Anda di halaman 1dari 50

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) bulan
September 2000, sebanyak 189 negara anggota PBB sepakat untuk mengadopsi suatu
deklarasi yang berdasarkan pendekatan yang inklusif, dan berpijak pada perhatian bagi
pemenuhan hak-hak dasar manusia yang kemudian disebut sebagai Deklarasi Milenium.
Deklarasi ini menghasilkan suatu tujuan pembangunan milenium disebut Millennium
Development Goals (MDGs). Setiap tujuan (goal) memiliki satu atau beberapa target
yang tercakup dalam MDGs mulai dari mengurangi kemiskinan dan kelaparan,
menuntaskan tingkat pendidikan dasar, mempromosikan kesamaan gender, mengurangi
kematian anak dan ibu, mengatasi HIV/AIDS dan berbagai penyakit lainnya, serta
memastikan kelestarian lingkungan hidup dan membentuk kemitraan dalam pelaksanaan
pembangunan.1
Sebagai salah satu anggota PBB, Indonesia ikut berkomitmen untuk melaksanakan
MDGs dalam upaya untuk mensejahterakan masyarakat Indonesia. Keikutsertaan
Indonesia dalam menyepakati Deklarasi Milenium bukan semata-mata untuk memenuhi
tujuan dan sasaran Millenium Development Goals (MDGs), namun keikutsertaan itu
ditetapkan dengan pertimbangan bahwa tujuan dan sasaran MDGs sejalan dengan tujuan
dan sasaran pembangunan Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah Indonesia telah
mengutamakan MDGs dalam pembangunan sejak tahap

perencanaan sampai

pelaksanaannya sebagaimana dinyatakan diantaranya dalam Rencana Pembangunan


Jangka Panjang 2005-2025.2
Pembangunan kesehatan merupakan bagian dari pembangunan yang bertujuan
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar
terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Pembangunan kesehatan
tersebut merupakan upaya seluruh potensi bangsa Indonesia baik masyarakat, swasta
maupun pemerintah sejak dicanangkannya Indonesia Sehat 2010 oleh Pemerintah
Indonesia sebagaimana tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
574/Menkes/SK/2000. Dimana untuk mewujudkan bangsa Indonesia hidup dalam
lingkungan yang sehat, berperilaku hidup bersih dan sehat serta memberikan pelayanan
kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, sehingga memiliki derajat kesehatan
yang setinggi-tingginya, diperlukan suatu upaya untuk mewujudkan masyarakat
Indonesia yang sehat yaitu dengan memberdayakan masyarakat.3

Salah satu upaya pemberdayaan masyarakat adalah Puskesmas. Puskesmas sebagai


suatu lembaga yang dapat membina dan memberdayakan masyarakat dapat membentuk
suatu kader yang bersedia secara sukarela terlibat dalam masalah-masalah kesehatan.
Kader merupakan orang terdekat yang berada di tengah-tengah masyarakat, yang
diharapkan dapat memegang peranan pekerjaan penting, khususnya setiap permasalahan
yang berkaitan dengan kesehatan. Kader kesehatan mempunyai peran besar dalam upaya
meningkatkan kemampuan masyarakat menolong dirinya untuk mencapai derajat
kesehatan yang optimal sehingga puskesmas merupakan ujung tombak untuk mencapai
MDGs.3,
Peran puskesmas sebagai unit pelayanan terdepan menempati posisi yang strategis
sebagai pusat pengembangan pembangunan kesehatan dalam mencapai salah satu tujuan
pembangunan nasional. Dalam mencapai tujuan, Puskesmas memiliki upaya kesehatan
melalui 6 kegiatan pokok secara terpadu dan komprehensif, yaitu KIA/KB, peningkatan
gizi, kesehatan lingkungan, Pemberantasan Penyakit Menular (P2M), Pengobatan, dan
Promosi Kesehatan. Selain program wajib, puskesmas mempunyai program kesehatan
pengembangan. Secara operasional, Puskesmas berarti harus ada upaya yang
berkelanjutan,

menyeluruh,

terpadu,

sistematis

dan

objektif

yang

bertujuan

meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.4,


Dalam hal pengembangan pembangunan nasional, PBB, WHO dan Puskesmas
memiliki persamaan. Salah satu persamaan tersebut adalah meningkatkan status derajat
kesehatan ibu dan anak serta menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka
Kematian Bayi (AKB). Untuk itu diperlukan upaya pengelolaan program kesehatan ibu
dan anak yang bertujuan untuk memanfaatkan dan meningkatkan jangkauan serta mutu
pelayanan kesehatan ibu dan anak secara efektif dan efisien. Meskipun sudah banyak
kemajuan yang telah dicapai bangsa Indonesia yang antara lain ditandai dengan berhasil
diturunkan Angka Kematian Ibu dari 334 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1997
menjadi 307 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2003, Angka Kematian Bayi dari 46
per 1000 kelahiran hidup pada tahun 1997 menjadi 35 per 1000 kelahiran hidup pada
tahun 2002 dan Angka Kematian Balita dari 58 per 1000 kelahiran hidup menjadi 46 per
1000 kelahiran hidup pada tahun 2003, namun pencapaiannya masih jauh dari yang
diharapkan, apabila dibandingkan dengan negara tetangga ASEAN, Indonesia
menduduki peringkat pertama dengan angka kematian ibu melahirkan, bayi, dan balita
yang tinggi. Oleh karena itu, departemen kesehatan Indonesia menargetkan pada tahun
2009 AKI dapat menurun menjadi 226 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB menjadi 26
2

per 1000 kelahiran hidup. Dan MDGs pada tahun 2015 bertujuan menurunkan AKB dan
AKABA di Indonesia dari 34 per 1000 kelahiran hidup dan 44 per 1000 KH menjadi 23
per 1000 kelahiran hidup dan 32 per 1000 kelahiran hidup.6 Beberapa penyebab kematian
yang proporsinya semakin meningkat berdasarkan Riskesdas 2007 pada kelompok bayi
adalah gangguan masa perinatal, diare, malnutrition, kelainan kongenital, sedangkan
pada kelompok anak balita adalah diare, dengue, TB, malaria, malignancy, dan penyebab
luar.5,6
Untuk mengatasi beberapa penyebab kematian yang terus meningkat pada kelompok
balita maka pada tahun 1994, WHO bekerja sama dengan UNICEF mengembangkan
suatu pendekatan baru yang dinamakan Integrated Management of Childhood Illness
(IMCI) yaitu pendekatan baru yang memadukan upaya promotif , preventif dan kuratif
serta tatalaksana lima penyakit yang menimbulkan tujuh dari sepuluh kematian bayi dan
balita yaitu pnemonia, diare, campak, malaria dan malnutrisi. Indonesia mengadaptasi
dan mengadopsi pendekatan ini dengan nama Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS).
Pelaksanaan program MTBS ini kemudian diintegrasi ke dalam program puskesmas
sehingga dapat meningkatkan efektivitas pelayanan dan menurunkan biaya bila tujuan
program ini tercapai yaitu menurunkan angka kesakitan dan kematian balita,
berhubungan dengan penyebab utama penyakit serta meningkatkan pertumbuhan dan
perkembangan balita yang sehat.7
Puskesmas dalam menurunkan angka kematian balita berperan sebagai promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif. Upaya promotif dan preventif sangat diperlukan dan
diutamakan dengan tujuan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan balita. Salah
satu upaya puskesmas dalam mencapai tujuan tersebut tercakup didalam suatu indikator
puskesmas yang ditetapkan pemerintah. Indikator indikator ini disebut sebagai standar
pelayanan minimal (SPM). Salah satu SPM dengan tujuan meningkatkan pertumbuhan
dan perkembangan balita adalah indikator cakupan pelayanan anak balita. Puskesmas
Kelurahan Pondok Labu merupakan unit terkecil pelayanan kesehatan di kelurahan
Pondok Labu, Kecamatan Cilandak. Cakupan pelayanan anak balita tentu tidak lepas dari
upaya pengelolaan (manajemen) dan jaminan mutu (quality assurance) dari puskesmas
ini. Walaupun proses-proses tersebut sudah dijalankan semaksimal mungkin, namun
masih ada beberapa kekurangan yang harus dikaji untuk mencapai tujuan pembangunan
kesehatan masyarakat yang lebih efektif dan efisien.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan data pencapaian SPM tahun 2014, didapatkan yang menjadi masalah
adalah cakupan pelayanan anak balita, cakupan pertolongan persalinan oleh bidan atau
3

tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan, cakupan ibu nifas, kelurahan
Universal Child Imunization (UCI), cakupan kunjungan ibu hamil K4, RW Siaga Aktif
dan penemuan penderita baru TB BTA +. Dari daftar masalah yang telah disebutkan
kami mengambil salah satu masalah yang termasuk dalam program KIA yang didukung
dengan data yang lengkap. Program cakupan pelayanan anak balita berdasarkan data
pada bulan Mei hingga Juli 2015 yang pencapaiannya baru 82%.

1.3 Tujuan Diagnostik Komunitas


1. Tujuan umum
Mengetahui, menganalisa, dan mendeskripisikan pelaksanaan manajemen program dan
dibandingkan dengan SPM di Puskesmas Kelurahan Pondok Labu dalam upaya
perbaikan kinerja Puskesmas.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui input dari tenaga kerja, pembiayaan, metode, perlengkapan dan
peraatan serta proses P1, P2, dan P3 pada Puskesmas Kelurahan Pondok Labu.
b. Mengetahui hasil pencapaian upaya kesehatan dasar dan pengembangan pada
Puskesmas Kelurahan Pondok Labu bulan Mei hingga Juli 2015.
c. Mengidentifikasi masalah manajemen pelayanan yang terjadi di Puskesmas
Kelurahan Pondok Labu.
d. Menentukan prioritas masalah yang ada pada Puskesmas Kelurahan Pondok Labu.
e. Menentukan alternatif pemecahan masalah dari prioritas masalah yang terpilih di
Puskesmas Kelurahan Pondok Labu.
f. Menganalisa berbagai faktor yang menyebabkan masalah pencapaian upaya
kesehatan Puskesmas Kelurahan Pondok Labu.
g. Menbuat rencana kegiatan dari pemecahan masalah terpilih di Puskesmas
Kelurahan Pondok Labu.

1.4 Manfaat Evaluasi Program


1. Bagi Mahasiswa :
a. Sebagai syarat untuk mengikuti ujian kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan
b.

Masyarakat.
Mengetahui sistem manajemen puskesmas secara keseluruhan.
c. Mengetahui upaya-upaya pokok maupun tambahan yang di puskesmas.
d. Melatih kemampuan analisis dan pemecahan terhadap masalah yang ditemukan
didalam program puskesmas.
4

2. Bagi Puskesmas :
a. Mengetahui upaya puskesmas yang belum memenuhi target SPM.
b. Membantu Puskesmas dalam mengidentifikasi penyebab dari upaya puskesmas
yang belum memenuhi target SPM.
c. Membantu Puskesmas dalam memberikan alternatif penyelesaian terhadap masalah
tersebut.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)


Puskesmas

adalah

organisasi

kesehatan

fungsional

yang

merupakan

pusat

pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat selain
memberi pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya
dalam bentuk program pokok. Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) merupakan salah satu
program pokok di Puskesmas yang mendapat prioritas tinggi, mengingat kelompok ibu hamil,
menyusui, bayi dan anak merupakan kelompok yang sangat rentan terhadap kesakitan dan
kematian.2,3
Pemantauan wilayah setempat ibu dan anak (PWS KIA) adalah alat manajemen
program

KIA

untuk

memantau

cakupan

pelayanan

KIA

di

suatu

wilayah

(Puskesmas/Kecamatan) secara terus menerus, agar dapat dilakukan tindak lanjut yang cepat
5

dan tepat terhadap desa yang cakupan pelayanan KIA nya masih rendah. Program KIA yang
dimaksud meliputi 4 pelayanan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu dengan komplikasi
kebidanan, keluarga berencana, bayi baru lahir, bayi baru lahir dengan komplikasi, bayi, dan
balita.3
Tujuan umum PWS KIA, yaitu meningkatkan jangkauan dan mutu pelayanan KIA di
wilayah kerja puskesmas, melalui pemantauan cakupan pelayanan KIA di setiap desa secara
terus menerus. Tujuan khususnya:
1. Memantau cakupan pelayanan KIA yang dipilih sebagai indikator, secara teratur
(bulanan) dan berkesinambungan (terus-menerus) untuk tiap desa
2. Menilai kesenjangan antara target yang ditetapkan dan pencapaian sebenarnya
untuk tiap desa
3. Menentukan urutan desa prioritas yang akan ditangani secara intensif berdasarkan
besarnya kesenjangan antara target dan pencapaian
4. Merencanakan tindak lanjut dengan menggunakan sumber daya yang tersedia dan
yang dapat digali
5. Membangkitkan peran pamong setempat dalam penggerakan sasaran dan
mobilisasi sumber daya3-5
Kegiatan PWS KIA terdiri dari pengumpulan, pengolahan, analisis dan interpretasi
data serta penyebarluasan informasi ke penyelenggara program dan pihak/instansi terkait
untuk tindak lanjut. Definisi dan kegiatan PWS tersebut sama dengan definisi Surveilens.
Menurut WHO, Surveilens adalah suatu kegiatan sistematis berkesinambungan, mulai dari
kegiatan mengumpulkan, menganalisis dan menginterpretasikan data yang untuk selanjutnya
dijadikan landasan yang esensial dalam membuat rencana, implementasi dan evaluasi suatu
kebijakan kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, pelaksanaan surveilens dalam kesehatan
ibu dan anak adalah dengan melaksanakan PWS KIA. Dengan PWS KIA diharapkan cakupan
pelayanan dapat ditingkatkan dengan menjangkau seluruh sasaran di suatu wilayah kerja.
Dengan terjangkaunya seluruh sasaran maka diharapkan seluruh kasus dengan faktor risiko
atau komplikasi dapat ditemukan sedini mungkin agar dapat memperoleh penanganan yang
memadai.3-5
Pengelolaan program KIA bertujuan memantapkan dan meningkatkan jangkauan serta
mutu pelayanan KIA secara efektif dan efisien. Pemantapan pelayanan KIA dewasa ini
diutamakan pada kegiatan pokok sebagai berikut:
1. Peningkatan pelayanan antenatal sesuai standar bagi seluruh ibu hamil di semua
fasilitas kesehatan.
6

2. Peningkatan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan kompeten diarahkan ke


fasilitas kesehatan.
3. Peningkatan pelayanan bagi seluruh ibu nifas sesuai standar di semua fasilitas
kesehatan.
4. Peningkatan pelayanan bagi seluruh neonatus sesuai standar di semua fasilitas
kesehatan.
5. Peningkatan deteksi dini faktor risiko dan komplikasi kebidanan dan neonatus
oleh tenaga kesehatan maupun masyarakat.
6. Peningkatan penanganan komplikasi kebidanan dan neonatus secara adekuat dan
pengamatan secara terus-menerus oleh tenaga kesehatan.
7. Peningkatan pelayanan kesehatan bagi seluruh bayi sesuai standar di semua
fasilitas kesehatan.
8. Peningkatan pelayanan kesehatan bagi seluruh anak balita sesuai standar di semua
fasilitas kesehatan.
9. Peningkatan pelayanan KB sesuai standar.3-5
2.1.1

Pelayanan Kesehatan Anak Balita


Lima tahun pertama kehidupan, pertumbuhan mental dan intelektual berkembang

pesat. Masa ini merupakan masa keemasan atau golden period dimana terbentuk dasardasar kemampuan keindraan, berfikir, berbicara serta pertumbuhan mental intelektual
yang intensif dan awal pertumbuhan moral. Pada masa ini stimulasi sangat penting untuk
mengoptimalkan fungsi-fungsi organ tubuh dan rangsangan pengembangan otak. Upaya
deteksi dini gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada anak usia dini menjadi
sangat penting agar dapat dikoreksi sedini mungkin dan atau mencegah gangguan ke arah
yang lebih berat. Bentuk pelaksanaan tumbuh kembang anak di lapangan dilakukan
dengan mengacu pada pedoman Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Tumbuh Kembang
Anak (SDIDTK) yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan di puskesmas dan jajarannya
seperti dokter, bidan perawat, ahli gizi, penyuluh kesehatan masyarakat dan tenaga
kesehatan lainnya yang peduli dengan anak. Kematian bayi dan balita merupakan salah
satu parameter derajat kesejahteraan suatu negara. Sebagian besar penyebab kematian
bayi dan balita dapat dicegah dengan teknologi sederhana di tingkat pelayanan kesehatan
dasar, salah satunya adalah dengan menerapkan Manajemen Terpadu Balita Sakit
(MTBS), di tingkat pelayanan kesehatan dasar. Bank Dunia, 1993 melaporkan bahwa
MTBS merupakan intervensi yang cost effective untuk mengatasi masalah kematian
balita yang disebabkan oleh Infeksi Pernapasan Akut (ISPA), diare, campak, malaria,
kurang gizi dan yang sering merupakan kombinasi dari keadaan tersebut. Sebagai upaya
untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian balita, Departemen Kesehatan RI
7

bekerja sama dengan WHO telah mengembangkan paket pelatihan Manajemen Terpadu
Balita Sakit (MTBS) yang mulai dikembangkan di Indonesia sejak tahun 1996 dan
implementasinya dimulai 1997 dan saat ini telah mencakup 33 provinsi. Pelayanan
kesehatan anak balita meliputi pelayanan pada anak balita sakit dan sehat. Pelayanan
yang diberikan oleh tenaga kesehatan sesuai standar yang meliputi :
1. Pelayanan pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali setahun yang tercatat
dalam Buku KIA/KMS. Pemantauan pertumbuhan adalah pengukuran berat
badan anak balita setiap bulan yang tercatat pada Buku KIA/KMS. Bila berat
badan tidak naik dalam 2 bulan berturutturut atau berat badan anak balita di
bawah garis merah harus dirujuk ke sarana pelayanan kesehatan.
2. Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) minimal
2 kali dalam setahun. Pelayanan SDIDTK meliputi pemantauan perkembangan
motorik kasar, motorik halus, bahasa, sosialisasi dan kemandirian minimal 2
kali pertahun (setiap 6 bulan). Pelayanan SDIDTK diberikan di dalam gedung
(sarana pelayanan kesehatan) maupun di luar gedung.
3. Pemberian Vitamin A dosis tinggi (200.000 IU), 2 kali dalam setahun.
4. Kepemilikan dan pemanfaatan buku KIA oleh setiap anak balita
5. Pelayanan anak balita sakit sesuai standar dengan menggunakan pendekatan
MTBS.5

2.2 Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)


2.2.1

Definisi

Pada tahun 1996 Integrated Management of Childhood Illness (IMCI) mulai


dikembangkan di Indonesia dengan nama Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) yaitu
suatu program yang bersifat menyeluruh dalam menangani balita sakit yang datang ke
pelayanan kesehatan dasar. Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) menangani balita sakit
menggunakan suatu algoritme, program ini dapat mengklasifikasi penyakit- penyakit secara
tepat, mendeteksi semua penyakit yang diderita oleh balita sakit.
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) merupakan suatu pendekatan keterpaduan
dalam tatalaksana balita sakit yang datang berobat ke fasilitas rawat jalan pelayanan
kesehatan dasar yang meliputi upaya kuratif terhadap penyakit pneumonia, diare, campak,
malaria, infeksi telinga, malnutrisi dan upaya promotif dan preventif yang meliputi imunisasi,
pemberian vitamin A dan konseling pemberian makan yang bertujuan untuk menurunkan
Angka Kematian Bayi dan Anak Balita dan menekan morbiditas karena penyakit tersebut.5,8
8

Ada 3 komponen dalam penerapan strategi MTBS yaitu:

1. Komponen I : meningkatkan ketrampilan petugas kesehatan dalam tatalaksana kasus


balita sakit (dokter, perawat, bidan, petugas kesehatan)

2. Komponen II : memperbaiki sistem kesehatan agar penanganan penyakit pada balita


lebih efektif

3. Komponen III : Memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat dalam perawatan di


rumah dan upaya pencarian pertolongan kasus balita sakit (meningkatkan
pemberdayaan keluarga dan masyarakat, yang dikenal sebagai Manajemen Terpadu
Balita Sakit berbasis masyarakat).
Untuk keberhasilan penerapan MTBS, proporsi penekanan pada ketiga komponen harus sama
besar.8
2.2.2

Penyesuaian Alur Pelayanan MTBS


Salah satu konsekuensi penerapan MTBS di puskesmas adalah waktu pelayanan yang
menjadi lebih lama. Untuk mengurangi waktu tunggu bagi balita sakit, perlu dilakukan
penyesuaian alur pelayanan.
Untuk menerapkan MTBS di fasilitas rawat jalan puskesmas, penyesuaian alur
pelayanan mungkin diperlukan untuk memperlancar pelayanan.
Penyesuaian alur pelayanan balita sakit disusun dengan memahami langkah-langkah
tersebut adalah sejak penderita datang hingga mendapatkan pelayanan yang lengkap meliputi:
1. Pendaftaran
2. Pemeriksaan dan konseling
3. Tindakan yang diperlukan (di klinik)
4. Pemberian obat, atau
5. Rujukan, bila diperlukan
Penyesuaian alur pelayanan MTBS disusun menggunakan model ban berjalan yaitu
balita sakit menjalani langkah-langkah pelayanan yang diberikan oleh petugas kesehatan
yang berbeda.5
2.2.3

Tujuan MTBS

Adapun tujuan dari MTBS itu sendiri adalah:


9

1. Menurunkan secara bermakna angka kematian dan kesakitan yang terkait penyakit
tersering pada balita.

2. Memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan perkembangan kesehatan anak.


Menurut data Riskesdas tahun 2007, penyebab kematian perinatal 0 7 hari terbanyak
adalah gangguan/kelainan pernapasan (35,9 %), prematuritas (32,4 %), sepsis (12,0
%). Kematian neonatal 7 29 hari disebabkan oleh sepsis (20,5 %), malformasi
kongenital (18,1 %) dan pneumonia (15,4 %). Kematian bayi terbanyak karena diare
(42 %) dan pneumonia (24 %), penyebab kematian balita disebabkan diare (25,2 %),
pneumonia (15,5 %) dan DBD (6,8 %).
Penyakit-penyakit terbanyak pada balita yang dapat di tata laksana dengan MTBS
adalah penyakit yang menjadi penyebab utama kematian, antara lain pneumonia, diare,
malaria, campak dan kondisi yang diperberat oleh masalah gizi (malnutrisi dan anemia).
Langkah pendekatan pada MTBS adalah dengan menggunakan algoritma sederhana yang
digunakan oleh perawat dan bidan untuk mengatasi masalah kesakitan pada Balita. Bank
Dunia, 1993 melaporkan bahwa MTBS merupakan intervensi yang cost effective untuk
mengatasi masalah kematian balita yang disebabkan oleh Infeksi Pernapasan Akut (ISPA),
diare, campak malaria, kurang gizi, yang sering merupakan kombinasi dari keadaan tersebut.
Pendekatan MTBS di Indonesia pada awalnya dimanfaatkan untuk meningkatkan
kualitas pelayanan kesehatan di unit rawat jalan kesehatan dasar (Puskesmas dan jaringannya
termasuk Pustu, Polindes, Poskesdes, dll). MTBS mengkombinasikan perbaikan tatalaksana
kasus pada balita sakit (kuratif) dengan aspek gizi, imunisasi dan konseling (promotif dan
preventif) Agar penerapan MTBS dapat berjalan sebagaimana yang diharapkan, maka
diperlukan langkahlangkah secara sistematis dan menyeluruh, meliputi pengembangan sistem
pelatihan, pelatihan berjenjang, pemantauan pasca pelatihan, penjaminan ketersediaan
formulir MTBS, ketersediaan obat dan alat, bimbingan teknis dan lain-lain. Dari kedua
survey di atas, menunjukkan bahwa kematian neonatal mendominasi penyebab kematian bayi
dan balita.
Puskesmas dikatakan sudah menerapkan MTBS apabila memenuhi kriteria
melaksanakan/melakukan pendekatan MTBS minimal 60% dari jumlah kunjungan balita
sakit di puskesmas tersebut. Mengingat MTBS telah diterapkan di Indonesia sejak 1997 dan
banyak pihak yang telah berkontribusi dalam pelatihan MTBS, tentunya banyak tenaga
kesehatan yang telah dilatih MTBS dan banyak insitusi yang terlibat di dalamnya. Sudah
10

banyak fasilitator dilatih MTBS dan para fasilitator ini sudah melatih banyak tenaga
kesehatan, baik di tingkat desa dan puskesmas. Keberhasilan penerapan MTBS tidak terlepas
dari adanya monitoring pasca pelatihan, bimbingan teknis bagi perawat dan bidan,
kelengkapan sarana dan prasarana pendukung pelaksanaan MTBS termasuk kecukupan obatobatan.8

BAB III
DATA UMUM DAN DATA KHUSUS
PUSKESMAS KELURAHAN PONDOK LABU
3.1.
DATA UMUM PUSKESMAS KELURAHAN PONDOK LABU
3.1.1. Data Wilayah
Kelurahan Pondok Labu termasuk satu diantara lima kelurahan lainnya di
wilayah Kecamatan Cilandak. Wilayah kelurahan Pondok Labu terletak di sebelah
barat daya Kota Jakarta di ketinggian 50 M di atas permukaan laut dengan sudut
kemiringan 0,250 serta curah hujan rata-rata 2.036 mm/tahun.
Luas wilayah Kelurahan Pondok Labu 18,20 km 2 yang terbagi dalam 10
(sepuluh) RW, 99 RT. Adapun daerah yang terluas adalah RW 003: 6,08 km2,
sedangkan yang terkecil adalah RW 10: 1,17 Km2
Batas Wilayah Kelurahan Pondok Labu
Sebelah Utara
: Cilandak Barat
Sebelah Timur
: Kelurahan Cilandak Timur
Sebelah Selatan
: Desa Pangkalan Jati, Kec Limo, Kotamadya Depok
Sebelah Barat
: Kelurahan Lebak Bulus

11

Gambar

1. Peta

Wilayah
Pondok

Labu

1. Keadaan Penduduk

Jumlah penduduk di wilayah Kelurahan Pondok Labu tahun


2014 adalah 24.821 jiwa, terdiri dari penduduk laki-laki 24.581 jiwa
dan penduduk perempuan 23.750 jiwa. Terjadi peningkatan jumlah
penduduk sekitar 2 % dibanding tahun 2011 (47.680 jiwa)
Tabel 1. Jumlah RW, RT , Jumlah Penduduk, KK dan Kepadatan Penduduk
menurut Kelurahan Pondok Labu tahun 2014

NO

RW

1
01
2
02
3
03
4
04
5
05
6
06
7
07
8
08
9
09
10
10
Total

Jumlah
RT

Jumlah
KK

14
11
14
9
7
8
9
6
11
9
98

545
667
1445
394
382
756
1038
329
306
529
6391

PENDUDUK
Lk
Pr
895
1188
961
1274
2185
2897
670
889
404
536
1824
2419
1327
1760
510
678
1028
1363
865
1148
10669
14512

JML
2083
2235
5082
1559
940
4243
3087
1188
2391
2013
24821

2. Keadaan Sosial, Ekonomi dan Budaya

Tabel 2. Persentasi Penduduk Menurut Agama Yang Dianutnya Tahun 2013

12

No
1
2
3
4
5

AG AM A

Jumlah

Islam
Kristen Protestan
Kristen Katolik
Hindu
Buddha
Total Keseluruhan

43.600
4500
2095
900
200
51295

Tabel 3. Persentasi Penduduk Menurut Mata Pencariannya Tahun 2013


No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
9

Mata pencarian
Buruh
Perdagangan
Swasta
Pegawai negeri
Pensiunan
ABRI
Petani
Pertukangan
Penganguran
Balita
Jasa
Ibu Rumah Tangga
Lain-lain
Total Keseluruhan

Jumlah
4.500
3.712
9.000
1.200
1.500
900
912
700
2500
5000
11.000
10.371
51.295

3. Sarana

I.
Puskesmas
Tabel 4. Daftar Nama Puskesmas , Alamat Dan Jumlah Tenaga Di Wilayah
Kelurahan Pondok Labu Tahun 2013

No.

Nama Puskesmas

Alamat

Puskesmas Kelurahan

Jl Kelurahan Lama No 2

Pondok Labu

Rt.003/07

Jml. Tenaga

14

13

II.

Sarana Pelayanan Kesehatan


Tabel 5. Jumlah Sarana Kesehatan
Wilayah Kelurahan Pondok Labu Tahun 2013

No.
1

Jenis Sarana

Puskesmas Kel.Pondok Labu

Kesehatan
Rumah Sakit

Lokasi

Jumlah

RW 1

Puskesmas

RW 7

Rumah Bersalin

RW 1

Balkesmas

RW 1

5
6

Apotik
Optik

3
1

RW 1
RW 1

3
1

Klinik

RW 1

Fisiotherapi
Posyandu

18

SETIAP

18

RW
III.
Sarana Pendidikan
Tabel 6. Jumlah Sarana Pendidikan Menurut Jenisnya Di Wilayah Puskesmas
Kelurahan Pondok Labu Tahun 2013

No.

Jenis Sarana Pendidikan

Jumlah

PT / Akademi

SMTA / MA

SMTP / MTs

10

SD / MI

21

SLB

Pondok Pesantren

TK / RA

11

PAUD

9
Jumlah

IV.

59

Sarana Beribadah

14

Tabel 7. Jumlah Sarana Peribadatan Menurut Jenisnya Di Wilayah Kelurahan Pondok


Labu Tahun 2013
No.

RW
Masjid

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Jumlah

2
2
2
2
1
2
1
1
1
0
14

Jumlah Sarana Pribadatan


Musholla/ Majelis Gereja
Surau
5
6
6
1
1
3
2
1
0
5
30

Taklim
5
2
7
3
5
0
0
1
3
0
26

Pura

2
5
7

3.1.2. Gambaran Umum Puskesmas Kelurahan Pondok Labu


3.1.2.1.
Gambaran Umum dan Tenaga Kerja
Puskesmas Kelurahan Pondok Labu memiliki luas gedung 256,32 M2 dengan
panjang 17,8 M2 dan lebar 14,4 M2. Sebelum Puskesmas berdiri, telah ada Balai
Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA) yang berfungsi melayani kesehatan ibu dan anak
termasuk pelayanan Keluarga Berencana (KB) seiring perkembangan jaman dan
semakin meningkatnya pertumbuhan penduduk yang berdampak pada pelayanan
kesehatan maka berdirilah Puskesmas Kelurahan Pondok Labu pada tahun 1976,
berlokasi di. Jl. Kelurahan Lama RT/RW 003/07 kecamatan Cilandak, Jakarta
Selatan dengan jumlah tenaga kerja adalah 14 orang yaitu sebagai berikut.

Tabel 8. Data Tenaga Kerja Puskesmas Kelurahan Pondok Labu


No

Nama

1
2

drg. Hj Yosida
drg. Ira
Mustika

Pendidikan
S 1 Dokter Gigi
S 1 Dokter Gigi

Agama
Islam
Islam

Jenis
Kelamin
Perempuan
Perempuan

Gol

Status

Jabatan

IV A
-

PNS
PNS

Kepala Puskesmas
Penjab. Kesmas,
UPG, CR, UKGS,
dan UKGM
15

dr. Erwin

Nurrachman
dr.Heni Aryani

5
6

Asniar
Muthia

Kumala
Andri

S 1 Dokter Umum
S 1 Dokter Umum
SPHH
D3 Kebidanan
D3 Keperawatan

Islam
Islam
Islam
Islam
Islam

Laki-Laki
Perempuan
Perempuan
Perempuan
Laki-laki

III C
II C
II C

TKK

Penjab MR,

TKK

Yankes, dan jiwa


Penjab Lansia dan

PNS
PNS

UPU
Penjab Kesling
Penjab Imunisasi

PNS

dan gizi
Penjab Promkes,

Purnamadi

UKS, PM, dam


II A
-

PNS
TKK

GOB
Perawat Gigi
Penjab UPO

Laki-laki
Laki-laki
Laki-laki

TKK
TKK
TKK

Penjab loket
Loket
Penjab tata usaha

Perempuan

TKK

Penjab KIA dan

8
9

Murdilah
Arie

AKG
SMF

Islam
Islam

Perempuan
Laki-laki

10
11
12

Purwoningtyas
Ahmad Taufik
Solichin
Candra

SMK
SMK
D3 Managemen

Islam
Islam
Islam

13

Kurniawan
Siti Fatimah

informatika
D3 Kebidanan

Islam

14

Neni Ariyani

Islam

Perempuan

KB
Penjab RTD, CHN,
dan diare

3.1.2.2.

Sarana Fisik
Puskesmas Kelurahan Pondok Labu terletak di Wilayah Kecamatan Cilandak,
tepatnya di Jalan kelurahan lama no. 2 RT 003/07. Luas Bangunan 256,32 M 2 ( 1
lantai ) memiliki sarana fisik yang terdiri dari :
Loket
Ruang Kerja Kepala Puskesmas
Ruang Kerja KB/KIA/Imunisasi/Gizi
Ruang MTBS
Gudang Obat
Ruang tunggu
Toilet pegawai
Apotik
Ruang pelayanan UPG
Ruang pelayanan UPU/RTD
Ruang Tindakan

3.1.2.3.

Sarana Penunjang
Untuk menunjang berbagai sarana fisik yang ada, puskesmas kelurahan
Pondok Labu memiliki sarana penunjang yaitu sebagai berikut.
Sumber Air
: Pompa
16

3.1.2.4.

Listrik
AC
Kipas
Telepon
Faximile
Microphone TOA
Komputer Set
Printer
Sepeda Motor

: Daya 7700 watt


: 5 unit
: 1 unit
: 2 unit
: 1 unit
: 2 unit
: 4 unit
: 3 unit
: 1 unit

Sumber Dana
Untuk anggaran Pelayanan kesehatan berasal dari Puskesmas Kecamatan dari
mulai perlengkapan dan peralatan kesehatan. Sedangkan untuk operasional harian
berasal dari Puskesmas Kelurahan Pondok Labu sendiri.

3.1.3. Data 10 Besar Penyakit Terbanyak di Puskesmas Kelurahan Pondok Labu


Tabel 9. Data Penyakit Terbanyak di Puskesmas
Kelurahan Pondok Labu Selama Tahun 2014
NO

KODE PENYAKIT

NAMA PENYAKIT

JUMLAH KASUS

1302

Infeksi Akut lain Pernafasan Atas

4932

12

Peny. Darah Tinggi

2453

22

Penyakit Lainnya

3961

1502

Penyakit

0102

Pengikat

495

1301

Diare

184

2001

Tonsilitis

544

1504

Penyakit Kulit Infeksi

381

1005

Gangguan

10

1505

Penyakit Lainnya

Pulpa

Gigi

dan

&

Jaringan

Jaringan

3290

295
124

Penyakit Mata Lainnya


11

1503

Penyakit Rongga Mulut, Kelenjar

797

12

0406

Ludah Rahang dan Linnya

48

Gingivitis dan Penyakit


Periodental
Cacar air
17

JUMLAH KASUS

17504

Dari data diatas didapatkan diagnosis terbanyak yang didapatkan di Puskesmas


Kelurahan Pondok Labu adalah ISPA dengan jumlah kasus sebanyak 4932 kasus.
3.2.
DATA KHUSUS PUSKESMAS KELURAHAN PONDOK LABU
3.2.1. Visi, Misi dan Strategi Puskesmas Kelurahan Pondok Labu
3.2.1.1.
Visi
Visi puskesmas Kelurahan Pondok Labu adalah Mewujudkan puskesmas
Kelurahan Pondok Labu menjadi pusat pelayanan yang bermutu dengan tenaga
profesional dan dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat Visi diatas
bermakna bahwa :
1) Puskesmas Kelurahan Pondok Labu diharapkan dapat memberi
pelayanan bermutu sesuai prosedur mutu yang telah disepakati dan
sesuai dengan standard mutu professional, dapat dipertanggung
jawabkan, aktualisasi dan terus menerus mengadakan perbaikan
disemua unit pelayanan
2) Dapat melayani masyarakat dengan menempatkan tenaga professional
sesuai

dengan

kompetensi

dan

keahliannya

sehingga

dapat

memberikan kepuasan kepada pelanggan,


3) Puskesmas Kelurahan Pondok Labu berharap dengan memberikan
pelayanan yang bermutu dengan tarif yang relatif murah sesuai Perda
sehingga dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat dari
kalangan ekonomi lemah, sedang bahkan kalangan atas.
3.2.1.2.

Misi
1) Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan SDM dengan mengikuti
pelatihan-pelatihan, pendidikan-pendidikan, seminar-seminar dan kursuskursus menuju profesionalisme
2) Meningkatkan daya saing dengan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada
disekitarnya
3) Meningkatkan disiplin dan kinerja karyawan
4) Mengembangkan sarana dan prasarana sesuai dengan standar pelayanan
untuk memuaskan pelanggan,
5) Menggalang kemitraan dengan masyarakat dan lintas sektoral yang
berhubung dengan bidang kesehatan.
Strategi
Untuk terselenggaranya berbagai upaya kesehatan perorangan dan kesehatan

3.2.1.3.

masyarakat yang sesuai dengan azas penyelenggaraan, Puskesmas perlu didukung


18

oleh manajemen puskesmas yang baik yang terdiri dari Perencanaan, Pelaksanaan,
Pengendalian dan Pengawasan serta adanya Evaluasi.
1) Perencanaan
a. Menyusun Usulan Kegiatan
Yaitu proses penyusunan Rencana Tahunan Puskesmas untuk
mengatasi masalah kesehatan di wilayah kerja Puskesmas
Kelurahan Pondok Labu yang tertuang dalam RDASK
(Rencana Dokumen Anggaran Satuan Kerja). Usulan kegiatan
ini dilakukan dengan memperhatikan berbagai kebjakan yang
berlaku baik Nasional maupun Daerah dan disusun dalam
bentuk Matriks yang berisikan rincian kegiatan, tujuan, sasaran,
waktu, lokasi perkiraan kebutuhan, biaya dan sumber biaya
untuk setiap kegiatan.
2) Pelaksanaan
a. Pengorganisasian
Berupa penentuan penanggungjawab program dan
pelaksana serta menyusun jadwal kegiatan bulanan
untuk tiap petugas sesuai dengan rencana pelaksanaan
yang telah disusun.
b. Penyelenggaraan
Menyelenggarakan kegiatan sesuai dengan jadwal yang teah
ditetapkan
3) Pemantauan / Pengendalian
Untuk meningkatkan kerjasama dalam tim antar petugas Puskesmas
dalam rangka pemantauan hasil kegiatan dan mutu pelayanan
kesehatan, maka setiap bulan dilakukan kegiatan Minilokakarya dan
rapat staf. Setiap masalah atau hambatan yang ditemukan pada setiap
kegiatan dibahas bersama-sama serta kemudian disusun rencana
kegiatan bulan berikutnya. Sedangkan untuk lintas sektoral dilakukan
dalam rapat koordinasi di kelurahan.
4) Evaluasi
Dilakukan pada setiap akhir tahun anggaran. Masalah yang ditemukan
disusun dalam skala prioritas dan digunakan sebagai bahan dalam
penyusunan rencana kegiatan.
1.

3.2.2. Program Pokok Puskesmas


Upaya Kesehatan Wajib Puskesmas
Upaya kesehatan wajib puskesmas adalah upaya yang ditetapkan
berdasarkan komitmen nasional, regional, dan global, serta yang
19

mempunyai daya tingkat tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan


masyarakat. Upaya kesehatan wajib ini harus diselenggarakan oleh
setiap puskesmas yang ada di wilayah Indonesia. Upaya kesehatan
wajib tersebut adalah :
Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta Keluarga
Berencana (KB)
Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat
Upaya Kesehatan Lingkungan
Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit (P2P)
Promosi Kesehatan
Upaya Pengobatan
Upaya Kesehatan Pengembangan
Upaya kesehatan pengembangan puskesmas adalah upaya yang

2.

ditetapkan

berdasarkan

permasalahan

kesehatan

yang

ditemukan di masyarakat serta yang disesuaikan dengan


kemmapuan puskesmas. Upaya kesehatan pengembangan
dipilih dari daftar upaya kesehatan pokok puskesmas yang telah

3.

ada yakni:
Upaya Kesehatan Sekolah
Upaya Kesehatan Jiwa
Upaya Perawatan Kesehatan masyarakat
Upaya Kesehatan Usia Lanjut
Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional
Upaya Kesehatan Olah Raga
Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut
Upaya Kesehatan Penunjang
Apotek

3.2.3. Struktur Organisasi dan Deskripsi Kerja Puskesmas


3.2.3.1.
Struktur Organisasi Puskesmas Kelurahan Pondok Labu
Gambar 2. Struktur Organisasi Puskesmas Kelurahan Pondok Labu

20

3.2.3.2.

Deskripsi Kerja Puskesmas Kelurahan Pondok Labu


ii. Deskripsi Kerja
Sesuai dengan ketentuan yang berlaku, maka di tetapkan tugas
organisasi diatas sebagai berikut :
1) Kepala Puskesmas
Adapun tugas dan tanggung jawab Kepala Puskesmas adalah
sebagai berikut :
a. Sebagai kepala puskesmas memindahkan pegawai antar
unit
b. Membina pengaturan operasional sesuai kebijakan
manajemen puskesmas
c. Melaksanakan dan mengkoordinasi kegiatan yankes dan
d.
e.
f.
g.
h.

kesmas,
Koordinasi kegiatan lintas program dan lintas sektoral,
Melaksanakan pelayanan di UPG,
Melaksanakan kegiatan UKGS dan UKGM,
Memimpin rapat / minlok di puskesmas
Mensosialisasikan hasil rapat lintas program dan
sektoral,
21

i. Memberi penilaian kinerja karyawan puskesmas


j. Memonitor dan menandatangani laporan hasil kegiatan
k. Memelihara menjaga dan bertanggung jawab atas
sarana dan prasarana yang ada di Unitnya
2) Manajemen Revantitif / MR
Adapun tugas dan tanggung jawab Manajemen Revantitif adalah
sebagai berikut
1. Membuat Kerangka Acuan kegiatan Mutu
2. Memimpin Rapta Persiapan Audit Internal
3. Memimpin Rapat persiapan Audit Eksternal
4. Melaksanakan Tinjauan Manajemen
5. Melaksanakan Audit Eksternal Oleh Badan Sertifikasi
6. Melaksanakan Temu Pelanggan
7. Melaksanakan Survei Kepuasan Pelanggan
3) Penanggung Jawab Tata Usaha / TU
Adapun tugas dan tanggung jawab Tata Usaha adalah sebagai
berikut :
1.
2.
3.
4.

Bertanggung jawab atas semua urusan ketatausahaan


Membuat laporan tahunan
Melaksanakan administrasi umum/ surat menyurat.
Membantu pengetikan untuk karyawan yang

membutuhkan
5. Melaksanakan program SIK
6. Membantu membuat Rujukan Askes
7. Memelihara, menjaga dan bertanggung jawab atas
sarana dan prasarana di unitnya.
8. Bertanggung jawab atas semua urusan kepegawaian.
9. Melaksanakan monitoring barang milik daerah.
10. Mengawasi semua keuangan di puskesmas.
4) Dokter Umum
Tugas pokok: Mengusahakan agar pelayanan pengobatan di
wilayah kerja Puskesmas dapat berjalan dengan baik.
Fungsi :
1. Mengawasi pelaksanaan pelayanan obat di Puskesmas.
2. Memberikan pelayanan pengobatan di wilayah kerja
Puskesmas baik di Puskesmas, Pustu atau Pusling.
3. Memberikan bimbingan, edukasi dan motivasi kepada
penderita dan masyarakat.
4. Membantu membina kerjasama lintas sektoral dalam
pengembangan peran masyarakat.
5. Melakukan pencatatan dan pelaporan.
5) Dokter Gigi
Tugas Pokok
: Mengusahakan agar pelayanan kesehatan gigi
dan mulut di wilayah kerja Puskesmas agar dapat berjalan dengan
baik.
22

Fungsi :
1. Mengawasi pelaksanaan kesehatan gigi di Puskesmas.
2. Memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di
dalam wilayah kerja Puskesmas secara teratur.
3. Supervisi dan bimbingan teknis pada program gigi di
Puskesmas.
4. Memberikan penyuluhan kesehatan gigi pada penderita
dan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas.
5. Membantu dan membina kerjasama lintas sektoral
dalam pengembangan peran serta masyarakat.
6. Memberikan penyuluhan kesehatan.
7. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan.
6) Perawat Gigi
Tugas Pokok
: Melaksanakan pelayanan kesehatan gigi di
puskesmas.
Fungsi :
1. Membantu dokter gigi dalam pelayanan kesehatan di
puskesmas.
2. Memeriksa, menambal, membersihkan karang gigi dan
mengobati gigi yang sakit.
3. Merujuk kasus yang perlu ditindak lanjuti dari seorang
dokter gigi.
4. Melaksanakan UKS (Usaha Kesehatan Sekolah) dan
UKGS (Usaha Kesehatan Gigi Sekolah).
5. Melaksanakan kunjungan kesehatan gigi.
7) Petugas Puskesmas
Tugas Pokok
: Melaksanakan dan mengkoordinir pelaksanaan
kegiatan Perkesmas di wilayah kerja Puskesmas agar berjalan
dengan baik.
Fungsi :
1. Melaksanakan kegiatan Perkesmas baik di dalam
maupun luar gedung.
2. Menyiapkan blanko-blanko dan pencatatan untuk
kegiatan Perkesmas.
3. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan.
4. Memantau masyarakat/kasus-kasus rawan kesehatan di
wilayah kerja Puskesmas.
5. Melakukan pendataan sasaran secara periodik.
8) Petugas Pengobatan
Tugas pokok :
1. Melaksanakan pengobatan rawat jalan di wilayah
Puskesmas.
23

2. Memeriksa dan mengobati penyakit menular secara


pasif atas delegasi dari dokter.
3. Melaksanakan penyuluhan kesehatan.
4. Melakukan rujukan kasus bila tidak mampu mengatasi.
5. Melakukan pencatatan dan pelaporan.
6. Melakukan kegiatan Puskesmas.
7. Ikut dalam kegiatan Puskesling dan Pustu.
9) Petugas P2M
Tugas pokok : Melaksanakan dan mengkoordinir kegiatan
pencegahan dan pemberantasan penyakit menular di wilayah
kerja Puskesmas.
Fungsi :
1. Melaksanakan pengamatan penyakit di wilayah kerja
Puskesmas.
2. Melaksanakan

tindakan

pemberantasan

penyakit

menular.
3. Melaksanakan penyuluhan kesehatan tentang penyakit
menular.
4. Melakukanpenyuluhan, pencatatan dan pelaporan.
5. Melakukan pengobatan terhadap penderita penyakit
menular atas delegasi dari dokter.
6. Melakukan kunjungan rumah.
7. Ikut dalam kegiatan Puskesling dan kegiatan terpadu
lain yang terkait P2P.
8. Memberikan penyuluhan kesehatan.
9. Melakukan pencatatan dan pelaporan.
10) Petugas KIA
Tugas Pokok
: Melaksanakan kegiatan pelayanan KIA di
wilayah kerja Puskesmas agar dapat berjalan dengan baik.
Fungsi :
1. Melaksanakan pemeriksaan secara berkala ibu hamil,
2.
3.
4.
5.
6.

ibu menyusui, bayi, dan anak.


Mengatur dan menjaga tempat kerja dengan rapi.
Memberikan jelang imunisasi pada bayi dan ibu hamil.
Melakukan pembinaan dukun bayi.
Melakukan pembinaan kepada bidan desa.
Melaksanakan kegiatan Posyandu dan kegiatan terpadu

lain yang terkait dengan KIA.


7. Melakukan penyuluhan kesehatan.
8. Melakukan pencatatan dan pelaporan.
9. Melakukan rujukan kasus bila tidak mampu mengatasi.
11) Petugas Gizi
Tugas pokok: Melaksanakan kegiatan dan mengkoordinir
perbaikan gizi di wilayah kerja Puskesmas.
24

Fungsi :
1. Melaksanakan pemberian makanan tambahan.
2. Memantau keadaan gizi di masyarakat khususnya
kasus-kasus kurang gizi.
3. Membantu meningkatkan kerja sama lintas sektoral
4.
5.
6.
7.

terkait dengan gizi.


Memberikan penyuluhan gizi, melatih kader gizi.
Melakukan pencatatan dan pelaporan.
Melakukan pembagian vitamin A secara periodik.
Melakukan monitoring garam beryodium secara

periodik.
8. Melakukan pembinaan Posyandu.
9. Melakukan rujukan kasus gizi.
12) Petugas Sanitarian
Tugas pokok: Merubah, mengendalikan atau menghilangkan
semua unsur fisik dan lingkungan yang memberikan pengaruh
buruk terhadap kesehatan masyarakat.
Fungsi :
1. Penyuluhan terhadap masyarakat tentang penggunaan
air bersih, jamban keluarga, rumah sehat, kebersihan
lingkungan dan pekarangan.
2. Membantu masyarakat dalam pembuatan sumur,
perlindungan mata air, penampungan air hujan dan
sarana air bersih lainnya.
3. Pengawasan higiene, perusahaan dan tempat tempat
umum.
4. Melakukan pencatatan dan pelaporan.
5. Aktif memperkuat kerjasama lintas sektoral.
6. Ikut serta dalam Puskesling dan kegiatan terpadu yang
terkait dengan H.S.
7. Memberikan penyuluhan kesehatan.
8. Pengawasan, penyehatan perumahan.
9. Pengawasan pembuangan sampah.
10. Pengawasan makanan dan minuman.
11. Pembuatan SPAL (Sistem Pembuangan Air Limbah)
13) Pelayanan Imunisasi
Tugas pokok: Merubah, mengendalikan atau menghilangkan
semua unsur fisik dan lingkungan yang memberikan pengaruh
buruk terhadap kesehatan masyarakat.
Fungsi :
1. Penyuluhan terhadap masyarakat tentang penggunaan
air bersih, jamban keluarga, rumah sehat, kebersihan
lingkungan dan pekarangan.
25

2. Membantu masyarakat dalam pembuatan sumur,


perlindungan mata air, penampungan air hujan dan
sarana air bersih lainnya.
3. Pengawasan higiene, perusahaan dan tempat tempat
umum.
4. Melakukan pencatatan dan pelaporan.
5. Aktif memperkuat kerjasama lintas sektoral.
6. Ikut serta dalam Puskesling dan kegiatan terpadu yang
terkait dengan H.S.
7. Memberikan penyuluhan kesehatan.
8. Pengawasan, penyehatan perumahan.
9. Pengawasan pembuangan sampah.
10. Pengawasan makanan dan minuman.
11. Pembuatan SPAL (Sistem Pembuangan Air Limbah)
14) Petugas Apotek
Tugas pokok: Menerima resep, memeriksa, meracik dan
membungkus dan memberikan obat
Fungsi :
1. Melaksanakan sebagian kegiatan pengelolaan obat
yang

meliputi

peresepan,

pembungkusan

dan

pemberian obat pada pasien.


2. Membantu pelaksanaan kegiatan petugas gudang obat.
3. Membantu dalam penyimpanan obat dan administrasi
dari obat di apotek.
4. Membantu distribusi obat ke Puskesling, Pustu, dan
PKD.
5. Melakukan pencatatan dan pelaporan obat.
6. Mengatur kebersihan dan kerapihan kamar obat.
15) Petugas Pendaftaran
Tugas Pokok: Melakukan proses pelayanan di loket
pendaftaran pada semua pengunjung Puskesmas
Fungsi :
1. Melakukan pelayanan pendaftaran secara berurutan.
2. Memberikan penjelasan kepada pasien tentang proses
pendaftaran.
3. Memberikan gambar status/catatan medis untuk setiap
pasien.
4. Mencatat semua kunjungan pasien pada buku.
5. Menata kembali dengan rapi status yang sudah
dipergunakan hari tersebut.
6. Melakukan pencatatan dan pelaporan.
3.3.
PROGRAM POKOK PUSKESMAS KELURAHAN PONDOK LABU
3.3.1. Upaya Kesehatan Wajib
26

3.3.1.1.

Kesehatan Ibu dan Anak


Pelayanan kesehatan Ibu dan Anak merupakan upaya di bidang kesehatan
yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu
menyusui, bayi dan anak balita serta anak pra sekolah. Tujuan dari program
kesehatan ibu dan anak adalah tercapainya kemampuan hidup sehat melalui
peningkatan derajat kesehatan yang optimal bagi ibu menuju NKKBS (Norma
Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera) serta meningkatkan derajat kesehatan anak
untuk menjamin proses tumbuh kembang optimal yang merupakan landasan bagi
peningkatan kualitas manusia seutuhnya.

Tabel 10. Hasil Kegiatan Pelayanan KIA Puskesmas Pondok Labu Mei Juni 2015
No.

1
2

Target
(%)

Cakupan
kunjungan bumil
K4
Ibu hamil dengan
komplikasi yang
ditangani
(PONED)
Cakupan
pertolongan
persalinan oleh
tenaga
kesehatan

Sasaran
1 Tahun

Sasaran
Bulan
Berjalan

Cakupan
Kegia
tan

Pencapaian
(%)

Persen
(%)

95

966

80

185

77,08

81,14

85

193

16

53

110,41

129,89

69

152

73,43

78,96

152

73,43

78,96

93

833

Kunjungan nifas

93

833

69

Kunjungan balita

90

3503

292

No
1
2
3
4
5
6

Indikator

647

73,86

82,07

Tabel 11. Cakupan Kunjungan Perawatan Ibu Hamil Di Wilayah Puskesmas


Kelurahan Pondok Labu Tahun 2014
SASAR
KUNJUNGAN BUMIL
DETEKSI
SASA AN
K1
K4
. RESTI
RAN BUMIL
RW
Abs
Abs
BUMI RESTI
Abs.
%
%
%
.
.
L
01
110
22
110
11,4
108
11,2
22
11,4
02
110
20
110
11,4
107
11,1
20
10,4
03
98
17
98
10,1
95
9,8
17
8,8
04
85
15
85
8,8
80
8,3
15
7,8
05
70
12
70
7,3
65
6,7
12
6,2
06
50
8
50
5,2
35
3,6
8
4,2
27

7
07
8
08
9
09
10 010
Jumlah

120
88
120
115
966

30
16
28
25
193

120
88
120
115
966

12,4
9,1
12,4
11,9
100

118
85
117
110
920

12,2
8,8
12,1
11,4
95,2

30
16
28
25
193

15,5
8,3
14,5
12,9
100

Tabel 12. Jumlah Bayi yang di Imunisasi Setiap Bulan Pada Tahun 2014
DPT
No

Bulan

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember

DPT1
60
63
61
196
45
49
52
53
52
57
52
72

Polio
Polio
Polio 1
4
59
58
60
58
61
57
220
172
43
38
45
39
45
37
47
38
47
39
45
45
49
45
72
74

DPT
3
59
60
60
172
38
41
37
38
39
48
52
68

BCG

Campa
k

HB0-7

65
61
62
220
43
45
43
43
44
48
52
70

61
64
61
176
43
39
43
45
43
49
48
75

50
52
60
1
34
0
0
0
52
51
59
73

Imunisasi terhadap bayi di lakukan di posyandu dan di dalam puskesmas dan di tempattempat praktek bidan dan dokter anak.
Tabel 13. Penanganan Balita SKDN Selama Tahun 2014
No

BULAN

SKDN
S

% D/S

% N/S

% N/D

1
2

Januari
Februari

1911
1911

1911
1911

1823
1823

845
845

K/S
100
100

95
95

44
44

46
46

Maret

1907

1907

1615

848

100

85

44

53

April

1807

1807

1582

775

100

88

43

49

Mei

1902

1902

1656

847

100

87

45

51

Juni

1902

1902

1659

847

100

87

45

51

Juli

1902

1902

1769

847

100

93

45

48

Agustus

1951

1951

1757

1036

100

90

53

59

September

1850

1850

1553

810

100

84

44

52

10

OKTOBER

1895

1895

1568

758

100

83

40

48

11

NOVEMBER

1949

1949

1949

203

100

100

10

10

12

DESEMBER
Total

1845

1845

1698

1129

100

92

61

66

2273

2273

2045

9790

100

90

43

48

28

Tabel 14. Cakupan Distribusi Vitamin A Anak Balita di Wilayah Kelurahan Pondok
Labu Tahun 2010
N

RW

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

01
02
03
04
05
06
07
08
09
010
jumlah

FEBRUARI
Sasaran
Distribusi

AGUSTUS
Sasaran
Distribusi

CAKUPAN

6
-11
bula
n

12
-60
bula
n

6
11
bula
n

12
-60
bula
n

6
-11
bula
n

12
-60
bula
n

6
-11
bula
n

12
-60
bula
n

VIT A (%)
6
12
-11
-60
bula
bula
n
n

93
90
89
88
78
68
98
85
95
93
877

275
270
268
260
215
188
315
250
300
285
262

93
90
89
88
78
68
98
85
95
93
877

275
270
268
260
215
188
315
250
300
285
262

93
90
89
88
78
68
98
85
95
93
877

275
270
268
260
215
188
315
250
300
285
262

93
90
89
88
78
68
98
85
95
93
877

275
270
268
260
215
188
315
250
300
285
262

10,6
10,3
10,1
10,0
8,9
7,8
11,2
9,7
10,8
10,6
100

10,5
10,3
10,2
9,9
8,2
7,2
11,9
9,5
11,4
10,9
100

Hasil cakupan distribusi Vitamin A pada Februari dan Agustus 2010 adalah 100%.
3.3.1.2.

Keluarga Berencana
Keluarga Berencana (KB) merupakan perencanaan kehamilan, jarak antara
kehamilan diperpanjang dan kelahiran selanjutnya dapat dicegah apabila jumlah
anak telah mencapai yang dikehendaki.
Tujuan KB dapat dibagi 2, yaitu:
Tujuan umum
Untuk lebih meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak serta
meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dalam rangka mewujudkan

keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera (NKKBS).


Tujuan khusus
a) Agar dapat menurunkan angka mortalitas dan morbiditas ibu dan anak.
b) Untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran ibu akan pentingnya
memelihara kesehatan ibu dan bayi selama kehamilan.

Tabel 15. Pencapaian Peserta KB Wilayah Kelurahan Pondok Labu Tahun 2013
No

RW

SASARAN
IUD

1
2
3
4
5

01
02
03
04
05

185
150
102
89
57

18
12
10
9
30

JENIS KONTRASEPSI
MOP/ Implant Suntik
Pil
W
1
20
131
10
1
15
102
15
7
64
18
6
64
7
5
20
2

Kondo
m
5
5
3
3
0

JML PB

185
150
102
89
57

13,1
10,7
7,2
6,3
4,1

29

6
7
8
9
10

06
07
08
09
10
Jumla
h

45
335
65
135
245
1408

15
80
10
23
17
224

1
1
4

2
25
10
15
18
123

27
200
35
75
203
921

1
21
8
19
6
10
7

0
8
2
2
1
29

45
335
65
135
245
1408

3,2
23,8
4,6
9,6
17,4
100

Pencapaian tertinggi kunjungan pasien KB adalah pada RW 07 dengan jumlah 335 akseptor,
sedangkan yang terendah pada RW 6, yaitu 45 akseptor. Kontrasepsi yang terbanyak dipilih
peserta KB adalah suntikan sebesar 921 akseptor, sedangkan kontrasepsi yang jarang dipilih
adalah MOP/MOW.
3.3.1.3.

Upaya Perbaikan Gizi Masyrakat


Tujuan dari program perbaikan gizi adalah untuk menurunkan angka penyakit
akibat kurang gizi yang umumnya diderita oleh masyarakat berpenghasilan
rendah, terutama balita dan wanita. Kegiatan gizi terdiri dari konseling gizi,
pemberian vitamin A dosis tinggi pada balita dan ibu hamil, pemberian kapsul
yodium pada ibu nifas dan anak, kunjungan rumah BGM dan gizi buruk.

No

Tabel 16. Status Gizi Anak Balita (umur 0 5 tahun) di Puskesmas Wilayah
Kelurahan Pondok Labu tahun 2013
STATUS GIZI
BGM
GIZI LEBIH
RW
GIZI BAIK
GIZI KURANG

01

202

02

303

03

371

04

82

05

45

06

07

140

08

90

09

343

10

010

211

30

Jumlah

1787

21

30

Tabel 17. Prevalensi Kurang Energi Protein (KEP) pada Balita (umur 0 5 tahun)
di Puskesmas Kelurahan Pondok Labu tahun 2013
BALITA DENGAN
No

RW

1
2
3
4
5

01
02
03
04
05

BGM

Gizi Buruk

3
2
-

3
2
BALITA DENGAN

No

RW

6
7
8
9
10

06
07
08
09
010
Jumlah

BGM

Gizi Buruk

1
6

1
6

Mengenai pemberian Makanan Tambahan., pada balita yang berada di garis merah maka akan
diadakan tindakan lanjutan yaitu pemberian makanan tambahan dan dilakukan pemulihan
dilaksanakan untuk 5 Balita Gizi Buruk selama 90 hari.
3.3.1.4.

Upaya Kesehatan Lingkungan


Kegiatan Penyehatan Lingkungan meliputi :

1. Pembinaan Masyarakat Pemukiman

Pemerikasaan air bersih yang dilakukan secara sampling. Hasil


pemeriksaan ini dikirimkan kembali kepada yang bersangkutan

Penyuluhan

Pendataan secara rutin oleh petugas mengenai lingkungan

2. Pembinaan Masyarakat Sekolah

Pemeriksaan tempat penampungan air dan penggunaan air bersih secara


teratur oleh petugas

Penyuluhan tentang masalah kesehatan

Pemeriksaan Gigi Rutin (UKGS)

Pemeriksaan kecacingan pada sekolah tertentu

Pemberian ABATE pada sekolah berjentik

Pemerikasaan tempat tempat pembuangan sampah

31

Pemeriksaan pengelolaan warung sehat / warung sekolah yang dilakukan

oleh petugas.
3. Pembinaan Masyarakat Khusus

Pembinanan tempat-tempat umum yang dilakukan oleh petugas dari


puskesmas kelurahan bersama dengan petugas puskesmas kecamatan

Pemerikasaan dan pembinaan dilakukan pada :


- Tempat-tempat umum
- TPM
- Home Industry

3.3.1.5.

Promosi Kesehatan
Jumlah sasaran penyuluhan Promosi Kesehatan di luar gedung Puskesmas di
wilayah Kelurahan Pondok Labu adalah sebagai berikut.
Tabel 18. Jumlah Masyarakat Sasaran Penyuluhan Promosi Kesehatan Di
Wilayah Puskesmas Kelurahan Pondok Labu Tahun 2013

No

RW

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

01
02
03
04
05
06
07
08
09
010
Jumlah

SASARAN PENYULUHAN
Tokoh
Masyarakat Masyarakat
Masyarakat
Umum
Sekolah
3
8
4
6
6
12
20
30
14
20
123

351
425
285
322
216
136
222
244
385
512
3098

20
4
16
4

JUMLAH
374
437
305
332
222
156
254
274
407
536
3297

8
12
8
4
76

Tabel 19. Jumlah Sasaran Penyuluhan Promosi Kesehatan Per Materi Di Luar
Gedung Puskesmas Di Wilayah Puskesmas Kelurahan Pondok Labu Tahun 2013
N
o

MATERI

RW
01

02

03

04

05

06

07

08

09

010

KIA

12

36

18

12

12

24

12

13

KB

12

36

24

12

10

12

12

36

36

Gizi

36

12

12

24

Imunisasi

24

12

48

12

24

12

14

12

Diare

32

DBD

AIDS

1
0

Rokok/Narko
ba

1
4
2
1

TBC

Lain-lain

Tabel 20. Frekuensi Penyuluhan Per Materi Di Dalam Gedung Puskesmas Di


Wilayah Kelurahan Pondok Labu Tahun 2013
N
o.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
1
0
1
1
1
2
1
3
1
4
1
5
1
6
1
7
1
8
1
9
2
0
2
1

3.3.1.6.

Materi

Dalam Puskesmas Pondok Labu

KIA
KB
Gizi
Imunisasi
Diare
DBD
AIDS
Hepatitis
ISPA
Rokok/Narkob
a
Kanker

12
3
2
48
-

Degeneratif

Kesling

TBC

24

Kusta

Gigi & Mulut

Kes. Mata

Kes. Jiwa

Kes. Kerja

Kecacingan

Lain-lain

JUMLAH

89

Upaya Pengobatan

33

Upaya pengobatan adalah upaya untuk menghilangkan penyakit dan gejalanya,


yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dengan cara dan yang khusus untuk
keperluan tersebut.
Pada program pengobatan, keberhasilan program dapat dilihat dengan menilai
jumlah kasus yang ada. Kunjungan ini dapat dibagi menjadi 3 kriteria yang
merupakan indikator kinerja kerja pada program pengobatan, yaitu:
1. Kasus baru: pernyataan diagnosa pertama kali oleh dokter/paramedis bahwa
seseorang menderita penyakit tertentu.
2. Kasus lama: kunjungan kedua suatu kasus baru penyakit yang sama dalam satu
periode penyakit yang bersangkutan.
3. Kunjungan kasus lama: kunjungan ketiga dan seterusnya suatu kasus (lama)
penyakit yang masih dalam periode penyakit yang bersangkutan. Untuk
penyakit menahun adalah kunjungan kedua dan seterusnya pada tahun
berikutnya. Frekuensi kunjungan adalah rata-rata jumlah kunjungan setiap kasus
ke puskesmas dan jaringannya sampai sembuh.
Tabel 21. Jumlah Kunjungan Unit Pelayanan Umum
Puskesmas Kelurahan Pondok Labu Tahun 2014
UPU
BULAN

UMUM

BPJS

TOTAL

JANUARI

287

389

212

293

499

682

FEBRUAR
I

335

461

237

371

572

832

MARET

319

474

227

394

546

868

APRIL

305

426

264

423

569

849

MEI

267

348

275

367

542

715

JUNI

303

394

297

404

600

798

JULI

204

267

190

306

394

573

215

299

273

366

488

665

256

336

307

481

563

817

178

353

515

799

693

1152

AGUSTU
S
SEPTEME
R
OKTOBE
R

34

NOVEMB
ER
DESEMB
ER
JUMLAH

236

315

433

662

669

977

218

320

445

719

663

1039

3123

4382

3675

5585

6798

9967

3.3.1.7.

Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit


Karena kelurahan Pondok Labu merupakan wilayah rawan banjir maka diperlukan
upaya upaya dalam pencegahan dan pemberantasan penyakit. Terjadinya
genangan air di wilayah Kelurahan Pondok Labu, selain diakibatkan oleh hujan
yang terus menerus juga akibat banjir kiriman (luapan air) dari 2 (dua) kali/sungai
yang melalui wilayah Kelurahan Pondok Labu yaitu kali Krukut dan Kali Grogol.
Tingginya tingkat rawan banjir akan memicu tingginya kelurahan Pondok Labu
menjadi daerah rawan demam berdarah dengue /DBD. Pada saat ini seluruh RW
masuk dalam kategori endemis bahkan endemis tinggi dengan IR /100.000 diatas
50 penderita, Dibandingkan dengan data penderita pada tahun 2011 (32 kasus)
terjadi peningkatan kasus sebanyak 26 kasus sehingga tahun 2012 mencapai 52
penderita (38 %) .

Tabel 22. Penanggulangan Kasus DBD Di Kelurahan Pondok Labu Tahun 2013
PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI (PE)
NO
BULAN
P
M
Tidak
Bukan
(-)
(+)
ditemukan
DBD
1
Januari
9
5
2
2
2
Februari
9
1
5
2
1
3
Maret
9
2
5
2
4.
April
6
2
2
2
5
Mei
2
2
6
Juni
8
2
4
2
7
Juli
17
4
10
3
8
Agustus
9
September
5
3
2
10
Oktober
3
3
11
November
7
2
5
12
Desember
4
4
Keterangan: P: Penderita, M: Meninggal
3.3.2. Upaya Kesehatan Pengembangan
3.3.2.1.
Upaya Kesehatan Gigi Sekolah
Tabel 23. Jumlah SD Yang Mengikuti UKGS Di Wilayah Puskesmas Kelurahan
Pondok Labu Tahun 2014
N

TARGET

TAHAP II

TAHAP III
35

SD

Thp II

Thp III

10

%
9

100 % 100 %

Tabel 24. Jumlah Murid Yang Mendapatkan Pelayanan Preventif Dan Kuratif
Program UKGS Di Wilayah Kelurahan Pondok Labu Tahun 2014
KURATIF
Tambal Gigi
Cabut Gigi

N
o

Susu

Tetap

Susu

Tetap

20

276

PREVENTIF
Sikat gigi
Scaling
massal
59 Kelas

65

3.3.2.2.
Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut
Tabel 25. Jumlah Kunjungan Rawat Jalan Gigi Puskesmas Kelurahan Pondok
Labu Tahun 2014
N
o

Bulan

Januari

Februari

Maret

April

Mei

Juni

Juli

Agustus

Bumil
B L
3
30
5
2
18
8
3
21
7
6
19
3
4
25
4
4
20
8
3
17
5
5
10
0

Apras
B
L

Usia Sek.
B
L

Lain-lain
B
L

Jumlah
B
L

10

87

123

49

52

146

187

24

57

46

133

91

222

30

51

23

179

81

273

21

73

83

100

128

243

26

45

87

128

138

219

14

35

74

175

112

264

22

37

46

87

92

163

22

58

39

160

72

270
36

September

10

Oktober

11

November

12

Desember

5
6
6
9
7
6
5
2

22

73

40

177

71

314

16

69

57

174

82

318

19

72

34

111

60

263

21

46

57

86

85

191

Tabel 26. Jumlah Kunjungan Rawat Jalan Gigi Per Jenis Kunjungan Puskesmas
Kelurahan Pondok Labu Tahun 2014
Jenis kunjungan

N
o
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Bulan
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember

Umu
m
188
170
205
188
178
180
137
169
172
185
134
115

Askes

Gakin

KJS

65
46
82
82
69
68
52
60
63
77
79
57

3
5
3
1
-

80
96
88
98
105
125
65
113
150
138
110
110

Anak
SD
-

JUMLAH
333
312
375
371
357
376
255
342
385
400
323
282

Tabel 27. Jumlah Penyakit Gigi Dan Mulut Yang Berobat Ke Puskesmas Kelurahan
Pondok Labu Tahun 2014
N
o
1
2
3
4

Jenis Penyakit
Karies Gigi
Peny.Pulpa & jaringan periapikal
Gingivitis & jaringan periodontal
Gangguan gigi dan jaringan lain

Kode
Penyakit
1501
1502
1503
1504

Jumlah Kasus
BPG
UKGS
1294
54
3437
49
835
65
383
276
37

Penyakit rongga mulut lain


J U M LAH

1505

138
6087

444

3.3.3. Upaya Kesehatan Penunjang


3.3.3.1.
Apotik
Tabel 28. Jumlah Pemakaian 20 Obat Terbanyak Di Puskesmas Menurut Nama Obat
(Generik) Di Wilayah Kelurahan Pondok Labu Tahun 2014
JUMLAH
NAMA OBAT
ABSOLUT
%
Paracetamol Tablet
13809
4,77 %
CTM
31265
10,79 %
Amoksisilin 500mg
18417
6,36 %
Vit B Complek
27369
9,45 %
GG
12937
4,47 %
Vit C 50 mg
15411
5,32 %
Piridoksin
9865
3,41 %
B1
11936
4,12 %
Antasida Tablet
15723
5,43 %
Amoksisilin 250 mg
15426
5,32 %
Dexa Tab
4186
1,40 &
Antalgin
17430
6,02 %
B 12
7281
2,51 %
Asam Mefenamat
3803
1,31 %
Captropil 12,5 mg
23855
8,3 %
Ranitidine
4838
1,67 %
Ibuprofen
4377
1,51 %
SF
11179
3,26 %
Captropil 25 mg
19323
6,67 %
Ambroxol Tab
20281
7,00 &
jumlah
289711
100 %
Pemakaian obat terbanyak di Puskesmas Kelurahan Pondok Labu Tahun 2014 yaitu CTM
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

Tablet sebanyak 31.265 tablet.

38

BAB IV
METODE DIAGNOSTIK KOMUNITAS
4.1.

RANCANGAN DIAGNOSTIK KOMUNITAS


Jenis Penelitan ini adalah penelitian deksriptif, dimana penelitian dilakukan
dengan tujuan utama untuk memberikan gambaran mengenai suatu keadaan secara
objektif.
Tujuan dari rancangan penelitian dengan survey adalah untuk membuat
penilaian terhadap suatu kondisi dan penyelenggaraan suatu program dan hasilnya
digunakan untuk menyusun perencanaan perbaikan program.

4.2.

METODE DIAGNOSTIK
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah survey yang dilakukan pada

Bulan Mei 2015 Juli 2015 di Puskesmas Kelurahan Pondok Labu.


4.2.1. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan data
sekunder. Data Primer berasal dari Tanya-jawab mengenai program yang terkait
bersama dengan kepala program, kepala Puskesmas, dan warga yang mempunyai
balita dan mengunjungi Puskesmas Pondok Labu. Data Sekunder berasal dari
laporan PWS dari tiap kepala program yang bertanggung jawab di Puskemas
Kelurahan Pondok Labu.
4.2.2. Sumber Data
Sumber data yang digunakan merupakan laporan PWS (PemantauanWilayah
Setempat) di Puskesmas Kelurahan Pondok Labu selama tiga bulan terakhir (Mei
2015-Juli 2015) dan hasil wawancara dari pihak-pihak yang terkait.
4.2.3. Indikator Kesehatan
1. Pemantauan pertumbuhan anak usia 12 59 bulan minimal 8 kali dalam
setahun.
2. Pemantauan perkembangan anak usia 12 59 bulan minimal tiap 6 bulan
sekali.
3. Suplementasi vitamin A dosis tinggi 200.000 IU pada anak usia 12 59 bulan
2 kali per tahun (bulan Februari dan Agustus).

4.3.
LOKASI DAN WAKTU
4.3.1. Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan dari 31 Agustus 2015 9 Oktober 2015.
4.3.2. Tempat Penelitian

39

Penelitian akan dilaksanakan di Puskesmas Kelurahan Pondok Labu, Jakarta


Selatan.
4.4.
SAMPEL DIAGNOSTIK KOMUNITAS
4.4.1. Kriteria Inklusi
1. Usia 12 59 bulan
2. Orang tua bersedia untuk diwawancara dan mengisi kuesioner
3. Domisili tempat tinggal berada di wilayah kelurahan Pondok Labu
4.4.2. Kriteria Eksklusi
1. Usia < 12 bulan
2. Usia > 59 bulan
4.5.

ANALISIS KOMUNITAS
Data yang sudah terkumpul dari Puskesmas Pondok Labu di analisis secara
deskriptif dilakukan berdasarkan kerangka pemikiran pendekatan sistem yang diawali
dari input yang meliputi 5M yaitu, man, money, method, material, machine, kemudian
dilanjutkan dengan proses yang meliputi fungsi manajemen (P1,P2,P3) dan
manajemen mutu sehingga didapatkanlah output. Input dan proses dipengaruhi juga
oleh faktor lingkungan. Data kemudian diolah untuk mengidentifikasi permasalahan
dan mencari penyebab yang paling mungkin. Langkah selanjutnya menentukan
alternartif pemecahan masalah kemudian penetapan pemecahan masalah terpilih
dengan menggunakan kriteria matrix dengan rumus m.i.v/c. Selanjutnya menyusun
rencana kegiatan terpilih dan membuat plan of action (POA) dari rencana kegiatan
lalu dijadwalkan dalam sebuah Gant Chart.

BAB V
ANALISIS MASALAH
5.1.

ALUR PEMECAHAN MASALAH

40

Identifikasi
Masalah
Monitoring
dan Evaluasi

Penentuan
Prioritas
Masalah

Penentuan
Rencana
Penerapan

Penentuan
Penyebab
Masalah

Penentapan
Pemecahan
Masalah
Terpilih

Memilih
Penyebab
yang Paling
Mungkin

Menentukan
Alternatif
Pemecahan
Masalah
Gambar 3. Alur Pemecahan Masalah

Siklus pemecahan masalah adalah seperti berikut :


1. Identifikasi/ Inventarisasi masalah
Menetapkan keadaan spesifik yang diharapkan dan yang ingin dicapai, kemudian
menetapkan indikator tertentu sebagai dasar pengukuran kinerja. Untuk hal ini
digunakan format atau blanko SPM. Setelah itu adalah membandingkan antara hasil
kegiatan pelaksanaan pelayanan kesehatan dengan sasaran dan target yang sudah
ditentukan.
2. Penentuan prioritas masalah
Untuk mengetahui permasalahan, dapat dilakukan berbagai cara. Diantaranya
melakukan penelitian, mempelajari laporan, dan berdiskusi dengan para ahli. Namun
dalam penentuan masalah ini, metode yang kami gunakan adalah metode Hanlon.
3. Penentuan penyebab masalah
Analisis penyebab masalah merupakan kegiatan untuk mengaitkan masalah dengan
faktor-faktor penyebabnya. Beberapa metode untuk menganalisis penyebab masalah
41

antara lain fish bone analysis system (diagram tulang ikan), analisis sistem,
pendekatan H.L.Bloem, analisis epidemiologi, dan pohon masalah. Dalam hal ini,
kami menggunakan metode fish bone analysis untuk menentukan penyebab
masalahnya.
4. Memilih penyebab yang paling mungkin
Bertujuan untuk mengurangi faktor-faktor penyebab yang ada, antara lain dengan
cara:
a. Menetapkan tujuan dan sasaran
b. Mencari alternatif pemecahan masalah
Penyebab masalah yang paling mungkin harus dipilih dari sebab-sebab yang didukung
oleh data atau konfirmasi.
5. Menentukan alternatif pemecahan masalah
Seringkali pemecahan masalah dapat dilakukan dengan mudah dari penyebab yang
sudah diidentifikasi. Jika penyebab sudah jelas maka dapat langsung pada alternatif
pemecahan.
6. Penetapan pemecahan masalah terpilih
Setelah alternatif pemecahan masalah ditentukan, maka dilakukan pemilihan
pemecahan terpilih. Apabila diketemukan beberapa alternatif maka digunakan Hanlon
kualitatif untuk menentukan atau memilih pemecahan terbaik.
7. Penyusunan rencana penerapan
Rencana penerapan pemecahan masalah dibuat dalam bentuk POA (Plan of Action
atau Rencana Kegiatan).
8. Monitoring dan evaluasi
Ada dua segi pemantauan yaitu apakah kegiatan penerapan pemecahan masalah yang
sedang dilaksanakan sudah diterapkan dengan baik dan menyangkut masalah itu
sendiri, apakah permasalahan sudah dapat dipecahkan.
5.2.

KERANGKA PIKIR MASALAH


Dari hasil cakupan Standar Pelayanan Minimal (SPM) kegiatan Puskesmas
Kelurahan Pondok Labu bulan Mei hingga Juli 2015, yang masih menjadi masalah
dan perlu diupayakan pemecahannya dengan menggunakan kerangka pemikiran
pendekatan sistem adalah sebagai berikut :

42

INPUT
Man
Money
Method
Material
Machine

PROSES
P1
P2
P3

OUTCOME

OUTPUT

LINGKUNGAN
Fisik, Kependudukan, Sosial Budaya, Sosial Ekonomi, Kebijakan

Gambar 4. Kerangka Pemikiran Pendekatan Sistem


5.3.

IDENTIFIKASI CAKUPAN PROGRAM


Dari hasil analisis data Standar Pelayanan Minimal Puskesmas Kelurahan
Pondok Labu mulai bulan Mei hingga Juli 2015 didapatkan masalah karena
pencapaiannya kurang dari 100 % yaitu sebagai berikut.
Tabel 29. Cakupan Program yang Masih Bermasalah

Indikator

Target
(%)

Sasaran
1 Tahun

Sasaran
Bulan
Berjalan

Cakupan
Kegiatan

Pencapaian
(%)

95

966

80

185

Persen
(%)
77,08

93

833

69

152

73,43

Target
(%)

Sasaran
1 Tahun

Sasaran
Bulan
Berjalan

Kegiatan

Cakupan ibu nifas

93

833

69

152

Persen
(%)
73,43

Kelurahan
Universal Child
Imunization (UCI)

100

877

73

206

94,06

94,06

Cakupan
pelayanan anak

90

3503

292

647

73,86

82,07

Cakupan
kunjungan ibu
hamil K4
Cakupan
pertolongan
persalinan oleh
bidan atau tenaga
kesehatan yang
memiliki
kompetensi
kebidanan
Indikator

Cakupan

81,14
78,96

Pencapaian
(%)
78,96

43

balita
Penemuan
penderita baru TB
BTA +

90

42

58,34

64,82

RW Siaga Aktif

45

10

10

40

88,89

5.4.

PENENTUAN PRIORITAS MASALAH


Dari tabel diatas didapatkan beberapa masalah pada Standar Pelayanan
Minimal kegiatan program Puskesmas Kelurahan Pondok Labu mulai dari bulan Mei
hingga Juli 2015. Dengan banyaknya masalah yang ditemukan, maka perlu dilakukan
pemilihan prioritas masalah dengan menggunakan metode Hanlon Kuantitatif.

1. Metode Hanlon Kuantitatif


Merupakan metode yang mudah dipakai untuk menentukan prioritas masalah,
dengan rumus :
(A + B) x C x D
Keterangan :
Kriteria A : Besar Masalah (nilai 1-6)
Kriteria B : Kegawatan Masalah (nilai 1-5)
Kriteria C : Kemudahan Penanggulangan (nilai 1-5)
Kriteria D : PEARL Factor (nilai 0 atau 1)
Adapun tujuan menggunakan metode Hanlon Kuantitatif dalam menentukan
prioritas masalah :
a. Identifikasi faktor-faktor luar yang dapat diikutsertakan dalam proses penentuan
masalah.
b. Mengelompokkan faktor-faktor yang ada dan memberikan skor terhadap
kelompok faktor tersebut.
c. Memungkinkan anggota untuk mengubah faktor dan nilai sesuai kebutuhannya.
2. Kriteria A : Besar Masalah
Menetapkan faktor yang digunakan untuk menentukan besarnya masalah. Data
yang digunakan bersifat kuantitatif.
Untuk menetapkan besar masalah dapat dilihat dari populasi dan sasaran
Standar Pelayanan Minimal (SPM). Dalam menilai besar masalah maka hal yang
perlu diperhatikan adalah penetapan range untuk menentukan nilai besarnya
masalah.
Langkah 1: Menentukan besar masalah dengan cara menghitung selisih presentasi
pencapaian dengan target 100%.
44

Tabel 30. Program-Program yang Belum Mencapai Target


No

Program

Pencapaian
(< 100%)

1.
2.

81,14%
78,96%

78,96%
94,06%

21,04
5,94

5.
6.

Cakupan kunjungan ibu hamil K4


Cakupan pertolongan persalinan
oleh bidan atau tenaga kesehatan
yang
memiliki
kompetensi
kebidanan
Cakupan ibu nifas
Kelurahan
Universal
Child
Imunization (UCI)
Cakupan pelayanan anak balita
Penemuan penderita baru TB BTA +

Besarnya masalah
(100% - %
pencapaian)
18,86
21,04

82,07%
64,82%

17,93
35,18

7.

RW Siaga Aktif

88,89%

11,11

3.
4.

Langkah 2 : Menentukan kelas dengan menggunakan rumus Sturgess


k = 1 + 3,3 Log n
Keterangan:
n = jumlah masalah
k = jumlah kelas
dalam contoh masukkan ke rumus : k = 1 + 3.3 log n
= 1 + 3.3 log 7
= 1 + 3,3 x 0,84
= 1 + 2,772 = 3,772 4
Langkah 3 : Menentukan interval dengan menghitung selisih persentase besar
masalah terbesar dengan besar masalah terkecil kemudian dibagi dengan nilai kelas.
Nilai besar masalah :
terbesar
= 35,18
terkecil
= 5,94
Interval
:
nilai terbesar nilai terkecil
k
:
35,18 5,94 7,31
4
Tabel 31. Pembagian Interval Kelas
Kolom/Kelas
Skala 1
Skala 2
Skala 3
Skala 4

Skala Interval
5,94 13,25
13,36 20,56
20,57 27,87
27,88 35,18

Nilai
1
2
3
4

Langkah 4 : Menentukan nilai tiap masalah sesuai dengan kelasnya


Tabel 32. Nilai Masalah Sesuai Kelas
45

Masalah
1
2
3
4
5
6
7

Besarnya masalah terhadap presentase pencapaian


5,94-13,25 13,36-20,56 20,57-27,87 27,88-35,18
(1)
(2)
(3)
(4)
X
X
X
X
X
X
X

Nilai
2
3
3
1
2
4
1

3. Kriteria B : Kegawatan Masalah


Kriteria ini dilakukan dengan cara menentukan kegawatan, tingkat urgensi,

a.
b.
c.
d.
e.

dan kecenderungan penyebaran dengan sistem skoring dengan skor 1- 5.


Tingkat urgensi dengan skor :
Sangat mendesak
=5
Mendesak
=4
Cukup mendesak
=3
Kurang mendesak
=2
Tidak mendesak
=1

a.
b.
c.
d.
e.

Sangat gawat
Gawat
Cukup gawat
Kurang gawat
Tidak gawat

a.
b.
c.
d.

Kegawatan dengan skor :


=5
=4
=3
=2
=1
Kecenderungan penyebaran dengan skor :
Amat sangat meluas
=5
Sangat meluas
=4
Meluas
=3
Kurang meluas
=2

e. Tidak meluas

=1

Tabel 33. Daftar Masalah Puskesmas Kelurahan Pondok Labu Berdasarkan Kriteria B
Masalah
1
2
3
4
5
6
7

Tingkat
Urgensi
4,33
3,67
3
4,33
3,67
4,67
1,33

Tingkat
Kegawatan
2
3,33
2,67
3
3,33
3,67
1,67

Tingkat
Penyebaran
1
1,33
1,33
2,67
3,67
4,67
1,67

Nilai
7,33
8,33
7
10
10,67
13,01
4,67

4. Kriteria C : Kemudahan dalam penanggulangan


46

Kemudahan dalam penanggulangan masalah diukur dengan sistem skoring


a
b
c
d
e

dengan nilai 15 dalam bentuk sebaga berikut.


Sangat sulit
:1
Sulit
:2
Cukup mudah
:3
Mudah
:4
Sangat mudah

:5

Tabel 34. Daftar Masalah Puskesmas Kelurahan Pondok Labu Berdasarkan Kriteria C
No.
1

Program
Cakupan kunjungan ibu hamil K4
Cakupan pertolongan persalinan oleh bidan atau
tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi
kebidanan
Cakupan ibu nifas
Kelurahan Universal Child Imunization (UCI)
Cakupan pelayanan anak balita
Penemuan penderita baru TB BTA +
RW Siaga Aktif

2
3
4
5
6
7

Penanggulangan
2
2
2
4
3
2
3

5. Kriteria D : PEARL Faktor


Kelompok kriteria D terdiri dari beberapa faktor yang saling menentukan dapat
atau tidaknya suatu program dilaksanakan dengan skor nilai 1 bila jawaban ya dan
0 jika tidak. Faktor penentu tersebut adalah:
A. Propriate (kesesuaian dengan program nasional/kesepakatan dunia/program
daerah)
B. Economic (secara ekonomi murah, kegiatan tersebut untuk dilaksanakan)
C. Acceptability (dapat diterima oleh masyarakat, pemda)
D. Resources Availability (tersedianya sumber daya alam dalam mendukung
kegiatan)
E. Legality (dasar/landasan secara hukum/etika kedokteran/ kesehatan/ada/ benar.
Tabel 35. Daftar Masalah Puskesmas Kelurahan Pondok Labu Berdasarkan Kriteria D
Masalah Propriate Economic Acceptability Resources Legality
1
2

1
1

1
1

1
1

1
1

1
1

Hasil
kali
1
1
47

3
4
5
6
7

1
1
1
1
1

1
1
1
1
1

1
1
1
1
1

1
1
1
0
1

1
1
1
1
1

1
1
1
0
1

6. Penilaian Prioritas Masalah


Setelah nilai dari kriteria A, B, C, dan D didapat, hasil tersebut dimasukkan
dalam formula Nilai Prioritas Dasar (NPD) serta Nilai Prioritas Total (NPT) untuk
menentukan prioritas masalah yang dihadapi:
NPD = (A + B) x C
NPT = (A + B) x C x D
Tabel 36. Urutan Prioritas Berdasarkan Perhitungan Hanlon Kuantitatif
No
.
1.
2.

3.
4.
5.
6.
7.

5.5.

Program

NPD

NPT

Peringka
t
Masalah

7,33

29,32

29,32

8,33

49,98

49,98

II

42

42

III

10

40

40

IV

10,6
7

64,02

64,02

13,0
1

104,0
8

VII

4,67

14,01

14,01

VI

Cakupan kunjungan
ibu hamil K4
Cakupan
pertolongan
persalinan oleh
bidan atau tenaga
kesehatan yang
memiliki
kompetensi
kebidanan
Cakupan ibu nifas
Kelurahan
Universal Child
Imunization (UCI)
Cakupan pelayanan
anak balita
Penemuan penderita
baru TB BTA +
RW Siaga Aktif

URUTAN PRIORITAS MASALAH


1. Cakupan pelayanan anak balita
2. Cakupan pertolongan persalinan oleh bidan atau tenaga kesehatan yang memiliki
kompetensi kebidanan
3. Cakupan ibu nifas
48

4. Kelurahan Universal Child Imunization (UCI)


5. Cakupan kunjungan ibu hamil K4
6. RW Siaga Aktif
7. Penemuan penderita baru TB BTA +
DAFTAR PUSTAKA
1. BAPPENAS. Laporan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium di
Indonesia 2011. In:BAPPENAS, Editors. Jakarta:BAPPENAS;2012;p.5-11,27,
47-52.
2. BAPPENAS. Laporan Perkembangan Pencapaian Tujuan Pembangunan
Milenium. In: BAPPENAS, Editors. Jakarta:BAPPENAS;2004;p.14,52-5.
3. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Rencana Strategis Kementerian
Kesehatan Tahun 2015 2019. In: Kementerian Kesehatan RI, Editors.
Jakarta:Kementerian Kesehatan RI;2015;p.5-6,19-21,36-37.
4. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 128/MENKES/SK/II/2004 Tentang Kebijakan
Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat. In: Kementerian Kesehatan RI, Editors.
Jakarta:Kementerian Kesehatan RI;2004;p.11-5.
5. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan Provinsi DKI
Jakarta

Tahun

2012.

In:

Kementerian

Kesehatan

RI,

Editors.

Jakarta:Kementerian Kesehatan RI;2013;p.20-3.


6. Djaja S, Wiryawan Y, Maisya IB. Tren Penyakit Penyebab Kematian Bayi dan
Anak Balita di Indonesia dalam Periode Tahun 1992-2007. Jurnal Ekologi
Kesehatan. 2009;8(4 Des)
7. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Buku Bagan Manajemen Terpadu
Balita Sakit (MTBS). In: Depkes RI, Editors. Jakarta:Depkes RI;2008

49

50

Anda mungkin juga menyukai