Anda di halaman 1dari 14

ENTOMOLOGI KESEHATAN

“Aedes aegypti”

Christy N. Potu
15701020
Kelas C Semester 6
A. Karakteristik/ciri umum Aedes Aegypti

Aedes aegypti merupakan jenis nyamuk yang dapat membawa virus dengue penyebab
penyakit demam berdarah. Selain dengue, A. aegypti juga merupakan pembawa virus demam
kuning (yellow fever), chikungunya, dan demam Zika yang disebabkan oleh virus Zika.
Penyebaran jenis ini sangat luas, meliputi hampir semua daerah tropis di seluruh dunia.
Sebagai pembawa virus dengue, A. aegypti merupakan pembawa utama (primary vector) dan
bersama Aedes albopictus menciptakan siklus persebaran dengue di desa dan kota.

Aedes aegypti adalah salah satu vektor nyamuk yang paling efisien untuk arbovirus,
karena nyamuk ini sangat antropofilik dan hidup dekat manusia dan sering hidup di dalam
dan di luar rumah. Aedes aegypti lebih senang pada genangan air yang terdapat di dalam
suatu wadah atau kontainer, bukan genangan air di tanah. Tempat perkembangbiakan yang
potensial adalah Tempat Penampungan Air (TPA) yang digunakan untuk keperluan sehari –
hari seperti drum, bak mandi, bak WC, tempayan,ember dan lain – lain. Tempat – tempat
perkembangbiakan lainnya yang non TPA adalah vas bunga, pot tanaman hias, ban bekas,
kaleng bekas, botol bekas, tempat minum burung dan lain – lain. Tempat perkembangbiakan
yang paling disukai adalah yang berwarna gelap, terbuka lebar dan terlindungi dari sinar
matahari langsung.

Ae. aegypti dewasa berukuran lebih kecil jika dibandingkan dengan ukuran nyamuk
rumah (Culex quinquefasciatus), mempunyai warna dasar yang hitam dengan bintik-bintik
putih pada bagian-bagian badannya terutama pada kakinya dan dikenal dari bentuk
morfologinya yang khas sebagai nyamuk yang mempunyai gambaran lira (lire-form) yang
putih pada punggungnya (mesonotum), yaitu ada dua garis melengkung vertikal di bagian kiri
dan kanan. Nyamuk jantan umumnya lebih kecil dari betina dan terdapat rambut-rambut tebal
pada antena nyamuk jantan. Telur Ae. aegypti berbentuk elips berwarna hitam, mempunyai
dinding yang bergaris-garis dan membentuk bangunan yang menyerupai gambaran kain kasa.
Larva Ae. aegypti mempunyai pelana yang terbuka dan gigi sisir yang berduri lateral.

Ae. aegypti bersifat diurnal atau aktif pada pagi hingga siang hari.Penularan penyakit
dilakukan oleh nyamuk betina, karena hanya nyamuk betina yang menghisap darah. Hal itu
dilakukannya untuk memperoleh asupan protein yang diperlukannya untuk memproduksi
telur (Womack, 1993). Pengisapan darah dilakukan dari pagi sampai petang dengan dua
puncak waktu yaitu setelah matahari terbit (8.00-10.00) dan sebelum matahari terbenam
(15.00- 17.00). Nyamuk jantan tidak membutuhkan darah, dan memperoleh energi dari nektar
bunga ataupun tumbuhan. Nyamuk ini menyenangi area yang gelap dan benda-benda
berwarna hitam atau merah. Nyamuk dewasa biasanya tinggal pada tempat gelap di dalam
ruangtidur.

Morfologi Aedes Aegypti antara lain:

- Nyamuk dewasa

Aedes aegypti dewasa berukuran lebih kecil jika dibandingkan dengan rata-rata nyamuk lain
dan berwarna hitam dengan bintik-bintik putih pada bagian badan dan kaki. Pada saat
hinggap tubuh nyamuk ini sejajar dengan permukaan benda yang dihinggapinya. Untuk
membedakan jenis kelaminnya dapat dilihat dari antena. Aedes aegypti betina mempunyai
bulu yang tidak lebat yang disebut pilose sedangkan yang jantan mempunyai bulu yang lebat
yang disebut plumose.

- Pupa (kepompong)

Pupa berbentuk seperti “koma” lebih besar namun lebih ramping dibanding jentiknya.
Ukurannya lebih kecil jika dibandingkan dengan rata-rata pupa nyamuk lain. Gerakannya
lamban dan sering berada di permukaan air.

- Jentik (larva)

Ada 4 tingkat (instar) jentik sesuai dengan pertumbuhan, yaitu:

1) Larva instar I, tubuhnya sangat kecil, warna transparan, panjang 1-2mm, duri-duri (spinae)
pada dada (thorax) belum begitu jelas, dan corong pernafasannya (siphon) belum menghitam.

2) Larva instar II bertambah besar, ukuran 2,5-3,9 mm, duri dada belum jelas, dan corong
pernafasan sudah berwarna hitam.

3) Larva instar III lebih besar sedikit dari larva instar II

4) Larva instar IV telah lengkap struktur anatominya dan jelas tubuh dapat dibagi menjadi
bagian kepala (chepal), dada(thorax),dan perut (abdomen)

- Telur

Nyamuk Aedes aegypti betina setiap kali bertelur dapat mengeluarkan sebanyak 100 butir.
Telur berwarna hitam dengan ukuran ±0,80 mm, berbentuk oval dan mengapung satu persatu
pada permukaan air yang jernih atau menempel pada dinding tempat penampung air (Depkes
RI, 2010).

B. Taksonomi dan klasifikasi Aedes Aegypti

Klasifikasi ilmiah Aedes Aegypti adalah sebagai berikut:

Kingdom :Animalia

Filum :Arthropoda

Kelas :Insecta

Ordo :Diptera

Famili :Culicidae

Genus :Aedes

Subgenus :Stegomyia

Spesies :A. aegypti

C. Siklus Hidup dan Bionomik

Nyamuk Aedes aegypti memiliki metamorfosis sempurna (holometabola). Siklus hidup


terdiri dari empat stadium, yaitu telur - larva - pupa - dewasa. Stadium telur hingga pupa
berada di lingkungan air, sedangkan stadium dewasa berada di lingkungan udara. Dalam
kondisi lingkungan yang optimum, seluruh siklus hidup ditempuh dalam waktu sekitar 7-9
hari, dengan perincian 1-2 hari stadium telur, 3-4 hari stadium larva, 2 hari stadium pupa.
Dalam kondisi temperatur yang rendah siklus hidup menjadi lebih panjang. Siklus gonotropik
dimulai sejak menghisap darah untuk perkembangan telur hingga meletakkan telur di tempat
perindukan.
Adapun bionomik Aedes Aegypti yaitu:

Yang dimaksud bionomik adalah kesenangan memilih tempat perindukan (breeding habit),
kesenangan menggigit (feeding habit), kesenangan istirahat (resting habit) dan jarak terbang
(flight range)

1. Tempat perindukan nyamuk (Breeding Habit)

Tempat perindukan utama nyamuk berupa tempat-tempat penampungan air di dalam dan
disekitar rumah yang disebut kontainer. Biasanya tidak melebihi jarak 500 meter dari rumah.
Nyamuk Aedes aegypti tidak dapat berkembangbiak di genangan air yang langsung
bersentuhan dengan tanah. Jenis-jenis tempat perindukan nyamuk Aedes aegypti dapat
dikelompokkan sebagai berikut:

a. Tempat Penampungan Air (TPA)

Penampungan ini biasanya dipakai untuk menampung air guna keperluan sehari-hari,
keadaan airnya jernih, tenang dan tidak mengalir, seperti drum, tempayan, bak mandi, bak
WC, tanki reservoir, ember dan lain-lain.

b. Bukan Tempat penampungan air (Non TPA)


Tempat yang bisa menampung air tetapi bukan untuk keperluan sehari-hari, seperti tempat
minuman hewan, vas bunga, perangkap semut, barang-barang bekas (ban, kaleng, botol,
plastik dan lain-lain).

c. Tempat penampungan air alamiah

Bukan tempat penampungan air tetapi secara alami dapat menjadi tempat penampungan air
seperti lobang pohon, pelepah daun, tempurung kelapa, dan lain-lain.

2. Kesenangan menggigit (Feeding Habit)

Nyamuk Aedes aegypti jantan mengisap cairan tumbuhan atau sari bunga untuk keperluan
hidupnya sedangkan nyamuk betina mengisap darah (bersifat antropofilik). Nyamuk betina
mencari mangsanya pada siang hari. Aktivitas menggigit biasanya mulai pagi sampai petang
hari, dengan 2 puncak aktivitas antara pukul 09.00-10.00 dan 16.00-17.00. tidak seperti
nyamuk lain Aedes aegypti mempunyai kebiasaan mengisap darah berulang kali (multiple
bites) dalam satu siklus gonotropik, untuk memenuhi lambungnya dengan darah.

3. Kesenangan istirahat (Resting Habit)

Kesenangan istirahat nyamuk Aedes aegypti lebih banyak di dalam rumah atau kadang-
kadang di luar rumah dekat dengan tempat perindukannya yaitu di tempat yang agak gelap
dan lembab. Di tempat-tempat tersebut nyamuk menunggu proses pematangan telur. Setelah
beristirahat dan proses pematangan telur selesai, nyamuk betina akan meletakan telurnya di
dinding tempat perkembangbiakannya.

4. Jarak Terbang (Fight Range)

Pergerakan nyamuk dari tempat perindukan ke tempat mencari mangsa dan selanjutnya ke
tempat untuk beristirahat ditentukan oleh kemampuan terbang nyamuk. Pada waktu terbang
nyamuk memerlukan oksigen lebih banyak, dengan demikian penguapan air dari tubuh
nyamuk menjadi lebih besar. Untuk mempertahankan cadangan air di dalam tubuh dari
penguapan maka jarak terbang nyamuk menjadi terbatas. Aktifitas dan jarak terbang nyamuk
dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu: faktor eksternal dan faktor internal. Eksternal meliputi
kondisi luar tubuh nyamuk seperti kecepatan angin, tempera tur, kelembaban dan cahaya.
Adapun faktor internal meliputi suhu tubuh nyamuk, keadaan energi dan perkembangan otot
nyamuk. Meskipun Aedes aeegypti kuat terbang tetapi tidak pergi jauh-jauh, karena tiga
macam kebutuhannya yaitu tempat perindukan, tempat mendapatkan darah, dan tempat
istirahat ada dalam satu rumah. Keadaan tersebut yang menyebabkan Aedes aegypti bersifat
lebih menyukai aktif di dalam rumah, endofilik. Apabila ditemukan nyamuk dewasa pada
jarak terbang mencapai 2 km dari tempat perindukannya, hal tersebut disebabkan oleh
pengaruh angin atau terbawa alat transportasi.

D. Habitat dan Tempat Hidup

Secara bioekologis spesies nyamuk Aedes aegypti mempunyai dua habitat, yaitu:
perairan untuk fase pradewasanya (telur, larva, dan pupa), dan daratan atau udara untuk
nyamuk dewasa. Walaupun habitat nyamuk dewasa di daratan atau udara, akan tetapi nyamuk
ini juga mencari tempat di dekat permukaan air untuk meletakkan telurnya. Bila telur yang
diletakkan nyamuk tersebut tidak mendapat sentuhan air atau kering, telur tersebut masih
mampu bertahan hidup antara 3 bulan sampai satu tahun. Masa hibernasi telur-telur itu akan
berakhir atau menetas bila sudah mendapatkan lingkungan yang cocok pada musim hujan
untuk menetas. Terlur nyamuk akan menetas antara 3 – 4 jam setelah mendapat genangan air
menjadi larva. Habitat larva yang keluar dari telur tersebut hidup mengapung di bawah
permukaan air. Perilaku hidup larva tersebut berhubungan dengan upayanya menjulurkan alat
pernafasan yang disebut sifon, menjangkau permukaan air guna mendapatkan oksigen untuk
bernafas. Habitat seluruh masa pradewasanya dari telur, larva dan pupa hidup di dalam air
walaupun kondisi airnya sangat terbatas.

Aedes aegypti lebih menyukai tempat di dalam rumah penduduk, berbeda dengan
Aedes albopictus yang lebih menyukai tempat di luar rumah penduduk, yaitu hidup di pohon
atau kebun atau kawasan pinggir hutan. Di dalam rumah Aedes aegypti seringkali hinggap
pada pakaian yang digantung untuk beristirahat dan bersembunyi, menantikan saat tepat
inang datang untuk mengisap darah. Informasi tentang habitat dan kebiasaan hidup nyamuk
tersebut sangat penting untuk mempelajari dan memetakan keberadaan populasinya untuk
tujuan pengendaliannya baik secara fisik-mekanik, biologis maupun kimiawi. Dengan
demikian, sarang telur Aedes aegypti paling banyak ditemukan di wadah air rumah tangga
buatan manusia.

Aedes aegypti merupakan spesies nyamuk yang hidup dan ditemukan di negara-
negara yang terletak antara 35° Lintang Utara dan 35° Lintang Selatan pada temperatur udara
paling rendah sekitar 10°C. Pada musim panas, spesies ini kadangkadang ditemukan di
daerah yang terletak sampai sekitar 45° Lintang Selatan. Selain itu ketahanan spesies ini juga
tergantung pada ketinggian daerah yang bersangkutan dari permukaan laut. Aedes aegypti
dapat ditemukan pada ketinggian antara 0 – 1000 m diatas permukaan laut. Ketinggian yang
rendah (<500 m) memiliki tingkat kepadatan populasi yang sedang sampai berat, sedangkan
di daerah pegunungan (>500m) kepadatan populasi rendah. Batas ketinggian penyebaran
Aedes aegypti di kawasan Asia Tenggara berkisar 1000 – 1500 m. Dengan ciri highly
antropophilic dan kebiasaan hidup di dekat manusia.

E. Dampak merugikan pada manusia dan penyakit yang disebabkan

Aedes aegypti merupakan jenis nyamuk yang dapat membawa virus dengue penyebab
penyakit demam berdarah. Selain dengue, A. aegypti juga merupakan pembawa virus demam
kuning (yellow fever), chikungunya, dan demam Zika yang disebabkan oleh virus Zika.

- Demam Berdarah Dengue

Demam dengue disebabkan oleh virus dengue. Dalam sistem ilmiah yang menamakan
dan mengklasifikasikan virus, virus dengue tersebut merupakan bagian dari famili
Flaviviridae dan genus Flavivirus. Dengue virus ditularkan (atau disebarkan) sebagian besar
oleh nyamuk Aedes, khususnya tipe nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk ini biasanya hidup di
antara garis lintang 35° Utara dan 35° Selatan, di bawah ketinggian 1000 m. Nyamuk-
nyamuk tersebut lebih sering menggigit pada siang hari. Satu gigitan dapat menginfeksi
manusia. Terkadang, nyamuk juga tertular dengue dari manusia. Jika nyamuk betina yang
menggigit orang yang terinfeksi, nyamuk tersebut dapat tertular virus. Mulanya virus hidup di
sel yang menuju saluran pencernaan nyamuk. Sekira 8 hingga 10 hari berikutnya, virus
menyebar ke kelenjar saliva nyamuk, yang memproduksi saliva (atau "ludah"). Ini berarti
bahwa saliva yang diproduksi oleh nyamuk tersebut terinfeksi virus dengue. Oleh karena itu
ketika nyamuk menggigit manusia, saliva yang terinfeksi tersebut masuk ke dalam tubuh
manusia dan menginfeksi orang tersebut. Virus sepertinya tidak menimbulkan masalah pada
nyamuk yang terinfeksi, yang akan terus terinfeksi sepanjang hidupnya. Nyamuk Aedes
aegypti adalah nyamuk yang paling banyak menyebarkan dengue. Ini karena nyamuk tersebut
menyukai hidup berdekatan dengan manusia dan makan dari manusia alih-alih dari binatang.
Nyamuk ini juga suka bertelur di wadah-wadah air yang dibuat oleh manusia.
Dengue juga dapat disebarkan melalui produk darah yang telah terinfeksi dan melalui
donasi organ. Jika seseorang dengan dengue mendonasikan darah atau organ tubuh, yang
kemudian diberikan kepada orang lain, orang tersebut dapat terkena dengue dari darah atau
organ yang didonasikan tersebut. Di beberapa negara, seperti Singapura, dengue biasa terjadi.
Di negara-negara ini, antara 1,6 dan 6 transfusi darah dari setiap 10.000 menularkan dengue.
Virus dengue juga dapat ditularkan dari ibu ke anaknya selama kehamilan atau ketika anak
tersebut dilahirkan. Dengue biasanya tidak ditularkan dengan cara-cara lain.

- Demam Kuning

Demam kuning (dijuluki "Yellow Jack") adalah sebuah penyakit hemorrhagik virus
akut. Virus ini berupa sebuah virus RNA sebesar 40 hingga 50 nm dengan indra positif dari
keluarga Flaviviridae. Virus demam kuning ini ditularkan melalui gigitan nyamuk betina
(nyamuk demam kuning, Aedes aegypti, dan spesies lain) dan ditemukan di kawasan tropis
dan subtropis di Amerika Selatan dan Afrika, namun tidak di Asia. Satu-satunya makhluk
yang ditunggangi virus ini adalah primata dan beberapa spesies nyamuk. Demam kuning
terjadi dalam rupa demam, mual dan nyeri dan penyakit ini umumnya menghilang setelah
beberapa hari. Pada beberapa pasien, fase beracunnya terjadi setelah itu, dan kerusakan hati
dengan jaundis (penguningan kulit yang memberi nama penyakit ini) dapat terjadi dan
mengakibatkan kematian. Karena kecenderungan pendarahan yang meningkat (diatesis
pendarahan), demam kuning termasuk dalam kelompok demam hemorrhagik. Vaksin
teraman dan efektif melawan demam kuning sudah ada sejak pertengahan abad ke-20 dan
beberapa negara mensyaratkan vaksinasi untuk pelancong. Karena belum ada terapi untuk
penyakit ini, program vaksinasi ini, bersama peraturan mengurangi populasi nyamuk
pengangkut virus, memiliki kepentingan besar di daerah-daerah terjangkit. Sejak 1980-an,
jumlah kasus demam kuning terus meningkat dan menjadikannya sebagai penyakit yang
bangkit kembali.

- Chikungunya

Chikungunya adalah penyakit sejenis demam yang disebabkan alphavirus yang


disebarkan oleh gigitan nyamuk dari spesies Aedes aegypti. Penyakit chikungunya
disebabkan oleh sejenis virus yang disebut virus chikungunya. Virus ini masuk keluarga
Togaviridae, genus alphavirus. Gejala utama terkena penyakit chikungunya adalah tiba-tiba
tubuh terasa demam diikuti dengan linu di persendian. Bahkan, karena salah satu gejala yang
khas adalah timbulnya rasa pegal-pegal, ngilu, juga timbul rasa sakit pada tulang-tulang, ada
yang menyebutnya sebagai demam tulang atau flu tulang. Gejala-gejalanya memang mirip
dengan infeksi virus dengue dengan sedikit perbedaan pada hal-hal tertentu. Virus ini
dipindahkan dari satu penderita ke penderita lain melalui nyamuk, antara lain Aedes aegypti.
virus yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti ini akan berkembang biak di dalam tubuh
manusia. virus menyerang semua lapisan usia, baik anak-anak maupun dewasa di daerah
endemis. Secara mendadak penderita akan mengalami demam tinggi selama lima hari,
sehingga dikenal pula istilah demam lima hari. Pada anak kecil dimulai dengan demam
mendadak, kulit kemerahan. Ruam-ruam merah itu muncul setelah 3-5 hari. Mata biasanya
merah disertai tanda-tanda seperti flu. Sering dijumpai anak kejang demam. Pada anak yang
lebih besar, demam biasanya diikuti rasa sakit pada otot dan sendi, serta terjadi pembesaran
kelenjar getah bening. Pada orang dewasa, gejala nyeri sendi dan otot sangat dominan dan
sampai menimbulkan kelumpuhan sementara karena rasa sakit bila berjalan. Kadang-kadang
timbul rasa mual sampai muntah. Pada umumnya demam pada anak hanya berlangsung
selama tiga hari dengan tanpa atau sedikit sekali dijumpai perdarahan maupun syok. Bedanya
dengan demam berdarah dengue, pada chikungunya tidak terdapat perdarahan hebat, renjatan
(shock) maupun kematian.

- Demam Zika

Demam Zika adalah penyakit demam yang diakibatkan oleh virus Zika, sebuah virus
dari genus Flavivirus. Penyakit ini terjadi akibat gigitan nyamuk Aedes aegypti pada
manusia. Gejala yang ditimbulkan akibat virus Zika sendiri mirip dengan penyakit demam
berdarah dengan munculnya demam, radang pada selaput mata, nyeri sendi dan otot, serta
munculnya ruam pada kulit. Namun tidak semua orang merasakan gejala tersebut saat
terinfeksi virus ini. Saat mewabahnya virus Zika di sejumlah negara benua Amerika awal
tahun 2016 hingga sekarang, penularan virus ini pada ibu hamil menyebabkan janin yang
dikandungnya berpeluang terjangkit mikrosefalus, sebuah penyakit pengecilan otak. Hingga
Februari 2016, belum ada vaksin dan pengobatan tertentu yang mampu membasmi virus ini.
Pencegahan dapat dilakukan antara lain dengan mengurangi gigitan nyamuk di wilayah-
wilayah yang terkena wabah penyakit ini. Upaya-upaya ini termasuk penggunaaan penolak
serangga, menutup sebagian besar tubuh dengan pakaian, kelambu, dan meniadakan
genangan air karena merupakan tempat nyamuk berkembang-biak. Belum ada vaksin yang
efektif. Pejabat kesehatan Brasil merekomendasikan pada 2015 agar para orang tua menunda
kehamilan karena terjadinya wabah penyakit ini, dan wanita hamil disarankan untuk tidak
bepergian ke wilayah-wilayah yang terjangkit.
F. Upaya Penanggulangan dan Pengelolaan Populasi Vektor

Cara pengendalian yang dilakukan adalah terhadap nyamuk dewasa atau jentiknya .

Pengendalian terhadap nyamuk dewasa dilakukan melalui penyemprotan dengan


menggunakan insektisida. Pemberantasan terhadap jentik Aedes aegypti dikenal dengan
istilah Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), dilakukan dengan cara:

a. Fisik

Cara ini dikenal dengan kegiatan 3M, yaitu menguras (dan menyikat) bak mandi, bak WC,
dan lain-lain; menutup tempat penampungan air rumah tangga (tempayan, drum, dan lain-
lain), serta mengubur, menyingkirkan atau memusnahkan barang-barang bekas (seperti
kaleng, ban, dan lain-lain).

b. Kimia

Cara mengendalikan jentik Aedes aegypti dengan menggunakan insektisida pembasmi jentik
(larvasida) ini antara lain dikenal dengan istilah larvasidasi. Larvasida yang digunakan adalah
temephos. Formulasi temephos yang digunakan 1 ppm atau 10 gram (± 1 sendok makan rata)
untuk tiap 100 liter air. Larvasida dengan temephos ini mempunyai efek residu 3 bulan.
Selain itu dapat pula digunakan golongan insect growth regulator.

c. Biologi

Cara mengendalikan jentik Aedes aegypti dengan menggunakan musuh alami, misalnya
memelihara ikan pemakan jentik (ikan kepala timah, dan lain-lain)
G. Riset terbaru tentang Aedes Aegypti

1. Jurnal Care Vol .6, No.1,Tahun 2018 - Daya Bunuh Ekstrak Daun Mengkudu (Morinda
Citrifolia L.) Dalam Bentuk Antinyamuk Cair Elektrik Terhadap Kematian Nyamuk Aedes
Aegypti

Kesimpulan: ekstrak daun mengkudu (Morinda citrifolia L.) dalam bentuk antinyamuk cair
elektrik memiliki daya bunuh terhadap nyamuk Aedes aegypti.

2. Jurnal SainHealth Vol. 2 No. 1 Edisi Maret 2018 - DAYA BUNUH EKSTRAK DAUN
TOMAT (Solanum lycopersicum L.) TERHADAP LARVA NYAMUK Aedes aegypti

Kesimpulan:

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan konsentrasi terkecil ekstrak daun tomat digunakan
sebagai larvasida nyamuk Aedes aegypti adalah 0,6 % pada waktu 16 jam.

3. Jurnal ILMU DASAR, Vol.19 No. 1, Januari 2018 - Efektifitas Produk Tepung Jamur
Beauveria bassiana sebagai Larvasida Alami Larva Nyamuk Aedes aegypti Linnaeus, 1762

Kesimpulan:

Produk tepung jamur B. bassiana menyebabkan kematian pada larva nyamuk pada 48 jam
pengamatan dengan persentase mortalitas 0%, 10%, 28%, 70% dan 80% pada masing-masing
konsentrasi 0%, 0,125%, 0,25%, 0,5% dan 0,75% sehingga efektivitasnya lebih kurang sama
dengan jika dibandingkan dengan menggunakan media tepung jagung.

H. Kesimpulan

Aedes aegypti dewasa berukuran lebih kecil jika dibandingkan dengan rata-rata
nyamuk lain dan berwarna hitam dengan bintik-bintik putih pada bagian badan dan kaki.
Pada saat hinggap tubuh nyamuk ini sejajar dengan permukaan benda yang dihinggapinya.
Untuk membedakan jenis kelaminnya dapat dilihat dari antena. Aedes aegypti betina
mempunyai bulu yang tidak lebat yang disebut pilose sedangkan yang jantan mempunyai
bulu yang lebat yang disebut plumose. Siklus hidup terdiri dari empat stadium, yaitu telur -
larva - pupa - dewasa. Stadium telur hingga pupa berada di lingkungan air, sedangkan
stadium dewasa berada di lingkungan udara. Dalam kondisi lingkungan yang optimum,
seluruh siklus hidup ditempuh dalam waktu sekitar 7-9 hari, dengan perincian 1-2 hari
stadium telur, 3-4 hari stadium larva, 2 hari stadium pupa. Aedes aegypti mempunyai dua
habitat, yaitu: perairan untuk fase pradewasanya (telur, larva, dan pupa), dan daratan atau
udara untuk nyamuk dewasa. Aedes aegypti dapat menyebabkan penyakit demam berdarah
dengue, demam kuning, chikungunya, Zika. Pengendalian terhadap nyamuk dewasa
dilakukan melalui penyemprotan dengan menggunakan insektisida. Pemberantasan terhadap
jentik Aedes aegypti dikenal dengan istilah Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN).

I. Daftar Pustaka

http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/blb/article/view/3269/3265

http://dinus.ac.id/repository/docs/ajar/Aedes_aegypti_SEBAGAI_VEKTOR_DEMAM_BER
DARAH_DENGUE.pdf

http://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/84798/Anisya%E2%80%99%20Mift
ahul%20Khusna%20-%20130210103091_.pdf?sequence=1

http://repository.unej.ac.id/handle/123456789/84798

https://jurnal.unitri.ac.id/index.php/care/article/view/755/pdf_1

https://id.wikipedia.org/wiki/Demam_berdarah_Dengue

https://id.wikipedia.org/wiki/Aedes_aegypti

https://id.wikipedia.org/wiki/Demam_kuning

https://id.wikipedia.org/wiki/Chikungunya

https://id.wikipedia.org/wiki/Demam_Zika

http://lib.unnes.ac.id/17922/2/6411409122.pdf

http://repository.unimus.ac.id/339/3/BAB%20II.pdf

http://digilib.itb.ac.id/files/disk1/455/jbptitbpp-gdl-amirhamzah-22744-3-2010ta-2.pdf

https://e-journal.umaha.ac.id/index.php/sainhealth/article/view/176/113

https://jurnal.unej.ac.id/index.php/JID/article/view/5383
ENTOMOLOGI KESEHATAN

“Aedes aegypti”

Anda mungkin juga menyukai