Anda di halaman 1dari 12

KELOMPOK I

Nama : Ilham Dwi Saputro 1901110094

Rahmad Supi 1901110102

M. Niki P.A 1901110072

Sukma Hijrianti 1901110100

Joti Purwasih 1901110097

Putri Ratnasari 1901110051

Mata Kuliah : Akhlak Tasawuf

Kelas : F (F2.3.B)

Dosen Pengampun: Ahya Ulumiddin Lc.M.A

Kisah Taubat Para Sahabat

Taubat Abu Lubabah

Az-Zuhri berkata bahwasanya Abu Lubabah tak mengikuti Perang Tabuk


bersama Rasulullah saw. Maka ia ikat badannya, lalu berkata: "Wahai Rasulullah,
aku tak akan melepaskan diriku darinya dan tak akan mencicipi makanan dan
minuman hingga aku mati atau Allah menerima taubatku." Ia pun berdiam selama
7 hari tak mencicipi makanan dan minuman hingga hampir pingsan. Kemudian
Allah menerima taubatnya. Dikatakan padanya: "Taubatmu telah diterima." Abu
Lubabah berkata: "Demi Allah! Aku tak akan melepaskan ikatanku hingga
Rasulullah sendiri yang melepaskannya." Datanglah Rasulullah saw.
melepaskannya dengan tangannya sendiri. Kemudian Abu Lubabah berkata:
"Wahai Rasulullah, sesungguhnya salah satu ungkapan taubatku adalah aku akan
meninggalkan kampung di mana di sanalah aku berbuat dosa. Lalu aku akan
menyedekahkan seluruh hartaku untuk Allah dan Rasul-Nya." Rasulullah saw.
menjawab: "Cukup sepertiganya saja wahai Abu Lubabah."

Abu Sahalih Sadullah bin Naja bin al-Wadi mengabarkan kepada kami, Al-
Qadhi Abu Bakar Abdul Baqi mengabarkan kepada kami, Abu Muhammad al-
Jauhari mengabarkan kepadaku, Abu Umar bin Hayawih mengabarkan kepada
kami, Abdul Wahab bin Abi Hayyat mengabarkan kepada kami, dari Muhammad
bin Suja', Muhammad bin Umar al-Waqidi mengabarkan kepada kami, ia berkata:
Rabi'ah bin Harits bercerita kepadaku, dari Abdullah bin Muhammad bin Uqil, dari
Saib bin Abi Lubabah, dari ayahnya, ia berkata : ketika Bani Quraizhah mengirim
utusan kepada Rasul saw, mereka meminta untuk mengirimku pada mereka. Ketika
mereka dikepung, Rasulullah memanggilku seraya bersabda: "Pergilah engkau
kepada teman-temanmu karena golongan Aus memintamu untuk datang."

Abu Lubabah berkata: "Kemudian aku memasuki perkampungan mereka


yang sedang dikepung. Mereka pun menyambutku dengan senang hati "Wahai Abu
Lubabah, sesungguhnya kami adalah sahabat-sahabatmu.

Bangunlah Ka'ab bin Asad dan berkata: "Wahai Abu Basyir, aku telah
mengetahui apa yang telah kamu perbuat untukmu dan kaummu di hari perayaan
dan hari pesta serta tiap peperangan yang kau ikuti. Yakni tatkala kami sedang
dikepung dan banyak yang jadi korban. Sementara Muhammad menolak untuk
meninggalkan benteng kami hingga kami mematuhinya. Seandainya ia
meninggalkan kami, niscaya kami akan pindah ke Syam dan Kahibar serta tak akan
bergabung dengannya selamanya. Sebagaimana kau lihat, kami telah memilihmu
dan Muhammad enggan kecuali mematuhinya. Mereka mematuhinya namun aku
menerima isyarat agar membunuh Muhammad. Aku menyesal dan bertaubat."

Ka'ab bin Asad bertanya: "Apa yang terjadi padamu wahai Abu Lubabah?"

Aku menjawab: "Aku telah berkhianat pada Allah dan Rasul-Nya." Aku pun pulang
dengan jenggot yang basah oleh air mata, sedangkan kaum muslimin menunggu
kepulanganku hingga kucari jalan lain di belakang benteng menuju masjid dan
berdiam diri.
Ma'mar bercerita kepadaku dari az-Zuhri, ia berkata: Abu Lubabah berdiam
diri di terik matahari tanpa makan dan minum seharian penuh. Abu Lubabah
berkata: "Aku akan terus begini hingga meninggal dunia atau Allah
mengampuniku." Maka ia pun terus begitu hingga suatu hari ia mendengar
panggilan untuk jihad dan Rasul SAW pun terus memperhatikannya siang malam.
Kemudian Allah menerima taubatnya.

Az-Zuhri berkata : Hindun binti Harits bercerita kepadaku dari Ummu Salamah
(istri Nabi), ia berkata:

"Aku melihat Rasulullah melepaskan ikatannya danbeliau mengangkat suaranya


dan menegaskan bahwa taubatnya telah diterima. Rasulullah saw. memotong
talinya yang melilit tangannya kemudian beliau merawatnya beberapa lama."

Taubat Habbar bin al-Aswad

Al-Waqidi berkata: Waqid bin Abi Yasir bercerita kepadaku, dari Yazid bin
Ruman, ia berkata : Zubair bin Awwam berkata: Tidak pernah kulihat Rasulullah
menyebut nama seseorang dengan penuh kemarahan kecuali terhadap Habbar bin
al-Aswad. Dan tidak pernah kulihat pula beliau sekali saja mengirim pasukan
perang dengan mengatakan: "Jika kalian mengalahkan Habbar maka potonglah
kedua tangan dan kakinya serta penggallah lehernya," kecuali terhadap Habbar
semata. Demi Allah, aku (Zubair bin Awwam) telah mencarinya. Dan Allah Maha
Tahu, seandainya aku mengalahkannya sebelum ia sampai kepada Rasulullah SAW
pasti aku akan membunuhnya. Kemudian muncullah beliau dan aku sedang duduk.
Dari Jabir bin Muth'im, ia berkata: Zubair sedang duduk bersama Nabi saw. dan
para sahabatnya di masjid Ji'ranah (daerah antara Thaif dan Makkah).

Tiba-tiba munculah Habbar bin al-Aswad. Tatkala melihatnya, para sahabat


berkata: "Wahai Rasul, dia adalah Habbar bin al-Aswad."

Beliau bersabda: "Aku tahu."

Sebagian para sahabat bermaksud berdiri, namun Nabi saw. memberi isyarat agar
mereka duduk.
Habbar menghadap beliau seraya berkata: "Assalamu'alaika wahai Rasulullah.
Sesungguhnya aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan bahwasanya kau
adalah utusan-Nya. Sungguh aku telah melarikan diri dari negerimu ini dan bertemu
dengan bangsa-bangsa lain. Kemudian aku sebutkan tentang keutamaan, kebaikan
dan kemurahanmu terhadap orang yang berbuat jahil padamu. Padahal kami, wahai
Rasul, adalah orang syirik yang kemudian Allah memberi petunjuk kepada kami
karenamu, menyelamatkan kami dari kehancuran karenamu. Bermurah hatilah atas
kebodohanku dan terhadap apa yang telah sampai padamu tentangku. Aku
mengakui kesalahan dan dosaku." Menurut Zubair, Habbar berkata: "Sungguh aku
telah menghina, menyakiti dan menganiayamu. Namun benar-benar telah kau lihat
Allah telah memberi hidayah padaku untuk memeluk Islam."

Kemudian Rasulullah memandang ke arah Habbar namun Habbar menundukkan


kepalanya. Beliau bersabda: "Sungguh aku telah memaafkanmu. Dan Islam
menghapus kesalahanmu sebelumnya."

Sejak kejadian itu ia banyak dicela, namun ia tidak membalas celaan itu. Sampailah
kesabaran dan ketidakmauannya untuk membalas itu pada Rasulullah, kemudian
beliau bersabda: "Celaka orang yang mencelamu."

Taubat Suhail bin Amr dan Harits bin Hisyam

Diriwayatkan dari Hasan al-Basri, ia berkata: Para sahabat telah mendatangi


rumah Umar bin Khaththab, di antaranya: Suhail bin Amr, Abu Sufyan bin Harits
dan beberapa tokoh lainnya. Mereka sepakat untuk memberi izin ikut perang Badar
kepada Suhaib, Bill dan yang lainnya. Mereka saling mencintai dan memberi
wasiat.

Abu Sufyan berkata: "Tidak pernah kulihat peristiwa seperti hari ini. Mereka telah
memberi izin kepada bekas budak-budak itu."

Suhail berkata: "Wahai kaum, sungguh telah terihat di wajah kalian, jika kalian
marah maka marahlah pada diri kalian sendiri. Serulah kaum itu dan ajaklah
mereka. Dan bergegaslah kalian dan tangguhkanlah mereka. Demi Allah, jika
kalian lebih dahulu mendapatkan kemuliaan maka berlalulah siksa atas kalian.
Inilah yang mereka berlomba karenanya. Wahai kaumku, sesungguhnya mereka
telah mendahului sebagaimana kulihat dan tidak ada lain bagi kalian jihad ini, dan
berpegang teguhlah semoga Allah mengaruniakan kalian dengan mati syahid."

Kemudian Suhail menyingsingkan bajunya, bergegas pergi menuju Syam. Ia keluar


menemui duduknya, namun tidak didapatinya seorang pun kecuali Hindun,
putrinya. Mereka telah membunuh semuanya kecuali Hindun dan Fakhitah binti
Ulpah bin Suhail. Sementara Suhail terbunuh sebagai syahid dalam perang Yarmuk.

Dihadapkanlah Fakhitah kepada Umar ra. Umar ra.berkata kepada Abdurrahman-


Harits bin Hisyam menemui keluarganya namun yang tinggal hanya Abdurrahman
ini : "Nikahilah wanita ini!"
Umar meninggalkan keduanya di tapal batas kota Madinah dan memberi keluasaan
kepada keduanya seraya berkata: "Semoga Allah menyebarkan keturunan yang
banyak dari keduanya, baik laki-laki maupun perempuan."
Lahirlah dari keduanya Umar, Abu Bakar, Utsman, Ikrimah, Khalid dan
Mukallid. Abu Bakar termasuk ahli fiqih yang tujuh, ahli fiqih Madinah (fuqaha'
as-Sa'ah, fugaha' Madiah), ia biasa dipanggil Rahib Quraisy.
Ibnul Mubarak dari Aswad bin Syaiban dari Abu Naufal bin Abi Aqrab, ia berkata:
Harits bin Hisyam keluar dari Makkah sebab penduduk Makkah telah berputus asa
karena tidak satu pun makanan tersisa. Tidak seorang pun selain meikutinya hingga
ia sampai di puncak bukit yang tinggi, ia berhenti dan orang-orang ikut berhenti.
Harits berkata: "Hai manusia, sesungguhnya aku, demi Allah, tidak terlepas
kecintaanku terhadap kalian, tidak ada negeri yang lebih kupilih daripada negeri
kalian. Akan tetapi, Islam ini telah mengeluarkan tokoh-tokoh Quraisy yang telah
masuk Islam dan berhijrah.
Demi Allah, tidak ada bagi mereka kedudukan dan tidak ada pula rumah. Demi
Allah, seandainya gunung di Makkah menjadi emas, pasti kami menafkahkannya
di jalan Allah. Demi Allah, jika dunia ini berlalu dari kami, tentu kami akan
memohon untuk bergabung dengan negeri akhirat. Bertakwalah kepada Allah
dalam segala urusan ini dan berangkatlah menuju Syam, susullah keluarga kalian."
Diriwayatkan bahwa Harits bin Hisyam terbunuh sebagai syahid pada perang
Yarmuk.
Taubat dalam Al-Qur’an
ُ ‫ِوِأَِنَاِاِلت ا او‬
1. ِ‫اب‬ َ ‫علَيْه ْم‬ ُ ُ ‫صلَ ُحوِاِوِ َبيانُواِفَأُوِلَئ َكِأَِت‬
َ ِ‫وِب‬ ْ َِ‫ُواِوِأ‬
َ ‫اِلاذِينَِِتَاِب‬
ِ ‫اِ اَّل‬
ِ‫الرحي ُم‬
‫ا‬
Kecuali merekayang telah bertaubat, mengadakan perbaikan dan
menjelaskan (nya). Mereka itulah yang aku terima taubatnya, dan akulah
yang maha penerima taubat lagi maha penyanyang. (Q.S Al-Baqarah: 160)

َ ُ‫غف‬
2. ِ‫وِرِحيم‬ ‫ِوِ َي ْست َ ْغف ُرِوِنَه َُِو ا‬
َ ُِ‫ِاَِّللا‬ ‫ا‬
َ ‫ىِاَِّللا‬َ‫أَِفَالَِيَتُوبُونَ ِإل‬
Mengapa mereka tidak bertaubat kepada Allah dan memohon ampunan
kepada-Nya? Allah maha pengampun lagi maha penyanyang. (Q.S Al-
Maidah: 74)
ْ َ ‫ش َه َواتِأ‬
3. ِ‫ِنِتَميلُوا‬ ‫ِويُريدُِاِلاذِينَ ِ َيتابعُوِنَ ِال ا‬
َ ‫ع َل ْي ُك ْم‬ َ ُ ‫اَِّللاُِِيُرِيدُِأ َ ْنِ َيت‬
َ ِ‫وِب‬ ‫َو ا‬
َ ِ‫َمي اْال‬
‫عظي اما‬
Dan Allah hendak menerima taubatmu, sedang orang-orang yang mengikuti
keinginan hawa nafsunya menghendaki agar kamu berpaling sejauh-
jauhnya (dari kebenaran). (Q.S An-Nisa: 27)

Taubat dalam hadist

ُ ‫ِوا ْست َ ْغف ُر ْوهُِفَإنِّ ْيِأَت ُ ْو‬


1. ِ‫بِف ْيِاليَ ْومِمائَةَِ َم ارة‬ ُ ‫يَاأَيُّ َهاِالنا‬
َ ‫اسِت ُ ْوب ُْواِإلَىِهللا‬
Wahai sekalian manusia, bertaubatlah kepada Allah dan memohonlah
ampun kepada-Nya. Sesungguhnya aku beutaubat dalam sehari sebanyak
100 kali ” (HR. Muslim).

2. ِ‫ب‬ ُ ‫س‬
َ ‫طِ َيدَهُِف ْيِالنا َهارِل َيت ُ ْو‬ َ ‫طِ َيدَهُِباللايْلِل َيت ُ ْو‬
َ ‫بِ ُمس ْي ُءِالنا َهار‬
ُ ‫ِو َي ْب‬ ُ ‫س‬
ُ ‫إ انِهللاَِ َي ْب‬
‫سِم ْنِ َم ْغرب َها‬ ُ ‫ش ْم‬‫طلُ َعِال ا‬ْ َ ‫ُمس ْي ُءِاللايْلِ َحتاىِِت‬
Abu Musa ra meriwayatkan dari Nabi saw: “Sesungguhnya Allah
membentangkan Tangan-Nya pada malam hari agar beutaubat orang yang
berbuat jahat di siang hari dan Dia membentangkan Tangan-Nya pada siang
hari agar bertaubat orang yang berbuat jahat di malam hari, sehingga
matahari terbit dari Barat (Kiamat). “(HR. Muslim)
3. ِ‫غفَرِتُ ِلَ َك‬
َ ِ‫ِرِ َجؤِتَنئ‬ َ ‫يِو‬َ ‫عؤِتَن‬ َ َ‫ِ َيااِبْنَ ِآِد‬:ِ‫ِاَِّللاِت َ َعاِلَى‬
َ َِ‫ِإِنا َكِ َماِد‬,‫ِم‬ ‫قَاِ َل ا‬
ْ َ ‫ِمِإِنا َكِ َلوِأَِتَ ْيتَن ْيِبقُ َراِبِاأل‬
ِ‫ِر‬ َ َ‫ِ َياِاِبْنَِِآِد‬,‫ِو ََِّلِأَِ َباِلئ‬
َ ‫علَىِ َماِ َكاِنَ ِم ْن َك‬
َ
‫شيْىعااِألَِت َ ْيت ُ َكِبقُ َراِب َهاِ َم ْغف َرِ ِة ا‬ ْ ‫طاِ َياِث ُ امِلَق ْيتَنيَِّلَِت ُ ْشر‬
َ ِ‫ِكِبئ‬ َ ‫ضِ َخ‬

“Wahai anak Adam, sesungguhnya jika engkau memohon dan mengharap


kepadaku, niscaya Aku ampuni dosa-dosamu yang lalu dan Aku tidak peduli.
Wahai anak Adam, seandainya dosa-dosamu sampai ke awan langit, kemudian
engkau memohon ampun kepadaku, niscaya Aku mengampunimu dan Aku tidak
peduli. Wahai anak Adam, sesungguhnya jika engkau datang kepadaku dengan
dosa-dosa sepenuh bumi dan kamu menemuiKu dalam keadaan tidak
menyekutukanku dengan sesuatu pun, niscaya Aku datangkan untukmu ampunan
sepenuh bumi (pula). (HR. At-ِ Tardmizi)

CONTOH PARA TABI’IN

1. Taubat Fudhail bin Iyadh


Al-imam Ibnu Jauzi, Abdurrahman bin Abi Ghaib, Ahmad bin Ali,
Al-Hasani bin Ali Muhammad al-Wa’izh, Muhammad Ibnu Abbas, Ali Ibnu
Husain bin Harb, Ibrahim Ibnu Laits an-Nakhsyabi, Ali bin Khasyram
bercerita kepada kami, seorang tetangga Fudhail bin Iyadh menggambarkan
kepadaku, ia berkata:
Fudhail bin Iyadh adalah seorang perampok. Pada suatu malam ia keluar
untuk merampok. Ia mendapati khalifah yang akan beristirahat malam.
Sebagian dari mereka berkata: “mari kita singgah di desa ini. Karena kalau
kita lamjutkan perjalanan, kita akan dihadang seorang perampok yang
terkenal bernam Fudhail.”
Fudhail mendengar perkataan mereka ini. Ia jadi gemetar dan
berkata:”wahai kaum, akulah Fudhail, lewatlah! Demi Allah, aku berusaha
sekuat tenagaku untuk tidak berbuat maksiat kepada Allah selama-lamanya
!” lalu ia pulang.
Fudhail berkata:”benar, demi Allah, saat ini telah tiba waktuku
untuk bertaubat”. Itulah awal ia bertaubat. Ibrahim bin al-Asy’ats berkata:
aku mendengar Fudhail di malam hari sedang membaca surah Muhammad,
ia menangis dan mengulang-ulang ayat ini. “Dan sesungguhnya kami
benar-benar akann menguji kamu agar kamu mengetahui orang-orang yang
berjihad dan bersabar di antara kamu, dan agar kami menyatakan (baik
buruknya) hal ikhwalmu.” (QS. Muhammad:31)
Di antara kalimat penuh hikmah yang keluar dari lisannya adalah
“engkau berhias diri di hadapan manusia, selalu berpura-pura dan ingin
menonjol di hadapan mereka , engkau terus berbuat riya hingga semua
orang mengenalmu.” Lalu mereka berkata: “orang yang sholeh! Lalu
mereka mengetahui seluruh kebutuhanmu, menghormati dan
mengagungkanmu. Maka alangkah buruknya keadaanmu jadi begitu!”
Fudhail juga berkata:”jika engkau mampu untuk tidak dikenal, maka
kerjakanlah. Tak ada salahnya engkau tidak dikenal dan ada buruknya jika
engkau dipuji, juga tak ada jeleknya engkau dihina di hadapan manusia
namun terpuji di sisi Allah.”
2. Taubat Malik bin Dinar
Diriwayatkan dari Malik bin Dinar, ia pernah ditannya tentang sebab-
sebab ia bertaubat. Kemudian ia menjawab: aku adalah polisi, dan aku asyik
menikmati minuman keras. Lalu kubeli seorang budak perempuan dengan
mahal. Ia melahirkan seorang anak perempuan dan akupun
menyayanginnya. Ketika dia mulai bisa berjalan, maka cintaku semakin
bertambah kepadanya. Setiap kali aku meletakan minuman keras
dihadapku, anak itu selalu datang dan menumpahkan minuman itu dibajuku.
Ketika umurnya menginjak dua tahun dia meninggal dunia.
Ketika malam pertengahan bulan sya’ban yang bertepatan dengan
hari jum’at aku tidur malam itu dengan meneguk arak dan belum shalat isya.
Aku bermimpi seakan-akan kiamat telah tiba, terompet sang kakala ditiup,
penghuni kubur dibangkitkan, seluruh makhluk dikumpulkan dan aku
berada bersama mereka. Kemudian aku mendengar sesuatu yang bergerak
di belakangku. Ketika aku menoleh kulihat ular yang sangat besar berwarna
hitam kebiru-biruan membuka mulutnya menuju kearahku. Dan aku lari
tunggang langgang karena ketakutan. Di tengah jalan kutemui seorang
ulama yang berpakaian serba putih dengan wangi sangat semerbak. Maka
kuucapkan salam padanya dan dia pun menjawabnya. Kemudian kukatakan
wahai syaikh , tolong lindungi diriku dari ular itu, semoga Allah
melindungimi.”
Syaikh itu menangis dan berkata kepadaku:”aku seorang yang lemah,
sedangkan ular itu lebih kuat daripada aku.” Aku tak bisa mengatasinya,
akan tetapi bergegaslah engkau mudah-mudahan Allah menyelamatkanmu.
Aku bergegas dan memanjat sebuah tebih neraka hingga sampai ujung tebih
itu. Namun pada waktu itu seseorang memanggilku “kembalilah engkau
karena engkau bukan penghuni neraka itu!” selanjutnya kudatangi syaikh
dan kukatakan wahai syaikh aku mohon padamu agar melindungiku dari
ular itu. Namun engkau tak mampu berbuat apa-apa.
Syaikh itu mengangis seraya berkata “aku seorang yang lemah.
Pergilah ke gunung itu, karena di sana terdapat banyak simpanan kaum
muslimin. Kalau kau punya barang simpan disana, maka barang itu akan
menolongmu. Akupun melihat gunumg yang bulat itu yang terbuat dari
perak. Di sana ada strika yang retak dan tirai-tirai yang digantung yang
setiap lubang cahaynya mempunyai daun-daun pintu dari emas dan setiap
daun pintu terdapat sutera. Ketika aku lihat gunung itu, aku langsung lari
kesana karena ketemu ular besar lagi. Takala ular itu mendekatiku, para
mailaikat berteriak angkatlah tirai-tirai itu dan bukalah pintu-pintu lalu
mendakilah mudah-mudahan engkau punya barang titipan di sana yang
dapat melindungmu dari ular itu.
Ketika tirai-tirai itu diangkat dan pintu-pintu twlah dibuka, ada
beberapa anak dengan wajah berseri sedang mengawasiku dari atas,
sementara ular itu semakin dekat kepadaku sehingga aku semakin bingung.
Anak-anak itu berteriak “celakalah kamu semua! Cepatlah naik, karena ular
besar itu telah mendekatimu.” Kemudian naiklah mereka semua dengan
serentak aku lihat anak perempuanku yang telah meninggal ikut
mengawasiku bersama mereka. Ketika ia melihatku dan menangis dan
berkata:”ayakku, demi Allah!”
Dia melompat ke arahku bak anak panah yang melesat, lalu dia
ulurkan tangan kirinya ke tangan kananku lalu ia menarik tanganku.
Kemudian dia ulurkan tangan kananya ke ular itu, namun binatang itu malah
lari. Dia menundukanku dan duduk di pangkuanku. Dia ulurkan tangan
kanannya untuk menghelai jenggotku. Dia berkata “wahai ayahku,
belumkah datang waktunya bagu orang-orang yang beriman untuk tunduk
hati mereka mengingat Allah.” (QS. Al-hadid:16)
Aku menangis dan berkata “wahai anakku, kalian semua faham
tentang aq-quran.”
Dia berkata “wahai ayahku, aku lebih tahu ten=tang al-quran
daripada ayah.”
Aku bertanya “ceritakanlah padaku tentang ular yang ingin
membunuhku itu”
Dia menjawab “itulah pekerjaanmu yang buruk yang selama ini kau
lakukan, karena itu ia akan memasukanmu ke dalam apiu neraka.”
Aku bertanya “ceritakanlah tentang syaikh yang kutemui di jalan itu.”
Dia menjawab “ wahai ayahku, itulah amal saleh ayah yang sedikit
hingga tak mampu menolong ayah.”
Aku bertanya lagi “wahai anakku, apa yang kalian perbuat di gunung
ini?”
Dia menjawab “kami adalah anak-anak orang muslim yang tinggal di
sini sampai tiba hari kiamat. Kami menunggu kalian datang pada kami.
Kemudian kami memberi syafa’at pad kalian.”(HR.Muslim)

Malik berkata akhirnya aku pun takut, aku tumpahkan seluruh


minuman keras itu dan kupecahkan botol-botol minuman lalu aku bertaubat
pada Allah inilah cerita tentang taubatku kepada Allah.

3. Taubat Dzunnun al-Mishri


Yusuf bin al-Husain berkata ; ketika aku meminta izin kepada
Dzunnun al-Mishri aku bertanya “wahai syaikh! Bagaimana awal cerita
anda bertaubat?”
Dzunnun al-Mishri menjawab “ aku adalah orang pemuda yang suka
berfoya-foya, kemudian aku bertaubat dan meninggalkan hal itu.
Selanjutnya aku berangkat menunaikan ibadah haji ke Baitullah dengan
membawa sedikit bekal. Aku mengendarai sebuah perahu bersama para
pedagang dari Mesir dan turut bersama kami seorang pemuda yang berparas
tampan dengan wajah berseri-seri.
Ketika perahu itu berada di tengah lautan, salah satu penumpang
perahu itu kehilangan kantung yang berisi uang. Ia menyuruhku agar
menahan perahu itu, lalu diperiksanya seluruh penumpang perahu tersebut.
Tatkala sampai pada giliran pemuda itu untuk diperiksa, ia melompat terjun
ke laut. Namun gelombang laut bergerak bak untaian sutera, sedangkan
kami melihatnya dari atas perahu. Pemuda itu berkata “wahai tuhanku,
sesungguhnya mereka menuduhku. Aku bersumpah wahai pujaan hatiku
agar memerintahkan seluruh binatang melata untuk menampakan kepalanya
dan dimulut-mulutnya terdapat mutiara yang berharga.”
Dzunnun al-Mishri berkata sebelum berbicara, maka kami melihat
binatang-binatang mengeluarkan kepalanya. Di setiap mulut binatang itu
terdapat berlian yang berkilau dan bersinar. Melihat kejadian tersebut, ada
seorang pemuda yang melompat ke laut dan mengapung di atasnya seraya
berkata:’hanya kepada-mu kami menyembah dan hannya kepada mu kami
memohon pertolongan”. (QS. Al-fatihah:5) hingga pemuda itu hilang
ditelan ombak. Inilah awal mula kisah taubatku.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Maqdisiy, Ibnu Qudamah. 2003. 132 Kisah Taubat Malaikat, Para


Nabi, Para Sahabat, Para Raja, dan Umat Manusia Dari Masa ke Masa.
Terjemahan oleh M. Asror. Yogyakarta: Mitra Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai