Anda di halaman 1dari 35

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA An.D USIA 3 BULAN DENGAN ISPA


DI RUANG MELATI RSUD dr.SOEDONO MADIUN

MAKALAH

Oleh:

KELOMPOK 10
STASE KEPERAWATAN ANAK

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


STIKES PEMKAB JOMBANG
PROFESI NERS
TAHUN 2018

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum,Wr.Wb.

Marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Karena
atas berkat rahmat dan karunia-Nyalah kita diberikan nikmat kesehatan hingga sampai
sekarang ini. Dan tak lupa pula shalawat serta salam kita haturkan kepada junjungan
kita Nabi besar Muhammad SAW. Serta para sahabat-sahabat-Nya, pengikut-
pegikutnya hingga akhir zaman. Dimana yang telah mengajarkan iman dan islam
kepada kita, sehingga kita dapat menikmati indahnya keimanan dan Islam.
Dengan penuh rasa syukur kami ucapkan karena dapat menyelesaikan tugas
makalah tentang ISPA, yang diberikan kepada kami sebagai tugas dalam presentasi
seminar keperawatan. Dalam penulisan dan penyusunan kata-kata pada tugas ini masih
banyak kesalahan penulisan, untuk itu kami selaku penulis mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun dari semua pambaca demi kesempurnaan penulisan di
masa yang akan datang.
Akhir kata semoga materi yang kami tulis dapat berguna dan bermanfaat bagi
kita semua. Amin.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Madiun, 25 November 2018

Penulis

2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL …………………………………………………….. 1
KATA PENGANTAR …………………………………………………… 2
DAFTAR ISI ……………………………………………………………... 3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ………………………………………………..…… 4
1.2 Rumusan Masalah ………………………………………...…..…… 4
1.3 Tujuan Penulisan ………………………………………………...… 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi …………………………………………………………….. 6
2.2 Etiologi …………………………………………………………….. 6
2.3 Tanda dan Gejala ………………………………………………….. 7
2.4 Klasifikasi ………………………………………………………….. 8
2.5 Patofisiologi ……………………………………………………….. 9
2.6 Pathway / WOC ………………………………………………….... 11
2.7 Komplikasi …………………………………………………….…... 12
2.8 Pemeriksaan Penunjang ………………………………………….... 12
2.7 Penatalaksanaan ………………………………………………….... 12
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN TEORI
3.1 Pengkajian ………………………………………………………..... 14
3.2 Analisa Data …………………………………………………….…. 15
3.3 Diagnosa Keperawatan …………………………………………..... 16
3.4 Rencana Intervensi ……………………………………………….... 16
BAB IV ASUHAN KEPERAWATAN KASUS
4.1 Pengkajian ……………………………………………………….… 19
BAB V PENUTUPAN
5.1 Kesimpulan ………………………………………………………... 34
5.2 Saran …………………………………………………………….…. 34
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………… 35

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) di negara berkembang masih
merupakan masalah kesehatan yang menonjol, terutama pada anak. Penyakit
ini pada anak merupakan penyebab kesakitan (morbiditas) dan kematian
(mortalitas) yang tinggi.Angka kematian ISPA di negara maju berkisar antara
10 -15 %, sedangkan di negara berkembang lebih besar lagi.
Di Indonesia angka kematian ISPA diperkirakan mencapai 20 %.
Hingga saat ini salah satu penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat
adalah ISPA. (Infeksi Saluran Pernapasan Akut). ISPA masih merupakan
masalah kesehatan yang penting karena menyebabkan kematian bayi dan balita
yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian yang terjadi.Setiap anak
diperkirakan mengalami 3 - 6 episode ISPA setiap tahunnya.40 % - 60 % dari
kunjungan di puskesmas adalah oleh penyakit ISPA (Anonim, 2009).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah penyakit ISPA itu?
2. Apakah penyebab penyakit ISPA itu?
3. Bagaimana cara mengatasi penyakit ISPA?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Pada anak dengan ISPA
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui bagaimana pengkajian pada anak dengan ISPA
b. Untuk mengetahui Diagnosa keperawatan apa yang muncul pada anak
dengan ISPA.
c. Untuk mengetahui Intervensi keperawatan pada anak dengan ISPA

4
d. Untuk mengetahui Implementasi keperawatan apa yang tetapat pada
anak dengan ISPA.
e. Untuk mengetahui Evaluasi keperawatan serta rencana tindakan apa
yang akan dilakukan pada anak dengan ISPA.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
ISPA adalah penyakit infeksi yang sangat umum dijumpai pada anak-
anak dengan gejala batuk, pilek, panas atau ketiga gejala tersebut muncul secara
bersamaan (Meadow, Sir Roy. 2002:153).
ISPA (lnfeksi Saluran Pernafasan Akut) yang diadaptasi dari bahasa
Inggris Acute Respiratory hfection (ARl) mempunyai pengertian sebagai
berikut:
l. Infeksi adalah masuknya kuman atau mikoorganisme kedalam tubuh
manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.
2. Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alfeoli beserta
organ secara anatomis mencakup saluran pemafasan bagian atas.
3. Infeksi akut adalah infeksi yang berlansung sampai 14 hari. Batas 14 hari
diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit
yang digolongkan ISPA. Proses ini dapat berlangsung dari 14 hari (Suryana,
2005:57).
Infeksi saluran nafas adalah penurunan kemampuan pertahanan alami
jalan nafas dalam menghadapi organisme asing (Whaley and Wong; 1991;
1418).

2.2 Etiologi
Etiologi ISPA terdiri dari lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan
richetsia. Bakteri penyebab ISPA antara lain adalah dari genus Streptococcus,
Staphylococcus, Pneumococcus,
Haemophylus, Bordetella dan Corinebacterium. Virus penyebab ISPA antara
lain adalah golongan Miksovirus, Adenovirus, Coronavirus, Picornavirus,
Micoplasma, Herpesvirus dan lain-lain.

6
Etiologi Pneumonia pada Balita sukar untuk ditetapkan karena dahak
biasanya sukar diperoleh. Penetapan etiologi Pneumonia di Indonesia masih
didasarkan pada hasil penelitian di luar Indonesia. Menurut publikasi WHO,
penelitian di berbagai negara menunjukkan bahwa di negara berkembang
streptococcus pneumonia dan haemophylus influenza merupakan bakteri yang
selalu ditemukan pada dua per tiga dari hasil isolasi, yakni 73, 9% aspirat paru
dan 69, 1% hasil isolasi dari spesimen darah. Sedangkan di negara maju,
dewasa ini Pneumonia pada anak umumnya disebabkan oleh virus
(Suriadi,Yuliani R,2001)

2.3 Tanda dan Gejala


a. Tanda dan gejala dari penyakit ISPA adalah sebagai berikut:
1. Batuk
2. Nafas cepat
3. Bersin
4. Pengeluaran sekret atau lendir dari hidung
5. Nyeri kepala
6. Demam ringan
7. Tidak enak badan
8. Hidung tersumbat
9. Kadang-kadang sakit saat menelan
b. Tanda-tanda bahaya klinis ISPA
1. Pada sistem respiratorik adalah: tachypnea, napas tak teratur (apnea),
retraksi dinding thorak, napas cuping hidung, cyanosis, suara napas
lemah atau hilang, grunting expiratoir dan wheezing.
2. Pada sistem cardial adalah: tachycardia, bradycardiam, hypertensi,
hypotensi dan cardiac arrest.
3. Pada sistem cerebral adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala,
bingung, papil bendung, kejang dan coma.
4. Pada hal umum adalah : letih dan berkeringat banyak (Naning R,2002).

7
2.4 Klasifikasi
Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai
berikut:
1. Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada
kedalam (chest indrawing)
2. Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.
3. Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai
demam, tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat.
Rinofaringitis, faringitis dan tonsilitis tergolong bukan pneumonia.
Berdasarkan hasil pemeriksaan dapat dibuat suatu klasifikasi penyakit
ISPA. Klasifikasi ini dibedakan untuk golongan umur dibawah 2 bulan dan
untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun.
Untuk golongan umur kurang 2 bulan ada 2 klasifikasi penyakit yaitu:
1. Pneumonia berada: diisolasi dari cacing tanah oleh Ruiz dan kuat dinding
pada bagian bawah atau napas cepat. Batas napas cepat untuk golongan
umur kurang 2 bulan yaitu 60 kali per menit atau lebih.
2. Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tanda tarikan
kuat dinding dada bagian bawah atau napas cepat.
Untuk golongan umur 2 bu~an sampai 5 tahun ada 3 klasifikasi penyakit
yaitu:
1. Pneumonia berat: bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding
dada bagian bawah kedalam pada waktu anak menarik napas (pada saat
diperiksa anak harus dalam keadaan tenang tldak menangis atau meronta)
2. Pneumonia: bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah untuk usia 2 -
12 bulan adalah 50 kali per menit atau lebih dan untuk usia 1 -4 tahun adalah
40 kali per menit atau lebih
3. Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan dinding
dada bagian bawah dan tidak ada napas cepat (Rasmaliah, 2004).

8
2.5 Patofisiologi
Perjalanan klinis penyakit ISPA dimulai dengan berinteraksinya virus
dengan tubuh. Masuknya virus sebagai antigen ke saluran pernafasan
menyebabkan silia yang terdapat pada permukaan saluran nafas bergerak ke
atas mendorong virus ke arah faring atau dengan suatu tangkapan refleks
spasmus oleh laring. Jika refleks tersebut gagal maka virus merusak lapisan
epitel dan lapisan mukosa saluran pernafasan (Kending dan Chernick, 1983
dalam DepKes RI, 1992).
Iritasi virus pada kedua lapisan tersebut menyebabkan timbulnya batuk
kering (Jeliffe, 1974). Kerusakan stuktur lapisan dinding saluran pernafasan
menyebabkan kenaikan aktifitas kelenjar mukus yang banyak terdapat pada
dinding saluran nafas, sehingga terjadi pengeluaran cairan mukosa yang
melebihi noramal. Rangsangan cairan yang berlebihan tersebut menimbulkan
gejala batuk (Kending and Chernick, 1983). Sehingga pada tahap awal gejala
ISPA yang paling menonjol adalah batuk.
Adanya infeksi virus merupakan predisposisi terjadinya infeksi
sekunder bakteri. Akibat infeksi virus tersebut terjadi kerusakan mekanisme
mukosiliaris yang merupakan mekanisme perlindungan pada saluran
pernafasan terhadap infeksi bakteri sehingga memudahkan bakteri-bakteri
patogen yang terdapat pada saluran pernafasan atas seperti streptococcus
pneumonia, haemophylus influenza dan staphylococcus menyerang mukosa
yang rusak tersebut (Kending dan Chernick, 1983). Infeksi sekunder bakteri ini
menyebabkan sekresi mukus bertambah banyak dan dapat menyumbat saluran
nafas sehingga timbul sesak nafas dan juga menyebabkan batuk yang produktif.
Invasi bakteri ini dipermudah dengan adanya fakor-faktor seperti kedinginan
dan malnutrisi. Suatu laporan penelitian menyebutkan bahwa dengan adanya
suatu serangan infeksi virus pada saluran nafas dapat menimbulkan gangguan
gizi akut pada bayi dan anak (Tyrell, 1980).

9
Virus yang menyerang saluran nafas atas dapat menyebar ke tempat-
tempat yang lain dalam tubuh, sehingga dapat menyebabkan kejang, demam,
dan juga bisa menyebar ke saluran nafas bawah (Tyrell, 1980). Dampak infeksi
sekunder bakteripun bisa menyerang saluran nafas bawah, sehingga bakteri-
bakteri yang biasanya hanya ditemukan dalam saluran pernafasan atas, sesudah
terjadinya infeksi virus, dapat menginfeksi paru-paru sehingga menyebabkan
pneumonia bakteri (Shann, 1985).
Penanganan penyakit saluran pernafasan pada anak harus diperhatikan
aspek imunologis saluran nafas terutama dalam hal bahwa sistem imun di
saluran nafas yang sebagian besar terdiri dari mukosa, tidak sama dengan
sistem imun sistemik pada umumnya. Sistem imun saluran nafas yang terdiri
dari folikel dan jaringan limfoid yang tersebar, merupakan ciri khas system
imun mukosa. Ciri khas berikutnya adalah bahwa IgA memegang peranan pada
saluran nafas atas sedangkan IgG pada saluran nafas bawah. Diketahui pula
bahwa sekretori IgA (sIgA) sangat berperan dalam mempertahankan integritas
mukosa saluran nafas (Siregar, 1994).
Dari uraian di atas, perjalanan klinis penyakit ISPA ini dapat dibagi
menjadi empat tahap, yaitu:
1. Tahap prepatogenesis : penyuebab telah ada tetapi belum menunjukkan
reaksi apa-apa.
2. Tahap inkubasi : virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh
menjadi lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya rendah.
3. Tahap dini penyakit : dimulai dari munculnya gejala penyakit,timbul gejala
demam dan batuk.
4. Tahap lanjut penyaklit,dibagi menjadi empat yaitu dapat sembuh
sempurna,sembuh dengan atelektasis,menjadi kronos dan meninggal akibat
pneumonia.

10
2.6 Pathway / Woc

11
2.7 Komplikasi
1. Penemonia
2. Bronchitis
3. Sinusitis
4. Laryngitis
5. Kejang deman (Soegijanto, S, 2009).

2.8 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan penunjang yang lazim dilakukan adalah :
1. Pemeriksaan kultur/ biakan kuman (swab); hasil yang didapatkan adalah
biakan kuman (+) sesuai dengan jenis kuman.
2. Pemeriksaan hitung darah (deferential count); laju endap darah meningkat
disertai dengan adanya leukositosis dan bisa juga disertai dengan adanya
thrombositopenia.
3. Pemeriksaan foto thoraks jika diperlukan (Suryadi, Yuliani R, 2001)

2.9 Penatalaksanaan
Tujuan utama dilakukan terapi adalah menghilangkan adanya obstruksi
dan adanya kongesti hidung pergunakanlah selang dalam melakukan
penghisaapan lendir baik melalui hidung maupun melalui mulut. Terapi pilihan
adalah dekongestan dengan pseudoefedrin hidroklorida tetes pada lobang
hidung, serta obat yang lain seperti analgesik serta antipiretik. Antibiotik tidak
dianjurkan kecuali ada komplikasi purulenta pada sekret.
Penatalaksanaan pada bayi dengan pilek sebaiknya dirawat pada posisi
telungkup, dengan demikian sekret dapat mengalir dengan lancar sehingga
drainase sekret akan lebih mudah keluar (Pincus Catzel & Ian Roberts; 1990;
452).
Prinsip perawatan ISPA antara lain :
a. Menigkatkan istirahat minimal 8 jam perhari
b. Meningkatkan makanan bergizi

12
c. Bila demam beri kompres dan banyak minum
d. Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung dengan sapu
tangan yang bersih
e. Bila badan seseorang demam gunakan pakaian yang cukup tipis tidak
terlalu ketat.
f. Bila terserang pada anak tetap berikan makanan dan ASI bila anak tersebut
masih menetek
g. Mengatasi panas (demam) dengan memberikan kompres, memberikan
kompres, dengan menggunakan kain bersih, celupkan pada air (tidak perlu
air es).
h. Mengatasi batuk. dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan
tradisional yaitu jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap atau
madu ½ sendok teh , diberikan tiga kali sehari.

13
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI

3.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal dari proses keperawatan secara
komprehensif meliputi aspek bio-psiko-sosiokultural. Pada tahap ini semua
data atau informasi tentang klien dikumpulkan melalui wawancara,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, dan diagnostik (Gaffar,1999).
a. Riwayat Kesehatan
 Keluhan Utama:
Keluahan yang paling di rasakan klien, dan jika klien belum dapat
berinteraksi dengan petugas kesehatan bias di tanyakan pada
orangtuanya.
 Riwayat penyakit sekarang:
Dua hari sebelumnya klien mengalami demam mendadak, sakit kepala,
badan lemah, nyeri otot dan sendi, nafsu makan menurun, batuk,pilek
dan sakit tenggorokan atau tidak.
 Riwayat penyakit dahulu:
Klien sebelumnya sudah pernah mengalami penyakit seperti sekarang
tidak atau penyakit lainya.
 Riwayat penyakit keluarga:
Menurut anggota keluarga ada juga yang pernah mengalami sakit
seperti penyakit klien tersebut.
b. Pemeriksaan pernafasan
1) Inspeksi
- Membran mucosa hidung faring tampak kemerahan atau tidak.
- Tonsil tanpak kemerahan dan edema atau tidak.
- Tampak batuk tidak produktif atau tidak.
- Tidak atau tampak penggunaan otot- otot pernapasan tambahan,
pernapasan cuping hidung, tachypnea, dan hiperventilasi.

14
2) Palpasi
- Adanya demam atau tidak.
- Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah leher/nyeri
tekan pada nodus limfe servikalis atau tidak.
- Tidak atau teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid.
3) Perkusi
- Suara paru normal (resonance)
4) Auskultasi
- Suara napas vesikuler atau terdengar/tidak terdengar ronchi pada
kedua sisi paru
3.2 Analisa data
Symptom Etiologi Problem
1. Biasanya pasien ditandai Penupukan secret Bersihan jalan nafas
dengan adanya secret,
suara ronchi/wising, otot
bantu pernafasan, cuping
hidung, dada terasa sesak.
2. Adanya penupukan secret, Kongesti hidung Pola nafas tidak efektif
infeksi pada saluran
pernafasan, adanya otot
bantu pernafasan.
3. Ditandai adanya, sianosis, Ventilasi pervusi Gangguan pertukaran gas
otot bantu pernafasan,
expansi didinding dada,
suara ronchi/wising.
4. Ditandai dengan penuran
BB sebnyak 20%, kulit Input/autput tidak adekuat Gangguan nutrisi kurang
kriput, klien terlihat kurus, dari kebutuhan tubuh.
nafsu makan menurun,
mual muntah, nyeri
abdomen.
5. Adanya tanda-tanda Agen bakteri/virus Resiko infeksi
infeksi seperti: tumor,
dolor, calor, rubor, dan
disfusilaesa. Dan cek
leukosit tinggi/ rendah.
6. Ditandai dengan adanya Proses infeksi Hipertermi
panas lebih dari 37,6°C,
akral panas, bibir merah,
wajah tampak merah.

15
3.3 Diagnose keperawatan yang mungkin muncul
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan
produksi muskus (secret)
2) Gangguan pola nafas berhubungan dengan kongesti hidung
3) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ventilasi perfusi
4) Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia
5) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan agen virus/bakteri
6) Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
7) Nyeri akut berhubungan dengan agen biologi

3.4 Rencana intervensi


1). Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan
produksi muskus (secret)
 Tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan masalah
bersihan jalan nafas dapat teratasi dengan kreteria hasil: hidung bersih,
tidak ada secret klien dapat bernafas dengan lancer, tidak ada pernafasan
menggunakan cuping hidung.
 Intervensi :
· Observasi sistem pernafasan dan adanya subatan
· Bersihkan jika ada sumbatan
· Berikan posisi semi fowler
· Anjurkan klien untuk minum yang hangat
· Ajarkan batuk efektif
· Masase punggung dan dada klien
· Kalaborasi pemberian O2
· Kalaborasi pemberian obat
2) Gangguan pola nafas berhubungan dengan kongesti hidung
 Tujuan setelah dilakukan tindak keperawatan diharapkan masalah
gangguan pola nafas teratasi dengan kreteria hasil: klien tidak sesak

16
lagi, sudah tidak ada sumbatan, inspirasi dan ekspirasi tidak
menggunakan otot bantu pernafasan.
 Intervensi :
· Berikan posisi semi fowler
· Kalaborasi pemberian O2
· Kalaborasi pemberian obat
3) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ventilasi perfusi
 Tujuan setelah dilakukan tindak keperawatan diharapkan masalah
gangguan pertukaran gas teratasi dengan kreteria hasil: klien tidak sesak
lagi, sudah tidak ada sumbatan, inspirasi dan ekspirasi tidak
menggunakan otot bantu pernafasan.
 Intervensi :
· Berikan posisi semi fowler
· Anjurkan klien untuk minum yang hangat
· Ajarkan batuk efektif
· Masase punggung dan dada klien
· Kalaborasi pemberian O2
· Kalaborasi pemberian obat
4) Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia
 Tujuan setelah dilakukan tidak keperawatan diharapkan masalah
gangguan nutrisi teratasi dengan kreteria hasil: nafsumakkan klien
meningkat, klien tidak mual dan muntah, peningkatan BB, wajah
terlihat segar.
 Intervensi :
· Observasi adanya gangguan nutrisi
· Observasi pola makan
· Njurkan klien untuk makan sedikit tapi sering yaitu 2 jam sekali
· Anjurkan diit yang sehat
· Kalaborasi dengan tim gizi
· Kalaborasi pemberian obat

17
5) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan agen virus/bakteri
 Tujuan setelah dilakukan tindak keperawatan diharapkan masalah
resiko tinggi infeksi dapat teratasi dengan kreteria hasil: tidak ada tanda-
tanda infeksi, pemeriksaan leukosit dalam batas normal.
 Intervensi :
· Observasi adanya tanda-tanda infeksi seperti: tumor, dolor, rubor,
color, dan disfusilaesa.
· Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
· Menggunakan APD untuk proteksi diri dank lien
· Kalaborasi dalam pemberian obat
6) Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
 Tujuan setelah dilakukan tindak keperawatan diharapkan masalah
hipertermi klien dapat teratasi dengan kreteria hasil, suhu dalam rentang
normal 36,5°C-37,5°C, akral tidak panas, bibir tidak kering, turgor kulit
elastic.
 Intervensi :
· Observasi adanya peningkatan dan penurunan suhu
· Observasi vital sign
· Berikan kopres pada lipatan tubuh
· Anjurkan klien untuk menggunakan baju yang tipis dan menyerap
keringat
· Lakukan kalaborasi pemberian obat
7) Nyeri akut berhubungan dengan agen biologi
 Tujuan setelah dilakukan tindak keperawatan diharapkan masalah nyeri
klien teratasi dengan criteria hasil. Ekpresi wajah tampak ceria, klien
tidak terlihat menahan sakit, sekala nyeri 0.
 Intervensi :
· Observasi sekala nyeri
· Lakukan tehnik distraksi dengan terapi bermain pada anak
· Lakukan tehnik rileksasi dengan nafas dalam

18
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA An.D USIA 3 BULAN DENGAN ISPA
DI RUANG MELATI RSUP dr SOEDONO MADIUN

4.1 PENGKAJIAN
A. IDENTITAS
1. IDENTITAS KLIEN
Nama : An. D
Tempat, tanggal lahir/usia : M, 25 Juni 2018/ 3 bulan
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : Belum Sekolah
Alamat : Jln. Krtms 1/3 M
Tanggal masuk : 17-10-2018 Jam 16.25
Tanggal pengkajian : 18-10-2018 Jam 17.00
Posisi anak : Anak kandung ke 2
Diagnosa medik : ISPA

2. IDENTITAS ORANG TUA


1. AYAH
Nama : Tn. M
Usia : 29 Tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Agama : Islam
Alamat : Jln. Krtms 1/3 M
2. IBU
Nama : Ny. W
Usia : 24 Tahun

19
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam
Alamat : Jln. Krtms 1/3 M

B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan Utama : Ibu pasien mengatakan anaknya sesak nafas
Riwayat Kesehatan Sekarang :
Ibu pasien mengatakan sekitar pukul 15.30 pada tanggal 17 Oktober 2018
pasien dibawa ke rumah sakit DKT Madiun dengan keluhan sesak nafas
yang kemudian pada pukul 16.00 pasien dirujuk ke RSSM karena
keterbatasan alat. Setelah sampai di IGD RSSM didapatkan hasil
pemeriksaan BB: 6,5 kg, RR: 55x/menit, S: 360 C terdapat dahak, ronkhi
dan batuk sejak 1 minggu yang lalu. dari hasil pemeriksaan tersebut
mengindikasi pasien harus dirawat inap di ruang melati RSSM. Saat
Pengkajian pada tanggal 18 Oktober 2018 pukul 17.00 didapatkan hasil
pemeriksaan BB: 6,5 kg RR: 44x/menit terpasang oksigen nasal 2 lt/menit,
S: 36,60 C N: 110 x/menit, batuk grok-grok, terdapat dahak dan bunyi nafas
tambahan ronkhi.
2. Riwayat Kesehatan Dahulu
a. Prenatal Care
1) Frekuensi ANC : 9 kali
2) Keluhan : Tidak ada keluhan
3) Riwayat Terkena Radiasi : Tidak pernah
4) Riwayat Perubahan BB Selama Hamil : Naik 9 kg (76 kg 89kg)
5) Riwayat Imunisasi TT : Sebelum menikah
b. Natal
1) Jenis Persalinan : Section caesarea
2) Penolong Persalinan : Dokter
3) Komplikasi : Tidak ada

20
c. Post Natal
Kondisi bayi : baik sehat dengan APGAR 10 ( warna kulit kemerahan,
usaha nafas baik, frekuensi > 100 x/menit, reflek rangsangan melawan,
dan tonus otot dengan gerakan aktif).
3. Riwayat Imunisasi

NO IMUNISASI WAKTU FREKUENSI REAKSI

1 BCG 24 Juli 2018 1 kali Demam

I. 30 Agustus 2018 1 kali Demam


2 DPT Demam
II. 9 Oktober 2018 1 kali

3 CAMPAK

4 HEPATITIS 25 Juni 2018 1 kai Demam

4. Riwayat Tumbuh Kembang


a. Pertumbuhan Fisk
1) Berat Badan : 6,5 kg
2) Tinggi Badan : 59 cm
3) Lingkar Lengan Atas : 13 cm
4) Lingkar Kepala : 40 cm
b. Perkembangan
1) Psikoseksual : Fase oral
2) Psikosoial : Mulai merespon jika diajak berinteraksi
3) Intelektual : Pasien mampu mengamati benda yang
bergerak
4) Motorik Halus : Pasien menggenggam erat jemarinya
5) Motorik Kasar : Pasien mampu mengangkat kepala,
menengok kanan dan kiri, dan menendang kakinya.

5. Riwayat Nutrisi
a. Pemberian ASI
Pemberian asi diberikan hanya 5 hari dengan frekuensi yang jarang

21
b. Pemberian Susu Formula
1) Alasan pemberian asi : Asi tidak keluar dan putting tidak
menonjol
2) Jumlah pemeberian : 8 Botol/hari (1 botol =60cc)
3) Frekunesi pemberian : 3 Jam sekali
4) Cara pemberian : Dot bayi
6. Riwayat Psikososial
Anak tinggal bersama orang tua, disekitar rumah ada tetangga, hubungan
antara keluarga baik dan yang mengasuh anak ibu dan nenek.
7. Reaksi Hospitalisasi
a. Ibu pasien mengatakan sekitar pukul 15.30 pada tanggal 17 Oktober
2018 pasien dibawa ke rumah sakit DKT Madiun dengan keluhan sesak
nafas yang kemudian pada pukul 16.00 pasien dirujuk ke RSSM karena
keterbatasan alat. Setelah sampai di IGD RSSM Madiun.
b. Apakah dokter menjelasakan tentang kondisi anaknya : iya
c. Perasaan orang tua saat ini : Cemas
d. Orang tua selau berkunjung ke rumas sakit : Iya
e. Yang akan tinggal dengan anaknya : Ibu
8. Aktivitas Sehari Hari
a. Cairan
KONDISI SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT
Jenis minumam Susu formula Susu formula
Frekuensi minum 8 kali sehari (3-4jam 8 kali sehari (3-4jam
sekali) sekali)
Kebutuhan cairan BB x 100 = 6,5 kg x 100 BB x 100 = 6,5 kg x
=650 cc 100 =650 cc
Cara pemenuhan Per oral Sonde

22
b. Eliminasi BAB & BAK
KONDISI SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT
Frekuensi BAB 1x / BAK 4x BAB 1x / BAK 4x
konsistensi BAB padat / BAK cair BAB padat / BAK
cair
kesulitan BAB (-) / BAK (-) BAB (-) / BAK (-)
Obat pencahar (-) (-)

9. Pengkajian Nyeri : untuk bayi menggunakan skala nips


KRITERIA KONDISI SKOR
Wajah Tidak ada ekspresi tertentu 0
Kaki Posisi normal/santai 0
Aktifitas Berbaring normal, posisi normal, bergerak dengan 0
mudah
Tangis Tidak ada tangisan 0
Bersuara Santai 0
Total 0
Keterangan : 0 artinya tidak ada nyeri

10. Skrining Gizi


JAWABAN
PERTANYAAN SKOR
YA TIDAK
Apakah pasien tampak kurus ? 1 0 0
Apakah BB tidak naik selama 3 bulan terakhir
1 0 0
?
Apakah ada salah satu kondisi berikut?
a. Diare ≥ 5kali/hari atau muntah >3 kali
sehari dalam seminggu terakhir 1 0 0
b. Apakah asupan makanan berkurang selama
1 minggu terakhir?
Apakah terdapat penyakit/ keadaan yang
2 0 0
menyebabkana pasien mengalami malnutrisi ?
TOTAL SKOR 0
Bila skor ≥ 1 maka perlu konsul gizi

23
11. Pengkajian Resiko Jatuh
ASSESMENT RESIKO JATUH HUMPTY DUMPTY
PARAMETER KRITERIA NILAI SKOR
Usia < 3 tahun 4 4
Jenis Kelamin Laki-laki 2 2
Diagnose Perubahan oksigenasi 3 3
Gangguan Kognitif Tidak menyadari keterbatasan 3 3
dirinya
Faktor Lingkungan Bayi diletakkan di tempatkan di 2 2
tempat tidur
Respon Terhadap > 48 jam tidak ada pembedahan 1 1
Pembedahan
/Sedasi /Anestesi

Penggunaan Penggunaan medikasi lain 1 1


Medika Mentosa

Total Skor 16
Keterangan: Skor ≥12 merupakan resiko tinggi jatuh

I. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Lemah
Kesadaran : Composmentis
Nadi : 110 x/menit
Suhu : 36,60 C
Pernafasan : 44 x/menit

PEMERIKSAAN PERSISTEM
a. Sistem Pernafasan
Anamnesa : Ibu mengatakan bahwa anaknya sesak nafas
1) Hidung
Inspeksi : Terpasang O2 nasal 2lt/menit, bentuk simetris, secret,
pernapasan cuping hidung

24
2) Thorax
Inspeksi : Bentuk dada normal, terdapat retraksi dinding dada
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Auskultasi : Suara nafas dasar vesikuler, terdapat suara nafas ronkhi, dan
tidaka ada suara nafas wheezing
Perkusi : Sonor
b. Sistem Kardiovaskuler
Anamnesa : Ibu mengatakan tidak ada keluhan pada sistem kardiovaskuler
1) Jantung
Palpasi ictus cordis : Teraba di ics 5
Perkusi pembesaran jantung : Batas jantung jelas tidak terjadi pembesaran
Auskultasi : BJ I : Tunggal BJ II: tunggal , tidak ada suara tambahan
seperti gallop dan murmur
c. Sistem Pencernaan
Anmnesa : Ibu mengatakan tidak ada keluhan pada sistem pencernaan
1) Mulut
Inspeksi : Mukosa bibir pucat
2) Abdomen
Inspeksi : Perut tidak membuncit, tidaka ada bekas operasi
Palpasi: Kuadran I : Hepar ; tidak nyeri tekan
Kuadran II : Lien lambung : tidak ada nyeri tekan
Kuadran III : Tidak ada nyeri tekan
Kuadran IV : Tidak nyeri tekan
Pertengahan kuadran III dan IV : Tidak ada distensi, massa dan
nyeri tekan
Turgor kulit elastis
Perkusi : Timphani
Auskultasi : 10 x/menit

25
d. Sistem Musculoskeletal
Anamnesa : Ibu mengatakan tidak ada keluhan pada sistem musculoskeletal
1) Ekstremitas atas
Inspeksi : Simetris kanan kiri, terpasang infuse ditangan kanan , tidak ada
lesi, kekuatan otot penuh (5)
Palpasi : Akral hangat, CRT< 3 detik
2) Ekstremitas bawah
Inspeksi : Simetris kanan kiri, tidak ada lesi, kekuatan otot penuh (5)
Palpasi : Akral hangat, CRT< 3 detik
e. Sistem Persepsi Sensori
Anamnesa : Ibu mengatakan tidak ada keluhan pada sistem persepsi sensori
1) Mata : Posisi mata simetris, gerakan bola mata simetris, penglihatan
normal
2) Telinga : Bentuk simestris, lubang telinga bersih, tidak menggunakan alat
bantu dengar, pendengaran baik
f. Sistem Endokrin
Anamnesa : Ibu mengatakan tidak ada keluhan pada sistem endokrin
1) leher
Inspeksi : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan dan tidaka da pembesaran kelenjar linfe
g. Sistem Genetalia
Anamnesa : Ibu mengatakan tidak ada keluhan pada sistem genetalia
Inspeksi : Moatus normal, propusium normal scrotum normal
h. Sistem Neuro
Anamnesa : Ibu mengatakan tidak ada keluhan pada sistem neuro
Nervus 1 (olfaktorius) : Normal
Nervus II (optikus) : Normal
Nervus III, VI, IV (oculamotorius, trochealis, abducens) : Normal
Nervus V (trigeminus) : Normal
Nervus VII (facialis) : Normal

26
Nervus VIII (acusticus) : Normal
Nervus IX X (glasoparingeal, vagus) : Normal
Nervus XI (Assesorius) : Normal
Nervus XII ( Hypoglosus) : Normal
i. Sistem Integument
Anamnesa : Ibu mengatakan tidak ada keluhan pada sistem integument
Inspeksi : Warna kuning langsat, tidak ada luka
Palpasi : Hangat

PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Nama : An. D Tanggal : 17 Oktober 2018
No RM : 675xxxx
JENIS PEMERIKSAAN HASIL NILAI ACUAN
DARAH LENGKAP
Hemoglobin 9,7 10,7-17,3 g/dl
Hitung leukosit 16,38 5,0-19,0 103 /µL
Trombosit 628 142-424 103 /µL
Hematokrit 31,0 35-49 %
Hitung eritrosit 3,87 3,8-5,2 106 /µL
Mcv 80,1 73-87fl
Mch 25,1 24-30 pg
Mchc 31,3 31-35 g/dl
HITUNG JENIS LEUKOSIT
Eosinofil 1,3 0-3 %
Basofil 0,3 0-1%
Neutrofil 67,0 15-35 %
Limfosit 26,3 42-72%
Monosit 4,6 0-6 %
LED ( laju endap darah) 11 0-15 mm/jam

27
PEMERIKSAAN RADIOLOGI
Thorax : Dalam batas normal
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
DIAGNOSA 1
Diagnosa Bersihan jalan nafas tidak efektif
Kategori : Fisiologis
Sub Kategori : Respirasi
Definisi Ketidakmampuan membersihakn secret atau obstruksi jalan
nafas untuk mempertahankan jalan nafas untuk
mempertahankan jalan nafas tetap paten
Penyebab Fisiologis
1. Spasme jalan nafas
2. Hipersekresi jalan nafas
3. Disfungsi neuro,muskuler
4. Sekresi yang tertahan
Situasional
Terpajan polutan
Tanda dan Gejala 1. Batuk tidak efektif
2. Tidak mampu batuk
3. Sputum berlebihan
4. Ronchi
5. Gelisah
6. Pola nafas berubah
Kondisi yang terkait 1. Sklerosis multiple
2. Dipresi sistem saraf pusat
3. Inspeksi saluran nafas
Pengkajian Data Subjektif : Data objektif :
Ibu poasien mengatakan 1. Terpasang O2 nasal 2
anaknya sesak nafas liter/menit
2. Pernapasan cuping hidung
3. Pola nafas berubah
RR: 44x/menit
4. Terdapat retraksi dinding
dada
5. Sputum berlebihan
6. Suara nafas tambahan
ronkhi
7. Batuk tidak efektif

Diagnosa Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d infeksi saluran atas

28
II. INTERVENSI
Nama : An. D
No reg : 675xxxx
Diagnosa medis : ISPA
Diagnosa keperawatan : Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d infeksi saluran
atas
NOC NIC
Outcome Indikator Intervensi Aktifitas
Respiratory Setelah dilakukan Bantuan 1. Monitoring pola
status: asuhan keperawat 1x24 ventilasi nafas
Airway jam pasien : Definisi : 2. pertahankan patensi
patency 1. Menunjukkan pola Peningkatan jalan nafas
nafas yang efektif pola nafas 3. Auskultasi suara
2. Tidaka ada bantuan spontan nafas tambahan
otot nafas dan bunyi optimal yang sebelum dan
suara nafas memaksimalk sesudah nebul dan
3. Kecepatan dan irama an pertukaran suction
respirasi dalam batas oksigen dan 4. Lakuakan nebulizer
normal karbondioksid dan bersihkan
a di paru-paru secret (suction) dari
mulut dan trakea
5. Kolaborasi
pemberian terapi
oksigen dan obat
bronkodilator yang
sesuai.

29
III. IMPLEMENTASI
Nama : An. D
No reg : 675xxxx
Diagnosa medis : ISPA
Diagnosa keperawatan : Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d infeksi saluran
atas
TANGGAL DIAGNOSA IMPLEMENTASI PARAF
18 Oktober Bersihan jalan nafas 1. Memonitoring pola nafas
2018 tidak efektif b.d - RR: 44x/menit
infeksi saluran atas 2. Mempertahankan patensi jalan
nafas
- Memposisikan pasien semi
fowler
3. Mengauskultasi suara nafas
tambahan sebelum
- Suara nafas ronkhi
4. Melakuakan nebulizer
- Nebulizer combivent 2x 1
5. Kolaborasi pemberian terapi
oksigen dan obat bronkodilator
yang sesuai
- Terapi oksigen nasal 2 lt/menit
- Infus d5 ¼ Ns mikro 6 tpm
- Injeksi paracetam 3 x 75 mg
- Injeksi dexamethason 3x1/2
- Injeksi gentamycin 1x30
mg(hari II)
- Injeksi cefotaxim 2x 300 mg
19 Oktober Bersihan jalan 1. Memonitoring pola nafas
2018 nafas tidak efektif - RR: 36 x/menit
b.d infeksi saluran 2. Mempertahankan patensi jalan
atas nafas
- Memposisikan pasien semi
fowler
3. Mengauskultasi suara nafas
tambahan sebelum
- Suara nafas ronkhi
4. Melakuakan nebulizer
- Nebulizer combivent 2x 1
5. Mengauskultasi suara nafs
tambahan setelah dilakuakn
nebulizer
- Suara nafas ronkhi

30
6. Kolaborasi pemberian terapi
oksigen dan obat bronkodilator
yang sesuai
- Terapi oksigen nasal 2
lt/menit
- Infus d5 ¼ Ns mikro 6 tpm
- Injeksi paracetam 3 x 75 mg
- Injeksi dexamethason 3x1/2
- Injeksi gentamycin 1x30
mg(hari III)
- Injeksi cefotaxim 2x 300 mg
20 Oktober Bersihan jalan 1. Memonitoring pola nafas
2018 nafas tidak efektif - RR: 40 x/menit
b.d infeksi saluran 2. Mempertahankan patensi jalan
atas nafas
- Memposisikan pasien semi
fowler
3. Mengauskultasi suara nafas
tambahan sebelum
- Suara nafas ronkhi
4. Melakuakan nebulizer
- Nebulizer combivent 2x 1
5. Kolaborasi pemberian terapi
oksigen dan obat bronkodilator
yang sesuai
- Terapi oksigen nasal 2
lt/menit
- Infus d5 ¼ Ns mikro 6 tpm
- Injeksi paracetam 3 x 75 mg
- Injeksi gentamycin 1x30
mg(hari VI)
- Injeksi cefotaxim 2x 300 mg

31
IV. EVALUASI
Nama : An. D
No reg : 675xxxx
Diagnosa medis : ISPA
Diagnosa keperawatan : Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d infeksi saluran
atas

TANGGAL DIAGNOSA EVALUASI PARAF

Bersihan jalan nafas S : Ibu pasien mengatakan


tidak efektif b.d anaknya masih sesak nafas dan
infeksi saluran atas batuk grok-grok
O:
- Pernapasan cuping hidung
Pola nafas berubah
- Terpasang O2 nasal 2
liter/menit
- RR: 40x/menit
- Terdapat retraksi dinding dada
- Sputum berlebihan, Suara
nafas tambahan ronkhi
- Batuk tidak efektif
A : Masalah bersihan jalan tidak
efektif teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
- Monitoring pola nafas
- pertahankan patensi jalan
nafas
- Auskultasi suara nafas
tambahan sebelum dan
sesudah nebul dan suction
- Lakuakan nebulizer dan
bersihkan secret (suction) dari
mulut dan trakea
- Kolaborasi pemberian terapi
oksigen dan obat
bronkodilator yang sesuai.
Bersihan jalan nafas S : Ibu pasien mengatakan
tidak efektif b.d anaknya sesak berkurang dan
infeksi saluran atas batuk grok-grok
O:
- Pola nafas berubah
- Pernapasan cuping hidung
- Terpasang O2 nasal 2
liter/menit
- RR: 30x/menit

32
- Sputum berlebihan
- Suara nafas tambahan ronkhi
- Batuk tidak efektif
A : Masalah bersihan jalan tidak
efektif teratasi sebagian
P : intervensi dilanjutkan
- Monitoring pola nafas
- Pertahankan patensi jalan nafas
- Auskultasi suara nafas
tambahan sebelum dan sesudah
nebul dan suction
- Lakuakan nebulizer dan
bersihkan secret (suction) dari
mulut dan trakea
- Kolaborasi pemberian terapi
oksigen dan obat bronkodilator
yang sesuai

Bersihan jalan nafas S : Ibu pasien mengatakan


tidak efektif b.d anaknya sudah tidak sesak, batuk
infeksi saluran atas berkurang
O:
- Pola nafas teratur
- RR: 30x/menit
- Sputum +
- Suara nafas tambahan ronkhi
- Batuk tidak efektif
A: Masalah Bersihan jalan nafas
tidak efektif teratasi
P : Pasen pulang dengan
memberikan health education
- Minum obat teratur
- Kontrol ulang saat obat habis
atau saat kambuh
- Cara mencegah ispa seperti
selalu mencuci tanggan
sebelum memegang anak,
menjaga kebersihan
lingkungan, kemudian menjaga
anak saat ada anggota keluarga
sedsng sakit.

33
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Penyakit ISPA adalah salah satu penyakit yang banyak diderita bayi dan
anak-anak, penyebab kematian dari ISPA yang terbanyak karena pneumonia.
Klasifikasi penyakit ISPA tergantung kepada pemeriksaan dan tanda-tanda
bahaya yang diperlihatkan penderita, Penatalaksanaan dan pemberantasan
kasus ISPA diperlukan kerjasama semua pihak, yaitu peran serta masyarakat
terutama ibu-ibu, dokter, para medis dan kader kesehatan untuk menunjang
keberhasilan menurunkan angka, kematian dan angka kesakitan sesuai harapan
pembangunan nasional.
Seperti yang diuraikan diatas bahwa ISPA mempunyai variasi klinis
yang bermacam-macam, maka timbul persoalan pada pengenalan (diagnostik)
dan pengelolaannya. Sampai saat ini belum ada obat yang khusus antivirus.
Idealnya pengobatan bagi ISPA bakterial adalah pengobatan secara rasional.
Pengobatan yang rasional adalah apabila pasien mendapatkan antimikroba yang
tepat sesuai dengan kuman penyebab. Untuk dapat melakukan hal ini, kuman
penyebab ISPA dideteksi terlebih dahulu dengan mengambil material
pemeriksaan yang tepat, Kemudian dilakukan pemeriksaan mikrobiologik, baru
setelah itu diberikan antimikroba yang sesuai.

5.2 Saran
Karena yang terbanyak penyebab kematian dari ISPA adalah karena
pneumonia, maka diharapkan penyakit saluran pernapasan penanganannya
dapat diprioritaskan.Disamping itu penyuluhan kepada ibu-ibu tentang
penyakit ISPA perlu ditingkatkan dan dilaksanakan secara berkesinambungan,
serta penatalaksanaan dan pemberantasan kasus ISPA yang sudah dilaksanakan
sekarang ini, diharapkan lebih ditingkatkan lagi.

34
DAFTAR PUSTAKA

Meadow,Sir Roy dan Simen.2002.Lectus Notes:Pediatrika.Jakarta:PT.Gelora Aksara


Pratama.

DepKes RI. Direktorat Jenderal PPM & PLP. Pedoman Pemberantasan Penyakit
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA). Jakarta. 1992.

Suriadi,Yuliani R,2001,Asuhan Keperawatan pada Anak,CV sagung Seto,Jakarta.

Gordon,et.al,2001, Nursing Diagnoses : definition & Classification 2001-


2002,Philadelpia,USA.

Departemen Kesehatan RI, 2002. Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran


Pernafasan Akut Untuk Penanggulangan Pneumonia Pada Balita: Jakarta.

Catzel, Pincus & Ian robets. (1990). Kapita Seleta Pediatri Edisi II. alih bahasa oleh
Dr. yohanes gunawan. Jakarta: EGC.

Gordon,et.al,2001, Nursing Diagnoses : definition &


Classification20012002,Philadelpia,USA

Intensif Neonatus. Jakarta: Balai penerbit FKUI.

Materi pelatihan kader dan penyegara kader (2004), PSIK UMJ, Jakarta.

Naning R,2002,Infeksi Saluran Pernapasan Akut (Handout kuliah Ilmu Kesehatan


Anak)PSIK FK UGM tidak dipublikasikan

Pertemuan Ilmiah Tahunan V (PIT-5) Ilmu Penyakit Dalam PAP di Sumsel. Fakultas
Kedokteran Universitas Sriwijaya, Palembang.

Soegijanto, S (2002). Ilmu penyakit anak; diagnosa dan penatalaksanaan.


Jakarta: Salemba medika.

35

Anda mungkin juga menyukai