PENDAHULUAN
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
5
6
4. Tahap lanjut penyakit, dibagi menjadi empat, yaitu dapat sembuh sempurna,
sembuh dengan ateletaksis, menjadi kronis dan dapat meninggal akibat
pneumonia.
10
11
a. Pernafasan cepat (fast breating) sesuai umur yaitu : untuk kelompok umur
kurang dari 2 bulan frekuensi nafas 60 kali per menit atau lebih dan
kelompok umur 2 bulan - <5 tahun : frekuensi nafas 50 kali atau lebih untuk
umur 2 – <12 bulan dan 40 kali per menit atau lebih pada umur 12 bulan –
<5 tahun.
b. Suhu lebih dari 390C (diukur dengan termometer)
c. Tenggorokan berwarna merah
d. Timbul bercak-bercak merah pada kulit menyerupai bercak campak
e. Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga
f. Pernafasan berbunyi seperti mengorok (mendengkur)
Gejala dari ISPA Berat
Seseorang dinyatakan menderita ISPA berat jika dijumpai gejal-gejala
ISPA ringan atau ISPA sedang disertai satu atau lebih gejala-gejala sebagai
berikut :
a. Bibir atau kulit membiru
b. Anak tidak sadar atau kesadaran menurun
c. Pernafasan berbunyi seperti mengorok dan anak tampak gelisah
d. Sela iga tertarik kedalam pada waktu bernafas
e. Nadi cepat lebih dari 160 kali per menit atau tidak teraba
f. Tenggorokan berwarna merah
1.6Penatalaksanaan
1. Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan:
a. Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.
b. Immunisasi.
c. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan.
d. Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA.
2. Pengobatan dan perawatan
Prinsip perawatan ISPA antara lain:
a. Menigkatkan istirahat minimal 8 jam perhari
b. Meningkatkan makanan bergizi
c. Bila demam beri kompres dan banyak minum
13
d. Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung dengan sapu
tangan yang bersih
e. Bila badan seseorang demam gunakan pakaian yang cukup tipis tidak terlalu
ketat.
f. Bila terserang pada anak tetap berikan makanan dan ASI bila anak tersebut
masih menetek
Pengobatan antara lain:
Mengatasi panas (demam) dengan memberikan parasetamol atau dengan
kompres, bayi dibawah 2 bulan dengan demam harus segera dirujuk. Parasetamol
diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk waktu 2 hari. Cara pemberiannya, tablet dibagi
sesuai dengan dosisnya, kemudian digerus dan diminumkan. Memberikan
kompres, dengan menggunakan kain bersih, celupkan pada air (tidak perlu air es).
Mengatasi batuk dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan
tradisional yaitu jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½
sendok teh , diberikan tiga kali sehari.
2.7Komplikasi
Penyakit ini sebenarnya merupakan self limited disease, yang sembuh
sendiri 5-6 hari jika tidak terjadi invasi kuman lainnya.
1. Sinusitis paranasal
Komplikasi ini hanya terjadi pada anak besar karena pada bayi dan anak
kecil sinus paranasal belum tumbuh.Gejala umum tampak lebih besar, nyeri
kepala bertambah, rasa nyeri dan nyeri tekan biasanya didaerah sinus frontalis dan
maksilaris.Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan foto rontgen dan
transiluminasi pada anak besar. Proses sinusitis sering menjadi kronik dengan
gejala malaise, cepat lelah dan sukar berkonsentrasi (pada anak besar). Kadang-
kadang disertai sumbatan hidung, nyeri kepala hilang timbul, bersin yang terus
menerus disertai secret purulen dapat unilateral ataupun bilateral.Bila didapatkan
pernafasan mulut yang menetap dan rangsang faring yang menetap tanpa sebab
yang jelas perlu yang dipikirkan terjadinya komplikasi sinusitis.Sinusitis
paranasal ini dapat diobati dengan memberikan antibiotik.
2. Penutupan tuba eusthachii
14
Tuba eusthachii yang buntu memberi gejala tuli dan infeksi dapat
menembus langsung kedaerah telinga tengah dan menyebabkan otitis media akut
(OMA).Gejala OMA pada anak kecil dan bayi dapat disertai suhu badan yang
tinggi (hiperpireksia) kadang menyebabkan kejang demam. Anak sangat gelisah,
terlihat nyeri bila kepala digoyangkan atau memegang telinganya yang nyeri
(pada bayi juga dapat diketahui dengan menekan telinganya dan biasanya bayi
akan menangis keras). Karena bayi yang menderita batuk pilek sering menderita
infeksi pada telinga tengah sehingga menyebabkan terjadinya OMA dan sering
menyebabkan kejang demam, maka bayi perlu dikonsul kebagian THT.Biasanya
bayi dilakukan parsentesis jika setelah 48-72 jam diberikan antibiotika keadaan
tidak membaik.Parasentesis (penusukan selaput telinga) dimaksudkan mencegah
membran timpani pecah sendiri dan terjadi otitis media perforata (OMP).
Faktor-faktor OMP yang sering dijumpai pada bayi dan anak adalah :
a. Tuba eustachii pendek, lebar dan lurus hingga merintangi penyaluran sekret.
b. Posisi bayi anak yang selalu terlentang selalu memudahkan perembesan
infeksi juga merintangi penyaluran sekret.
c. Hipertrofi kelenjar limfoid nasofaring akibat infeksi telinga tengah walau
jarang dapat berlanjut menjadi mastoiditis atau ke syaraf pusat (meningitis).
3. Penyebaran infeksi
Penjalaran infeksi sekunder dari nasofaring kearah bawah
seperti laryngitis,trakeitis, bronkiis dan bronkopneumonia.Selain itu dapat
pula terjadi komplikasi jauh, misalnya terjadi meningitis purulenta.
3. Asuhan Keperawatan Pada Ispa
3.1 Pengkajian
1. Pengkajian
a. Keluhan Utama : Klien mengeluh demam, batuk , pilek, sakit tenggorokan.
b. Riwayat penyakit sekarang : Dua hari sebelumnya klien mengalami demam
mendadak, sakit kepala, badan lemah, nyeri otot dan sendi, nafsu makan
menurun, batuk,pilek dan sakit tenggorokan.
c. Riwayat penyakit dahulu : Kilen sebelumnya sudah pernah mengalami
penyakit sekarang
15
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
1.1 Pengkajian
Pada saat pengkajian yang dilakukan pada hari Rabu, 25Juli 2018, di
dapatkan hasil sebagai berikut:
1.1.1 Identitas Pasien
NamaPasien : An. R
TTL : Palangkaraya, 4-04-2003(15 tahun)
Jenis Kelamin : Laki - Laki
Agama : Islam
Suku : Banjar/Indonesia
Pendidikan : SMP
Alamat : Jln. Nyai Undang
DiagnosaMedis :ISPA
1.1.2 Identitas Penanggung Jawab
Namapasien : Ny. M
TTL : Banjarmasin, 4 Desember 1970
Jenis Kelamin :Perempuan
Agama : Islam
Suku : Banjar/Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Alamat : Jln. Nyai undang
HubunganKeluarga : Ibu Kandung An. R
1.1.3 Keluhan Utama
Ibu An R mengatakan “ anak nya batuk sejak 2 hari yang lalu ”
1.1.4 Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Ibu An. R mengatakan “sejak 2 hari yang lalu anaknya batuk pilek di
sertai demam” pada tanggal 25 Juli 2018 ibu klien membawa klien ke
UPT Puskesmas Panarung Palangka Raya untuk berobat.
19
20
:Perempuan
:Keluarga
:Serumah
2) Rambut
Warna rambut hitam, tidak rontok, tidak mudah dicabut, tidak kusam,
dan tidak ada kelainan.
3) Kepala
Keadaan kulit kepala bersih, tidak ada benjolan atau peradangan, dan
tidak ada kelainan.
4) Mata
Bentuk mata simetris, conjuctiva merah muda, sklera putih, reflek pupil
bereaksi saat dirangsang cahaya, tidak ada oedem palpebra, dan tidak
ada kelainan.
5) Telinga
Bentuk telinga simetris, tidak ada serumen/sekret, tidak ada
peradangan, dapat mendengar dengan baik, tidak ada kelainan.
6) Hidung
Bentuk hidung simetris,ada serumen/sekret, tidak terpasang oksogen,
fungsi penciuman baik, dan tidak ada kelainan.
7) Mulut
Bibir tidak intak, tidak sianosis, keadaan lembab, palatum lunak, dan
tidak ada kelainan.
8) Gigi
Tidak ada karies gigi, gigi belum punya, dan tidak ada kelainan
1.2.4 Leher dan Tenggorokan
Berbentuk simetris, reflek menelan baik, tidak ada pembesaran tonsil, vena
jugularis, benjolan dan peradangan.
1.2.5 Dada
Berbentuk simetris, tidak ada retraksi dada, bunyi nafas vesikuler, tipe
pernafasan dada dan perut, bunyi jantung lup-dup, iktus kordis tidak ada,
bunyi tambahan tidak ada, nyeri dada tidak ada.
1.2.6 Punggung
Berbentuk simetris, tidak ada peradangan maupun benjolan
1.2.7 Abdomen
22
Berbentuk simetris, bising usus 21x, asites tidak ada, massa tidak ada,
hepatomegali tidak ada, hepatomegali tidak ada, spenomegali tidak ada,
nyeri tekan tidak ada
1.2.8 Ekstremitas
Pergerakan bebas, tidak ada oedem, tidak ada sianosis, tidak ada clubbing
finger, keadaan kulit baik halus, turgor kulit baik <2 detik (dicubit di
perut) dan akral hangat
1.2.9 Genitalia
1) Laki - laki
Kebersihan bersih tidak adak kotoran, keadaan testis lengkap, tidak ada
peradangan atau benjolan.
1.3 Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
1) Gizi : Gizi dan perkembangan anak baik
2) Kemandirian dalam bergaul : Pasien dapat bergaul dengan trman
sebayanya
3) Motorik halus :-
4) Motorik kasar :-
5) Kognitif dan bahasa :pasien dapat berbicara dengan
bahasa yang baik
6) Psikososial :pasien dekat dengan ibunya
23
2 Eliminasi
a. BAB
Frekuensi 2 x sehari 2x sehari
Konsistensi Lembek lembek
b. BAK
Frekuensi 2-5 x sehari 2-5 xsehari
Konsistensi
3 Istirahat/tidur
a. Siang/ jam 2 jam 2 jam
b. Malam/ jam 9 jam 8 jam
4 Personal hygiene
a. Mandi 2x sehari 2x sehari
b. Oral hygiene 2x sehari 2x sehari
24
I. Data penunjang
Terapi obat yang di berikan :
(Krisnoveliana)
25
S : 37,8 ºC
N : 90 x/mnt
RR : 26x/mnt
TTV :
TD : 100/70 mmhg
S : 37,8 ºC
N : 90x/mnt
RR : 26 x/mnt
27
1.7 Intervensi
A : Masalah teratasi
P : Hentikan Intervensi
31
P : Lanjutkan intervensi
32
BAB 4
PEMBAHASAN
dokter dalam pemberian obatAmoxcillin 3x1, Ambroxcillin 3x1, Ctm 3x1. Pada
diagnosa 2, pada tanggal 25 November 2017, di lakukan tindakan Mengobservasi
TTV klien, Menganjurkan ibu untuk memberikan kompres hangat di jidat dan
ketiak jika anak demam, Menganjurkan ibu untuk memberikan pakaian yang tips
yang dapat menyerap keringat, Memberikan penjelasan kepada ibu penyebab
demam, Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat: Paracetamol 3x1,
Vitamin C 3x1
Dari penatalaksanaan yang telah dilakukan penulis menyimpulkan
bahwa, pelaksanaan sesuai dengan intervensi keperawatan yang telah
direncanakan, adapun rencana keperawatan yang tidak dilakukan mengingat
waktu pada saat dinas hanya 7 jam.
4.5 Evaluasi
Evaluasi adalah penilaian terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan terhadap pasien mengacu pada skala penilaian berupa tujuan dan
kriteria hasil yang ditetapkan dalam perencanaan keperawatan sebelumnya.
Evaluasi keperawatan pada diagnosa pertama didapatpasien Anak tampak
rileks, Batuk berkurang,Sekret berkurang, TTV : TD : 110/70 mmhg, S : 36,7 ºC
,N : 90x/mnt, RR : 20 x/mnt.Masalah ini teratasi sebagian karna klien masih
batuk.
Evaluasi keperawatan pada diagnosa kedua didapat Badan klien terasa hangat
bila di raba, Mukosa bibir lembab, Klien tampak rileks, TTV : TD : 110/70
mmhg, S : 36,7 ºC, N :90x/mnt, RR : 20 x/mnt. Masalah ini teratasi karena
demam klien sudah hilang.
36
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari pembahasan yang diuraikan dalam bab 4 maka di tarik beberapa
kesimpulan yaitu:
5.1.1 Proses Keperawatan
1) Pada pengkajian data yang dilakukan pada kasus An. R terdapat tanda dan
gejala yang mengarah kepada ISPA berupa Batuk pilek seak 2 hari.
2) Diagnosa keperawatan yang timbul pada kasus An. Rsemuanya berjumlah
2(dua) diagnosa yaitu:Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan denga
akumulasi sekret berlebihan di bronkus, hipertermi berhubungan dengan
proses penyakit.
3) Perencanaan Keperawatan dirancang berdasarkan kebutuhan aktual dengan
rasional tindakan yang mendasarinya, semua disusun bedasarkan
perbandingan teori dengan kondisi yang di alami klien dengan masalah ISPA.
Fokus utama dalam kasus ini adalah penanganan Bersihan alan nafas tidak
efektif, dan diagnosa yang lainnya di urutkan berdasarkan prioritas.
4) Tindakan keperawatan pada An. R mengikuti perencanaan yang telah disusun
sebelumnya. Di laksanakan dengan dukungan peralatan dari pendidikan.
5) Evaluasi menunjukkan efektifitas sebagian tindakan yang dilakukan pada An.
R terlihat adanya perbaikan yang positif selama perawatan yang
dilaksanakan.
5.1.2 Faktor Pendukung dan Penghambat
Dalam pelaksanaan asuhan keperawtan pada An. R terdapat faktor
pendukung berupa: alat – alat keperawatan dari pihak puskesmas yang sangat
membantu dalam pelaksanaan studi kasus dan adanya kerjasama serta respon
yang baik yang ditunjukkan oleh keluarga terhadap tindakan yang teah
dilakukan, literatur yang cukup memadai di Perpustakaan Stikes Eka Harap
Palangka Raya, kerjasama yang baik dalam penatalaksanaan keperawatan
pada klien, baik keluarga sendiri maupun dengan petugas kesehatan lainnya
dan bimbingan akademik.
36
37
Faktor penghambat yang ada ialah : pasien yang kurang dapat bekerja
sama, rentang proses pembuatan laporan studi kasus yang dalam rentang
waktu yang sangat singkat, kurangnya pengetahuan tentang cara penulisan
studi kasus yang baik dan benar.
5.2 Saran
Saran yang dapat disampaikan adalah :
1) Bagi tenaga keperawatan :
Menumbuhkan kesadaran diri akan pentingnya mengembangkan pengetahuan
secara individu oleh perawat.
2) Bagi Puskesmas
Pengembangan sarana dan pra sarana kesehatan dan standart acuan dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan ISPA.
3) Bagi institusi Pendidikan
Lebih memaksimalkan metode pembelajarn yang membina respon kritis
mahasiswa dalam menetapkan masalah keperawatan yang sering ditemui
dilahan praktek, sehingga kemampuan analisa mahasiswa lebih baik.
4) Bagi perkembangan IPTEK
Studi kasus ini dapat mendorong adanya pengembangan – pengembangan
lebih lanjut terutama penelitian yang berhubungan dengan asuhan
keperawatan dengan masalah sistem pencernaan.
38
DAFTAR PUSTAKA
Kending dan Chernick, 2011. Ispa pada anak. Semarang : Badan Penerbit
Universitas Diponegoro