Anda di halaman 1dari 22

KATA PENGANTAR

Assalamu alaikum wr. wb

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Infeksi Saluran Pernapasan dengan
baik. Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW
beserta para keluarga, sahabat dan orang-orang yang berjuang di jalan Allah SWT hingga
akhir zaman.
Semoga kita mendapatkan syafaatnya di yaumul kiyamah kelak. Aamiin. Selesainya
penulisan makalah ini adalah berkat dukungan dari semua pihak, untuk itu penulis
menyampaikan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada semua pihak yang terlibat
dalam pembuatan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberi manfaat dan informasi
bagi kita semua khususnya dapat memberikan informasi mengenai penyakit ISPA,
pencegahan  beserta pemberantasannya. Dengan sepenuh hati penulis menyadari bahwa
makalah ini masih banyak memiliki kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang
membangun sangat  penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Wassalamu alaikum wr.wb

1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ………………………………………………………………………….…….1
Daftar isi………………………………………………………………………………….…..2
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………..…3
Tujuan Umum……………………………………………………………………………..…..3
Tujuan Khusus…………………………………………………………………………….….3

BAB II TINJAUAN TEORITIS………………………………………………………………4


Konsep Dasar ISPA…………………………………………………………………………...4.
Definisi ISPA………………………………………………………………………………….4
Klasifikasi ISPA…………………………………………………………………………….…5
Etiologi ISPA………………………………………………………………………………….5
Patofisiologi ISPA…………………………………………………………………………..…6
Pathways…………………………………………………………………………………….…6
Gejala ISPA……………………………………………………………………………………7
Cara Penularan Penyakit ISPA………………………………………………………………...7
Faktor Yang Mempengaruhi Penyakit ISPA………………………………………………….7
Cara Mengatasi ISPA………………………………………………………………………...10
Pencegahan ISPA……………………………………………………………………………11

BAB III TINJAUAN KASUS………………………………………………………………..12


Pengkajian……………………………………………………………………………………12
Analisa Data………………………………………………………………………………….17
Diagnosa Keperawatan………………………………………………………………………17
Rencana Asuhan Keperawatan………………………………………………………………18

BAB I V KESIMPULAN…………………………………………………………………….22

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………..23

2
BAB I
KONSEP DASAR TEORI

A. Pendahuluan

Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) di negara berkembang masih merupakan


masalah kesehatan yang menonjol, terutama pada anak. Penyakit ini pada anak
merupakan penyebab kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas) yang tinggi.
Angka kematian ISPA di negara maju berkisar antara 10 -15 %, sedangkan di negara
berkembang lebih besar lagi. Di Indonesia angka kematian ISPA diperkirakan
mencapai 20 %.

Hingga saat ini salah satu penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat adalah
ISPA. (Infeksi Saluran Pernapasan Akut). ISPA masih merupakan masalah
kesehatan yang penting karena menyebabkan kematian bayi dan balita yang cukup
tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian yang terjadi. Setiap anak diperkirakan
mengalami 3 - 6 episode ISPA setiap tahunnya. 40 % - 60 % dari kunjungan di
puskesmas adalah oleh penyakit ISPA (Anonim, 2009).

B. Tujuan penulisan

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Pada anak dengan ISPA

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui bagaimana pengkajian pada anak dengan ISPA

b. Untuk mengetahui Diagnosa keperawatan apa yang muncul pada anak


dengan ISPA

c. Untuk mengetahui Intervensi keperawatan pada anak dengan ISPA

d. Untuk mengetahui Implementasi keperawatan apa yang tetapat pada anak


dengan ISPA

e. Untuk mengetahui Evaluasi keperawatan serta rencana tindakan apa yang


akan dilakukan pada anak dengan ISPA.

3
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar ISPA

Kesehatan adalah hak setiap orang. Masalah kesehatan sama pentingnya dengan masalah
pendidikan, perekonomian dan lain sebagainya. Usia balita dan anak-anak merupakan usia
yang rentan penyakit. Hingga saat ini salah satu penyakit yang banyak diderita oleh
masyarakat adalah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) .

ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang penting karena menyebabkan kematian bayi
dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian yang terjadi. Setiap anak
diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA setiap tahunnya. 40 % -60 % dari kunjungan di
puskesmas adalah oleh penyakit ISPA (Anonim,2009)

Hal ini dapat dikarenakan beberapa faktor misalnya, rendahnya tingkat pendidikan sehingga
pengetahuan mengenai kesehatan juga masih rendah atau faktor ekonomi yang menyebabkan
tingkat kesehatan kurang diperhitungkan.

B. Definisi ISPA

ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari. Yang dimaksud
dengan saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung sampai gelembung paru, beserta
organ-organ disekitarnya seperti : sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru

Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk pilek dan
tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik, namun demikian anak akan menderita
pneumoni bila infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotik dapat mengakibat kematian

Program Pemberantasan Penyakit ISPA membagi penyakit ISPA dalam 2 golongan yaitu
pneumonia dan yang bukan pneumonia. Pneumonia dibagi atas derajat beratnya penyakit
yaitu pneumonia berat dan pneumonia tidak berat. Penyakit batuk pilek seperti rinitis,
faringitis, tonsilitis dan penyakit jalan napas bagian atas lainnya digolongkan sebagai bukan
pneumonia. Etiologi dari sebagian besar penyakit jalan napas bagian atas ini ialah virus dan
tidak dibutuhkan terapi antibiotik. Faringitis oleh kuman Streptococcus jarang ditemukan
pada balita. Bila ditemukan harus diobati dengan antibiotik penisilin, semua radang telinga
akut harus mendapat antibiotik.

4
C. Klasifikasi ISPA

Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai berikut:

1. Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada kedalam
(chest indrawing).

2. Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.

3. Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai demam, tanpa
tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat. Rinofaringitis, faringitis dan
tonsilitis tergolong bukan pneumonia

Berdasarkan hasil pemeriksaan dapat dibuat suatu klasifikasi penyakit ISPA. Klasifikasi ini
dibedakan untuk golongan umur dibawah 2 bulan dan untuk golongan umur 2 bulan sampai 5
tahun.

Untuk golongan umur kurang 2 bulan ada 2 klasifikasi penyakit yaitu :

Pneumonia berat: diisolasi dari cacing tanah oleh Ruiz dan kuat dinding pada bagian bawah
atau napas cepat. Batas napas cepat untuk golongan umur kurang 2 bulan yaitu 60 kali per
menit atau lebih.

Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat dinding dada
bagian bawah atau napas cepat.

Untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun ada 3 klasifikasi penyakit yaitu :

1. Pneumonia berat: bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding dada bagian
bawah kedalam pada waktu anak menarik napas (pada saat diperiksa anak harus
dalam keadaan tenang tidak menangis atau meronta).

2. Pneumonia: bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah untuk usia 2 -12 bulan
adalah 50 kali permenit atau lebih dan untuk usia 1 -4 tahun adalah 40 kali per menit
atau lebih.

3. Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan dinding dada
bagian bawah dan tidak ada napas cepat(Rasmaliah, 2004).

D. Etiologi ISPA

Etiologi ISPA terdiri lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan riketsia. Bakteri penyebabnya
antara lain dari genus Streptococcus, Stafilococcus, Pnemococcus, Hemofilus, Bordetella dan
Corinebakterium. Virus penyebabnya antara lain golongan Micsovirus, Adenovirus,
Coronavirus, Picornavirus, Micoplasma, Herpesvirus.

E. Patofisiologi ISPA 5
Perjalanan alamiah penyakit ISPA dibagi 3 tahap yaitu :

1. Tahap prepatogenesis : penyebab telah ada tetapi belum menunjukkan reaksi apa-apa.

2. Tahap inkubasi : virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh menjadi
lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya rendah.

3. Tahap dini penyakit : dimulai dari munculnya gejala penyakit,timbul gejala demam
dan batuk. Tahap lanjut penyaklit,dibagi menjadi empat yaitu dapat sembuh
sempurna, sembuh dengan atelektasis, menjadi kronos dan meninggal akibat
pneumonia.

Infeksi bakteri mudah terjadi pada saluran nafas yang sel-sel epitel mukosanya telah rusak
akibat infeksi yang terdahulu. Selain hal itu, hal-hal yang dapat mengganggu keutuhan
lapisan mukosa dan gerak silia adalah asap rokok dan gas SO2 (polutan utama dalam
pencemaran udara), sindroma imotil, pengobatan dengan O2 konsentrasi tinggi (25 % atau
lebih).

F. Pathways

G. Gejala ISPA
6
Penyakit ISPA adalah penyakit yang sangat menular, hal ini timbul karena menurunnya
sistem kekebalan atau daya tahan tubuh, misalnya karena kelelahan atau stres. Pada stadium
awal, gejalanya berupa rasa panas, kering dan gatal dalam hidung, yang kemudian diikuti
bersin terus menerus, hidung tersumbat dengan ingus encer serta demam dan nyeri kepala.
Permukaan mukosa hidung tampak merah dan membengkak. Infeksi lebih lanjut membuat
sekret menjadi kental dan sumbatan di hidung bertambah. Bila tidak terdapat komplikasi,
gejalanya akan berkurang sesudah 3-5 hari. Komplikasi yang mungkin terjadi adalah
sinusitis, faringitis, infeksi telinga tengah, infeksi saluran tuba eustachii, hingga bronkhitis
dan pneumonia (radang paru).

H. Cara Penularan Penyakit ISPA

Penularan penyakit ISPA dapat terjadi melalui udara yang telah tercemar, bibit penyakit
masuk kedalam tubuh melalui pernafasan, oleh karena itu maka penyakit ISPA ini termasuk
golongan Air Borne Disease. Penularan melalui udara dimaksudkan adalah cara penularan
yang terjadi tanpa kontak dengan penderita maupun dengan benda terkontaminasi. Sebagian
besar penularan melalui udara dapat pula menular melalui kontak langsung, namun tidak
jarang penyakit yang sebagian besar penularannya adalah karena menghisap udara yang
mengandung unsur penyebab atau mikroorganisme penyebab. Penularan penyakit ISPA dapat
terjadi melalui:

a. Polusi udara

b. Asap rokok

c. Bibit penyakit masuk kedalam tubuh melalui pernapasan

d. Asap pembakaran bahan kayu yang biasanya digunakan untuk memasak.

I. Faktor Yang Mempengaruhi Penyakit ISPA

a. Agent

Infeksi dapat berupa flu biasa hingga radang paru-paru. Kejadiannya bisa secara akut
atau kronis, yang paling sering adalah rinitis simpleks, faringitis, tonsilitis, dan
sinusitis. Rinitis simpleks atau yang lebih dikenal sebagai selesma/common
cold/koriza/flu/pilek, merupakan penyakit virus yang paling sering terjadi pada
manusia. Penyebabnya adalah virus Myxovirus, Coxsackie, dan Echo.

b. Manusia

1. Umur

Berdasarkan hasil penelitian Daulay (1999) di Medan, anak berusia dibawah 2


tahun mempunyai risiko mendapat ISPA 1,4 kali lebih besar dibandingkan dengan
anak yang lebih tua. Keadaan ini terjadi karena anak di bawah usia 2 tahun
imunitasnya belum sempurna dan lumen saluran nafasnya masih sempit
7
2. Jenis Kelamin

Berdasarkan hasil penelitian Kartasasmita (1993), menunjukkan bahwa tidak


terdapat perbedaan prevalensi, insiden maupun lama ISPA pada laki-laki
dibandingkan dengan perempuan.

3. Status Gizi

Di banyak negara di dunia, penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama


kematian terutama pada anak dibawah usia 5 tahun. Akan tetapi anak-anak yang
meninggal karena penyakit infeksi itu biasanya didahului oleh keadaan gizi yang
kurang memuaskan. Rendahnya daya tahan tubuh akibat gizi buruk sangat
memudahkan dan mempercepat berkembangnya bibit penyakit dalam tubuh.

4. Berat Badan Lahir

Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) ditetapkan sebagai suatu berat lahir <2.500
gram. Menurut Tuminah (1999), bayi dengan BBLR mempunyai angka kematian
lebih tinggi dari pada bayi dengan berat ≥2500 gram saat lahir selama tahun
pertama kehidupannya. Pneumonia adalah penyebab kematian terbesar akibat
infeksi pada bayi baru lahir.

5. Status ASI Eksklusif

Air Susu Ibu (ASI) dibutuhkan dalam proses tumbuh kembang bayi kaya akan
faktor antibodi untuk melawan infeksi-infeksi bakteri dan virus, terutama selama
minggu pertama (4-6 hari) payudara akan menghasilkan kolostrum, yaitu ASI
awal mengandung zat kekebalan (Imunoglobulin, Lisozim, Laktoperin, bifidus
factor dan sel-sel leukosit) yang sangat penting untuk melindungi bayi dari
infeksi.

6. Status Imunisasi

Imunisasi adalah suatu upaya untuk melindungi seseorang terhadap penyakit


menular tertentu agar kebal dan terhindar dari penyakit infeksi tertentu.
Pentingnya imunisasi didasarkan pada pemikiran bahwa pencegahan penyakit
merupakan upaya terpenting dalam pemeliharaan kesehatan anak.

c. Lingkungan

1. Kelembaban Ruangan

Hasil penelitian Chahaya, dkk di Perumnas Mandala Medan (2004), dengan


desain cross sectional didapatkan bahwa kelembaban ruangan berpengaruh
terhadap terjadinya ISPA pada balita. Berdasarkan hasil uji regresi, diperoleh
bahwa faktor kelembaban ruangan mempunyai exp (B) 28,097, yang artinya
kelembaban ruangan yang tidak memenuhi syarat kesehatan menjadi faktor risiko
terjadinya ISPA pada balita sebesar 28 kali. 8
2. Suhu Ruangan

Salah satu syarat fisiologis rumah sehat adalah memiliki suhu optimum 18- 300C.
Hal ini berarti, jika suhu ruangan rumah dibawah 180C atau diatas 300C keadaan
rumah tersebut tidak memenuhi syarat. Suhu ruangan yang tidak memenuhi syarat
kesehatan menjadi faktor risiko terjadinya ISPA pada balita sebesar 4 kali.

3. Ventilasi

Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah menjaga agar
aliran udara di dalam rumah tersebut tetap segar. Hal ini berarti keseimbangan O2
yang diperlukan oleh penghuni rumah tersebut tetap terjaga.

4. Kepadatan Hunian Rumah

Menurut Gani dalam penelitiannya di Sumatera Selatan (2004) menemukan proses


kejadian pneumonia pada anak balita lebih besar pada anak yang tinggal di rumah
yang padat dibandingkan dengan anak yang tinggal di rumah yang tidak padat.
Berdasarkan hasil penelitian Chahaya tahun 2004, kepadatan hunian rumah dapat
memberikan risiko terjadinya ISPA sebesar 9 kali.

5. Penggunaan Anti Nyamuk

Penggunaan Anti nyamuk sebagai alat untuk menghindari gigitan nyamuk dapat
menyebabkan gangguan saluran pernafasan karena menghasilkan asap dan bau
tidak sedap. Adanya pencemaran udara di lingkungan rumah akan merusak
mekanisme pertahanan paru-paru sehingga mempermudah timbulnya gangguan
pernafasan.

6. Bahan Bakar Untuk Memasak

Bahan bakar yang digunakan untuk memasak sehari-hari dapat menyebabkan


kualitas udara menjadi rusak. Kualitas udara di 74% wilayah pedesaan di China
tidak memenuhi standar nasional pada tahun 2002, hal ini menimbulkan terjadinya
peningkatan penyakit paru dan penyakit paru ini telah menyebabkan 1,3 juta
kematian.

7. Keberadaan Perokok

Rokok bukan hanya masalah perokok aktif tetapi juga perokok pasif. Asap rokok
terdiri dari 4.000 bahan kimia, 200 diantaranya merupakan racun antara lain
Carbon Monoksida (CO), Polycyclic Aromatic Hydrocarbons (PAHs) dan lain-
lain. Berdasarkan hasil penelitian Pradono dan Kristanti (2003), secara
keseluruhan prevalensi perokok pasif pada semua umur di Indonesia adalah
sebesar 48,9% atau 97.560.002 penduduk.

8. Status Ekonomi dan Pendidikan


9
Berdasarkan hasil penelitian Djaja, dkk (2001), didapatkan bahwa bila rasio
pengeluaran makanan dibagi pengeluaran total perbulan bertambah besar, maka
jumlah ibu yang membawa anaknya berobat ke dukun ketika sakit lebih banyak.
Bedasarkan hasil uji statistik didapatkan bahwa ibu dengan status ekonomi tinggi
1,8 kali lebih banyak pergi berobat ke pelayanan kesehatan dibandingkan dengan
ibu yang status ekonominya rendah.

J. Cara Mengatasi ISPA

a. Mengatasi panas (demam)

1. Untuk orang dewasa, diberikan obat penurun panas yaitu paracetamol.

2. Untuk anak usia 2 bulan sampai 5 tahun, demam diatasi dengan memberikan
paracetamol dan kompres.

b. Mengatasi batuk

1. Dianjurkan memberi obat batuk yang aman, yaitu ramuan obat tradisional berupa
jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½ sendok teh,
diberikan 3 kali sehari.

2. Dapat menggunakan obat batuk lainnya yang tidak mengandung zat yang
merugikan seperti kodein, dekstrometorfan dan antihistamin.

c. Pemberian makanan

1. Berikan makanan yang cukup bergizi biarpun hanya sedikit tetapi berikan secara
berulang-ulang.

2. Pemberian ASI pada bayi yang menyusui tetap diberikan.

d. Pemberian minuman

1. Usakan pemberian cairan seperti air putih, air buah dan sebagainya, diberikan
lebih dari biasanya. Ini akan membantu mengencerkan dahak dan mencegah
kekurangan cairan.

2. Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut yang terlalu tebal dan rapat,
apalagi jika pada anak yang menderita demam karena akan menghambat
keluarnya panas.

3. Jika pilek, bersihkan hidung untuk mempercepat kesembuhan dan menghindari


komplikasi yang lebih parah.

4. Usahakan lingkungan tetap terjaga dan selalu sehat, yaitu ventilasi yang cukup,
dengan cahaya yang memadai dan tidak berasap.

10
K. Pencegahan ISPA

Menurut Depkes RI, (2002) pencegahan ISPA antara lain:

a. Menjaga kesehatan gizi agar tetap baik

Dengan menjaga kesehatan gizi yang baik maka itu akan mencegah kita atau
terhindar dari penyakit yang terutama antara lain penyakit ISPA. Misalnya dengan
mengkonsumsi makanan empat sehat lima sempurna, banyak minum air putih,
olah raga dengan teratur, serta istirahat yang cukup, kesemuanya itu akan menjaga
badan kita tetap sehat. Karena dengan tubuh yang sehat maka kekebalan tubuh
kita akan semakin meningkat, sehingga dapat mencegah virus /bakteri penyakit
yang akan masuk ke tubuh kita.

b. Imunisasi

Pemberian immunisasi sangat diperlukan baik pada anak-anak maupun orang


dewasa. Immunisasi dilakukan untuk menjaga kekebalan tubuh kita supaya tidak
mudah terserang berbagai macam penyakit yang disebabkan oleh virus / bakteri,

c. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan

Membuat ventilasi udara serta pencahayaan udara yang baik akan mengurangi
polusi asap dapur / asap rokok yang ada di dalam rumah, sehingga dapat
mencegah seseorang menghirup asap tersebut yang bisa menyebabkan terkena
penyakit ISPA. Ventilasi yang baik dapat memelihara kondisi sirkulasi udara
(atmosfer) agar tetap segar dan sehat bagi manusia.

d. Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA

Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) ini disebabkan oleh virus/ bakteri yang
ditularkan oleh seseorang yang telah terjangkit penyakit ini melalui udara yang
tercemar dan masuk ke dalam tubuh. Bibit penyakit ini biasanya berupa virus /
bakteri di udara yang umumnya berbentuk aerosol (anatu suspensi yang melayang
di udara). Adapun bentuk aerosol yakni Droplet, Nuclei (sisa dari sekresi saluran
pernafasan yang dikeluarkan dari tubuh secara droplet dan melayang di udara),
yang kedua duet (campuran antara bibit penyakit).

BAB III
TINJAUAN KASUS

11
A. Pengkajian ISPA

1. Identitas Pasien

Nama : An. K

Umur : 18 bulan

Jenis kelamin : Perempuan

Pendidikan : -

Pekerjaan : -

Status : Belum menikah

Alamat : Jln. Pulo Siri Rt02/04 Bekasi Selatan

Agama : Islam

Suku / bangsa : sunda / Indonesia

Tanggal masuk puskesmas : 05 Februari 2016

Diagnosa medis : ISPA

No.Registrasi : 2067

2. Identitas penanggung jawab

Nama : Tn. U

Umur : 37 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Hubungan dengan pasien : Ayah

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Wiraswasta

Status : Menikah

Alamat : Jln. Pulo Sirih Rt02/04 Bekasi Selatan

B. Riwayat Kesehatan

1. Keluhan Utama

12
Tn. dari An. K mengatakan bahwa anaknya mengalami batuk, pilek selama 3 hari
disertai dengan demam, sakit tenggorokan dan adanya suara tambahan saat tidur
(stridor).

2. Riwayat kesehatan sekarang

Pada saat pengkajian tanggal 5 Februari 2016 Tn. U dari An. K mengatakan bahwa
anaknya mengalami batuk, pilek selama 3 hari disertai dengan demam, sakit
tenggorokan, dan adanya suara tambahan (stridor) saat tidur. Skala nyeri 3 dari 0-5.

3. Riwayat kesehatan dahulu

Klien sebelumnya sudah pernah mengalami penyakit sekarang tetapi tidak disertai
dengan sakit tenggorokan dan suara tambahan (stridor) ketika sedang tidur.

4. Riwayat kesehatan keluarga

Menurut anggota keluarga ada juga yang pernah mengalami sakit seperti penyakit
klien tersebut.

C. Pemeriksaan fisik (Data Objektif)

1. Keadaan umum : Lemas

2. Tanda-tanda vital

a) Tekanan darah :-

b) Respirasi : 20 x/menit

c) Nadi : x/menit

d) Suhu : 38 ̊C

3. Berat badan : 12 Kg

4. Tinggi badan : 72 Cm

a. Pemeriksaan Head to Toe

1. Kepala

Bentuk kepala simetris, warna rambut hitam tebal, kulit kepala tidak kotor, tidak ada
nyeri tekan.

2. Mata

Bentuk mata simetris, konjungtiva non anemis , sklera putih, tidak ada nyeri tekan. Pupil
mengecil ketika di beri rangsangan cahaya. 13
3. Hidung

Bentuk hidung simetris, klien dapat mencium kayu putih.

4. Mulut

Mulut simetris, bibir kering, tidak ada stomatitis.

5. Telinga

Lubang telinga simetris, tidak ada nyeri tekan, klien dapat mendengar detak jam.

6. Leher

Bentuk leher simetris. Adanya nyeri tekan pada leher.

7. Dada / thorax

Bentuk dada simetris, tidak ada nyeri tekan, adanya suara tambahan (stridor) ketika
sedang tidur.

8. Abdomen

Bentuk abdomen simetris, tidak ada nyeri tekan.

9. Punggung

Bentuk punggung simetris, tidak ada nyeri tekan.

10. Ekstremitas

a) Atas

Tangan lengkap simetris, tidak ada nyeri tekan, kuku tidak kotor dan tidak panjang,
tidak ada kelainan.

b) Bawah

Kaki lengkap simetris, tidak ada nyeri tekan, kuku tidak kotor dan tidak panjang,
tidak ada kelainan.

D. Data Psikososial

a. Pengkajian psikologi

1. Status emosional : Gelisah

Karena klien terlihat meronta dan menangis

2. Konsep diri :- 14
3. Cara berkomunikasi :-

4. Pola interaksi : Baik

Karena masih bisa berinteraksi dengan perawat

b. Pengkajian sosial

1. Hubungan sosial :-

2. Faktor kultursosial :-

3. Pola hidup : Baik

Karena keluarga Tn. U menjaga pola hidup sehat

4. Hubungan dengan keluarga : Baik

Sebagai hubungan peran anak dan keluarga

c. Kebutuhan dasar / pola aktivitas sehari-hari

1. Nutrisi

1) Makan

a. Frekuensi : 3x sehari

b. Porsi : 1 porsi habis

c. Jenis makanan :-

d. Keluhan :-

2) Minum

a. Frekuensi : < 8 botol atau gelas / hari

b. Jenis minuman : air putih dan susu formula

d. Terapi Medis

1. Amoxilin sirup 3x2

2. Glyceryl Guaiacolate 1x¼

3. Chlorpheniramine Maleate 1 x 1/4

4. Vitamin B Kompleks 1 x 1/2

5. Paracetamol sirup 3x1 15


E. Tentang Keluarga Pasien

1. Tipe keluarga

Keluarga Tn. U termasuk tipe keluarga sederhana yaitu didalam satu rumah
terdapat 4 orang yang terdiri dari Tn. U (Ayah), Ny. I (Ibu), An. B (Anak ke
1) dan An. K (Anak ke 2 ).

2. Suku bangsa

Bahasa yang digunakan Tn. U adalah bahasa sunda karena berasal dari Jawa
Barat. Dalam keluarga tidak ada pantangan makanan apapun.

3. Agama

Keluarga Tn. U beragama Islam dan taat menjalankan shalat 5 waktu


biasanya dilakukan dirumah dan sering membaca Al-Quran.

4. Status sosial ekonomi keluarga

Kebutuhan sehari-hari keluarga semua dipenuhi oleh Tn. U yang bekerja


sebagai wiraswasta. Ny. I membantu pekerjaan rumah

5. Aktifitas keluarga

Keluarga menjalankan aktifitas masing-masing seperti Tn. U sibuk mencari


nafkah, Ny. I membantu pekerjaan rumah, sedangkan dua orang anaknya
sibuk sekolah.

F. Analisa Data

Data Etiologi Masalah


DS : Tn. U Dari An. K Pencemaran udara dari sap Batuk, disertai demam
mengatakan batuk selama 3 rokok, asap kendaraan, asap selama 3 hari
hari pabrik yang mengandung
DO: Klien terlihat batuk virus
berulang – ulang skala nyeri
3 dari 0-5
DS: Tn. U dari anak An. K Pencemaran udara (asap Pilek disertai demama selama 16
mengatakan pilek selama 3 rokok, asap kendaraan, asap 3 hari
hari pabrik dll) mengandung virus
DO: klien terlihat menghirup dan bakteri Terhirup oleh
udara ke hidung secara lubang hidung
berulang – ulang dan cepat Virus/ bakteri jenis
dengan adanya suarastreptococcus dan
tambahan skala 2 dari 0-5 Micsovirus, merusak lapisan
epitel dan lapisan mukosa
Anak menjadi lemas dan
terdapat gangguan system
pernafasan
DS: Tn.U dari An. k Adanya luka atau infeksi Sakit tenggorokan dan
mengatakan sakit pada faring adanya suara tambahan saaat
tenggorokan dan adanya tidur (stridor)
suara tambahan saat tidur
(stridor)
DO: klien terlihat memegang
tenggorokan

G. Diagnose keperawatan

1. Batuk berhubungan dengan terjadinya penyempitan pada saluran pernafasan


2. Pilek berhubungan dengan masuknya bakteri pada saluran pernafasan
3. Demam berhubungan dengan proses infeksi atau inflamasi

H. Rencana Asuhan Keperawatan

Nama : An. K
Dx Medis : ISPA

No Diagnosa Tujuan Perencanaan Implementasi Evaluasi


Intervensi Rasional
1 Batuk Tujuan Lakukan Dengan Melakukan S: Klien
berhubungan panjang: pemberian pemberian posisi pemberian mengatakan
dengan Dalam posisi yang yang nyaman posisi yang batuk masih
terjadinya waktu 3x24 nyaman usaha nafas akan nyaman ada 17
penyempitan jam batuk kembali normal O: -Klien
pada saluran klien hilang sekaligus dapat masih terlihat
pernafasan dengan mengeluarkan batuk
DS: Tn dari kriteria: sputum dengan -Skala 3
An. K -Batuk klien mudah dan A: Masalah
mengatakan hilang meningkatnya klien belum
batuk -Skala 0 suplai oksigen ke teratasi
selama 3 hari paru-paru P: Intervensi
dilanjutkan
Dengan
memberikan
therapy obat
batuk klien
DO: Klien berkurang
terlihat batuk Berikan therapy ataupun hilang Memberikan S: Klien
berulang- Tujuan obat Glyceryl therapy obat mengatakan
ulang pendek: Guaiacolate Glyceryl batuk
-Skala nyeri Dalam 1 x 1/4 Guaiacolate berkurang
3 dari 0-5 waktu 8 jam 1x¼ O: Skala 2
batuk klien A: Masalah
berkurang klien teratasi
dengan sebagian
kriteria: P: Intervensi
-Klien dilanjutkan
terlihat
tenang
-Skala 2
2 Pilek Tujuan Lakukan Dengan Melakukan S: Klien
berhubungan panjang: pemberian pemberian posisi pemberian mengatakan
dengan Dalam posisi yang yang nyaman posisi yang pilek
masuknya waktu 3x24 nyaman terciptanya jalan nyaman berkurang
bakteri pada jam pilek nafas yang sedikit
saluran klien hilang bersih dan O: -Klien
pernafasan dengan patent, terlihat
DS: Tn dari kriteria: meningkatnya sedikit
An. K -Klien tidak pengeluaran nyaman
mengatakan menghirup sekret -Skala 1
pilek selama udara ke A: Masalah
3 hari hidung klien teratasi
secara sebagian
berulang- P: Intervensi
ulang dan dilanjutkan
cepat 18
dengan
adanya
suara Dengan
DO: Klien tambahan Berikan therapy memberikan Memberikan S: Klien
terlihat -Skala 0 obat therapy obat therapy obat mengatakan
menghirup Chlorphenirami diharapkan pilek Chlorphenira pilek
udara ke ne Maleate 1 x klien berkurang mine Maleate berkurang
hidung secara Tujuan 1/4 atau hilang 1 x 1/4 O: Skala 1
berulang- pendek: A: Masalah
ulang dan Dalam klien teratasi
cepat dengan waktu 8 jam sebagian
adanya suara pilek klien P: Intervensi
tambahan berkurang dilanjutkan
-Skala 2 dari dengan
0-5 kriteria:
-Klien
terlihat
nyaman
-Skala 2
3 Demam Tujuan Lakukan Dengan kompres Melakukan S: Klien
berhubungan panjang: kompres daerah diharapkan kompres mengatakan
dengan Dalam frontal demam klien daerah demam
proses infeksi waktu 3x24 hilang frontal berkurang
atau jam demam O: Klien
inflamasi klien hilang terlihat
DS: Tn dari dengan tenang
An. K kriteria: A: Masalah
mengatakan Klien tidak klien teratasi
demam gelisah sebagian
P: Intervensi
dilanjutkan
Berikan therapy Dengan
DO: Klien obat memberikan Memberikan S: Klien
terlihat Tujuan Paracetamol therapy obat therapy obat mengatakan
gelisah pendek: sirup 3x1 demam klien Paracetamol demam
Dalam hilang sirup 3x1 berkurang
waktu 8 jam O: Klien
demam terlihat
klien tenang
berkurang A: Masalah
dengan klien teratasi
krtiteria: sebagian
Klien P: Intervensi
19
terlihat dilanjutkan
tenang
4 Sakit Tujuan Lakukan Dengan Melakukan S: Klien
tenggorokan panjang: therapy pijat dilakukan therapy pijat mengatakan
berhubungan Dalam daerah leher therapy pijat daerah leher sakit
dengan virus waktu 3x24 diharapkan sakit tenggorokan
atau bakteri jam sakit tenggorokan masih ada
sterptokokus tenggorokan berkurang O: Klien
atau disebut hilang masih terlihat
dengan strep dengan memegang
throat yang kriteria: tenggorokan
menyerang -Klien tidak A: Masalah
tenggorokan memegang klien belum
DS: Tn dari tenggorokan teratasi
An. K P: Intervensi
mengatakan dilanjutkan
sakit
tenggorokan
dan adanya
suara
tambahan
saat tidur
(stridor)
Dengan
DO: Klien Berikan therapy memberikan Memberikan S: Klien
terlihat obat Amoxilin therapy obat therapy obat mengatakan
memegang Tujuan sirup 3 x 2 diharapkan sakit Amoxilin sakit
tenggorokan pendek: dan Vitamin B tenggorokan sirup 3x2 dan tenggorokan
Dalam Kompleks 1 x klien hilang dan Vitamin B dan suara
waktu 8 jam 1/2 suara stridorpun Kompleks stridor hilang
sakit hilang 1x1/2 O: Klien
tenggorokan terlihat
klien nyaman
berkurang A: Masalah
dengan klien teratasi
kriteria: P: Intervensi
Klien dilanjutkan
terlihat di rumah
nyaman

20
BAB III
KESIMPULAN

Kesehatan adalah hak setiap orang. Masalah kesehatan sama pentingnya dengan masalah
pendidikan, perekonomian dan lain sebagainya. Usia balita dan anak-anak merupakan usia
yang rentan penyakit. Hingga saat ini salah satu penyakit yang banyak diderita oleh
masyarakat adalah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) .

ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari. Yang
dimaksud dengan saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung sampai gelembung
paru, beserta organ-organ disekitarnya seperti : sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru.
Program Pemberantasan ISPA mengklasifikasi ISPA yaitu:
1. Pneumonia berat
2. Pneumonia 21
3. Bukan pneumonia
Menurut pelayanan kesehatan bahwa etiologi ISPA terdiri lebih dari 300 jenis bakteri,
virus dan riketsia. Bakteri penyebabnya antara lain dari genus Streptococcus, Stafilococcus,
Pnemococcus, Hemofilus, Bordetella dan Corinebakterium. Virus penyebabnya antara lain
golongan Micsovirus, Adenovirus, Coronavirus, Picornavirus, Micoplasma, Herpesvirus.

DAFTAR PUSTAKA
http://contohkasusispadantindakankeperawatan.blogspot.com/2016/04/contoh-kasus-ispa-
dan-tindakan.html

http://contohkasusispadantindakankeperawatan.blogspot.com/2016/04/contoh-kasus-ispa-
dan-tindakan.html

22

Anda mungkin juga menyukai