Anda di halaman 1dari 85

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Infeksi virus dengue pada manusia mengakibatkan spectrum manifestasi klinis yang

bervariasi antara penyakit paling ringan, demam dengue, demam berdarah dengue sampai yang
disertai syok. Gambaran manifestasi klinis yang bervariasi ini memperlihatkan sebuah fenomena
gunung es, dengan kasus DBD dan DSS yang dirawat di rumah sakit sebagai puncak gunung es
yang terlihat di atas permukaan laut, sedangkan kasus dengue ringan (silent dengue infection)
merupakan dasarnya.
Istilah haemorrhagic fever di Asia Tenggara pertama kali digunakan di Filipina pada
tahun 1953. Di Indonesia DBD pertama kali dicurigai di Surabaya pada tahun 1968, namun
konfirmasi virologis baru diperoleh pada tahun 1970. Sejak tahun 1968, angka kesakitan rata-rata
DBD di Indonesia terus meningkat dari 0,05 menjadi 8,14 (1973), 8,65 (1983), dan mencapai
angka etrtinggi pada tahun 1998 yaitu 35,19 per 100.000 penduduk dengan jumlah penderita
sebanyak 72.133 orang. Pada saat ini DBD telah menyebar luas di kawasan Asia Tenggara,
Pasifik Barat dan daerah Karibia. (Buku UI). Sekarang sudah didapatkan 390 juta kasus di 100
negara, di Indonesia pada pertengahan Desember 2014 terdapat 71.668 kasus DBD dengan
jumlah kematian 641 kasus.
Berdasarkan data dari Puskesmas Kelurahan Tebet Barat, penanggulangan kasus demam
berdarah dengue dalam tiga bulan terakhir adalah nihil, sehingga kami tertarik untuk mengetahui
bagaimana pelaksanaan kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk berlangsung di kelurahan Tebet
Barat

1.2

Perumusan Masalah
1

1. Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan kendala dalam pelaksanaan Pemberantasan


Sarang Nyamuk yang dialami oleh Jumantik dan petugas kesehatan di Puskesmas
Kelurahan Tebet Barat Jakarta Selatan?
2. Apa saja alternatif pemecahan masalah yang sesuai dengan penyebab masalah yang
ditemukan?
3. Bagaimana prioritas pemecahan masalah sesuai dengan penyebab masalah yang ada?
4. Apa saja kegiatan yang dapat dilakukan untuk memecahkan masalah tersebut?
1.3

Tujuan Diagnostik Komunitas

1. Tujuan umum
Menganalisis proses pelaksanaan kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk di Puskesmas
Kelurahan Tebet Barat Jakarta Selatan pada bulan Agustus - Oktober 2015 dalam upaya
meningkatkan kinerja Puskesmas.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui alur kegiatan pelaksanaan PSN di kelurahan Tebet Barat Jakarta Selatan
b. Mengidentifikasi kendala yang ada pada pelaksanaan PSN di kelurahan Tebet Barat
Jakarta Selatan
c. Menentukan prioritas alternatif masalah yang ada pada pelaksanaan PSN di Kelurahan
Tebet Barat Jakarta Selatan
d. Membuat rencana kegiatan dari pemecahan masalah terpilih di Puskesmas Kelurahan
Tebet Barat Jakarta Selatan
1.4

Manfaat Evaluasi Program

1. Bagi Mahasiswa:
a. Melatih kemampuan analisis dan pemecahan terhadap masalah yang ditemukan di
dalam program puskesmas.
b. Melatih kemampuan dalam memahami program yang ada di puskesmas sesuai peran
sebagai dokter komunitas.
c. Mengetahui bagaimana merencanakan kegiatan dalam penyelesaian masalah yang
didapat dalam PSN di Puskesmas Kelurahan Tebet Barat.
2. Bagi Puskesmas:
a. Membantu Puskesmas Kelurahan Tebet Barat dalam mengidentifikasi penyebab
kendala yang didapat dalam kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk
b. Membantu puskesmas dalam memberikan alternatif penyelesaian terhadap masalah
yang didapat dalam kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk
2

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 AEDES AEGYPTI
Nyamuk Aedes aegypti
Aedes aegypti merupakan jenis nyamuk yang dapat membawa virus dengue penyebab
penyakit demam berdarah. Selain dengue, Aedes aegypti juga merupakan pembawa virus demam
kuning (yellow fever) dan chikungunya. Penyebaran jenis ini sangat luas, meliputi hampir semua
daerah tropis di seluruh dunia. Sebagai pembawa virus dengue, Aedes aegypti merupakan
pembawa utama (primary vector) dan bersama Aedes albopictus menciptakan siklus persebaran
dengue di desa dan kota. Mengingat keganasan penyakit demam berdarah, masyarakat harus
mampu mengenali dan mengetahui cara-cara mengendalikan jenis ini untuk membantu
mengurangi persebaran penyakit demam berdarah.
Morfologi nyamuk Aedes aegypti
Ciri-ciri jentik Aedes aegypti
1.

Bentuk siphon besar dan pendek yang terdapat pada abdomen terakhir

2.

Bentuk comb seperti sisir

3.

Pada bagian thoraks terdapat stroot spine

Ciri-ciri nyamuk Aedes aegypti


1.

Bentuk tubuh kecil dan dibagian abdomen terdapat bintik-bintik serta berwarna hitam.

2. Tidak membentuk sudut 90


3.

Penyebaran penyakitnya yaitu pagi atau sore

4.

Hidup di air bersih serta kaleng bekas yang bisa menampung air hujan

6.

Menyebabkan penyakit DBD.

a.Telur Aedes aegypti


Telur Aedes Aegypti diletakkan pada bagian yang berdekatan dengan permukaan air atau
menempel pada permukaan benda yang terapung. Jentik nyamuk Aedes Aegypti memiliki rambut
abdomen dan pada stadium ini jentik membentuk sudut dan terdapat alat untuk menghisap
oksigen.
b. Larva Aedes aegypti
Larva Aedes aegypti membentuk sudut dan terdapat alat untuk menghisap oksigen. Probosis
Aedes lebih panjang daripada nyamuk lainnya. Pupa merupakan stadium terakhir dari nyamuk
yang berada di dalam air. Pada stadium ini tidak memerlukan makanan dan terjadi pembentukan
sayap sehingga dapat terbang. Stadium kepompong memakan waktu lebih kurang satu sampai
dua hari. Pada fase ini nyamuk membutuhkan waktu 2-5 hari untuk menjadi nyamuk.
c. Pupa nyamuk Aedes aegypti
Larva Aedes aegypti membentuk sudut dan terdapat alat untuk menghisap oksigen. Probosis
Aedes lebih panjang daripada nyamuk lainnya. Pupa merupakan stadium terakhir dari nyamuk
yang berada di dalam air. Pada stadium ini tidak memerlukan makanan dan terjadi pembentukan
sayap sehingga dapat terbang. Stadium kepompong memakan waktu lebih kurang satu sampai
dua hari. Pada fase ini nyamuk membutuhkan waktu 2-5 hari untuk menjadi nyamuk.
d. Nyamuk Dewasa
Nyamuk Aedes aegypti jantan hanya menghisap cairan tumbuh-tumbuhan atau sari bunga untuk
keperluan hidupnya, sedangkan yang betina menghisap darah. Nyamuk betina lebih menyukai
darah manusia daripada darah binatang. Darah diperlukan untuk pemasakan telur agar jika
dibuahi oleh sperma nyamuk jantan, telur yang dihasilkan dapat menetas. Setelah berkopulasi,
nyamuk betina menghisap darah dan tiga hari kemudian akan bertelur sebanyak kurang lebih 100
butir. Nyamuk akan menghisap darah setelah 24 jam kemudian dan siap bertelur lagi. Setelah
menghisap darah, nyamuk ini beristirahat di dalam atau kadang-kadang di luar rumah berdekatan
dengan tempat perkembangbiakannya. Tempat hinggap yang disenangi adalah benda-benda
tergantung seperti kelambu, pakaian, tumbuh-tumbuhan, di tempat ini nyamuk menunggu proses
pemasakan telur.
5

Siklus hidup nyamuk Aedes aegypti


Telur nyamuk Aedes aegypti akan menetas menjadi larva dalam waktu 1-2 hari. Tempat
yang sesuai dengan kondisi optimum adalah di dalam air dengan suhu 20-40 derajat celcius.
Sementara kecepatan pertumbuhan dan perkembangan larva dipengaruhi oleh beberapa faktor,
seperti tempratur, tempat, keadaan air dan kandungan zat makanan yang ada di dalam tempat
perindukan. Pada kondisi optimum larva berkembang menjadi pupa dalam waktu 4-9 hari,
kemudian pupa menjadi nyamuk dewasa dalam waktu 2-3 hari. Jadi pertumbuhan dan
perkembangan dari telur, larva, pupa sampai dewasa memerlukan waktu kurang lebih 7-14 hari.
Tempat perkembangbiakan
Menurut Depkes RI (2005), tempat perkembangbiakan utama vektor demam berdarah
yaitu tempat-tempat penampungan air berupa genangan air yang tertampung di suatu tempat atau
bejana di dalam atau sekitar rumah atau tempat-tempat umum, biasanya tidak melebihi jarak 500
meter dari rumah. Nyamuk ini biasanya tidak dapat berkembangbiak di genangan air yang
langsung berhubungan dengan tanah. Sedangkan jenis tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes
aegypti dapat dikelompokkan menjadi tempat penampungan air (TPA) untuk keperluan seharihari, seperti drum, tangki reservoir, tempayan, bak mandi dan ember dan tempat penampungan
air bukan untuk keperluan sehari-hari seperti tempat minum burung, vas bunga, perangkap semut
dan barang-barang bekas seperti ban, kaleng, botol, plastik. Tempat penampungan air alamiah
seperti lobang pohon, lobang batu, pelepah daun, tempurung kelapa dan potongan bambu.
Perilaku nyamuk dewasa
Nyamuk setelah menetas akan istirahat di kulit kepompong untuk sementara waktu,
kemudian setelah sayap meregang menjadi kaku, nyamuk mampu terbang mencari makan.
Nyamuk Aedes aegypti jantan mengisap cairan tumbuhan atau sari bunga untuk keperluan
hidupnya, sedangkan yang betina mengisap darah. Nyamuk betina ini lebih menyukai darah
manusia dari pada binatang (antropofilik). Darah diperlukan untuk mematangkan telur, agar jika
dibuahi oleh sperma nyamuk jantan dapat menetas. Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan
perkembangan telur mulai darinyamuk mengisap darah sampai telur dikeluarkan biasanya
bervariasi antara 3-4 hari, jangka waktu ini yang disebut dengan satu siklus gonotropik.

Menurut Depkes RI (2007), berdasarkan kebiasaan nyamuk betina mencari mangsa di


siang hari. Aktivitas menggigit dimulai pada pagi sampai petang hari, dengan dua puncak
aktivitas antara pukul 09.00-10.00 dan 16.00-17.00 tidak seperti nyamuk lain. Aedes Aegypti
mempunyai kebiasaan mengisap darah berulang kali (multiple bites) dalam satu siklus
gonotropik, untuk memenuhi lambungnya dengan darah. Dengan demikian nyamuk ini sangat
efektif sebagai penular penyakit. Setelah mengisap darah, nyamuk akan hinggap (beristirahat) di
dalam atau di luar rumah berdekatan dengan tempat perkembangbiakannya. Biasanya di tempat
yang agak gelap dan lembab, untuk menunggu proses pematangan telurnya. Setelah beristirahat
dan proses pematangan telur selesai, nyamuk betina akan meletakkan telurnya di dinding sedikit
di atas permukaan air. Pada umumnya telur akan menetas menjadi jentik dalam waktu + 2 hari
setelah telur terendam air. Setiap kali bertelur nyamuk betina dapat mengeluarkan telur sebanyak
100 butir. Telur di tempat yang kering (tanpa air) dapat bertahan berbulan-bulan pada suhu -2 oC
sampai 42 oC dan apabila tempat tersebut tergenang air atau kelembabannya tinggi maka telur
dapat menetas lebih cepat. (Depkes, 2007).
Kemampuan terbang nyamuk betina rata-rata 40 meter maksimal 100 meter, namun
secara pasif karena faktor angin atau terbawa kendaraan dapat berpindah lebih jauh. Nyamuk
Aedes aegypti dapat hidup dan berkembang biak sampai ketinggian daerah + 1.000 meter dari
permukaan laut, di atas ketinggian 1000 meter tidak dapat berkembang biak karena pada
ketinggian tersebut suhu udara terlalu rendah, sehingga tidak memungkinkan bagi kehidupan
nyamuk.

2.2 DEMAM BERDARAH DENGUE


Definisi
Demam dengue (DD), Demam Berdarah Dengue (DBD), dan Dengue Haemorhagic
Fever/ DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi
klinis demam, nyeri otot, dan/ atau nyeri sendi yang disertai oleh leukopenia, ruam,
limfadenopati, trombositopeni, dan diatesis hemoragic. Pada DBD terjadi perembesan plasma
yang ditandai oleh hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan di rongga

tubuh. Sindrom Renjatan Dengue (Dengue Syok Sindrom) adalah demam berdarah dengue yang
ditandai dengan renjatan/syok
Etiologi
DD dan DBD disebabkan oleh infeksi virus dengue yang mempunyai 4 serotipe yaitu
den-1, den-2, den-3, dan den-4. Virus dengue serotipe den-3 merupakan serotipe yang dominan
di Indonesia dan paling banyak berhubungan dengan kasus berat.
Patogenesis
Virus dengue masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk dan infeksi pertama kali
mungkin memberi gejala seperti DD. Reaksi tubuh merupakan reaksi yang biasa terlihat pada
infeksi oleh virus. Reaksi yang amat berbeda akan tampak bila seseorang mendapat infeksi
berulang dengan tipe virus dengue yang berlainan. Re-infeksi ini akan menyebabkan suatu reaksi
anamnestik antibodi, sehingga menimbulkan konsentrasi kompleks antigen antibodi (kompleks
virus antibodi) yang tinggi.
Terdapatnya komplek virus-antibodi dalam sirkulasi darah mengakibatkan hal sebagai berikut:
1.

Kompleks virus-antibodi akan mengaktivasi sistem komplemen, berakibat dilepaskannya


anafilatoksin C3a dan C5a. C5a menyebabkan meningginya permeabilitas dinding
pembuluh darah dan menghilangnya plasma melalui endotel dinding tersebut, suatu
keadaan yang amat berperan dalam terjadinya renjatan. Pada DSS kadar C3 dan C5
menurun masing-masing sebanyak 33% dan 89%. Nyata pada DHF pada masa renjatan
terdapat penurunan kadar komplemen dan dibebaskannya anafilatoksin dalam jumlah
besar, walaupun plasma mengandung inaktivator ampuh terhadap anafilatoksin, C3a Dan
c5a agaknya perannya dalam proses terjadinya renjatan telah mendahului proses
inaktivasi tersebut. Anafilaktoksin C3a dan C5a tidak berdaya untuk membebaskan
histamin dan ini terbukti dengan ditemukannya kadar histamin yang meningkat dalam air
seni 24 jam pada pasien DHF.

2.

Timbulnya agregasi trombosit yang melepaskan ADP akan mengalami metamorfosis.


Trombosit yang mengalami kerusakan metamorfosis akan dimusnahkan oleh sistem
retikuloendotel dengan berakibat trombositopenia hebat dan perdarahan. Pada keadaan
agregasi, trombosit akan melepaskan amin vasoaktif (histamin dan serotonin) yang
bersifat meninggikan permeabilitas kapiler dan melepaskan trombosit faktor III yang
merangsang koagulasi intravaskular.

3.

Terjadinya aktivasi faktor Hageman (faktor XII) dengan akibat akhir terjadinya
pembekuan intravaskular yang meluas. Dalam proses aktivasi ini, plasminogen akan
menjadi plasmin yang berperan dalam pembentukan anafilatoksin yang penghancuran
fibrin menjadi fibrin degradation product. Disamping itu aktivasi akan merangsang
sistem kinin yang berperan dalam proses meningginya permeabilitas dinding pembuluh
darah.

Gambar 1. Infeksi Sekunder Virus Dengue Yang Berbeda


DSS terjadi biasanya pada saat atau setelah demam menurun, yaitu diantara hari ke-3 dan
ke-7 sakit. Hal ini dapat diterangkan dengan hipotesis meningkatnya reaksi imunologis, yang
dasarnya sebagai berikut:
1. Pada manusia, sel fagosit mononukleus, yaitu monosit, histiosit, makrofag dan sel kupfer
merupakan tempat utama terjadinya infeksi verus dengue.
2. Non-neutralizing antibody, baik yang bebas di sirkulasi maupun spesifik pada sel,
bertindak sebagai reseptor spesifik untuk melekatnya virus dengue pada permukaan sel
fogosit mononukleus.
3. Virus dengue kemudian akan bereplikasi dalam sel fagosit mononukleus yang telah
terinfeksi itu. Parameter perbedaan terjadinya DHF dan DSS ialah jumlah sel yang
terinfeksi.

10

4. Meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah dan disseminated intravaskular


coagulation (DIC) terjadi sebagai akibat dilepaskannya mediator-mediator oleh sel
fagosit mononukleus yang terinfeksi itu. Mediator tersebut berupa monokin dan mediator
lain yang mengakibatkan aktivasi komplemen dengan efek peninggian permeabilitas
dinding pembuluh darah, serta tromboplastin yang memungkinkan terjadinya DIC.

Pemberantasan Sarang Nyamuk merupakan tindakan untuk memutus mata rantai


perkembangan nyamuk. Tindakan PSN terdiri atas beberapa kegiatan antara lain:
1. 3 M
3M adalah tindakan yang dilakukan secara teratur untuk memberantas jentik dan menghindari
gigitan nyamuk Demam Berdarah dengan cara:
1. Menguras
Menguras tempat-tempat penampungan air seperti bak mandi, tempayan, ember, vas
bunga, tempat minum burung dan lain-lain seminggu sekali.
2. Menutup
Menutup rapat semua tempat penampungan air seperti ember, gentong, drum, dan lainlain.
3. Mengubur
Mengubur semua barang-barang bekas yang ada di sekitar rumah yang dapat menampung
air hujan.

2. Memelihara ikan pemakan jentik-jentik nyamuk


3. Cegah gigitan nyamuk dengan cara:

11

Membunuh jentik nyamuk Demam Berdarah di tempat air yang sulit dikuras atau sulit air
dengan menaburkan bubuk temephos (abate) atau altosoid 2-3 bulan sekali dengan
takaran 1 gram abate untuk 10 liter air atau 2, 5 gram altosoid untuk 100 liter air. Abate

dapat di peroleh/dibeli di Puskesmas atau di apotek


Mengusir nyamuk dengan obat anti nyamuk
Mencegah gigitan nyamuk dengan memakai obat nyamuk gosok
Memasang kawat kasa di jendela dan di ventilasi
Tidak membiasakan menggantung pakaian di dalam kamar
Gunakan sarung kelambu waktu tidur

Patofisiologi
Setelah virus dengue masuk ke dalam tubuh, pasien akan mengalami keluhan dan gejala
karena viremia, seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal seluruh badan, hiperemia di
tenggorok, timbulnya ruam dan kelainan yang mungkin terjadi pada sistem retikuloendotelial
seperti pembesaran kelenjarkelenjar getah bening, hati dan limpa. Ruam pada DD disebabkan
oleh kongesti pembuluh darah dibawah kulit.
Fenomena patofisiologi utama yang menentukan berat penyakit dan membedakan DD
dengan DHF ialah meningginya permeabilitas dinding kapiler karena pelepasan zat anafilatoksin,
histamin dan serotonin serta aktivasi sistem kalikrein yang berakibat ekstravasasi cairan
intravaskular. Berakibat berkurangnya volume plasma, terjadi hipotensi, hemokonsentrasi,
hipoproteinemia, efusi pleura dan renjatan. Plasma merembes selama perjalanan penyakit mulai
dari saat permulaan demam dan mencapai puncaknya saat renjatan. Pada pasien dengan renjatan
berat, volume plasma dapat menurun sampai lebih dari 30%.
Adanya kebocoran plasma ke daerah ektravaskular dibuktikan dengan ditemukannya
cairan dalam rongga serosa yaitu rongga peritoneum, pleura dan perikardium. Renjatan

12

hipovolemik yang terjadi sebagai akibat kehilangan plasma, bila tidak segera diatasi dapat
berakibat anoksia jaringan, asidosis metabolik dan kematian.
Perdarahan pada DHF umumnya dihubungkan dengan trombositopenia, gangguan fungsi
trombosit dan kelainan sistem koagulasi. Trombositopenia yang dihubungkan dengan
meningkatnya megakariosit muda dalam sumsum tulang dan pendeknya masa hidup trombosit
menimbulkan dugaan meningkatnya destruksi trombosit dalam sistem retikuloendotelial. Fungsi
agregasi trombosit menurun mungkin disebabkan proses imunologis dengan terdapatnya sistem
koagulasi disebabkan diantaranya oleh kerusakan hati yang fungsinya memang terganggu oleh
aktivitasi sistem koagulasi.
DIC secara potensial dapat juga terjadi pada pasien DHF tanpa renjatan. Pada awal DHF
pernah DIC tidak menonjol dibanding dengan perembesan plasma, tetapi bila penyakit
memburuk dengan terjadinya asidosis dan renjatan, maka akan memperberat DIC sehingga
perannya akan menonjol.

13

Gambar 2. Infeksi Virus Dengue


Manifestasi Klinik
Infeksi virus dengue mempunyai spektrum klinis yang luas mulai dari asimptomatik
14

(silent dengue infection), demam dengue (DD), demam berdarah dengue (DBD), dan demam
berdarah dengue disertai syok (sindrom syok dengue, SSD).
Tabel 1. Manifestasi Klinis DD,DBD, dan DSS

Spektrum
Manifestasi Klinis
Klinis

DD

Demam akut selama 2-7 hari, disertai dua atau lebih manifestasi berikut:
nyeri kepala, nyeri retroorbita, mialgia, manifestasi perdarahan, dan
leukopenia.
Dapat disertai trombositopenia.
Hari ke-3-5 ==> fase pemulihan (saat suhu turun), klinis membaik.

DBD

Demam tinggi mendadak selama 2-7 hari disertai nyeri kepala, nyeri
retroorbita, mialgia dan nyeri perut.
Uji torniquet positif.
Ruam kulit : petekiae, ekimosis, purpura.
Perdarahan mukosa/saluran cerna/saluran kemih : epistaksis, perdarahan
gusi, hematemesis, melena, hematuri.
Hepatomegali.
Perembesan plasma: efusi pleura, efusi perikard, atau perembesan ke rongga
peritoneal.
Trombositopenia.
Hemokonsentrasi.
Hari ke 3-5 ==> fase kritis (saat suhu turun), perjalanan penyakit dapat
berkembang menjadi syok
Manifestasi klinis seperti DBD, disertai kegagalan sirkulasi (syok).
Gejala syok :

SSD

Anak gelisah, hingga terjadi penurunan kesadaran, sianosis.


Nafas cepat, nadi teraba lembut hingga tidak teraba.

Tekanan darah turun, tekanan nadi < 10 mmHg.

Akral dingin, capillary refill turun.

Diuresis turun, hingga anuria.


Manifestasi klinis infeksi virus dengue

15

Keterangan:

Manifestasi klinis nyeri perut, hepatomegali, dan perdarahan terutama perdarahan GIT
lebih dominan pada DBD.

Perbedaan utama DBD dengan DD adalah pada DBD terjadi peningkatan permeabilitas
kapiler sehingga terjadi perembesan plasma yang mengakibatkan haemokonsentrasi,
hipovolemia dan syok.

Uji torniquet positif: terdapat 10 - 20 atau lebih petekiae dalam diameter 2,8 cm (1 inchi).

Pemeriksaan Penunjang
Uji laboratorium meliputi:
1. Isolasi virus
Dapat dilakukan dengan menanam spesimen pada:

Biakan jaringan nyamuk atau biakan jaringan mamalia.


Pertumbuhan virus ditunjukan dengan adanya antigen yang ditunjukkan dengan
immunoflouresen, atau adanya CPE (cytopathic effect) pada biakan jaringan
manusia.

Inokulasi/ penyuntikan pada nyamuk


Pertumbuhan virus ditunjukan dengan adanya antigen dengue pada kepala
nyamuk yang dilihat dengan uji immunoflouresen.

2. Pemeriksaan Serologi

Uji HI (Hemaglutination Inhibition Test)

Uji Pengikatan komplemen (Complement Fixation Test)

Uji Netralisasi (Neutralization Test)

Uji Mac.Elisa (IgM capture enzyme-linked immunosorbent assay)

Uji IgG Elisa indirek

16

PEMERIKSAAN RADIOLOGI
Pada pemeriksaan radiologi dan USG kasus DBD, terdapat beberapa kelainan yang dapat
dideteksi yaitu:
1. Dilatasi pembuluh darah paru
2. Efusi pleura
3. Kardiomegali dan efusi perikard
4. Hepatomegali, dilatasi v. hepatika dan kelainan parenkim hati
5. Caran dalam rongga peritoneum
6. Penebalan dinding vesika felea
Diagnosis
Kriteria klinis:
1.

Demam tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas seperti anoreksia, lemah, nyeri pada
punggung, tulang, persendian, dan kepala, berlangsung terus menerus selama 2-7 hari.

2.

Terdapat manifestasi perdarahan, termasuk uji tourniquet positif, petekie, ekimosis,


epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis dan atau melena.

3.

Hepatomegali

4.

Syok, nadi kecil dan cepat dengan tekanan nadi 20 mmHg, atau hipotensi disertai
gelisah dan akral dingin.

Kriteria laboratorium:
1. Trombositopenia ( 100.000/l)
2. Hemokonsentrasi (kadar Ht 20% dari orang normal)

Dua gejala klinis pertama ditambah 2 gejala laboratorium dianggap cukup untuk menegakkan
diagnogsis kerja DBD.

17

Penatalaksanaan
1. Demam Dengue
Medikamentosa:

Antipiretik (apabila diperlukan): paracetamol 10 15 mg/kg BB/kali, 3 kali/hari. Tidak


dianjurkan pemberian asam asetilsalisilat/ibuprofen pada anak yang dicurigai DD/DBD.

Edukasi orang tua:

Anjurkan anak tirah baring selama masih demam.

Bila perlu, anjurkan kompres air hangat.

Perbanyak asupan cairan per oral: air putih, ASI, cairan elektrolit, jus buah, atau sup.
Tidak ada larangan konsumsi makanan tertentu.

Monitor keadaan dan suhu anak dirumah, terutama selama 2 hari saat suhu turun. Pada
fase demam, kita sulit membedakan antara DD dan DBD, sehingga orang tua perlu
waspada.

Segera bawa anak ke rumah sakit bila : anak gelisah, lemas, muntah terus menerus, tidak
sadar, tangan/kaki teraba dingin, atau timbul perdarahan.

2. Demam Berdarah Dengue


Fase demam

Prinsip tatalaksana DBD fase demam sama dengan tatalaksana DD.

Antipiretik: paracetamol 10 15 mg/kg BB/kali, 3 kali/hari.

Perbanyak asupan cairan oral.

Monitor keadaan anak (tanda-tanda syok) terutama selama 2 hari saat suhu turun.
Monitor trombosit dan hematokrit secara berkala.

Penggantian volume plasma


18

Anak cenderung menjadi dehidrasi. Penggantian cairan sesuai status dehidrasi pasien
dilanjutkan dengan terapi cairan rumatan.

Jenis cairan adalah kristaloid : RL, 5% glukosa dalam RL, atau NaCl.
Tabel 2. Kebutuhan cairan pada rehidrasi ringan-sedang
Berat Badan (Kg)

Jumlah Cairan
(ml/kg BB/hari)

<7

220

7 11

165

12 18

132

>18

88

Tabel 3. Kebutuhan cairan rumatan


Berat Badan (Kg)

Jumlah cairan (ml)

10

100 per kg BB

10 20

1000 + 50 x kg BB (untuk BB di atas 10 kg)

>20

1500 + 20 x kg BB (untuk BB di atas 20 kg)

Tabel 4. Kriteria rawat inap dan memulangkan pasien


Kriteria rawat inap

Kriteria memulangkan pasien

Ada kedaruratan:
Syok
Muntah terus menerus
Kejang
Kesadaran turun
Muntah darah
Berak hitam
Hematokrit cenderung meningkat setelah 2 kali
pemeriksaan berturut-turut

Tidak demam selama 24 jam


tanpa antipiretik
Nafsu makan membaik
Secara klinis tampak perbaikan
Hematokrit stabil
Tiga hari setelah syok teratasi
Trombosit > 50.000/uL
Tidak dijumpai distres

19

Hemokonsentrasi (Ht meningkat = 20%)

pernafasan

Tabel 5. Derajat penyakit DBD


Derajat
Penyakit

Kriteria

DBD derajat Demam disertai gejala tidak khas, dan satu-satunya manifestasi perdarahan
I
ialah uji torniquet positif.
DBD derajat
Seperti derajat I, disertai perdarahan spontan di kulit atau perdarahan lain.
II
Terdapat kegagalan sirkulasi (nadi cepat dan lembut, tekanan nadi menurun
DBD derajat
( < 20 mmHg) atau hipotensi, sianosis disekitar mulut, kulit dingin dan
III
lembab, dan anak tampak gelisah.
DBD derajat Syok berat (profound shock): nadi tidak dapat diraba, dan tekanan darah
IV
tidak dapat diukur.
Tanda klinik apabila diduga adanya perdarahan:
Gelisah, kesakitan
Hipokondrium kanan nyeri tekan
Abdomen membuncit
Lingkaran perut bertambah (ukur tiap hari)
Jika terdapat tanda klinik diatas maka lakukan monitoring:
Hb, Ht (menurun atau meningkat)
Awasi pasca syok lama
Penurunan Hb, Ht saat penyembuhan disebabkan hemodilusi, bukan perdarahan

20

Gambar 3. Algoritma 1. Diagnosis Demam Dengue dan DBD

21

22

Gambar 4. Algoritma 2. Tatalaksana DBD Derajat II

23

Gambar 5. Algoritma 3. Tatalaksana DBD Derajat III/IV atau SSD

24

BAB III
DATA UMUM DAN DATA KHUSUS PUSKESMAS TEBET BARAT

3.1

Data Umum Puskesmas Kelurahan Tebet Barat

3.1.1

Data Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Tebet Barat


Kelurahan Tebet Barat merupakan salah satu dari 7 kelurahan yang ada di Kecamatan

Tebet yang terletak di Jakarta Selatan.


Batas-batas wilayah kerja Puskesmas Tebet Barat adalah:
Utara
: Jalan Tebet Dalam 1
Selatan
: Saluran air/ jalur hijau Kelurahan Tebet Barat
Barat
: Jalan Prof Soepomo SH dan Dr Sahardjoe
Timur
: Jalan Let. Jend. MT Haryono

Gambar 6. Peta Wilayah Kecamatan Tebet

25

Luas wilayah kerja Puskesmas Tebet Barat adalah sebesar 171, 60 Ha. Dari jumlah
keseluruhan wilayah sebagian besar merupakan pemukiman penduduk dengan 75% digunakan
untuk perumahan dan pekarangan, 15% untuk perkantoran, dan 3% untuk tanah wakaf dan
makam serta 7% digunakan untuk lain-lain.
Kondisi wilayah pada umumnya menengah ke atas. Daerah rawan banjir terdapat pada
RT. 005 s/d 013 RW 07, RT14 s/d 17 RW 01. Daerah kumuh/ miskin terdapat pada RW. 07 dan
RW.01. Sedangkan daerah rawan DBD terdapat pada RW 01,02,03,04,05,06,07.
Data keadaan penduduk tahun 2014 adalah sebagai berikut:
Jumlah penduduk
: 25.474 jiwa
Jumlah laki-laki
: 12.826 jiwa
Jumlah perempuan
: 12.648 jiwa
Jumlah KK
: 8474 KK
Kepadatan Penduduk
: 1, 48 jiwa/km2

Tabel 6. Sasaran Kesehatan Puskesmas Kelurahan Tebet Barat 2014


KETERANGAN

JUMLAH

Bayi
Balita
Remaja
WUS
PUS

188 anak
1.019 anak
1.895 orang
8.436 orang
4.121 orang

Pada wilayah kerja Puskesmas Tebet Barat didapatkan jumlah bayi sebanyak 188 bayi,
balita sebanyak 1.019 anak, remaja sebanyak 1.895 orang, wanita usia subur sebanyak 8.436
orang, dan pria usia subur sebanyak 4.121 orang sebagai sasaran kesehatan.

Tabel 7. Komposisi Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Tebet Barat


No.

UMUR

00-04

WNI
LK
1188

PR
1381

JML
2592

WNA
LK
-

PR
-

JML

JUMLAH

2592
26

2
04-09
3
10-14
4
14-19
5
20-24
6
25-29
7
30-34
8
35-39
9
40-44
10
45-49
11
50-54
12
55-59
13
60-64
14
65-69
15
70-74
16
>75
JUMLAH

1081
1061
1064
1190
1372
1359
589
1036
1149
822
90
30
38
39
22
12824

1030
1115
1091
1393
1372
1422
621
1100
1073
839
520
35
25
38
40
12645

2134
2199
2178
2604
2767
2804
1233
2160
2212
1684
610
65
63
77
62
25469

2
2

3
3

3
2
5

2134
2199
2178
2604
2767
2804
1233
2163
2212
1686
610
65
63
77
62
25474

Gambar 7. Piramida Penduduk Kelurahan Tebet Barat


Rasio Ketergantungan (Dependency Ratio) di wilayah kerja Puskesmas Tebet Barat adalah
(jumlah penduduk usia non produktif / jumlah penduduk usia produktif) x 100% = (7.192 /
18.282) x 100% = 39,3%. Sehingga disimpulkan bahwa setiap 100 orang usia produktif
menanggung 39 orang usia tidak produktif.
Sex Ratio di wilayah kerja Puskesmas Tebet Barat adalah (jumlah penduduk laki-laki /
jumlah penduduk perempuan) x 100% = (12.826 / 12.648) x 100% = 101,4%, sehingga
27

disimpulkan bahwa setiap 100 penduduk wanita terdapat 101 orang penduduk laki-laki di
kelurahan Tebet Barat.
Tabel 8. Data Pemeluk Agama di Wilayah Kerja Puskesmas Tebet Barat 2014
Agama

Jumlah

Persentase

Islam
Kristen Protestan
Katolik
Budha
Hindu
Kong Hu Chu

29.305
1.175
1.002
535
672
210

89,07%
3,57%
3,04%
1,63%
2,04%
0,65%

Total
32.899
Sumber: Data Statistik Kelurahan Tebet Barat tahun 2014

100 %

Penduduk di wilayah kerja Puskesmas Tebet Barat mayoritas beragama Islam.


Tabel 9. Data Mata Pencaharian Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Tebet Barat 2014
Keterangan

Jumlah

Pegawai Negeri Sipil


TNI
Pensiunan
Swasta
Pedagang
Buruh
Lain-lain

3.250 jiwa
42 jiwa
2.805 jiwa
7.118 jiwa
2.270. Jiwa
1.200 jiwa
1.700 jiwa

Sumber: Data Statistik Kelurahan Tebet Barat tahun 2014

Dapat dilihat dari data mata pencaharian penduduk, total penduduk yang memiliki
pencaharian adalah 18.835 dari jumlah penduduk 25.474. Berdasarkan data diatas disimpulkan
terdapat 6.639 penduduk tidak memiliki mata pencaharian. Dapat dilihat mata pencaharian
penduduk tertinggi adalah di bidang swasta dan yang terendah adalah pada bidang TNI.
3.1.2 Gambaran Umum Puskesmas Kelurahan Tebet Barat
Puskesmas Kelurahan Tebet Barat berdiri sejak tahun 1962, dahulu sebagai

balai

pengobatan masyarakat kemudian berkembang menjadi Puskesmas tingkat Kecamatan Tebet


yang akhirnya ditutup. Puskesmas tingkat Kecamatan Tebet pindah ke Jl. Prof Dr. Soepomo 54.
Pada tahun 1989, puskesmas ini dibuka kembali hingga sekarang bernama Puskesmas Kelurahan
Tebet Barat dipimpin oleh seorang dokter umum, yang disebut Kepala Puskesmas Kelurahan
Tebet Barat dengan alamat Jl. Tebet Barat Dalam IX/64 Rt. 06/04, Kelurahan Tebet Barat,
28

Kecamatan Tebet Jakarta Selatan. Gedung Puskesmas Kelurahan Tebet Barat dibangun tahun
1962 dan direhabilitasi pada tahun 2009.
Tabel 10. Kualifikasi Tenaga Kerja di Puskesmas Kelurahan Tebet Barat
No.
1
2
3
4
5
6
7

Kualifikasi/Jenis Tenaga
Bidan
Perawat
Administrasi
Dokter umum
Dokter gigi
Cleaning service
Apoteker
Jumlah

Jumlah
2
2
2
2
1
3
1
13

Jumlah tenaga kerja yang terdapat di Puskesmas Kelurahan Tebet Barat masih tergolong
kurang jika dibandingkan dengan jumlah sasaran kesehatan yang terdapat di dalam wilayah
kerjanya. Jika dibandingkan dengan jumlah penduduk, seorang dokter umum di puskesmas
Kelurahan Tebet Barat bertanggung jawab terhadap +/- 12.700 jiwa. Jumlah dokter umum dan
dokter gigi yang sedikit dengan banyaknya tugas yang harus diemban menjadikan hal tersebut
tidak mudah untuk dilakukan, karena harus memikirkan realisasi program untuk kesehatan
masyarakat sedangkan program pelayanan di masing-masing poliklinik pun tidak bisa
ditinggalkan.
Puskesmas Kelurahan Tebet Barat memiliki luas tanah sebesar 504 m 2, dengan luas
bangunan sebesar 309 m2. Puskesmas Kelurahan Tebet Barat menggunakan daya listrik sebesar
7700 watt dan menggunakan sarana air Jet Pump. Lantai 1 dari gedung puskesmas terdiri dari
ruang tunggu pasien, ruang poli umum, ruang poli gigi, ruang poli KIA/KB, ruang tindakan,
ruang sterilisasi, kamar mandi, dan ruang dapur. Sedangkan di lantai 2 terdapat ruang farmasi,
gudang obat, ruang rapat, ruang TU, kamar mandi, serta gudang.
3.1.3

Data 10 Besar Penyakit Terbanyak di Puskesmas Kelurahan Tebet Barat


Tabel 11. 10 Besar Penyakit Terbanyak di Puskesmas Tebet Barat
NO
1

KODE
J00

JENIS PENYAKIT
ISPA

JUMLAH
2498
29

2
M13
3
F48
4
I10
5
88
6
J03
7
L30
8
E11
9
L08
10
H10
JUMLAH

OTHER ARTHRITIS
NEUROTIK
HIPERTENSI
GASTRITIS
TONSILITIS
DERMATITIS
DIABETES MELITUS
INFEKSI KULIT
KONJUNGTIVITIS

1721
1110
1061
727
705
456
390
327
314
9310

Dari data diatas, diagnosis terbanyak yang didapatkan di Puskesmas Kelurahan Tebet
Barat tahun 2014 adalah ISPA dengan jumlah kasus sebanyak 2.498 kasus.
3.2

Data Khusus Puskesmas Kelurahan Tebet Barat

3.2.1

Visi dan Misi Puskesmas Kelurahan Tebet Barat

VISI

Menjadi Puskesmas dengan pelayanan kesehatan terpadu, bermutu, profesional dan menjangkau
sejumlah lapisan masyarakat
MISI

1.

Mengembangkan pelayanan kesehatan yang meliputi kegiatan promotif, preventif,


kuratif, dan rehabilitatif

2.

Meningkatkan kualitas pelayanan dan program sesuai standard mutu

3.

Meningkatkan kualitas SDM melalui peningkatan pengetahuan dan keterampilan


karyawan

4.

Memberikan pelayanan kesehatan yang terjangkau untuk seluruh lapisan masyarakat


tanpa membedakan ras, agama, dan sosial ekonomi

5.

Melaksanakan pelayanan kesehatan dan sistem informasi kesehatan secara komputerisasi

3.2.2 Program Pokok Puskesmas Kelurahan Tebet Barat

1.

Promosi Kesehatan
30

Pelayanan dikelola oleh 1 orang tenaga kesehatan, serta adanya pembinaan dan pengembangan
peran serta aktif masyarakat
Dalam pembinaan dan pengembangan peran serta aktif masyarakat, yang dinilai adalah:
a. Jumlah posyandu yang dinilai seluruhnya
Jumlah seluruhnya ada 11 posyandu, kegiatan posyandu terdiri dari 5 program yaitu
KIA/KB, gizi, imunisasi, penyuluhan dan penanggulangan diare
b. Pembinaan dan penyelenggaraan penyuluhan kesehatan

Tabel 12. Hasil Kegiatan Penyuluhan Kesehatan di dalam dan di luar gedung tahun 2014

NO
1
2
3
4
5
6
7

PROGRAM
KIA
KB
GIZI
IMUNISASI
DIARE
DEMAM BERDARAH
AIDS

8
9
10
12

HEPATITIS
ISPA
ROKOK & NARKOTIK
KANKER
PENYAKIT
DEGENERATIF
AIR & KES. LING
TBC
KES. GI-LUT
KES. MATA
KES. JIWA
PHBS
JUMLAH

13
14
15
17
18
19
20

FREKUENSI
DALAM
GEDUNG
26
17
22
21
9
43
10

PENGUNJUNG
DALAM
GEDUNG
500
280
435
335
240
841
134

5
21
12
24

86
434
267
522

9
2
15
33
5
2
17
293

193
47
296
687
100
36
426
5859

FREKUENSI
LUAR
GEDUNG
34
21
33
48
7
48
8
4

PENGUNJUNG
LUAR GEDUNG
787
518
834
1020
157
1547
244

11
19
20

113
374
497
603

12
6
29
14
21
0
23
358

289
172
839
466
460
0
895
9815

Sumber: Koord. Penyuluhan Kes. Masy. Puskesmas Tebet Barat Tahun 2014

2.

Upaya Kesehatan Lingkungan

31

Upaya kesehatan lingkungan ini bertujuan agar berubahnya, terkendalinya atau hilangnya
semua unsur fisik dan lingkungan yang terdapat di masyarakat yang berpotensi memberi
pengaruh jelek terhadap kesehatan.
Tabel 13. Tabel Hasil Kegiatan Status Kesehatan Lingkungan Puskesmas Tebet Barat Tahun 2014
NO

Hasil Pemeriksaan Jumlah


Pengamatan

Target

Yang
diperiksa

Yang
memenuhi
syarat

Tidak memenuhi
syarat

Pengamatan TPS

Kesling

6787

6787

6787

6322

465

3
4
5

Pemukiman
Pemeriksaan TTU
161
Pemeriksaan TPM
6
Pembinaan industri 35

161
6
35

161
6
35

128
4
35

33
2
-

kecil & menengah


Sumber: Laporan Tahunan Puskesmas Tebet Barat Tahun 2014

3.

Kesehatan Ibu dan Anak serta KB


Pelayanan KIA buka setiap hari, dikelola oleh dua orang bidan Puskesmas, dilakukan

setiap hari Senin-Jumat. Sedangkan pelayanan KB buka setiap hari, khusus pelayanan KB IUD
setiap hari Kamis. Pelayanan imunisasi untuk bayi dilakukan setiap hari Selasa, untuk bayi yang
berhalangan maka dilakukan di posyandu.
a. KIA
Upaya Kesehatan Ibu dan Anak adalah upaya di bidang kesehatan yang menyangkut
pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui, bayi dan anak balita serta
anak pra sekolah. Tujuan dari program kesehatan ibu dan anak adalah tercapainya kemampuan
hidup sehat melalui peningkatan derajat kesehatan yang optimal bagi ibu dan keluarganya
menuju NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera) serta meningkatnya derajat
kesehatan anak untuk menjamin proses tumbuh kembang optimal yang merupakan landasan bagi
peningkatan kualitas manusia seutuhnya.
b. KB
32

Upaya Keluarga Berencana (KB) adalah perencanaan kehamilan, jarak antara kehamilan
diperpanjang dan kelahiran selanjutnya dapat dicegah apabila jumlah anak telah mencapai yang
dikehendaki. Tujuan KB dapat dibagi 2, yaitu:
i.

Tujuan umum
Yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dalam rangka mewujudkan

keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera (NKBS).


i.

Tujuan khusus
Yaitu meningkatnya kesadaran keluarga/masyarakat untuk menggunakan alat

kontrasepsi, menurunnya jumlah angka kelahiran bayi, meningkatnya kesehatan keluarga


masyarakat dengan cara penjarangan kelahiran.
c. Imunisasi
Indikatornya adalah jumlah bayi yang mendapat imunisasi BCG, DPT 1, DPT 3, Polio I,
Polio IV, Campak, Hepatitis B 1, Hepatitis B total.

Tabel 14. Tabel Hasil Kegiatan Kesehatan Ibu dan Anak Agustus Oktober 2015
Target
(%)

Sasaran 1
tahun

Sasaran bulan
berjalan (Agu
Okt 2015)

Kegiatan

K1

100

537

134

137

102

102

K4

96

537

134

140

104,4

108,8

Persalinan Nakes

98

485

121

123

101,7

103,8

Kunjungan Nifas

97

485

121

123

101,7

104,8

Penanganan

68

107

27

15

55,5

81,6

Indikator

Komplikasi

Cakupan

Pencapaian
(%)

33

Bumil
KN 1

100

462

116

123

106

106

KN

97

462

116

114

98,3

101,3

Kunjungan Bayi

97

462

116

117

100,9

104

Kunjungan Balita

92

646

162

144

88,9

96,6

Kunjungan MTBS

92

646

162

46

28,3

28,9

CPR (KB Aktif)

77

4121

1030

523

50,7

65,8

4.

Perbaikan Gizi Masyarakat


Pelayanan dikelola oleh nutrisionis di bagian gizi yang dibuka setiap hari Senin-Jumat.

Tujuan dari program ini adalah untuk menurunkan angka penyakit gizi kurang yang umumnya
banyak diderita oleh masyarakat yang berpenghasilan rendah, terutama pada anak balita dan
wanita. Upaya yang dilakukan pada pelayanan gizi terutama diarahkan untuk menanggulangi 4
masalah gizi utama yaitu kurang kalori protein, kurang vitamin A, gangguan akibat kekurangan
yodium, dan anemia gizi.
Jenis kegiatan:
a. SKDN
Indikatornya: - Balita yang datang dan ditimbang (D/S)
- Balita yang naik berat badannya (N/D)
- Balita BGM
b. Status gizi
c. Pemberian Vitamin A
Indikatornya:
- Cakupan bayi (6-11 bulan) diberi kapsul vitamin A dosis tinggi 1x/ tahun
- Cakupan anak balita (12-59 bulan) yang diberi kapsul vitamin A 2x/ tahun
- Cakupan bumil yang diberi 90 tablet Fe

34

- Balita gizi buruk yang mendapat perawatan

Tabel 15. Status Gizi Balita di Wilayah Kerja Periode Agustus Oktober 2015
NO
1
2
3

5.

STATUS GIZI BALITA


Gizi baik
Gizi buruk
Gizi kurang

JUMLAH
534
9
3

PERSENTASE (%)
97,8
1,6
0,5

Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular (P2PM)


Pelayanan buka setiap hari yang dikelola oleh 3 orang tenaga kesehatan dengan program

pencegahan dan pemberantasan penyakit menular. Tujuan dari program P2PM ini adalah
menurunkan angka kesakitan dan kematian serta mencegah akibat buruk lebih lanjut penyakit
serta menkonsolir penyakit yang telah dapat dikendalikan.
Kegiatan dari P2PM adalah:
a. P2 TB Paru
Indikatornya : - Cakupan suspect TB paru
- Penderita BTA + (case detection rate)
- Angka konversi (convertion rate)
- Angka kesembuhan (cure rate) = (jumlah penderita BTA + sembuh /
jumlah penderita BTA + diobati) x 100%
b. P2 ISPA
Indikatornya: cakupan pneumonia balita yang ditangani.
e. P2 DBD
Indikatornya: penderita DBD yang ditangani sesuai standar
Angka Bebas Jentik (Larva Free Index) merupakan persentase rumah dan atau
tempat umum yang tidak ditemukan jentik pada pemeriksaan jentik. Angka bebas jentik
ini diperoleh dari suatu survey jentik (Larva Survey) yang biasanya dilakukan oleh
35

pemerintah melalui departemen kesehatannya untuk menentukan apakah suatu wilayah


atau daerah sudah bebas jentik atau belum. Survey jentik ini dilakukan sebagai salah satu
cara pencegahan dini wabah penyakit Demam Berdarah yang disebabkan oleh nyamuk
Aedes aegypti yang berkembang biak dalam bentuk jentik.
Untuk mendapatkan ABJ, digunakan rumus:

x 100%

Lalu angka yang didapat dikelompokkan dan diartikan sebagai berikut:


Merah

: 0 84.9%

Kuning

: 85 94.9%

Hijau

: 95%

Tabel 16. Tabel Hasil Kegiatan Penanggulangan Penyakit Menular Mei - Oktober 2015

Target
(%)

Indikator

Sasaran 1
tahun

Sasaran
bulan
berjalan
(MeiOktober
2015)

Cakupan
Pencapaian
(%)

Kegiatan
%

Penemuan pasien baru


TB BTA (+)

100

260

130

19

15%

15%

Penemuan
pneumonia

100

65

32

14

44%

44%

100

60

30

14

47%

47%

penderita

Penderita DBD
tertangani

yang

36

6.

Upaya Pengobatan
Upaya pengobatan adalah upaya untuk menghilangkan penyakit dan gejalanya, yang

dilakukan oleh tenaga kesehatan dengan cara dan teknologi yang khusus untuk keperluan
tersebut.
Tujuan dari upaya pengobatan dapat dibagi menjadi 2 macam, yaitu:
a. Umum, yaitu untuk meningkatkan derajat kesehatan perorangan dan masyarakat.
b. Khusus, dapat dibagi menjadi 4 tujuan, yaitu:
1. Menghentikan proses perjalanan penyakit yang diderita seseorang
2. Mengurangi penderitaan seseorang karena sakit
3. Mencegah dan mengurangi kecacatan
4. Meneruskan penderita ke fasilitas yang lebih baik

Adapun kegiatan pokok dalam program pengobatan, yaitu:


1. Melakukan diagnosa sedini mungkin.
1. Melakukan tindakan pengobatan.
2. Melakukan upaya rujukan bila dipandang perlu
3. Melaksanakan pertolongan pertama pada trauma (kecelakaan), keracunan dan lain-lain
Pada program pengobatan, keberhasilan program dapat dilihat dengan menilai jumlah
kasus yang ada. Kunjungan ini dapat dibagi menjadi 3 kriteria yang merupakan indikator kinerja
kerja pada program pengobatan, yaitu:
1. Kasus baru: pernyataan diagnosa pertama kali oleh dokter/paramedis bahwa seseorang
menderita penyakit tertentu.
2. Kasus lama: kunjungan ketiga dan seterusnya suatu kasus (lama) penyakit yang masih
dalam periode penyakit yang bersangkutan. Untuk penyakit menahun adalah
kunjungan pertama kali dalam tahun berikutnya namun masih dalam suatu periode
penyakit yang bersangkutan.

37

3. Kunjungan kasus lama: kunjungan ketiga dan seterusnya suatu kasus (lama) penyakit
yang masih dalam periode penyakit yang bersangkutan. Untuk penyakit menahun
adalah kunjungan kedua dan seterusnya pada tahun berikutnya Frekuensi kunjungan
adalah rata-rata jumlah kunjungan setiap kasus ke Puskesmas dan jaringannya sampai
sembuh.
Tabel 17. Tabel Hasil Kegiatan Jangkauan Pengobatan Rawat Jalan Tahun 2014
POLI

JUMLAH

BPU

10276

BPG

2433

KIA

613

KB

666

KIR

110

TOTAL

14098

Sumber: Laporan Tahunan Puskesmas Tebet Barat 2015

3.2.3

Struktur Organisasi dan Deskripsi Kerja Puskesmas Kelurahan Tebet Barat


Gambar 8. Struktur Organisasi Puskesmas Tebet Barat
KEPALA PUSKESMAS
dr. Enok Pertama Ningrum
MANAGEMENT
REPRESENTATIVE

drg. Resi
PELAYANAN KESEHATAN (YANKES)

LOKET / SIK / KJS (JKN)


Hasanudin
POLI UMUM
dr. Enok, dr.
Hosiana A, Aryani,
Sutriyem

TATA USAHA
Ana Nurmumtaz
KESEHATAN MASYARAKAT (KESMAS)

PROMKES, PM/PTM,
Perkesmas
Sutriyem

38

UKS, UKGS
drg. Resi, Ariyani
POLI GIGI
drg. Resi
KIA
Bd. Leni Meliala
IMUNISASI
Bd. Purwanti
KB

PENYEHATAN
LINGKUNGAN &
KESEHATAN KERJA
GIZI & PEMBERDAYAAN
Sutriyem
MASYARAKAT
Bd. Purwanti
KESEHATAN JIWA MASY
& NAPZA

Bd. Leni Meliala

Aryani

Deskripsi Kerja Petugas Kesehatan di Puskesmas Kelurahan Tebet Barat:


FARMASI

LABORATORIU

1. Dokter/ Kepala Puskesmas M


Nelly

Tugas pokok : Mengusahakan agar fungsi puskesmas terselenggara dengan baik


Aryani,
Fungsi:
a.

Sebagai seorang manager:


Melaksanakan fungsi-fungsi manajemen di Puskesmas
Melaksanakan kerjasama lintas program dan lintas sektoral secara vertikal dan horizontal
Menerima konsultasi dari semua kegiatan di Puskesmas

b.

Sebagai seorang dokter:


Melakukan pemeriksaan dan pengobatan penderita
Merujuk kasus yang tidak bisa diatasi
Melakukan penyuluhan kesehatan kepada penderita dan masyarakat

2. Dokter Umum
Tugas pokok: Mengusahakan agar pelayanan pengobatan di wilayah kerja Puskesmas dapat
berjalan dengan baik
Fungsi:
a. Mengawasi pelaksanaan pelayanan obat di Puskesmas.
b. Memberikan pelayanan pengobatan di wilayah kerja Puskesmas
c. Memberikan bimbingan, edukasi dan motivasi kepada penderita dan masyarakat.
d. Membantu membina kerjasama lintas sektoral dalam pengembangan peran masyarakat.
e. Melakukan pencatatan dan pelaporan.
39

3. Dokter Gigi
Tugas Pokok: Mengusahakan agar pelayanan kesehatan gigi dan mulut di wilayah kerja
Puskesmas agar dapat berjalan dengan baik.
Fungsi:
a. Mengawasi pelaksanaan kesehatan gigi di Puskesmas
b. Memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di dalam wilayah kerja Puskesmas
secara teratur
c. Supervisi dan bimbingan teknis pada program gigi di Puskesmas
d. Memberikan penyuluhan kesehatan gigi pada penderita dan masyarakat di wilayah kerja
Puskesmas
e. Membantu dan membina kerjasama lintas sektoral dalam pengembangan peran serta
masyarakat
f. Memberikan penyuluhan kesehatan
g. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan
4. Tata Usaha
Tugas pokok:
a. Menghimpun dan menyusun semua laporan kegiatan Puskesmas
b. Menghimpun, mengatur dan menyimpan semua surat masuk
Fungsi:
a. Mengumpulkan, membuat surat yang masuk/keluar yang didisposisi
b. Mengumpulkan laporan berkala setiap tugas Puskesmas
c. Penyiapan dan pengaturan tata usaha kepegawaian Puskesmas
d. Melakukan laporan berkala ketatausahaan
5. Petugas P2M
Tugas pokok: Melaksanakan dan mengkoordinir kegiatan pencegahan dan pemberantasan
penyakit menular di wilayah kerja Puskesmas.
Fungsi:
a. Melaksanakan pengamatan penyakit di wilayah kerja Puskesmas
b. Melaksanakan tindakan pemberantasan penyakit menular
c. Melaksanakan penyuluhan kesehatan tentang penyakit menular
d. Melakukanpenyuluhan, pencatatan dan pelaporan
e. Melakukan pengobatan terhadap penderita penyakit menular atas delegasi dari dokter
f. Melakukan kunjungan rumah
g. Ikut dalam kegiatan Puskesling dan kegiatan terpadu lain yang terkait P2P
h. Memberikan penyuluhan kesehatan
i. Melakukan pencatatan dan pelaporan

40

6. Petugas KIA
Tugas Pokok: Melaksanakan kegiatan pelayanan KIA di wilayah kerja Puskesmas agar dapat
berjalan dengan baik.
Fungsi:
a. Melaksanakan pemeriksaan secara berkala ibu hamil, ibu menyusui, bayi, dan anak
b. Mengatur dan menjaga tempat kerja dengan rapi
c. Memberikan jelang imunisasi pada bayi dan ibu hamil
d. Melakukan pembinaan dukun bayi
e. Melakukan pembinaan kepada bidan desa
f. Melaksanakan kegiatan Posyandu dan kegiatan terpadu lain yang terkait dengan KIA
g. Melakukan penyuluhan kesehatan
h. Melakukan pencatatan dan pelaporan
i. Melakukan rujukan kasus bila tidak mampu mengatasi
7. Petugas Gizi
Tugas pokok: Melaksanakan kegiatan dan mengkoordinir perbaikan gizi di wilayah kerja
Puskesmas.
Fungsi:
a. Melaksanakan pemberian makanan tambahan
b. Memantau keadaan gizi di masyarakat khususnya kasus-kasus kurang gizi
c. Membantu meningkatkan kerja sama lintas sektoral terkait dengan gizi
d. Memberikan penyuluhan gizi, melatih kader gizi
e. Melakukan pencatatan dan pelaporan
f. Melakukan pembagian vitamin A secara periodik
g. Melakukan monitoring garam beryodium secara periodik
h. Melakukan pembinaan Posyandu
i. Melakukan rujukan kasus gizi
8. Pelayanan Imunisasi
Tugas pokok: Melaksanakan dan mengkoordinir imunisasi di wilayah kerja Puskesmas.
Fungsi:
a. Melaksanakan kegiatan imunisasi di lapangan dan Puskesmas
b. Melakukan penyuluhan kepada pasien tentang imunisasi
c. Melakukan pencatatan dan pelaporan
d. Menyelenggarakan dan memonitor Cold Chain dari imunisasi
e. Menyediakan persediaan vaksin secara teratur
f. Melakukan sweeping untuk daerah-daerah yang cakupannya kurang
g. Memberikan penyuluhan kesehatan
9. Petugas Apotek
Tugas pokok: Menerima resep, memeriksa, meracik dan membungkus dan memberikan obat.
Fungsi:
a. Melaksanakan sebagian kegiatan pengelolaan obat yang meliputi peresepan,
pembungkusan dan pemberian obat pada pasien.
b. Membantu pelaksanaan kegiatan petugas gudang obat.
c. Membantu dalam penyimpanan obat dan administrasi dari obat di apotek.
41

d. Melakukan pencatatan dan pelaporan obat.


e. Mengatur kebersihan dan kerapihan kamar obat.
10. Petugas Pendaftaran
Tugas Pokok: Melakukan proses pelayanan di loket pendaftaran pada semua pengunjung
Puskesmas.
Fungsi:
a. Melakukan pelayanan pendaftaran secara berurutan
b. Memberikan penjelasan kepada pasien tentang proses pendaftaran
c. Memberikan gambar status/catatan medis untuk setiap pasien
d. Mencatat semua kunjungan pasien pada buku
e. Menata kembali dengan rapi status yang sudah dipergunakan hari tersebut
f. Melakukan pencatatan dan pelaporan
11. Petugas Gudang Obat
Tugas Pokok: Mengelola obat-obat yang ada di puskesmas.
Fungsi:
a. Membantu dokter atau kepala puskesmas dalam pengelolaan obat di puskesmas
b. Mempersiapkan pengadaan obat di puskesmas
c. Mengatur penyimpanan obat
d. Mengatur administrasi obat dan mengatur distribusi obat
e. Menyediakan obat untuk Puskesling, Pustu, dan Poliklinik Kesehatan Desa (PKD)
f. Mengatur dan menjaga kerapihan, kebersihan, dan pencahayaan dalam obat
3.3

Program Pokok Puskesmas Kelurahan Tebet Barat

3.3.1

Upaya Kesehatan Wajib Puskesmas Kelurahan Tebet Barat


Upaya Kesehatan Wajib Puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan komitmen

nasional, regional, dan global, serta yang mempunyai daya tingkat tinggi untuk peningkatan
derajat kesehatan masyarakat. Upaya Kesehatan Wajib ini harus diselenggarakan oleh setiap
puskesmas yang ada di wilayah Indonesia. Upaya Kesehatan Wajib yang terdapat di puskesmas
kelurahan Tebet Barat adalah sebagai berikut:

42

Tabel 18. Upaya Kesehatan Wajib Puskesmas Tebet Barat


Program

Rincian Kegiatan

Promosi kesehatan

a.

Penyuluhan kesehatan

Kesehatan ibu dan anak

a.
b.

Pelayanan poli KIA dan KB


Pengembangan program imunisasi

Peningkatan Gizi

a.
b.
c.

SKDN
Status gizi
Vitamin A

Kesehatan Lingkungan

a.
b.

Pembinaan depo air isi ulang


Kesling usaha dan kesehatan kerja

a.
b.

Pemberantasan penyakit menular


Penyakit bersumber binatang

Pencegahan
dan
penyakit menular
Pengobatan

3.3.2

pemberantasan

a.
b.

Poli umum
Poli gigi

Upaya Kesehatan Pengembangan Puskesmas Kelurahan Tebet Barat


Upaya Kesehatan Pengembangan Puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan

permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta yang disesuaikan dengan


kemampuan puskesmas. Upaya Kesehatan Pengembangan dipilih dari daftar upaya kesehatan
pokok puskesmas yang telah ada yakni:
a. Upaya Kesehatan Sekolah
b. Upaya Kesehatan Jiwa
c. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat
d. Upaya Kesehatan Usia Lanjut
e. Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional
f. Upaya Kesehatan Olah Raga
g. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut

43

BAB IV
METODE DIAGNOSTIK KOMUNITAS
4.1

Rancangan Diagnostik Komunitas


Jenis penelitian ini adalah penelitian mixed-method, dimana penelitian dilakukan secara

kualitatif dan kuantitatif dengan mendeskripsikan serta menganalisis data dengan tujuan utama
untuk memberikan gambaran mengenai suatu gambaran secara objektif.
Metode kualitatif di dalam penelitian ini berupa pengumpulan data yang berujung pada
terpilihnya suatu prioritas masalah yang kemudian dijadikan pokok bahasan dalam makalah ini.
Sedangkan metode kuantitatif menggambarkan penghitungan data dari kuesioner yang disebar ke
pemegang program di puskesmas, kader-kader program, serta pasien untuk mendapatkan
penyebab dan pemecahan masalah dari topik bahasan yang sudah dipilih di awal.
4.2

Metode Diagnostik
Penelitian ini menggunakan jenis data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh

dari hasil wawancara dengan pemegang program PSN di Puskesmas Kelurahan Tebet Barat, dari
hasil wawancara dengan koordinator jumantik RW 03 kelurahan Tebet Barat, serta sebagian
jumantik melalui penyebaran kuesioner. Sedangkan data sekunder diperoleh dari data Standar
Pelayanan Minimal (SPM) Puskesmas Kelurahan Tebet Barat dan laporan kegiatan bagian dari
masing-masing program yang terdapat di Puskesmas Kelurahan Tebet Barat.
Data yang didapatkan bersumber dari telaah dokumen dan wawancara yang mendalam
(in-depth interview) terhadap pemegang program PSN, koordinator jumantik RW 03 kelurahan
Tebet Barat, serta sebagian jumantik.

4.3

Lokasi dan Waktu


Lokasi: Puskesmas Kelurahan Tebet Barat
Waktu: 23 November 2015 18 Desember 2015
44

4.4

Sampel Diagnostik Komunitas


Pengambilan sampel dilakukan dengan purposive sampling, yaitu pengambilan sampling

secara bertujuan, dengan kriteria inklusi sebagai berikut:


1. Anggota Jumantik yang aktif melakukan kegiatan PSN antara bulan Mei-Oktober
2015
2. Bertempat tinggal dalam wilayah kelurahan yang diteliti
3. Terdaftar sebagai penduduk kelurahan Tebet Barat
4. Bersedia untuk mengisi kuesioner & diwawancara
Selanjutnya dilakukan wawancara pada sampel yang memenuhi kriteria inklusi di atas.

45

BAB V
ANALISIS MASALAH

5.1

Alur Pemecahan Masalah

Monitoring dan
evaluasi hasil
penerapan

Penyusunan rencana
penerapan untuk
memaksimalkan
pelaksanaan PSN

Penetapan pemecahan
dari masalah

INPUT

5.2

Man: pemegang
program PSN,
Jumantik
Kerangka
Pikir Masalah

Identifikasi masalah:
Kurang
koordinasi
antara Jumantik
dan
petugas
kesehatan
Sulitnya
membangun
kesadaran
masyarakat
untuk
peduli
terhadap
lingkungannya
sehingga jumlah
Jumantik tidak
sesuai dengan
jumlah RT yang
ada
Tidak
adanya
sharing antara
petugas
jumantik
sebelumnya
dengan jumantik
yang
PROSES
menggantikan

P1: perencanaan
Menentukan
alternatif
tertulis
mengenai
pemecahan
dari
Gambarmekanisme
9.masalah
Alur Pemecahan
kegiatan

Penentuan prioritas masalah

Penentuan penyebab masalah:

Memilih penyebab yang


paling mempengaruhi
kurang maksimalnya
pelaksanaan PSN

Masalah

PSN oleh jumantik &


pemegang program

Money: dana

P2: penyuluhan rutin


Dari operasional
hasil cakupan
untuk Standar Pelayanan Minimal (SPM) kegiatan Puskesmas Kelurahan
terhadap jumantik

Jumantik
oleh petugas
Tebet Barat pada
bulan Agustus sampai dengan
Oktober 2015, yang masih menjadi masalah dan
kesehatan di daerah

Method:simulasi,
perlu diupayakan
pemecahannya dengan setempat
menggunakan kerangka pemikiran pendekatan sistem
penyuluhan
dilakukannya PSN
adalah sebagai berikut:
OUTPUT
Material: poster,
pamphlet, checklist
PSN, perangkat
audiovisual

Machine: sarana
diskusi evaluasi
data & ketersediaan
alat bantu

secara bergilir

P3: evaluasi data


ABJ menggunakan
buku pencatatan &
pelaporan serta
monitoring oleh
puskesmas

Kinerja Jumantik
serta pelaksanaan
Pemberantasan
Sarang Nyamuk di
kelurahan Tebet
Barat

46

sarana audiovisual

LINGKUNGAN
Keamanan: warga yang tidak mau dimasuki rumahnya
Sosial: status ekonomi menentukan mau tidaknya warga dimasuki
rumahnya saat kegiatan PSN

Gambar 10. Kerangka Pikir Masalah


5.3

Identifikasi Cakupan Program


Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil analisis data Standar Pelayanan Minimal

Puskesmas Keluarahan Tebet Barat mulai bulan Agustus - Oktober 2015, data dari program
Penanggulangan Penyakit Menular merupakan data yang paling lengkap dan sebagian komponen
program tersebut belum mencapai hasil yang ditargetkan. Komponen - komponen program
tersebut yaitu:

47

Tabel 19. Cakupan Program Bermasalah

Indikator
Penanganan
Komplikasi Bumil
CPR (KB Aktif)
Booster Pentavalen
Booster Campak
Penemuan pasien baru
TB BTA (+)
Penemuan penderita
pneumonia
Penderita DBD yang
tertangani

5.4

Target
(%)

Cakupan
Sasaran bulan
Sasaran 1
berjalan (Meitahun
Kegiatan
%
Juli 2015)

Pencapaian
(%)

68
77
90
90

107
4121
546
546

27
1030
137
137

7
47
54
39

25,9
4,6
39,4
28,5

38,1
5,9
43,8
31,6

100

260

65

16

24,6

24,6

100

65

16

14

87,5

87,5

100

60

15

14

93,3

93,3

Penentuan Prioritas Masalah

Untuk penentuan prioritas masalah dengan menggunakan metode Hanlon Kuantitatif.


Kriteria dalam Hanlon Kuantitatif sbb:
Kriteria A: Besarnya masalah
Kriteria B: Kegawatan masalah
Kriteria C: Kemudahan dalam penanggulangan
Kriteria D: Faktor PEARL
Kriteria A: Besarnya masalah
Besarnya masalah dapat ditentukan melalui langkah-langkah berikut:

Langkah 1:
Menentukan besar masalah dengan cara menghitung selisih presentasi pencapaian hasil kegiatan
dengan pencapaian 100%.
48

Program-program yang belum mencapai target:


Tabel 20. Program-program yang belum mencapai target
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Program

Penanganan Komplikasi Bumil


CPR (KB Aktif)
Booster Pentavalen
Booster Campak
Penemuan pasien baru TB BTA (+)
Penemuan penderita pneumonia
Penderita DBD yang tertangani

Pencapaian

Besarnya masalah

38,1
5,9
43,8
31,6
24,6
87,5
93,3

61,9
94,1
56,2
68,4

75,4
12,5
6,7

Langkah 2:
Menentukan kolom/kelas interval dengan Rumus Sturgess:
k = 1 + 3,3 Log n
Keterangan:
k = jumlah kolom/kelas
n = jumlah masalah
masukkan ke rumus : k = 1 + 3.3 log n
= 1 + 3,3 log 7
= 1 + 3,3(0,85)
= 3,8 4
Langkah 3:
Menentukan interval kelas dengan menghitung selisih besarnya masalah terbesar dengan terkecil
kemudian di bagi kelas/kolom.
Nilai besar masalah: terbesar
terkecil
49

Interval

:nilai terbesar nilai terkecil


k
: 94,1 6,7

21,85

4
Langkah 4:
Menentukan skala interval dan nilai tiap interval sesuai jumlah kolom/kelas:
Tabel 21. Pembagian Interval Kelas
Kolom/Kelas
Skala 1
Skala 2
Skala 3
Skala 4

Skala Interval
6,7 28,55
28,56 50,40
50,41 72,25
72,26 94,10

Nilai
1
2
3
4

Langkah 5:
Menentukan nilai tiap masalah sesuai dengan kelasnya
Tabel 22. Penentuan nilai tiap masalah berdasarkan kelas
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Masalah
Penanganan Komplikasi Bumil
CPR (KB Aktif)
Booster Pentavalen
Booster Campak
Penemuan pasien baru TB BTA (+)
Penemuan penderita pneumonia
Penderita DBD yang tertangani

6,7

28,56-

50,41-

72,26-

28,55

50,40

72,25
X

94,10
X

X
X
X
X
X

Nilai
3
4
3
3
4
1
1

Kriteria B: Kegawatan masalah


50

Kriteria ini dilakukan dengan cara menentukan keganasan, tingkat urgensi, dan tingkat
penyebaran/ meluasnya tiap masalah dengan sistem skoring dengan skor 1 5.
Tingkat urgensi dinilai sbb:
Sangat mendesak

:5

Mendesak

:4

Cukup mendesak

:3

Kurang mendesak

:2

Tidak mendesak

:1

Keseriusan dinilai sbb:


Sangat serius : 5
Serius

:4

Cukup serius : 3
Kurang serius : 2
Tidak serius

:1

Tingkat penyebaran/meluasnya masalah dinilai sbb:


Sangat mudah menyebar/meluas

:5

Mudah menyebar/meluas

:4

Cukup menyebar/meluas

:3

Sulit menyebar/meluas

:2

Tidak menyebar/meluas

:1

Tabel 23. Penilaian masalah berdasarkan kegawatan

51

NO
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

MASALAH

JUMLAH

Penanganan Komplikasi Bumil


CPR (KB Aktif)
Booster Pentavalen
Booster Campak

2
2
2
2
2
3
4

4
3
2
2
4
4
5

1
1
2
2
4
4
5

7
6
6
6
10
11
14

Penemuan pasien baru TB BTA (+)


Penemuan penderita pneumonia
Penderita DBD yang tertangani

Kriteria C: Kemudahan dalam penanggulangan


Kemudahan dalam penganggulangan masalah diukur dengan sistem skoring dengan nilai
1 5 dimana:
Sangat mudah : 5
Mudah

:4

Cukup mudah : 3
Sulit

:2

Sangat sulit

:1

Tabel 24. Penilaian masalah berdasarkan kemudahan dalam penganggulangan


No
1.

Masalah

Nilai
3

Penanganan Komplikasi Bumil

2.

CPR (KB Aktif)

3.

Booster Pentavalen

4.

Booster Campak

5.

Penemuan pasien baru TB BTA (+)

6.

Penemuan penderita pneumonia

7.

Penderita DBD yang tertangani

52

Kriteria D. PEARL faktor


Kelompok kriteria D terdiri dari beberapa faktor yang saling menentukan dapat atau tidak
nya suatu program dilaksanakan, faktor-faktor tersebut adalah:

Kesesuaian (Propriety)
Secara Ekonomis murah (Economic)
Dapat diterima (Acceptability)
Tersedianya sumber (Resources availability)
Legalitas terjamin (Legality)

Tabel 25. Kriteria D (PEARL Faktor)


Masalah

Hasil

Penemuan pasien baru TB BTA

1
1
1
1
1

1
1
1
1
1

1
1
1
1
1

1
1
1
1
1

1
1
1
1
1

Kali
1
1
1
1
1

(+)
Penemuan penderita pneumonia
Penderita DBD yang tertangani

1
1

1
1

1
1

1
1

1
1

1
1

Penanganan Komplikasi Bumil


CPR (KB Aktif)
Booster Pentavalen
Booster Campak

Setelah nilai dari kriteria A,B,C dan D didapat, hasil tersebut dimasukan dalam formula
nilai prioritas dasar (NPD), serta nilai prioritas total (NPT) untuk menentukan prioritas masalah
yang dihadapi:
NPD = (A+B) x C
NPT = (A+B) x C x D

53

Tabel 26. Urutan prioritas berdasarkan perhitungan Hanlon kuantitatif

5.5

Urutan

Masalah

NPD

NPT

Penanganan Komplikasi Bumil


CPR (KB Aktif)
Booster Pentavalen
Booster Campak
Penemuan pasien baru TB BTA

3
4
3
3
4

7
6
6
6
10

3
3
3
3
3

1
1
1
1
1

30
30
27
27
42

30
30
27
27
42

Prioritas
IV
V
VI
VII
II

(+)
Penemuan penderita pneumonia
Penderita DBD yang tertangani

1
1

11
14

3
3

1
1

36
45

36
45

III
I

Urutan Prioritas Masalah


Setelah dilakukan penentuan prioritas masalah dengan teknik Hanlon Kuantitatif,

didapatkan urutan prioritas masalah upaya program yang dinilai, di Puskesmas Kelurahan Tebet
Barat adalah:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Penderita DBD yang tertangani


Penemuan pasien baru TB BTA (+)
Penemuan penderita pneumonia
CPR (KB aktif)
Penanganan komplikasi bumil
Booster pentavalen
Booster campak

54

BAB VI

6.1

Analisis Penyebab Masalah


Untuk membantu menentukan kemungkinan penyebab masalah dapat dipergunakan

diagram fish bone. Metode ini berdasarkan pada kerangka pendekatan sistem, seperti yang
tampak pada gambar berikut:

55

1. Kurang koordinasi antara Jumantik di


lapangan dan puskesmas
2. Sulitnya
membangun
kesadaran
masyarakat untuk peduli terhadap
lingkungannya
sehingga
jumlah
Jumantik tidak sesuai dengan jumlah
RT yang ada
3. Tidak adanya sharing antara petugas
jumantik sebelumnya dengan jumantik
yang menggantikan
-

INPUT

Keterbatasan anggaran dana operasional untuk Jumantikdalam melaksanakan


program

MONEY
MAN
MATERIAL

Tidak
adanya
apresiasi
terhadap kerja jumantik
Tidak
pernah
diadakan
penyuluhan rutin/ sosialisasi
terhadap Jumantik & warga
setempat
Tidak adanya diskusi rutin
yang berkelanjutan untuk
evaluasi kinerja jumantik serta
kegiatan PSN

MACHINE

METHOD
-

Perencanaan tertulis mengenai alur


kegiatan PSN oleh jumantik &
pemegang program (SOP)
Sosialisasi PerGub mengenai sanksi
yang diberikan di tempat umum jika
ditemukan kembali jentik dlm rentang
waktu 1 bulan

Kurangnya pemanfaatan sarana diskusi


untuk evaluasi kinerja jumantik serta
kegiatan PSN
Kurangnya akses jumantik mendapatkan
alat bantu pelaksanaan PSN
Perangkat audiovisual
Kinerja Jumantik
serta pelaksanaan
Pemberantasan
Sarang Nyamuk di
kelurahan Tebet
Barat

P1

P2
Evaluasi kinerja monitoring oleh puskesmas

Pengadaan jaket/rompi, form pemantauan jentik,


senter, bubuk abate untuk jumantik

P3

Penyuluhan rutin terhadap RT oleh petugas


kesehatan di daerah setempat dilakukannya
PSN secara bergilir
Silaturahmi rutin jumantik di luar kegiatan
PSN untuk meningkatkan kinerja jumantik
Warga yang tidak mau dimasuki rumahnya untuk
kegiatan PSN

LINGKUNGAN

Kurangnya peran RT dalam sosialisasi kegiatan PSN

PROSES

Kurangnya sosialisasi lintas sektoral terhadap kegiatan


PSN

Gambar 11. Diagram Fish Bone Berdasarkan Pendekatan Sistem

56

6.2

Konfirmasi Kemungkinan Penyebab Masalah


Setelah dilakukan konfirmasi kepada koordinator Kesehatan Lingkungan, maka didapatkan

penyebab yang paling mungkin sebagai berikut:

6.3

1.
2.

Kurangnya koordinasi antara jumantik di lapangan dan puskesmas


Sulitnya membangun kesadaran masyarakat untuk peduli terhadap lingkungannya

3.

sehingga jumlah Jumantik tidak sesuai dengan jumlah RT yang ada


Tidak adanya sharing antara petugas jumantik sebelumnya dengan jumantik yang

4.
5.
6.

menggantikan
Tidak adanya apresiasi terhadap kerja jumantik
Kurangnya penyuluhan rutin atau sosialisasi terhadap jumantik dan warga setempat
Keterbatasan anggaran dana operasional untuk jumantik dalam melaksanakan

7.

program
Tidak adanya diskusi rutin yang berkelanjutan untuk evaluasi kinerja jumantik serta

8.

kegiatan PSN dan kurangnya sarana penunjang diskusi


Kurangnya akses jumantik mendapatkan alat bantu pelaksanaan PSN

Penentuan Alternatif Pemecahan Masalah


Tabel 27. Alternatif Pemecahan Masalah

No.
1.

Penyebab Masalah
Kurangnya koordinasi antara Jumantik dan

puskesmas

Alternatif Pemecahan Masalah


Mengadakan pertemuan rutin antara
pemegang

program

dengan

para

Jumantik di setiap RW
Monitoring kegiatan PSN yang terjadwal
oleh pemegang program atau dengan

2.

Sulitnya

membangun

masyarakat

untuk

kesadaran

bantuan dokter muda / dokter internship


Mengadakan sosialisasi terhadap warga

terhadap

setempat mengenai pentingnya peran

lingkungannya sehingga jumlah Jumantik

jumantik dalam pemberantasan DBD

peduli

tidak sesuai dengan jumlah RT yang ada

terutama di lingkungan sendiri


Mengadakan lomba RT Bebas Jentik
pada saat perayaan hari besar nasional
sebagai

apresiasi

terhadap

kinerja
57

3.

4.

Tidak adanya sharing antara petugas

jumantik & kegiatan PSN


Mengadakan sosialisasi ulang mengenai

jumantik sebelumnya dengan jumantik

tugas jumantik dan alur kegiatan PSN

yang menggantikan

terhadap jumantik yang baru

Tidak adanya diskusi rutin berkelanjutan

Mengusulkan

adanya

jadwal

rutin

untuk evaluasi kerja jumantik serta kegiatan

kegiatan evaluasi terhadap Kepala Seksi

PSN dan kurangnya pemanfataan sarana

Kesehatan

penunjang diskusi

Masyarakat

(Kasikesmas)

Kelurahan Tebet Barat setahun sekali


Memaksimalkan fungsi ruangan rapat di
kelurahan yang sudah ada

5.

Keterbatasan

dana operasional

untuk

sesuai alur birokrasi

jumantik dalam melaksanakan program

6.

Kurangnya peran RT setempat dalam

Mengusulkan adanya dana tambahan

Meningkatkan peran serta RT dalam

mendukung kegiatan jumantik dalam hal

mendukung

sarana dan prasarana

kegiatan PSN

Penggabungan Alternatif Pemecahan Masalah

sarana

dan

prasarana

Mengadakan pertemuan
rutin antara pemegang
program dengan para
jumantik di setiap RW

Gambar 12. Penggabungan Alternatif Pemecahan Masalah

Monitoring kegiatan PSN yang


terjadwal o/ pemegang
program/dg bantuan dr. muda/
internship

58

Kurangnya koordinasi antara jumantik


dan puskesmas

Sulitnya membangun kesadaran


masyarakat utk peduli thd
lingkungan shg jumlah jumantik
tidak sesuai dgn jumlah RT yg
ada
Tidak adanya sharing antara
petugas jumantik sebelumnya
dengan jumantik yang
menggantikan
Tidak adanya diskusi rutin
berkelanjutan untuk evaluasi kerja
jumantik serta kegiatan PSN dan
kurangnya pemanfaatan sarana
penunjang diskusi

Keterbatasan dana operasional


untuk jumantik dalam
melaksanakan program

Kurangnya peran RT setempat dalam


mendukung kegiatan jumantik dalam
hal sarana & prasarana

6.4

Mengadakan sosialisasi thd


warga setempat mengenai
pentingnya peran jumantik
dlm pemberantasan DBD
terutama di lingkungan
sendiri
Mengadakan lomba RT Bebas
Jentik saat perayaan hari besar
nasional sbg apresiasi thd kinerja
jumantik & kegiatan PSN
Mengadakan sosialisasi
ulang mengenai tugas
jumantik & alur kegiatan
PSN thd jumantik yg baru

Mengusulkan adanya jadwal


rutin kegiatan evaluasi thd
Kasikesmas Kel. Tebet Barat
1x/thn

Memaksimalkan fungsi ruang


rapat di kelurahan yang sudah ada
Mengusulkan adanya dana
tambahan sesuai alur birokrasi
Meningkatkan peran serta RT
dalam mendukung sarana &
prasarana kegiatan PSN

Penentuan Prioritas Pemecahan Masalah dengan Kriteria Matriks


Setelah menemukan alternatif pemecahan masalah, maka selanjutnya dilakukan

penentuan prioritas alternatif pemecahan masalah. Penentuan prioritas alternatif pemecahan


59

masalah dapat dilakukan dengan menggunakan kriteria matriks dengan rumus (M x I x V) / C.


Masing-masing cara penyelesaian masalah diberi nilai berdasar kriteria:
1. Magnitude: Besarnya penyebab masalah yang dapat diselesaikan
Dengan nilai 1-5, dimana semakin mudah masalah yang dapat diselesaikan maka
2.

nilainya mendekati angka 5.


Importancy: Pentingnya cara penyelesaian masalah
Dengan nilai 1-5, dimana semakin pentingnya masalah untuk diselesaikan maka

3.

nilainya mendekati angka 5.


Vulnerability: Sensitifitas cara penyelesaian masalah
Dengan nilai 1-5, dimana semakin sensitifnya cara penyelesaian masalah maka
nilainya mendekati angka 5.
Cost: Biaya (sumber daya) yang digunakan

4.

Dengan nilai 1-5, dimana semakin kecil biaya yang dikeluarkan nilainya mendekati
angka 1.
Dari hasil analisis pemecahan masalah didapatkan alternatif pemecahan masalah sebagai
berikut:
a) Mengadakan pertemuan rutin antara pemegang program dengan para jumantik di setiap
RW
b) Monitoring kegiatan PSN yang terjadwal oleh pemegang program atau dengan bantuan
dokter muda/ internship
c) Mengadakan sosialisasi terhadap warga setempat mengenai pentingnya peran jumantik
dalam pemberantasan DBD terutama di lingkungan sendiri
d) Mengadakan lomba RT Bebas Jentik pada saat perayaan hari besar nasional sebagai
apresiasi terhadap kinerja jumantik & kegiatan PSN
e) Mengadakan sosialisasi ulang mengenai tugas jumantik dan alur kegiatan PSN terhadap
jumantik yang baru
f) Mengusulkan adanya jadwal rutin kegiatan evaluasi terhadap Kepala Seksi Kesehatan
Masyarakat Kelurahan tebet Barat setahun sekali
g) Memaksimalkan fungsi ruang rapat di kelurahan yang sudah ada
h) Mengusulkan adanya dana tambahan sesuai alur birokrasi
i) Meningkatkan peran serta RT dalam mendukung sarana & prasarana kegiatan PSN
Tabel 28. Hasil Akhir Penentuan Prioritas Pemecahan Masalah
Penyelesaian
Masalah
A

Nilai Kriteria

Hasil akhir

(M x I x V) / C

12 (PR

Urutan
VII
60

jum&puskes)

Setelah

24 (Monitoring

50 (Sos thd warga)

16 (Apresiasi)

33 (Sos alur)

II

11 (Eval rutin)

VIII

8 (Sarana)

IX

15 (Dana)

VI

32 (RT)

III

penentuan

prioritas

alternatif

IV

PSN)

penyebab

pemecahan

masalah

dengan

menggunakan kriteria matriks, maka didapatkan urutan prioritas alternatif pemecahan penyebab
kendala yang dihadapi oleh jumantik dan petugas kesehatan di Puskesmas Kelurahan Tebet Barat
adalah sebagai berikut:
I.

Mengadakan sosialisasi terhadap warga setempat mengenai pentingnya peran jumantik

II.

dalam pemberantasan DBD terutama di lingkungan sendiri


Mengadakan sosialisasi ulang mengenai tugas jumantik & alur kegiatan PSN terhadap

III.
IV.

jumantik yang baru


Meningkatkan peran serta RT dalam mendukung sarana & prasarana kegiatan PSN
Monitoring kegiatan PSN yang terjadwal oleh pemegang program atau dengan bantuan

V.
VI.
VII.
VIII.

dokter muda/ internship


Mengadakan lomba RT Bebas Jentik pada saat perayaan hari besar nasional sebagai
apresiasi terhadap kinerja jumantik & kegiatan PSN
Mengusulkan adanya dana tambahan sesuai alur birokrasi
Mengadakan pertemuan rutin antara pemegang program dengan para jumantik di setiap
RW
Mengusulkan adanya jadwal rutin kegiatan evaluasi terhadap Kepala Seksi Kesehatan
Masyarakat (Kasikesmas) Kelurahan Tebet Barat setahun sekali

61

6.5

Rencana Kegiatan (Plan of Action)

Tabel 29. Plan of Action


Kegiatan

Tujuan

Sasaran

Tempat

Pelaksana

Waktu

Mengadakan
sosialisasi
terhadap warga
setempat
mengenai
pentingnya peran
jumantik dlm
pemberantasan
DBD terutama di
lingkungan
sendiri

Meningkatkan
kesadaran
masyarakat akan
pentingnya
jumantik agar
dapat
menambah
jumlah jumantik
di kelurahan
Tebet Barat

Warga kelurahan
Tebet Barat

Puskesmas
Kelurahan
Tebet Barat

Pemegang program
PSN, dokter muda
Puskesmas
Kelurahan Tebet
Barat

Secepatnya

Mengadakan
sosialisasi ulang
mengenai tugas
jumantik & alur
kegiatan PSN thd
jumantik baru

Menyamarataka
n persepsi antar
jumantik lama
& baru agar
kinerja Jumantik
tetap maksimal

Jumantik lama &


baru

Kelurahan
Tebet Barat

Pemegang
program PSN,
jumantik Kelurahan
Tebet Barat

Setiap ada
pergantian
jumantik

Biaya
-

Metode

Tolak ukur

Diskusi
interaktif

Penyampaia
informasi da
perwakilan
terhadap RT
masing-mas
dapat diadak
sosialisasi le
lanjut

Sharing antar
jumantik

62

Persamaa
persepsi a
jumantik
pengetah
mengena
pelaksana
PSN & tu
jumantik

Kegiatan

Tujuan

Sasaran

Tempat

Pelaksana

Waktu

Meningkatkan
peran serta RT
dlm mendukung
sarana &
prasarana
kegiatan PSN

Menjembatani
antara jumantik
dan kelurahan
untuk
memudahkan
akses jumantik
thd sarana &
prasarana

Seluruh RT di
kelurahan Tebet
Barat

Kelurahan
Tebet Barat

Pemegang
program, dokter
muda/ internship di
Puskesmas
Kelurahan Tebet
Barat

Secepatnya

Monitoring
kegiatan PSN yg
terjadwal oleh
pemegang
program atau dgn
bantuan dr. muda/
internship

Memantau
kegiatan PSN
yang dilakukan
Jumantik agar
kegiatan PSN
berlangsung
dengan baik

Jumantik

Kelurahan
Tebet Barat

Pemegang
program, dokter
muda/ internship

Setiap kegiatan
PSN

Mengadakan
lomba RT Bebas
Jentik saat
perayaan hari

Memberikan
apresiasi
terhadap
jumantik &

Masing-masing
RW di Kelurahan
Tebet barat

Tiap RT di
masingmasing RW

RT, koordinator
jumantik

Hari-hari libur
nasional

Biaya

Metode

Tolak ukur

Sosialisasi
terhadap seluruh
RT di kelurahan
Tebet Barat

Meningkatn
kemudahan
jumantik ter
sarana & pr
yang dibutu

Konsumsi

Mengikuti
kegiatan PSN

Semakin efe
pelaksanaan
sehingga AB
meningkat

Sesuai
kebutuhan

Rapat
koordinasi

Semakin
efektifny
pelaksana
PSN &
63

besar nas sbg


apresiasi thd
kinerja jumantik
& kegiatan PSN

kegiatan PSN

meningka
kinerja Ju

Mengusulkan
adanya dana
operasional
tambahan sesuai
alur birokrasi

Meningkatkan
pelaksanaan
program PSN

Jumantik di
masing-masing
RW

Seluruh
RW di
Kelurahan
Tebet Barat

Dinas Kesehatan
DKI Jakarta

Secepatnya

Sesuai
kebutuhan

Rapat
koordinasi

Meningk
kinerja Ju
di kelurah
Tebet Ba

Mengadakan
pertemuan rutin
antara pemegang
program dengan
para jumantik di
setiap RW

Meningkatkan
silaturahmi antar
jumantik serta
mengurangi
kejenuhan yang
ada

Pemegang
program,
jumantik Tebet
Barat

Ruang
rapat
Puskesmas
Kelurahan
Tebet Barat

Pemegang
program, dokter
muda/ internship

Sekali per bulan

Konsumsi

Rapat
koordinasi

Meningk
kinerja Ju
di kelurah
Tebet Ba

Mengusulkan
adanya jadwal
rutin kegiatan
evaluasi thd
Kasikesmas kel.
Tebet Barat
setahun sekali

Mengevaluasi
data ABJ yang
sudah didapat
selama setahun
kegiatan PSN di
kelurahan Tebet
Barat

Kasikesmas kel.
Tebet Barat,
pemegang
program,
jumantik

Ruang
rapat
kesling
kelurahan
Tebet Barat

Kasikesmas kel.
Tebet Barat,
pemegang program,
jumantik

Sekali dalam
setahun

Konsumsi,
transportasi,
sesuai
kebutuhan

Rapat evaluasi

Adanya
pengetah
baru yang
didapat d
selama se
dapat ber
penelitian

Memaksimalkan
fungsi ruang
rapat yang sudah
ada di kelurahan

Sebagai sarana
permanen bagi
para pihak yang
bersangkutan

Kasikesmas kel.
Tebet Barat,
pemegang
program,
jumantik

Kelurahan
Tebet Barat

Kasikesmas kel.
Tebet Barat,
pemegang program,
jumantik

Setiap
dibutuhkan
pertemuan

Sesuai
kebutuhan

Rapat
koordinasi
maupun
evaluasi

Semakin
rutinnya
diadakan
pertemua

64

BAB VII
HASIL PELAKSANAAN PLAN OF ACTION

7.1 PENYEBARAN KUESIONER TERHADAP JUMANTIK KELURAHAN TEBET


BARAT
7.1.1 ANALISIS KUANTITATIF UNIVARIAT
Tabel 30. Karakteristik subjek penelitian di RW 02 dan 03 Kelurahan Tebet Barat
Tingkat Pendidikan
Tamat SMP
Tamat SMA
Diploma
Sarjana
Lamanya menjadi Jumantik
0-3
4-6
7-10

Jumlah
4
8
4
1
Jumlah
1
1
15

Persentase (%)
24%
47%
24%
5%
Persentase (%)
5,8%
5,8%
88,2%

Pada penelitian ini, jumlah sampel sebanyak 17 responden. Karakteristik subjek


penelitian juga dilihat dari tingkat pendidikan yang terdiri dari 4 kelompok, antara lain tamat
SMP sebanyak sekian 4 orang (24%), tamat SMA sebanyak 8 orang (47%), tamat diploma
sebanyak 4 orang (24%), memiliki gelar sarjana 1 orang (5%).
Periode lamanya menjadi jumantik juga dapat dilihat disini bahwa pada kelompok 0-3
tahun terdapat 1 orang (5,8%), kelompok 4-6 tahun terdapat 1 orang (5,8%), dan kelompok 7-10
tahun terdapat 15 orang (88,2%).

65

7.1.2 EVALUASI DATA KUALITATIF


Diskusi kelompok terfokus dilakukan menggunakan kuesioner yang terdiri dari 14
pertanyaan dan beberapa topik seperti kendala & solusi dalam melaksanakan PSN, konsistensi
jumantik, apa yang didapat dan diberi oleh jumantik, pentingnya regenerasi, serta insentif &
SOP jumantik. Terdapat 17 responden yang didapat untuk studi ini, enam belas wanita dan satu
pria. Selain menjadi jumantik, kegiatan lain yang mereka lakukan adalah sebagai kader
posyandu, ibu rumah tangga dan ibu PKK, RT setempat, penjual makanan, serta anggota komite
sekolah.
Dari jawaban partisipan, dapat diketahui bahwa sebagian besar mengikuti kegiatan PSN
empat kali dalam sebulan, yakni di hari Jumat.
Mengenai kendala yang dihadapi jumantik dalam mengikuti PSN secara rutin sebagian
besar berhubungan dengan faktor masyarakat yang didatangi. Hal ini dapat dilihat dari beberapa
jawaban partisipan seperti:
Warga tidak mau membuka pintu karena curiga, atau karena warga yang punya rumah
lagi ngga di rumah
Ada pula yang mengatakan bahwa Karena banyak rumah kosong, atau karena petugas
jumantik nya kurang.
Untuk solusi yang dapat diambil oleh partisipan dalam mengatasi kendala yang ada,
didapatkan jawaban seperti:
Pendekatan terhadap masyarakat dan atau sosialisasi mengenai PSN.
Inisiatif jumantik untuk membawa alat bantu saat melakukan PSN terlihat pada jawaban
Senter, form pemantauan jentik, pulpen, bubuk abate, dan handphone untuk dokumentasi
Mengenai konsistensi para jumantik dalam memantau seluruh tempat yang seharusnya
diperiksa saat PSN terlihat pada jawaban Ya, semua tempat namun ada pula yang memberi
pendapat bahwa Tidak selalu semua tempat contohnya torrent air, rumah yang kosong, warga
tidak mau buka pintu, atau tempatnya kelewat

66

Mayoritas jumantik setuju memiliki pendapat bahwa motivasi kerja mereka sebagai
jumantik adalah pentingnya kesehatan di lingkungan RW masing-masing, ada pula yang
mengatakan menjaga kebersihan lingkungan untuk mencegah mewabahnya DBD, serta
dapat ilmu dan silaturahmi.
Terdapat inkonsistensi pada pendapat jumantik mengenai waktu terakhir mereka
mendapatkan pelatihan, ada yang mengatakan 1-2 tahun yang lalu, ada pula yang mengatakan
tiap tahun sekali. Lalu ketika ditanya apakah sudah terdapat penghargaan yang diberikan
terhadap jumantik oleh kelurahan, sebagian besar mengatakan belum atau tidak dan hanya dua
orang yang mengatakan sudah atau ya
Mengenai respon masyarakat yang didatangi para jumantik sebagian besar mengatakan
baik, ada pula yang mengatakan ada yang baik ada yang kurang nerima dan sedikit yang
memberi jawaban masyarakat tidak merespon. Namun seluruh jumantik setuju memberikan
nilai 5 terhadap skala kepentingan perlunya ada regenerasi jumantik per periode, dalam skala
1 hingga 5 (1: sangat tidak penting; 5: sangat penting).
Jika cuaca kurang mendukung, jumantik serentak mengatakan mereka tetap melakukan
PSN. Mengenai dana insentif seluruh jumantik satu suara dalam berpendapat bahwa insentif
sebaiknya ditingkatkan agar dapat memperbaiki program yang sudah ada. Ada satu responden
yang mengatakan secara langsung bahwa setiap kali dana tersebut turun, ia selalu
memberikannya ke ibu RT, namun ada pula yang mengatakan bahwa ia tidak pernah menerima
insentif.
Mengenai keharusan adanya prosedur kegiatan yang resmi bagi para jumantik, tidak ada
yang tidak setuju bahwa SOP yang ada haruslah jelas karena kerja sosial untuk warga maka
harus ditinjau kembali.

67

Berdasarkan Petunjuk Teknis Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue


(PSN DBD) oleh Juru Pemantau Jentik (Jumantik) yang dikeluarkan oleh Kementerian
Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit & Penyehatan Lingkungan, Direktorat
Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang tahun 2012, tujuan umum adanya Jumantik (juru
pemantau jentik) adalah untuk menurunkan populasi nyamuk penular DBD serta jentiknya
dengan meningkatkan peran serta masyarakat dalam pemberantasan sarang nyamuk dengan
gerakan 3M plus.(9)
Tujuan khusus adanya jumantik adalah untuk:
-

Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pemberantasan sarang nyamuk


Memotivasi masyarakat dalam memperhatikan tempat-tempat yang berpotensi untuk
perkembangbiakan nyamuk penular DBD
Mengetahui kepadatan jentik nyamuk penular DBD secara berkala dan terus-menerus
sebagai indikator keberhasilan PSN DBD oleh masyarakat(10)
Dapat diambil kesimpulan bahwa jumantik memiliki peran sebagai supervisor
masyarakat dalam pemberantasan sarang nyamuk, kegiatan setiap hari Jumat pun
seharusnya dilakukan oleh masyarakat setempat dan dipantau keadaan dan hasilnya oleh
para jumantik.
Jumantik yang telah direkrut dibimbing dan dimonitor oleh petugas kesehatan
lingkungan/ pengelola program yang ditunjuk oleh Kepala Puskesmas, yang bertanggung
jawab kepada Dinas Kesehatan kabupaten/ kota.(11)
Perekrutan jumantik dan supervisor dilaksanakan oleh puskesmas sesuai dengan
tatacara yang telah ditetapkan oleh masing-masing kabupaten/ kota, dan ditetapkan
melalui sebuah Surat Keputusan.(12) Faktanya, tidak semua anggota jumantik aktif dan
melakukan kegiatan PSN di wilayah masing-masing. Di Kelurahan Tebet Barat terdapat
8 RW yang terdiri dari 103 RT, dimana terdapat 1 jumantik dari setiap RT, sehingga
jumlah jumantik yang ada seharusnya ada 103 orang. Namun, pada kenyataanya di
Kelurahan Tebet Barat hanya terdapat kurang dari 103 jumantik. Contohnya, dalam satu
kegiatan PSN didatangi oleh jumantik tiap RT beserta RT nya di RW setempat, serta
perwakilan jumantik dari tiap RW. Kurang lebih jumantik yang hadir pada satu
pertemuan sejumlah 15-20 orang. PSN juga dihadiri oleh perwakilan kecamatan &
68

kelurahan, yang sebagaimana mestinya pun ikut turun dalam kegiatan tersebut namun
sampai saat ini pelaksanaannya masih kurang maksimal dilihat dari siapa saja yang aktif
mengikuti PSN. Selain rumah warga, yang rutin diperiksa oleh jumantik, sampai saat ini
belum maksimal adanya pelaksanaan PSN di tujuh tatanan yakni tempat ibadah, tempat
penjualan makanan, instansi pendidikan, tempat olahraga, perkantoran, tempat umum,
institusi kesehatan, serta area pemukiman. Dari jumlah jumantik yang ada serta kurang
maksimalnya pelaksanaan menunjukkan bahwa belum semua pihak yang terkait turut
berkontribusi secara maksimal dalam kegiatan PSN di tujuh tatanan, maka dari itu kami
simpulkan bahwa penting adanya kerjasama lintas sektoral yang ditingkatkan.
Agar jumantik dapat bertugas dan berfungsi sebagaimana yang diharapkan maka
diperlukan beberapa biaya operasional. Kebutuhan dana tersebut dapat berasal dari
beberapa sumber misalnya APBD kabupaten/kota, Bantuan Operasional Kesehatan
(BOK) dan lain sebagainya. Adapun komponen pembiayaan yang diperlukan antara lain
adalah:
1. Transport/insentif bagi jumantik dan supervisor (pemegang program)
2. Pencetakan atau penggandaan juklak dan juknis
3. Pengadaan PSN kit berupa tas kerja, formulir hasil pemeriksaan jentik, alat
tulis, senter, pipet, plastic tempat jentik dan larvasida.
4. Pengadaan alat lainnya misalnya jaket/rompi, topi, dan lainnya serta media
informasi dan edukasi
5. Biaya pelatihan bagi tenaga puskesmas / supervisor
6. Pelatihan bagi para jumantik oleh Puskesmas/supervisor
7. Biaya monitoring dan evaluasi(13)
Dari rincian di atas, berdasarkan survey di kelurahan Tebet Barat belum terlihat maksimalnya
pengadaan insentif bagi jumantik dan supervisor, karena hanya sebagian jumantik yang
mengiyakan adanya insentif, bahkan pemegang program PSN tidak pernah mendapatkan insentif
dari tahun 2005. Ketika responden ditanya apakah ada prosedur standar kegiatan PSN mereka
mengaku tidak ada, padahal seharusnya mereka sudah mendapatkan buku juklak/ juknis ketika
penyuluhan PSN ketika mereka menjadi jumantik. Hal ini terjadi diduga oleh karena jumantik
tersebut lupa bahwa mereka telah mendapatkan buku petunjuk tersebut atau memang terdapat
beberapa jumantik yang belum mendapatkannya. Mengenai PSN kit, faktanya adalah jumantik
diberikan prasarana pendukung PSN satu demi satu, yang akan dibahas lebih rinci di wawancara
dengan koordinator jumantik. Untuk jaket/ rompi serta media edukasi sudah dikenakan oleh para
69

jumantik di kelurahan Tebet Barat. Pelatihan bagi para jumantik oleh puskesmas kelurahan Tebet
Barat terakhir diadakan 3 tahun yang lalu.
7.2 DISKUSI TERBUKA TERHADAP WARGA KELURAHAN TEBET BARAT
MELIPUTI PENGARAHAN PEREKRUTAN JUMANTIK BARU
Diskusi terbuka meliputi pembaharuan ilmu mengenai Pemberantasan Sarang Nyamuk
serta pembukaan wawasan warga setempat mengenai jumantik dan tugasnya dilakukan di
Puskesmas Kelurahan Tebet Barat pada tanggal 14 Desember 2015. Penjelasan terhadap warga
meliputi DBD, PSN, serta tugas jumantik.
Warga mengusulkan untuk langsung memberitahu RT setempat untuk mengadakan
sosialisasi, yang kami beri feedback dengan dikarenakan kami tidak dapat mendatangi secara
langsung seluruh RT yang berada di Kelurahan Tebet Barat yang berjumlah 103, maka kami
harapkan perwakilan bapak-ibu yang hadir pada hari tersebut dapat menyampaikan informasi ke
RT masing-masing mengenai perekrutan jumantik jika ada yang tergugah kesadarannya.
7.3 WAWANCARA DENGAN KOORDINATOR JUMANTIK
Dalam kesempatan ini kami bertukar wawasan dengan koordinator jumantik RW 03
Kelurahan Tebet Barat, Ny. Sri Sudjarwo, mengenai jumantik serta pelaksanaan PSN di
wilayahnya. Ny. SS sudah menjadi jumantik bahkan sebelum jumantik disahkan menjadi
program oleh Kemenkes yaitu tahun 1999 akhir. Selain menjadi coordinator jumantik, Ny. SS
pernah merangkap jabatan sebagai sekretaris PKK serta ketua Posyandu RW 03 Kelurahan Tebet
Barat. Berikut hasil wawancara kami terutama mengenai pelaksanaan operasional PSN:

Prasarana yang ibu miliki untuk menunjang PSN itu didapat darimana bu?

Formulir pemantauan jentik dulu waktu di puskesmas masih disediakan saya ambil lalu
distribusikan ke kader-kader saya, tapi sejak seharusnya kelurahan saja yang mendistribusikan
paling adanya cuman 10 lembar, akhirnya saya fotokopi sendiri deh terus dibagi-bagiin. Kalau
PSN kit kita dapetnya sepotong-sepotong mas, ngga langsung dalam satu tas isinya senter, form,
bubuk abate, pulpen gitu tapi bertahap.

70

Bagaimana pengadaan dana insentif yang selama ini ibu dapatkan dari menjadi
jumantik?

Uang insentif baru dikasih sejak tahun 2010, itu udah termasuk uang transport,
fotokopi mba.. dikasihnya per PSN 70 ribu dipotong pajak, udah gitu turunnya per 3 bulan
sekali.. Jadi dapetnya dalam 3 bulan itu ya 196 ribu-an lah. Dulu waktu peralihan Foke ke
Jokowi dari bulan Januari sampe Juni 2015 itu ga dapet insentif mba jadi saya bilang ke kader
saya ga usah laksanain! Tapi kita karena kerja social ya ujungnya tetep ngerjain mba. Baru deh
pas bulan Agustus kita dibayar lagi. Dari Januari 2015 insentif kita ditransfer kea kun bank
DKI, per RW satu akun jadi lewat coordinator jumantiknya, baru kita yang kasih langsung ke
kader soalnya gubernur udah ngga percaya lagi sama kecamatan & kelurahan (mengenai
pendistribusian dana).

Bagaimana cara dan mekanisme ibu untuk merekrut para jumantik baru?

Biasanya kalo calon jumantik baru itu saya ajak dulu ikut PSN, biar kenal sama warga
karena kalo di RW saya kalo orangnya ngga tau itu siapa dia ga bakal mau bukain pintu
rumahnya, kadang-kadang bahkan udah sama pak RT nya yang nyamperin pun dia ngga
mau..Jadi masyarakat harus kenal dulu kalo dia itu jumantik. Saya nyebar informasi perekrutan
itu dari macem-macem mba ada pas arisan, posyandu, pengajian, atau door-to-door. Tapi di RW
saya agak susah karena pada ngga mau jadi jumantik.. kalo di RW lain malah ada banyak ibuibu muda yang mau jadi jumantik tapi kendalanya ibu-ibu yang udah tua yang udah lama jadi
jumantik malah ngga mau ngelepas jabatannya.. Di RW saya karang taruna udah coba diajak,
atau anak-anak yang kuliah walau hari Jumatnya kosong ya paling cuma bertahan 2x PSN terus
ngga mau ikutan lagi.

Apa sih bu yang biasanya menjadi alasan para calon kader ini ngga mau jadi
jumantik?

Alasannya biasanya karena ngga pede jadi kader, ribet, sama capek.

Selama ini kendala yang paling dirasakan menghambat pelaksanaan PSN di RW


ibu apa?

71

RT nya ngga peduli mba.. harusnya kan mereka yang fotokopi itu surat dari lurah buat
kegiatan PSN hari Jumat selalu dapet. Tapi dia ngga fotokopi itu buat dikasih ke warganya,
makanya pada ngga mau dimasukin kadang-kadang rumahnya karena pada bilang ngga ada
pemberitahuan tuh dari pak RT. Kita juga kalo batre senter abis ya beli sendiri harusnya
padahal RT jadi perantara kita dan kelurahan mas.. Kebanyakan RT kalo ada PSN ya dating,
makan terus pulang. Konsumsi tiap kegiatan PSN juga kita yang nyediain sendiri mas, bukan
dari uang insentif jumantik.

72

7.4 PEMBUATAN CONTOH STANDAR ALUR KEGIATAN PEMBERANTASAN


SARANG NYAMUK BAGI JUMANTIK KELURAHAN TEBET BARAT
Berikut adalah contoh alur kegiatan PSN bagi jumantik yang dapat dicontoh, beserta
saran yang seharusnya terdapat dalam update Juknis terbaru.
Gambar 13. Alur kegiatan PSN bagi jumantik Kelurahan Tebet Barat

PERSIAPAN

Pemetaan & pengumpulan data penduduk, rumah/bangunan, dan tempat umum


Pertemuan/ pendekatan (lintas sektor, tingkat desa/kelurahan, dan RT
Menentukan rumah/ bangunan yang akan diperiksa

KUNJUNGAN KE
RUMAH &
BANGUNAN

Menentukan jangka waktu rutinitas kunjungan jumantik


Memilih waktu kunjungan yang tepat
Berkomunikasi yang baik untuk meningkatkan kepercayaan pemilik
rumah/bangunan
Memperhatikan tata cara waktu kunjungan
Mengajak pemilik rumah/ bangunan bersama-sama memeriksa jentik di
rumahnya
Pemeriksaan mulai dari dalam kemudian di luar rumah
Jika ditemukan jentik maka jumantik memberikan penyuluhan 3M
Jika tidak ditemukan jentik maka jumantik memberikan apresiasi dan
menghimbau untuk tetap menjaga kebersihan lingkungannya
Jentik Aedes aegypti pada umumnya berada di air yang bersih, dan tidak
terdapat pada air kotor/selokan

MELAKUKAN
PEMERIKSAAN
JENTIK

Periksa bak mandi/WC, tempayan, drum, dan penampungan air lainnya


Bila tidak tampak, tunggu 0,5-1 menit agar jentik muncul ke permukaan air
untuk bernapas
Gunakan senter apabila tempat penampungan air gelap
Periksa talang/saluran air yang tidak lancar, pot, lubang-lubang potongan
bambu, dispenser, tempat minum burung, ban bekas, botol dan kaleng bekas,
serta penampungan air hujan lainnya
Memeriksakan jentik di tempat penampungan air bersih atau hujan yang
terdapat pada tempat umum yang berpotensi menjadi tempat berkembang biak
jentik
Jentik Aedes aegypti pada ummnya berada di air yang bersih, dan tidak terdapat
pada air kotor/selokan

73

PENCATATAN DAN
PELAPORAN HASIL
PEMERIKSAAN JENTIK

Mencantumkan nama desa/ kelurahan yang diperiksa dan nama pemilik


atau pengelola rumah/ bangunan beserta alamatnya pada kolom yang
tersedia di formulir pemeriksaan jentik
Mencatat ada tidaknya jentik pada rumah yang diperiksa dengan tanda
(+) atau (-) pada kolom yang tersedia
Mencatat hal-hal yang perlu diterangkan atau tempat penampungan air
hujan pada kolom yang tersedia
Pencatatan 30KK dalam satu form pencatatan

MELAKUKAN
PENYULUHAN
KELOMPOK

Penyuluhan dilaksanakan di kelompok dasawisma, arisan, pengajian, atau


pertemuan antar warga RT/RW lainnya
Penyuluhan dilakukan secara dialog interaktif antara jumantik dengan
masyarakat
Menjelaskan secara umum mengenai DBD dan cara pencegahannya
Penyuluhan dapat menggunakan pamphlet atau gambar-gambar
Melakukan sesi tanya jawab dengan masyarakat
Mengevaluasi kembali sejauh mana materi yang disampaikan telah
dipahami

74

BAB VIII
PENUTUP
VIII.1 Kesimpulan
Analisis permasalahan pada upaya peningkatan pelaksaanan Pemberantasan Sarang
Nyamuk di kelurahan Tebet Barat terdiri dari 8 butir masalah, yaitu:

Kurangnya koordinasi antara jumantik di lapangan dan puskesmas


Sulitnya membangun kesadaran masyarakat untuk peduli terhadap lingkungannya

sehingga jumlah Jumantik tidak sesuai dengan jumlah RT yang ada


Tidak adanya sharing antara petugas jumantik sebelumnya dengan jumantik yang

menggantikan
Tidak adanya apresiasi terhadap kerja jumantik
Kurangnya penyuluhan rutin atau sosialisasi terhadap jumantik dan warga

setempat
Keterbatasan anggaran dana operasional untuk jumantik dalam melaksanakan

program
Tidak adanya diskusi rutin yang berkelanjutan untuk evaluasi kinerja jumantik

serta kegiatan PSN dan kurangnya sarana penunjang diskusi


Kurangnya akses jumantik mendapatkan alat bantu pelaksanaan PSN
Menurut masalah yang telah dipaparkan di atas, maka dilakukan
diskusi dan dihasilkan suatu alternatif pemecahan masalah, di antaranya

adalah mengadakan sosialisasi terhadap warga setempat mengenai pentingnya peran


jumantik dalam pemberantasan DBD terutama di lingkungan sendiri, mengadakan
sosialisasi ulang mengenai tugas jumantik & alur kegiatan PSN terhadap jumantik yang
baru, meningkatkan peran serta RT dalam mendukung sarana & prasarana kegiatan PSN
monitoring kegiatan PSN yang terjadwal oleh pemegang program atau dengan bantuan
dokter muda/ internship, mengadakan lomba RT Bebas Jentik pada saat perayaan hari
besar nasional sebagai apresiasi terhadap kinerja jumantik & kegiatan PSN, mengusulkan
adanya dana tambahan sesuai alur birokrasi, mengadakan pertemuan rutin antara
pemegang program dengan para jumantik di setiap RW, mengusulkan adanya jadwal rutin
kegiatan evaluasi terhadap Kepala Seksi Kesehatan Masyarakat (Kasikesmas) Kelurahan
Tebet Barat setahun sekali. Dari hasil plan of action yang dapat dilakukan saat ini adalah
75

mengadakan diskusi terbuka dengan warga kelurahan Tebet Barat untuk meningkatkan
kesadaran masyarakat terhadap pentingnya jumantik menjadi suatu supervisor dalam
masyarakat dalam memberantas DBD, sehingga warga dapat menyampaikan ke RT/ RW
setempat agar dapat diadakan sosialisasi untuk penyaluran jumantik baru. Selain itu agar
jumantik tidak jenuh dengan tugas mereka maka kami mengharapkan RT/ RW masingmasing wilayah dapat mengadakan penghargaan bagi para jumantik lewat lomba RT
Bebas Jentik yang merupakan salah satu contoh apresiasi bagi para jumantik yang sudah
bekerja keras selama bertahun-tahun. Kami juga mengharapkan adanya dana insentif
tambahan untuk operasional maupun jasa para jumantik yang telah berperan penting
dalam mencegah penyebaran DBD di lingkungan setempat. Selain itu peran lintas
sektoral pun sangat penting untuk ditingkatkan demi pelaksanaan PSN yang maksimal di
tempat umum, tidak hanya di pemukiman warga.

76

8.2 Saran
8.2.1 Terhadap penelitian
- Penyebaran kuesioner sebaiknya dimulai lebih cepat agar sampel yang diperoleh
bisa lebih banyak untuk menghindari bias dalam penelitian, mengingat PSN yang diikuti
oleh pemegang program hanya dapat diikuti dalam satu wilayah saja per minggu
- Sebaiknya diadakan follow-up mengenai jawaban yang kurang rinci atau
maksud dari jawaban open-ended questions yang terdapat pada kuesioner terhadap
jumantik setelah mereka mengisinya
8.2.2 Terhadap Puskesmas Kelurahan Tebet Barat
- Diharapkan melanjutkan promosi mengenai Pemberantasan Sarang Nyamuk
serta DBD baik menggunakan leaflet, poster, banner, atau media
lain secara berkesinambungan di puskesmas serta tetap melakukan penyuluhan
terhadap warga setempat
- Diharapkan dapat menyediakan pelatihan serta sarana evaluasi yang
berkesinambungan terhadap jumantik setempat sehingga evaluasi kinerja maupun
kinerja jumantik dapat meningkat demi efektivitas kegiatan PSN di kelurahan
Tebet Barat
- Diharapkan instansi lintas sektoral dapat membantu Puskesmas Kelurahan Tebet
Barat agar tidak hanya petugas kesehatan saja yang berperan andil dalam PSN
sebagaimana seharusnya
8.2.3 Terhadap Jumantik Kelurahan Tebet Barat
- Diharapkan dapat meningkatkan kinerja dalam melengkapi form pemantauan
jentik dengan cara memaksimalkan pelaksanaan PSN sebagaimana mestinya sehingga
evaluasi data dapat berjalan dengan baik
- Diharapkan para jumantik tetap aktif memberikan motivasi terhadap masyarakat
mengenai pentingnya PSN dalam pemberantasan demam berdarah dengue agar Angka
Bebas Jentik tetap tinggi sehingga angka kejadian DBD pun tetap turun stabil.
77

8.2.4 Terhadap masyarakat


- Diharapkan masyarakat lebih peduli untuk mengetahui pentingnya peran PSN
dalam pemberantasan DBD sebagai pencegahan terjadinya wabah di lingkungan
masyarakat tersebut, serta melaksanakannya dengan maksimal dengan bantuan
pemantauan para jumantik
- Diharapkan masyarakat menyadari pentingnya keberadaan jumantik di
lingkungan setempat sehingga kesadaran masyarakat meningkat dalam berperan andil
pula sebagai jumantik di lingkungan tempat tinggalnya
8.3 Keterbatasan Penelitian
- Keterbatasan jumlah jumantik yang menjadi sampel penelitian kualitatif
dikarenakan waktu yang membatasi kunjungan ke delapan RW yang terdapat di
kelurahan Tebet Barat
- Kurangnya data Angka Bebas Jentik yang dapat dicocokkan antara puskesmas
dan jumantik dikarenakan giliran per RW yang dikunjungi terbatas

78

Lampiran 1. Data Kuantitatif Angka Bebas Jentik antara Puskesmas dengan Jumantik per
Mei September 2015

Mei
RW 3
RW 5
Juni
RW 8
Agustus
RW 3
RW 8
September
RW 5

Tanggal
pelaksanaan

Puskesmas

Jumantik

8/5/15
22/5/15

94%
99%

94%
100%

12/6/15

99%

99%

14/8/15
28/8/15

94%
99%

94%
99%

4/9/15

99%

98.7%

Lampiran 2. Foto Pelaksanaan Pemberantasan Sarang Nyamuk di RW 02


Kelurahan Tebet Barat 4 Desember 2015

79

Pembagian Kuesioner terhadap Jumantik

80

Pelaksanaan Pemberantasan Sarang Nyamuk di RW 03 Kelurahan Tebet Barat, 11


Desember 2015

Pelaksanaan

Pemberantasan

Sarang Nyamuk di

RW 01 Kelurahan

Tebet Barat, 27

November 2015

Dialog Interaktif dengan perwakilan warga di Puskesmas Kelurahan Tebet Barat,


14 Desember 2015

81

Lampiran 3. KUESIONER PSN

(Jumantik)
Nama

RT/RW

Pendidikan terakhir

Lamanya menjadi jumantik

(tahun)

1. Berapa kali dalam sebulan anda mengikuti kegiatan jumantik?

2. Apa kendala yang anda hadapi sebagai jumantik yang menyulitkan anda untuk
mengikuti PSN secara rutin?

3. Bagaimana solusi yang anda ambil untuk mengatasi kendala yang ada?

4. Alat bantu apa saja yang dibawa saat melakukan PSN?

5. Apakah anda memeriksa ke dalam semua tempat yang seharusnya dimasuki ketika
melakukan PSN? Jika tidak, mengapa?

6. Apa yang menjadi motivasi kerja anda sebagai jumantik?

82

7. Apakah anda pernah mengikuti pelatihan atau seminar mengenai DBD? Kapan?

8. Selain menjadi jumantik, kesibukan lain apa yang anda jalani?

9. Apakah sudah ada penghargaan untuk jumantik oleh kelurahan?

10. Bagaimana respon masyarakat ketika anda mendatangi rumahnya pada saat
pemeriksaan jentik?

11. Dalam skala 1 hingga 5 (1: sangat tidak setuju, 5: sangat setuju), nilai berapa yang
anda berikan untuk kepentingan adanya regenerasi jumantik per periode?

12. Jika cuaca kurang mendukung, apakah biasanya tetap dilaksanakan kegiatan
pemantauan jentik?
SARAN & KRITIK MENGENAI PROGRAM PSN:
Mengenai dana insentif:

Mengenai
keharusan adanya prosedur kegiatan yang resmi bagi para jumantik (standard operating
procedure)

Terima kasih atas waktu dan perhatian anda sangat kami hargai semangat bekerja!
-Friska Monita, Fardhian Zaenal, Nabila VieraDAFTAR PUSTAKA
83

1. WHO. 2007. Case Dengue in South East Asia, http:/www.who.int/


2. Soegijanto, S. Demam Berdarah Dengue, Airlangga University Press. 2006
3. Gubler, et al. Dengue/Dengue Haemorragic Fever: The Emergence of a Global Health
Problem, Depkes RI : 1995 http://www.cdc.gov/
4. Depkes RI. Pencegahan dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue di Indonesia. 2005
5. Depkes RI. Modul Pelatihan bagi Pengelolan program Pengendalian Penyakit Demam
Berdarah Dengue di Indonesia. 2007
6. Demam Berdarah Dengue: Pelatihan bagi pelatih, dokter spesialis anak, dan dokter
spesialis penyakit dalam, dalam tatalaksana kasus DBD. Balai Penerbit FKUI; Jakarta,
1999.
7. Dengue Haemorrhagic Fever: Diagnosis, treatment, prevention and control, second
edition. WHO: 1997
8. Suhendro,dkk. Dalam :Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Jilid I. Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI,Jakarta 2006 : 1709-1713
9. Petunjuk Teknis Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN DBD)
oleh Juru Pemantau Jentik (Jumantik) yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan RI
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit & Penyehatan Lingkungan, Direktorat
Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang tahun 2012. hal. 4
10. Petunjuk Teknis Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN DBD)
oleh Juru Pemantau Jentik (Jumantik) yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan RI
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit & Penyehatan Lingkungan, Direktorat
Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang tahun 2012. hal. 5
11. Petunjuk Teknis Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN DBD)
oleh Juru Pemantau Jentik (Jumantik) yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan RI
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit & Penyehatan Lingkungan, Direktorat
Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang tahun 2012. hal. 7

84

12. Petunjuk Teknis Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN DBD)
oleh Juru Pemantau Jentik (Jumantik) yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan RI
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit & Penyehatan Lingkungan, Direktorat
Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang tahun 2012. hal. 9
13. Petunjuk Teknis Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN DBD)
oleh Juru Pemantau Jentik (Jumantik) yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan RI
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit & Penyehatan Lingkungan, Direktorat
Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang tahun 2012. hal 11-12

85

Anda mungkin juga menyukai