Penyakit ini banyak ditemukan didaerah tropis seperti Asia Tenggara, India,
Brazil, Amerika termasuk di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat
ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan air laut. Dokter dan tenaga
kesehatan lainnya seperti Bidan dan Pak Mantri ;-) seringkali salah dalam
penegakkan diagnosa, karena kecenderungan gejala awal yang menyerupai penyakit
lain seperti Flu dan Tipes (Typhoid).
Tanda dan Gejala Penyakit Demam Berdarah Dengue Masa tunas / inkubasi
selama 3 – 15 hari sejak seseorang terserang virus dengue, Selanjutnya penderita akan
menampakkan berbagai tanda dan gejala demam berdarah sebagai berikut :
Aedes aegypti merupakan jenis nyamuk yang dapat membawa virus dengue
penyebab penyakit demam berdarah. Selain dengue, A. aegypti juga merupakan
pembawa virus demam kuning (yellow fever) dan chikungunya. Penyebaran jenis ini
sangat luas, meliputi hampir semua daerah tropis di seluruh dunia. Sebagai pembawa
virus dengue, A. aegypti merupakan pembawa utama (primary vector) dan bersama
Aedes albopictus menciptakan siklus persebaran dengue di desa dan kota. Mengingat
keganasan penyakit demam berdarah, masyarakat harus mampu mengenali dan
mengetahui cara-cara mengendalikan jenis ini untuk membantu mengurangi
persebaran penyakit demam berdarah.
Nyamuk Aedes aegypti lebih senang mencari mangsa di dalam rumah dan
sekitarnya pada tempat yang terlindung atau tertutup. Hal ini agak berbeda dengan
Aedes albopictus yang sering dijumpai diluar rumah dan menyukai genangan air
alami yang terdapat di luar rumah misalnya potongan bambu pagar, tempurung
kelapa, lubang pohon yang berisi air (Allan, 1998). Tempat peristirahatan nyamuk
Aedes aegypti berupa semak-semak atau tanaman rendah termasuk rerumputan yang
terdapat di halaman/kebun/pekarangan rumah, juga berupa benda-benda yang
tergantung di dalam rumah seperti pakaian, sarung, kopiah dan lain sebagainya
(Srisasi G et al., 2000).
Virus Dengue masuk ke dalam tubuh manusia lewat gigitan nyamuk Aedes
aegypti dan nyamuk Aedes albopictus. Di dalam tubuh manusia, virus berkembang
biak dalam sistem retikuloendotelial, dengan target utama virus Dengue adalah APC
(Antigen Presenting Cells ) di mana pada umumnya berupa monosit atau makrofag
jaringan seperti sel Kupffer dari hepar dapat juga terkena (Harikushartono et al.,
2002). Segera terjadi viremia selama 2 hari sebelum timbul gejala dan berakhir
setelah lima hari gejala panas mulai. Makrofag akan segera bereaksi dengan
menangkap virus dan memprosesnya sehingga makrofag menjadi APC (Antigen
Precenting Cell). Antigen yang menempel di makrofag ini akan mengaktifasi sel T-
Helper dan menarik makrofag lain untuk memfagosit lebih banyak virus. T-helper
akan mengaktifasi sel T-sitotoksik yang akan melisis makrofag yang sudah
memfagosit virus juga mengaktifkan sel B yang akan melepas antibodi. Ada 3 jenis
antibodi yang telah dikenali yaitu antibodi netralisasi, antibodi hemaglutinasi,
antibodi fiksasi komplemen (Gubler DJ., 1998).
a. Lingkungan
b. Biologis
Fogging merupakan salah satu bentuk upaya untuk dapat memutus rantai
penularan penyakit DHF, dengan adanya pelaksanaan fogging diharapkan jumlah
penderita Demam Berdarah DHF dapat berkurang. Sebelum pelaksanaan fogging
pada masyarakat telah diumumkan agar menutup makanannya dan tidak berada di
dalam rumah ketika dilakukan fogging termasuk orang yang sakit harus diajak ke luar
rumah dahulu, selain itu semua ternak juga harus berada di luar. Namun demikian
untuk menghindari hal – hal yang tidak diinginkan maka dalam pelaksanaannya
fogging dilakukan oleh 2 orang operator. Operator I (pendamping) bertugas membuka
pintu, masuk rumah dan memeriksa semua ruangan yang ada untuk memastikan
bahwa tidak ada orang dalam rumah termasuk bayi, anak-anak maupun orang tua dan
orang yang sedang terbaring sakit, selain itu ternak-ternak sudah harus dikeluarkan
serta semua makanan harus sudah ditutup. Setelah siap operator pendamping ke luar
dan operator II (Operator swing Fog) memasuki rumah dan melakukan fogging pada
semua ruangan dengan cara berjalan mundur. Setelah selesai operator pendamping
baru menutup pintu. Rumah yang telah di fogging ini harus dibiarkan tertutup selama
kurang lebih satu jam dengan harapan nyamuk-nyamuk yang berada dalam rumah
dapat terbunuh semua, dengan cara ini nyamuk-nyamuk akan terbunuh karena
malathion bekerja secara “knoc donw”. Setelah itu fogging dilanjutkan di luar
rumah / pekarangan. Setelah satu rumah beserta pekarangannya selesai difogging
maka fogging dilanjutkan ke rumah yang lain, sampai semua rumah dan pekarangan
milik warga difogging.
Pendapat masyarakat bahwa fogging merupakan cara yang paling tepat untuk
mencegah penyebaran penyakit demam berdarah sebenarnya kurang tepat, karena
cara ini sesungguhnya hanya bertujuan untuk memberantas nyamuk Aedes aegypti
dewasa, sehingga jika di beberapa rumah penduduk masih diketemukan jentik
nyamuk, maka dimungkinkan penularan demam berdarah masih berlanjut dengan
dewasanya jentik yang menjadi nyamuk. Apalagi siklus perubahan jentik menjadi
nyamuk hanya membutuhkan waktu kurang lebih satu minggu. Sehingga jika di
daerah tersebut terdapat penderita demam berdarah baru maka dimungkinkan akan
cepat menyebar pula. Langkah yang dianggap lebih efektif adalah dengan PSN
(Pemberantasan Sarang Nyamuk).
Cara yang paling efektif dalam mencegah penyakit DBD adalah dengan
mengkombinasikan cara-cara di atas, yang disebut dengan 3M Plus, yaitu menutup,
menguras dan mengubur barang-barang yang bisa dijadikan sarang nyamuk. Selain
itu juga melakukan beberapa plus seperti memelihara ikan pemakan jentik, menabur
larvasida, menggunakan kelambu pada waktu tidur, memasang kasa, menyemprot
dengan insektisida, menggunakan repellent, memasang obat nyamuk dan memeriksa
jentik berkala sesuai dengan kondisi setempat (Deubel V et al., 2001).
A. ASESSMENT NUTRITION
3. Antropometri
BB = 55Kg
Tb = 170 cm
IMT = 19.03 kg/m2 (normal)
Umur = 21 tahun
5. Riwayat personal
Riwayat obat -
Social budaya Dayah Lambaro (tinggal dipesantren)
Tidak bersama orang tua
Riwayat penyakit RPD : -
RPS :
1. Viral infunction
2. Isk
3. Dengue fever
Diagnose : obstruksi tebis ec DHF
grade 1
NO INDIKATOR YA TIDAK
1 Perubahan BB √
3 Mual-Muntah √
4 Kesulitan menelan √
5 Diare/konstipasi -
6 Alergi √
7 Diet Khusus
8 Odeme
√
9 Enteral/Parental
√
10 Dll....
√
Pusing,
lemas
B. Nutrional Diagnosis
Domain Asupan
C. Intervention
1. Intervensi
a. Penatalaksaan diet
Tujuan :
Syarat diet :
a. Tinggi energi
b. Tinggi protein
c. Cukup mineral dan vitamin
d. Mudah dicerna
e. Diberikan secara bertahap bila penyakit dalam keadaan berat
Jenis diet
TETP
Bentuk makanan
Lunak
Cara pemberian
Oral
Frekuensi
3x makanan utama dan 2x makanan selingan.
BB : 55 kg
TB : 170 cm
BB 55 55
IMT= = = =19,01 (Normal)
TB2 (1,70)2 2.89
BMR = 1ˣ24ˣ63
= 1512 kkal
Contoh menu
Pagi : bubur ayam special
Pot tahu sayuran
Pepaya
Snack : bubur sum-sum
Siang : Nasi tim
Soup Ikan kembung
Pepes tempe
Bayam + jagung bening
Jeruk manis
Cara yang paling efektif dalam mencegah penyakit DBD adalah dengan
mengkombinasikan cara-cara di atas, yang disebut dengan 3M Plus, yaitu
menutup, menguras dan mengubur barang-barang yang bisa dijadikan sarang
nyamuk. Selain itu juga melakukan beberapa plus seperti memelihara ikan
pemakan jentik, menabur larvasida, menggunakan kelambu pada waktu
tidur, memasang kasa, menyemprot dengan insektisida, menggunakan
repellent, memasang obat nyamuk dan memeriksa jentik berkala sesuai
dengan kondisi setempat (Deubel V et al., 2001).
e. Perubahan perilaku
Daftar pustaka
http://www.wesehat.com/2013/11/makanan-dan-minuman-untuk-penderita-
demam-berdarah.html#ixzz453b09B00
http://www.pantangan.com/tahukah-anda-pantangan-penyakit-demam-
berdarah-dengue/
http://ninnarohmawati.blogspot.co.id/2014/01/contoh-penyelesaian-kasus-
berdasarkan.html
http://www.ahligizi.com/2015/06/proses-asuhan-gizi-terstandar-pagt.html