak
mekanisme pertahanan paruparu sehingga mempermudah  timbulnya gangguan 
perrnapasan. Tingginya tingkat pencemaran udara menyebabkan ISPA memiliki
angka yang paling banyak diderita oleh masyarakat
dibandingkan penyakit lainnya. Selain faktor tersebut, peningkatan  penyebaran 
penyakit ISPA juga dikarenakan oleh perubahan iklim serta rendahnya
kesadaran perilaku hidup bersih dan sehat dalam masyarakat. Dalam rangka
memahami lebih jauh tentang ISPA maka di dalam makalah ini akan dijabarkan
secaralengkap semua hal yang berkaitan dengan ISPA.

B. Rumusan masalah
1. Apa itu ISPA ?
2. Bagaimana itu etiologi dari ISPA ?
3. Bagaimana tanda dan gejala dari ISPA ?
4. Bagaimana klasifikasi dari ISPA ?
5. Bagaimana patofisiologi dari ISPA ?
6. Bagaimana pathway dari ISPA ?
7. Bagaimana komplikasi dari ISPA ?
8. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari ISPA ?
9. Bagaimana penatalaksanaan dari ISPA ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu ISPA
2. Untuk mengetahui etiologi dari ISPA
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari ISPA
4. Untuk mengetahui klasifikasi dari ISPA
5. patofisiologi dari ISPA
6. pathway dari ISPA
7. Untuk mengetahui komplikasi dari ISPA
8. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari ISPA
9. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari ISPA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    DEFINISI
ISPA adalah penyakit infeksi yang sangat umum dijumpai pada anak-anak
dengan gejala batuk, pilek, panas atau ketiga gejala tersebut muncul secara bersamaan
(Meadow, Sir Roy. 2002:153).
ISPA (lnfeksi Saluran Pernafasan AL-ut) yang diadaptasi dari bahasa Inggris Acute
Respiratory hfection (ARl) mempunyai pengertian sebagai berikut:
l. Infeksi adalah masuknya kuman atau mikoorganisme kedalam tubuh manusia dan
berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.
2. Saluran  pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alfeoli beserta organ secara
anatomis mencakup saluran pemafasan bagian atas.
3. Infeksi akut adalah infeksi yang berlansung sampai 14 hari. Batas 14 hari diambil untuk
menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang digolongkan ISPA.
Proses ini dapat berlangsung dari 14 hari (Suryana, 2005:57).
Infeksi saluran nafas adalah penurunan kemampuan pertahanan alami jalan nafas dalam
menghadapi organisme asing (Whaley and Wong; 1991; 1418).

B.     ETIOLOGI
Etiologi ISPA terdiri dari lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan richetsia. Bakteri
penyebab ISPA antara lain adalah dari genus Streptococcus, Staphylococcus,
Pneumococcus, Haemophylus, Bordetella dan Corinebacterium. Virus penyebab ISPA
antara lain adalah golongan Miksovirus, Adenovirus, Coronavirus, Picornavirus,
Micoplasma, Herpesvirus dan lain-lain.
Etiologi Pneumonia pada Balita sukar untuk ditetapkan karena dahak biasanya sukar
diperoleh. Penetapan etiologi Pneumonia di Indonesia masih didasarkan pada hasil
penelitian di luar Indonesia. Menurut publikasi WHO, penelitian di berbagai negara
menunjukkan bahwa di negara
berkembangstreptococcuspneumonia dan haemophylusinfluenza merupakan bakteri yang
selalu ditemukan pada dua per tiga dari hasil isolasi, yakni
73, 9% aspirat paru dan 69, 1% hasil isolasi dari spesimen darah. Sedangkan di negara maju,
dewasa ini Pneumonia pada anak umumnya disebabkan oleh virus (Suriadi,Yuliani R,2001)
C.     TANDA DAN GEJALA
a. Tanda dan gejala dari penyakit ISPA adalah sebagai berikut:
1.   Batuk
2.   Nafas cepat
3.   Bersin
4.   Pengeluaran sekret atau lendir dari hidung
5.   Nyeri kepala
6.   Demam ringan
7.   Tidak enak badan
8.   Hidung tersumbat
9.   Kadang-kadang sakit saat menelan

b. Tanda-tanda bahaya klinis ISPA
1.    Pada sistem respiratorik adalah: tachypnea, napas tak teratur (apnea), retraksi dinding
thorak, napas cuping hidung, cyanosis, suara napas lemah atau hilang, grunting
expiratoir dan wheezing.
2.    Pada sistem cardial adalah: tachycardia, bradycardiam, hypertensi, hypotensi dan
cardiac arrest.
3.    Pada sistem cerebral adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala, bingung, papil
bendung, kejang dan coma.
4.    Pada hal umum adalah : letih dan berkeringat banyak(Naning R,2002)

D.    KLASIFIKASI
Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai berikut:
1. Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada kedalam (chest
indrawing).
2. Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.
3. Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai demam, tanpa
tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat. Rinofaringitis, faringitis dan tonsilitis
tergolong bukan pneumonia
Berdasarkan hasil pemeriksaan dapat dibuat suatu klasifikasi penyakit ISPA. Klasifikasi ini
dibedakan untuk golongan umur dibawah 2 bulan dan untuk golongan umur 2 bulan sampai
5 tahun.
Untuk golongan umur kurang 2 bulan ada 2 klasifikasi penyakit yaitu :
1.       Pneumonia berada: diisolasi dari cacing tanah oleh Ruiz dan kuat dinding pada bagian
bawah atau napas cepat. Batas napas cepat untuk golongan umur kurang 2 bulan yaitu
60 kali per menit atau lebih.
2.      Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat dinding
dada bagian bawah atau napas cepat.
Untuk golongan umur 2 bu~an sampai 5 tahun ada 3 klasifikasi penyakit yaitu :
1.      Pneumonia berat: bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding dada bagian
bawah kedalam pada waktu anak menarik napas (pada saat diperiksa anak harus dalam
keadaan tenang tldak menangis atau meronta).
2.      Pneumonia: bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah untuk usia 2 -12 bulan
adalah 50 kali per menit atau lebih dan untuk usia 1 -4 tahun adalah 40 kali per menit
atau lebih.
3.      Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan dinding dada bagian
bawah dan tidak ada napas cepat (Rasmaliah, 2004).

E.     PATOFISIOLOGI
Perjalanan klinis penyakit ISPA dimulai dengan berinteraksinya virus dengan tubuh.
Masuknya virus sebagai antigen ke saluran pernafasan menyebabkan silia yang terdapat
pada permukaan saluran nafas bergerak ke atas mendorong virus ke arah faring atau dengan
suatu tangkapan refleks spasmus oleh laring. Jika refleks tersebut gagal maka virus merusak
lapisan epitel dan lapisan mukosa saluran pernafasan (Kending dan Chernick, 1983
dalam DepKes RI, 1992).
Iritasi virus pada kedua lapisan tersebut menyebabkan timbulnya batuk kering
(Jeliffe, 1974). Kerusakan stuktur lapisan dinding saluran pernafasan menyebabkan
kenaikan aktifitas kelenjar mukus yang banyak terdapat pada dinding saluran nafas,
sehingga terjadi pengeluaran cairan mukosa yang melebihi noramal. Rangsangan cairan
yang berlebihan tersebut menimbulkan gejala batuk (Kending and Chernick, 1983).
Sehingga pada tahap awal gejala ISPA yang paling menonjol adalah batuk.
Adanya infeksi virus merupakan predisposisi terjadinya infeksi sekunder bakteri.
Akibat infeksi virus tersebut terjadi kerusakan mekanisme mukosiliaris yang merupakan
mekanisme perlindungan pada saluran pernafasan terhadap infeksi bakteri sehingga
memudahkan bakteri-bakteri patogen yang terdapat pada saluran pernafasan atas seperti
streptococcus pneumonia, haemophylus influenza dan staphylococcus menyerang mukosa
yang rusak tersebut (Kending dan Chernick, 1983). Infeksi sekunder bakteri ini
menyebabkan sekresi mukus bertambah banyak dan dapat menyumbat saluran nafas
sehingga timbul sesak nafas dan juga menyebabkan batuk yang produktif. Invasi bakteri ini
dipermudah dengan adanya fakor-faktor seperti kedinginan dan malnutrisi. Suatu laporan
penelitian menyebutkan bahwa dengan adanya suatu serangan infeksi virus pada saluran
nafas dapat menimbulkan gangguan gizi akut pada bayi dan anak (Tyrell, 1980).
Virus yang menyerang saluran nafas atas dapat menyebar ke tempat-tempat yang lain dalam
tubuh, sehingga dapat menyebabkan kejang, demam, dan juga bisa menyebar ke saluran
nafas bawah (Tyrell, 1980). Dampak infeksi sekunder bakteripun bisa menyerang saluran
nafas bawah, sehingga bakteri-bakteri yang biasanya hanya ditemukan dalam saluran
pernafasan atas, sesudah terjadinya infeksi virus, dapat menginfeksi paru-paru sehingga
menyebabkan pneumonia bakteri (Shann, 1985).
Penanganan penyakit saluran pernafasan pada anak harus diperhatikan aspek imunologis
saluran nafas terutama dalam hal bahwa sistem imun di saluran nafas yang sebagian besar
terdiri dari mukosa, tidak sama dengan sistem imun sistemik pada umumnya. Sistem imun
saluran nafas yang terdiri dari folikel dan jaringan limfoid yang tersebar, merupakan ciri
khas system imun mukosa. Ciri khas berikutnya adalah bahwa IgA memegang peranan pada
saluran nafas atas sedangkan IgG pada saluran nafas bawah. Diketahui pula bahwa sekretori
IgA (sIgA) sangat berperan dalam mempertahankan integritas mukosa saluran nafas
(Siregar, 1994).

Dari uraian di atas, perjalanan klinis penyakit ISPA ini dapat dibagi menjadi empat
tahap,yaitu:
1. Tahap prepatogenesis : penyuebab telah ada tetapi belum menunjukkan reaksi apa-
apa.
2. Tahap inkubasi : virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh menjadi
lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya rendah.
3. Tahap dini penyakit : dimulai dari munculnya gejala penyakit,timbul gejala demam
dan batuk.
4. Tahap lanjut penyaklit,dibagi menjadi empat yaitu dapat sembuh sempurna,sembuh
dengan atelektasis,menjadi kronos dan meninggal akibat pneumonia.
F.      PATHWAY
G.    KOMPLIKASI
1.      Penemonia
2.      Bronchitis
3.      Sinusitis
4.      Laryngitis
5.      Kejang deman (Soegijanto, S, 2009)

H.    PEMERIKSAAN PENUJANG
Pemeriksaan penunjang yang lazim dilakukan adalah :
1. Pemeriksaan kultur/ biakan kuman (swab); hasil yang didapatkan adalah biakan
kuman (+) sesuai dengan jenis kuman,
2.  Pemeriksaan hitung darah (deferential count); laju endap darah meningkat disertai
dengan adanya leukositosis dan bisa juga disertai dengan adanya thrombositopenia
dan,
3. Pemeriksaan foto thoraks jika diperlukan (Suryadi, Yuliani R, 2001)

I.       PENATALAKSANAAN
Tujuan utama dilakukan terapi adalah menghilangkan adanya obstruksi dan adanya kongesti
hidung pergunakanlah selang dalam melakukan penghisaapan lendir baik melalui hidung
maupun melalui mulut. Terapi pilihan adalah dekongestan dengan pseudoefedrin
hidroklorida tetes pada lobang hidung, serta obat yang lain seperti analgesik serta antipiretik.
Antibiotik tidak dianjurkan kecuali ada komplikasi purulenta pada sekret.
Penatalaksanaan pada bayi dengan pilek sebaiknya dirawat pada posisi telungkup, dengan
demikian sekret dapat mengalir dengan lancar sehingga drainase sekret akan lebih mudah
keluar (Pincus Catzel & Ian Roberts; 1990; 452).
          Prinsip perawatan ISPA antara lain :
o  Menigkatkan istirahat minimal 8 jam perhari
o  Meningkatkan makanan bergizi
o  Bila demam beri kompres dan banyak minum
o  Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung dengan sapu tangan yang
bersih
o  Bila badan seseorang demam gunakan pakaian yang cukup tipis tidak terlalu ketat.
o  Bila terserang pada anak tetap berikan makanan dan ASI bila anak tersebut masih
menetek
o  Mengatasi panas (demam) dengan memberikan kompres, memberikan kompres, dengan
menggunakan kain bersih, celupkan pada air (tidak perlu air es).
 Mengatasi batuk
Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional yaitu jeruk nipis
½ sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½ sendok teh , diberikan tiga kali
sehari.
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
A. IDENTITAS
1. Nama Inisial : Tn. Dl
2. Jenis kelamin : laki-laki
3. Agama : Kristen Protestan
4. Pendidikan : SMA
5. Pekerjaan : PNS
6. Suku/bangsa : WNI
7. Alamat : Maulafa
8. Penanggung biaya : istri

B. RIWAYAT SAKIT DAN KESEHATAN


1. Keluhan utama: pasien mengatakan batuk pilek selama 1 minggu yang lalu, mual,
muntah, pusing, tidak nafsu makan, kepala sakit, pasien mengatakan tidak pernah
berobat.
2. Keluhan saat dikaji: pasien mengatakan batuk pilek selama 1 minggu yang lalu,
mual, muntah, pusing, tidak nafsu makan, kepala sakit, pasien mengatakan tidak
pernah berobat. Kesadaran composmentis. TTV: TD:110/79mmhg S:38,0derajat C,
N: 101X/menit. RR: 24X/menit.
3. Penyakit yang pernah diderita: Tidak ada
4. Penyakit yang pernah diderita keluarga: -

Genogram:

Ket:
: laki-laki
: perempuan
: garis perkawinan
: pasien

5. Riwayat alergi:-
Jelaskan: -
6. Diagnosa media saat masuk rumah sakit (MRS): Asma
7. Diagnosa medic saat ini: Asma
8. Lainnya:-

C. OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK


 Keadaan umum: baik, sedang, lemah
 Kesadaran: Compos mentis
 Usia: 4 tahun
 Suhu: 36,2 oc.
 Denyut nadi: 120 x/mnt kuat/lemah, teratur/tidak
 Frekuensi nafas: 30 x/menit
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
1. B1 (Breathing)/Pernafasan:
 Irama pola nafas : teratur, tidak teratur
 Jenis : dispnea, kusmaul , cheyne stokes,
lain-lain:
 Suara nafas : Vesikuler, Stridor, Wheesing, Ronchi
lain-lain:
 Sesak nafas : ya, tidak
 Auskultasi :
 Lobus kanan atas : Ronchi
 Lobus kiri atas : Ronchi
 Lobus kanan bawah : Ronchi
 Lobus kiri bawah : Ronchi
 Lobus kanan tengah : Ronchi
 Lainnya :-
Masalah keperawatan: Bersihan jalan nafas tidak efektif
2. B2 (Blood)/Kardiovaskuler
 Irama jantung : S1, S2, S3, S4, teratur, tidak teratur
 Nyeri dada : ya, tidak
 Bunyi jantung : normal, mur-mur, gallop, lain-lain:
 Capillary Refill Time (CRT): > 3 detik, < 3 detik
 Akral : hangat, panas, dingin kering, dingin, basah
 Lainnya :-
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
3. B3 (Brain)/persarafan dan Pengindraan
Bila Diagnosa Medis pasien adalah Stroke, Meningitis dll, lakukan juga
pemeriksaan 12 Nervus
 GCS : eye: 4, verbal:5, motorik: 6 total: 15
 Refleks fisiologi : patella (+), triceps ( ),biceps ( ), lain-lain:
 Refleks patologis : babinsky (+), brudzinsky ( ), kernig ( ) , lain-lain:
 Istirahat/tidur : 8 jam/hari
 Gangguan tidur : Pasien mengatakan tidak ada gangguan tidur.
 Lainnya : Tidak ada
Masalah keperawatan: tidak ada masalah keperawatan
Pupil : isokor, anisokor, lain-lain;
 Sklera/konjungtiva : anemis, ikterus, lain-lain: Normal
 Reaksi terhadap cahaya : Normal
 Gangguan penglihatan : ya tidak, jelaskan: -
 Bentuk telinga : normal tidak, jelaskan: -
 Gangguan pendengaran: ya tidak, jelaskan:-
 Bentuk hidung : normal tidak, jelaskan: -
 Gangguan penciuman : ya, tidak, jelaskan: -
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
4. B4 (Bladder)/Perkemihan
 Kebersihan: bersih kotor, lain-lain:
 Jumlah urine: 1000 cc/hari, warna urine: kuning , bau urine: khas
 Alat bantu (kateter, dll): ada, tidak ada, ukuran: -
lainnya: -
 Kandung kemih : Membesar: ya, tidak, lain-lain:
 Nyeri tekan: ya, tidak, lain-lain:
 Gangguan : anuria, oliguria, retensi, inkontinensia
nokturia, lain-lain: tidak ada
 Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
5. B5 (Bowel)/Pencernaan
 Nafsu makan: baik, menurun, lain-lain: -
 Mual : ya, tidak
 Muntah : ya, tidak.
 Porsi makan: habis, tidak, keterangan: pasien susah makan dikarenakan
batuk,
 Nafsu makan : Pasien mengatakan nafsu makan menurun
 Minum : 1500-2000 cc/hari, jenis yang diminum: Air mineral
 Mulut : bersih, kotor, berbau
 Membran mukosa: lembab, kering, stomatitis
 Tenggorokan : sakit menelan/nyeri tekan, kesulitan menelan
Pembesaran tonsil, lain-lain:
 Abdomen: tegang, kembung, asites, nyeri tekan,
lokasi:
 Peristaltik : 12x/menit
 Pembesaran hepar : ya, tidak
 Pembesaran lien : ya, tidak
 Buang air besar: 1x kali/hari, teratur: ya, tidak
 Konsistensi: lunak bau: khas warna: coklat
 Lain-lain : -
 Balance cairan:

Intake Output
Minum : 1000 cc Urine : 1000cc
Infus : 1500 cc IWL : 15 x 46 = 690 cc
Soup/kuah/air buah: 90 cc Muntah/diare/perdarahan: 100 cc
Obat cair lainnya (mis; albumin
(sebutkan) :Epysan : 10 Cc
Jumlah I= 2.600 cc Total O: 1.740 cc
Balance cairan Total I-Total O = 860 cc

Masalah keperawatan: Defisit nutrisi


6. B6 (Bone)/Muskuloskeletal dan Integumen
 Kemampuan pergerakan sendi: bebas, terbatas
 Warna kulit: ikterus, sianosis, kemerahan, pucat
 Turgor kulit: baik, sedang, jelek
 Edema : ada, tidak ada, lokasi edema: -
 Kekuatan Otot:
5 5
5 5

Lain-lain :-
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
7. Endokrin
 Pembesaran tiroid : ya, tidak
 Hiperglikemia : ya, tidak
 Hipoglikemia : ya, tidak
 Luka gangren : ya, tidak
 Lain-lain : Tidak ada
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan

8. Personal hygiene
 Mandi : 2x/hari (mandiri/dibantusebagian/diabntu total)
 Keramas :1x/hari (mandiri/dibantusebagian/diabntu total)
 Ganti pakaian : 2 x/hari (mandiri/dibantusebagian/diabntu total)
 Sikat gigi :2x/hari (mandiri/dibantusebagian/diabntu total)
 Memotong kuku : 1x/hari (mandiri/dibantusebagian/diabntu total)
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
9. Psiko-sosio-spiritual
 Orang yang paling dekat: keluarga
 Hubungan dengan teman dan lingkungan sekitar: baik
 Kegiatan ibadah: klien mengatakan sering beribadah
 Konsep diri:
a. Gambaran diri: Pasien mengatakan mempunyai keinginan sembuh
b. Ideal diri : Pasien mengatakan menerima penyakitnya.
c. Harga diri : Tidak terganggu
d. Peran diri : Pasien mengatakan keluarga bisa menerima keadaan pasien.
e. Identitas diri : Pasien mengatakan sebagai IRT, presepsi dirinya baik.
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan

D. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan darah rutin

E. THERAPI SAAT INI

No Jenis obat Dosis


1 Amroxol 3x1 mg
2 Dexametasol 3x1 mg
3 CTM 3x1 mg

F. MASALAH KEPERAWATAN
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif (D.001)
2) Defisit Nutrisi (D.0019)
ANALISA DATA

TANG DS/ DO ETIOLOGI MASALAH


No GAL

1. 13-02- Data Subjectif: Virus bakteri, (D.001)


2023 a. Pasien mengatakan batuk , Pasien jamur Bersihan
mengatakan pilek. jalan nafas
Data Objectif : Infeksi saluran tidak
a. Terdengar suara nafas tambahan napas atas efektif.
b. Pola nafas berubah dengan
frekuensi nafas 30x/menit. Kuman berlebihan

9. TTV:TD:110/79mmhg di bronkus

S:38,0derajat C, N: 101X/menit.
RR: 24X/menit. Proses peradangan

c. Kesadaran : Composmentis
Bersihan jalan
napas tidak efektif
2. 13-02- Data Subjectif: Penurunanan (D.0019)
0 2023 a. Orang tua Pasien mengatakan imunitas tubuh Defisit
nafsu makan menurun dikarenakan Nutrisi
pasien mual muntah dan tidak mau Penurunan nafsu
makan makan
Data Objectif :
a. Pasien mengalami kesulitan Mual dan muntah

saat menelan.
b. TTV: TD:110/79mmhg Devisit nutrisi

S:38,0derajat C, N:
101X/menit. RR:
24X/menit.
c. Kesadaran: Composmentis.
DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d spasme jalan nafas yang dibuktikan dengan
pasien mengatakanbatuk dan pilek , frekuensi nafas berubah, pola nafas berubah,
bunyi nafas berubah. Akral teraba hangat, KU: Sedang, Kesadaran:
Composmentis. TTV: TD:110/79mmhg S:38,0derajat C, N: 101X/menit. RR:
24X/menit.
2. Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan menelan makanan yang dibuktikan dengan
nafsu makan menurun, mual, dan kesulitan saat menelan,Kesadaran:
Composmentis, TTV: TD:110/79mmhg S:38,0derajat C, N: 101X/menit. RR:
24X/menit.

Prioritas Diagnosa Keperawatan

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif.


2. Defisit nutrisi.
PERENCANAAN KEPERAWATAN

TAN N DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI/ NAMA &


GGA O KEPERAWATAN & GOAL OBJECTIVE KRITERIA RENCANA TANDA
L DATA PENDUKUNG HASIL/EVALUASI TINDAKAN TANGAN
13- 1 Bersihan jalan nafas tidak Setelah dilakukan Setelah dilakukan Setelah dilakukan proses I.01011 Manajemen
02- efektif b.d spasme jalan proses keperawatan proses keperawatan keperawatan selama 3x24 jalan nafas.
2023 nafas yang dibuktikan diharapkan bersihan 1x24 jam diharapkan jam diharapkan pasien OBSERVASI
denganbatuk pilek, jalan nafas kembali Jalan nafas, frekuensi menunjukkan dengan 1. Monitor pola
frekuensi nafas berubah, efectif . nafas dan pola nafas kriteria hasil: nafas
pola nafas berubah, membaik. L .01001 (frekuensi,
Kesadaran:Composmentis a. Frekuensi nafas (5) kedalaman,
TTV: TD:110/79mmhg b. Pola napas (5) usaha nafas )
S:38,0derajat C, N: c. Dispnea (5) 2. Monitor bunyi
101X/menit. RR: Keterangan : nafas tambahan
24X/menit. DISPNEA (misalnya,gurgli
1. Meningkat (1) ng, mengi,
2. Cukup meningkat wheezing ,ronki
(2) kering ).
3. Sedang (3) 3. Monitor sputum
(jumlah.warna,
4. Cukup menurun (4) aroma )
5. Menurun (5) TERAPEUTIK
FREKUENSI NAFAS, a. Posisikan semi-
POLA NAFAS Fowler atau
1. Memburuk (1) Fowler.
2. Cukup memburuk b. Berikan minum
(2) hangat.
3. Sedang (3) c. Berikan
4. Cukup membaik (4) oksigen, jika
5. Membaik (5) perlu
EDUKASI
a. Ajarkan teknik
batuk efektif.
b. Anjurkan
asupan cairan
2000 ml/hari ,
jika tidak
kontraindikasi.

KOLABORASI
a. Kolaborasi
pemberian
bronkodilator,
ekspektoran,
mukolitik, jika
perlu.

14/12 2 Defisit nutrisi b.d Setelah dilakukan Setelah dilakukan Setelah dilakukan proses L:03119 Manajemen
/2022 ketidakmampuan proses keperawatan proses keperawatan keperawatan selama 3x24 nutrisi
mencerna makanan yang diharapkan defisit 1x24 jam diharapkan jam diharapkan pasien OBSERVASI
dibuktikan dengan nafsu nutrisi pasien dan ketidakmampuan menunjukkan dengan a. Identifikasi
makan menurun, mual indeks masa tubuh mencerna makanan kriteria hasil: status nutrisi.
muntah disertai nyeri (IMT ) membaik . membaik. L.03030 b. Identifikasi
abdomen, dan kesulitan 1. Frekuensi makan alergi dan
saat menelan, Kesadaran: (5) intoleransi
Composmentis, IMT :17,5 2. Nafsu makan (5) makanan.
TTV: TD:110/79mmhg 3. Indeks massa tubuh c. Intoleransi
S:38,0derajat C, N: (IMT) (5) makanan yang
101X/menit. RR: 4. Nyeri abdomen(5) disukai.
24X/menit. d. Identifikasi
Keterangan : kebutuhan
Memburuk (1) kalori dan jenis
Cukup memburuk (2) nutrient
Sedang (3) e. Monitor asupan
Cukup membaik (4) makanan
Membaik (5) f. Monitor berat
badan
Nyeri abdomen g. Monitor hasil
Meningkat (1) pemeriksaan
Cukup meningkat (2) laboratorium.
Sedang (3) TERAPEUTIK
Cukup menurun (4) a. Lakukan oral
Menurun (5) hygiene
sebelum makan,
jika perlu.
b. Sajikan
makanan secara
menarik dan
suhu yang
sesuai.
c. Berikan
makanan tinggi
kalori dan
tinggi protein.
d. Berikan
suplemen
makanan, jika
perlu.
EDUKASI
a. Anjurkan posisi
duduk ,jika
mampu
b. Anjurkan diet
yang
diprogramkan.
KOLABORASI
a. Kolaborasi
pemberian
medikasi
sebelum makan
(misalnya,
pereda nyeri
antiematik, jika
perlu ).
b. Kolaborasi
dengan ahli gizi
untuk
menentukan
jumlah kalori
dan jenis
nutrien yang
dibutuhkan ,
jika perlu.
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

NO TGL/ DIAGNOSA KEPERAWATAN JAM TINDAKAN KEPERAWATAN NA


JAM MA
&
TTD
1 13-02- Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d 09.00 a. Mengidentifikasi frekuensi
2023 spasme jalan nafas yang dibuktikan b. Memonitor kedalaman dan
dengan sesak nafas, frekuensi nafas gerakan dada pasien .
berubah, pola nafas berubah, bunyi c. Mengajarkan klien latihan
nafas berubah. nafas.
Kesadaran:Composmentis, TTV:
TD:110/79mmhg S:38,0derajat C, N:
11.00
101X/menit. RR: 24X/menit. a. Mengobservasi TTV :
TTV:N:120x/menit,
RR:30x/menit, S:36,20c.

b. Mengajarkan teknik batuk


efektif pada pasien.
c. Memonitor pola nafas.
13.00
a. Menganjurkan asupan cairan
2000 ml/hari ,jika tidak
kontra indikasi.
b. mengajarkan teknik batuk
efektif.

14/02/2 Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d 09.00 a. Memberikan posisi semi
023 spasme jalan nafas yang dibuktikan fowler atau posisi fowler.
dengan sesak nafas, frekuensi nafas b. Mengajarkan batuk efektif.
berubah, pola nafas berubah, bunyi
nafas berubah. 11.00
Kesadaran:Composmentis, TTV: a. Memonitor pola

TD:110/79mmhg S:38,0derajat C, N: nafas ,frekuensi,kedalaman

101X/menit. RR: 24X/menit.


nafas.
b. Mengajarkan teknik batuk
efektif.

15/02/2 Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d a. Mengajarkan batuk efektif
09.00
023 spasme jalan nafas yang dibuktikan b. Menganjurkan untuk minum
dengan sesak nafas, frekuensi nafas hangat Mengobservasi TTV:
berubah, pola nafas berubah, bunyi TD:110/79mmhg
nafas berubah. S:38,0derajat C, N:
Kesadaran:Composmentis, TTV: 101X/menit. RR: 24X/menit.
TD:110/79mmhg S:38,0derajat C, N: 12.00
101X/menit. RR: 24X/menit. . a. Memonitor pola nafas
( frekuensi nafas, kedalaman,
usaha nafas )
b. Memonitor jalan nafas.
14. 00

a. Mengidentifikasi kepatenan
jalan nafas.
b. Mempertahankan kepatenan
jalan nafas
2 13/02/2 Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan
a. mengidentifikasi status
023 mencerna makanan yang dibuktikan 09.00
nutrisi pasien dan intoleransi
dengan nafsu makan menurun, mual
makanan.
muntah disertai nyeri abdomen, dan
b. Mengidenfikasi makanan
kesulitan saat menelan, Kesadaran:
yang disukai.
Composmentis, TTV: TD:110/79mmhg
c. Memonitor asupan makanan.
S:38,0derajat C, N: 101X/menit. RR:
11.00 Mengobservasi TTV : TTV:
24X/menit.
TD:110/79mmhg
S:38,0derajat C, N:
101X/menit. RR: 24X/menit.
a.
b. Memonitor asupan makanan.
13.00
a. Menganjurkan pasien untuk
mengkonsumsi makanan
tinggi kalori dan tinggi
protein.
14-02- Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan
2023 mencerna makanan yang dibuktikan 09.00
a. Memonitor asupan makanan
dengan nafsu makan menurun, mual
b. Mengidentifikasi makanan
muntah disertai nyeri abdomen, dan
yang disukai.
kesulitan saat menelan, Kesadaran:
c. Mengajarkan oral hygiene
Composmentis,
sebelum makan , jika perlu.
11.00

a. Memberikan suplemen
makanan, jika perlu
b. Memonitor asupan makanan
14.00

a. Mengobservasi TTV
b. Menganjurkan pasien untuk
mengkonsumsi makanan
tinggi kalori dan tinggi
15-02- protein.
2023
09.00
Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan
mencerna makanan yang dibuktikan a. Memberikan suplemen
dengan nafsu makan menurun, mual makanan, jika perlu.
muntah disertai nyeri abdomen, dan 11.00 b. Memonitor asupan makanan
kesulitan saat menelan Kesadaran:
Composmentis, TTV: TD:110/79mmhg a. Mengobservasi TTV
S:38,0derajat C, N: 101X/menit. RR: b. Menganjurkan pasien untuk
24X/menit. mengkonsumsi makanan
14.00
tinggi kalori dan tinggi
protein.

d. Memonitor asupan makanan


e. Mengidentifikasi makanan
yang disukai.
f. Mengajarkan oral hygiene
sebelum makan , jika perlu.
EVALUASI KEPERAWATAN

N DIAGNOSA NAMA
O TGL/ KEPERAWATAN EVALUASI KEPERAWATAN & TTD
JAM
1 13-02- Bersihan jalan nafas tidak S: Klien mengatakan sesak nafas,batuk
2023 efektif b.d spasme jalan berdahak, pola nafas berubah,frekuensi
nafas yang dibuktikan nafas berubah,
denganbatuk pilek, O: Kesadaran :Composmentis, ,hasil
frekuensi nafas berubah, TTV: N:87x/menit, RR:21x/menit,
pola nafas berubah, S:360c.
Kesadaran:Composmentis A: Masalah keperawatan belum teratasi.
TTV: TD:110/79mmhg P: Lanjutkan intervensi
S:38,0derajat C, N:
101X/menit. RR:
24X/menit.

14-02- Bersihan jalan nafas tidak S: Klien mengatakan sesak nafas,batuk


2023 efektif b.d spasme jalan berdahak, pola nafas berubah,frekuensi
nafas yang dibuktikan nafas berubah,
denganbatuk pilek, O: Kesadaran : Composmentis, hasil
frekuensi nafas berubah, TTV: N:87x/menit, RR:20x/menit,
pola nafas berubah, S:360c, klien tampak membaik.
Kesadaran:Composmentis A: Masalah keperawatan teratasi
TTV: TD:110/79mmhg sebagian.
S:38,0derajat C, N: P: intervensi Lanjutkan
101X/menit. RR:
24X/menit.

15-02- Bersihan jalan nafas tidak S: Klien mengatakan sesak nafas,batuk


2023 efektif b.d spasme jalan berdahak, pola nafas berubah, frekuensi
nafas yang dibuktikan nafas berubah,
denganbatuk pilek, O: Kesadaran :Composmentis, akral
frekuensi nafas berubah, teraba hangat ,hasil TTV: TD: 130/90
pola nafas berubah, mmHG, N:87x/menit, RR:20x/menit,
Kesadaran:Composmentis S:370c, klien membaik.
TTV: TD:110/79mmhg A: Masalah keperawatan teratasi.
S:38,0derajat C, N: P: intervensi dihentikan
101X/menit. RR:
24X/menit.

2 13-02- Defisit nutrisi b.d S: Pasien mengatakan mual muntah


2023 ketidakmampuan mencerna disertai nyeri abdomen.
makanan yang dibuktikan O: KU:Composmentis ,Akral teraba
dengan nafsu makan hangat, TTV: TD: 120/80 mmHG,
menurun, mual muntah N:90x/menit, RR:20x/menit, S:360c.
disertai nyeri abdomen, A: Masalah keperawatan belum teratasi
dan kesulitan saat menelan P: Lanjutkan intervensi
Kesadaran: Composmentis,
TTV: TD:110/79mmhg
S:38,0derajat C, N:
101X/menit. RR:
24X/menit.

14-02- Defisit nutrisi b.d S: Pasien mengatakan mual muntah


2023 ketidakmampuan mencerna disertai nyeri abdomen sudah membaik.
makanan yang dibuktikan O: KU:Composmentis TTV:
dengan nafsu makan N:90x/menit,RR:20x/menit,S:360c.
menurun, mual muntah A: Masalah keperawatan teratasi
disertai nyeri abdomen, sebagian
dan kesulitan saat menelan P: intervensi Lanjutkan
Kesadaran: Composmentis,
TTV: TD:110/79mmhg
S:38,0derajat C, N:
101X/menit. RR:
24X/menit.
15-02- Defisit nutrisi b.d S: Pasien mengatakan mual muntah
2023 ketidakmampuan mencerna disertai nyeri abdomen sudah membaik.
makanan yang dibuktikan O: KU: Sedang TTV: N:87x/menit,
dengan nafsu makan RR:20x/menit, S:360c
menurun, mual muntah A: Masalah keperawatan teratasi
disertai nyeri abdomen, P: intervensi dihentikan
dan kesulitan saat menelan
Kesadaran: Composmentis,
TTV: TD:110/79mmhg
S:38,0derajat C, N:
101X/menit. RR:
24X/menit.
BAB IV
Kesimpulan
ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) adalah infeksi
saluran pernafasan yang dapat berlangsung sampai 14 hari. Secara klinis ISPA ditandai
dengan gejala akut akibat infeksi yang terjadi di setiap bagian
saluran pernafasan dengan berlangsung tidak lebih dari 14 hari. Infeksi saluran pernafasan
akut merupakan kelompok penyakit yang komplek dan heterogen,yang disebabkan oleh 300
lebih jenis virus, bakteri, serta jamur
SARAN
Adapun saran yang ingin kami sampaikan adalah keinginan atas partisipasi para pembaca,
agar sekitarnya mau memberikan kritik dan saran yang sehat dan bersifat membangun semi
kemajuan makalah ini. Kami sadar bahwa penulis adalah manusia biasa yang pastinya
memiliki kesalahan dan kekurangan
DAFTAR PUSTAKA

Meadow,Sir Roy dan Simen.2002.Lectus Notes:Pediatrika.Jakarta:PT.Gelora Aksara Pratama


DepKes RI. Direktorat Jenderal PPM & PLP. Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi
Saluran Pernafasan Akut (ISPA). Jakarta. 1992.
Suriadi,Yuliani R,2001,Asuhan Keperawatan pada Anak,CV sagung Seto,Jakarta
 Gordon,et.al,2001, Nursing Diagnoses : definition & Classification 2001-
2002,Philadelpia,USA
Departemen Kesehatan RI, 2002. Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran
Pernafasan Akut Untuk Penanggulangan Pneumonia Pada Balita: Jakarta.
Catzel, Pincus & Ian robets. (1990). Kapita Seleta Pediatri Edisi II. alih bahasa  oleh Dr.
yohanes gunawan. Jakarta: EGC
Gordon,et.al,2001, Nursing Diagnoses : definition &
Classification20012002,Philadelpia,USA
Intensif Neonatus. Jakarta: Balai penerbit FKUI.
Materi pelatihan kader dan penyegara kader (2004), PSIK UMJ, Jakarta
Naning R,2002,Infeksi Saluran Pernapasan Akut (Handout kuliah Ilmu Kesehatan
Anak)PSIK FK UGM tidak dipublikasikan
Pertemuan Ilmiah Tahunan V (PIT-5) Ilmu Penyakit Dalam PAP di Sumsel. Fakultas
Kedokteran Universitas Sriwijaya, Palembang
Soegijanto, S (2002). Ilmu penyakit anak; diagnosa dan penatalaksanaan.Jakarta: Salemba
medika

Anda mungkin juga menyukai