(Protozoa)
1A. Trypanosoma
Trypanosoma merupakan golongan flagellata jenis hemoflagella yang tergolong
dalam subfilum Sarcomastigophora, sering ditemukan hidup dalam pembuluh darah, ciri khas
dari protozoa ini adalah memiliki flagella atau bulu cambuk, ada yang memiliki 1 flagellum,
ada yang memiliki dua flagellum bahkan ada yang memiliki pseudopodia. Cara berkembang
biak dari jenis ini adalah dengan pembelahan longitudinal dan banyak yang memproduksi
kista. Ketika kita mengamati Trypanosoma dalam mikroskop maka kita akan melihat suatu
bentuk yang khas yaitu bentukan seperti daun yang kering atau bulat dan berinti satu, jumlah
mikrotubulus subpelikulernya yang bervariasi, adanya struktur istimewa yang disebut dengan
kinetoplast yaitu flagella tunggal yang muncul dari badan basal (Levine,1994).
1B. Trichomonas
Trichomonas adalah jenis protozoa, dengan filum Sarcomastigophora, subfilum
mastigophora, kelas zoomastigophorea, ordo Trichomonadida, family trichomonadidae. Ciri
khas dari protozoa ini adalah memiliki membrane undulans sepanjang tubuhnya, 3 flagella
anterior berasal dari blepharoplast terletak di bagian paling depan dari tubuh. Bentuk parasite
menyerupai buah alpukat atau kumparan dengan satu inti besar yang terletak di bagian depan
(Subronto, 2010).
Cara mengoleksi dari Trichomonas dibagi menjadi dua cara berdasarkan jenis
kelamin, hal ini karena pada jenis Trichomonas Foetus, dapat menyerang sapi jantan maupun
betina, meskipun pada jantan tidak menunjukkan gejala (Asimtomatik) pada sapi jantan
pengambilan specimen dapat dilakukan dengan memasukkan kapas steril dari preputium
sampai daerah fornix, selanjutnya kapas dikeluarkan dan disimpan kedalam botol yang telah
berisi larutan NaCL fisiologis. Metode lain yang dapat dilakukan pada hewan jantan yaitu
dengan metode pembilasan (douche) preputium dengan memasukkan sebanyak 50-100ml
larutan NaCL fisiologis kedalam preputium dengan menggunakan selang karet, lubang
preputium ditutupi dan dikakukan pijatan yang kuat pada daerah fornix, selanjutnya cairan
dikeluarkan dan ditampung kedalam botol, cara ini juga dapat dilakukan pada sapi betina
dengan menggunakan spekulum yang diberi kain steril dan diikat oleh kawat steril. Mukus
yang diperoleh pada bagian luar servix dan bagian depan vagina dengan menggunakan kain
steril tadi, selanjutnya dimasukkan kedalam botol yang berisi cairan NaCL fisiologis
(KEMENTAN-PKH, 2014).
Cara diagnosa pada beberapa jenis Trichomonas adalah bervariasi dapat dilakukan
terknik diagnose langsung maupun tidak langsung, diagnose secara langsung dilakukan
dengan metode PCR, ELISA,atau Kultur In Vitro dengan menggunakan media spesifik
mammalians feeder cells atau media komersial yang tersedia. Untuk diagnose tidak langsung
menggunakan intradermal cell atau agglutination test (KEMENTAN-PKH, 2014).
2. Opalinata dan Balantidium
2 A. Opalinata
Opalinata adalah jenis protozoa dengan filum Sarcomastogophora, subfilum
Opalinata, memiliki ciri-ciri bentukan seperti daun, pipih, silindris dan memiliki satu atau
lebih nukleus serta bagian permukaan sel dikelilingi oleh pelikel dan flagella. Opalina
berkembang biak dengan cara membelah diri dan hidup pada saluran pencernaan tepatnya
dibagian rektum dan selanjutnya menjadi kista dan dikeluarkan bersama feses (Roger,1988).
2 B. Balantidium
Balantidium adalah protozoa saluran pencernaan, merupakan jenis protozoa yang
pathogen pada manusia. Balantidium dapat menginfeksi berbagai mamalia dan babi
merupakan vector utama, pada beberapa kasus balantidum juga ditemukan menginfeksi jenis
burung. Infeksi Balantidium coli pada kebanyakan kasus tidak menimbulkan gejala yang
serius namun, pada kasus tertentu dapat menyerang usus mukosa dan menyebabkan disentri
balastidial. Kondisi sumber air yang kotor dan kontak dengan babi merupakan faktor resiko
utama infeksi protozoa Balantidium (Gordo and Pomajbikova, 2017).
Untuk mendiagnosa Balantidium adalah dengan melihat gejalanya meskipun pada
berbagai kasus ditemukan kasus asimtomatik, pada kasus tertentu memperlihatkan gejala
disentri dengan kata lain tipe parasite ini adalah bersifat opportunistic dengan mencari
keuntungan ketika kondisi tubuh inang melemah gejala yang ditimbulkan bervariasi mulai
dari gangguan perut nyeri dubur mendadak, pemeriksaan histopat dapat dilakukan pada
mukosa usus, Pengujian PCR untuk menentukan spesies dan ELISA untuk pengujian
antibodi (Purnama et al, 2019)
3. Apicomplexa (Plasmodium)
Plasmodium termasuk kedalam Subfilum Apicomplexa, genus ini masuk kedalam
eritrosit dan menghasilkan sekitar 8 mikrogamet dan memiliki flagella tunggal. Plasmodium
falciparum, P. vivax, P. malariae dan P. ovale merupakan penyebab malaria pada manusia
yang ditularkan memalui nyamuk Anopheles (Levine, 1994).
.
Diagnosis malaria yang disebabkan oleh Plasmodium dapat dilakukan berdasarkan
pemeriksaan laboratorium yaitu pemeriksaan mikroskopik berdasarkan adanya temuan parasit
dalam sediaan darah. Pemeriksaan mikroskopik dicirikan adanya bentukan kompak pada
semua tahapan dan tanpa menyebabkan pembesaran pada eritrosit host, terdapat trofozoid
yang memanjang dan membentang pada eritrosit yang disebut band form. Schizonts biasanya
memiliki sekitar 8-10 merozoit yang sering diatur dalam pola roset dengan rumpun pigmen
ditengah (Putra, 2011).
Cara mengoleksi protozoa ini adalah dengan melakukan pengambilan darah, darah
dibuat menjadi apus darah tebal ataupun tipis, selanjutnya dilakukan pemulasan
menggunakan giemsa atau pewarna field, lalu dilakukan pemeriksaan mikroskopis dengan
pembesaran 100x (World Health Organization, 2011).