Anda di halaman 1dari 10

Aedes merupakan jenis vector utama yang dapat membawa virus dengue

penyebab penyakit demam berdarah(Widoyono dkk, 2008). Aedes aegypti

mendapat virus dengue sewaktu menghisap darah orang yang Demam Berdarah

Dengue atau tidak sakit tetapi didalam darahnya terdapat virus dengue. Seseorang

yang didalam darahnya mengandung virus dengue merupakan sumber penularan

penyakit demam berdarah. Selanjutnya, virus mereplikasi diri dan menyebar ke

seluruh jaringan tubuh nyamuk termaksud kelenjar liur. Virus ini dapat berada

dalam tubuh nyamuk sepanjang hidupnya. Sebelum menghisap darah, nyamuk ini

akan mengeluarkan air liur melalui proboscis agar darah yang dihisap tidak

membeku bersamaan dengan air liur tersebut virus dengue dipindahkan dari

nyamuk ke orang lain (WHO, 2009).

Aedes aegypti Merupakan spesies nyamuk tropis dan subtropis yang banyak

menyebar di wilayah antara garis lintang 35oLU dan 35oLS. Penyebaran nyamuk

ini dibatasi oleh ketinggian karena nyamuk ini tidak dapat dijumpai pada daerah

dengan ketinggian lebih dari 1000 meter. Nyamuk Aedes sangat suka bersarang

dan berkembang biak di genangan air yang bersih dan tidak berkontak langsung

dengan tanah seperti penampungan air, sisa kaleng bekas, bak mandi, ban

bekas, dan kontainer lainnya (Ginanjar, 2008).

Aedes aegypti merupakan jenis nyamuk yang dapat membawa virus dengue

pengebab penyakit demam berdarah.Hal ini dikarenakan nyamuk Aedes aegypti

betina menghisap darah manusia yang diperlukan untuk pematangan telur yang

dikandungnya.Selain dengue, nyamuk ini juga merupakan pembawa penyakit


demam kuning (yellow fever).Aedes aegypti merupakan pembawa utama(primary

vector) dan bersama Aedes albopictus menciptakan persebaran dengue di desa dan

perkotaan. Nyamuk Aedes aegypti menyenangi area gelap dan benda-benda

berwarna hitam dan merah. Nyamuk jenis ini memiliki kebiasaan menggigit pada

siang hari (pukul 09.00-10.00) dan pada sore hari (pukul 16.00-17.00). (Anggraini

2010).

Klasifikasi Aedes Agyepti

Kedudukan nyamuk Aedes Agyepti dalam klasifikasi hewan adalah sebagai

berikut

Kindom : Animalia

Filum : arthropoda

Kelas : insect

Ordo : diptera

Sub ordo : nematocera

Family : culicidae

Sub famili : culicidae

Genus : aedes

Spesies : aedes aegypti (Wati.2010)


1 Morfologi Nyamuk Aedes

aegypti

Adapun morfologi nyamukAedes aegypti adalah sebagai

berikut (Anggraeni,2010):

1. Nyamuk Aedes aegypti memiliki tubuh berwarna hitam dengan

belang putih di seluruh tubuhnya.

2. Memiliki habitat di dalam dan di sekitar rumah, dan juga

ditemukan di tempat umum.

3. Nyamuk ini mampu terbang hingga 100 meter.

4. Nyamuk betina aktif menghisap darah pada pagi dan sore

hari. Sementara nyamuk jantan umumnya menghisap nektar bunga

yang mengandung gula.

5. Umur nyamuk Aedes aegypti umumnya hingga 2 minggu,

tetapi sebagian diantaranya dapat bertahan hidup hingga 2-3 bulan.

Ginanjar (2008) juga menambahkan bahwa nyamuk

jantan umumnya memiliki tubuh yang lebih kecil dibanding betina, dan

terdapat rambut-rambut tebal pada antena nyamuk jantan.


Siklus Hidup Nyamuk Aedes

aegypti

Sama halnya dengan jenis nyamuk lain, nyamuk Aedes aegypti

memiliki siklus hidup dengan metamorphosis sempurna yaitu:

1. Telur

Telur A.aegypti berwarna hitam dengan ukuran 0.8 mm,

berbentuk oval dan mempunyai katup pada salah satu ujungnya dan

bersifat ticnotatic yaitu menempel pada dinding tempat penampungan air

atau kadang-kadang mengapung satu-persatu diatas permukaan

air(Dep.Kes, 2005). Sebagian besar nyamuk betina meletakkan telurnya

di beberapa sarang selama satu kali siklus gonotropik. Perkembangan

embrio biasanyaakan selesai dalam 48 jam dilingkungan hangat dan

lembab. Namun bila lingkungan tidak mendukung seperti kering, telur

akan menjalani masa pengeringan yang lama dan mampu bertahan

hingga lebih dari satu tahun. Setelah lingkungan baik, telur kemudian

akan menetas, namun tidak semua telur akan menetas pada waktu

yang sama (WHO, 2005).

2. Larva

Larva nyamuk akan mengalami 4 stadium perkembangan yaitu

(Susanna,2011):

a. Stadium 1 berumur + 1 hari


b. Stadium 2 berumur + 1-2 hari

c. Stadium 3 berumur + 2 hari

d. Stadium 4 berumur + 2-3 hari

Setiap staduim berbeda baik bulunya, setiap pergantian stadiu akan

diikuti dengan pergantian kulit. Larva stadium 1 dan 2 biasanya pada

genangan air yang cukup luas akan mengumpul di tempat dimana telur

diletakkan. Pada stadium 3 dan 4, larva akan bergerak bergerak dan

memiliki daya tahan yang baik (Susanna, 2011).

3. Pupa

Perkembangan dari larva hingga pupa berlangsung antara 8-

14 hari. Pada tahap pupa, calon nyamuk dewasa akan lebih sering

berada di permukaan air sebab pupa memiliki alat apung pada bagian

toraks. Pada tahap pupa, calon nyamuk dewasa lebih tenang serta tidak

makan (Susanna. 2011).

4. Nyamuk Dewasa

Lamanya stadium pupa terjadi 1-2 hari, namun dapat lebih lama

jika lingkungan tidak mendukung. Nyamuk jantan dewasa akan lebih

dahulu menetas dari pada nyamuk betina. Jumlah nyamuk jantan dengan

nyamuk betina juga relatif sama (Susanna, 2011). Segera setelah muncul,

nyamuk dewasa akan kawin dan nyamuk betina yang sudah dibuahi akan

menghisap darah dalam 24-36 jam (WHO,2001).


Nyamuk betina hanya akan kawin sekali saja dalam sepanjang hidupnya.

Sel sperma jantan yang telah nyamuk betina terima akan disimpan

pada spermateka betina dan setiap melakukan pembuahan sel telur,

sperma akan diambil dari spermateka betina. Setelah nyamuk betina

dibuahi, nyamuk betina segera mencari darah guna pematangan sel telur

yang telah dibuahi. Pada proses ini, nyamuk betina dewasa yang sudah

dibuahi akan mencari darah dengan kondisi unfed (tidak ada darah

dalam abdomen), kemudian setelah menghisap darah hingga kenyang

(blood- fed), telur akan mengalami setengah pematangan telur (half-

gravid). Setelah telur mengalami pematangan sempurna (gravid) telur

akan dikeluarkan dan diletakkan (oviposisi), nyamuk kembali pada

posisi unfed dan kembali mencari darah untuk melakukan siklus

tersebut hingga beberapa kali. Siklus gonotrofik ini akan

berlangsing 5-7 kali selama hidup nyamuk betina dewasa dan setiap

siklusnya akan berlangsung 1-2 hari (susanna,2011).

a.Perilaku Mencari Darah

Nyamuk betina untuk dapat melakukan

kopulasi harus menghisap darah. Nyamuk betina

memerlukan protein untuk pembentukan telur.

Ae.aegypti termasuk nyamuk yang aktif mengisap

darah waktu siang hari, terutama nyamuk-nyamuk


yangmasih muda berumurantara 1-8hari. Semakin

tua umurnyamuk,kebiasaan menghisap darah

berubahanyaitu lebihaktif mengisap darah waktu

malam hari. (Putri,2010.)

b.Perilaku Istirahat

Perilaku istirahat untuk nyamuk memiliki dua

arti yaitu istirahat yangsebenarnya selama waktu

menunggu proses perkembangan telur dan

istirahatsementara yaitu pada waktu nyamuk sedang

mencari darah. Pada umumnyanyamuk memillih

tempat yang teduh, lembab, dan aman untuk

beristirahat.Nyamuk Aedes aegypti L. lebih suka

hinggap di tempat-tempat yang dekat tanah.

(Sembel,2009).

c.Perilaku Berkembangbiak

Nyamuk Ae. aegyptibertelur dan

berkembangbiak di tempat-tempat yang terdapatair


jernihterutama di bak mandi dan tempat

penampungan air didalam rumah lainnya.Telur

menetas dalam 1 sampai 2 hari menjadi larva. Sekali

bertelurnyamuk dapat mengeluarkan telur sebanyak

50–150 butir telur.Lama daur hidupnyamuk

Ae.aegypti mulai telur sampai dewasa rata-rata 8–14

haritergantung pada suhu antara 30 hingga

40Oc.(WHO,2009).

Pada nyamuk betina, bagian mulutnya

membentuk probosis panjang untukmenembus kulit

mamalia untuk menghisap darah. Kebanyakan

nyamuk betinaperlu menghisap darah untuk

mendapatkanprotein yang diperlukan. Nyamukjantan

berbeda dengan nyamuk betina, dengan bagian

mulut yang tidak sesuaiuntuk nyamuk Ae.aegypti

dewasa tidak pergijauh dari tempat saat stadium

larva karena daya terbangnya hanya dalam

radius100–200 m saja dan rata-rata lama hidup


Aedes aegypti betina hanya 10 haridan akan bertelur

tiga hari kemudian setelah menghisap darah.(

Sembiring,2011)

21. Putri SE. Mengenal Nyamuk Ae. aegypti

Penyebar Demam Berdarah Dan Upaya

Pengendaliannya. Jakarta2010.

Pengendalian Vektor

Pengendalian Fisik

Pengendalian fisik merupakan pengendalian dengan menggunakan alat

fisika untuk pemanasan, pembekuan dan alat listrik untuk pengadaan angin,

penyinaran cahaya yang dapat membunuh atau mengganggu kehidupan vektor.

Suhu 60o dan suhu beku akan membunuh serangga dan suhu dingin dapat

mengakibatkan terhambatnya aktivitas vektor (Safar, 2010:299). Contoh

pengaplikasian pengendalian fisik yaitu penggunaan kawat kasa di rumah-rumah

atau mencegah gigitan nyamuk dengan memakai pakaian yang dapat menutupi

seluruh bagian tubuh kecuali muka (Sembel, 2009:67).

Pengendalian Biologi

Pengendalian ini dapat dilakukan dengan memperbanyak musuh alami dari

vektor. Beberapa parasit, bakteri, dan virus dapat dipakai sebagai pengendali

pertumbuhan nyamuk. Beberapa spesies ikan merupakan pemangsa yang cocok


untuk pengendalian vektor stadium larva nyamuk. Pengendalian vektor nyamuk

dari antrofilik menjadi lebih zoofilik dengan meletakkan kandang hewan di antara

tempat perindukan dan rumah penduduk (Safar, 2010:299).

Pengendalian Kimiawi

Pengendalian kimiawi menggunakan bahan kimia yang berguna untuk

membunuh serangga (insektisida) atau hanya berguna untuk menghalau serangga

(repellent). Melakukan fogging dengan malathion untuk membunuh nyamuk

dewasa merupakan salah satu contoh pengendalian secara kimiawi (Palgunadi dan

Rahayu, 2011:5). Kelebihan dari pengendalian ini adalah dapat dilakukan dengan

segera dengan cakupan yang luas, sehingga dapat menekan populasi vektor dalam

waktu yang singkat. Kelemahan dari pengendalian ini adalah dapat membunuh

hewan peliharaan, membunuh organisme yang bukan menjadi sasaran, serta

menimbulkan resistensi (Safar, 2010:298)

Anda mungkin juga menyukai