Anda di halaman 1dari 25

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian penyakit
Pasca bedah atau pascaoperasi merupakan masa setelah dilakukannya
pembedahan yang dimulai sejak pasien memasuki ruang pemulihan dan berakhir
sampai evaluasi selanjutnya.
Diet pasca bedah atau post operasi adalah makanan yang diberikan kepada
pasien setelah menjalani pembedahan. Pengaturan makanan sesudah pembedahan
tergantung pada macam pembedahan dan jenis penyakit penyerta.
Waktu ketidakmampuan pasien setelah operasi atau pembedahan dapat
diperpendek melalui pemberian zat gizi yang cukup. Hal yang juga harus diperhatikan
dalam pemberian diet pasca operasi untuk mencapai hasil yang optimal adalah
mengenai karakter individu pasien.

B. Penyebab Pra dan Pasca Bedah


Penyebab dilakukan pembedahan dikarenakan adanya suatu penyakit didalam
tubuh yang perlu di angkat dengan cara pembedahan. Contohnya Berdasarkan
tujuannya, pembedahan dapat dibagi menjadi :
1) Pembedahan diagnostik, ditujukan untuk menentukan sebab terjadinya gejala dari
penyakit, seperti biopsy, eksplorasi, dan laparatomi.
2) Pembedahan kuratif, dilakukan untuk mengambil bagian dari penyakit, misalnya
pembedahan apendiktomi.
3) Pembedahan restorative, dilakukan untuk memperbaiki deformitas atau
menyambung daerah yang terpisah.
4) Pembedahan paliatif, dilakukan untuk mengurangi gejala tanpa menyembuhkan
penyakit.
5) Pembedahan kosmetik, dilakukan untuk memperbaiki bentuk bagian tubuh seperti
rhinoplasti.
Macam – macam penyakit yang membutuhkan Pembedahan
Disini kita diharapkan mengetahui macam-macam penyakit yang membutuhkan
pembedahan yaitu antara lain sebagai berikut :
1) Penyakit yang paling utama membutuhkan pembedahan adalah penyakit saluran
cerna, jantung, ginjal, saluran pernapasan dan tulang.
2) Penyakit penyerta yang dialami, misalnya penyakit diabetes melitus, jantung, dan
hipertensi.

C. Hasil laboratorium/penegakan diagnosa


Persiapan penunjang merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
tindakan pembedahan. Tanpa adanya hasil pemeriksaan penunjang, maka dokter bedah
tidak meungkin bisa menentukan tindakan operasi yang harus dilakukan pada pasien.
Pemeriksaan penunjang yang dimaksud adalah berbagai pemeriksaan radiologi,
laboratorium maupun pemeriksaan lain seperti ECG, dan lain-lain.
Sebelum dokter mengambil keputusan untuk melakukan operasi pada pasien,
dokter melakukan berbagai pemeriksaan terkait dengan keluhan penyakit pasien
sehingga dokter bisa menyimpulkan penyakit yang diderita pasien. Setelah dokter
bedah memutuskan untuk dilakukan operasi maka dokter anstesi berperan untuk
menentukan apakah kondisi pasien layak menjalani operasi. Untuk itu dokter anastesi
juga memerlukan berbagai macam pemerikasaan laboratorium terutama pemeriksaan
masa perdarahan (bledding time) dan masa pembekuan (clotting time) darah pasien,
elektrolit serum, Hemoglobin, protein darah, dan hasil pemeriksaan radiologi berupa
foto thoraks dan EKG.
Dibawah ini adalah berbagai jenis pemeriksaan penunjang yang sering
dilakukan pada pasien sebelum operasi (tidak semua jenis pemeriksaan dilakukan
terhadap pasien, namun tergantung pada jenis penyakit dan operasi yang dijalani oleh
pasien). Pemeriksaan penunjang antara lain :
1) Pemeriksaan Radiologi dan diagnostik, seperti : Foto thoraks, abdomen, foto
tulang (daerah fraktur), USG (Ultra Sono Grafi), CT scan (computerized
Tomography Scan) , MRI (Magnetic Resonance Imagine), BNO-IVP, Renogram,
Cystoscopy, Mammografi, CIL (Colon in Loop), EKGECG (Electro Cardio Grafi),
ECHO, EEG (Electro Enchephalo Grafi), dll.
2) Pemeriksaan Laboratorium, berupa pemeriksan darah : hemoglobin, angka
leukosit, limfosit, LED (laju endap darah), jumlah trombosit, protein total
(albumin dan globulin), elektrolit (kalium, natrium, dan chlorida), CT BT, ureum
kretinin, BUN, dll. Bisa juga dilakukan pemeriksaan pada sumsun tulang jika
penyakit terkaut dengan kelainan darah.
3) Biopsi, yaitu tindakan sebelum operasi berupa pengambilan bahan jaringan tubuh
untuk memastikan penyakit pasien sebelum operasi. Biopsi biasanya dilakukan
untuk memastikan apakah ada tumor ganasjinak atau hanya berupa infeksi kronis
saja.
4) Pemeriksaan Kadar Gula Darah (KGD). Pemeriksaan KGD dilakukan untuk
mengetahui apakah kadar gula darah pasien dalan rentang normal atau tidak. Uji
KGD biasanya dilakukan dengan puasa 10 jam (puasa jam 10 malam dan diambil
darahnya jam 8 pagi) dan juga dilakukan pemeriksaan KGD 2 jam PP (post
prandial).

D. Sifat-sifat operasi
a. Kedaruratan/Emergency
Pasien membutuhkan perhatian segera, gangguan mungkin mengancam jiwa.
Indikasi dilakukan pembedahan tanpa di tunda. Contoh : perdarahan hebat,
obstruksi kandung kemih atau usus, fraktur tulang tengkorak, luka tembak atau
tusuk, luka bakar sanagat luas.
b. Urgen
Pasien membutuhkan perhatian segera. Pembedahan dapat dilakukan dalam 24-
30 jam. Contoh : infeksi kandung kemih akut, batu ginjal atau batu pada uretra.
c. Diperlukan/cito
Pasien harus menjalani pembedahan. Pembedahan dapat direncanakan dalam
bebeapa minggu atau bulan. Contoh : Hiperplasia prostat tanpa obstruksi
kandung kemih. Gangguan tyroid, katarak.
d. Elektif
Pasien harus dioperasi ketika diperlukan. Indikasi pembedahan, bila tidak
dilakukan pembedahan maka tidak terlalu membahayakan. Contoh : perbaikan
Scar, hernia sederhana, perbaikan vaginal.
e. Pilihan
Keputusan tentang dilakukan pembedahan diserahkan sepenuhnya pada pasien.
Indikasi pembedahan merupakan pilihan pribadi dan biasanya terkait dengan
estetika. Contoh : bedah kosmetik.
E. Penatalaksanaan penyakit ( pengobatan )
Sebelum operasi dilakukan pada esok harinya. Pasien akan diberikan obat-
obatan pre medikasi untuk memberikan kesempatan pasien mendapatkan waktu
istirahat yang cukup. Obat- obatan premedikasi yang diberikan biasanya adalah valium
atau diazepam. Antibiotik profilaksis biasanya di berikan sebelum pasien di operasi.
Antibiotik profilaksis yang diberikan dengan tujuan untuk mencegah terjadinya infeksi
selama tindakan operasi, antibiotika profilaksis biasanya di berikan 1- 2 jam sebelum
operasi dimulai dan dilanjutkan pasca bedah 2- 3 kali. Antibiotik yang dapat diberikan
adalah ceftriakson 1 gram dan lain-lain sesuai indikasi pasien.
Premedikasi adalah pemberian obat 1-2 jam sebelum tindakan induksi anestesia
tindakan untuk membuat pasien dari sadar menjadi tidak sadar sehingga
memungkinkan dimulainya anestesi dan pembedahan.
Pemberian obat premedikasi bisa diberikan secara oral (mulut) maupun
intravena (melalui vena). Sedangkan pemberian dosis obatnya dipengaruhi banyak
faktor seperti usia, suhu tubuh, emosi, nyeri dan jenis penyakit yang sedang dialami
pasien.
Obat-obat yang sering digunakan dalam premedikasi adalah obat
antikolinergik, obat sedatif (penenang) dan obat analgetik narkotik (penghilang nyeri).
Karena khasiat obat premedikasi yang berlainan tersebut, dan praktik sehari-hari
dipakai kombinasi beberapa obat untuk mendapat hasil yang diinginkan, antara lain:
1. Obat Antikolinergik
Pemberian obat antikolinergik ini bertujuan untuk mengurangi sekresi
(pengeluaran) kelenjar seperti salivar (air ludah), kelenjar saluran cerna, kelenjar
saluran nafas, mencegah turunnya nadi, mengurangi pergerakan usus, mencegah
spasme (kaku) pada laring dan bronkus. Obat yang sering digunakan adalah sulfas
atropine yang bisa diberikan intramuscular maupun intravena.
2. Obat Sedatif
Pemberian obat sedatif atau penenang memberikan penurunan aktivitas mental
dan berkurangnya reaksi terhadap rangsang. Pemberian obat premedikasi berefek
amnesia. Artinya, pasien tidak dapat mengingat kejadian yang baru terjadi setelah
pembedahan, selain itu pasien dapat menerima kejadian sebelum dan sesudah
pembedahan tanpa gelisah.

Kebanyakan pasien yang telah direncanakan untuk menjalani operasi akan lebih
baik jika diberikan hipnotis malam sebelum hari operasi, karena rasa cemas,
hospitalisasi atau keadaan sekitar yang tidak biasa dapat menyebabkan insomnia.
Obat golongan ini berefek anticemas dan antitakut, menimbulkan rasa kantuk,
memberikan suasana nyaman dan tenang sebelum pembedahan. Obat yang sering
digunakan adalah derivate (turunan), fenothiazin, derivate benzodiazepine, derivate
butirofenon, derivate barbiturate dan antihistamin.
Untuk derivate fenothiazin yaitu prometazin yang berkhasiat sebagai sedatif,
antimuntah, antikolinergik, antihistamine. Derivat benzodiazepine yang sering
digunakan adalah diazepam yang selain sebagai sedatif (penenang) juga bisa sebagai
antikejang. Sedangkan untuk derivate butirofenon adalah dihidrobenzperidol yang
berkhasiat juga sebagai antimuntah. Derivat barbiturate adalah pentobarbital yang
sering digunakan pada anak-anak.
3. Obat Analgenik Narkotik
Obat analgenik narkotik atau opioid dapat digolongkan menjadi opioid natural
seperti morfin dan kodein, derivate semisintetik seperti heroin, dan derivate sintetik
seperti metadon, petidin. Yang sering digunakan adalah petidin dan morfin. Narkotik
selain memberikan efek analgesi (antinyeri) juga memberikan efek sedatif (penenang).
Penggunaan narkotik harus hati-hati pada anak-anak dan orang tua karena bisa
menimbulkan depresi pusat nafas dan akan semakin parah pada orang yang dalam
keadaan buruk.
Obat-obat pra anaesthesi diberikan untuk mengurangi kecemasan,
memperlancar induksi dan untuk pengelolaan anaesthesi. Sedative biasanya diberikan
pada malam menjelang operasi agar pasien tidur banyak dan mencegah terjadinya
cemas. Pengobatan-pengobatan setelah operasi :
 Perlu peningkatan mobilitas sedini mungkin.
 Perlu kebebasan saluran nafas.
 Antisipasi pengobatan.

F. Penatalaksanaan diet
Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan berat
badan, lipat kulit trisep, lingkar lengan atas, kadar protein darah (albumin dan
globulin) dan keseimbangan nitrogen. Segala bentuk defisiensi nutrisi harus di
koreksi sebelum pembedahan untuk memberikan protein yang cukup untuk
perbaikan jaringan. Kondisi gizi buruk dapat mengakibatkan pasien mengalami
berbagai komplikasi pasca operasi dan mengakibatkan pasien menjadi lebih lama
dirawat di rumah sakit. Komplikasi yang paling sering terjadi adalah infeksi pasca
operasi, dehisiensi (terlepasnya jahitan sehingga luka tidak bisa menyatu), demam
dan penyembuhan luka yang lama. Pada kondisi yang serius pasien dapat
mengalami sepsis yang bisa mengakibatkan kematian.
1. Jenis Diet, Bentuk Makanan dan lama Pemberian Diet
1. Diet Pasca-Bedah I (DPB I)
Diet ini diberikan kepada semua pasien pascabedah :Pasca-bedah
kecil setelah sadar dan rasa mual hilang, Pasca-bedah besar setelah sadar dan rasa
mual hilang serta ada tanda-tanda usus mulai bekerja
Cara Memberikan Makanan yaitu Selama 6 jam sesudah operasi, makanan
yang diberikan berupa air putih, teh manis, atau cairan lain seperti pada makanan
cair jernih. Makanan ini diberikan dalam waktu sesingkat mungkin, karena kurang
dalam semua zat gizi. Selain itu diberikan makanan parenteral sesuai kebutuhan.
2. Diet Pasca-Bedah II (PDB II)
Diet pasca-bedah II diberikan kepada pasien pascabedah besar saluran
cerna atau sebagai perpindahan dari Diet Pasca Bedah I.
Cara Memberikan Makanan yaitu diberikan dalam bentuk cair kental,
berupa kaldu jernih, sirup, sari buah, sup, susu, dan puding rata-rata 8-10 kali
sehari selama pasien tidak tidur. Jumlah cairan yang diberikan tergantung keadaan
dan kondisi pasien. Selain itu dapat diberikan makanan parenteral bila diperlukan.
DPB II diberikan untuk waktu sesingkat mungkin karena zat gizinya kurang.
Makanan yang tidak boleh diberikan pada diet pasca-bedah II adalah air jeruk dan
minuman yang mengandung karbondioksida.
3. Diet Pascabedah III (DPB III)
DPB III diberikan kepada pasien pascabedah besar saluran cerna atau
sebagai perpindahan dari DPB II.
Makanan yang diberikan berupa makanan saring ditambah susu dan
biskuit. Cairan hendaknya tidak melebihi 2000 ml sehari. Selain dapat diberikan
Makanan Parenteral bila diperlukan. Makanan yang tidak dianjurkan untuk DPB
III adalah makanan dengan bumbu tajam dan minuman yang mengandung
karbondioksida.
4. Diet pasca bedah IV ( DPB IV)
DPB IV diberikan kepada pasien pascabedah kecil setelah Diet Pasca
Bedah I, dan pada pasien pasca bedah besar setelah Diet Pasca Bedah III.
Makanan yang diberikan berupa Makanan Lunak yang dibagi dalam 3 kali
makanan lengkap atau pokok dan 1 kali makanan selingan. Makanan yang
dihindari Disesuaikan dengan kondisi pasien Misalnya : Pada pasien Darah tinggi
mengurangi konsumsi garam dan kolesterol, Pada pasienKencing manis
mengurangi konsumsi gula, dan pasien yang alergi terhadap makanan tertentu
seperti telur, ikan asin, kacang harus dihindari.

2. Tujuan Diet
Tujuan Diet Pasca Bedah adalah untuk mengupayakan agar status gizi pasien
segera kembali normal, untuk mempercepat proses penyembuhan dan meningkatkan
daya tahan tubuh pasien, dengan cara sebagai berikut :
1. Memberikan kebutuhan dasar ( cairan, energi dan protein )
2. Mengganti kehilangan protein, glikogen, zat besi, dan zat gizi lain
3. Memperbaiki ketidakseimbangan elektrolit dan cairan
Pengaruh operasi terhadap metabolism pasca-operasi tergantung berat
ringannya operasi, keadaan gizi pasien pasca-operasi, dan pengaruh operasi terhadap
kemampuan pasien untuk mencerna dan mengabsorpsi zat-zat gizi.
Setelah operasi sering terjadi peningkatan ekskresi nitrogen dan natrium yang
dapat berlangsung selama 5-7 hari atau lebih pasca-operasi. Peningkatan ekskresi
kalsium terjadi setelah operasi besar, trauma kerangka tubuh, atau setelah lama tidak
bergerak (imobilisasi). Demam meningkatkan kebutuhan energi, sedangkan luka dan
perdarahan meningkatkan kebutuhan protein, zat besi, dan vitamin C. Cairan yang
hilang perlu diganti.

3. Syarat Diet
Diet yang disarankan adalah :
1. Mengandung cukup energi, protein, lemak, dan zat-zat gizi
2. Bentuk makanan disesuaikan dengan kemampuan penderita
3. Menghindari makanan yang merangsang (pedas, asam, dll)
4. Suhu makanan lebih baik bersuhu dingin
5. Pembagian porsi makanan sehari diberikan sesuai dengan kemampuan dan
kebiasaan makan penderita.
6. Syarat diet pasca-operasi adalah memberikan makanan secara bertahap mulai dari
bentuk cair, saring, lunak, dan biasa. Pemberian makanan dari tahap ke tahap
tergantung pada macam pembedahan dan keadaan pasien, seperti :
o Pasca Bedah Kecil, Makanan diusahakan secepat mungkin kembali seperti
biasa atau normal.
o Pasca Bedah Besar, Makanan diberikan secara berhati-hati disesuaikan dengan
kemampuan pasien untuk menerimanya.
4. Rencana atau Evaluasi Pra dan Pasca Bedah
1. Rencana Tindakan
a. Meningkatkan proses penyembuhan luka untuk mengurangi rasa nyeri yang
dapat dilakukan dengan cara merawat luka dan memperbaiki asupan makanan
yang tinggi protein dan vitamin C. protein dan vitamin C dapat membantu
pembentukan kolagen, dan mempertahankan integritas dinding kapiler.
b. Mempertahankan respirasi yang sempurna dengan cara latihan napas, yakni
tarik napas yang dalam dengan mulut terbuka, tahan selama 3 detik, kemudian
hembuskan. Atau, dapat pula dilakukan dengan cara menarik napas melalui
hidung dengan menggunakan diafragma, kemudian keluarkan napas perlahan-
lahan melalui mulut yang dikuncupkan.
c. Mempertahankan sirkulasi, dengan cara menggunakan stocking pada pasien
yang berisiko tromboplebitis atau pasien dilatih agar tidak duduk terlalu lama
dan harus meninggikan kaki pada tempat duduk guna memperlancar vena balik.
d. Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit dengan cara memberikan
cairan sesuai dengan kebutuhan pasien dan monitor asupan dan output serta
mempertahankan nutrisi yang cukup.
e. Mempertahankan eliminasi dengan cara mempertahankan asupan dan out put
serta mencegah tejadnya retensi urine .
f. Mempertahankan aktivitas dengan cara latihan memperkuat otot sebelum
ambulatory.
g. Mengurangi kecemasan dengan cara melakukan komunikasi secara terapeutik.
2. Evaluasi
Evaluasi terhadap masalah pascabedah secara umum dapat dinilai dari adanya
kemampuan dalam mempertahankan status kesehatan, seperti adanya peningkatan
proses penyembuhan luka, sistem respirasi yang sempurna, sistem sirkulasi,
keseimbangan cairan dan elektrolit, sistem eliminasi, aktivitas, serta tidak ditemukan
tanda kecemasan lanjutan.
5. Penanganan pasca Operasi
Setelah operasi selesai, penderita tidak boleh ditinggalkan sampai ia sadar harus
dijaga supaya jalan pernapasan tetap bebas. Pada umunya, setelah dioperasi, penderita
ditempatkan dalam ruang pulih(recovery room) dengan penjagaan terus-menerus
sampai ia sadar. Selama beberapa hari sampai dianggap tiidak perlu lagi, suhu, nadi,
tensi, dan dieresis harus diawasi terus-menerus. Sesudah penderita sadar, biasanya ia
mengeluh kesakitan.
Rasa sakit ini dalam beberapa hari berangsur kurang. Pada hari opersai dan esok
harinya ia biasnya memerlukan obat tahan nyeri, seperti petidin; kemudian, biasanya
dapat diberikan analgetikum yang lebih ringan.
Penderita yang mengalami operasi - kecuali operasi kecil- keluar dari kamar
operasi dengan infuse intravena yang terdiri atas larutan NaCl 0,9%, atau glukosa 5%,
yang diberikan berganti – ganti menurut rencana tertentu. Di kamar
operasi(atausesudah keluar dari situ)ia, jika perlu, diberi transfuse darah.
Pada waktu operasi penderita kehilangan sejumlah cairan, sehingga ia
meninggalkan kamar operasi dengan defisit cairan. Maka, khususnya apabila pada
pascaoperasi minum air perlu dibatasi, perlulah diawasi benar keseimbangan antara
cairan yang masuk dengan infus, dan cairan yang keluar. Perlu dijaga jangan sampai
terjadi dehidrasi, tetapi sebaliknya juga jangan juga jangan terjadi kelebihan dengan
akibat edema paru – paru. Untuk diketahui, air yang dikeluarkan dari badan dalam 24
jam, air kencing dan cairan yang keluar dengan muntah harus ditambah dengan
evaporasi dari kulit dan pernapasan. Dapat diperkirakan bahwa dalam 24 jam sedikit-
dikitnya 3 liter cairan harus dimasukkan untuk mengganti yang keluar.
Secara umum, untuk mempercepat proses penyembuhan dan pemulihan kondisi
pasien. pasca operasi, perlu kita perhatikan tips di bawah ini:
1. Makan makanan bergizi, misalnya: nasi, lauk pauk, sayur, susu, buah.
2. Konsumsi makanan (lauk-pauk) berprotein tinggi, seperti: daging, ayam, ikan,
telor dan sejenisnya.
3. Minum sedikitnya 8-10 gelas per hari.
4. Usahakan cukup istirahat.
5. Mobilisasi bertahap hingga dapat beraktivitas seperti biasa. Makin cepat makin
bagus.
6. Mandi seperti biasa, yakni 2 kali dalam sehari.
7. Kontrol secara teratur untuk evaluasi luka operasi dan pemeriksaan kondisi tubuh.
8. Minum obat sesuai anjuran dokter.
FORM NUTRITION CARE PROCESS (NCP)

NAMA PASIEN :Ismail RUANG :Annur

ALAMAT :Ateuk Lam Ura DIAGNOSA MEDIS: Jantung + Ganggren


Asupan Makanan Makanan dirumah sakit habis di konsumsi

Makanan pokok 3 kali sehari dan selingan 2 kali


sehari

Kesadaran terhadap gizi Tidak ada pantangan dan tidak melakukan diet
dan kesehatan khusus

Aktifitas fisik Rendah, tidak melakukan aktifitas semenjak sakit


sudah 10 tahun

Ketersediaan makanan Makanan pokok dan selingan

A. ASESSMENT NUTRITION

1. Riwayat Gizi Makanan


Pagi : Nasi putih 150 gram
Telur ayam 60 gram
Sayur 100 gram

Snack : Biscuit 70 gram

Siang : Nasi putih 150 gram


Ikan tongkol 75 gram
Sayur gambas + kacang panjang : 100 gram
Tempe goreng : 75 gram

Snack : Roti 60 gram


Malam : Nasi putih 150 gram
Ayam 100 gram
Sayur bayam 100 gram

Hasil recall

Energi : 2017.8 kkal

Protein : 91 gram

Lemak : 49.2 gram

Karbohidrat : 299.2 gram

2. Data Biokimia
Glukosa ad random : 126  81  88
Bilirubin Direct : 187
Hemoglobin : 40.8
Leukosit : 11.18
Trombosit : 275
Ureum : 62
Kreatinin : 1,4
Elektrolit : Natrium 136
Kalium 3,5
Klorida 100

3. Antropometri
Berat badan : 62 kg
Tinggi Badan : 165 cm
IMT : 22.7
4. Fisik dan klinis
a. Fisik
Sadar (compos mentis)
Keadaan umum baik
Pasien lumpuh
b. Klinis
TD : 140/100 mmHg
Nadi : 88 x/m
Pernapasan : 26 x/m

5. Riwayat personal
 Riwayat obat Cpg 1x1
Cpg loading (+)
Laxadyn :
Spironalaxtone

 Social budaya Agama : Islam


Tinggal bersama istri

 Riwayat penyakit Nyeri dada dan Luka di kaki

 Data umum pasien Berta badan : 62 kg

Tinggi badan : 165 cm

Umur : 65 tahun

6. Skrining

NO INDIKATOR YA TIDAK
1. Perubahan BB 

2. Nafsu Makan Kurang 

3. Mual-Muntah 

4. Kesulitan menelan 


5. Diare/Konstipasi

6. Alergi

7. Diet Khusus

8. Odeme 

9. Enteral/Parenteral

10. Dll......
B. NUTRITIONAL DIAGNOSIS
Domain asupan
Problem Etiologi Sympthoms

Makanan melalui Tidak ada pantangan Ditandai dengan asessment


oral tidak adekuat terhadap makanan dan asupan makanan yaitu
tidak mau melakukan semua makanan dimakan
diet khusus

Domain Klinis
Problem Etiologi Sympthoms

Adanya Karena penyakit yang Ditandai dengan tekanan


Hipertensi diderita (jantung) darah diatas normal yaitu
140/100 mmHg

Domain Perilaku
Problem Etiologi Sympthoms

Kurang Tidak mau ditandai dengan semua


pengetahuan membiasakan makanan dimakan
tentang makanan melakukan diet khusus
dan gizi (NB.1.1)
Ditandai dengan pasien hanya
Aktifitas fisik
Aktifitas pasien rendah berbaring ditempat tidur
kurang (NB.2.1)
C. Intervention
1. Intervensi
a. Penatalaksanaan Diet
 Tujuan :
Tujuan Diet Pasca Bedah adalah untuk mengupayakan agar status gizi
pasien segera kembali normal, untuk mempercepat proses penyembuhan
dan meningkatkan daya tahan tubuh pasien, dengan cara sebagai berikut :
o Memberikan kebutuhan dasar ( cairan, energi dan protein )
o Mengganti kehilangan protein, glikogen, zat besi, dan zat gizi
lain
o Memperbaiki ketidakseimbangan elektrolit dan cairan

Pengaruh operasi terhadap metabolism pasca-operasi tergantung berat


ringannya operasi, keadaan gizi pasien pasca-operasi, dan pengaruh operasi
terhadap kemampuan pasien untuk mencerna dan mengabsorpsi zat-zat
gizi.

Setelah operasi sering terjadi peningkatan ekskresi nitrogen dan


natrium yang dapat berlangsung selama 5-7 hari atau lebih pasca-operasi.
Peningkatan ekskresi kalsium terjadi setelah operasi besar, trauma
kerangka tubuh, atau setelah lama tidak bergerak (imobilisasi). Demam
meningkatkan kebutuhan energi, sedangkan luka dan perdarahan
meningkatkan kebutuhan protein, zat besi, dan vitamin C. Cairan yang
hilang perlu diganti.

 Syarat Diet :
Diet yang disarankan adalah :
o Mengandung cukup energi, protein, lemak, dan zat-zat gizi
o Bentuk makanan disesuaikan dengan kemampuan penderita
o Menghindari makanan yang merangsang (pedas, asam, dll)
o Suhu makanan lebih baik bersuhu dingin
o Pembagian porsi makanan sehari diberikan sesuai dengan
kemampuan dan kebiasaan makan penderita.
o Syarat diet pasca-operasi adalah memberikan makanan secara
bertahap mulai dari bentuk cair, saring, lunak, dan biasa. Pemberian
makanan dari tahap ke tahap tergantung pada macam pembedahan
dan keadaan pasien, seperti :
 Pasca Bedah Kecil, Makanan diusahakan secepat mungkin
kembali seperti biasa atau normal.
 Pasca Bedah Besar, Makanan diberikan secara berhati-hati
disesuaikan dengan kemampuan pasien untuk menerimanya.
 Jenis diet
TETP

 Bentuk makanan
Makanan biasa

 Cara pemberian
Oral

 Frekuensi
3x makanan utama dan 2x makanan selingan.

 Perhitungan Zat Gizi

BB : 62 kg
TB : 165 cm

𝑩𝑩 𝟔𝟐 𝟔𝟐
IMT= 𝑻𝑩𝟐 = (𝟏,𝟔𝟓)𝟐 = =22.7 (Normal)
𝟐.𝟕𝟐
BBI = (TB-100) - 10%
= (165-100) – 10%
= 65 – 6.5
= 58.5 kg
BMR = 1 x 24 x 58.5

= 1404 kkal

AKTIFITAS = 35/100 x 1404 = 491.4

1404 + 491.4 = 1895.4

SDA = 13/100 x 1895.4 = 246.4

1895.4 + 246.4 = 2141.8 kkal


Protein : 15 % x 2141.8 = 321.2 / 4 = 80.3 gr
Lemak : 25% x 2141.8 = 535.4 / 9 = 59.4 gr
Karbohidrat : 60% x 2141.8 = 1285 / 4 =321.2 gr

 Contoh Menu :
Pagi
Nasi 100 gr
Telur ayam 60 gr
Pepes tempe 50 gr
Bening labu siam 100 gr
Buah pisang 70 gr
 Selingan
Jus wortel 100 gr
 Siang
Nasi 150 gr
Bandeng 100 gr
Pepes tahu 50 gr
Sayur bayam 50 gr
Jeruk manis 100 gr
 Selingan
Jus mangga 100 gr
 Malam
Nasi 150 gr
Telur ayam 60 gr
Sup tempe 50 gr
Bening bayam jagung 50 gr

b. Rencana Penyuluhan / Konseling :


 Tujuan konseling :
 Meningkatkan pengetahuan
 Dapat memilih makanan yang tepat
 Menolong pasien untuk mengubah pola-pola makan
 Membantu klien untuk merasa lebih baik/ nyaman

 Materi :

Pasca bedah atau pascaoperasi merupakan masa setelah dilakukannya


pembedahan yang dimulai sejak pasien memasuki ruang pemulihan dan berakhir
sampai evaluasi selanjutnya.

Diet pasca bedah atau post operasi adalah makanan yang diberikan kepada
pasien setelah menjalani pembedahan. Pengaturan makanan sesudah pembedahan
tergantung pada macam pembedahan dan jenis penyakit penyerta.
Waktu ketidakmampuan pasien setelah operasi atau pembedahan dapat
diperpendek melalui pemberian zat gizi yang cukup. Hal yang juga harus diperhatikan
dalam pemberian diet pasca operasi untuk mencapai hasil yang optimal adalah
mengenai karakter individu pasien.
Penyebab Pra dan Pasca Bedah
Penyebab dilakukan pembedahan dikarenakan adanya suatu penyakit didalam
tubuh yang perlu di angkat dengan cara pembedahan. Contohnya Berdasarkan
tujuannya, pembedahan dapat dibagi menjadi :
a) Pembedahan diagnostik, ditujukan untuk menentukan sebab terjadinya
gejala dari penyakit, seperti biopsy, eksplorasi, dan laparatomi.
b) Pembedahan kuratif, dilakukan untuk mengambil bagian dari penyakit,
misalnya pembedahan apendiktomi.
c) Pembedahan restorative, dilakukan untuk memperbaiki deformitas atau
menyambung daerah yang terpisah.
d) Pembedahan paliatif, dilakukan untuk mengurangi gejala tanpa
menyembuhkan penyakit.
e) Pembedahan kosmetik, dilakukan untuk memperbaiki bentuk bagian tubuh
seperti rhinoplasti.

Macam – macam penyakit yang membutuhkan Pembedahan


Disini kita diharapkan mengetahui macam-macam penyakit yang membutuhkan
pembedahan yaitu antara lain sebagai berikut :
3) Penyakit yang paling utama membutuhkan pembedahan adalah penyakit saluran
cerna, jantung, ginjal, saluran pernapasan dan tulang.
4) Penyakit penyerta yang dialami, misalnya penyakit diabetes melitus, jantung, dan
hipertensi.
Penatalaksanaan diet
Pasca bedah
4. Diet Pasca-Bedah I (DPB I)
Diet ini diberikan kepada semua pasien pascabedah :Pasca-bedah
kecil setelah sadar dan rasa mual hilang, Pasca-bedah besar setelah sadar dan rasa
mual hilang serta ada tanda-tanda usus mulai bekerja
Cara Memberikan Makanan yaitu Selama 6 jam sesudah operasi,
makanan yang diberikan berupa air putih, teh manis, atau cairan lain seperti pada
makanan cair jernih. Makanan ini diberikan dalam waktu sesingkat mungkin,
karena kurang dalam semua zat gizi. Selain itu diberikan makanan parenteral
sesuai kebutuhan.
5. Diet Pasca-Bedah II (PDB II)
Diet pasca-bedah II diberikan kepada pasien pascabedah besar saluran
cerna atau sebagai perpindahan dari Diet Pasca Bedah I.
Cara Memberikan Makanan yaitu diberikan dalam bentuk cair kental,
berupa kaldu jernih, sirup, sari buah, sup, susu, dan puding rata-rata 8-10 kali
sehari selama pasien tidak tidur. Jumlah cairan yang diberikan tergantung
keadaan dan kondisi pasien. Selain itu dapat diberikan makanan parenteral bila
diperlukan. DPB II diberikan untuk waktu sesingkat mungkin karena zat gizinya
kurang. Makanan yang tidak boleh diberikan pada diet pasca-bedah II adalah air
jeruk dan minuman yang mengandung karbondioksida.
6. Diet Pascabedah III (DPB III)
DPB III diberikan kepada pasien pascabedah besar saluran cerna atau
sebagai perpindahan dari DPB II.
Makanan yang diberikan berupa makanan saring ditambah susu dan
biskuit. Cairan hendaknya tidak melebihi 2000 ml sehari. Selain dapat diberikan
Makanan Parenteral bila diperlukan. Makanan yang tidak dianjurkan untuk DPB
III adalah makanan dengan bumbu tajam dan minuman yang mengandung
karbondioksida.
4. Diet pasca bedah IV ( DPB IV)
DPB IV diberikan kepada pasien pascabedah kecil setelah Diet Pasca
Bedah I, dan pada pasien pasca bedah besar setelah Diet Pasca Bedah III.
Makanan yang diberikan berupa Makanan Lunak yang dibagi dalam 3
kali makanan lengkap atau pokok dan 1 kali makanan selingan. Makanan yang
dihindari Disesuaikan dengan kondisi pasien Misalnya : Pada pasien Darah
tinggi mengurangi konsumsi garam dan kolesterol, Pada pasienKencing manis
mengurangi konsumsi gula, dan pasien yang alergi terhadap makanan tertentu
seperti telur, ikan asin, kacang harus dihindari.
 Sasaran : Pasien dan Keluarga Pasien
 Metoda : Diskusi
 Alat Peraga : Leaflate
 Tempat : Ruangan
 Waktu : 10 s/d selesai

D. Monitoring dan Evaluasi

1. Rencana Tindakan
 Meningkatkan proses penyembuhan luka untuk mengurangi rasa nyeri yang
dapat dilakukan dengan cara merawat luka dan memperbaiki asupan makanan
yang tinggi protein dan vitamin C. protein dan vitamin C dapat membantu
pembentukan kolagen, dan mempertahankan integritas dinding kapiler.
 Mempertahankan respirasi yang sempurna dengan cara latihan napas, yakni
tarik napas yang dalam dengan mulut terbuka, tahan selama 3 detik, kemudian
hembuskan. Atau, dapat pula dilakukan dengan cara menarik napas melalui
hidung dengan menggunakan diafragma, kemudian keluarkan napas perlahan-
lahan melalui mulut yang dikuncupkan.
 Mempertahankan sirkulasi, dengan cara menggunakan stocking pada pasien
yang berisiko tromboplebitis atau pasien dilatih agar tidak duduk terlalu lama
dan harus meninggikan kaki pada tempat duduk guna memperlancar vena balik.
 Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit dengan cara memberikan
cairan sesuai dengan kebutuhan pasien dan monitor asupan dan output serta
mempertahankan nutrisi yang cukup.
 Mempertahankan eliminasi dengan cara mempertahankan asupan dan out put
serta mencegah tejadnya retensi urine .
 Mempertahankan aktivitas dengan cara latihan memperkuat otot sebelum
ambulatory.
 Mengurangi kecemasan dengan cara melakukan komunikasi secara terapeutik.
2. Evaluasi
Evaluasi terhadap masalah pascabedah secara umum dapat dinilai dari adanya
kemampuan dalam mempertahankan status kesehatan, seperti adanya peningkatan
proses penyembuhan luka, sistem respirasi yang sempurna, sistem sirkulasi,
keseimbangan cairan dan elektrolit, sistem eliminasi, aktivitas, serta tidak ditemukan
tanda kecemasan lanjutan.

Anda mungkin juga menyukai