Anda di halaman 1dari 21

ASKEP ISPA PADA ANAK

Disusun Oleh: Kelompok 5

1. Gelsi Anggra Monita


2. Lina Widya
3. Nadia Kurnia
4. Novianti Safitri
5. Putri Marlen Yasir
6. Rahmi Zam Zam
7. Roza Lia

Dosen Pembimbing:

Ns. Dwi Christina Rahayuningrum, M.Kep

PRODI S1 KEPERAWATAN 2 B
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SYEDZA
SAINTIKA
TAHUN AJARAN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita sanjungkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Dalam menyelesaikan makalah ini penulis dibantu oleh berbagai pihak. Oleh karena
itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah, teman-teman Kelompok,
serta semua pihak yang dengan caranya masing-masing telah membantu penulis dalam
menyelesaikan makalah ini.

Sebagai makluk yang lemah penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai
pihak, penulis terima dengan lapang dada.

Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua
terutama dalam meningkatkan kualitas pendidikan kita.

Padang, 05 Maret

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan adalah hak setiap orang. Masalah kesehatan sama pentingnya
dengan masalah pendidikan, perekonomian dan lain sebagainya. Usia balita dan anak-
anak merupakan usia yang rentan penyakit. Hingga saat ini salah satu penyakit yang
banyak diderita oleh masyarakat adalah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) .
ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang penting karena menyebabkan
kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian yang
terjadi. Setiap anak diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA setiap tahunnya. 40 %
-60 % dari kunjungan di puskesmas adalah oleh penyakit ISPA (Anonim,2009)
Hal ini dapat dikarenakan beberapa faktor misalnya, rendahnya tingkat pendidikan
sehingga pengetahuan mengenai kesehatan juga masih rendah atau faktor ekonomi
yang menyebabkan tingkat kesehatan kurang diperhitungkan.

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu ispa
2. Mengetahui tanda dan gejala ispa
3. Mengetahui cara penularan penyakit ispa
4. Mengetahui pencegahan ispa

C. Rumusan Masalah
1. Apa itu ispa?
2. Apa tanda dan gejala ispa?
3. Bagaimana cara penularan ispa?
4. Bagaimana cara pencegahan ispa?
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN

ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari. Yang
dimaksud dengan saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung sampai
gelembung paru, beserta organ-organ disekitarnya seperti : sinus, ruang telinga tengah
dan selaput paru.

Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti
batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik, namun demikian
anak akan menderita pneumoni bila infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotik
dapat mengakibat kematian.

Program Pemberantasan Penyakit ISPA membagi penyakit ISPA dalam 2


golongan yaitu pneumonia dan yang bukan pneumonia. Pneumonia dibagi atas derajat
beratnya penyakit yaitu pneumonia berat dan pneumonia tidak berat. Penyakit batuk
pilek seperti rinitis, faringitis, tonsilitis dan penyakit jalan napas bagian atas lainnya
digolongkan sebagai bukan pneumonia. Etiologi dari sebagian besar penyakit jalan
napas bagian atas ini ialah virus dan tidak dibutuhkan terapi antibiotik. Faringitis oleh
kuman Streptococcus jarang ditemukan pada balita. Bila ditemukan harus diobati
dengan antibiotik penisilin, semua radang telinga akut harus mendapat antibiotik.

B. KLASIFIKASI ISPA

Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai berikut:

1. Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada kedalam
(chest indrawing).

2. Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.

3. Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai demam, tanpa
tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat. Rinofaringitis, faringitis dan
tonsilitis tergolong bukan pneumonia
Berdasarkan hasil pemeriksaan dapat dibuat suatu klasifikasi penyakit ISPA.
Klasifikasi ini dibedakan untuk golongan umur dibawah 2 bulan dan untuk golongan
umur 2 bulan sampai 5 tahun.

Untuk golongan umur kurang 2 bulan ada 2 klasifikasi penyakit yaitu :

1. Pneumonia berat: diisolasi dari cacing tanah oleh Ruiz dan kuat dinding pada bagian
bawah atau napas cepat. Batas napas cepat untuk golongan umur kurang 2 bulan yaitu
60 kali per menit atau lebih.

2. Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat dinding
dada bagian bawah atau napas cepat.

Untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun ada 3 klasifikasi penyakit yaitu :

1. Pneumonia berat: bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding dada bagian
bawah kedalam pada waktu anak menarik napas (pada saat diperiksa anak harus
dalam keadaan tenang tidak menangis atau meronta).

2. Pneumonia: bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah untuk usia 2 -12 bulan
adalah 50 kali permenit atau lebih dan untuk usia 1 -4 tahun adalah 40 kali per menit
atau lebih.

3. Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan dinding dada
bagian bawah dan tidak ada napas cepat.

C. ETIOLOGI

Etiologi ISPA terdiri lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan riketsia. Bakteri
penyebabnya antara lain dari genus Streptococcus, Stafilococcus, Pnemococcus,
Hemofilus, Bordetella dan Corinebakterium. Virus penyebabnya antara lain golongan
Micsovirus, Adenovirus, Coronavirus, Picornavirus, Micoplasma, Herpesvirus.

D. PATOFISIOLOGI

Perjalanan alamiah penyakit ISPA dibagi 3 tahap yaitu :

1. Tahap prepatogenesis : penyebab telah ada tetapi belum menunjukkan reaksi apa-apa.
2. Tahap inkubasi : virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh menjadi
lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya rendah.
3. Tahap dini penyakit : dimulai dari munculnya gejala penyakit,timbul gejala demam
dan batuk. Tahap lanjut penyaklit,dibagi menjadi empat yaitu dapat sembuh
sempurna, sembuh dengan atelektasis, menjadi kronos dan meninggal akibat
pneumonia.

Infeksi bakteri mudah terjadi pada saluran nafas yang sel-sel epitel mukosanya
telah rusak akibat infeksi yang terdahulu. Selain hal itu, hal-hal yang dapat
mengganggu keutuhan lapisan mukosa dan gerak silia adalah asap rokok dan gas SO2
(polutan utama dalam pencemaran udara), sindroma imotil, pengobatan dengan O2
konsentrasi tinggi (25 % atau lebih).

E. PATHWAYS

F. GEJALA ISPA

Penyakit ISPA adalah penyakit yang sangat menular, hal ini timbul karena
menurunnya sistem kekebalan atau daya tahan tubuh, misalnya karena kelelahan atau
stres. Pada stadium awal, gejalanya berupa rasa panas, kering dan gatal dalam hidung,
yang kemudian diikuti bersin terus menerus, hidung tersumbat dengan ingus encer serta
demam dan nyeri kepala. Permukaan mukosa hidung tampak merah dan membengkak.
Infeksi lebih lanjut membuat sekret menjadi kental dan sumbatan di hidung bertambah.
Bila tidak terdapat komplikasi, gejalanya akan berkurang sesudah 3-5 hari. Komplikasi
yang mungkin terjadi adalah sinusitis, faringitis, infeksi telinga tengah, infeksi saluran
tuba eustachii, hingga bronkhitis dan pneumonia (radang paru).

G. CARA PENULARAN ISPA

Penularan penyakit ISPA dapat terjadi melalui udara yang telah tercemar, bibit
penyakit masuk kedalam tubuh melalui pernafasan, oleh karena itu maka penyakit ISPA
ini termasuk golongan Air Borne Disease. Penularan melalui udara dimaksudkan adalah
cara penularan yang terjadi tanpa kontak dengan penderita maupun dengan benda
terkontaminasi. Sebagian besar penularan melalui udara dapat pula menular melalui
kontak langsung, namun tidak jarang penyakit yang sebagian besar penularannya adalah
karena menghisap udara yang mengandung unsur penyebab atau mikroorganisme
penyebab.
Penularan penyakit ISPA dapat terjadi melalui:

a. Polusi udara
b. Asap rokok
c. Bibit penyakit masuk kedalam tubuh melalui pernapasan
d. Asap pembakaran bahan kayu yang biasanya digunakan untuk memasak.

H. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYAKIT ISPA


1. Umur
2. Jenis Kelamin
3. Status Gizi
4. Berat Badan Lahir
5. Status Asi Eksklusif
6. Status Imunisasi
7. Lingkungan

I. CARA MENGATASI ISPA


a. Mengatasi panas (demam)
1. Untuk orang dewasa, diberikan obat penurun panas yaitu paracetamol.
2. Untuk anak usia 2 bulan sampai 5 tahun, demam diatasi dengan memberikan
paracetamol dan kompres.
b. Mengatasi batuk
1. Dianjurkan memberi obat batuk yang aman, yaitu ramuan obat tradisional
berupa jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½ sendok
teh, diberikan 3 kali sehari.
2. Dapat menggunakan obat batuk lainnya yang tidak mengandung zat yang
merugikan seperti kodein, dekstrometorfan dan antihistamin.
c. Pemberian makanan
1. Berikan makanan yang cukup bergizi biarpun hanya sedikit tetapi berikan
secara berulang-ulang.
2. Pemberian ASI pada bayi yang menyusui tetap diberikan.
d. Pemberian minuman
1. Usakan pemberian cairan seperti air putih, air buah dan sebagainya, diberikan
lebih dari biasanya. Ini akan membantu mengencerkan dahak dan mencegah
kekurangan cairan.
2. Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut yang terlalu tebal dan
rapat, apalagi jika pada anak yang menderita demam karena akan menghambat
keluarnya panas.
3. Jika pilek, bersihkan hidung untuk mempercepat kesembuhan dan
menghindari komplikasi yang lebih parah.
4. Usahakan lingkungan tetap terjaga dan selalu sehat, yaitu ventilasi yang
cukup, dengan cahaya yang memadai dan tidak berasap.

J. PENCEGAHAN ISPA

Menurut Depkes RI, (2002) pencegahan ISPA antara lain:

1. Menjaga kesehatan gizi agar tetap baik


Dengan menjaga kesehatan gizi yang baik maka itu akan mencegah kita atau
terhindar dari penyakit yang terutama antara lain penyakit ISPA. Misalnya dengan
mengkonsumsi makanan empat sehat lima sempurna, banyak minum air putih, olah
raga dengan teratur, serta istirahat yang cukup, kesemuanya itu akan menjaga badan
kita tetap sehat. Karena dengan tubuh yang sehat maka kekebalan tubuh kita akan
semakin meningkat, sehingga dapat mencegah virus /bakteri penyakit yang akan
masuk ke tubuh kita.
2. Imunisasi
Pemberian immunisasi sangat diperlukan baik pada anak-anak maupun orang
dewasa. Immunisasi dilakukan untuk menjaga kekebalan tubuh kita supaya tidak
mudah terserang berbagai macam penyakit yang disebabkan oleh virus / bakteri.
3. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan
Membuat ventilasi udara serta pencahayaan udara yang baik akan mengurangi
polusi asap dapur / asap rokok yang ada di dalam rumah, sehingga dapat mencegah
seseorang menghirup asap tersebut yang bisa menyebabkan terkena penyakit ISPA.
Ventilasi yang baik dapat memelihara kondisi sirkulasi udara (atmosfer) agar tetap
segar dan sehat bagi manusia.
4. Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) ini disebabkan oleh virus/ bakteri yang
ditularkan oleh seseorang yang telah terjangkit penyakit ini melalui udara yang
tercemar dan masuk ke dalam tubuh. Bibit penyakit ini biasanya berupa virus / bakteri
di udara yang umumnya berbentuk aerosol (anatu suspensi yang melayang di udara).
Adapun bentuk aerosol yakni Droplet, Nuclei (sisa dari sekresi saluran pernafasan
yang dikeluarkan dari tubuh secara droplet dan melayang di udara), yang kedua duet
(campuran antara bibit penyakit).
BAB III

TINJAUAN KASUS

KASUS

Data diruang anak Rs. Yos Sudarso Padang seorang ibu membawa anak nya yang
berusia 18 bln dengan keluhan utama mengalami batuk, pilek, selama 5 hari, disertai dengan
demam, sakit tenggorokan dan adanya suara tambahan saat tidur (stridor) , dan ibu juga
mengatakan anaknya tidak mau makan baru 2 hari. Setelah dilakukan pengkajian didapatkan
data RR: 20X/mnt, Suhu: 38 oC, BB :12 kg , TB : 72 cm

I. PENGKAJIAN ISPA
1. Identitas Pasien
Nama : An. K
Umur : 18 bulan
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan : -
Pekerjaan : -
Status : Belum menikah
Alamat : Jl. Siliwangi Babakan Tasik Rt/Rw 01/12
Kelurahan Sawah Gede
Kecamatan Cianjur Kabupaten Cianjur Jawa
Barat

Agama : Islam

Suku / bangsa : Sunda / Indonesia


Tanggal masuk puskesmas : 05 Februari 2016
Diagnosa medis : ISPA
2. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Ny.G dari An. K mengatakan bahwa anaknya mengalami batuk, pilek
selama 5 hari disertai dengan demam, sakit tenggorokan dan adanya suara
tambahan saat tidur (stridor) dan ny. G mengatakan anak nya tidak mau makan
baru 2 hari.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Pada saat pengkajian tanggal 5 Maret 2020 Ny.G dari An. K
mengatakan bahwa anaknya mengalami batuk, pilek selama 5 hari disertai
dengan demam, sakit tenggorokan, dan adanya suara tambahan (stridor) saat
tidur. Skala nyeri 3 dari 0-5.

3) Riwayat kesehatan dahulu


Klien sebelumnya sudah pernah mengalami penyakit sekarang tetapi
tidak disertai dengan sakit tenggorokan dan suara tambahan (stridor) ketika
sedang tidur.
4) Riwayat kesehatan keluarga
Menurut anggota keluarga ada juga yang pernah mengalami sakit
seperti penyakit klien tersebut.
3. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : Lemas
2. Tanda-tanda vital
a) Respirasi : 20 x/menit
b) Nadi : x/menit
c) Suhu : 38OC
3. Berat badan : 12 Kg
4. Tinggi badan : 72 Cm
a) Pemeriksaan Head to Toe
1. Kepala
Bentuk kepala simetris, warna rambut hitam tebal, kulit kepala tidak kotor,
tidak ada nyeri tekan.
2. Mata
Bentuk mata simetris, konjungtiva non anemis , sklera putih, tidak ada nyeri
tekan. Pupil mengecil ketika di beri rangsangan cahaya.
3. Hidung
Bentuk hidung simetris, klien dapat mencium kayu putih.
4. Mulut
Mulut simetris, bibir kering, tidak ada stomatitis.
5. Telinga
Lubang telinga simetris, tidak ada nyeri tekan, klien dapat mendengar detak
jam.
6. Leher
Bentuk leher simetris. Adanya nyeri tekan pada leher.
7. Dada / thorax
Bentuk dada simetris, tidak ada nyeri tekan, adanya suara tambahan (stridor)
ketika sedang tidur.
8. Abdomen
Bentuk abdomen simetris, tidak ada nyeri tekan.
9. Punggung
Bentuk punggung simetris, tidak ada nyeri tekan.
10. Ekstremitas
a) Atas
Tangan lengkap simetris, tidak ada nyeri tekan, kuku tidak kotor dan
tidak panjang, tidak ada kelainan.
b) Bawah
Kaki lengkap simetris, tidak ada nyeri tekan, kuku tidak kotor dan
tidak panjang, tidak ada kelainan.
II. ANALISA DATA
1. DS: Ny.G dari An. K mengatakan anak nya tidak mau makan baru 2 hari
DO: Berat badan An.K menurun
2. DS: Ny.G dari An. K mengatakan demam
DO: Pasien tampak gelisah
3. DS: Ny. G dari An. K mengatakan sakit tenggorokan dan adanya suara tambahan
saat tidur (stridor).
DO: Klien terlihat memegang tenggorokan
III. DIAGNOSA KEPERAWATAN
 Hipetermi b.d dehidrasi d.d gelisah
 Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.da asupan diet kurang d.d
penurunan berat badan
 Ketidak efektifan bersihan jalan nafas b.d sekresi yang tertahan d.d suara nafas
tambahan
No Diagnosa Noc Nic Aktivitas

1 Hipetermi b.d dehidrasi Termoregulasi dengan Perawatan demam 1. Pantau suhu dan TTV lainnya
d.d gelisah indikator : 2. Monitor warna kulit dan suhu
Hipertermia banyak 3. Jangan beri aspirin untuk anak-
terganggu (2) anak
ditingkatkan ke sedikit 4. Tutup pasien dengan selimut atau
terganggu (4) pakaian ringan, tergantung pada
fase demam
5. Monitor asupan dan keluaran,
sadari perubahan kehilangan
cairan yang tak dirasakan
6. Tingkatkan sirkulasi udara

2 Ketidak seimbangan Status nutrisi dengan Manajemen nutrisi 1. Tentukan status gizi pasien dan
nutrisi kurang dari indikator: asupan kemampuan untuk memenuhi
kebutuhan b.da asupan makanan cukup kebutuhan gizi
diet kurang d.d menyimpang dari 2. Tentukan jumlah kalori dan jenis
penurunan berat badan rentang normal(3) nutrisi yang dibutuhkan utk
dipertahankan ke memenuhi persyaratan gizi
sedikit menyimpang 3. Monitor kecendrungan terjadinya
dari rentang normal penurunan dan kenaikan berat
(4) badan
4. Identifikasi adanya alergi atau
intoleransi makanan yang dimiliki
pasien

3 Ketidak efektifan Status Manajemen jalan nafas 1. Posisikan pasien untuk


bersihan jalan nafas b.d pernafasan:kepatenan memaksimalkan ventilasi
sekresi yang tertahan d.d jalan nafas dengan 2. Kelola udara atau oksigen yang
suara nafas tambahan indikator : suara nafas dilembabkan sebagai mana
tambahan dari Deviasi mestinya
sedang dari kisaran 3. Posisikan untuk meringankan
normal(3) sesak nafas
ditingkatkan ke 4. Lakukan penyedotan melalui
deviasi ringan dari endotrakea
kisaran normal(4)
IV. IMPLEMNTASI DAN EVALUASI

NO IMPLEMENTASI EVALUASI
DX

1.  Memantau suhu dan TTV lainnya S=


 memonitor warna kulit dan suhu
O=
 Jangan beri aspirin untuk anak-anak
 Menutup pasien dengan selimut atau A=
pakaian ringan, tergantung pada fase
P=
demam
 Memonitor asupan dan keluaran,
sadari perubahan kehilangan cairan
yang tak dirasakan
 Meningkatkan sirkulasi udara

2.  Menentukan status gizi pasien dan S= mengatakan anak nya tidak mau
kemampuan untuk memenuhi makan baru 2 hari
kebutuhan gizi
 Menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrisi yang dibutuhkan utk O= Pasien tampak gelisah
memenuhi persyaratan gizi
A=
 Memonitor kecendrungan terjadinya
penurunan dan kenaikan berat badan P=
 Mengidentifikasi adanya alergi atau
intoleransi makanan yang dimiliki
pasien

3.  Meposisikan pasien untuk S=


memaksimalkan ventilasi O=
 Mengelola udara atau oksigen yang A=
dilembabkan sebagai mana mestinya
P=
 Memposisikan untuk meringankan
sesak nafas
 Melakukan penyedotan melalui
endotrakea
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai