Anda di halaman 1dari 19

TUGAS MATA KULIAH

KEPERAWATAN ANAK I
“ Askep Anak ISPA “

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1

1. Ahmad Syauqi (1710142010001)


2. Feby Septi Muswari (1710142010006)
3. Martha Nia Putri (1710142010014)
4. Nadia Hanifa (1710142010020)
5. Rahmi Adiati Anggina (1710142010027)
6. Rika Okta Wisma (1710142010033)
7. Tesya Nandra Cimberly (1710142010039)

PRODI S1 KEPERAWATAN

DOSEN PEMBIMBING : Ns. Liza Merianti, M.Kep

STIKES YARSI SUMBAR BUKITTINGGI


TA 2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang maha esa karena atas berkat Rahmat dan Hidaya-
NYA kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Askep Anak ISPA” pada anak
dengan tepat waktu.

Harapan kami semoga dengan makalah ini dapat membantu menambah pengetahuan
bagi para pembaca. Kami menyadari bahwa Askep Anak ISPA ini masih jauh dari
kesempurnaan , oleh karna itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun
selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata kami mengucapkan terima kasih kepada semua bela pihak yang terlibat
dalam pembuatan makalah ini.

Bukittingi, 12 April 2019

i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar. ................................................................................................................... i
Daftar Isi............................................................................................................................. ii
BAB I Pendahuluan
1.1.Latar Belakang........................................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah..................................................................................................... 1
1.3. Tujuan Penulisan....................................................................................................... 2
1.4. Manfaat Penulisan..................................................................................................... 2
BAB II Pembahasan
2.1. Definisi dari ISPA .................................................................................................... 3
2.2. Etiologi dari ISPA .................................................................................................... 3
2.3. Klasifikasi dari ISPA................................................................................................ 4
2.4. Patofisiologi dari ISPA............................................................................................. 4
2.5. Manifestasi klinis dari ISPA..................................................................................... 6
2.6. Pemeriksaan penunjang dari ISPA............................................................................ 6
2.7. Komplikasi dari ISPA............................................................................................... 6
2.8. Penatalaksanaan dari ISPA....................................................................................... 7
2.9. Asuhan Keperawatan ISPA....................................................................................... 8
BAB III Penutup
3.1. Kesimpulan..............................................................................................................
3.2. Saran........................................................................................................................
Daftar Pustaka

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Menurut Riskesdas (2013) penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) masih
menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat yang penting untuk diperhatikan, karena
merupakan penyakit akut yang dapat menyebabkan kematian pada balita di berbagai negara
berkembang termasuk Indonesia.ISPA adalah infeksi akut saluran pernapasan atas maupun
bawah yang disebabkan oleh infeksi jasad renik atau bakteri, virus, maupun reketsia tanpa
atau disertai dengan radang parenkim paru (Wijayaningsih, 2013).

ISPA berlangsung sampai 14 hari yang dapat ditularkan melalui air ludah, darah,
bersin maupun udara pernafasan yang mengandung kuman. ISPA diawali dengan gejala
seperti pilek biasa, batuk, demam, bersin-bersin, sakit tenggorokan, sakit kepala, sekret
menjadi kental, nausea, muntah dan anoreksia (Wijayaningsih, 2013). Banyak orang tua yang
sering mengabaikan gejala tersebut, sementara kuman dan virus dengan cepat berkembang di
dalam saluran pernafasan yang akhirnya menyebabkan infeksi. Jika telah terjadi infeksi maka
anak akan mengalami kesulitan bernafas dan bila tidak segera ditangani, penyakit ini bisa
semakin parah menjadi pneumonia yang menyebabkan kematian (IDAI, 2015).

Data dari World Health Organization (WHO) menunjukkan angka kematian pada
balita di dunia pada tahun 2013 sebesar 45,6 per 1.000 kelahiran hidup dan 15% diantaranya
disebabkan oleh ISPA. Menurut data yang diperoleh dari WHO pada tahun 2012, ISPA atau
pneumonia merupakan penyakit yang paling sering diderita oleh balita yaitu sebanyak 78%
balita datang berkunjung ke pelayanan kesehatan dengan kejadian ISPA. Setiap tahun, jumlah
balita yang dirawat di rumah sakit dengan kejadian ISPA sebesar 12 juta (Tazinya et al,
2018). Insiden ISPA pada balita di negara berkembang diperkirakan 0,29 anak setiap tahun
dan di negara maju sebanyak 0,05 anak setiap tahun. Penyebab kematian akibat ISPA di
negara berkembang lebih tinggi dibandingkan negara maju yaitu sebesar 10-50 kali (Ramani
et al, 2016).

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa definisi dari ISPA


2. Apa etiologi dari ISPA
3. Apa klasifikasi dari ISPA

1
4. Bagaimana patofisiologi dari ISPA
5. Apa manifestasi klinis dari ISPA
6. Apa pemeriksaan penunjang dari ISPA
7. Apa komplikasi dari ISPA
8. Bagaimana penatalaksanaan dari ISPA
9. Bagaimana Asuhan Keperawatan ISPA

1.3. Tujuan Penulisan

1. Definisi dari ISPA


2. Etiologi dari ISPA
3. Klasifikasi dari ISPA
4. Patofisiologi dari ISPA
5. Manifestasi klinis dari ISPA
6. Pemeriksaan penunjang dari ISPA
7. Komplikasi dari ISPA
8. Penatalaksanaan dari ISPA
9. Asuhan Keperawatan ISPA

1.4. Manfaat Penulisan

1.4.1. Bagi Penulis

Mengembangkan kemampuan penulis dalam hal menyusun makalah serta menambah


pengetahuan penulis mengenai askep anak ISPA

1.4.2. Bagi Pembanca

Dapat menambah wawasan pembaca/mahasiswa mengenai ISPA

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Defenisi ISPA

Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah penyakit infeksi akut yang menyerang
salah satu bagian / lebih dari saluran nafas mulai hidung alveoli termasuk adneksnya ( sinus
rongga telinga tengah pleura) (Depkes, 2013).

ISPA diasebabkan oleh virus / bakteri yang diawali dengan panas dan disertai dengan
salah satu atau lebih gejala (tenggorokan sakit,nyeri pada saat menelan,pilek,batuk kering
atau berdahak) (Kemenkes RI, 2013)

Menurut Kapita Selekta Kedokteran (2014) Infeksi Saluran Pernafasan Akut sering
disebut juga dengan Infeksi Respiratori Akut (IRA). Infeksi respiratori akut ini terdiri dari
infeksi respiratori atas akut (IRAA) dan infeksi respiratori bawah akut (IRBA). Disebut akut,
jika infeksi berlangsung hingga 14 hari. Penyakit pada ISPA yang sering terjadi selain
episode batuk-pilek adalah pneumonia, penyakit ini merupakan pembunuh utama balita di
dunia, lebih banyak dibanding dengan gabungan penyakit AIDS, malaria dan campak.

2.2. Etiologi ISPA


Adapun masalah masalah yang seringkali menjadi faktor penyebab penyakit ispa pada
balita antara lain :

1. Virus penyebab ISPA meliputi virus parainfluenza, adenovirus, rhinovirus,


koronavirus, koksakavirus A dan B, Streptokokus dan lain-lain.
2. Perilaku individu, seperti sanitasi fisik rumah, kurangnya ketersediaan air bersih
(Depkes RI, 2014)

Penyebab ISPA terdiri dari lebih 300 jenis bakteri, virus dan riketsia. Bakteri penyebab
ISPA antara lain dari genus Streptococcus, Stafilococcus, Pneumococcus, Haemophilus,
Bordetella dan Corynebakterium. Virus penyebab ISPA antara lain adalah golongan
Miksovirus, Adenovirus, Coronavirus, Picornavirus, Mikoplasma, Herpesvirus (Lindawaty,
2010). Berdasarkan penelitian di Pulau Lombok tahun 1997-2003 serta penelitian di berbagai
negara yang dipublikasikan WHO, penyebab ISPA yang paling umum dan paling sering
ditemukan pada balita adalah bakteri Streptococcus pneumoniae dan Haemophyllus influenza
(Lindawaty, 2014).

3
2.3. Klasifikasi ISPA
Klasifikasi merupakan suatu kategori untuk menentukan tindakan yang akan diambil oleh
tenaga kesehatan dan bukan sebagai diagnosis spesifik penyakit. Klasifikasi ini
memungkinkan seseorang dengan cepat menentukan apakah kasus yang dihadapi adalah
suatu penyakit serius atau bukan, apakah perlu dirujuk segera atau tidak. Klasifikasi
sederhana berupa tanda dan gejala ISPA yang mudah dikenal untuk mengetahui tindakan
selanjutnya apakah harus diberi antibiotika, dapat dirawat di rumah atau harus dirujuk ke
Rumah Sakit. Dalam penentuan klasifikasi penyakit dibedakan atas kelompok untuk umur 2
bulan sampai kurang dari 5 tahun dan kelompok umur di bawah 2 bulan.

Adapun klasifikasi penyakit ISPA adalah sebagai berikut :

1. Untuk kelompok umur 2 bulan sampai < 5 tahun klasifikasi dibagi atas: pneumonia
berat, pneumonia dan bukan pneumonia.
2. Untuk kelompok umur < 2 bulan klasifikasi dibagi atas: pneumonia berat dan bukan
pneumonia. Dalam pendekatan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) klasifikasi
pneumonia berat pada kelompok umur < 2 bulan adalah gangguan napas dan mungkin
infeksi bakteri sistemik.

Klasifikasi pneumonia berat berdasarkan pada adanya batuk atau kesukaran bernapas
disertai napas sesak atau tarikan dinding dada bagian bawah (chest indrawing) pada anak usia
2 tahun sampai < 5 tahun. Klasifikasi bukan pneumonia mencakup kelompok penderita balita
dengan batuk yang tidak menunjukkan gejala peningkatan frekuensi napas dan tidak
menunjukkan adanya tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam. Dengan demikian
klasifikasi bukan pneumonia mencakup penyakit ISPA lain di luar pneumonia seperti batuk
pilek bukan pneumonia.

2.4. Patofisiologi ISPA

Proses terjadinya ISPA diawali dengan masuknya beberapa bakteri dari genus
streptokokus,stafilokokus,pneumokokos,hemofillus,bordetella dan korinebakterium dan virus
dari golongan mikrovirus (termasuk didalamnya virus para influenza dan virus campak),
adenoveirus, koronavirus, pikornavirus, herpesvirus kedalam tubuh manusia melalui partikel
udara (droplet infection). Kuman ini akan melekat pada sel epitel hidung dengan mengikuti
proses pernapasan,yang mengakibatkan demam, batuk, pilek, sakit kepala dan sebagainya
(Marni, 2014).

4
Insiden : ISPA memiliki prevalensi 25,5% dengan
mordibitas pada bayi 2,2% dan balita 3% sedangkan WOC ISPA
mortalitas pada bayi 23,8% dan balita 15,5% (Kemenkes RI,
2010). Faktor resiko:
ISPA adalah infeksi akut yang melibatkan organ saluran pernafasan 1. BBLR 2. Status gizi 3. Imunisasi
bagian atas dan saluran pernafasan bagian bawah (Markamah, 2012) 4. Kepadatan tempat tinggal
Pemeriksaan diagnostik: dalam Marni (2014). 5. Lingkungan fisik
 Foto rongten : thoraks.
 Pemeriksaan lab : darah lengkap, kultur tenggorok,
kadar protein C reaktif, tes serologi untuk IgM atau Bakteri, contohnya Terhirup Virus, contohnya virus
peningkatan titer IgG. influenza.
Streptococcus pneumoniae.
Invasi kuman
Peradangan Kuman melepas Merangsang tubuh untuk melepas
Terapi endotoksin zat pirogen oleh leukosit
1. ISPA ringan cukup pemberian ½
Menempel pada
sendok teh jeruk nipis dan ½ sendok
teh madu atau kecap diberikan 3-4x Rinitis; Hidung:sinus Faringitis Laring Laringitis Hipotalamus ke
sehari. Faring bagian termoreguler
Sinusitis
2. Berikan oksigen sesuai kebutuhan.
Menginvasi sel Edema plika
3. Tingkatkan asupan makanan.
4. Koreksi ketidakseimbangan asam basa Aktivasi sistem vokalis Penyempitan Suhu tubuh 
dan elektrolit. imun jalan nafas
Respon
5. Kolaborasi pemberian antibiotik pertahanan sel Suara serak
(Marni, 2014). Hipertermi
Limfadenopati
regional (tonsil) Perubahan status
Maserasi mukosa  Produksi
hidung mukus kesehatan anak Pencegahan:
Menyumbat  Cegah terjadi malnutrisi, anemia
Ulserasi Kongesti makanan Cemas berhubungan  Berikan vaksinasi polisakarida
membran mukosa hidung dengan penyakit yang pneumococus.
Nyeri saat dialami oleh anak,  Pemberian vit A, asam folat, zat besi,
menelan (disfagia) hospitalisasi pada anak kalsium dan mikronutrien (seng)
Rentan infeksi Kesulitan saat
Komplikasi sekunder bernafas
 Bronkhitis Menyebar Tonsilitis
 Pneumonia ke tonsil
infeksi Bersihan jalan nafas
 Otitis media Ketidakseimbangan
 Sinusitis tidak efektif Selulitis nutrisi kurang dari
 Gagal nafas Peritonsilar kebutuhan tubuh
 Syok
Abses peritonsilar

Anoreksia
Intake 

5
6
2.5. Manifestasi Klinis ISPA

1. Demam, pada neonatus mungkin jarang terjadi tetapi gejala demam muncul jika anak
sudah mencaapai usia 6 bulan sampai dengan 3 tahun. Seringkali demam muncul
sebagai tanda pertama terjadinya infeksi. Suhu tubuh bisa mencapai 39,5OC-40,5OC.
2. Meningismus, adalah tanda meningeal tanpa adanya infeksi pada meningens, biasanya
terjadi selama periodik bayi mengalami panas, gejalanya adalah nyeri kepala, kaku
dan nyeri pada punggung serta kuduk, terdapatnya tanda kernig dan brudzinski.
3. Anorexia, biasa terjadi pada semua bayi yang mengalami sakit. Bayi akan menjadi
susah minum dan bhkan tidak mau minum.
4. Vomiting, biasanya muncul dalam periode sesaat tetapi juga bisa selama bayi tersebut
mengalami sakit.
5. Diare (mild transient diare), seringkali terjadi mengiringi infeksi saluran pernafasan
akibat infeksi virus.
6. Abdominal pain, nyeri pada abdomen mungkin disebabkan karena adanya
lymphadenitis mesenteric.
7. Sumbatan pada jalan nafas/ Nasal, pada saluran nafas yang sempit akan lebih mudah
tersumbat oleh karena banyaknya sekret.
8. Batuk, merupakan tanda umum dari tejadinya infeksi saluran pernafasan, mungkin
tanda ini merupakan tanda akut dari terjadinya infeksi saluran pernafasan.
9. Suara nafas, biasa terdapat wheezing, stridor, crackless, dan tidak terdapatnya suara
pernafasan

2.6. Pemeriksaan Penunjang ISPA

a) Pemeriksaan kultur/ biakan kuman (swab); hasil yang didapatkan adalah biakan
kuman (+) sesuai dengan jenis kuman.
b) Pemeriksaan hitung darah (deferential count); laju endap darah meningkat disertai
dengan adanya leukositosis dan bisa juga disertai dengan adanya thrombositopenia.
c) Pemeriksaan foto thoraks jika diperlukan

2.7. Komplikasi ISPA

ISPA ( saluran pernafasan akut sebenarnya merupakan self limited disease yang
sembuh sendiri dalam 5 ± 6 hari jika tidak terjadi invasi kuman lain, tetapi penyakit

6
ISPAyang tidak mendapatkan pengobatan dan perawatan yang baik dapat menimbulkan
penyakitseperti : semusitis paranosal, penutuban tuba eustachii, lanyingitis, tracheitis,
bronchtis, dan brhonco pneumonia dan berlanjut pada kematian karena danya sepsis yang
meluas.

2.8. Penatalaksanaan ISPA

1. Pencegahan
Menurut Depkes RI, (2012) pencegahan ISPA antara lain:
 Menjaga kesehatan gizi agar tetap baik. Dengan menjaga kesehatan gizi yang baik
maka itu akan mencegah kita atau terhindar dari penyakit yang terutama antara lain
penyakit ISPA. Misalnya dengan mengkonsumsi makanan empat sehat lima
sempurna, banyak minum air putih, olah raga dengan teratur, serta istirahat yang
cukup, kesemuanya itu akan menjaga badan kita tetap sehat. Karena dengan tubuh
yang sehat maka kekebalan tubuh kita akan semakin meningkat, sehingga dapat
mencegah virus /bakteri penyakit yang akan masuk ke tubuh kita.
 Imunisasi. Pemberian immunisasi sangat diperlukan baik pada anak-anak maupun
orang dewasa. Immunisasi dilakukan untuk menjaga kekebalan tubuh kita supaya
tidak mudah terserang berbagai macam penyakit yang disebabkan oleh virus / bakteri.
 Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan. Membuat ventilasi udara serta
pencahayaan udara yang baik akan mengurangi polusi asap dapur / asap rokok yang
ada di dalam rumah, sehingga dapat mencegah seseorang menghirup asap tersebut
yang bisa menyebabkan terkena penyakit ISPA. Ventilasi yang baik dapat memelihara
kondisi sirkulasi udara (atmosfer) agar tetap segar dan sehat bagi manusia.
 Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA. Infeksi saluran pernafasan akut
(ISPA) ini disebabkan oleh virus/ bakteri yang ditularkan oleh seseorang yang telah
terjangkit penyakit ini melalui udara yang tercemar dan masuk ke dalam tubuh. Bibit
penyakit ini biasanya berupa virus / bakteri di udara yang umumnya berbentuk aerosol
(anatu suspensi yang melayang di udara). Adapun bentuk aerosol yakni Droplet,
Nuclei (sisa dari sekresi saluran pernafasan yang dikeluarkan dari tubuh secara droplet
dan melayang di udara), yang kedua duet (campuran antara bibit penyakit).

Prnsip Perawatan ISPA


1) Menigkatkan istirahat minimal 8 jam perhari
2) Meningkatkan makanan bergizi

7
3) Bila demam beri kompres dan banyak minum
4) Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung dengan sapu tangan yang
bersih
5) Bila badan seseorang demam gunakan pakaian yang cukup tipis tidak terlalu ketat.
6) Bila terserang pada anak tetap berikan makanan dan ASI bila anak tersebut masih
menetek
2. Pengobatan
 Suportif : meningkatkan daya tahan tubuh berupa nutrisi yang adekuat, pemberian
multivitamin dll.
 Antibiotik :
- Idealnya berdasarkan jenis kuman penyebab
- Utama ditujukan pada S.pneumonia,H.Influensa dan S.Aureus
- Menurut WHO : Pneumonia rawat jalan yaitu kotrimoksasol, Amoksisillin,
Ampisillin, Penisillin Prokain,Pnemonia berat : Benzil penicillin, klorampenikol,
kloksasilin, gentamisin.
- Antibiotik baru lain : Sefalosforin,quinolon dll.

2.9. Asuhan Keperawatan ISPA


I. Pengkajian
 Identitas pasien (nama, tempat tanggal lahir, alamat, no RM, agama, pekerjaan, alasan
masuk rs, diagnose medis) dan Identitas Penanggung Jawab (nama, pekerjaan, alamat,
hubungan dengan pasien)
 Keluhan Utama : Klien mengeluh demam
 Riwayat Penyakit :
 Riwayat penyakit sekarang : Dua hari sebelumnya klien mengalami demam
mendadak, sakit kepala, badan lemah, nyeri otot dan sendi, nafsu makan menurun,
batuk,pilek dan sakit tenggorokan.
 Riwayat penyakit dahulu : Kilen sebelumnya sudah pernah mengalami penyakit
sekarang
 Riwayat penyakit keluarga : Menurut pengakuan klien,anggota keluarga ada juga
yang pernah mengalami sakit seperti penyakit klien tersebut
 Riwayat sosial : Klien mengatakan bahwa klien tinggal di lingkungan yang berdebu
dan padat penduduknya
 Pemeriksaan Fisik : Difokuskan Pada Pengkajian Sistem Pernafasan

8
 Inspeksi
Membran mukosa hidung-faring tampak kemerahan
Tonsil tampak kemerahan dan edema
Tampak batuk tidak produktif
Tidak ada jaringan parut pada leher
Tidak tampak penggunaan otot-otot pernafasan tambahan, pernafasan cuping hidung.
 Palpasi
Adanya demam
Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah leher/nyeri tekan pada nodus
limfe servikalis
Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid
 Perkusi
Suara paru normal (resonance)
 Auskultasi
Suara nafas vesikuler/tidak terdengar ronchi pada kedua sisi paru.

II. Diagnosa Keperawatan

1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru.
2) Hipertermi berhubungan dengan invasi mikroorganisme
3) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketidak
mampuan dalam memasukan dan mencerna makanan
4) Cemas berhubungan dengan penyakit yang dialami oleh anak, hospitalisasi pada anak

III. Intervensi Keperawatan

1. Diagnosa I :Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan


ekspansi paru.

Tujuan kriteria hasil :

 Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan
dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada
pursed lips)
 Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas,
frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)
 Tanda Tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, pernafasan)

9
Intervensi :

 Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi


 Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
 Lakukan fisioterapi dada jika perlu
 Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
 Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
 Lakukan suction pada mayo
 Berikan bronkodilator bila perlu
 Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab
 Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
 Monitor respirasi dan status O2
 Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
 Pertahankan jalan nafas yang paten
 Atur peralatan oksigenasi
 Monitor aliran oksigen
 Pertahankan posisi pasien
 Observasi adanya tanda tanda hipoventilasi
 Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi

2. Diagnosa II : Hipertermi berhubungan dengan invasi mikroorganisme

Tujuan Kriteria Hasil :

 Suhu tubuh dalam rentang normal


 Nadi dan RR dalam rentang normal
 Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing

Intervensi :

 Monitor suhu sesering mungkin


 Monitor warna dan suhu kulit
 Monitor tekanan darah, nadi dan RR
 Monitor intake dan output
 Tingkatkan intake cairan dan nutrisi

10
 Berikan pasien kompres air hangat, hindari pemberian kompres dingin.
 Tingkatkan sirkulasi udara.
 Kolaborasi pemeberian cairan intravena.
 Ajarkan pada pasien cara mencegah keletihan akibat panas.
 Kolaborasi pemberian antipiretik.
 Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign

3. Diagnosa III : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan


ketidak mampuan dalam memasukan dan mencerna makanan

Tujuan Kriteria Hasil :

 Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan


 Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
 Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
 Tidak ada tanda tanda malnutrisi
 Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan
 Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti

Intervensi :

 Kaji adanya alergi makanan


 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan pasien.
 Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
 Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C
 Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi
 Berikan makanan yang terpilih (sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi)
 Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
 Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
 Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
 BB pasien dalam batas normal
 Monitor turgor kulit
 Monitor mual dan muntah

11
 Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht
 Monitor pertumbuhan dan perkembangan

4. Diagnosa IV : Cemas berhubungan dengan penyakit yang dialami oleh anak,


hospitalisasi pada anak

Tujuan Kriteria Hasil :

 Keluarga sudah tidak sering bertanya kepada petugas dan mau terlibat secara aktif
dalam merawat anaknya

Intervensi :

 Gunakan pendekatan yang menenangkan


 Berikan informasi secukupnya kepada orang tua (perawatan dan pengobatan yang
diberikan)
 Jelaskan terapi yang diberikan dan respon anak terhadap terapi yang diberikan
 Anjurkan kepada keluarga agar bertanya jika melihat hal-hal yang kurang dimengerti/
tidak jelas

12
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Infeksi saluran pernafasan akut adalah proses peradangan yang disebabkan oleh virus,
infeksi bakteri, atipikal (Mycoplasma) atau aspirasi zat asing, yang melibatkan salah satu atau
seluruh bagian saluran pernafasan. Program Pemberantasan Penyakit  ISPA membagi
penyakit ISPA dalam 2 golongan yaitu pneumonia dan yang bukan pneumonia. Perjalanan
alamiah penyakit ISPA dibagi 3 tahap yaitu : tahap prepatogenesis, tahap inkubasi, dan tahap
dini penyakit.

3.2.Saran
Karena yang terbanayak penyebab kematian dari ISPA adalah karena pneumonia, maka
diharapkan penyakit saluran pernapasan penanganannya dapat diprioritaskan. Disamping itu
penyuluhan kepada ibu-ibu tentang penyakit ISPA perlu ditingkatkan dan dilaksanakan
secara berkesinambungan, serta penatalaksanaan dan pemberantasan kasus ISPA yang sudah
dilaksanakan sekarang ini, diharapkan lebih ditingkatkan lagi.

13
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/6339192/ASUHAN_KEPERAWATAN_ANAK_DENGAN_ISP
A_new

https://www.academia.edu/10017293/ASKEP_ANAK_DENGAN_ISPA

https://id.scribe.com/document/344467508/ASUHAN-KEPERAWATAN-ANAK-ISPA

http://repository.ump.ac.id/4000/3/EGA%20WIDYA%20SUDANTO%20BAB%20II.pdf

http://repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14210/2/T1_462011074_BAB%20II.pdf

14

Anda mungkin juga menyukai