Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Malaria adalah penyakit menular akibat infeksi parasit plasmodium yang
ditularkan melalui gigitan nyamuk malaria yang bernama Anopheles. Nyamuk
Anopheles penyebab penyakit malaria ini banyak terdapat pada daerah dengan
iklim sedang khususnya di benua Afrika dan India. Termasuk juga di Indonesia.
Parasit plasmodium yang ditularkan nyamuk ini menyerang sel darah merah.
Sampai saat ini ada empat jenis plasmodium yang mampu menginfeksi manusia
yaitu plasmodium vivax, plasmodium malariae, plasmodium ovale dan
plasmodium falciparum. Plasmodium falciparum merupakan yang paling
berbahaya dan dapat mengancam nyawa.
Banyak yang mengira penyakit malaria sama dengan demam berdarah
karena punya gejala yang mirip dan sama-sama ditularkan oleh nyamuk. Namun
perlu diketahui bahwa keduanya berbeda. Malaria disebabkan oleh nyamuk
anopheles yang membawa parasit plasmodium, sementara demam berdarah
disebabkan oleh nyamuk Aedes aegypti yang membawa virus dengue. Untuk lebih
pemahaman yang lebih mendalam, pada makalah ini akan dipaparkan mengenai
penyakit malaria dan demam berdarah dangue secara jelas dan terperinci
mengenai karakteristik, gejala, vector, dan cara pencegahan baik penyakit malaria
maupun penyakit demam berdarah dangue.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun beberapa masalah yang akan di rumuskan dalam memecahkan
masalah demam berdarah antara lain :
1. Apa sebenarnya penyakit demam berdarah dengue dan apa penyebabnya?
2. Bagaimana cara penularan penyakit demam berdarah dan siklus hidup vektor
penular penyakit DBD?
3. Apa saja cara pengobatan penyakit demam berdarah ?
4. Bagaimana cara pencegahan penyakit DBD ?
5. Apakah penyebab penyakit malaria?
6. Apa sajakah jenis-jenis malaria?
7. Bagaimana gejala klinis penyakit malaria?

8. Bagaimana mekanisme penularan penyakit malaria?


9. Bagaimana strategi pencegahan penyakit malaria?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan di buatnya makalah ini adalah :
1. Memberi pengetahuan mengenai penyakit demam berdarah dengue dan
penyebabnya.
2. Memberi pengetahuan tentang cara penularan penyakit demam berdarah dan
siklus hidup vektor penular penyakit DBD
3. Memberikan pengetahuan tentang cara pengobatan penyakit demam berdarah.
4. Mengetahui gejala dan berbagai pencegahan untuk penyakit demam berdarah
tersebut.
5. Mengetahui penyebab penyakit malaria.
6. Mengetahui jenis-jenis penyakit malaria.
7. Mengetahui gejala klinis penyakit malaria.
8. Mengetahui mekanisme penularan penyakit malaria.
9. Mengetahui strategi pencegahan penyakit malaria.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian penyakit demam berdarah dengue (DBD)


Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang
disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes
aegypti dan Aedes albopictus, yang mana menyebabkan gangguan pada pembuluh
darah kapiler dan pada sistem pembekuan darah, sehingga mengakibatkan
perdarahan-perdarahan.
Penyakit ini banyak ditemukan didaerah tropis seperti Asia Tenggara,
India, Brazil, Amerika termasuk di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempattempat ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan air laut. Dokter dan
tenaga kesehatan lainnya seperti Bidan dan para Mantri seringkali salah dalam
penegakkan diagnosa, karena kecenderungan gejala awal yang menyerupai
penyakit lain seperti Flu dan Tipes (Typhoid).
Tanda dan Gejala Penyakit Demam Berdarah Dengue Masa tunas /
inkubasi selama 3 15 hari sejak seseorang terserang virus dengue, Selanjutnya
penderita akan menampakkan berbagai tanda dan gejala demam berdarah sebagai
berikut :
1. Demam tinggi yang mendadak 2-7 hari (38 40 derajat Celsius).
2. Pada pemeriksaan uji torniquet, tampak adanya jentik (puspura) perdarahan.
3. Adanya bentuk perdarahan dikelopak mata bagian dalam (konjungtiva),
Mimisan (Epitaksis), Buang air besar dengan kotoran (Peaces) berupa lendir
bercampur darah (Melena), dan lain-lainnya.
4. Terjadi pembesaran hati (Hepatomegali).
5. Tekanan darah menurun sehingga menyebabkan syok.
6. Pada pemeriksaan laboratorium (darah) hari ke 3 7 terjadi penurunan
trombosit dibawah 100.000 /mm3 (Trombositopeni), terjadi peningkatan nilai
Hematokrit diatas 20% dari nilai normal (Hemokonsentrasi).
7. Timbulnya beberapa gejala klinik yang menyertai seperti mual, muntah,
penurunan nafsu makan (anoreksia), sakit perut, diare, menggigil, kejang dan
sakit kepala.
8. Mengalami perdarahan pada hidung (mimisan) dan gusi.
9. Demam yang dirasakan penderita menyebabkan keluhan pegal/sakit pada
persendian.
10. Munculnya bintik-bintik merah pada kulit akibat pecahnya pembuluh darah.
2.2 Vector penyakit demam berdarah dengue
A. Klasifikasi vector penyakit demam berdarah

Klasifikasi ilmiah Aedes aegypti :


Kerajaan

: Animalia

Filum

: Arthropoda

Kelas

: Insecta

Ordo

: Diptera

Family

: Culicidae

Genus

: Aedes

Upagenus

: Stegomyia

Spesies

: Ae. aegypti

Aedes aegypti merupakan jenis nyamuk yang dapat membawa virus


dengue penyebab penyakit demam berdarah. Selain dengue, A. aegypti juga
merupakan pembawa virus demam kuning (yellow fever) dan chikungunya.
Penyebaran jenis ini sangat luas, meliputi hampir semua daerah tropis di seluruh
dunia. Sebagai pembawa virus dengue, A. aegypti merupakan pembawa utama
(primary vector) dan bersama Aedes albopictus menciptakan siklus persebaran
dengue di desa dan kota. Mengingat ganasnya penyakit demam berdarah,
masyarakat harus mampu mengenali dan mengetahui cara-cara mengendalikan
jenis ini untuk membantu mengurangi persebaran penyakit demam berdarah.

Gambar 1. Nyamuk Ae. Aegypti


Terjadinya penularan virus Dengue tidak dapat dilepaskan dari keberadaan
vektornya, karena tanpa adanya vektor tidak akan terjadi penularan. Ada beberapa

vektor yang dapat menularkan virus Dengue tetapi yang dianggap vektor penting
dalam penularan virus ini adalah nyamuk Aedes aegypti walaupun di beberapa
negara lain Aedes albopictus cukup penting pula peranannya seperti hasil
penelitian yang pernah dilakukan di pulau Mahu Republik Seychelles.
Bila nyamuk Aedes menghisap darah manusia yang sedang mengalami
viremia, maka nyamuk tersebut terinfeksi oleh virus Dengue dan sekali menjadi
nyamuk yang infektif maka akan infektif selamanya. Selain itu nyamuk betina
yang terinfeksi dapat menularkan virus ini pada generasi selanjutnya lewat
ovariumnya tapi hal ini jarang terjadi dan tidak banyak berperan dalam penularan
pada manusia. Virus yang masuk dalam tubuh nyamuk membutuhkan waktu 8-10
hari untuk menjadi nyamuk infektif bagi manusia dan masa tersebut dikenal
sebagai masa inkubasi eksternal.
B.

Perilaku dan siklus hidup Aedes aegypti


Aedes aegypti bersifat diurnal atau aktif pada pagi hingga siang hari.

Penularan penyakit dilakukan oleh nyamuk betina karena hanya nyamuk betina
yang mengisap darah. Hal itu dilakukannya untuk memperoleh asupan protein
yang

diperlukannya

untuk

memproduksi

telur.

Nyamuk

jantan

tidak

membutuhkan darah, dan memperoleh energi dari nektar bunga ataupun


tumbuhan. Jenis ini menyenangi area yang gelap dan benda-benda berwarna hitam
atau merah. Demam berdarah kerap menyerang anak-anak karena anak-anak
cenderung duduk di dalam kelas selama pagi hingga siang hari dan kaki mereka
yang tersembunyi di bawah meja menjadi sasaran empuk nyamuk jenis ini.
Nyamuk dewasa betina mengisap darah manusia pada siang hari yang dilakukan
baik di dalam rumah ataupun luar rumah. Pengisapan darah dilakukan dari pagi
sampai petang dengan dua puncak yaitu setelah matahari terbit (08.00-10.00) dan
sebelum matahari terbenam (15.00-17.00).
Infeksi virus dalam tubuh nyamuk dapat mengakibatkan perubahan
perilaku yang mengarah pada peningkatan kompetensi vektor, yaitu kemampuan
nyamuk menyebarkan virus. Infeksi virus dapat mengakibatkan nyamuk kurang
handal dalam mengisap darah, berulang kali menusukkan proboscis nya, namun
tidak berhasil mengisap darah sehingga nyamuk berpindah dari satu orang ke
orang lain. Akibatnya, risiko penularan virus menjadi semakin besar.

Di Indonesia, nyamuk A. aegypti umumnya memiliki habitat di


lingkungan perumahan, di mana terdapat banyak genangan air bersih dalam bak
mandi ataupun tempayan. Oleh karena itu, jenis ini bersifat urban, bertolak
belakang dengan A. albopictus yang cenderung berada di daerah hutan berpohon
rimbun (sylvan areas). Semua tempat penyimpanan air bersih yang tenang dapat
menjadi tempat berkembang biak nyamuk Aedes misalnya gentong air murni,
kaleng kosong berisi air hujan, bak kamar mandi atau pada lipatan dan lekukan
daun yang berisi air hujan, vas bunga berisi air dan lain-lain. Nyamuk Aedes
aegypti lebih banyak ditemukan berkembang biak pada kontainer yang ada dalam
rumah.

Gambar 2. Habitat Ae. Aegypti


Perkembangan hidup nyamuk Aedes aegypti dari telur hingga dewasa
memerlukan waktu sekitar 10-12 hari dan umur nyamuk Aedes aegypti betina
berkisar antara 2 minggu sampai 3 bulan atau rata-rata 1,5 bulan, tergantung dari
suhu kelembaban udara sekelilingnya (Biswas et al., 1997).
Nyamuk A. aegypti, seperti halnya culicines lain, meletakkan telur pada
permukaan air bersih secara individual. Telur berbentuk elips berwarna hitam dan
terpisah satu dengan yang lain. Telur menetas dalam 1 sampai 2 hari menjadi
larva. Terdapat empat tahapan dalam perkembangan larva yang disebut instar.
Perkembangan dari instar 1 ke instar 4 memerlukan waktu sekitar 5 hari. Setelah
mencapai instar ke-4, larva berubah menjadi pupa di mana larva memasuki masa
dorman. Pupa bertahan selama 2 hari sebelum akhirnya nyamuk dewasa keluar
dari pupa. Perkembangan dari telur hingga nyamuk dewasa membutuhkan waktu
7 hingga 8 hari, namun dapat lebih lama jika kondisi lingkungan tidak
mendukung.
6

Telur Aedes aegypti tahan kekeringan dan dapat bertahan hingga 1 bulan
dalam keadaan kering. Jika terendam air, telur kering dapat menetas menjadi
larva.

Sebaliknya,

larva

sangat

membutuhkan

air

yang

cukup

untuk

perkembangannya. Kondisi larva saat berkembang dapat memengaruhi kondisi


nyamuk dewasa yang dihasilkan. Sebagai contoh, populasi larva yang melebihi
ketersediaan makanan akan menghasilkan nyamuk dewasa yang cenderung lebih
rakus dalam mengisap darah. Sebaliknya, lingkungan yang kaya akan nutrisi
menghasilkan nyamuk-nyamuk.
Nyamuk Aedes aegypti lebih senang mencari mangsa di dalam rumah dan
sekitarnya pada tempat yang terlindung atau tertutup. Hal ini agak berbeda dengan
Aedes albopictus yang sering dijumpai diluar rumah dan menyukai genangan air
alami yang terdapat di luar rumah misalnya potongan bambu pagar, tempurung
kelapa, lubang pohon yang berisi air. Tempat peristirahatan nyamuk Aedes aegypti
berupa semak-semak atau tanaman rendah termasuk rerumputan yang terdapat di
halaman/kebun/pekarangan rumah, juga berupa benda-benda yang tergantung di
dalam rumah seperti pakaian, sarung, kopiah dan lain sebagainya.

2.3

Cara Pengobatan Penyakit Demam Berdarah


Pengobatan pada penderita penyakit DBD adalah mengatasi pendarahan,

mencegah atau mengatasi keadaan syok / persyok, yaitu dengan mengusahakan


agar penderita banyak minum sekitar 1,5 sampai 2 liter air dalam 24 jam (air teh
dan gula sirup atau susu) penambahan cairan tubuh melalui infus (intravena)
mungkin di perlukan untuk mencegah dehidrasi dan hemokonsentrasi yang
berlebihan. Transfusi platelet di lakukan jika jumlah platelet menurun drastis.
Terhadap keluhan yang timbul, selanjutnya adalah pemberian obat obatan
misalnya :
Parasetamol membantu menurunkan demam
Garam elektrolit (oralit) jika di sertai diare
Antibiotik berguna untuk mencegah infeksi sekunder, lakukan kompres dingin,
tidak perlu dengan es karena bisa berdampak syok.

Bahkan beberapa tim medis menyarankan kompres dapat di lakukan


dengan alkohol. Pengobatan alternatif yang umum di kenal adalah dengan
meminum jus jambu biji bangkok, namun khasiatnya belum pernah di buktikan
secara medis, akan tetapi jambu biji kenyataannya dapat mengembalikan cairan
intravena dan peningkatan nilai trombosit darah.
2.4

Pencegahan Penyakit Demam Berdarah


Pencegahan dilakukan dengan menghindari gigitan nyamuk diwaktu pagi

sampai sore, karena nyamuk aedes aktif di siang hari (bukan malam hari).
Misalnya hindarkan berada di lokasi yang banyak nyamuknya di siang hari,
terutama di daerah yang ada penderita DBD nya. Beberapa cara yang paling
efektif dalam mencegah penyakit DBD melalui metode pengontrolan atau
pengendalian vektornya adalah :
1. Pengendalian Non Kimiawi :
a. Pada Larva/jentik nyamuk

dilakukan

dengan

cara

menjaga

sanitasi/kebersihan lingkungan yaitu pada umumnya 3M: Menguras dan


menyikat dinding bak penampungan air kamar mandi; karena jentik / larva
nyamuk demam berdarah (Aedest Aegypti) akan menempel pada dinding
bak penampungan air setelah dikuras dengan ciri-ciri berwarna kehitamhitaman pada dinding, hanya dengan menguras tanpa menyikat dinding
maka jentik / larva nyamuk demam berdarah (Aedest Aegypti) tidak akan
mati karena mampu hidup dalam keadaan kering tanpa air sampai dengan
6 (enam) bulan, jadi setelah dikuras diding tersebut harus disikat. Menutup
rapat-rapat bak-bak penampungan air; yaitu seperti gentong untuk
persediaan air minum, tandon air, sumur yang tidak terpakai karena
nyamuk demam berdarah (Aedest Aegypti) mempunyai ethology lebih
menyukai air yang jernih untuk reproduksinya, Mengubur barang-barang
yang tidak berguna tetapi dapat menyebabkan genangan air yang berlarutlarut ini harus dihindari karena salah satu sasaran tempat nyamuk untuk
bereproduksi.
b. Pada Nyamuk Dewasa :

Dengan memasang kasa nyamuk atau screening yang berfungsi untuk


pencegahan agar nyamuk dewasa tidak dapat mendekat pada linkungan
sekitar kita.
Dengan menggunkan Insect Light Killer yaitu perangkap untuk nyamuk
yang menggunakan lampu sebagai bahan penariknya (attractan) dan
untuk membunuhnya dengan mengunakan aliran listrik. Cara kerja
tersebut sama dengan Electric Raket.
2. Pengendalian Kimiawi :
a. Pada Larva / jentik nyamuk, yaitu dikakukan dengan menaburkan bubuk
larvasida atau yang biasa disebut dengan ABATE untuk tempat-tempat air
yang tidak mungkin atau sulit dikuras, taburkan bubuk ABATE ke dalam
genangan air tersebut untuk membunuh jentik-jentik nyamuk. Ulangi hal
ini setiap 2-3 bulan sekali. Selama 3 bulan bila tempat penampungan air
tersebut akan dibersihkan/diganti airnya, hendaknya jangan menyikat
bagian dalam dinding tempat penampungan air tersebut Air yang telah
dibubuhi ABATE dengan takaran yang benar, tidak membahayakan dan
tetap aman bila air tersebut diminum. Takaran penggunaan bubuk ABATE
adalah sebagai berikut :
Untuk 10 liter air, ABATE yang diperlukan = (100/10) x 1 gram = 10
gram ABATE
Untuk menakar ABATE digunakan sendok makan. Satu sendok makan
peres berisi 10 gram ABATE.
b. Pada Nyamuk Dewasa :
Dilakukan Space Treatment : Pengasapan (Fogging) dan Pengkabutan
(Ultra Low Volume) dengan insectisida yang bersifat knock down
mampun menekan tingkat populasi nyamuk dengan cepat.
Dilakukan Residual treatment : Penyemprotan (Spraying) pada tempat
hinggapnya nyamuk biasanya bekisaran antara 0 1 meter diatas
permukaan lantai bangunan.
Dengan memasang obat nyamuk bakar maupun obant nyamuk semprot
yang siap pakai dan bisa juga memakai obat oles anti nyamuk yang
memberikan daya fungsi menolak (repellent) pada nyamuk yang akan
mendekat.

Gambar 4. Pengasapan (Fogging)


Beberapa upaya untuk menurunkan, menekan dan mengendalikan nyamuk
dengan cara pengelolaan lingkungan adalah sebagai berikut:
1. Modifikasi Lingkungan
Yaitu setiap kegiatan yang mengubah fisik lingkungan secara permanen
agar tempat perindukan nyamuk hilang. Kegiatan ini termasuk penimbunan,
pengeringan, pembuatan bangunan (pintu, tanggul dan sejenisnya) serta
pengaturan sistem pengairan (irigasi). Kegiatan ini di Indonesia populer dengan
nama kegiatan pengendalian sarang nyamuk 3M yaitu dari kata menutup,
menguras dan menimbun berbagai tempat yang menjadi sarang nyamuk.
2. Manipulasi Lingkungan
Yaitu suatu bentuk kegiatan untuk menghasilkan suatu keadaan sementara
yang tidak menguntungkan bagi keberadaan nyamuk seperti pengangkatan lumut
dari laguna, pengubahan kadar garam dan juga sistem pengairan secara berkala di
bidang pertanian.
3. Mengubah atau Memanipulasi Tempat Tinggal dan Tingkah Laku
Yaitu kegiatan yang bertujuan mencegah atau membatasi perkembangan
vektor dan mengurangi kontak dengan manusia. Pendekatan ini dilakukan dengan
cara menempatkan dan memukimkan kembali penduduk yang berasal dari sumber
nyamuk (serangga) penular penyakit, perlindungan perseorangan (personal
protection), pemasangan rintangan-rintangan terhadap kontak dengan sumber

10

serangga vektor, penyediaan fasilitas air, pembuangan air, sampah dan buangan
lainnya.
4. Pengendalian Hayati
Yaitu cara lain untuk pengendalian non kimiawi dengan memanfaatkan
musuh-musuh alami nyamuk. Pelaksanaan pengendalian ini memerlukan
pengetahuan dasar yang memadai baik mengenai bioekologi, dinamika populasi
nyamuk yang akan dikendalikan dan juga bioekologi musuh alami yang akan
digunakan. Dalam pelaksanaanya metode ini lebih rumit dan hasilnyapun lebih
lambat terlihat dibandingkan dengan penggunaan insektisida. Pengendalian hayati
baru dapat memperlihatkan hasil yang optimal jika merupakan bagian suatu
pengendalian secara terpadu. Musuh alami yang yang digunakan dalam
pengendalian hayati adalah predator, patogen dan parasit
2.5

Definisi Malaria
Kata malaria berasal dari bahasa Itali Mal yang artinya buruk dan

Aria yang artinya udara. Sehingga malaria berarti udara buruk (bad air). Hal ini
disebabkan karena malaria terjadi secara musiman di daerah yang kotor dan
banyak tumpukan air. Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh
parasit (protozoa) dan genus plasmodium, yang dapat ditularkan melalui gigitan
nyamuk anopheles. Penyakit malaria merupakan penyakit yang disebabkan oleh
infeksi protozoa dan genus plasmodium masa tunas atau inkubasi penyakit dapat
beberapa hari atau beberapa bulan. (Dinas kesehatan DKI Jakarta).
Berdasarkan pengertian diatas penyakit malaria adalah penyakit yang
disebabkan oleh infeksi protozoa dan genus plasmodium yang ditularkan melalui
gigitan nyamuk anopheles yang masa inkubasi penyakit dapat beberapa hari
sampai beberapa bulan. WHO mencatat setiap tahunnya tidak kurang dari 1
hingga 2 juta penduduk meninggal karena penyakit yang disebarluaskan nyamuk
Anopheles. Penyakit malaria juga dapat diakibatkan karena perubahan lingkungan
sekitar seperti adanya Pemanasan global yang terjadi saat ini mengakibatkan
penyebaran penyakit parasitik yang ditularkan melalui nyamuk dan serangga
lainnya semakin mengganas. Perubahan temperatur, kelembaban nisbi, dan curah
hujan yang ekstrim mengakibatkan nyamuk lebih sering bertelur sehingga vector

11

sebagai penular penyakit pun bertambah dan sebagai dampak muncul berbagai
penyakit, diantaranya demam berdarah dan malaria.

Gambar5. Nyamuk Anoples penyebab Penyakit Malaria


2.6

Jenis Jenis Malaria


1. Malaria Tertiana, disebabkan oleh Plasmodium vivax, dimana pasien

malaria merasakan demam muncul setiap hari ketiga dan merupakan


penyebab kira-kira 43% kasus penyakit malaria pada manusia.
2. Malaria Kuartana, disebabkan oleh Plasmodium malariae, pasien malaria

merasakan demam setiap hari keempat dan menyebabkan kira-kira 7%


penyakit malaria didunia.
3. Malaria Tropica, disebabkan oleh Plasmodium falciparum serta merupakan
penyakit malaria yang paling berbahaya dan seringkali berakibat fatal.
Jenis penyakit malaria ini adalah yang terberat, karena dapat menyebabkan
berbagai komplikasi berat seperti cerebral malaria (malaria otak), anemia
berat, syok, gagal ginjal akut, pendarahan, serta sesak nafas,. Penderita
penyakit malaria jenis ini mengalami demam tidak teratur dengan disertai
gejala terserangnya bagian otak, bahkan memasuki fase koma dan
kematian yang mendadak.
4. Malaria Pernisiosa, disebabkan oleh Plasmodium ovale. Penyakit malaria
jenis ini jarang sekali dijumpai, umumnya banyak di Afrika dan Pasifik
Barat.
2.7

Gejala Klinis Penyakit Malaria

1. Gejala Umum Malaria


12

Gejala malaria terdiri dari beberapa serangan demam dengan interval


tertentu (disebut parokisme), diselingi oleh suatu periode yang penderitanya
bebas sama sekali dari demam disebut periode laten. Gejala khas tersebut
biasanya ditemukan pada penderita non imun. Sebelum timbulnya demam,
biasanya penderita merasa lemah, mengeluh sakit kepala, kehilangan nafsu
makan, merasa mual, di ulu hati, atau muntah semua gejala awal ini disebut
gejala prodormal.
Masa tunas malaria sangat tergantung pada spesies Plasmodium yang
menginfeksi. Masa tunas paling pendek dijumpai pada malaria falciparum,
dan terpanjang pada malaria kuartana (P.malariae). Pada malaria yang alami,
yang penularannya melalui gigitan nyamuk, masa tunas adalah 12 hari (9-14)
untuk malaria falciparum, 14 hari (8-17 hari) untuk malaria vivax, 28 hari (1840 hari) untuk malaria kuartana dan 17 hari (16-18 hari) untuk malaria ovale.
Malaria yang disebabkan oleh beberapa strain P. vivax tertentu mempunyai
masa tunas yang lebih lama dari strain P. vivax lainnya. Selain pengaruh
spesies dan strain, masa tunas bisa menjadi lebih lama karena pemakaian obat
anti malaria untuk pencegahan (kemoprofilaksis).
2. Pola Demam Malaria
Demam pada malaria ditandai dengan adanya parokisme, yang
berhubungan dengan perkembangan parasit malaria dalam sel darah merah.
Puncak serangan panas terjadi berbarengan dengan lepasnya merozit-merozit
ke dalam peredaran darah (proses sporulasi). Untuk beberapa hari pertama,
pola panas tidak beraturan, baru kemudian polanya yang klasik tampak sesuai
spesiesnya. Pada malaria falciparum pola panas yang ireguler itu mungkin
berlanjut sepanjang perjalanan penyakitnya sehingga tahapan tahapan yang
klasik tidak begitu nyata terlihat. Suatu parokisme demam biasanya
mempunyai tiga stadium yang berurutan, terdiri dari :
a. Stadium Dingin
Stadium ini mulai dengan menggigil dan perasaan sangat dingin.
Nadi penderita cepat, tetapi lemah. Bibir dan jari jari pucat kebiru
biruan (sianotik). Kulit kering dan pucat, penderita mungkin muntah dan

13

pada penderita anak sering terjadi kejang. Stadium ini berlangsung selama
15 menit 60 menit.
b. Stadium Demam
Setelah menggigil/merasa dingin, pada stadium ini penderita
mengalami serangan demam. Muka penderita menjadi merah, kulitnya
kering dan dirasakan sangat panas seperi terbakar, sakit kepala bertambah
keras, dan sering disertai dengan rasa mual atau muntah-muntah. Nadi
penderita menjadi kuat kembali. Biasanya penderita merasa sangat haus
dan suhu badan bisa meningkat sampai 41C. Stadium ini berlangsung
selama 24 jam.
c. Stadium Berkeringat
Pada stadium ini penderita banyak mengeluarkan keringat. Namun
suhu badan pada fase ini turun dengan cepat, kadangkadang sampai di
bawah normal. Stadium ini berlangsung selama 2-4 jam. Sesudah serangan
panas pertama terlewati, terjadi interval bebas panas selama antara 48-72
jam, lalu diikuti dengan serangan panas berikutnya seperti yang pertama;
dan demikian selanjutnya. Gejalagejala malaria klasik seperti diuraikan
di atasa tidak selalu ditemukan pada setiap penderita, dan ini tergantung
pada spesies parasit, umur, dan tingkat imunitas penderita.
2.8

Mekanisme Penularan Penyakit Malaria


1. Fase di dalam tubuh nyamuk
Di dalam tubuh nyamuk ini terlihat Plasmodium melakukan reproduksi
secara seksual. Pada tubuh nyamuk, spora berubah menjadi makrogamet
dan mikrogamet, kemudian bersatu dan membentuk zigot yang menembus
dinding usus nyamuk. Di dalam dinding usus tersebut zigot akan berubah
menjadi ookinet ookista sporozoit, kemudian bergerak menuju kelenjar
liur nyamuk. Sporozoit ini akan menghasilkan spora seksual yang akan
masuk dalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk
2. Fase di dalam tubuh manusia
Setelah tubuh manusia terkena gigitan nyamuk malaria, sporozoit masuk
dalam darah manusia dan menuju ke sel-sel hati. Di dalam hati ini
sporozoit akan membelah dan membentuk merozoit, akibatnya sel-sel hati
banyak yang rusak. Selanjutnya, merozoit akan menyerang atau
14

menginfeksi eritrosit. Di dalam eritrosit, merozoit akan membelah diri dan


menghasilkan lebih banyak merozoit. Dengan demikian, ia akan
menyerang atau menginfeksi pada eritrosit lainnya yang menyebabkan
eritrosit menjadi rusak, pecah, dan mengeluarkan merozoit baru. Pada saat
inilah dikeluarkan racun dari dalam tubuh manusia sehingga menyebabkan
tubuh manusia menjadi demam. Merozoit ini dapat juga membentuk
gametosit apabila terisap oleh nyamuk (pada saat menggigit) sehingga
siklusnya

akan

terulang

lagi

dalam

tubuh

nyamuk,

demikian

seterusnya. Bentuk penularan lain yang dapat terjadi yaitu berupa


penularan dari wanita hamil ke janin. Malaria juga dapat menular melalui
tranfusi darah.

Gambar 6. Siklus Hidup Plasmodium Pada Tubuh Manusia.


2.9

Strategi Pencegahan Penyakit Malaria


Pencegahan malaria secara garis besar mencakup tiga aspek sebagai berikut:
a. Mengurangi pengandung gametosit yang merupakan sumber infeksi
(reservoar). Hal tersebut dapat di cegah dengan jalan mengobati penderota
malaria akut dengan obat yang efektif terhadap fase awal dari siklus

15

eritrosit aseksual sehingga gametosit tidak sempat terbentuk didalam darah


penderita.
b. Memberantas nyamuk sebagai vektor malaria
Memberantas nyamuk dapat dilakukan dengan menghilangkan tempattempat perindukan nyamuk, membunuh larva atau jentik dan membunuh
nyamuk dewasa. Pengendalian tempat perindukan dapat dilakukan dengan
menyingkirkan tumbuhan air yang menghalangi aliran air, melancarkan
aliran saluran air dan menimbun lubang-lubang yang mengandung air.
Nyamuk dewasa dapat diberantas dengan menggunakan insektisida,
biasanya dengan cara disemprotkan. Peran DDT sekarang diganti dengan
insektisida sintesis dari golongan kimia lain, yang masih efektif. Akhirakhir ini telah dikembangkan teknik genetika untuk mensterilkan nyamuk
Anopheles dewasa
c. Melindungi orang yang rentan dan berisiko terinfeksi malaria
Secara prinsip upaya ini dikerjakan dengan cara sebagai berikut:
1. Mencegah gigitan nyamuk
2. Memberikan obat-obatan untuk mencegah penularan malaria
3. Memberi vaksin (namun masih belum bisa diterapkan secara luas,
masih dalam tahap riset di lapangan)

16

17

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan masalah yang telah dibuat, dapat diambil
kesimpulan bahwa Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit
yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes
aegypti dan Aedes albopictus, yang mana menyebabkan gangguan pada pembuluh
darah kapiler dan pada sistem pembekuan darah, sehingga mengakibatkan
perdarahan-perdarahan.
fogging merupakan salah satu upaya untuk memberantas nyamuk yang
merupakan vektor penyakit demam berdarah sehingga rantai penularan penyakit
dapat diputuskan. Selain fogging juga dapat dilakukan abatisasi, yaitu penaburan
abate dengan dosis 10 gram untuk 100 liter air pada tampungan air yang
ditemukan jentik nyamuk. Pemberantasan Sarang Nyamuk dengan 3M, yaitu :
1. Menguras
2. Menutup tampungan air, dan
3. Mengubur barang-barang bekas yang dapat menjadi sarang nyamuk juga
dapat menjadi cara untuk memberantas DBD.
Penyakit malaria adalah salah satu penyakit yang penularannya melalui
gigitan nyamuk anopheles betina yang terinfeksi (vector borne desease).
Penyebab penyakit malaria adalah genus plasmodia family plasmodiidae, yaitu P.
malariae, P. vivax, dan P. ovale. Secara umum ada 4 jenis malaria, yaitu tropika,
tertiana, ovale dan quartana.

Gejala penyakit malaria dapat dengan mudah

dikenali dari gejala meriang (panas, dingin dan menggigil) serta demam
berkepanjangan. Pola penyakit malaria terdiri dari stadium dingin, stadium
demam, dan stadium berkeringat.
Penularan penyakit malaria dapat secara alami (gigitan nyamuk
Anopheles) maupun tidak alami baik secara bawaan, mekanik, maupun oral.
Beberapa vektor mempunyai potensi untuk menularkan malaria, antara lain
anopheles aconitus, anopheles farauti, anopheles balanbacensis, anopheles
punclutatus, dan anopheles barbirostis. Strategi pencegahan penyakit malaria
secara garis besar mencakup tiga aspek sebagai berikut: Mengurangi pengandung

18

gametosit yang merupakan sumber infeksi (reservoar), memberantas nyamuk


sebagai vektor malaria, dan melindungi orang yang rentan dan berisiko terinfeksi
malaria.
3.2 Saran
1. Setiap individu sebaiknya mengerti dan memahami bahaya dari penyakit
DBD tersebut, sehingga setiap individu tersebut bisa lebih merasa
khawatir dan mampu menjaga diri dan lingkungannya dari kemungkinan
terserangnya demam berdarah.
2. Perlunya digalakkan gerakan 3M plus, tidak hanya bila terjadi wabah
tetapi harus dijadikan nasional melalui pendekatan masyarakat.
3. Segenap pihak yang terkait dapat bekerja sama untuk mencegah DBD.
4. Perlunya meningkatkan pemahaman, kesadaran, sikap dan perubahan
perilaku masyarakat terhadap penyakit Malaria.
5. Perlunya digalakkan strategi pencegahan penyakit malaria tidak hanya bila
terjadi wabah tetapi harus dijadikan gerakan nasional melalui pendekatan
masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

19

Anonim.
2014.
Penyakit
Deman
Berdarah.
Tersedia
Pada:
http://alviescoot.blogspot.co.id/2014/09/makalah-penyakit-demamberdarah-dbd.html. Diakses Pada Tanggal 19 Mei. Pukul 21.00 WITA
Anonym. 2011. Aedes aegypti. http://id.wikipedia.org/wiki/Aedes_aegypti.
Di akses tanggal 23 maret 2012.
Anonym. 2011. Ciri-Ciri Nyamuk Penyebab Penyakit Demam Berdarah
http://danialonline.wordpress.com/2009/08/07/ciri-ciri-nyamuk-penyebabpenyakit-demam-berdarah-nyamuk-aedes-aegypti/. Di akses tanggal 23
maret 2012.
Anonym. 2011. Etiologi dan Patogenesis DBD.
http://indonesiannursing.com/2008/05/etiologi-dan-patogenesis-dbd/. Di
akses tanggal 23 maret 2012.
Anonym. 2011. Nyamuk Transgenic Harapan Baru Penanggulangan DBD
http://majalahkesehatan.com/nyamuk-transgenik-harapan-barupenanggulangan-dbd. Di akses tanggal 23 maret 2012.
Anonym. 2011. Pengendalian Nyamuk Dengan Pendekatan Secara Non Kimiawi
Lebih Diutamakan.http://masterhama.wordpress.com/2009/04/22/pengenda
lian-nyamuk-dengan-pendekatan-secara-non-kimiawi-lebih-diutamakan/.
Anonym. 2011. Penyakit Demam Berdarah Dengue.
http://www.infopenyakit.com/2008/03/penyakit-demam-berdarah-denguedbd.html. Di akses tanggal 23 maret 2012.
Anonym. 2011. Program Penanggulangan DBD di Indonesia.
http://indonesiannursing.com/2008/05/program-penanggulangan-dbd-diindonesia/. Di akses tanggal 23 maret 2012.
Anonym. 2011. Vektor DBD. http://indonesiannursing.com/2008/05/vektor-dbd.
Di akses tanggal 23 maret 2012.
Anonym. 2011.Pengendalian Nyamuk. http://www.pc3news.com/index.php?
cat=news&id=911&sub=2&view=news. Di akses tanggal 23 maret 2012.
Di akses tanggal 23 maret 2012.
Dr.Faziah A. Siregar.2004.Epidemiologi dan Pemberantasan Demam Berdarah
Dengue di Indonesia.www.library.usu.co.id Di akses tanggal 23 maret
2012.

20

Anda mungkin juga menyukai