Anda di halaman 1dari 9

Aedes aegypti

Klasifikasi Nyamuk Aedes spp


Kedudukan nyamuk Aedes spp dalam klasifikasi hewan adalah sebagai berikut: Filum : Arthropoda Kelas : Insecta Bangsa : Diptera Suku : Culicidae Marga : Aedes Spesies : Aedes spp (Gandahusada, dkk, 2000).

Morfologi Nyamuk Aedes spp Nyamuk Aedes spp biasanya berukuran lebih kecil jika dibandingkan dengan ukuran nyamuk rumah (Culex quinquefasciatus). Telur Aedes spp mempunyai dinding bergaris-garis dan membentuk bangunan menyerupai gambaran kain kasa. Sedangkan larva Aedes spp Nyamuk Aedes spp dewasa memiliki ukuran sedang, dengan tubuh berwarna hitam kecoklatan. Tubuh dan tungkainya ditutupi sisik dengan garis-garis putih keperakan seperti gambar dibawah ini

Gambar 1. Nyamuk Aedes aegypti (Sumber: Sivanathan 2006

Di bagian punggung tubuhnya tampak dua garis melengkung vertikal di bagian kiri dan kanan yang menjadi ciri dari Spesies ini. Sisik-sisik pada tubuh nyamuk pada umumnya mudah rontok atau terlepas sehingga menyulitkan identifikasi pada nyamuk tua. Ukuran dan warna nyamuk ini sering kali berbeda antar populasi, tergantung dari kondisi lingkungan dan nutrisi yang diperoleh nyamuk selama perkembangan. Nyamuk jantan umumnya lebih kecil dari nyamuk betina dan terdapat rambut-rambut tebal pada antena nyamuk jantan. Kedua ciri ini dapat diamati dengan mata telanjang (Gandahusada, dkk, 2000).

Siklus Hidup Nyamuk Aedes spp

Spesies ini mengalami metamorfosis yang sempurna. Nyamuk betina meletakkan telur di atas permukaan air dalam keadaan menempel pada diding tempat permukaannya. Seekor nyamuk betina dapat meletakkan rata-rata sebanyak 100 butir telur tiap kali bertelur, setelah kira-kira dua hari baru menetas menjadi larva, lalu mengadakan pengelupasan kulit sebanyak 4 kali, tumbuh menjadi pupa dan untuk menjadi dewasa memerlukan waktu kira-kira 9-10 hari (Gandahusada, dkk, 2000). Lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3 dibawah ini.

Gambar 2. Siklus hidup Nyamuk Aedes spp Sumber. www.pusdiknakes.or.id

1.Stadium telur

Telur Nyamuk Aedes spp berwarna gelap, berbentuk oval biasanya telur diletakkan diatas permukaan air satu- persatu dalam keadaan menempel pada dinding tempat perindukannya. Seekorb nyamuk betina dapat meletakkan rata-rata sebanyak 100 butir telur tiap kali bertelur. Telur dapat bertahan hidup dalam waktu yang cukup lama ditempat yang kering tanpa air dapat bertahan berbulan-bulan pada suhu 2 0C- 420C Namun bila air cukup tersedia, telur-telur itu biasanya menetas 2-3 hari sesudah diletakkan ( Sembel , 2009 )

Gambar 2 Telur Aedes (Sumber: Sivanathan 2006)

2. Stadium Larva

Stadium larva ini sering juga disebut jentik dan berlangsung 5-7 hari, perkembangan larva tergantung pada temperatur air, kepadatan larva, dan tersedianya makanan, larva nyamuk hidup dengan memakan organisme-organisme kecil. Larva akan mati pada suhu dibawah 100C dan diatas suhu 360C Larva Aedes spp memiliki kepala yang cukup besar serta torak dan abdomen yang cukup jelas. Untuk mendapatkan oksigen biasanya larva menggantungkan dirinya agak tegak lurus pada permukaan air. Kebanyakan larva nyamuk menyaring mikroorganisme dan fartikelfartikel lainnya dalam air, biasanya larva melakukan pergantian kulit empat kali (Sembel, 2009).

Gambar 3 Larva Aedes (Sumber: Sivanathan 2006)

3. Stadium Pupa

Sesudah melewati pergantian kulit keempat, maka terjadi pupasi. Pupa berbentuk agak pendek, tidak memerlukan makanan, tetapi tetap aktif bergerak dalam air terutama bila diganggu. Bila perkembangan pupa sudah sempurna, yaitu sesudah 2 atau 3 hari berkisar 27 0C - 320C umum nya nyamuk jantan menetas terlebih dahulu dari nyamuk betina, maka kulit pupa pecah dan nyamuk dewasa keluar serta terbang (Sembel, 2009).

Gambar 4 Pupa Aedes (Sumber: Sivanathan 2006)

4. Stadium dewasa

Pada stadium dewasa nyamuk yang keluar dari pupa menjadi nyamuk jantan dan nyamuk betina dengan perbandingan 1 : 1. Nyamuk dewasa yang baru keluar dari pupa berhenti sejenak diatas permukaan air untuk mengeringkan tubuhnya terutama sayap-sayapnya sesudah mampu mengembangkan sayapnya, nyamuk dewasa akan segera kawin dan nyamuk betina yang telah dibuahi akan mencari makan dalam waktu 24-36 jam kemudian. Darah merupakan sumber protein terpenting untuk mematang kan telurnya. Umur nyamuk dewasa dipengaruhi aktifitas produksi dan jumlah makanan. Nyamuk Aedes spp dewasa rata-rata dapat hidup selama 10 hari sedangkan di laboratorium mencapai umur 2 bulan, Aedes spp mampu terbang sejauh 2 kilometer, walaupun umumnya jarak terbangnya pendek yaitu kurang lebih 40 meter dan maksimal 100 meter.

Perilaku Aedes aegypti

Nyamuk Ae. aegypti merupakan spesies nyamuk tropis dan subtropis. Nyamuk ini biasanya hidup pada 35 Lintang Utara dan 35 Lintang Selatan, namun pada musim panas nyamuk ini dapat ditemukan pada daerah 45 Lintang Utara (DEKES 2007). Ada perbedaan perilaku makan darah antara nyamuk dewasa yang belum dan sudah terinfeksi virus DBD. Perbedaan itu berimplikasi terhadap frekuensi kontak nyamuk dengan inang. Nyamuk Ae. aegypti mempunyai perilaku makan yaitu menghisap nektar dan jus tanaman sebagai sumber energinya. Selain energi, nyamuk betina juga membutuhkan pasokan protein untuk keperluan reproduksi (anautogenous) dan proses pematangan telurnya. Pasokan protein tersebut diperoleh dari darah inang, sehingga nyamuk yang menghisap darah inang dalam waktu yang lama akan memperoleh protein dalam jumlah yang banyak (Merrit & Cummins 1978).

Diagnosa

Sejak tahun 1968 jumlah kasusnya cenderung meningkat dan penyebarannya bertambah luas. Kejadian ini erat kaitannya dengan peningkatan mobilitas penduduk sejalan dengan semakin meningkatnya hubungan transportasi serta tersebar luasnya virus dengue dan nyamuk penularnya di berbagai wilayah Indonesia termasuk saat ini sudah menyebar sampai ke Kota Payakumbuh. Menemukan kasus DBD secara dini bukanlah hal yang mudah, karena pada awal perjalanan penyakit gejala dan tandanya tidak spesifik, sehingga sulit dibedakan dengan penyakit infeksi lainnya. MenuruWHO, gejala penyakit ini terbagi atas : KRITERIA KLINIS 1. Demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas. 2. Perdarahan mukosa, epistaksis dan perdarahan pada gusi 3. Terdapat perdarahan pada kulit (ptecae epitaksis dan purpura) 4. Muntah darah (hematemesis atau melena (BAB berdarah bewarna hitam) 5. Syock ditandai nadi cepat dan lemah, penurunan tekanan nadi dan darah (hipotensi) kaki tangan dingin, kulit lembab dan pasien tampak gelisah KRITERIA LABORATORIUM 1. Trombositopenia (100.000 ui atau kurang 2. Hemokonsentrasi, dilihat dari peningkatan hematokrit 20% atau lebih Dua kriteria klinis pertama ditambah trombositopenia dan hemokonsentasi cukup untuk menegakkan diagnosa klinik DBD.

PERTOLONGAN PERTAMA DI RUMAH Apabila keluraga/masyarakat menemukan gejala dan tanda diatas, maka pertolongan pertama oleh keluarga: 1. Tirah baring selama demam 2. Antipiretik (parasetamol) 3 x 1 tablet untuk dewasa dan 10-15 mg/kgBB/kali untuk anak. 3. Kompres hangat 4. Minum banyak (1-2 liter/hari) kecuali susu coklat dan sirup merah 5. Bila terjadi kejang : Jaga lidah agar tidak tergigit, kosongkan mulut, longgarkan pakaian dan tidak memberikan apapun lewat mulut selama kejang. Jika dalam 2 hari panas tidak turun atau timbul gejala dan tanda lanjut seperti perdarahan dikulit (seperti bekas gigitan nyamuk), muntah-muntah, gelisah, mimisan segera dibawa berobat/periksakan kedokter atau unit pelayanan kesehatan untuk segera mendapatkan pemeriksaan dan pertolongan. CARA YANG PALING TEPAT UNTUK PENCEGAHAN Yang paling bijaksana dalam penanggulangan penyakit DBD ini bukanlah dengan penyemprotan (Fooging) melainkan dengan pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue (PSN DBD) untuk memutuskan rantai penularan vektor penyakit . Peran serta masyarakat (PSM) dalam pemberantasan jentik nyamuk ini sangat penting guna mengendalikan penyakit ini di tengah-tengah masyarakat, cara yang paling efektif adalah dengan 3M (Menguras, Menutup dan Menimbun), dan hal ini hanya bisa dilakukan secara gotong royong.
(Sumber : http://www.dinkespayakumbuh.com/gejala-dan-diagnosa-penyakit-dbd/)

Alat dan Bahan

1. Mikroskop 2. Preparat 3. Minyak imersi Prosedur Praktikum : Hasil Pengamatan :


Aedes spp: Telur

Siapkan alat dan bahan Amati Preparat dengan mikroskop Gambar hasil pengamatan

Larva

Pupa

Anda mungkin juga menyukai