Anda di halaman 1dari 6

TUGAS : EPIDEMIOLOGI DAN BIOSTATISTIK LANJUTAN

DOSEN : Prof. Dr. Ridwan Amiruddin, S.KM, M.Kes, M.Sc.PH.

ANALISIS SWOT INDIKATOR MDGS


(KESEHATAN IBU)

Oleh :

SEPTIYANTI

P1803211401

KONSENTRASI GIZI MASYARAKAT


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2011
PENDAHULUAN

MDGs (Milenium Development Goal) adalah agenda ambisius untuk


mengurangi kemiskinan dan memperbaiki kehidupan yang disepakati para pemimpin
dunia pada Millennium Summit pada bulan September 2000. Untuk setiap tujuan
satu atau lebih target yang telah ditetapkan, sebagian besar untuk tahun 2015,
menggunakan tahun 1990 sebagai patokan. Millenium Development Goals (MDGs)
pada dasarnya mewujudkan komitmen internasional yang dibuat di Perserikatan
Bangsa-Bangsa.

Millenium Development Goals (MDGs) pada dasarnya mewujudkan komitmen


internasional yang dibuat di Perserikatan Bangsa-Bangsa Dunia pada konferensi
Summits dan global sepanjang tahun 1990-an, seperti KTT Dunia untuk Anak,
Konferensi Dunia tentang Pendidikan untuk Semua 1990 di Jomtien, Konferensi
PBB tentang Lingkungan dan Pembangunan 1992 di Rio de Janeiro, dan KTT Dunia
untuk Pembangunan Sosial 1995 di Copenhagen. Kemudian, pada Konferensi
Tingkat Tinggi (KTT) Milenium Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) bulan September
2000 di New York, sebanyak 189 negara anggota PBB yang sebagian besar diwakili
oleh kepala pemerintahan, termasuk presiden Indonesia, sepakat untuk
menandatangi Deklarasi Milenium yang diadopsi dari komitmen sebelumnya.
Deklarasi Milenium inilah yang berisi Millenium Development Goals (MDGs) As a
follow-up to the commitments made in the Millennium Summit, each signatory
country is expected to prepare a Millennium Development Goals Report. MDGs
terdiri dari 8 tujuan (goals), 20 target, serta 60 indikator (indicators). Salah satu
tujuan dari MDGs itu adalah meningkatkan kesehatan ibu, dengan indikator rasio
kematian ibu dan proporsi kelahiran yang dibantu oleh tenaga kesehatan terampil.
MDGs, pada penerapannya, sangatlah terkait dengan kesehatan masyarakat.
MDGs nomor 1 hingga nomor 6 terkait dengan gizi. Sementara MDGs nomor 7,
menjamin kelestarian lingkungan,terkait dengan kesehatan lingkungan. Adapun
MDGs nomor 5, kesehatan ibu disepakati sangat terkait dengan kekurangan gizi,
yang dihubungkan dengan kebanyakan faktor-faktor berisiko untuk kematian ibu.
Kelumpuhan ibu serta kekurangan iodine dan zat besi menjadi faktor yang serius.
Indonesia merupakan salah satu dari 189 negara penandatangan Tujuan
Pembangunan Millenium atau Millenium Development Goals (MDGs). Tujuan
Pembangunan Milenium berisikan tujuan kuantitatif yang mesti dicapai dalam jangka
waktu tertentu, terutama persoalan penanggulangan kemiskinan pada tahun 2015.
Masing-masing tujuan MDGs terdiri dari target-target yang memiliki batas
pencapaian minimum. Hal ini berarti Indonesia harus berusaha mencapai target-
target yang telah ditentukan pada kesepakatan tersebut pada 2015 mendatang.
Untuk mencapai tujuan MDGs tahun 2015 diperlukan koordinasi, kerjasama serta
komitmen dari seluruh pemangku kepentingan, terutama pemerintah (nasional dan
lokal), kaum akademika, media, sektor swasta, komunitas donor, dan masyarakat
sipil.
Indikator Goals yang khusus dibahas pada makalah ini adalah, indikator goals
kelima, yaitu peningkatan kesehatan ibu dengan target menurunkan angka kematian
ibu sebesar tiga perempatnya sampai tahun 2015. Menurut pedoman MDGs, ada
dua indikator untuk menurunkan target ini, yang harus diperhatikan, antara lain : 1)
Indikator global untuk memonitoring pencapaian, 2) Indikator lokal untuk
memonitoring kemajuan kabupaten dan kecamatan.
Indikator global untuk menurunkan angka kematian ibu yaitu angka kematian
ibu, Proporsi pertolongan kelahiran oleh tenaga kesehatan terlatih dan angka
pemakaian kontrasepsi pada pasangan usia subur 15-49 tahun. Sedangkan
monitoring lokal Kabupaten/Kota dan Kecamatan digunakan proksi indikator yang
dapat menggambarkan angka kematian ibu, digambarkan dengan indikator program
yang dilaksanakan dalam upaya menurunkan angka kematian ibu, antara lain
cakupan kunjungan K4, dan cakupan pelayanan nifas.
Angka Kematian Ibu (AKI) menurun dari 400/100.000 kelahiran hidup pada
tahun 1990 menjadi 307/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2000. Angka tersebut
masih jauh dari target Nasional pada tahun 2015 yaitu 124/100.000 kelahiran.
Penyebab kematian ibu adalah pendarahan (28% dari total kematian ibu);
ekslampia/gangguan akibat tekanan darah tinggi saat kehamilan (13% dari total
kematian ibu); partus lama dan infeksi (9% dari total kematian ibu); aborsi yang tidak
aman (11% dari total kematian ibu); sepsis, penyebab lain kematian ibu karena
kebersihan dan hygiene yang buruk pada saat persalinan atau karena penyakit
akibat hubungan seks yang tidak terobati (10% dari total kematian ibu).
Komplikasi persalinan menurun apabila persalinan ditolong oleh tenaga
kesehatan terlatih di lingkungan yang hygiene dengan sarana yang memadai.
Menurut data Susenas terjadi peningkatan proporsi kelahiran yang ditolong oleh
tenaga kesehatan dari 41% pada tahun 1990 menjadi 68% pada tahun 2003.
Sedangkan target Nasional pada tahun 2010 adalah 90%.
Selain itu, angka pemakaian kotrasepsi pada pasangan usia subur juga
menjadi indikator peningkatan kesehatan ibu. Angka pemakaian kontrasepsi pada
usia subur dilaporkan meningkat dari 50% pada tahun 1990 menjadi 54% pada
tahun 2002. Angka kematian ibu (AKI) adalah banyaknya wanita yang meninggal
dari suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau
penanganannya (tidak termasuk kecelakaan atau kasus insidentil) selama
kehamilan, melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari setelah melahirkan) tanpa
memperhitungkan lama kehamilan per 100 000 kelahiran hidup. AKI diperhitungkan
pula pada jangka waktu 6 minggu hingga setahun setelah melahirkan.

ANALISIS SWOT PENCAPAIAN KESEHATAN IBU

Untuk mencapai tujuan ke-5 MDGs, yaitu meningkatkan kesehatan ibu


dengan target menurunkan angka kematian Ibu 102/100.000 kelahiran hidup pada
tahun 2015 maka perlu dilakukan analisis SWOT sebagai alat perumusan strategi
dengan memaksimalkan strengths (kekuatan), opportunities (peluang), serta
meminimalkan weakness (kelemahan), dan threats (ancaman).
Banyak upaya yang dilakukan oleh pemerintah dan organisasi non-
pemerintah dalam meningkatkan kesehatan ibu dan anak. Baik dalam hal
peningkatan keterampilan pada tenaga kesehatan, pemberdayaan pada kader atau
masyarakat, maupun penyusunan Peraturan Pemerintah dalam pelayanan
kesehatan. Hanya saja masih dihadapi banyak kesulitan dalam meningkatkan
kesehatan ibu dan anak, sehingga angka kematian ibu masih tinggi dan masih
ditemukan kematian bayi dan balita. Berikut ini perumusan strategi dalam
memaksimalkan strengths (kekuatan), opportunities (peluang), serta meminimalkan
weakness (kelemahan), dan threats (ancaman).

Kekuatan (strengths) dalam pencapaian Meningkatkan Kesehatan Ibu dapat


berupa :

1. Fasilitas pelayanan kesehatan yang berkualitas mulai dari tingkat desa, yaitu
pustu/poskesdes, puskesmas sampai rumah sakit.
2. Tersedianya tenaga kesehatan terutama bidan desa.
3. Tersedianya SPM (Standar Pelayanan Minimal).
4. Tersedianya SOP (Standar Operasional Prosedur).
5. Tersedianya pembiayaan bagi masyarakat miskin melalui program
Jamkesmas dan Jamkesda.
6. Tersedianya Puskesmas mampu PONED dan Rumah Sakit PONEK.

Kelemahan (weakness) dalam pencapaian Meningkatkan Kesehatan Ibu


dapat berupa :

1. Pelayanan kesehatan untuk ibu belum memadai.


2. Keterbatasan anggaran dalam kesejahteraan yang menyebabkan biaya untuk
persalinan cukup mahal.
3. Masih rendahnya cakupan antenatal care/ANC dan persalinan yang dilakukan
oleh tenaga kesehatan karena posisi tawar perempuan.
4. Penyakit infeksi dan perdarahan, termasuk yang disebabkan oleh abortus.
5. Fasilitas pelayanan kesehatan yang berkualitas yang tidak merata di setiap
daerah.
6. Jumlah tenaga kesehatan yang terbatas baik dari segi jumlah, kualitas, dan
penyebarannya terutama tenaga bidan.
7. Belum ada kebijakan khusus berkaitan dengan kesehatan reproduksi
perempuan khususnya penekanan implementasi bidan tinggal di daerah
terpencil, serta jaminan keamanan terhadap bidan yang tinggal di daerah
terpencil.
8. Belum ada kebijakan agar klaim biaya bantuan persalinan oleh bidan harus
langsung dibayarkan, sehingga bidan tidak selalu bekerja sukarela tanpa ada
kepastian klaim biaya persalinan mereka akan dibayar.
9. Masih tingginya persalinan yang dilakukan di rumah dan ditolong oleh tenaga
non-kesehatan (dukun bayi).
10. Belum semua puskesmas mampu PONED.
11. Sistem rujukan yang belum berjalan dengan baik.

Peluang (oppurtunities) dalam pencapaian Meningkatkan Kesehatan Ibu


dapat berupa :

1. 60-80% belanja kesehatan dipergunakan untuk sarana prasarana kesehatan


(DAK mengharuskan program fisik dan pembelian alat kesehatan).
2. Adanya kemitraan bidan dan dukun dalam pelayanan kesehatan ibu hamil,
persalinan, dan nifas.
3. Komitmen pemerintah daerah dalam desentralisasi kesehatan.
4. Dicanangkannya Gerakan Sayang Ibu (GSI) pada tahun 1996.
5. BKKBN melancarkan Kampanye Ibu Sehat Sejahtera (KISS), kemudian
diperbaharui menjadi Gerakan Keluarga Sehat Sejahtera (GKSS).
6. Kebijakan pemerintah dalam pembiayaan kesehatan bagi masyarakat miskin
melalui program Jamkesmas dan Pelayanan Kesehatan Gratis.
7. Terbentuknya desa siaga.

Ancaman (threats) dalam pencapaian Meningkatkan Kesehatan Ibu dapat


berupa :

1. Terbatasnya akses masyarakat terhadap fasilitas pelayanan kesehatan yang


berkualitas, terutama bagi penduduk miskin di daerah tertinggal, terpencil,
perbatasan, dan kepulauan (DPTK).
2. Kurangnya manajemen sumber daya manusia, terutama bidan dalam
peningkatan akses pelayanan kesehatan.
3. Masih rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya
menjaga kesehatan dan keselamatan ibu.
4. Masih rendahnya status gizi dan kesehatan ibu hamil.
5. Masih rendahnya angka pemakaian kontrasepsi dan tingginya unmet need
masih menjadi tantangan utama.
6. Pengukuran angka kematian ibu masih belum tepat, karena sistem
pencatatan penyebab kematian ibu masih belum adekuat.
7. Koordinasi lintas program dan lintas sektro yang masih lemah.

Anda mungkin juga menyukai