Anda di halaman 1dari 22

TINJAUAN PUSTAKA

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) {bahasa medisnya disebut Dengue


Hemorrhagic Fever (DHF)} adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang
ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus, yang mana
menyebabkan gangguan pada pembuluh darah kapiler dan pada sistem pembekuan
darah, sehingga mengakibatkan perdarahan-perdarahan.

Penyakit ini banyak ditemukan didaerah tropis seperti Asia Tenggara, India,
Brazil, Amerika termasuk di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat
ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan air laut. Dokter dan tenaga
kesehatan lainnya seperti Bidan dan Pak Mantri ;-) seringkali salah dalam
penegakkan diagnosa, karena kecenderungan gejala awal yang menyerupai penyakit
lain seperti Flu dan Tipes (Typhoid).

Tanda dan Gejala Penyakit Demam Berdarah Dengue Masa tunas / inkubasi
selama 3 – 15 hari sejak seseorang terserang virus dengue, Selanjutnya penderita akan
menampakkan berbagai tanda dan gejala demam berdarah sebagai berikut :

1. Demam tinggi yang mendadak 2-7 hari (38 – 40 derajat Celsius).


2. Pada pemeriksaan uji torniquet, tampak adanya jentik (puspura) perdarahan.
3. Adanya bentuk perdarahan dikelopak mata bagian dalam (konjungtiva),
Mimisan (Epitaksis), Buang air besar dengan kotoran (Peaces) berupa lendir
bercampur darah (Melena), dan lain-lainnya.
4. Terjadi pembesaran hati (Hepatomegali).
5. Tekanan darah menurun sehingga menyebabkan syok.
6. Pada pemeriksaan laboratorium (darah) hari ke 3 – 7 terjadi penurunan
trombosit dibawah 100.000 /mm3 (Trombositopeni), terjadi peningkatan nilai
Hematokrit diatas 20% dari nilai normal (Hemokonsentrasi).
7. Timbulnya beberapa gejala klinik yang menyertai seperti mual, muntah,
penurunan nafsu makan (anoreksia), sakit perut, diare, menggigil, kejang dan
sakit kepala.
8. Mengalami perdarahan pada hidung (mimisan) dan gusi.
9. Demam yang dirasakan penderita menyebabkan keluhan pegal/sakit pada
persendian.
10. Munculnya bintik-bintik merah pada kulit akibat pecahnya pembuluh darah.

Aedes aegypti merupakan jenis nyamuk yang dapat membawa virus dengue
penyebab penyakit demam berdarah. Selain dengue, A. aegypti juga merupakan
pembawa virus demam kuning (yellow fever) dan chikungunya. Penyebaran jenis ini
sangat luas, meliputi hampir semua daerah tropis di seluruh dunia. Sebagai pembawa
virus dengue, A. aegypti merupakan pembawa utama (primary vector) dan bersama
Aedes albopictus menciptakan siklus persebaran dengue di desa dan kota. Mengingat
keganasan penyakit demam berdarah, masyarakat harus mampu mengenali dan
mengetahui cara-cara mengendalikan jenis ini untuk membantu mengurangi
persebaran penyakit demam berdarah.

Terjadinya penularan virus Dengue tidak dapat dilepaskan dari keberadaan


vektornya, karena tanpa adanya vektor tidak akan terjadi penularan. Ada beberapa
vektor yang dapat menularkan virus Dengue tetapi yang dianggap vektor penting
dalam penularan virus ini adalah nyamuk Aedes aegypti walaupun di beberapa negara
lain Aedes albopictus cukup penting pula peranannya seperti hasil penelitian yang
pernah dilakukan di pulau Mahu Republik Seychelles (Metsellar, 1997).

Untuk daerah urban Aedes albopictus ini kurang penting peranannya


(Luft,1996). Selain kedua spesies ini masih ada beberapa spesies dari nyamuk Aedes
yang bisa bertindak sebagai vektor untuk virus Dengue seperti Aedes rotumae, Aedes
cooki dan lain-lain. Sub famili nyamuk Aedes ini adalah Culicinae, Famili Culicidae,
sub Ordo Nematocera dan termasuk Ordo diptera (WHO, 2004).

Bila nyamuk Aedes menghisap darah manusia yang sedang mengalami


viremia, maka nyamuk tersebut terinfeksi oleh virus Dengue dan sekali menjadi
nyamuk yang infektif maka akan infektif selamanya (Putman JL dan Scott TW.,
1996). Selain itu nyamuk betina yang terinfeksi dapat menularkan virus ini pada
generasi selanjutnya lewat ovariumnya tapi hal ini jarang terjadi dan tidak banyak
berperan dalam penularan pada manusia. Virus yang masuk dalam tubuh nyamuk
membutuhkan waktu 8-10 hari untuk menjadi nyamuk infektif bagi manusia dan
masa tersebut dikenal sebagai masa inkubasi eksternal (WHO, 1997).

Di Indonesia, nyamuk A. aegypti umumnya memiliki habitat di lingkungan


perumahan, di mana terdapat banyak genangan air bersih dalam bak mandi ataupun
tempayan. Oleh karena itu, jenis ini bersifat urban, bertolak belakang dengan A.
albopictus yang cenderung berada di daerah hutan berpohon rimbun (sylvan areas).
Semua tempat penyimpanan air bersih yang tenang dapat menjadi tempat
berkembang biak nyamuk Aedes misalnya gentong air murni, kaleng kosong berisi air
hujan, bak kamar mandi atau pada lipatan dan lekukan daun yang berisi air hujan, vas
bunga berisi air dan lain-lain. Nyamuk Aedes aegypti lebih banyak ditemukan
berkembang biak pada kontainer yang ada dalam rumah.

Perkembangan hidup nyamuk Aedes aegypti dari telur hingga dewasa


memerlukan waktu sekitar 10-12 hari dan umur nyamuk Aedes aegypti betina
berkisar antara 2 minggu sampai 3 bulan atau rata-rata 1,5 bulan, tergantung dari suhu
kelembaban udara sekelilingnya (Biswas et al., 1997).

Nyamuk A. aegypti, seperti halnya culicines lain, meletakkan telur pada


permukaan air bersih secara individual. Telur berbentuk elips berwarna hitam dan
terpisah satu dengan yang lain. Telur menetas dalam 1 sampai 2 hari menjadi larva.
Terdapat empat tahapan dalam perkembangan larva yang disebut instar.
Perkembangan dari instar 1 ke instar 4 memerlukan waktu sekitar 5 hari. Setelah
mencapai instar ke-4, larva berubah menjadi pupa di mana larva memasuki masa
dorman. Pupa bertahan selama 2 hari sebelum akhirnya nyamuk dewasa keluar dari
pupa. Perkembangan dari telur hingga nyamuk dewasa membutuhkan waktu 7 hingga
8 hari, namun dapat lebih lama jika kondisi lingkungan tidak mendukung.
Telur Aedes aegypti tahan kekeringan dan dapat bertahan hingga 1 bulan
dalam keadaan kering. Jika terendam air, telur kering dapat menetas menjadi larva.
Sebaliknya, larva sangat membutuhkan air yang cukup untuk perkembangannya.
Kondisi larva saat berkembang dapat memengaruhi kondisi nyamuk dewasa yang
dihasilkan. Sebagai contoh, populasi larva yang melebihi ketersediaan makanan akan
menghasilkan nyamuk dewasa yang cenderung lebih rakus dalam mengisap darah.
Sebaliknya, lingkungan yang kaya akan nutrisi menghasilkan nyamuk-nyamuk.

Nyamuk Aedes aegypti lebih senang mencari mangsa di dalam rumah dan
sekitarnya pada tempat yang terlindung atau tertutup. Hal ini agak berbeda dengan
Aedes albopictus yang sering dijumpai diluar rumah dan menyukai genangan air
alami yang terdapat di luar rumah misalnya potongan bambu pagar, tempurung
kelapa, lubang pohon yang berisi air (Allan, 1998). Tempat peristirahatan nyamuk
Aedes aegypti berupa semak-semak atau tanaman rendah termasuk rerumputan yang
terdapat di halaman/kebun/pekarangan rumah, juga berupa benda-benda yang
tergantung di dalam rumah seperti pakaian, sarung, kopiah dan lain sebagainya
(Srisasi G et al., 2000).

Aedes aegypti merupakan spesies nyamuk yang banyak ditemukan di daerah


tropis dan subtropis yang terletak antara 35º lintang utara dan 35º lintang selatan.
Selain itu Aedes aegypti jarang ditemukan pada ketinggian lebih dari 1.000 m. Tetapi
di India pernah ditemukan pada ketinggian 2.121 m dan di California 2.400 m.
Nyamuk ini mampu hidup pada temperatur 8ºC-37ºC. Aedes aegypti bersifat
Anthropophilic dan sering tinggal di dalam rumah (WHO, 1997).

Kemampuan terbang nyamuk betina bisa mencapai 2 km tetapi kemampuan


normalnya kira-kira 40 meter. Nyamuk Aedes mempunyai kebiasaan menggigit
berulang (multiple bitters) yaitu menggigit beberapa orang secara bergantian dalam
waktu singkat. Hal ini disebabkan karena nyamuk Aedes aegypti sangat sensitif dan
mudah terganggu. Keadaan ini sangat membantu Aedes aegypti dalam memindahkan
virus Dengue ke beberapa orang sekaligus sehingga dilaporkan adanya beberapa
penderita DBD di dalam satu rumah (Depkes, 2004).

Memonitor kepadatan populasi Aedes aegypti merupakan hal yang penting


dalam mengevaluasi adanya ancaman penyakit Demam Berdarah Dengue di suatu
daerah dan pengukuran kepadatan populasi nyamuk yang belum dewasa dilakukan
dengan cara pemeriksaan tempat-tempat perindukan di dalam dan luar rumah. Ada 3
angka indeks yang perlu diketahui yaitu indeks rumah, indeks kontainer dan indeks
Breteau (Srisari G et al., 2000). Indeks Breteau adalah jumlah kontainer yang positif
dengan larva Aedes aegypti dalam 100 rumah yang diperiksa. Indeks Breteau
merupakan indikator terbaik untuk menyatakan kepadatan nyamuk, sedangkan indeks
rumah menunjukkan luas persebaran nyamuk dalam masyarakat. Indeks rumah
adalah prosentase rumah ditemukannya larva Aedes aegypti. Indeks kontainer adalah
prosentase kontainer yang positif dengan larva Aedes aegypti. Penelitian dari
Bancroft pada tahun 1906 memberi dasar kuat untuk mempertimbangkan Aedes
aegypti sebagai vektor dengan cara menginfeksi 2 sukarelawan di daerah tempat
terjadinya infeksi alamiah. Dasar ini didukung pula dengan hasil penelitian Cleland
dan kawan-kawan tahun 1917, juga penelitian dari Jupp tahun 1993 di Afrika Selatan
yang menyatakan populasi Aedes aegypti paling besar potensinya sebagai vektor
untuk virus DEN-1 dan DEN-2 (WHO, 2002).

Penyakit Demam Berdarah Dengue adalah penyakit infeksi virus Dengue


yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan nyamuk Aedes albopictus. Virus
Dengue termasuk genus Flavivirus, famili Flaviviridae, yang dibedakan menjadi 4
serotipe yaitu DEN 1, DEN 2, DEN 3 dan DEN 4. Keempat serotipe virus ini terdapat
di Indonesia dan dilaporkan bahwa serotipe virus DEN 3 sering menimbulkan wabah,
sedang di Thailand penyebab wabah yang dominan adalah virus DEN 2
(Syahrurahman A et al., 1995). Penyakit ini ditunjukkan dengan adanya demam
secara tiba-tiba 2-7 hari, disertai sakit kepala berat, sakit pada sendi dan otot (myalgia
dan arthralgia) dan ruam merah terang, petechie dan biasanya muncul dulu pada
bagian bawah badan menyebar hingga menyelimuti hampir seluruh tubuh. Radang
perut bisa juga muncul dengan kombinasi sakit di perut, rasa mual, muntah-muntah
atau diare (Soewandoyo E., 1998).

Manifestasi klinik terwujud sebagai akibat adanya kebocoran plasma dari


pembuluh darah perifer ke jaringan sekitar. Infeksi virus Dengue dapat bersifat
asimtomatik atau simtomatik yang meliputi panas tidak jelas penyebabnya (Dengue
Fever, DF), Demam Berdarah Dengue (DBD), dan demam berdarah dengan renjatan
(DSS) dengan manifestasi klinik demam bifasik disertai gejala nyeri kepala, nyeri
sendi, nyeri otot, dan timbulnya ruam pada kulit ( Soegijanto S., 2004).

Virus Dengue masuk ke dalam tubuh manusia lewat gigitan nyamuk Aedes
aegypti dan nyamuk Aedes albopictus. Di dalam tubuh manusia, virus berkembang
biak dalam sistem retikuloendotelial, dengan target utama virus Dengue adalah APC
(Antigen Presenting Cells ) di mana pada umumnya berupa monosit atau makrofag
jaringan seperti sel Kupffer dari hepar dapat juga terkena (Harikushartono et al.,
2002). Segera terjadi viremia selama 2 hari sebelum timbul gejala dan berakhir
setelah lima hari gejala panas mulai. Makrofag akan segera bereaksi dengan
menangkap virus dan memprosesnya sehingga makrofag menjadi APC (Antigen
Precenting Cell). Antigen yang menempel di makrofag ini akan mengaktifasi sel T-
Helper dan menarik makrofag lain untuk memfagosit lebih banyak virus. T-helper
akan mengaktifasi sel T-sitotoksik yang akan melisis makrofag yang sudah
memfagosit virus juga mengaktifkan sel B yang akan melepas antibodi. Ada 3 jenis
antibodi yang telah dikenali yaitu antibodi netralisasi, antibodi hemaglutinasi,
antibodi fiksasi komplemen (Gubler DJ., 1998).

Penyakit infeksi virus Dengue merupakan hasil interaksi multifaktorial yang


pada saat ini mulai diupayakan memahami keterlibatan faktor genetik pada penyakit
infeksi virus, yaitu kerentanan yang dapat diwariskan. Konsep ini merupakan salah
satu teori kejadian infeksi berdasarkan adanya perbedaan kerentanan genetik (genetic
susceptibility) antar individu terhadap infeksi yang mengakibatkan perbedaan
interaksi antara faktor genetik dengan organisme penyebab serta lingkungannya
(Darwis D., 1999).

Patofisiologi primer DBD dan Dengue Shock Syndrom (DSS) adalah


peningkatan akut permeabilitas vaskuler yang diikuti kebocoran plasma ke dalam
ruang ekstravaskuler, sehingga menimbulkan hemokonsentrasi dan penurunan
tekanan darah (Gambar 2.1). Volume plasma menurun lebih dari 20% pada kasus-
kasus berat, yang didukung penemuan post mortem meliputi efusi serosa, efusi
pleura, hemokonsentrasi dan hipoproteinemi (Soedarmo, 2002).

Patogenesis DBD masih kontroversial dan masing-masing hanya dapat


menjelaskan satu atau beberapa manifestasi kliniknya dan belum dapat menjelaskan
secara utuh keseluruhan fenomena (Soetjipto et al., 2000). Beberapa teori tentang
patogenesis DBD adalah The Secondary Heterologous Infection Hypothesis,
Hipotesis Virulensi Virus, Teori Fenomena Antibodi Dependent Enhancement (ADE),
Teori Mediator, Peran Endotoksin, dan Teori Apoptosis (Soegijanto S., 2004).

Pencegahan dan pemberantasan infeksi Dengue diutamakan pada


pemberantasan vektor penyakit karena vaksin yang efektif masih belum tersedia.
Pemberantasan vektor ini meliputi pemberantasan sarang nyamuk dan pembasmian
jentik. Pemberantasan sarang nyamuk meliputi pembersihan tempat penampungan air
bersih yang merupakan sarana utama perkembangbiakan nyamuk, diikuti penimbunan
sampah yang bisa menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk. Tempat air bersih
perlu dilindungi dengan ditutup yang baik. Pembasmian jentik dilakukan melalui
kegiatan larvaciding dengan abate dan penebaran ikan pemakan jentik di kolam-
kolam (Soegijanto S., 2004).

Cara Pemberantasan Demam Berdarah


Departemen kesehatan telah mengupayakan berbagai strategi dalam mengatasi
kasus ini. Pada awalnya strategi yang digunakan adalah memberantas nyamuk dewasa
melalui pengasapan, kemudian strategi diperluas dengan menggunakan larvasida
yang ditaburkan ke tempat penampungan air yang sulit dibersihkan. Akan tetapi
kedua metode tersebut sampai sekarang belum memperlihatkan hasil yang
memuaskan. Pencegahan penyakit DBD sangat tergantung pada pengendalian
vektornya, yaitu nyamuk Aedes aegypti (Rozendaal JA., 1997).

Pengendalian nyamuk tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan


beberapa metode yang tepat, yaitu:

a. Lingkungan

Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara lain dengan


Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), pengelolaan sampah padat, modifikasi tempat
perkembangbiakan nyamuk dan perbaikan desain rumah. Sebagai contoh : menguras
bak mandi/penampungan air sekurang-kurangnya sekali seminggu, mengganti dan
menguras vas bunga dan tempat minum burung seminggu sekali, menutup dengan
rapat tempat penampungan? air, mengubur kaleng-kaleng bekas, aki bekas dan ban
bekas di sekitar rumah?. Tumpah atau bocornya air dari pipa distribusi, katup air,
meteran air dapat menyebabkan air menggenang dan menjadi habitat yang penting
untuk larva Aedes aegypti jika tindakan pencegahan tidak dilakukan.

b. Biologis

Pengendalian biologis antara lain dengan menggunakan ikan pemakan jentik


(ikan adu/ikan cupang), dan bakteri (Bt.H-14). Peran pemangsa yang dimainkan oleh
copepod crustacea (sejenis udang-udangan) telah didokumentasikan pada tahun 1930-
1950 sebagai predator yang efektif terhadap Aedes aegypti (Kay BH., 1996). Selain
itu juga digunakan perangkap telur autosidal (perangkap telur pembunuh) yang saat
ini sedang dikembangkan di Singapura.
c. Kimiawi

Cara pengendalian ini antara lain dengan pengasapan (fogging) (dengan


menggunakan malathion dan fenthion), berguna untuk mengurangi kemungkinan
penularan sampai batas waktu tertentu. Memberikan bubuk abate (temephos) pada
tempat-tempat penampungan air seperti gentong air, vas bunga, kolam, dan lain-lain.

Fogging merupakan salah satu bentuk upaya untuk dapat memutus rantai
penularan penyakit DHF, dengan adanya pelaksanaan fogging diharapkan jumlah
penderita Demam Berdarah DHF dapat berkurang. Sebelum pelaksanaan fogging
pada masyarakat telah diumumkan agar menutup makanannya dan tidak berada di
dalam rumah ketika dilakukan fogging termasuk orang yang sakit harus diajak ke luar
rumah dahulu, selain itu semua ternak juga harus berada di luar. Namun demikian
untuk menghindari hal – hal yang tidak diinginkan maka dalam pelaksanaannya
fogging dilakukan oleh 2 orang operator. Operator I (pendamping) bertugas membuka
pintu, masuk rumah dan memeriksa semua ruangan yang ada untuk memastikan
bahwa tidak ada orang dalam rumah termasuk bayi, anak-anak maupun orang tua dan
orang yang sedang terbaring sakit, selain itu ternak-ternak sudah harus dikeluarkan
serta semua makanan harus sudah ditutup. Setelah siap operator pendamping ke luar
dan operator II (Operator swing Fog) memasuki rumah dan melakukan fogging pada
semua ruangan dengan cara berjalan mundur. Setelah selesai operator pendamping
baru menutup pintu. Rumah yang telah di fogging ini harus dibiarkan tertutup selama
kurang lebih satu jam dengan harapan nyamuk-nyamuk yang berada dalam rumah
dapat terbunuh semua, dengan cara ini nyamuk-nyamuk akan terbunuh karena
malathion bekerja secara “knoc donw”. Setelah itu fogging dilanjutkan di luar
rumah / pekarangan. Setelah satu rumah beserta pekarangannya selesai difogging
maka fogging dilanjutkan ke rumah yang lain, sampai semua rumah dan pekarangan
milik warga difogging.
Pendapat masyarakat bahwa fogging merupakan cara yang paling tepat untuk
mencegah penyebaran penyakit demam berdarah sebenarnya kurang tepat, karena
cara ini sesungguhnya hanya bertujuan untuk memberantas nyamuk Aedes aegypti
dewasa, sehingga jika di beberapa rumah penduduk masih diketemukan jentik
nyamuk, maka dimungkinkan penularan demam berdarah masih berlanjut dengan
dewasanya jentik yang menjadi nyamuk. Apalagi siklus perubahan jentik menjadi
nyamuk hanya membutuhkan waktu kurang lebih satu minggu. Sehingga jika di
daerah tersebut terdapat penderita demam berdarah baru maka dimungkinkan akan
cepat menyebar pula. Langkah yang dianggap lebih efektif adalah dengan PSN
(Pemberantasan Sarang Nyamuk).

Cara yang paling efektif dalam mencegah penyakit DBD adalah dengan
mengkombinasikan cara-cara di atas, yang disebut dengan 3M Plus, yaitu menutup,
menguras dan mengubur barang-barang yang bisa dijadikan sarang nyamuk. Selain
itu juga melakukan beberapa plus seperti memelihara ikan pemakan jentik, menabur
larvasida, menggunakan kelambu pada waktu tidur, memasang kasa, menyemprot
dengan insektisida, menggunakan repellent, memasang obat nyamuk dan memeriksa
jentik berkala sesuai dengan kondisi setempat (Deubel V et al., 2001).

Kegiatannya dapat berupa kerja bakti untuk membersihkan rumah dan


pekarangannya, selokan selokan di samping rumah serta melakukan 3M ( Menguras
kamar mandi (termasuk mengganti air untuk minuman burung dan air dalam vas
bunga), menutup tampungan / tandon air dan mengubur barang-barang bekas yang
mungkin menjadi tempat sarang nyamuk, termasuk pecahan botol dan potongan ban
bekas). Jika diperlukan dapat ditaburkan abate dengan dosis 10 gr/ 100 liter air, untuk
membunuh jentik-jentik pada bak kamar mandi maupun kolam-kolam ikan di rumah,
dalam hal ini masyarakat tidak perlu takut kalau-kalau terjadi keracunan karena abate
ini hanya membunuh jentik nyamuk dan aman bagi manusia maupun ikan. Untuk
mendapatkan hasil yang terbaik dalam memutus rantai penularan penyakit demam
berdarah adalah dengan pelaksanaan PSN oleh masyarakat, kemudian dilakukan
fogging oleh petugas dan kembali dilaksanakan PSN oleh masyarakat. Jika cara ini
telah dilakukan oleh seluruh masyarakat secara merata di berbagai wilayah, artinya
tidak hanya satu Rt atau Rw saja, tetapi telah meluas di semua wilayah maka
pemberantasan demam berdarah akan lebih cepat teratasi. Sebab jika hanya satu
daerah saja yang melaksanakan program tersebut namun daerah lainnya tidak, maka
dimungkinkan orang yang berasal dari wilayah yang telah bebas namun berkunjung
ke daerah yang masih terdapat penderita demam berdarah dan tergigit oleh nyamuk
Aedes aegypti akan tertular demam berdarah pula dan dengan cepat penyakit inipun
akan tersebar luas kembali.
FORM NUTRION CARE PROCESS (NCP)

NAMA PASIEN : Hamadalazi RUANG : Arafah 9B

ALAMAT : Lambaro DIAGNOSA MEDIS : Demam


Berdarah (DBD)

A. ASESSMENT NUTRITION

Asupan Makanan Sebelum sakit


Dalam 1 hari :
Nasi,sayur rebus,ikan, air putih, jus
guava.
Makannya tidak teratur
Sesudah sakit
Nasi, daging, guava.

Kesadaran terhadap gizi dan kesehatan Masih kurang

Aktifitas fisik Tidak ada (hanya berbaring ditempat


tidur)
Ketersediaan Makanan Kue basah, dan apa yang diberikan
dirumah sakit

1. Riwayat Gizi Makanan


Kebiasaan makan : kue basah
frekuensi : 3x makanan utama (tidak habis)
2x selingan (jus guava dan kue basah)
Pantangan : mie, minuman dingin,
Yang alergi (telur, ikan tongkol)
2. Data Biokimia
HGB : 13.7 g/dl (normal)
RBC : 4.88 (normal)
HCT : 39.9 (normal)
MCU : 81.8 fl (normal)
MCH : 28.1 pq (normal)
MCHC: 34.3 g/dl (normal)
RDW-SO : 35.8 fl (normal)
RDW-CU : 12.0% (normal)
WBC : 5.89 103/u/l (normal)
BASO% : 0.3% (normal)
NGUT% : 62.1% (normal)
LYMPH : 27.2% (normal)
MONO%: 10.4% (Tinggi)

3. Antropometri
BB = 55Kg
Tb = 170 cm
IMT = 19.03 kg/m2 (normal)
Umur = 21 tahun

4. Fisik dan Klinis


Lemas
Kesadaran / mental = Compos Mentis
TD = 118/69 mmHg (rendah)
Nadi = 88x/menit (tinggi)
Suhu = 37.8˚C (tinggi)

5. Riwayat personal

 Riwayat obat -
 Social budaya Dayah Lambaro (tinggal dipesantren)
Tidak bersama orang tua
 Riwayat penyakit RPD : -
RPS :
1. Viral infunction
2. Isk
3. Dengue fever
Diagnose : obstruksi tebis ec DHF
grade 1

 Data umum pasien Nama : Hamadalazi


Umur : 21 tahun
Pekerjaan : pelajar
6. Skrining

NO INDIKATOR YA TIDAK
1 Perubahan BB √

2 Nafsu makan kurang √

3 Mual-Muntah √

4 Kesulitan menelan √

5 Diare/konstipasi -

6 Alergi √

7 Diet Khusus

8 Odeme

9 Enteral/Parental

10 Dll....


Pusing,
lemas

B. Nutrional Diagnosis

Domain Asupan

Problem Etiologi Sympthoms


NI.5.5.1 Zat gizi tidak Kurangnya pengetahuan Ditandai dengan sering
seimbang tentang makanan dan gizi. makan tidak teratur.
Domain Klinis

Problem Etiologi Sympthoms


NC.1.1 kesulitan menelan Suhu tubuh pasien yang Ditandai dengan suhu
tinggi tubuh yang tinggi yaitu
37.8oC
Domain Prilaku

Problem Etiologi Sympthoms


NB.2.1 Aktifitas fisik Pasien arang beraktifitas Ditandai dengan pasien
kurang hanya berbaring
ditempat tidur
NB.1.5 Gangguan pola Saat sakit hanya Ditandai dengan
makan mengkonsumsi nasi, daging keadaan fisik lemas,
dan guava mual muntah dan nafsu
makan berkurang

C. Intervention
1. Intervensi
a. Penatalaksaan diet
 Tujuan :

a. Memberikan makanan lebih banyak daripada keadaan biasa untuk


memenuhi kebutuhan energi dan protein yang meningkat.

b. Mencegah dan mengurangi kerusakan jaringan tubuh.

c. Mempertahankan status gizi normal.

 Syarat diet :
a. Tinggi energi
b. Tinggi protein
c. Cukup mineral dan vitamin
d. Mudah dicerna
e. Diberikan secara bertahap bila penyakit dalam keadaan berat
 Jenis diet
TETP

 Bentuk makanan
Lunak

 Cara pemberian
Oral

 Frekuensi
3x makanan utama dan 2x makanan selingan.

 Perhitungan Zat Gizi

BB : 55 kg
TB : 170 cm

BB 55 55
IMT= = = =19,01 (Normal)
TB2 (1,70)2 2.89

BBI = (TB-100) - 10%


= (170-100) – 10%
= 70 – 7,0
= 63 kg

BMR = 1ˣ24ˣ63

= 1512 kkal

AKTIFITAS = 35/100 x 1512.4= 529,2

1512 + 529,2 = 2041,2

SDA = 10/100 x 2041,2 = 204,12

2041,2 + 204,12 = 2245,32 kkal


Protein : 2 gram ˟ 63 kg = 126 gram
Lemak : 25/100 x 2245,35 = 561,3/9= 62,3 gram
E−( p x 4 ) +(lx 9)
Karbohidrat :
4
2245,32−( 126 x 4 ) +( 62,3 x 9)
:
4
: 295,15 gram

 Contoh menu
Pagi : bubur ayam special
Pot tahu sayuran
Pepaya
Snack : bubur sum-sum
Siang : Nasi tim
Soup Ikan kembung
Pepes tempe
Bayam + jagung bening
Jeruk manis

Snack : puding buah


Malam :Nasi tim
Ikan dencis asap
Tempe bacem
Sup sayuran
Mangga golek
2. Rencana Penyuluhan / Konseling
 Tujuan Konseling : - Meningkatkan pengetahuan
- Dapat memilih makanan yang tepat
- Menolong pasien untuk mengubah pola-pola makan
- Membantu klien untuk merasa lebih baik/ nyaman
 Materi :
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) {bahasa medisnya disebut
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF)} adalah penyakit yang disebabkan oleh
virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan
Aedes albopictus, yang mana menyebabkan gangguan pada pembuluh darah
kapiler dan pada sistem pembekuan darah, sehingga mengakibatkan
perdarahan-perdarahan.
Penyakit ini banyak ditemukan didaerah tropis seperti Asia Tenggara,
India, Brazil, Amerika termasuk di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di
tempat-tempat ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan air laut.
Dokter dan tenaga kesehatan lainnya seperti Bidan dan Pak Mantri ;-)
seringkali salah dalam penegakkan diagnosa, karena kecenderungan gejala
awal yang menyerupai penyakit lain seperti Flu dan Tipes (Typhoid).

Tanda dan Gejala Penyakit Demam Berdarah Dengue Masa tunas /


inkubasi selama 3 – 15 hari sejak seseorang terserang virus dengue,
Selanjutnya penderita akan menampakkan berbagai tanda dan gejala demam
berdarah sebagai berikut :

1. Demam tinggi yang mendadak 2-7 hari (38 – 40 derajat Celsius).


2. Pada pemeriksaan uji torniquet, tampak adanya jentik (puspura)
perdarahan.
3. Adanya bentuk perdarahan dikelopak mata bagian dalam (konjungtiva),
Mimisan (Epitaksis), Buang air besar dengan kotoran (Peaces) berupa
lendir bercampur darah (Melena), dan lain-lainnya.
4. Terjadi pembesaran hati (Hepatomegali).
5. Tekanan darah menurun sehingga menyebabkan syok.
6. Pada pemeriksaan laboratorium (darah) hari ke 3 – 7 terjadi penurunan
trombosit dibawah 100.000 /mm3 (Trombositopeni), terjadi peningkatan
nilai Hematokrit diatas 20% dari nilai normal (Hemokonsentrasi).
7. Timbulnya beberapa gejala klinik yang menyertai seperti mual, muntah,
penurunan nafsu makan (anoreksia), sakit perut, diare, menggigil, kejang
dan sakit kepala.
8. Mengalami perdarahan pada hidung (mimisan) dan gusi.
9. Demam yang dirasakan penderita menyebabkan keluhan pegal/sakit pada
persendian.
10. Munculnya bintik-bintik merah pada kulit akibat pecahnya pembuluh
darah.

Cara yang paling efektif dalam mencegah penyakit DBD adalah dengan
mengkombinasikan cara-cara di atas, yang disebut dengan 3M Plus, yaitu
menutup, menguras dan mengubur barang-barang yang bisa dijadikan sarang
nyamuk. Selain itu juga melakukan beberapa plus seperti memelihara ikan
pemakan jentik, menabur larvasida, menggunakan kelambu pada waktu
tidur, memasang kasa, menyemprot dengan insektisida, menggunakan
repellent, memasang obat nyamuk dan memeriksa jentik berkala sesuai
dengan kondisi setempat (Deubel V et al., 2001).

MAKANAN YANG BOLEH DIKONSUMSI


a. Jeruk
Buah yang sangat baik dikonsumsi untuk penderita demam berdarah karena
mengandung banyak vitamin C yang dapat meningkatkan zat antibodi pada
tubuh. Semakin meningkatkan zat antibodi pada tubuh maka, semakin
mempercepat poses pemulihan.
b. Daun pepaya
Menurut para dokter dan ahli dalam bidang kesehatan terkemukan
mengatakan bahwa daun pepaya adalah makanan yang baik bagi pasien DBD
karena dinilai efektif dalam melawan virus demam berdarah. Yang perlu anda
lakukan adalah mengambil dua daun pepaya segar, kemudian memblendernya
untuk diambil ekstraknya. Pasien demam berdarah harus minum jus ini dua
sendok setiap hari, baik pagi ataupun malam hari.
c. Jus Sayuran dan jus buah-buahan
Jus sayuran juga termasuk salah satu minuman yang sangat dianjurkan untuk
dikonsumsi para penderita demam berdarah. Jus sayuran yang dimaksud
adalah campuran antara mentimun, wortel, dan sayuran hijau lainnya. Dan jus
buah yang kaya akan vitamin C juga member manfaat untuk sistem kekebalan
tubuh.
d. Telur
Telur juga mengandung banyak nutrisi seperti protein yang dibutuhkan oleh
tubuh.
e. Air Kelapa
Air kelapa juga sangat dianjurkan agar tidak terkena dehidrasi yang
disebabkan oleh virus dengue. Apabila tubuh anda kekurangan cairan
elektrolit dianjurkan untuk segera minum-minuman yang banyak mengandung
elektrolit misalnya air kelapa

MAKANAN YANG TIDAK BOLEH DIKONSUMSI


a. Makanan instan
Apabila mengkonsumsi makanan seperti ini secara berlebihan dan dalam
jangka waktu yang lama dapat memperburuk kesehatannya. Selain itu, pada
sebuah studi menyimpulkan bahwa mereka yang memiliki kebiasaan
mengkonsumsi makanan cepat saji cenderung memiliki kadar kolestrol yang
tinggi. Jenis makanan seperti ini adalah: mi instan, daging kalengan, sosis,
kornet, dan jenis makanan lainnya yang mengandung pengawet kimia.
b. Makanan berlemak
Pada pengidap demam berdarah, sering dijumpai pendarahan dijaringan
pembuluh. Apabila mereka memaksakan mengonsumsi makanan berlemak
berlebihan, hal tersebut dapat meningkatkan risiko timbunan lemak pada
pembuluh darah. Sehingga risiko penyumbatan jaringan pembuluh darah
meningkat. Makanan jenis ini seperti: santan, gorengan, martabak, organ
dalam hewani terutama otak.
c. Makanan pedas
Serangan penyakit demam berdarah sering berdampak pada lambung. Sering
dijumpai pengidap mengalami iritasi pada lambung mereka. Tatkala lambung
yang tengah mengalami iritasi terkontaminasi oleh makanan pedas. Sudah
dapat anda bayangkan apa yang terjadi. Contoh makanan ini adalah: lada,
cabai, bawang, saos.
 Sasaran : Penderita Demam berdarah (DBD)
 Metoda : Diskusi
 Alat peraga : Leafleat
 Tempat : Ruangan
 Waktu : 09.00-selesai

D. Monitoring dan evaluasi


a. Antropometri : Mengukur kembali antropometri pasien yaitu
BB = 55Kg
Tb = 170 cm
IMT = 19.03 kg/m2 (normal)
b. Biokima : Data laboratorium normal
c. Klinis : Lemas berkurang
d. Asupan makanan : Asupan makan tetap normal

e. Perubahan perilaku
Daftar pustaka

http://www.wesehat.com/2013/11/makanan-dan-minuman-untuk-penderita-
demam-berdarah.html#ixzz453b09B00
http://www.pantangan.com/tahukah-anda-pantangan-penyakit-demam-
berdarah-dengue/
http://ninnarohmawati.blogspot.co.id/2014/01/contoh-penyelesaian-kasus-
berdasarkan.html
http://www.ahligizi.com/2015/06/proses-asuhan-gizi-terstandar-pagt.html

Anda mungkin juga menyukai