(KOLOSTOMI)
Disusun Oleh :
Kelompok 8
Tingkat ii C
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah berjudul
“Pembuatan anus buatan (kolostomi) secara umum.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Mohon maaf jika masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata
bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Kelompok 8
Daftar isi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kolostomi adalah lubang yang dibuat melalui dinding abdomen kedalam kolon iliaka
(assenden) sebagai tempat mengeluarkan feses (Pearce, 2009 dalam Nainggolan & Asrizal,
2013). Pembentukan kolostomi dapat dilakukan secara permanen atau sementara tergantung
tujuan dilakukan operasi dan 10% diantaranya adalah kolostomi permanen (Vonk-Klassen, et al,
2015). Lubang kolostomi yang muncul di permukaan/dinding abdomen yang berwarna
kemerahan disebut stoma.
1. Advokasi atau peran dari tindakan pembuatan anus buatan dalam segi
keperawatan .
A. Definisi
B. Tipe stoma diberikan nama sesuai dengan bagian segmen yang dilakukan pembedahan :
1) Loop colostomy
2) End ostomy
Terdiri dari satu hubungan dimana bagian usus berikutnya dibuang/ dijahit tetapi
masih ada/ tetap dlm rongga abdomen. Dilakukan untuk klien dg terapi colorectal
Terdapat 2 hubungan dibagian proximal dan distal. Bagian proximal untuk drain
feses dan distal untdrain mucus
e) Kanker
1. Insfeksi
Dalam kondisi normal gelombang peristaltik tidak terlihat, tetapi bila terlihat
menandakan adanya obstruksi usus. Distensi abdomen terlihat sebagai suatu tonjolan
abdomen yang menyeluruh. Distensi abdomen terasa kencang, kulit tampak tegang
seakan diregangkan.
2. Auskultasi
Bila bising usus negatif atau hipoaktif (bising usus < 5 kali permenit)
menandakan adanya ilius paralitik yang sering terjadi pada post pembedahan.
Bila bising usus Nada tinggi atau hiperaktif ( > 35 kali permenit) menandakan
adanya obstruksi usus dan gangguan inflamasi.
3. Palpasi
Untuk melihat adanya massa atau nyeri tekan. Anjurkan klien rileks untuk
mencegah terjadinya ketegangan otot- otot abdomen yang dapat mengganggu hasil
pengkajian.
4. Perkusi
Untuk melihat adanya lesi, cairan atau gas didalam abdomen. Jika
memungkinkan identifikasi struktur abdominal dibawah abdomen.
Gas atau flatulan akan menghasilkan bunyi timpani. Massa, tumor atau cairan akan
menghasilkan bunyi tumpul.
b) Untuk mempertahankan
A. Gangguan citra tubuh b.d. Adanya stoma, takut ditolak, faktor psikososial.
B. Konstipasi kolon b.d. Tidak adekuatnya intake cairan, penurunan gerakan, adanya
penyakit, pengobatan, kebiasaan individu.
E. Defisit volume cairan b.d. pengeluaran dari ileus yang berupa cairan atau lendir,
pengeluaran cairan (enema) yang berlebihan.
a) Persiapan Alat :
5. Selimut
12. Tissue
13. Gunting
b) Persiapan
3. Kumpulkan peralatan
8. Naikkan tempat tidur keposisi lebih tinggi, turunkan pengaman sisi bagian
tempat bekerja.
c) Prosedur tindakan
1. Tutup klien dengan selimut dan lipat bagian atas linen kebawah tempat tidur.
6. Bersihkan kulit klien dan stoma dengan hati- hati menggunakan air hangat dan
kain yang lembut.
8. Observasi kulit dan perubahan stoma yaitu : ukuran, kulit, tonjolan stoma,
ulserasi, warna. Seharusnya stoma menunjukkan warna kemerahan.
d. Periksa dan pastikn lubang kantung kolostomi sesuai dengan lebar stoma.
15. Instruksikan klien untuk istirahat selama 3-5 menit untuk mebuat kantong
menutup dg baik.
16. Tutup dan amankan bagian bawah kantong dengan menggunakan penutup
kantong.
19. Turunkan tempat tidur dan pasang kembali pengaman sesi tempat tidur.
1. Bau
2. Diare
3. Konstipasi
2. Advokasi atau peran dari tindakan pembuatan anus buatan dalam segi Sosial
Budaya.
3. Advokasi atau peran dari tindakan pembuatan anus buatan dalam segi spiritual
Kondisi pasien yang sulit untuk melakukan ibadah akibat adanya kantong
kolostomi atau adanya distres spiritual akibat pertentangan batin dengan adanya
perasaan tidak suci untuk ibadah dengan keinginan untuk tetap beribadah, maka menjadi
penting untuk dilakukan pendampingan dari profesional kesehatan untuk memberikan
bimbingan dan konseling bahwa pasien stoma tetap dapat melakukan ibadah. Pendapat
Majlis Fatwa Dewan Da'wah Indonesia (2009) dalam keputusannya bahwa orang yang
sakit, safar, terpaksa, dan mereka yang dalam kesulitan adalah ahlul-a'dzar yang Allah
& Rasul-Nya beri kemudahan dan keringanan-keringanan dalam hal ibadat dan
mu'amalah. Ketentuan tersebut termasuk bagi penderita penyakit stoma yang
mengharuskannya memakai kantong khusus sebagai pengganti saluran pembuangan
hajat. Pelaksanan ibadah pada pasien stoma dikuatkan dengan firman Allah SWT.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA