Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH KEPERAWATAN KOMPLEMENTER

HERBAL MEDICINE

(SISTEM PERNAFASAN, ISPA)

Dosen pengampu:

Etri Yanti, S.kp.M.Biomed

Disusun oleh :

Kelompok 4

1. Ratna Sofianti 1902014

2. Septhiana Alvianti 1902016

S1 KEPERAWATAN

STIKES SYEDZA SAINTIKA PADANG

TAHUN AJARAN 2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Assalamu alaikum wr. wb

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Dasar Pemberantasan Penyakit
yang berjudul PENYAKIT PERNAFASAN ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut)

dengan baik. Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi besar Muhammad
SAW beserta para keluarga, sahabat dan orang-orang yang berjuang di jalan Allah SWT hingga
akhir zaman. Semoga kita mendapatkan syafaatnya di yaumul kiyamah kelak. Aamiin.

penulisan makalah ini adalah berkat dukungan dari semua pihak, untuk itu penulis
menyampaikan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada semua pihak yang terlibat dalam
pembuatan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberi manfaat dan informasi bagi kita
semua khususnya dapat memberikan informasi mengenai penyakit ISPA, pencegahan  beserta
pemberantasannya. Dengan sepenuh hati penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak
memiliki kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat  penulis harapkan
demi kesempurnaan makalah ini.

Wassalamu alaikum

9 MARET 2022

PENULIS

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Usaha peningkatan kesehatan masyarakat pada kenyataannya tidaklah mudah seperti


membalikkan telapak tangan saja, karena masalah ini sangatlah kompleks, dimana penyakit yang
terbanyak diderita oleh masyarakat terutama pada yang paling rawan yaitu ibu dan anak, ibu
hamil dan ibu menyusui serta anak bawah lima tahun. Salah satu penyakit yang diderita oleh
masyarakat terutama adalah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) yaitu meliputi infeksi akut
saluran pernapasan bagian atas dan infeksi akut saluran pernapasan bagian bawah. ISPA adalah
suatu penyakit yang terbanyak diderita oleh anak- anak, baik dinegara berkembang maupun
dinegara maju dan sudah mampu. dan banyak dari mereka perlu masuk rumah sakit karena
penyakitnya cukup gawat. Penyakit-penyakit saluran pernapasan pada masa bayi dan anak-anak
dapat pula memberi kecacatan sampai pada,masa dewasa. dimana ditemukan adanya hubungan
dengan terjadinya Chronic Obstructive Pulmonary Disease.

ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang penting karena menyebabkan kematian
bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian yang terjadi. Setiap anak
diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA setiap tahunnya. 40 % -60 % dari kunjungan
diPuskesmas adalah oleh penyakit ISPA. Dari seluruh kematian yang disebabkan oleh ISPA
mencakup 20 % -30 %. Kematian yang terbesar umumnya adalah karena pneumonia dan pada
bayi berumur kurang dari 2 bulan. Hingga saat ini angka mortalitas ISPA yang berat masih
sangat tinggi. Kematian seringkali disebabkan karena penderita datang untuk berobat dalam
keadaan berat dan sering disertai penyulit-penyulit dan kurang gizi. Data morbiditas penyakit
pneumonia di Indonesia per tahun berkisar antara 10 -20 % dari populasi balita. Untuk
mengurangi terjadinya ISPA pada anak dan balita maka dilakukan deteksi dini oleh masyarakat
atau kader dengan cirri balita dan anak dalam keadaan batuk, sukar bernafas, segera dibawa ke
puskesmas atau UPK terdekat untuk mendapatkan pengobatan.

B. Rumusan masalah

Apa pengertian ISPA?

Apa saja penyebab ISPA?

Apa saja tanda dan gejala ISPA?

Bagaimana patofisiologi ISPA ?

3
C. Tujuan

untuk menjelaskan pengertian ISPA

untuk Menjelaskan penyebab ISPA

untuk Menjelaskan tanda dan gejala ISPA

untuk Menjelaskan patofisiologi ISPA

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI

ISPA adalah infeksi saluran pernafasan akut yang menyerang tenggorokan, hidung, dan
paru-paru yang berlangsung kurang lebih 14 hari.ISPA mengenai struktur saluran di atas laring,
tetapi kebanyakan penyakit ini mengenai bagian saluran atas dan bawah secara stimulant atau
berurutan. (Muttaqin, 2008)

ISPA adalah penyakit yang menyerang salah satu bagian dan atau lebihdari saluran
pernafasan, mulai dari hidung hingga alveoli termasuk jaringan adenoksanya seperti sinus,
rongga telinga tengah, dan pleura. (Nelson, 2008).

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa ISPA adalah suatu tanda dan
gejala akut akibat infeksi yang terjadi di setiap bagian saluran pernafasan atau struktur yang
berhubungan dengan pernafasan yang berlangsung tidak lebih dari 14 hari.

B. PENYEBAB

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) terdiri atas bakteri, virus dan rickettsia yang
jumlahnya lebih dari 300 macam. Bakteri penyebab ISPA antara lain genus streptokokus,
stafilokokus, pneumokokus, hemofilus, bordotella dan karinebakterium. Virus penyebabnya
antara lain golongan miksovirus, adenovirus, koronavirus, psikornavirus, mikoplasma dan
herpesvirus. Sekitar 90-95% penyakit ISPA disebabkan oleh virus (Unuvar, 2009)

C. TANDA DAN GEJALA

Gejala infeksi saluran pernapasan yang paling umum adalah batuk. Meski begitu, gejala
yang berbeda juga dapat menyertai masing-masing infeksi saluran pernapasan seperti Infeksi
saluran pernafasan atas pada umumnya memiliki gejala berupa hidung tersumbat. Infeksi saluran
pernafasan bagian bawah memberikan beberapa tanda lainnya seperti nafas cepat dan ratraksi
dada. Hal ini disebabkan karena menurunnya sistem imun atau daya tahan tubuh. Pada stadium
awal gejalanya berupa panas, gatal terasa dalam hidung yang kemudian diikuti dengan bersin
secara terus-menerus, hidung tersumbat disertai dengan ingus encer serta nyeri pada kepala dan
demam. Permukaan mukosa hidung tampak merah dan membengkak. Infeksi lebih lanjut
membuat secret menjadi kental dan terjadi sumbatan pada hidung. Komplikasi yang mungkin
terjadi adalah sinusitis, farangitis, infeksi telinga tengah hingga bronchitis dan pneumonia
(radang paru) (PDPI, 2017)

 Gejala ISPA ringan


Seseorang dinyatakan menderita ISPA ringan jika ditemukan gejala sebagai
berikut :

5
1. Batuk
2. Serak, yaitu bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara (misalnya
pada waktu berbicara)
3. Pilek yaitu mengeluarkan lendir atau ingus dari lubang
4. Panas atau demam, suhu badan lebih dari 370C atau jika dahi anak diraba
dengan punggung tangan terasa panas
 Gejala ISPA sedang
Seseorang dinyatakan menderita ISPA sedang jika dijumpai gejala ISPA ringan
dengan disertai gejala sebagai berikut :
1. Pernapasan lebih 50 kali permenit pada umur kurang dari satu tahun atau
lebih
2. Suhu lebih dari 390C
3. Tenggorokan berwarna merah
4. Timbul bercak-bercak pada kulit menyerupai bercak campak
5. Telinga sakit akan mengeluarkan nanah dari lubang telinga
6. Pernapasan berbunyi seperti mendengkur (mengorok)
 Gejala ISPA berat
Seseorang dinyatakan menderita ISPA berat jika dijumpai ada gejala ISPA ringan
atau sedang disertai atau lebih gejala sebagai berikut :
1. Bibir atau kulit membiru
2. Lubang hidung kembang kempis dengan cukup lebar pada waktu bernapas
3. Kesadaran menurun
4. Pernapasan berbunyi seperti mengorok dan anak tampak gelisah
5. Nadi cepat, lebih dari 160 kali permenit atau tidak teraba
6. Tenggorokan berwarna merah

D. PATOFISIOLOGI
Perjalanan penyakit ISPA dibagi menjadi 3 tahap :
1) Tahap prepatogenesis : penyebab telah ada tetapi belum menunjukan reaksi apa
apa
2) Tahap inkubasi : virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa, lalu tubuh
menjadi lemah
3) Tahap dini penyakit : penyakit dimulai dari munculnya gejala penyakit, timbul
gejala demam dan batuk. Tahap lanjut penyakit dibagi menjadi 4 yaitu dapat
sembuh sempurna, sembuh dengan atelektasi, menjadi kronis dan meninggal
akibat pneumonia.

6
HERBAL MEDICINE

TERAPI KOMPLEMENTER JAHE DAN MADU UNTUK ISPA

A. jahe
a) definisi
Jahe ( Zingiber Officinale) merupakan tanaman rimpang yang termasuk dalam
famikia Zingiberwnwe.Jahe terkenal sebagai salah satu tanaman yang
mengandung banyak khasiat selain untuk rempah-rempah jahe juga bermanfaat
sebagai bahan obat.Jah dibedakan menjadi tiga jenis berdasarkan
ukuran,bentuk,dan warna rimpangnya yaitu jahe putih/juning besar (jahe gajah
atau jahe badak), jahe putih kecil (jahe sunti),dan jahe merah (widodo,2010).

b) Kandungan
Beberapa senyawa dalam jahe yang berperan besar dalam aktivitas
antioksidan,antiinflamasi,analgesik,antikarsinogenik dan kardiotonik yaitu 6-
gingerdiol,6-shogaol,assam kafeat,champhene,capsaicin,asam khorogenat,asam
ferulat,melatonin,asam fihidriksi-benzoat,asam vanila,vanilin dan zingerone
sebagai obat tradisional,jahe juga sering digunakan untuk mengatasi
influenza,batuk,luka lecet dan luka tikam,selain itu jahe juga dapat digunakan
untuk penambah nafsu makan,memperkuat lambaung,dan melancarkan
pencernaan.
c) Manfaat
Mengobati batuk, Jahe mengandung gingerol dapat dimanfaatkan sebagai obat
antiinflamasi,obat nyeri sendi dan otot karena reumatik,tonikum serta obat batuk,
Menangkal radikal bebas Jahe mengandung antioksidan yang mendorong
penetralan efek merusak yang disebabkan oleh radikal bebas di dalam tubuh,
Membantu percernaan, Jahe dapat membantu sistem perncernaan menjadi lancar
karena jahe mengandung enzim percernaan yaitu protease dan lipase yang
masing-masing mencerna protein dan lemak.

d) Mekanisme kerja
Hangat dari jahe memberikan rangsangan stimulus pada otak hingga
stimulus nyeri dalam otak berkurang dan digantikan oleh stimulus rasa hangat
dari jahe
e) Cara pembuatan
Siapkan 1 ruas jahe merah berukuran 4 cm dengan berat 10 gram, lalu di kupas
Cuci jahe merah yang sudah dikupas hingga bersih tanpa adanya kotoran
Kemudian geprek jahe, tetapi jangan sampai hancur

7
Siapkan panci kecil dan masukkan air 2 gelas tadi ke dalamnya
Lalu masukkan jahe yang sudah digeprek ke dalam air yang mendidih, aduk
beberapa kali
Tunggu 1 menit setelah air mendidih atau hingga air jahe menjadi 150 ml
Kemudian angkat lalu diamkan sampai air jahe hangat
Setelah hangat, tuangkan air jahe dan dipindahkan dari panci ke dalam gelas
ukuran 200 ml
Setelah itu tambahkan 2 sendok makan madu, aduk hingga tercampur rata.
f) Hasil jurnal
Hasil analisis data menunjukkan bahwa jahe merah efektif dalam
menurunkan nyeri RA ditandai rata-rata skala nyeri RA sebelum diberikan
kompres jahe merah mean 6,77 dan sesudah diberikan kompres jahe merah
mean 2,93 dengan skala nyeri RA (p-value = 0,000 < α = 0,05). Kesimpulan
penelitian ini adalah terdapat pengaruhkompres jahe merah terhadap penurunan
nyeri pada penderita RA di Puskesmas Pembantu Bakau Aceh wilayah kerja
Puskesmas Batang Tumu dan disarankan kepada petugas kesehatan di
Puskesmas Pembantu Bakau Aceh untuk memberikan masukan kepada pasien
RA agar dapat memanfaatkan kompres jahe merah sebagai obat herbal untuk
menurunkan nyeri pada penderita RA tersebut.

B. Madu
a) Definisi
Madu adalah suatu cairan kental berasa manis dan lezat, berwarna kuning terang
atau kuning keemasan yang dihasilkan oleh hewan jenis serangga yang disebut
lebah atau tawon. Lebah penghasil madu ini termasuk dalam famili “apidae” dan
yang paling banyak dibudidaya di Indonesia maupun diseluruh dunia adalah jenis
lebah Apis Mallifera. Madu alami umumnya terbuat dari nektar yakni cairan
manis yang terdapat di dalam mahkota bunga yang biasa diserap oleh lebah atau
tawon, yang kemudian dikumpulkan dan disimpan di dalam sarangnya untuk
diolah menjadi bahan persediaan makanan utama bagi mereka, seisi penghuni
sarangnya (Purbaya, 2007).
b) Kandungan
Madu juga mengandung enzim – enzim seperti diastase, glukosa oksidase,
katalase serta vitamin A, betakaroten, vitamin B komplekslengkap, vitamin C, D,
E dan K. Selain itu juga dilengkapi mineral berupa kalium besi, magnesium,
fosfor, tembaga, mangan, natrium dan kalsium. Bahkan terdapat hidrogen
peroksida yang dihasilkan oleh glukosa oksidase dan inhibin (Ahmad, 2007).
c) Manfaat

8
Antimikroba, Madu memiliki aktivitas antimikroba, melawan peradangan
daninfeksi. Didalam kandungan fisik dan kimiawi seperti kadarkeasaman dan
pengaruh osmotik berperan untuk membunuh mikroba.
Kemampuan penyembuh luka, Madu memiliki kemampuan untuk membersihkan
luka,mengabsorbsi cairan edema di sekitar luka dan menambah nutrisi.
d) Mekanisme kerja
Mekanisme kerja dari hidrogen
peroksida sebagai antibakteri adalah dengan menghancurkan membran luar
sebagai pelindung bakteri sehingga bakteri akan mati seketika (Molan, 2001;)
e) Cara pembuatan
Madu saja
Satu sdt madu sebelum tidur bisa membantu mencegah anak batuk saat tidur serta
meningkatkan kualitas tidurnya.
Madu dan air hangat
Madu yang dicampur dengan air hangat bisa diminum atau dipakai sebagai obat
kumur dan bisa menambahkan perasan lemon ke dalamnya. Baik ditelan maupun
dikumur, air madu bisa menenangkan tenggorokan.

f) Jurnal
sejumlah penelitian
laboratorium telah menunjukkan aktivitas madu yang signifikan sebagai
antibakteri, dengan menggunakan konsentrasi madu mulai dari 1,8% sampai 11%
(v/v) dapat menginhibisi 3 bakteri utama dengan maksimal, yaitu menghambat
golongan strain MRSA (methicillin-resistant Staphylococcus aureus),
Staphylococcus aureus dan Pseudomonas (5,5-8,7% v/v madu) (Boyd, 1971;
Cooper et al, 2000). Kedua, pH madu yang relatif asam dan kandungan protein
yang rendah dapat membatasi jumlah air yang tersedia untuk pertumbuhan 2
mikroba dan dapat menghalangi pertumbuhan bakteri (National Honey, 1997;

C. Jeruk nipis
a) Definisi
Jeruk nipis adalah buah yang kaya akan vitamin C. Kandungan di dalam jeruk
nipis sangat bernutrisi. Sehingga manfaat jeruk nipis yaitu dapat membantu
meningkatkan sistem kekebalan tubuh.
b) Kandungan
Jeruk nipis yang kaya akan vitamin C bisa dikenali dengan rasanya yang masam.
Hampir semua buah yang ada rasa masamnya pasti banyak mengandung vitamin
C. Buah ini juga kaya akan asam folat, nutrisi yang sangat penting untuk
regenerasi sel. Selain itu jeruk nipis banyak mengandung flavanoid dan
potassium.
c) Manfaat
9
Jeruk nipis dapat membantu mengatasi serangan batuk dan mengencerkan dahak
di tenggorokan. Jeruk nipis dapat mengurangi rasa sakit akibat batuk karena buah
ini mengandung vitamin C dan minyak atsiri pada daging buahnya.
d) Mekanisme kerja
diduga dengan merusak integritas membran sitoplasma yang
berperan sebagai barrier permeabilitas selektif, membawa transport aktif, dan
kemudian mengontrol komposisi interna sel. Jika terjadi kerusakan pada fungsi
sel, kemudian sel dirusak sehingga terjadi keatian sel (Sari, Masfiyah dan
Chodijah, 2012)
e) Cara pembuatan
Peras sebagian atau setengah jeruk nipis berukuran besar, bisa disesuaikan dengan
selera. Campurkan perasan jeruk nipis ke dalam teh atau air hangat sebanyak 100
ml. Setelah tercampur, tuangkan 2 sendok makan madu ke dalamnya, lalu aduk
hingga larut. Minum selagi hangat.
f) Jurnal
potensi daun jeruk nipis sebagai antibakteri akan
diuji terhadap Staphylococcus epidermidis dan Pseudomonas aeruginosa.
Bakteri S. epidermidis dan P. aeruginosa digunakan karena merupakan
mikrobia yang mudah menyebar dan menyebabkan penyakit kulit, seperti
jerawat dan bisul, serta penyakit lainnya, seperti batuk, bersin, dan
cystic fibrosis (Dewi, 2013; Ngaisah, 2010). Selain alasan tersebut, kedua
bakteri juga mempunyai sifat Gram yang berbeda, yaitu S. epidermidis
merupakan bakteri Gram positif, sedangkan P. aeruginosa merupakan bakteri
Gram negatif. Kedua bakteri digunakan untuk membandingkan aktivitas
antibakteri daun jeruk nipis terhadap sifat Gram yang berbeda tersebut
(Nurfadilah, 2013).
D. Kencur
a) Definisi
Kencur (Kaempferia galangal L.) merupakan tanaman tropis yang tumbuh dengan
subur.Tanaman herba yang sering dikonsumsi sebagai jamu atau bumbu masakan
ini bahkan disebut memiliki manfaat yang dapat menyaingi obat-obatan modern.
b) Kandungan
Kencur mengandung banyak zat dan senyawa kimia yang bermanfaat bagi
kesehatan. Di antaranya adalah pati, mineral, sineol, asam metil kanil, penta
dekaan, asam sinamat, etil ester.
c) Manfaat
Selain Mengatasi batuk Kencur memiliki manfaat untuk mengobati
batuk,Mengobati masuk angin dan flu, Mengobati diare, Mengobati penyakit
akibat bakteri dll.
d) Cara pengolahan

10
Caranya adalah dengan menumbuk 3-5 siung kencur sampai halus, lalu
tambahkan air hangat. Saring larutan kencur untuk mendapatkan air perasannya.
Minumlah air perasan kencur ini untuk mengurangi batuk yang berkepanjangan.
Jika dirasa masih terlalu menyengat, Anda bisa melarutkan teh herbal pada sari
perasan kencur
e) Mekanisme kerja
Senyawa dalam kencur dapat mengurangi dahak, serta melancarkan pernapasan.
Ekstrak kencur juga membantu mengontrol dan menenangkan asma dan sindrom
gangguan pernapasan akut dari efek anti-inflamasi.
f) Jurnal
Analisis Statistik
Uji analisis statistik yang digunakan untuk melihat efek ekstrak rimpang kencur
pada gambaran
histopatologik pada mukosa gaster mencit adalah metode non-parametrik Kruskal
Wallis dan
dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney. Uji analisis statistik ini bertujuan untuk
melihat
perbedaan gambaran mikroskopik mukosa gaster mencit pada ke tiga kelompok
perlakuan yang
dibandingkan.
HASIL DAN DISKUSI
Pada hasil uji statistik non-parametrik Kruskal Wallis diperoleh nilai p=0,000
karena nilai p < 0,05 maka keputusannya H0 ditolak, artinya terdapat perbedaan
gambaran mikroskopik mukosa gaster mencit sedikitnya pada sepasang kelompok
perlakuan. Kemudian dilanjutkan dengan uji statistik Mann-Whitney, Terdapat
perbedaan yang sangat signifikan pada perbandingan kelompok I, III dan
kelompok V. Perbandingan antara kelompok II dan kelompok V menunjukan
perbedaan yang signifikan. Didapatkan perbandingan antara kelompok I, II, III
dan kelompok VI menunjukkan hasil yang tidak signifikan

BAB III

11
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Penyakit ISPA adalah salah satu penyakit yang banyak diderita bayi dan anak-anak, penyebab
kematian dari ISPA yang terbanyak karena pneumonia. Klasifikasi penyakit ISPA tergantung
kepada pemeriksaan dan tanda-tanda bahaya yang diperlihatkan penderita, Penatalaksanaan dan
pemberantasan kasus ISPA diperlukan kerjasama semua pihak, yaitu peranserta masyarakat
terutama ibu-ibu, dokter, para medis dam kader kesehatan untuk menunjang keberhasilan
menurunkan angka, kematian dan angka kesakitan sesuai harapan pembangunan nasional.

Saluran pernapasan atas berfungsi menghangatkan, melembabkan, dan menyaring udara.


Bersama udara, masuk berbagai pathogen, yang dapat nyangkut di hidung, farings (tongsila),
larings, atau trakea dan dapat berproliferasi, bila daya tahan tubuh menurun. Penyebaran infeksi
(bila terjadi) terhantung pada pertahanan tubuh pula, dan dari virus lensi kuman yang
bersangkutan. Contoh ISPA adalah nasofaringitis, influenza (virus) yaitu radang nasofarings,
farings, larings, trakea disertai pembengkakan mebran mukosa dan keluarnya eksudat
mukopurulen (infeksi sekunder).

B. SARAN

Karena yang terbanyak penyebab kematian dari ISPA adalah karena pneumonia, maka
diharapkan penyakit saluran pernapasan penanganannya dapat diprioritaskan. Disamping itu
penyuluhan kepada ibu-ibu tentang penyakit ISPA perlu ditingkatkan dan dilaksanakan secara
berkesinambungan, serta penatalaksanaan dan pemberantasan kasus ISPA yang sudah
dilaksanakan sekarang ini, diharapkan lebih ditingkatkan lagi.

DAFTAR PUSTAKA

12
Tambayong, Jan. 2000. Patofisiologi untuk keperawatan. Jakarta: Penerbit buku kedokteran
EGC.

Krishna,A. Mengenali keluhan anada, informasimkesehatan umum untuk masyarakat. Www,


informasimedika.com

Susilowati, Tina. 2010. Inti sari superpintar RPAL. Yogyakarta: PT Benteng Pustaka.

https://halosehat.com/penyakit/ispa/9-penyebab-ispa-pada-anak-dan-dewasa

https://hellosehat.com/parenting/tips-parenting/tips-mencari-dokter-anak-yang-tepat/

Suriadi,Yuliani R,2001,Asuhan Keperawatan pada Anak,CV sagung Seto,Jakarta

Departemen Kesehatan RI, 2002. Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan


Akut Untuk Penanggulangan Pneumonia Pada Balita: Jakarta.

Badan Pusat Statistik (2010). Sensus penduduk 2010 Propinsi Riau. Diperoleh tanggal, 14 juli
2014 dari http://sp2010.bps.go.id/index.php/site?id=1400000000&wilayah=Riau.

Dahlan, M. S. (2009). Statistik untuk kedokteran dan kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.

Departemen Kesehatan RI. (2010). Kejadian penyakit ISPA pada balita. Diperoleh tanggal 7
Oktober 2013 dari http://www.depkes.go.id/index.php?vw=2&id=2086.

Departemen Kesehatan RI. (2002).Pedoman pemberantasan penyakit infeksi saluran pernapasan


akut untuk penanggulangan pnemonia pada balita. Jakarta: Dirjen PPM & PLP.

Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru (2012). Data penemuan penyakit ISPA. Pekanbaru: Dinkes
Kota Pekanbaru.

Elyana, M. & Candra, A. (2008). Hubungan frekuensi ispa dengan status gizi balita. Diperoleh
tanggal 1 juni 2014 dari http://ejournal.undip.ac.id/index.php/actanutrica/article/view/4859.

Hastono, S. P. (2007). Analisis data kesehatan. Jakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat


Universitas Riau.

13
14

Anda mungkin juga menyukai