Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH PEMBUATAN ANUS BUATAN

(KOLOSTOMI)

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah II


Dosen Pembimbing : Trina Kurniwati, M.kep

Disusun Oleh :

Kelompok 8

1. Dian islamiyah (17.1309.S)


2. Ela nurmaningsih (17.1317.S)
3. HibatulAliyah (17.1326.S)

Tingkat ii C

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
PEKAJANGAN PEKALONGAN
2017 /2018
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah berjudul
“Pembuatan anus buatan (kolostomi) secara umum.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Mohon maaf jika masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata
bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Pekalongan, 25 April 2019

Kelompok 8
Daftar isi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kolostomi adalah lubang yang dibuat melalui dinding abdomen kedalam kolon iliaka
(assenden) sebagai tempat mengeluarkan feses (Pearce, 2009 dalam Nainggolan & Asrizal,
2013). Pembentukan kolostomi dapat dilakukan secara permanen atau sementara tergantung
tujuan dilakukan operasi dan 10% diantaranya adalah kolostomi permanen (Vonk-Klassen, et al,
2015). Lubang kolostomi yang muncul di permukaan/dinding abdomen yang berwarna
kemerahan disebut stoma.

Menurut Kalibjian (2013), kolostomi biasanya disebabkan oleh kanker kolorektal,


pecahnya divertikulitis, perforasi usus, trauma usus atau penyakit/kerusakan sumsum tulang
belakang sehingga tidak adanya kontrol dalam buang air besar. Dari beberapa penyebab
kolostomi, penyebab tersering menurut Indonesian Ostomy Association/INOA (2010) adalah
kanker kolorektal. Kanker kolorektal merupakan penyakit keganasan yang menyerang usus
besar (Manggarsari, 2013). Jenis kanker ini paling sering ditemui, terutama pada wanita atau
pria yang berusia 50 tahun atau lebih (Irianto, 2012).

Kanker kolorektal merupakan penyakit ketiga terbanyak di dunia dengan jumlah


penderita baru pada tahun 2015 diperkirakan mencapai 132.700 orang (Siegel, et al, 2015).
Insiden tertinggi terjadi di Amerika Utara, Australia, Selandia Baru, Eropa dan Jepang (Vonk-
Klaassen, et al,2015). Di Indonesia dari data RS Dharmais, kanker kolorektal menduduki
peringkat ketiga dengan 269 kasus baru pada tahun 2013. Angka ini akan terus bertambah seiring
perubahan pola hidup masyarakat Indonesia yang tidak sehat (Info datin, 2015)
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu kolostomi ( anus buatan )
2. Untuk mengetahui peran dari tindakan keperawatan kolostomi dalam segi
keperawatan
3. Untuk mengetahui peran dari tindakan kolostomi dalam segi sosial dan budaya
4. Untuk mengetahui peran dari tindakan kolostomi dari segi spiritual
BAB II
TINJAUAN TEORI

1. Advokasi atau peran dari tindakan pembuatan anus buatan dalam segi
keperawatan .

A. Definisi

adalah Tindakan pembedahan untuk membuka kolon melalui dinding


abdomendan dapat dilakukan pada salah satu segmen intestinal. Dengan kolostomi
bagian kolon yang berpenyakit dipotong lalu dibuang dan bagian yang sehat dikeluarkan
dari perut membentuk stoma.

B. Tipe stoma diberikan nama sesuai dengan bagian segmen yang dilakukan pembedahan :

1) Loop colostomy

Lokasi di colon transversum, bersifat sementara, dilakukan pada kondisi darurat


medis dengan membuat 2 lubang usus yang dihubungkan

2) End ostomy

Terdiri dari satu hubungan dimana bagian usus berikutnya dibuang/ dijahit tetapi
masih ada/ tetap dlm rongga abdomen. Dilakukan untuk klien dg terapi colorectal

3) Double barrel colostomy

Terdapat 2 hubungan dibagian proximal dan distal. Bagian proximal untuk drain
feses dan distal untdrain mucus

Pembagian bentuk Feses sesuai tempatnya:

a) Colon Asenden : Bentuk feses cair dan lebih untuk keluar

b) Colon Tranversal : Bentuk feses lebih padat

c) Colon Sigmoid : Bentuk feses mendekati bentuk feses normal


C. Keadaan yang diperbolehkan pembedahan (kolostomi) dilakukan yaitu :

a) Peradangan dibagian usus halus

b) cacat/ kelainan bawaan

c) kecel;akaan atau trauma yg mengenai bagian perut

d) adanya sumbatan di anus

e) Kanker

D. Stoma dasar ada 3 tipe yaitu :

1) stoma pada colon à colostomy

2) stoma pada ileum à ileostomy

3) stoma pada saluran kemih à uretrostomy

E. Pengkajian fisik abdomen :

1. Insfeksi

Perawat menginsfeksi keempat kuadran abdomen untuk melihat warna,


bentuk, dan kesimetrisan abdomen, melihat adanya massa, gelombang peristaltik,
jaringan parut, pola pembuluh darah vena, stoma dan lesi.

Dalam kondisi normal gelombang peristaltik tidak terlihat, tetapi bila terlihat
menandakan adanya obstruksi usus. Distensi abdomen terlihat sebagai suatu tonjolan
abdomen yang menyeluruh. Distensi abdomen terasa kencang, kulit tampak tegang
seakan diregangkan.

2. Auskultasi

Perawat mengauskultasi untuk mengkaji bising usus disetiap kuadran. Bising


usus normal terjadi setiap 5 – 15 detik dan berlangsung selama ½ sampai beberapa
detik.
Perhatikan karakter dan frekwensi bising usus atau akan terdengar bunyi
gemerincing jika terjadi distensi.

Bila bising usus negatif atau hipoaktif (bising usus < 5 kali permenit)
menandakan adanya ilius paralitik yang sering terjadi pada post pembedahan.

Bila bising usus Nada tinggi atau hiperaktif ( > 35 kali permenit) menandakan
adanya obstruksi usus dan gangguan inflamasi.

3. Palpasi

Untuk melihat adanya massa atau nyeri tekan. Anjurkan klien rileks untuk
mencegah terjadinya ketegangan otot- otot abdomen yang dapat mengganggu hasil
pengkajian.

4. Perkusi

Untuk melihat adanya lesi, cairan atau gas didalam abdomen. Jika
memungkinkan identifikasi struktur abdominal dibawah abdomen.

Gas atau flatulan akan menghasilkan bunyi timpani. Massa, tumor atau cairan akan
menghasilkan bunyi tumpul.

F. Tujuan perwatan kolostomi :

a) Untuk memantau adanya komplikasi atau infeksi post operasi kolostomi.

b) Untuk mempertahankan

c) Untuk meningkatkan konsep diri.

G. Diagnosa Keperawatan yang muncul :

A. Gangguan citra tubuh b.d. Adanya stoma, takut ditolak, faktor psikososial.

B. Konstipasi kolon b.d. Tidak adekuatnya intake cairan, penurunan gerakan, adanya
penyakit, pengobatan, kebiasaan individu.

C. Diare b.d. Intake nutrisi, pengobatan, adanya penyakit.


D. Kerusakan integritas kulit b.d. iritasi kulit, penggantian kantong yang kurang tepat,
inkontenensia atau diare.

E. Defisit volume cairan b.d. pengeluaran dari ileus yang berupa cairan atau lendir,
pengeluaran cairan (enema) yang berlebihan.

F. Nyeri b.d. Adanya luka bekas pembedahan.

G. Defisit pengetahuan b.d. Ketidak mampuan merawat ostomy, konstipasi.

H. Prosedur perawatan luka kolostomi

a) Persiapan Alat :

1. Kantong khusus kolostomi dengan skin barrier

2. Skin barrier yang dilengkapi skin gel atau skin prep

3. Air hangat dalam basin ( bengkok )

4. Kain yang lembut

5. Selimut

6. Kantong plastik untuk tempat sampah

7. Bagian bawah / penutup kantong kolostomi.

8. Sarung tangan yang bersih

9. Pedoman pengukuran lingkaran stoma

10. Deodoran ( pelengkap )

11. Plaster kertas hipoalergenik

12. Tissue

13. Gunting
b) Persiapan

1. Periksa instruksi dokter dan rencana perawatan klien

2. Tentukan bahan yang akan digunakan

3. Kumpulkan peralatan

4. Jelaskan prosedur tindakan kepada klien

5. Jaga privaci klien

6. Periksa nadi dan tekanan darah

7. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan bersih

8. Naikkan tempat tidur keposisi lebih tinggi, turunkan pengaman sisi bagian
tempat bekerja.

c) Prosedur tindakan

1. Tutup klien dengan selimut dan lipat bagian atas linen kebawah tempat tidur.

2. Observasi stoma kolostomi

Rasional : Untuk menentukan jumlah normal dan konsistensinya,


karakteristik feses

Sesuai dengan area kolostomi

3. Kosongkan kantung kolostomi. Seharusnya kantong dikosongkan jika sudah


terdapat 1/3 sampai 1/2 feses atau gas (flatus).

Rasional : Untuk mencegah kantong lepas karena terlalu berat.

4. Lepaskan kantong kolostomi dengan menekan kulit selama menarik kantong


dan buang kekantong plastik, tetapi tutup bagian akhir kantong.

5. Ukur pengeluaran cairan


Rasional : Untuk mencegah terjadinya output cairan yang tidak terkontrol

6. Bersihkan kulit klien dan stoma dengan hati- hati menggunakan air hangat dan
kain yang lembut.

Rasional : Sabun dapat menyebabkan iritasi ( digunakan bila feses sulit


dibersihkan ), Substansi minyak dapat mengganggu perlekatan kantung.

7. Keringkan kulit dengan baik menggunakan kain yang lembut.

8. Observasi kulit dan perubahan stoma yaitu : ukuran, kulit, tonjolan stoma,
ulserasi, warna. Seharusnya stoma menunjukkan warna kemerahan.

9. Menyiapkan kantong kolostomi yang bersih

a. Ukur stoma dengan pedoman pengukuran yang tersedia.

b. Cocokkan dengan lubangnya.

c. Potong kantung kolostomi dengan melebihkan 1/3 dari ukuran yang


sebenarnya.

Rasional : Ukuran yang sempit dapat menyebabkan pelindungnya terbuka.

d. Periksa dan pastikn lubang kantung kolostomi sesuai dengan lebar stoma.

10. Oleskan pasta pelindung kulit pada daerah sekitar peristomal.

11. Dengan telunjuk yang basah sebarkan pasta kesekitarnya.

12. Pusatkan dan tempelkan kantong kolostomi baru diatas luka

Rasional : Lubang yang tertutup dapat mencegah kontaminasi dari feses

13. Instruksikan klien untuk menggembungkan perut

Rasional : Untuk mencegah agar tidak terjadi kerutan saat kantong


ditempelkan
14. Tekan area perekatnya disekitar stoma sampai tertutup, jangan membiarkan
perekatnya mengkerut.

Rasional : Agar tidak terjadi kebocoran

15. Instruksikan klien untuk istirahat selama 3-5 menit untuk mebuat kantong
menutup dg baik.

16. Tutup dan amankan bagian bawah kantong dengan menggunakan penutup
kantong.

17. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan

18. Atur posisi yang nyaman bagi klien

19. Turunkan tempat tidur dan pasang kembali pengaman sesi tempat tidur.

20. Bersihkan alat dan dokumentasikan setiap tindakan.

I. Hambatan & Masalah yg mungkin timbul :

1. Bau

Bau yg timbul pd waktu penggantian kantung (pouch) adalah hal yg biasa


seperti dialami seseorang ketika BAB. Bila bau menetap ketika peralatan sedang
dipakai, periksa terhadap adanya kebocoran disekitarnya. Bau dpt ditimbulkan oleh
makanan yg dimakan, untuk menghindari bau, hindari makanan penyebab.

2. Diare

Makanan tertentu dapat menyebabkan diare, oleh karena itu penyesuaian


makanan perlu dilakukan agar diare tidak terjadi

3. Konstipasi

Cara termudah untuk mengatasi konstipasi adalah dg memakan makanan


extra yg mengandung banyak serat (buah, sayur) dan menambah intake cairan

4. Iritasi (luka pada kulit


Kemungkinan disebabkan oleh adanya kebocoran pada seal stoma, sehingga dapat
menyebabkan iritasi pada kulit.

2. Advokasi atau peran dari tindakan pembuatan anus buatan dalam segi Sosial
Budaya.

Adanya kolostomi akan menimbulkan masalah baru yang dapat mengganggu


sosial kemasyarakatan dan kegiatan sehari hari lainnya. Pasien dengan kolostomi
membutuhkan seseorang yang mengerti, menerima dan memperhatikannya. Peran serta
semua tenaga kesehatan, keluarga dan masyarakat, penting untuk membantu pasien
menerima perubahan yang terjadi. Kemampuan fungsionalmengalami perubahan ,
kesehatan emosional terjadi perubahan emosipada awal pemakaian kolostomi,dan
kesejahteraan sosial pasien dengan kolostomi terpengaruhi oleh adanya kolostomi,
diataranya “
a) Aktivitas sosial
Dalam melakukan aktivitas sosial biasanya pasien dengan kolostomi biasanya
berbeda beda, ada yang masih mengikuti aktivitas rutinitasnya , ada yang
mengalami perubahan, da nada juga yang masih tetap melalukan aktivitas sosial
seperti sebelumnya. Perbedaan dalam melakukan aktivitas sosial pada pasien
kolostomi tergantung pada persepsi dan penerimaan responden terhadap
kondisinya. Jenis dan banyaknya aktivitas yang diikuti menggambarkan luasnya
jaringan sosial yang dimiliki.
b) Interaksi sosial
Interaksi sosial disini yaitu bagaimana hubungan dan pelakuan yang diterima
sama pasien kolostomi dari orang orang disekitarnya. Pasien dengan kolostomi
bisa mengalami ketakutan akan perubahan peran sosialnya serta ketakutan tidak
akan diterima lingkungannya seperti sebelumnya. Pasien dengan kolostomi
biasanya tidak harus menceritakan kolostomi kepada siapa dan bagaimana
menceritakan kondisinya. Informasi mengenai kondisinya akan mempengaruhi
besarnya dukungan sosial yang diterima pasien nantinya. Kemampuan
komunikasi yang baik akan meningkatkan kesempatan untuk berinteraksi dengan
lingkungan.
c) Dukungan sosial
Dukungan sosial didefinisikan sebagai informasi verbal maupun non verbal ,
saran, bantuan yang nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang orang yang
akrab dengan subjek di dalam lingkungan sosialnya atau yang berupa kehadiran
atau hal hal yang dapat memberikan keuntungan emosional atau berpengaruh
pada tingkah laku penerimanya.
Dukungan sosial sangat diperlukan terutama dalam menghadapi masalah yang
rumit termasuk penyakit yang serius. Dukungan sosial bisa didapatkan dari
pasangan, orang tua, anak, sanak keluarga, teman, tim kesehatan dan sebagainya.
Jika dukungan yang dirasakan oleh individu kurang, maka ia akan mengalami
penurunan rasa percaya diri.

3. Advokasi atau peran dari tindakan pembuatan anus buatan dalam segi spiritual

Hidup dengan kolostomi juga menyebabkan perubahan pasien dengan


kolostomi dalam kegiatan ibadah sehingga mengalami distres spiritual, hal ini dialami
oleh semua pasien. Pada tema segi spiritual, pasien mengungkapkan bahwa terdapatnya
perubahan pada perilaku ibadah dan pertentangan pada keyakinan pasien. Pada kasus
kolostomi, juga ada yang mengalami distres pada keyakinan agama yang dianut, yakni
munculnya perasaan tidak suci untuk menghadap Tuhan. Perawatan kantong kolostomi
dengan menggunakan tangan kanan juga menjadi distres bagi pasien, yang selama ini
bila dalam keadaan sehat selalu menggunakan tangan kiri. Namun demikian setelah
dijelaskan oleh salah satu pemuka agama, maka dikit demi sedikit pasien dapat
menerima kondisinya.

Pasien dengan kolostomi juga mengalami keterbatasan dalam hal menjalankan


ritual keagamaan atau beribadah. Hal ini dialami oleh semua pasien dalam penelitian ini
dimulai dari awal setelah menjalani pembedahan, beberapa pasien masih mengalami
keterbatasan dalam menjalankan ibadah, terlebih untuk salat berjamaah di masjid.
Keterbatasan dalam menjalankan ibadah ini disebabkan oleh banyak hal, diantaranya
adanya perasaan risih akibat sering kentut termasuk adanya bau yang timbul dari
kotoran yang keluar melalui lobang stoma yang dimilikinya. Termasuk adanya rasa
malu bila menghadap pada Tuhan dalam kondisi tidak merasa suci, dan adanya
pertentangan perasaan dan paham agama yang tidak boleh membersihkan kotoran
dengan tangan kanan juga dialami oleh pasien.

Pasien muslim yang telah menjalani pembedahan kolostomi, biasanya mengalami


berbagai masalah dalam ritual keagamaan. Kebanyakan pasien mengalami frustrasi
akibat kondisinya. Peningkatan kesejahteraan spiritual akan dicapai bila adanya peran
dari tokoh agama yang dapat dijadikan tempat untuk bertanya bagi pasien, serta
dukungan secara psikologis dari tenaga kesehatan terutama dokter dan perawat sejak
sebelum operasi hingga setelah operasi, hal ini akan meningkatkan kepercayaan diri
pasien dalam menjalani hidup dengan kolostomi, termasuk melakukan ritual kegamaan
dan dapat mengurangi terjadinya masalah yang berkaitan dengan spiritual

(Khan, Jamal, Rashid, & Ahmad, 2011).

Kondisi pasien yang sulit untuk melakukan ibadah akibat adanya kantong
kolostomi atau adanya distres spiritual akibat pertentangan batin dengan adanya
perasaan tidak suci untuk ibadah dengan keinginan untuk tetap beribadah, maka menjadi
penting untuk dilakukan pendampingan dari profesional kesehatan untuk memberikan
bimbingan dan konseling bahwa pasien stoma tetap dapat melakukan ibadah. Pendapat
Majlis Fatwa Dewan Da'wah Indonesia (2009) dalam keputusannya bahwa orang yang
sakit, safar, terpaksa, dan mereka yang dalam kesulitan adalah ahlul-a'dzar yang Allah
& Rasul-Nya beri kemudahan dan keringanan-keringanan dalam hal ibadat dan
mu'amalah. Ketentuan tersebut termasuk bagi penderita penyakit stoma yang
mengharuskannya memakai kantong khusus sebagai pengganti saluran pembuangan
hajat. Pelaksanan ibadah pada pasien stoma dikuatkan dengan firman Allah SWT.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai