Anda di halaman 1dari 22

NYAMUK AEDES AEGYPHTY

STIFI BHAKTI PERTIWI

2020
Nyamuk AEDES AEGYPTI
Definisi AEDES
AEGYPTI
Nyamuk Aedes Aegypti dikenal dengan sebutan black white mosquito
atau tiger mosquito karena nyamuk ini mempunyai ciri khas yang berupa
adanya garis-garis bercak-bercak putih keperakan di atas dasar warna hitam
yang terdapat pada kaki dan tubuhnya.

Nyamuk Aedes Aegypti merupakan jenis nyamuk yang dapat membawa


virus demam kuning (yellow fever), chikungunya dan demam zika.
Penyebaran nyamuk Aedes Aegypti tersebar luas khususnya tersebar pada
daerah tropis dan subtropis.
Lanjutan

Nyamuk Aedes Aegypti bersifat diurnal yaitu melakukan aktivitas secara


aktif pada pagi hari hingga siang hari. penularan virus dangue dilakukan oleh
nyamuk betina karena hanya nyamuk betina yang menghisap darah sebagai
asupan protein untuk memproduksi telur. Nyamuk Aedes Aegypti jantan
menghisap sari bunga sebagai asupan energi.
Morfologi AEDES AEGYPTI
a. Stadium telur Aedes Aegypti

Nyamuk Aedes Aeegypti betina dapat bertelur 10-100 kali dala


m jangka waktu 4-5 hari an dapat menghasilkan telur antara 300-700
butir telur. Telur nyamuk Aedes Aegypti menetas 1-2 hari setelah te
lur dikeluarkan oleh induk telur nyamuk Aedes Aegypti. Telur Aedes
Aegypti berbentuk oval dan berwarna coklat kehitaman diletakan memi
sah satu persatu di permukaan air dan menempel pada tempat perinduk
annya. Telur Aedes Aegypti di letakan ditempat yang lembab dan tida
k terkena paparan sinar matahari langsung dan sedikit mengandung ai
r (Winarti, 2016). Telur ditempat yang kering tanpa air dapat berta
han sampai 6 bulan pada suhu minus 2 ̊ C hingga 42̊ C dan apabila tergen
ang air maka telur dapat menetas (Eka,2013).
b. Stadium larva Aedes Aegypti

Pada stadium larva mempunyai 4 tingkatan hidup yang berbeda


yang disebut instar. Larva instar I mempunyai ukuran paling kecil b
erkisar 1-2 mm atau satu sampai 2 hari setelah menetas, belum terli
hat jelas duri-duri (spinae) dan corong pernafasan (siphon). Larva
instar II mempunyai ukuran berkisar antara 2,5 - 3,5 mm dan berumur
2 sampai 3 hari seetelah telur menetas. Larva instar III berukuran
4-5 mm berumur 3 sampai 4 hari setelah telur menetas. Larva instar
IV mempunyai bentuk dan ukuran yang lebih mudah diamati karena suda
h mempunyai susunan tubuh yang lengkap (Wati, 2010).

Larva nyamuk Aedes Aegypti sangat membutuhkan air dan mengam


bil makanan melalui mulut dan kulit tubuhnya sebagai sumber nutrisi
untuk berkembang biak (Wati, 2010).
c. Pupa Nyamuk Aedes Aegypti

Pada stadium pupa tidak melakukan aktivitas makan apapun, namun


membutuhkan oksigen dan mengambil oksigen melalui corong pernafasan
dan akan menjadi nyamuk setelah 1-2 hari setelah melewati stadium p
upa dan akan menjadi nyamuk dewasa jantan atau betina dan terbang m
eninggalkan air.

Ciri- ciri pupa Aedes Aegypti :

1. Memiliki tabung pernafasan yang berbentuk segitiga

2. Jumlah seluruh tabung untuk pernafasan berbentuk segitiga

3. Berukuran lebih besar dan lebih ramping daripada ukuran larva Ae


des Aegypti

4. Gerakan pupa Aedes Aegypti lambat dan sering berada dipermukaan


air
d. Stadium Nyamuk Aedes Aegypti

Nyamuk Aedes Aegypti berukuran lebih kecil jika dibandingkan


dengan rata rata nyamuk lain dan berwarna hitam dengan bintik binti
k putih pada bagian badan dan kaki. Pada saat hinggap disuatu tempa
t tubuh nyamuk Aedes Aegypti membentuk sudut yang sejajar dengan te
mpat yang dihinggapinya, untuk membedakan jenis kelamin nyamuk Aede
s Aegypti jantan dan betina dapat diamati antena. Aedes Aegypti bet
ina mempunyai bulu yang tidak lebat yang disebut n pilose sedangkan
Aedes Aegypti jantan mempunyai bulu pada antena yang lebat disebut
dengan pulmose. Nyamuk Aedes Aegypti betina menghisap darah manusia
yang bertujuan sebagai sumber protein untuk mematangkan telur.
Etiologi
DBD disebabkan oleh virus Dengue, yang termasuk dalam genus
Flavivirus, keluarga Flaviviridae. Flavivirus merupakan virus de
ngan diameter 30 nm terdiri dari asam ribonukleat rantai tunggal
dengan berat molekul 4 x 106. Terdapat 4 serotipe virus yaitu DE
N-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4 yang semuanya dapat menyebabkan DBD.
Keempat serotipe ditemukan di Indonesia dengan DEN-3 merupakan s
erotipe terbanyak. Penelitian pada artropoda menunjukkan virus D
engue dapat bereplikasi pada nyamuk genus Aedes (Stegomya) dan T
oxorhynchites (Suhendro dkk., 2006).
Etiologi
Infeksi terhadap serotipe memunculkan imunitas sepanjang umu
r, tetapi tidak menghasilkan imunitas silang (cross protective i
mmunity). Virus Dengue sensitif terhadap eter, namun stabil bil
a disimpan pada suhu minus 70ºC dan pada keadaan liofil stabil p
ada suhu 5ºC. Virus Dengue bertahan hidup melalui siklus transmi
si lingkungan kota pada daerah tropis dan subtropis oleh nyamuk
Ae. aegypti, spesies yang berhubungan erat dengan habitat manusi
a (WHO, 1999).
Epidemiologi
Aedes aegypti adalah vektor utama penyakit DBD di daerah tropik. Ny
amuk ini semula berasal dari Afrika kemudian menyebar melalui saran
a transportasi ke negara lain di Asia dan Amerika. Di Asia, Ae. Aeg
ypti merupakan satu-satunya vektor yang efektif menularkan DBD, kar
ena tempat perindukkannya berada di sekitar rumah dan hidupnya terg
antung pada darah manusia. Di daerah yang penduduknya jarang, Ae. a
egypti masih memiliki kemampuan penularan yang tinggi karena kebias
aan nyamuk ini menghisap darah manusia berulang-ulang (Chahaya, 200
3).
Epidemiologi
Aedes aegypti tersebar luas di seluruh Indonesia meliputi s
emua provinsi yang ada. Walaupun spesies-spesies ini ditemuk
an di kota-kota pelabuhan yang penduduknya padat, namun spes
ies nyamuk ini juga ditemukan di daerah pedesaan yang terlet
ak di sekitar kota pelabuhan. Penyebaran Ae. aegypti dari pe
labuhan ke desa disebabkan karena larva Ae. aegypti terbawa
melalui transportasi yang mengangkut benda- benda berisi air
hujan pengandung larva spesies ini (Djakaria, 2000).
1. Ciri-ciri Jentik Aedes Aegypti 2. Ciri-ciri Nyamuk Aedes Aegypti :

: • Bentuk tubuh kecil dan dibagian abdomen


terdapat bintik-bintik serta berwarna hitam
• Bentuk siphon besar dan pendek y
ang terdapat padda abdomen terak • Tidak membentuk sudut 90 ̊

hir • Penyebaran penyakitnya yaitu pagi dan


sore
• Bentuk comb seperti sisir
• Hidup di air bersih serta ditempat-tempat
• Pada bagian thoraks terdapat str
lain yaitu kaleng-kaleng bekas yang bisa
oot spine
menampung air hujan

• Penularan penyakit dengan cara membagi


diri

• Menyebabkan penyakit DBD


Perilaku Menggigit Nyamuk Aedes Aegypti
Nyamuk betina lebih menyukai darah manusia (anthropophilic) daripada
darah binatang dan nyamuk jantan hanya tertarik pada cairan mengandung gula
seperti pada bunga. Aedes aegypti biasanya menggigit nyamuk ini memiliki
kebiasaan menghisap darah pada jam 08.00-12.00 WIB dan sore hari antara
15.00-17.00 WIB (Lestari dkk, 2011). Malam harinya lebih suka bersembunyi di
sela-sela pakaian yang tergantung atau gorden, terutama di ruang gelap atau
lembab. Mereka mempunyai kebiasaan menggigit berulang kali. Nyamuk ini
memang tidak suka air kotor seperti air got atau lumpur kotor tapi hidup di
dalam dan di sekitar rumah.
Tempat Istirahat Nyam
uk Aedes Aegypti
Pada malam hari setelah meng
gigit dan selama menunggu waktu
pematangan telur, nyamuk Aedes
aegypti (betina maupun jantan) be
ristirahat di dalam rumah pada be
nda-benda yang tergantung sepert
i pakaian gelap yang bergelantung
an di ruangan yang tidak terang, k
elambu, kopiah, dan pada tempat-t
empat gelap, lembab dan sedikit a
ngin. di dalam rumah.
Tempat Perkembangbiakan Nyamuk Aedes A
egypti
Tempat perkembangbiakan tersebut berupa:

· Tempat penampungan air (TPA) yaitu tempat menampung air guna ke


perluan sehari-hari seperti drum, tempayan, bak mandi, bak WC dan ember.

· Bukan tempat penampungan air (non TPA) yaitu tempat-tempat yang


biasa digunakan untuk menampung air tetapi bukan untuk keperluan sehari-h
ari seperti tempat minum hewan piaraan, kaleng bekas, ban bekas, botol, p
ecahan gelas, vas bunga dan perangkap semut.

· Tempat penampungan air alami (TPA alami) seperti lubang pohon,


lubang batu, pelepah daun, tempurung kelapa, kulit kerang, pangkal pohon
pisang dan potongan bambu.
Perilaku dan Daur Hidup Nyamuk Aedes Aegypty
Aedes aegypti bersifat diurnal atau aktif pada pagi hingga siang h
ari. Penularan penyakit dilakukan oleh nyamuk betina, karena hanya nya
muk betina yang menghisap darah. Hal itu dilakukannya untuk memperoleh
asupan protein yang diperlukannya untuk memproduksi telur (Womack, 199
3). Pengisapan darah dilakukan dari pagi sampai petang dengan dua punc
ak waktu yaitu setelah matahari terbit (8.00-10.00) dan sebelum mataha
ri terbenam (15.00- 17.00) (Djakaria, 2000). Nyamuk jantan tidak membu
tuhkan darah, dan memperoleh energi dari nektar bunga ataupun tumb
uhan. Nyamuk ini menyenangi area yang gelap dan benda- benda berw
arna hitam atau merah (id.wikipedia.org/wiki/Aedes_aegypti, 2008). Nya
muk dewasa biasanya tinggal pada tempat gelap di dalam ruangan seperti
lemari baju dan di bawah tempat tidur (WHO, 1999).
Perilaku dan Daur Hidup Nyamuk Aedes Aegypty
Infeksi virus dalam tubuh nyamuk dapat m
engakibatkan perubahan perilaku yang mengara
h pada peningkatan kompetensi vektor, yaitu
kemampuan nyamuk menyebarkan virus. Infeksi
virus dapat mengakibatkan nyamuk kurang hand
al dalam menghisap darah, berulang kali menu
sukkan probosisnya, namun tidak berhasil men
ghisap darah, sehingga nyamuk berpindah dari
satu orang ke orang lain, akibatnya resiko p
enularan virus menjadi semakin besar (id.wik
ipedia.org/wiki/Aedes_aegypti, 2008). Tempat
perindukan Ae. aegypti di daerah asalnya (Af
rika) berbeda dengan di Asia. Di Afrika nyam
uk hidup di hutan dan tempat perindukkannya
pada genangan air di pohon. Di Asia nyamuk h
idup di daerah pemukiman, dan tempat perindu
Perilaku dan Daur Hidup Nyamuk Aedes Aegypty

Aedes aegypti mengalami metamorfosis sempurna. Nyamuk betina meletakkan


telur pada permukaan air bersih secara individual, terpisah satu dengan yang
lain, dan menempel pada dinding tempat perindukkannya. Seekor nyamuk betina
dapat meletakkan rata-rata sebanyak seratus butir telur tiap kali bertelur.
Telur menetas dalam satu sampai dua hari menjadi larva. Terdapat empat tahap
an dalam perkembangan larva yang disebut instar. Perkembangan dari instar I
ke instar IV memerlukan waktu sekitar lima hari. Setelah mencapai instar IV,
larva berubah menjadi pupa di mana larva memasuki masa dorman. Pupa bertahan
selama dua hari sebelum akhirnya nyamuk dewasa keluar dari pupa. Perkembanga
n dari telur hingga nyamuk dewasa membutuhkan waktu tujuh hingga delapan har
i, namun bisa lebih lama bila kondisi lingkungan tidak mendukung
Pengobatan
Penanganan awal dari demam berdarah dengue bisa dilakukan di rumah. Prinsipnya adalah
pasien harus mengonsumsi banyak cairan untuk mencegah dehidrasi, yang berujung ke penurunan
trombosit dan syok. Konsumsi 2-3 liter perhari adalah suatu keharusan. Dehidrasi bisa timbul
akibat demam tinggi, kesulitan menelan makanan dan minuman, serta muntah. Jenis minuman yang
dianjurkan adalah jus buah, teh manis, sirop, susu, serta larutan oralit. Apabila cairan oral tidak
dapat diberikan, sebaiknya pasien dirawat untuk diberikan cairan infus. Pasien diharapkan untuk
beristirahat total selama masih demam maupun fase syok. Penting juga untuk selalu memonitor
kadar trombosit dan kadar sel darah merah dalam darah sampai mencapai batas normal kembali.
Untuk mengatasi demam, bisa dilakukan kompres seluruh badan terutama di bagian ketiak dan
selangkangan. Parasetamol juga dapat membantu untuk mengurangi demam. Setelah semua
dilakukan, segeralah bawa penderita ke rumah sakit untuk mencegah timbulnya komplikasi.
Pengendalian Vektor Nyamuk Aedes Aegypti
1. Pengendalian vektor secara kimia : Dengan me 4 . Pe n g e n d a l i a n s e c a r a m e k a n i k :
nggunakan insektisida yang dapat dilakukan terh
Dengan memasang kasa dan penggunaan pendingin
adap nyamuk dewasa maupun larva. Insektisida un
ruangan dalam membantu mengurangi nyamuk Aede
tuk nyamuk dewasa dapat diaplikasikan dalam ben
s Aegypti yang hidup di lingkungan rumah.
tuk spray sedangkan insektisida untuk larva dap
at diaplikasikan dengan kegiatan abatisasi yait 5 . Pe n g e n d a l i a n ve k t o r s e c a r a l i n g k u n g a n :
u pelarutan golongan organophosphor (temephos)
Dengan melakukan cara pencegahan agar nyamuk
dalam bentuk sand granules kedalam air
m a u p u n l a r va t i d a k k o n t a k d e n g a n m a n u s i a m i s a
2. Pengendalian vektor secara radiasi : Dengan lnya dengan memasang kawat kasa pada lubang v
menggunakan bahan radioaktif dosis tertentu ter entilasi rumah serta melakukan gerakan 3M yai
hadap nyamuk Aedes Aegypti jantan yang dapat me
tu : menguras tempat-tempat penampungan air p
nyebabkan kemandulan walaupun pada akhirnya nya
aling sedikit seminggu sekali, menutup tempa
muk Aedes Aegypti berkopulasi namun telur yang
t-tempat penampungan air sehingga tidak dapat
dihasilkan tidak fertil.
digunakan sebagai tempat bertelur dan berkemb
3. Pengendalian secara biologi : ang biak nyamuk, mengubur barang-baranng yang
Dengan menggunakan predator alami seperti ikan dapat menimbun air hujan yang dikhawatirkan d
cupang yang ditaruh ditempat tempat penampungan apat digunakan sebagai tempat bertelur dan be
air yang dapat menjadi tempat pertumbuhan larva rkembang biak nyamuk.
Thank you

Anda mungkin juga menyukai