Anda di halaman 1dari 10

A.

Pengertian Demam Chikungunya

Chikungunya berasal dari bahasa Swahili berdasarkan gejala pada penderita, yang berarti
(posisi tubuh) meliuk atau melengkung (that which contorts or bends up), mengacu pada postur
penderita yang membungkuk akibat nyeri sendi hebat (arthralgia). penyakit yang ditandai dengan
demam mendadak, nyeri pada persendian terutama sendi lutut, pergelangan, jari kaki dan tangan
serta tulang belakang yang disertai ruam (kumpulan bintik-bintik kemerahan) pada kulit. Gejala
lainnya yang dapat dijumpai adalah nyeri otot, sakit kepala, menggigil, kemerahan pada
konjunktiva, pembesaran kelenjar getah bening di bagian leher, mual, muntah dan kadang-
kadang disertai dengan gatal pada ruam. Belum pernah dilaporkan adanya kematian karena
penyakit ini (Suharto, 2007). Penyebab penyakit ini adalah sejenis virus, yaitu Alphavirus dan
ditularkan lewat nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk yang sama juga menularkan penyakit demam
berdarah dengue. Meski masih “bersaudara” dengan demam berdarah, penyakit ini tidak
mematikan. Gejala penyakit ini termasuk demam mendadak yang mencapai 39 derajat C.

Sekitar 200-300 tahun lalu virus chikungunya (CHIK) merupakan virus pada hewan
primata ditengah hutan atau savana di afrika. Satwa primata yang dinilai seba gai pelestari
virus adalah bangsa baboon (Papio sp), Cercopithecus sp. Siklus di hutan (sylvatic cycle)
diantara satwa primata dilakukan oleh nyamuk aedes sp (Ae africanus,Aeluteocephalus,Ae
opok,Ae furciper,Ae taylori,Ae cordelierri). Pembuktiab ilmiah yang meliputi isolasi dan
identifikasi virus baru berhasil dilakukan ketika terjadi wabah di tanzania 1952-1953.baik virus
maupun penyakitnya kemudian diberi nama sesuai bahasa setempat (swahili), berdasarkan gejala
pada penderita,maka hadirlah chikungunya yang berarti (posisi tubuh) meliuk atau
melengkung.Setelah beberapa lama, perangai virus chikungunya yang semula bersiklus dari
satwa primata-nyamuk-satwa primata, dapat pula bersiklus manusia-nyamuk-manusia. Tidak
semua virus asal hewan dapat berubah siklusnya seperti itu. Di daerah pemukiman sklus virus
chikungunya dibantu oleh nyamuk Aedes Aegypti.Tidak diketahui pasti bagaimana virus
tersebut menyebar antarnegara. Mengingat penyebaran virus antarnegara relatif pelan,
kemungkinan penyebaran ini terjadi seiring dengan perpindahan nyamuk.

Hasil penelitian terhadap epidemiologi penyakit chikungunya di Bangkok (Thailand) dan


Vellore,Madras (India) menunjukkan bahwa terjadi gelombang epidemi dalam interval 30 tahun.
Satu gelombang epidemi umumnya berlangsung beberapa bulan, kemudian menurun dan bersifat
ringan sehingga sering tidak termonitor. Gelombang epidemi berkaitan dengan populasi vektor
(nyamuk penular) dan status kekebalan penduduk.

B. Etiologi dan Patogenesis

Virus Chikungunya merupakan anggota genus Alphavirus dalam famili Togaviridae.


Strain Asia merupakan genotipe yang berbeda dengan yang dari Afrika. Virus Chikungunya
disebut juga Arbovirus A Chikungunya Type, CHIK, CK. Virions mengandung satu molekul
single stranded RNA. Virus dapat menyerang manusia dan hewan. Virions dibungkus oleh lipid
membran; pleomorfik; spherikal; dengan diameter 70 nm. Pada permukaan envelope didapatkan
glycoprotein spikes (terdiri atas 2 virus protein membentuk heterodimer). Necleocapsids
isometric; dengan diameter 40 nm (Suharto, 2007).
1. Nyamuk Penular Demam Chikungunya

Vektor penular penyakit demam Chikungunya adalah Nyamuk A. aegypti dan A. africanus. A.
aegypti yang paling berperan dalam penularan penyakit demam Chikungunya karena hidup
dalam dan sekitar tempat tinggal manusia sehingga banyak kontak dengan manusia. A. aegypti
adalah spesies nyamuk tropis dan sub tropis (Suharto, 2007).

Nyamuk ini berkembang biak di dalam air bersih dan tempat – tempat gelap yang lembab, baik
di dalam maupun di dekat rumah. Tempat yang sering dijadikan sarang untuk bertelur adalah
drum, batok kelapa, kaleng-kaleng bekas, pot bunga, ember, vas bunga, tangki air tempat
penampungan air pada lemari es, ban-ban bekas dan botol-botol kosong serta salah satu yang lain
adalah talang atap rumah yang tergenang sisa air hujan (Depkes RI, 2003).

Nyamuk A.aegypti berukuran kecil dibanding nyamuk lain. Ukuran badan 3-4 mm, berwarna
hitam dengan hiasan bintik-bintik putih di badannya dan pada kakinya warna putih melingkar.
Nyamuk dapat hidup berbulan-bulan, nyamuk jantan tidak menggigit manusia, ia makan
buah.Hanya nyamuk betina yang menggigit, yang diperlukan untuk membuat telur. Telur
nyamuk Aedes diletakkan induknya menyebar, berbeda dengan nyamuk lain yang dikeluarkan
berkelompok.Nyamuk bertelur di air bersih, telur menjadi pupa beberapa minggu. Nyamuk
Aedes bila terbang hampir tidak berbunyi, sehingga manusia yang diserang tidak mengetahui
kehadirannya.Menyerang dari bawah atau dari belakang,terbang sangat cepat.Telur nyamuk
Aedes dapat bertahan lama dalam kekeringan (dapat > 1 tahun). Virus dapat masuk dari nyamuk
ke telur;nyamuk dapat bertahan dalam air yang chlorinated. Nyamuk Aedes Aegypti merupakan
vektor chikungunya (CHIK) virus alphavirus, beberapa nyamuk resisten terhadap CHIK virus
namun sebagian susceptibility. Ternyata susceptibility gene berada di kromoson 3.Vektor
chikungunya di asia adalah aedes aegypti, aedes albopictus.

v Bionomik Vektor

Bionomik vektor sangat penting diketahui karena berhubungan dengan tindakan-tindakan


dalam pencegahan dan pemberantasannya yang berhubungan dengan tempat perindukan,
kebiasaan menggigit, tempat istirahat, jarak terbang dan siklus hidup.

v Tempat Perindukan (Breeding Place)

Tempat perindukan utama adalah tempat-tempat penampungan air didalam dan diluar
sekitar rumah. Nyamuk aedes aegypti tidak berkembang biak di genangan air yang langsung
berhubungan dengan tanah. Jenis-jenis tempat perindukan nyamuk aedes aegypti dapat
dikelompokkan sebagai berikut :

1. Tempat penampungan air (TPA), untuk keperlakuan sehari-hari seperti drum, tengki reservoir,
tempayan, bak mandi, WC, ember dan lain- lain.

2. Tempat penampungan bukan keperluan sehari-hari seperti tempat minum burung, vas bunga,
perangkap semut, barang-barang bekas (ban, kaleng, botol, plastik dan lain-lain).
a) Tempat minum hewan piaraan

Tempat minum hewan piaraan yang dimaksud adalah tempat–tempat minum hewan piaraan yang
dimiliki oleh responden yang berada di lingkungan sekitar rumah baik di dalam rumah maupun
di luar rumah, misalnya: tempat minum burung, tempat minum ayam, dan hewan piaraan yang
lain.

b) Barang – barang bekas

Barang–barang bekas yang dimaksud adalah barang–barang yang sudah tidak terpakai yang
dapat menampung air, yang berada di dalam maupun di luar rumah responden. Barang – barang
tersebut antara lain: kaleng, ban bekas, botol, pecahan gelas, dll.

c) Vas bunga

Vas bunga yang dimaksud adalah vas bunga yang berisi air yang terletak di dalam rumah
responden yang memungkinkan nyamuk A. aegypti berkembangbiak di dalam vas bunga
tersebut.

d) Perangkap semut

Perangkap semut yang dimaksud adalah tempat perangkap semut yang berisi air yang biasanya
diletakkan dibawah kaki meja untuk mencegah semut–semut naik keatas meja yang berisi
makanan yang terletak di dalam rumah responden.

e) Penampungan air dispenser

Penampungan air dispenser yang dimaksud adalah tempat penampungan air yang menyatu
dengan dispenser yang terletak dibawah alat yang digunakan untuk mengalirkan air di dalam
wadah/galon dispenser, letaknya di dalam rumah responden.

f) Pot tanaman air

Pot tanaman air yang dimaksud adalah pot – pot berisi air yang digunakan sebagai media
tanaman air untuk hidup, yang terletak di dalam maupun di luar rumah responden.

3. Tempat penampungan air ilmiah seperti lubang pohon, pelepah daun, tempurung kelapa,
talang penampungan air hujan (Suroso, 2000 dan Soedarmo, 1988).

v Kebiasaan Menggigit (Feeding Habit)

Nyamuk Aedes aegypti lebih menyukai darah manusia daripada binatang (antropofilik).
Darahnya diperlukan untuk mematangkan telur jika dibuahi oleh nyamuk jantan sehingga
menetas. Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan perkembangan telur mulai dari nyamuk
menghisap darah sampai telur dikeluarkan biasanya bervariasi antara 3-4 hari. Jangka waktu
tersebut satu siklus gonotropik. Nyamuk ini aktif pada siang hari dan menggigit di dalam dan
diluar rumah.Mempunyai dua puncak aktifitas dalam mencari mangsa yaitu mulai pagi hari dan
petang hari yaitu antara pukul 09.00-10.00 dan 16.00-17.00.

v Tempat Istirahat (Resting Place)

Tempat yang disukai nyamuk untuk beristirahat selama menunggu bertelur adalah tempat
yang gelap, lembab dan sedikit angin. Nyamuk aedes aegypti biasanya hinggap didalam rumah
pada benda-benda yang bergantungan seperti pakaian.

v Jarak Terbang (Flight Habit)

Pergerakan nyamuk aedes aegypti dari tempat perindukan ketempat mencari mangsa dan
tempat istirahat ditentukan oleh kemampuan terbang nyamuk aedes aegypti betina adalah rata-
rata 40-100 m. Namun secara pasif karena angin dapat terbang sejauh 2 km.

v Siklus Hidup Nyamuk

Siklus hidup nyamuk aedes aegypti mengalami metamorfosa sempurna dengan tahap telur,
larva,pupa dan dewasa.

─ Telur

Nyamuk aedes aegypti betina suka bertelur diatas permukaan air pada dinding vertikal bagian
dalam tempat-tempat yang berisi air jernih dan terlindung dari cahaya matahari langsung.
Tempat air yang dipilih adalah tempat air didalam rumah dan dekat. Telur aedes aegypti
berwarna hitam seperti sarang tawon, telur diletakkan satu persatu di tempat yang gelap, lembab
dan tersembunyi didalam rumah dan bangunan, termasuk dikamar tidur,kamar mandi, kamar
kecil maupun dapur. Perkembangan embrio biasanya selesai dalam 48 jam dilingkungan yang
hangat dan lembab.Begitu proses embrionasi selesai, telur akan menjalani masa pengeringan
yang lama (lebih dari 1 tahun).Telur akan menetas pada waktu yang sama, kapasitas telur untuk
menjalani masa pengeringan akan membantu mempertahankan kelangsungan spesies selama
kondisi iklim buruk.

─ Larva

Telur yang tidak menetas karena keadaan lingkungan yang tidak sesuai membentuk larva yang
dilapisi kista dapat bertahan lebih dari setahun berbentuk oval dan berwarna putih.Larva aedes
aegypti menempel dipermukaan dinding vartikel sampai pada waktu menetas. Perkembangan
larva tergantung pada suhu, ketersediaan makanan dan kepadatan larva pada sarang.Pada kondisi
yang optimum, waktu yang dibutuhkan mulai dari penetasan sampai kemunculan nyamuk
dewasa akan berlangsung sedikitnya selama 7 hari termasuk 2 hari untuk masa menjadi pupa,
sedangkan pada suhu yang rendah membutuhkan beberapa minggu untuk kemunculan nyamuk
dewasa.Habitat alami larva jarang ditemukan, tetapi dapat ditemukan di lubang pohon, pangkal
daun dan tampurung kelapa. Selain di tempat alami larva dapat juga ditemukan pada kendi air,
kaleng, pot bunga, botol, tempat penampung air terbuat dari logam dan kayu, ban (Suroso, 2003).
Pada daerah yang panas dan kering, tangki air diatas, tangki penyimpanan air di tanah dan septic
tank bisa menjadi tempat habitat larva yang utama dan pada wilayah yang persediaan airnya
tidak teratur, penghuni menyimpan air untuk kegunaan rumah tangga sehingga memperbanyak
jumlah habitat yang ada untuk larva (Suroso, 2003).

─ Pupa

Pupa nyamuk A. aegypti bentuk tubuhnya bengkok, dengan bagian kepala dada lebih besar
dibandingkan dengan bagian perutnya, sehingga tampak seperti tanda baca ”koma”. Pada bagian
punggung (dorsal) dada terdapat alat pernapasan seperti terompet. Pada ruas perut ke-8 terdapat
sepasang alat pengayuh yang berguna untuk berenang. Alat pengayuh tersebut berjumbai
panjang dan bulu pada ruas perut tidak bercabang. Pupa adalah bentuk tidak makan, tampak
gerakannya lebih lincah bila dibandingkan dengan larva. Waktu istirahat posisi pupa sejajar
dedengan bidang permukaan air (Soegeng, 2006).

─ Nyamuk Dewasa

Nyamuk Aedes larva dan nyamuk dewasa banyak ditemukan disepanjang tahun di semua kota di
Indonesia sesaat setelah menjadi dewasa akan kawin dengan nyamuk betina yang sudah dibuahi
dan akan menghisap darah dalam waktu 24-36 jam. Darah merupakan sumber protein yang
esensial untuk mematangkan telur (Depkes RI, 2004).

C. Gejala Demam Chikungunya

Gejala utama terkena penyakit Chikungunya adalah tiba-tiba tubuh terasa demam diikuti dengan
linu dipersendian. Bahkan, karena salah satu gejala yang khas adalah timbulnya rasa pegal-pegal,
ngilu, juga timbul rasasakit pada tulang – tulang, ada yang menamainya sebagai demam tulang
atau flu tulang. Gejala-gejalanya memang mirip dengan infeksi virus dengue dengan sedikit
perbedaan pada hal-hal tertentu. virus ini dipindahkan dari satu penderita ke penderita lain
melalui nyamuk, antara lain Aedes aegypti.

Virus menyerang semua usia, baik anak-anak maupun dewasa di daerah endemis. Secara
mendadak penderitaakan mengalami demam tinggi selama lima hari, sehingga dikenal pula
istilah demam lima hari. Pada anak kecildimulai dengan demam mendadak, kulit kemerahan.
Ruam-ruam merah itu muncul setelah 3-5 hari. Matabiasanya merah disertai tanda-tanda seperti
flu. Sering dijumpai anak kejang demam.Pada anak yang lebih besar, demam biasanya diikuti
rasa sakit pada otot dan sendi, serta terjadi pembesaran kelenjar getah bening. Pada orang
dewasa, gejala nyeri sendi dan otot sangat dominan dan sampai menimbulkan kelumpuhan
sementara karena rasa sakit bila berjalan. Kadang-kadang timbul rasa mual sampai muntah. Pada
umumnya demam pada anak hanya berlangsung selama tiga hari dengan tanpa atau sedikit sekali
dijumpai perdarahan maupun syok. Bedanya dengan demam berdarah dengue, pada
Chikungunya tidak ada perdarahan hebat, renjatan (shock) maupun kematian.

Virus ini termasuk self limiting disease alias hilang dengan sendirinya. Namun, rasa nyeri sendi
mungkin masih tertinggal dalam hitungan minggu sampai bulan (Suharto, 2007). Gejala demam
Chikungunya mirip dengan demam berdarah dengue yaitu demam tinggi, menggigil, sakit
kepala, mual, muntah, sakit perut, nyeri sendi dan otot serta bintik – bintik merah di kulit
terutama badan dan lengan. Bedanya dengan demam berdarah dengue, pada Chikungunya tidak
ada perdarahan hebat, renjatan (syok) maupun kematian. Nyeri sendi ini terutama mengenai
sendi lutut, pergelangan kaki serta persendian jari tangan dan kaki.

Sakit sendi (artralgia atau artritis; sendi tangan dan kaki) sering menjadi keluhan utama pasien.
Keluhan sakit sendi kadang – kadang masih terasa dalam 1 bulan setelah demam hilang (Suharto,
2007). Kennedy dan Feyt melaporkan terjadinya acute dan chronic arthritis akibat infeksi
Chikungunya. Acute arthritis bila dijumpai terasa sekali dan tidak tertahankan, dan selanjutnya
keluhan nyeri sendi, kaku, dan pembengkakan, dapat bertahan 4 bulan. Dilaporkan angka 12 %
yang mengalami infeksi virus Chikungunya terjadi keluhan sendi kronis. Untuk itu dicoba
pemberian chloroquin phospat. Pernah dilaporkan terjadi kerusakan sendi yang dikaitkan dengan
infeksi Chikungunya (Suharto, 2007).

D. Diagnosis Pasti dan Pengobatan

Diagnosis pasti pada penyakit Chikungunya bila terdapat salah satu hal berikut, yaitu :

1. Pemeriksaan Titer antibodi naik 4 kali lipat

2. Isolasi virus

3. Deteksi virus dengan PCR.

Tidak ada vaksin maupun obat khusus untuk Chikungunya. Dianjurkan istirahat untuk
mengurangi keluhan akut. Exercise berat dapat mengkambuhkan gejala sendi. Belum ada obat
spesifik untuk membunuh virus penyebab penyakit; pasien yang merasa sakit Chikungunya dapat
minum penghilang sakit (analgetika), misalnya parasetamol, namun hindari pemakaian aspirin.
Pasien perlu istirahat, minum banyak air, dan memeriksa diri ke dokter (Suharto, 2007).

E. Prognosis

Penyakit ini bersifat self limiting disease, tidak pernah dilaporkan kejadian kematian,
keluhan sendi mungkin berlangsung lama. Brighton meneliti pada 107 kasus infeksi virus
chikungunya, 87,9% sembuh sempurna; 3,7% mengalami kekakuan sendi atau mild discomfort;
2,8% mempunyai persisten residual joint stiffnes, tetapi tidak nyeri; dan 5,6% mempunyai
keluhan sendi yang persisten, kaku dan sering mengalami efusi sendi (Suharto,2007).

F. Ekologi Vektor

Ekologi vektor adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara vektor dan
lingkungannya. Menurut John Gordon terjangkitnya suatu penyakit disebabkan oleh lebih dari
satu faktor (multiple causal). Faktor-faktor tersebut adalah agent,pejamu (host), lingkungan
(environment).Berdasarkan keterangan diatas dapat dikatakan bahwa terjangkitnya suatu insiden
chikungunya disebabkan oleh faktor-faktor dibawah ini:

1. A. Faktor Agent
Adalah penyebab utama terjadinya suatu penyakit. Dalam hal ini yang menjadi agent dalam
penyebaran penyakit chikungunya adalah virus chik.

1. B. Faktor Pejamu

Adalah manusia yang kemungkinan terpapar terhadap penyakit chikungunya. Dalam penularan
penyakit chikungunya faktor manusia erat kaitannya dengan perilaku seperti peran serta dalam
kegiatan pemberantasan vektor di masyarakat dan mobilitas penduduk yang tinggi memudahkan
penyebar luasan chikungunya dari suatu tempat ke tempat lain.

1. C. Faktor Lingkungan

Adalah segala sesuatu yang berada di luar agent dan pejamu antara lain lingkungan fisik dan
lingkungan biologi. Lingkungan biologi yang mempengaruhi penularan Chikungunya terutama
adalah banyaknya tanaman hias dan tanaman pekarangan yang mempengaruhi pencahayaan dan
kelembaban di dalam rumah. Kelembaban yang tinggi dan kurangnya pencahayaan dalam rumah
merupakan tempat yang disenangi oleh nyamuk untuk istirahat. Lingkungan fisik yaitu seperti
ketinggian tempat, curah hujan,temperatur dan kelembaban.

 Variasi musiman

Pola berjangkit virus chikungunya tidak jauh berbeda dengan virus dengue yaitu dipengaruhi
oleh iklim dan kelembaban udara. Pada suhu yang panas (28o-32oC) dengan kelembaban yang
tinggi, nyamuk aedes akan tetap bertahan hidup untuk jangka waktu yang lama.Di Indonesia
karena suhu udara dan kelembaban tidak sama disetiap tempat, maka pola waktu terjadinya
penyakit agak berbeda di setiap tempat.

Pada musim hujan tempat perkembangbiakan aedes aegypti yang pada musim kemarau tidak
tersisi,mulai terisi air. Telur-telur yang belum sempat menetas pada waktu singkat akan menetas.
Selain itu pada musim hujan banyak tempat-tempat penampungan air alamiah yang terisi air
hujan yang dapat digunakan sebagai tempat perkembangan nyamuk ini. Karena itu pada musim
penghujan populasi nyamuk aedes aegypti meningkat.

Dengan bertambahnya populasi nyamuk merupakan salah satu faktor yang menyebabkan
peningkatan virus chikungunya.Faktor lain yang menyebabkan peningkatan dan penyebaran
kasus chikungunya sangat kompleks, yaitu pertumbuhan penduduk yang tinggi, urbanisasi yang
tidak terencana dan tidak terkendali, tidak adanya kontrol vektor nyamuk yang efektif di daerah
endemis dan peningkatan sarana transportasi (Depkes RI, 2004).

 Ketinggian tempat

Ketinggian tempat berpengaruh terhadap perkembangan nyamuk.Wilayah dengan ketinggian di


atas 1000 meter dari permukaan laut tidak ditemukan nyamuk aedes aegypti karena ketinggian
tersebut suhu terlalu rendah sehingga tidak memungkinkan bagi kehidupan nyamuk.

 Curah hujan
Hujan akan menambah genangan air sebagai tempat perindukan dan menambah kelembaban
udara. Temperatur dan kelembaban selama musim hujan sangat kondusif untuk kelangsungan
hidup nyamuk yang terinfeksi (Suroso, 2003).

 Temperatur

Virus Chikungunya hampir sama dengan virus dengue yaitu hanya endemik di daerah tropis
dimana suhu memungkinkan untuk perkembangbiakan nyamuk. Suhu optimum pertumbuhan
nyamuk adalah 25°C – 27°C. Pertumbuhan akan terhenti sama sekali bila suhu kering dari 10º C
atau lebih dari 40ºC (Suroso, 2003).

G. Keberadaan Jentik

A. Survei Jentik

Pada Survei Entomologi chikungunya dan DBD ada 5 Kegiatan Pokok, yaitu : pengumpulan data
terkait, survei telur, survei jentik atau larva, survei nyamuk, dan survei lain-lain (Depkes RI,
2002). Yang mengamati perilaku dari berbagai lingkungan, vektor, cara-cara pemberantasan
vektor dan cara-cara menilai hasil pemberantasan vektor. Survei jentik dapat dilakukan dengan
cara :

 Metode Single Larva

Pada setiap kontainer yang ditemukan ada jentik, maka satu ekor jentik akan diambil dengan
cidukan (gayung plastik) atau menggunakan pipet panjang jentik sebagai sampel untuk
pemeriksaan spesies jentik dan identifikasi lebih lanjut jenis jentiknya. Jentik yang diambil
ditempatkan dalam botol kecil/vial bottle dan diberi label sesuai dengan nomor tim survei, nomor
lembar formulir berdasarkan 1 nomor rumah yang di survei dan nomor kontainer dalam formulir.

 Metode Visual

Hanya dilihat dan dicatat ada tidaknya jentik didalam kontainer tidak dilakukan pengambilan dan
pemeriksaan spesies jentik. Survei ini dilakukan pada survei lanjutan untuk memonitor indek-
indek jentik atau menilai PSN yang dilakukan (Depkes RI, 2002). Tiga indeks yang biasa dipakai
untuk memantau tingkat gangguan A. aegypti, yaitu:

1. House Index (HI) yaitu persentase rumah yang terjangkit larva/ jentik.

HI = (Jumlah rumah yang terjangkit) : (Jumlah rumah yang diperiksa)×100

2. Container index (CI) yaitu persentase penampungan air yang terjangkit larva atau jentik.

CI = (Jumlah penampung yang positif) : (Jumlah penampung yang diperiksa)×100

3. Breteau index (BI) yaitu jumlah penampung air yang positif per 100 rumah
yang diperiksa.

BI = (Jumlah penampung yang positif) : (Jumlah rumah yang diperiksa) ×100

B. Vektor Nyamuk Aedes aegypti

Virus chik ditularkan dari orang sakit ke orang sehat melalui gigitan nyamuk aedes dari sub
genus stegomyia.Di Indonesia ada 3 jenis nyamuk aedes yang bisa menularkan virus chik yaitu:
A. aegypti, A. albopictus dan A. scutellaris (Depkes RI, 2002). Dari ketiga jenis nyamuk tersebut
A. aegypti lebih berperan dalam penularan penyakit Chikungunya. Nyamuk ini banyak
ditemukan di dalam rumah atau bangunan dan tempat perindukanya juga lebih banyak terdapat
di dalam rumah. Keberadaan jentik berhubungan dengan keberadaan vektor nyamuk A. aegypti
juga, oleh karena itu untuk mengetahui kepadatan populasi nyamuk A. aegypti di suatu lokasi
dapat dilakukan beberapa survei di rumah yang dipilih secara acak. Survei nyamuk dilakukan
dengan cara penangkapan nyamuk umpan orang di dalam dan di luar rumah, masing – masing
selama 20 menit per rumah dan penangkapan nyamuk biasanya dilakukan dengan menggunakan
aspirator.

Indek – indek nyamuk yang di gunakan adalah:

Biting/landing rate = (Jumlah A.aegypti betina yang tertangkap umpan orang ) : (Jumlah
penangkapan ×jumlah jam penangkapan)

Re sting / rumah = (Jumlah A.aegypti betina pada penangkapan nyamuk hinggap) : (Jumlah
rumah yang dilakukan penangkapan )

H. Paradigma Kesehatan Lingkungan

Hubungan interaktif antara manusia serta perilakunya dengan komponen lingkungan yang
memiliki potensi bahaya penyakit juga dikenal sebagai proses kejadian penyakit. Proses kejadian
satu penyakit dapat pula disebut sebagai patogenesis penyakit. Tiap penyakit memiliki
patogenesis sendiri-sendiri. Dengan mempelajari patogenesis penyakit, kita dapat menentukan
pada titik mana atau di simpul mana kita bisa melakukan pencegahan. Tanpa memahami
patogenesis atau proses kejadian penyakit, kita tidak dapat melakukan pencegahan (Achmadi,
2008). Dinamika perubahan-perubahan komponen lingkungan yang memiliki potensi
menimbulkan dampak terhadap kesehatan masyarakat dapat digambarkan mulai dari sumber
perubahan (munculnya komponen dengan memiliki potensi bahaya tersebut), dinamika dan
kinetika komponen tersebut dalam lingkungan disekitar manusia (ambient), interaksi manusia
proses fisiologis dan patologis, hingga komponen tersebut tidak lagi menimbulkan bahaya
kesehatan masyarakat (Achmadi, 2008).

Adapun Teori Simpul dari timbulnya demam Chikungunya tersebut sebagai berikut :

1.penderita demam chikungunya →



2.vektor yaitu nyamuk A.aegypti → variabel lain yang berpengaruh
↓↑
3.adanya virus chik dalam darah penderita →

4. sakit/sehat →
Dengan mengacu pada gambaran skematik tersebut di atas, maka patogenesis dapat diuraikan ke
dalam 4 simpul yakni :

a. Simpul 1, kita sebut sebagai sumber penyakit. Dan dalam hal ini sumber penyakit yaitu orang
yang menderita demam Chikungunya.

b. Simpul 2, yaitu komponen lingkungan yang merupakan media transmisi penyakit yang dapat
memindahkan agent penyakit. Dalam hal ini yang memindahkan agent yaitu nyamuk A. Aegypti
sebagai vektor penular.

c. Simpul 3, penduduk yang dalam darahnya terdapat virus Chik karena telah tertular dari orang
lain melalui vektor yaitu nyamuk.

d. Simpul 4, penduduk yang dalam keadaan sehat atau sakit setelah mengalami interaksi dengan
komponen lingkungan tersebut yang telah mengandung agent penyakit (Achmadi, 2008).

I. WOC Chikungunya

Anda mungkin juga menyukai