Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Infeksi Saluran Pernapasan dengan
baik. Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW
beserta para keluarga, sahabat dan orang-orang yang berjuang di jalan Allah SWT hingga
akhir zaman.
Semoga kita mendapatkan syafaatnya di yaumul kiyamah kelak. Aamiin. Selesainya
penulisan makalah ini adalah berkat dukungan dari semua pihak, untuk itu penulis
menyampaikan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada semua pihak yang terlibat
dalam pembuatan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberi manfaat dan informasi
bagi kita semua khususnya dapat memberikan informasi mengenai penyakit ISPA,
pencegahan beserta pemberantasannya. Dengan sepenuh hati penulis menyadari bahwa
makalah ini masih banyak memiliki kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang
membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ………………………………………………………………………….…….1
Daftar isi………………………………………………………………………………….…..2
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………..…3
Tujuan Umum……………………………………………………………………………..…..3
Tujuan Khusus…………………………………………………………………………….….3
BAB I V KESIMPULAN…………………………………………………………………….22
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………..23
2
BAB I
KONSEP DASAR TEORI
A. Pendahuluan
Hingga saat ini salah satu penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat adalah
ISPA. (Infeksi Saluran Pernapasan Akut). ISPA masih merupakan masalah
kesehatan yang penting karena menyebabkan kematian bayi dan balita yang cukup
tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian yang terjadi. Setiap anak diperkirakan
mengalami 3 - 6 episode ISPA setiap tahunnya. 40 % - 60 % dari kunjungan di
puskesmas adalah oleh penyakit ISPA (Anonim, 2009).
B. Tujuan penulisan
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
3
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Kesehatan adalah hak setiap orang. Masalah kesehatan sama pentingnya dengan masalah
pendidikan, perekonomian dan lain sebagainya. Usia balita dan anak-anak merupakan usia
yang rentan penyakit. Hingga saat ini salah satu penyakit yang banyak diderita oleh
masyarakat adalah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) .
ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang penting karena menyebabkan kematian bayi
dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian yang terjadi. Setiap anak
diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA setiap tahunnya. 40 % -60 % dari kunjungan di
puskesmas adalah oleh penyakit ISPA (Anonim,2009)
Hal ini dapat dikarenakan beberapa faktor misalnya, rendahnya tingkat pendidikan sehingga
pengetahuan mengenai kesehatan juga masih rendah atau faktor ekonomi yang menyebabkan
tingkat kesehatan kurang diperhitungkan.
B. Definisi ISPA
ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari. Yang dimaksud
dengan saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung sampai gelembung paru, beserta
organ-organ disekitarnya seperti : sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru
Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk pilek dan
tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik, namun demikian anak akan menderita
pneumoni bila infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotik dapat mengakibat kematian
Program Pemberantasan Penyakit ISPA membagi penyakit ISPA dalam 2 golongan yaitu
pneumonia dan yang bukan pneumonia. Pneumonia dibagi atas derajat beratnya penyakit
yaitu pneumonia berat dan pneumonia tidak berat. Penyakit batuk pilek seperti rinitis,
faringitis, tonsilitis dan penyakit jalan napas bagian atas lainnya digolongkan sebagai bukan
pneumonia. Etiologi dari sebagian besar penyakit jalan napas bagian atas ini ialah virus dan
tidak dibutuhkan terapi antibiotik. Faringitis oleh kuman Streptococcus jarang ditemukan
pada balita. Bila ditemukan harus diobati dengan antibiotik penisilin, semua radang telinga
akut harus mendapat antibiotik.
4
C. Klasifikasi ISPA
1. Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada kedalam
(chest indrawing).
3. Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai demam, tanpa
tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat. Rinofaringitis, faringitis dan
tonsilitis tergolong bukan pneumonia
Berdasarkan hasil pemeriksaan dapat dibuat suatu klasifikasi penyakit ISPA. Klasifikasi ini
dibedakan untuk golongan umur dibawah 2 bulan dan untuk golongan umur 2 bulan sampai 5
tahun.
Pneumonia berat: diisolasi dari cacing tanah oleh Ruiz dan kuat dinding pada bagian bawah
atau napas cepat. Batas napas cepat untuk golongan umur kurang 2 bulan yaitu 60 kali per
menit atau lebih.
Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat dinding dada
bagian bawah atau napas cepat.
Untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun ada 3 klasifikasi penyakit yaitu :
1. Pneumonia berat: bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding dada bagian
bawah kedalam pada waktu anak menarik napas (pada saat diperiksa anak harus
dalam keadaan tenang tidak menangis atau meronta).
2. Pneumonia: bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah untuk usia 2 -12 bulan
adalah 50 kali permenit atau lebih dan untuk usia 1 -4 tahun adalah 40 kali per menit
atau lebih.
3. Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan dinding dada
bagian bawah dan tidak ada napas cepat(Rasmaliah, 2004).
D. Etiologi ISPA
Etiologi ISPA terdiri lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan riketsia. Bakteri penyebabnya
antara lain dari genus Streptococcus, Stafilococcus, Pnemococcus, Hemofilus, Bordetella dan
Corinebakterium. Virus penyebabnya antara lain golongan Micsovirus, Adenovirus,
Coronavirus, Picornavirus, Micoplasma, Herpesvirus.
E. Patofisiologi ISPA 5
Perjalanan alamiah penyakit ISPA dibagi 3 tahap yaitu :
1. Tahap prepatogenesis : penyebab telah ada tetapi belum menunjukkan reaksi apa-apa.
2. Tahap inkubasi : virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh menjadi
lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya rendah.
3. Tahap dini penyakit : dimulai dari munculnya gejala penyakit,timbul gejala demam
dan batuk. Tahap lanjut penyaklit,dibagi menjadi empat yaitu dapat sembuh
sempurna, sembuh dengan atelektasis, menjadi kronos dan meninggal akibat
pneumonia.
Infeksi bakteri mudah terjadi pada saluran nafas yang sel-sel epitel mukosanya telah rusak
akibat infeksi yang terdahulu. Selain hal itu, hal-hal yang dapat mengganggu keutuhan
lapisan mukosa dan gerak silia adalah asap rokok dan gas SO2 (polutan utama dalam
pencemaran udara), sindroma imotil, pengobatan dengan O2 konsentrasi tinggi (25 % atau
lebih).
F. Pathways
G. Gejala ISPA
6
Penyakit ISPA adalah penyakit yang sangat menular, hal ini timbul karena menurunnya
sistem kekebalan atau daya tahan tubuh, misalnya karena kelelahan atau stres. Pada stadium
awal, gejalanya berupa rasa panas, kering dan gatal dalam hidung, yang kemudian diikuti
bersin terus menerus, hidung tersumbat dengan ingus encer serta demam dan nyeri kepala.
Permukaan mukosa hidung tampak merah dan membengkak. Infeksi lebih lanjut membuat
sekret menjadi kental dan sumbatan di hidung bertambah. Bila tidak terdapat komplikasi,
gejalanya akan berkurang sesudah 3-5 hari. Komplikasi yang mungkin terjadi adalah
sinusitis, faringitis, infeksi telinga tengah, infeksi saluran tuba eustachii, hingga bronkhitis
dan pneumonia (radang paru).
Penularan penyakit ISPA dapat terjadi melalui udara yang telah tercemar, bibit penyakit
masuk kedalam tubuh melalui pernafasan, oleh karena itu maka penyakit ISPA ini termasuk
golongan Air Borne Disease. Penularan melalui udara dimaksudkan adalah cara penularan
yang terjadi tanpa kontak dengan penderita maupun dengan benda terkontaminasi. Sebagian
besar penularan melalui udara dapat pula menular melalui kontak langsung, namun tidak
jarang penyakit yang sebagian besar penularannya adalah karena menghisap udara yang
mengandung unsur penyebab atau mikroorganisme penyebab. Penularan penyakit ISPA dapat
terjadi melalui:
a. Polusi udara
b. Asap rokok
a. Agent
Infeksi dapat berupa flu biasa hingga radang paru-paru. Kejadiannya bisa secara akut
atau kronis, yang paling sering adalah rinitis simpleks, faringitis, tonsilitis, dan
sinusitis. Rinitis simpleks atau yang lebih dikenal sebagai selesma/common
cold/koriza/flu/pilek, merupakan penyakit virus yang paling sering terjadi pada
manusia. Penyebabnya adalah virus Myxovirus, Coxsackie, dan Echo.
b. Manusia
1. Umur
3. Status Gizi
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) ditetapkan sebagai suatu berat lahir <2.500
gram. Menurut Tuminah (1999), bayi dengan BBLR mempunyai angka kematian
lebih tinggi dari pada bayi dengan berat ≥2500 gram saat lahir selama tahun
pertama kehidupannya. Pneumonia adalah penyebab kematian terbesar akibat
infeksi pada bayi baru lahir.
Air Susu Ibu (ASI) dibutuhkan dalam proses tumbuh kembang bayi kaya akan
faktor antibodi untuk melawan infeksi-infeksi bakteri dan virus, terutama selama
minggu pertama (4-6 hari) payudara akan menghasilkan kolostrum, yaitu ASI
awal mengandung zat kekebalan (Imunoglobulin, Lisozim, Laktoperin, bifidus
factor dan sel-sel leukosit) yang sangat penting untuk melindungi bayi dari
infeksi.
6. Status Imunisasi
c. Lingkungan
1. Kelembaban Ruangan
Salah satu syarat fisiologis rumah sehat adalah memiliki suhu optimum 18- 300C.
Hal ini berarti, jika suhu ruangan rumah dibawah 180C atau diatas 300C keadaan
rumah tersebut tidak memenuhi syarat. Suhu ruangan yang tidak memenuhi syarat
kesehatan menjadi faktor risiko terjadinya ISPA pada balita sebesar 4 kali.
3. Ventilasi
Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah menjaga agar
aliran udara di dalam rumah tersebut tetap segar. Hal ini berarti keseimbangan O2
yang diperlukan oleh penghuni rumah tersebut tetap terjaga.
Penggunaan Anti nyamuk sebagai alat untuk menghindari gigitan nyamuk dapat
menyebabkan gangguan saluran pernafasan karena menghasilkan asap dan bau
tidak sedap. Adanya pencemaran udara di lingkungan rumah akan merusak
mekanisme pertahanan paru-paru sehingga mempermudah timbulnya gangguan
pernafasan.
7. Keberadaan Perokok
Rokok bukan hanya masalah perokok aktif tetapi juga perokok pasif. Asap rokok
terdiri dari 4.000 bahan kimia, 200 diantaranya merupakan racun antara lain
Carbon Monoksida (CO), Polycyclic Aromatic Hydrocarbons (PAHs) dan lain-
lain. Berdasarkan hasil penelitian Pradono dan Kristanti (2003), secara
keseluruhan prevalensi perokok pasif pada semua umur di Indonesia adalah
sebesar 48,9% atau 97.560.002 penduduk.
2. Untuk anak usia 2 bulan sampai 5 tahun, demam diatasi dengan memberikan
paracetamol dan kompres.
b. Mengatasi batuk
1. Dianjurkan memberi obat batuk yang aman, yaitu ramuan obat tradisional berupa
jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½ sendok teh,
diberikan 3 kali sehari.
2. Dapat menggunakan obat batuk lainnya yang tidak mengandung zat yang
merugikan seperti kodein, dekstrometorfan dan antihistamin.
c. Pemberian makanan
1. Berikan makanan yang cukup bergizi biarpun hanya sedikit tetapi berikan secara
berulang-ulang.
d. Pemberian minuman
1. Usakan pemberian cairan seperti air putih, air buah dan sebagainya, diberikan
lebih dari biasanya. Ini akan membantu mengencerkan dahak dan mencegah
kekurangan cairan.
2. Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut yang terlalu tebal dan rapat,
apalagi jika pada anak yang menderita demam karena akan menghambat
keluarnya panas.
4. Usahakan lingkungan tetap terjaga dan selalu sehat, yaitu ventilasi yang cukup,
dengan cahaya yang memadai dan tidak berasap.
10
K. Pencegahan ISPA
Dengan menjaga kesehatan gizi yang baik maka itu akan mencegah kita atau
terhindar dari penyakit yang terutama antara lain penyakit ISPA. Misalnya dengan
mengkonsumsi makanan empat sehat lima sempurna, banyak minum air putih,
olah raga dengan teratur, serta istirahat yang cukup, kesemuanya itu akan menjaga
badan kita tetap sehat. Karena dengan tubuh yang sehat maka kekebalan tubuh
kita akan semakin meningkat, sehingga dapat mencegah virus /bakteri penyakit
yang akan masuk ke tubuh kita.
b. Imunisasi
Membuat ventilasi udara serta pencahayaan udara yang baik akan mengurangi
polusi asap dapur / asap rokok yang ada di dalam rumah, sehingga dapat
mencegah seseorang menghirup asap tersebut yang bisa menyebabkan terkena
penyakit ISPA. Ventilasi yang baik dapat memelihara kondisi sirkulasi udara
(atmosfer) agar tetap segar dan sehat bagi manusia.
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) ini disebabkan oleh virus/ bakteri yang
ditularkan oleh seseorang yang telah terjangkit penyakit ini melalui udara yang
tercemar dan masuk ke dalam tubuh. Bibit penyakit ini biasanya berupa virus /
bakteri di udara yang umumnya berbentuk aerosol (anatu suspensi yang melayang
di udara). Adapun bentuk aerosol yakni Droplet, Nuclei (sisa dari sekresi saluran
pernafasan yang dikeluarkan dari tubuh secara droplet dan melayang di udara),
yang kedua duet (campuran antara bibit penyakit).
BAB III
TINJAUAN KASUS
11
A. Pengkajian ISPA
1. Identitas Pasien
Nama : An. K
Umur : 18 bulan
Pendidikan : -
Pekerjaan : -
Agama : Islam
No.Registrasi : 2067
Nama : Tn. U
Umur : 37 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Status : Menikah
B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
12
Tn. dari An. K mengatakan bahwa anaknya mengalami batuk, pilek selama 3 hari
disertai dengan demam, sakit tenggorokan dan adanya suara tambahan saat tidur
(stridor).
Pada saat pengkajian tanggal 5 Februari 2016 Tn. U dari An. K mengatakan bahwa
anaknya mengalami batuk, pilek selama 3 hari disertai dengan demam, sakit
tenggorokan, dan adanya suara tambahan (stridor) saat tidur. Skala nyeri 3 dari 0-5.
Klien sebelumnya sudah pernah mengalami penyakit sekarang tetapi tidak disertai
dengan sakit tenggorokan dan suara tambahan (stridor) ketika sedang tidur.
Menurut anggota keluarga ada juga yang pernah mengalami sakit seperti penyakit
klien tersebut.
2. Tanda-tanda vital
a) Tekanan darah :-
b) Respirasi : 20 x/menit
c) Nadi : x/menit
d) Suhu : 38 ̊C
3. Berat badan : 12 Kg
4. Tinggi badan : 72 Cm
1. Kepala
Bentuk kepala simetris, warna rambut hitam tebal, kulit kepala tidak kotor, tidak ada
nyeri tekan.
2. Mata
Bentuk mata simetris, konjungtiva non anemis , sklera putih, tidak ada nyeri tekan. Pupil
mengecil ketika di beri rangsangan cahaya. 13
3. Hidung
4. Mulut
5. Telinga
Lubang telinga simetris, tidak ada nyeri tekan, klien dapat mendengar detak jam.
6. Leher
7. Dada / thorax
Bentuk dada simetris, tidak ada nyeri tekan, adanya suara tambahan (stridor) ketika
sedang tidur.
8. Abdomen
9. Punggung
10. Ekstremitas
a) Atas
Tangan lengkap simetris, tidak ada nyeri tekan, kuku tidak kotor dan tidak panjang,
tidak ada kelainan.
b) Bawah
Kaki lengkap simetris, tidak ada nyeri tekan, kuku tidak kotor dan tidak panjang,
tidak ada kelainan.
D. Data Psikososial
a. Pengkajian psikologi
2. Konsep diri :- 14
3. Cara berkomunikasi :-
b. Pengkajian sosial
1. Hubungan sosial :-
2. Faktor kultursosial :-
1. Nutrisi
1) Makan
a. Frekuensi : 3x sehari
c. Jenis makanan :-
d. Keluhan :-
2) Minum
d. Terapi Medis
1. Tipe keluarga
Keluarga Tn. U termasuk tipe keluarga sederhana yaitu didalam satu rumah
terdapat 4 orang yang terdiri dari Tn. U (Ayah), Ny. I (Ibu), An. B (Anak ke
1) dan An. K (Anak ke 2 ).
2. Suku bangsa
Bahasa yang digunakan Tn. U adalah bahasa sunda karena berasal dari Jawa
Barat. Dalam keluarga tidak ada pantangan makanan apapun.
3. Agama
5. Aktifitas keluarga
F. Analisa Data
G. Diagnose keperawatan
Nama : An. K
Dx Medis : ISPA
20
BAB III
KESIMPULAN
Kesehatan adalah hak setiap orang. Masalah kesehatan sama pentingnya dengan masalah
pendidikan, perekonomian dan lain sebagainya. Usia balita dan anak-anak merupakan usia
yang rentan penyakit. Hingga saat ini salah satu penyakit yang banyak diderita oleh
masyarakat adalah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) .
ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari. Yang
dimaksud dengan saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung sampai gelembung
paru, beserta organ-organ disekitarnya seperti : sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru.
Program Pemberantasan ISPA mengklasifikasi ISPA yaitu:
1. Pneumonia berat
2. Pneumonia 21
3. Bukan pneumonia
Menurut pelayanan kesehatan bahwa etiologi ISPA terdiri lebih dari 300 jenis bakteri,
virus dan riketsia. Bakteri penyebabnya antara lain dari genus Streptococcus, Stafilococcus,
Pnemococcus, Hemofilus, Bordetella dan Corinebakterium. Virus penyebabnya antara lain
golongan Micsovirus, Adenovirus, Coronavirus, Picornavirus, Micoplasma, Herpesvirus.
DAFTAR PUSTAKA
http://contohkasusispadantindakankeperawatan.blogspot.com/2016/04/contoh-kasus-ispa-
dan-tindakan.html
http://contohkasusispadantindakankeperawatan.blogspot.com/2016/04/contoh-kasus-ispa-
dan-tindakan.html
22